Anda di halaman 1dari 6

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Health Belief Model


A. Pengertian Health Belief Model
Health Belief Model (HBM) adalah model psikologis yang mencoba untuk menjelaskan
dan memprediksi perilaku kesehatan. Hal ini dilakukan dengan berfokus pada sikap dan
keyakinan individu.

B. Sejarah Lahirnya Teori Health Belief Model


HBM atau Health Belief Model dikembangkan pertama kali tahun 1950-an oleh seorang
psikologis sosial di layanan kesehatan Publik AS yaitu dimulai dengan adanya kegagalan pada
program pencegahan dan pencegahan penyakit (Hocbaum 1958, Rosenstok 1960.1974).
Selanjutnya HBM dipelajari sebagai perilaku terhadap gejala-gejala sakit yang terdiagnosis
terutama tentang kepatuhan terhadap proses pencarian penyembuhan.
Sebelumnya, Witson (1925) mengembangkan teori yang dinamakan sebagai Teori S-R atau
stimulus rangsangan yang menyatakan bahwa  semua yang terjadi (perilaku) diakibatkan karena
adanya penguatan (reinforcement), kemudian Skiner (1938) menguatkan bahwa setiap perilaku
yang mendapatkan ganjaran memungkinkan seseorang akan meningkatkan atau mengulangi
perilaku tersebut.

C. Konsep Utama Health Belief Model


HBM, mengandung konsep utama yaitu memprediksikan mengapa seseorang melakukan
tindakan tertentu  untuk menjaga, melindungi dan mengendalikan kondisi sakit, dengan melihat
beberapa sudut pandang antara lain :
1. Kerentanan (Perceived Susceptibility), yaitu seseorang merasakan keyakinan/percaya
akan kemungkinan sakit yang terjadi pada dirinya. Misalnya seseorang wanita yang
beresiko mempunyai pasangan yang tidak setia, akan merasakan dirinya rentan terkena
suatu penyakit menular seksual.
2. Keseriusan (Perceived Severity/seriousility), yaitu seseorang memprediksikan tingkat
keparahan apabila menderita penyakit tersebut.
3. Hambatan (Perceived Barrier), yaitu hambatan yang ada dalam seseorang berperilaku
sehat, misalnya pada kasus perempuan yang beresiko terkena penyakit IMS, dia akan
mencari pencegahan dengan pendeteksian dini melalui pemeriksaan Papsmear, namun
dari pihak suami tidak mendukung, hal ini merupakan hambatan.
4. Keuntungan (Benefitt), yaitu seseorang menimbang keuntungan yang diperoleh antara
biaya yang dikeluarkan dengan tingkat sakitnya, misalnya apakah efektif biaya yang
dikeluarkan pada pemeriksaan Papsmear yang mahal bila dibandingkan dengan tingkat
keseriusan atau resiko penyakitnya.

Variasi dari model ini merupakan  nilai yang dirasakan serta intervensi yang


ditentukan sebagai keyakiyan utama. Konstruksi dari faktor mediasi kemudian menjadi
penghubung berbagai jenis persepsi dengan perilaku kesehatan di masyarakat.

Faktor lain yang juga mempengaruhi persepsi antara lain :
1. Variabel Demografi : umur, jenis kelamin, ras, pekerjaan. 
2. Variabel Sosio-Psikologi : status sosial ekonomi, kepribadian, strategi coping
3. Persepsi Efikasi (penilaian diri dalam hal kemampuan untuk
berhasil mengadopsi perilaku yang diinginkan)
4. Isyarat Untuk Tindakan (pengaruh eksternal dalam mempromosikan perilaku yang
diinginkan,  termasuk informasi yang diberikan atau dicari, komunikasi persuasif, dan
pengalaman pribadi)
5. Motivasi Kesehatan  (individu terdorong  untuk tetap pada keadaan sehat)
6. Kontrol Perasaan (ukuran tingkat self-efficacy)
7. Ancaman (termasuk bahaya yang muncul tanpa melakukan tindakan kesehatan)

