Konsep seeing the strange in familiar merupakan bagian dari perspektif sosiologi yang
menyediakan metode atau teori untuk mengidentifikasi sisi lain dari hal-hal yang dianggap
umum terjadi di masyarakat. Dalam menerapkan konsep ini, para sosiolog akan
mempertanyakan apakah terdapat aspek-aspek khusus dalam hal yang biasa saja sehingga
dapat menemukan cela terkecil sekalipun agar dapat mengetahui apa yang menjadi akar dari
suatu masalah. Sebagai contoh, dalam pertandingan sepak bola di negara kita seringkali
diwarnai kericuhan antar suporter dari kedua tim yang sedang berlaga. Hal ini telah di
normalisasi oleh sebagian besar masyarakat dan dianggap menjadi hal yang lumrah terjadi.
Untuk mengetahui bagaimana kericuhan ini bisa terjadi, atau hal apa yang menjadi
penyebabnya maka diperlukan konsep ini untuk mengidentifikasi permasalahan tersebut.
Perspektif ini melihat masyarakat pada tingkat makro dan fokus yang lebih luas pada struktur
sosial secara keseluruhan dimana tiap unsur didalamnya saling bekerja sama untuk
mengingkatkan stabilitas serta solidaritas. Dalam kasus pandemi Covid-19, masyarakat
tengah menghadapi pandemi dan saling bahu-membahu bersama pemerintah agar pandemi
segera berakhir dengan melakukan berbagai upaya. Seperti dipercepatnya pendistribusian
vaksinasi bagi masyarakat, protokol kesehatan yang berlaku sangat ketat dengan adanya
himbauan 3M (mencuci tangan, menjaga jarak, menggunakan masker) serta meminimalisir
kegiatan diluar rumah dengan menetapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat
untuk menekan laju pertumbuhan kasus positif Covid-19 dan mengurangi resiko penyebaran
virus di Indonesia.
B. Perspektif konflik
C. Interaksionisme simbolik
Perspektif ini melihat masyarakat pada tingkat mikro yang berfokus pada bagaimana persepsi
individu yang kemudian membentuk suatu makna berdasarkan proses interaksi dengan
individu lain atau lingkungannya. Sebagai contoh yang berkaitan dengan kasus Covid-19,
berkembangnya teori konspirasi mengenai vaksinasi yang sempat menyebar luas di tengah
masyarakat kita, misalnya seperti kandungan dalam vaksin diragukan kehalalannya dan rasa
takut yang muncul karena ditemukan beberapa kasus dimana warga diberitakan meninggal
dunia setelah divaksin, yang menyebabkan timbulnya perilaku menolak keikutsertaan
vaksinasi. Hal ini tentu menarik perhatian para sosiolog untuk mengkaji bagaimana teori
konspirasi ini bisa mempengaruhi perspektif individu dan memahami cara individu merespon
informasi (dalam hal ini adalah teori konspirasi) yang belum dapat dipastikan kebenarannya
tapi sudah dianggap sebagai sebuah fakta atau hal yang benar oleh sebagian masyarakat.