2
8. Prediksi dari model tersebut merupakan kemungkinan yang dilakukan individu untuk
mengambil tindakan kesehatan yang direkomendasikan (seperti pencegahan dan
pengobatan)

D. Pengukuran Konsep Health Belief Model


Sangatlah penting mengukur seluruh rentang faktor yang mungkin mempengaruhi perilaku,
hal ini untuk mengurangi adanya kesalahan pengukuran   (Measurable Error) dan tentu akan
semakin validitas  serta realibilitas. Pengukuran harus spesifik terhadap perilaku tertentu 
(misalnya hambatan pada mammografy mungkin agak berbeda dengan hambatan Colonoscopy)
dan harus relevan untuk populasi mana pengukuran itu akan digunakan. Perbedaan budaya dan
populasi membuat skala penerapan tanpa pemeriksaan seperti itu cenderung menghasilkan
kesalahan. Artinya setiap skala ukur sesuatu tindakan harus jelas dan sudah diteliti apakah layak
atau tidak.
Misalnya pada kasus kanker payudara, untuk membuktikan apakah gejala sakit pada
payudara seseorang ada hubungannya dengan kanker payudara atau hanya gejala biasa maka alat
ukurnya harus jelas yaitu dengan penggunaan mammografy. Ada beberapa  model perilaku untuk
melindungi kesehatan yang umum digunakan yaitu :
1. Teori Tindakan Beralasan (Theory of Reasoned Action) disingkat dengan TRA.
2. Teori Motivasi Perlindungan (Protection Motivation Theory).
3. Teori Manfaat Yang Diharapkan dan Subjektif (Subjective Expected Utility).

Model Kepercayaan kesehatan oleh Becker (1974, 1979)


1. Percaya bahwa mereka rentan terhadap masalah kesehatan tertentu
Bagaimana menyadarkan masyarakat tersebut bilamana dirinya dapat mengalami diare
setiap saat. Oleh karena adanya lingkungan dengan sanitasi yang buruk dan perilaku
yang buruk terhadap kesehatan, seperti cakupan jamban yang rendah serta sumber air
bersih yang dikonsumsi berpotensi tercemar oleh kuman. Tidak adanya WC
memungkinkan adanya lalat sebagai vektor penyebab terjadinya penularan ke manusia
yang sehat lainnya. Sumber air yang digunakan dari sumur pinggir sungai/menggali
lubang pasir di pinggir sungai sangat membahayakan bilamana ada penderita cholera
yang BAB disungai tersebut.

3
2. Menganggap masalah ini serius
Terjadinya diare bukan saja dapat menyebabkan kesakitan tetapi juga bahaya kematian.
Terutama akibat dehidasi berat oleh diare. Penyakit ini setiap tahunnya merupakan
pembunuh no I atau no 2 di Indonesia.
3. Meyakini efektifitas tujuan pengobatan dan pencegahan
Model pengobatan dini dapat mencegah ke tahapan diare berat dengan dehidasi hebat,
sehingga tidak perlu dirujuk ke RS. Pencegahan merupakan upaya terbaik dan murah
melalui kebiasaan perilaku hidup bersih dan sehat terutama sumber air yang steril,
penggunaan WC dan kebiasaan cuci tangan dengan sabun. Dimaksudkan memutuskan
penularan penyakit diare.
4. Tidak mahal
Biaya yang tidak mahal karena hanya dengan merubah kebiasaan buruk dimasyarakat.
Jika dibandingkan dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk kesembuhan ditambah
dengan hilangnya produktifitas (waktu kerja).
5. Menerima anjuran untuk mengambil tindakan kesehatan
Melaksanakan anjuran oleh petugas kesehatan merupakan tujuan dari perubahan
perilaku.

Model Kepercayaan kesehatan Menurut Rosenstock (1974, 1977)


Menurut Rosenstock, model ini dekat dengan Pendidikan Kesehatan dan Perilaku
Kesehatan yang merupakan fungsi dari pengetahuan dan sikap. Secara khusus bahwa persepsi
sesorang tentang kerentanan dan kemujaraban pengobatan dapat mempengaruhi keputusan
seseorang dalam perilaku kesehatannya.
Aspek-aspek pokok perilaku kesehatan menurut Rosenstock :
1. Ancaman
a. Persepsi tentang kerentanan diri terhadap penyakit (kesediaan menerima diagnosa
penyakit).
b. Persepsi tentang keparahan penyakit/kondisi kesehatannya.
c. Persepsi tentang keuntungan suatu tindakan.
d. Persepsi tentang hambatan-hambatan untuk melakukan tindakan itu.

4
2. Pencetus Tindakan :
a. Media.
b. Pengaruh orang lain.
c. Hal-hal yang mengingatkan (reminders).
3. Faktor-Faktor Sosio-Demografi (pendidikan, umur, jenis kelamin/gender, suku bangsa).
4. Peniłaian Diri (Persepsi tentang kesanggupan diri untuk melakukan tindakan itu).

E. Faktor Esensial dalam Health Belief Model


Analisis terhadap berbagai faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat pada
program tersebut kemudian dikembangkan sebagai model perilaku. Health Belief
Model didasarkan atas 3 faktor esensial :
1. Kesiapan individu intuk merubah perilaku dalam rangka menghindari suatu penyakit
atau memperkecil risiko kesehatan.
2. Adanya dorongan dalam lingkungan individu yang membuatnya merubah perilaku.
3. Perilaku itu sendiri.

F. Bagan Perubahan Perilaku Masyarakat

Penjelasan :
Masyarakat umum mempercayai bahwa kepercayaan terhadap perilaku akan
mempengaruhi output dari masing-masing individu. Kemudian melalui pemikiran-pemikiran
tersebut kemudian lahirlah peraturan-peraturan yang membatasi perilaku. Peraturan atau norma

5
yang lahir kemudian menjadi sebuah intensitas yang pada ahirnya melahirkan sebuah perilaku
yang umum dilakukan dimasyarakat.
Sebagai contoh, masyarakat dilingkungan yang kumuh beranggapan bahwa membuang
sampah disembarang tempat adalah hal yang biasa. Kemudian, karena pemikiran tersebut maka
muncul kebiasaan membuang sampah tidak pada tempatnya didaerah yang kumuh. Kebiasaan
tersebut pada akhirnya melahirkan perilaku hidup tidak sehat yang menjadikan kualitas
kesehatan masyarakat di daerah kumuh juga menurun.

G. Contoh Penyakit
Ancaman suatu penyakit dipersepsikan secara berbeda oleh setiap individu. Contoh :
kanker. Ada yang takut tertular penyakit itu, tapi ada juga yang menganggap penyakit itu tidak
begitu parah, ataupun individu itu merasa tidak akan tertular olehnya karena diantara anggota
keluarganya tidak ada riwayat penyakit kanker. Keputusan untuk mengambil tindakan/upaya
penanggulangan atau pencegahan penyakit itu tergantung dari persepsi individu tentang
keuntungan dari tindakan tersebut baginya, besar/kecilnya hambatan untuk melaksanakan
tindakan itu serta pandangan individu tentang kemampuan diri sendiri.
Persepsi tentang ancaman penyakit dan upaya penanggulangannya dipengaruhi oleh latar
belakang sosio-demografi si individu. Untuk menguatkan keputusan bertindak, diperlukan faktor
pencetus (berita dari media, ajakan orang yang dikenal atau ada yang mengingatkan). Jika faktor
pencetus itu cukup kuat dan individu merasa siap, barulah individu itu benar-benar
melaksanakan tindakan yang dianjurkan guna menanggulangi atau mencegah penyakit tersebut.

Anda mungkin juga menyukai