Anda di halaman 1dari 16

Health Belief

Model
Sejarah Health Belief Model

• Pada tahun 1950-an, Rosenstock dan Hochbaum


mengembangkan teori “Health Belief Model” untuk
menjelaskan alasan kegagalan pemberantasan TB di
Public Health Service, Departemen Kesehatan AS.
• Kemudian disempurnakan oleh Becker dan rekanya
sekitar tahun 1970-an dan 1980-an.
Pengertian
• HBM yaitu suatu teori yang dirancang agar dapat
memahami dengan baik bagaimana orang
mempersepsikan ancaman suatu penyakit.
(Rosenstock, 1966)
• HBM adalah model kognitif yang menjelaskan
dan memprediksi perilaku sehat dengan fokus
pada sikap dan belief pada individu. (Family
Health Internatonal, 2004)
Komponen Health Belief
• Kerentanan (Perceived • Keuntungan (Benefit)
Susceptibility) Seseorang menimbang keuntungan
Seseorang merasa yakin/percaya akan yang diperoleh antara biaya yang
kemungkinan sakit yang bisa terjadi dikeluarkan dengan tingkat sakitnya.
pada dirinya. • Self Eficacy
• Keseriusan (Perceived Severity) Kemampuan seseorang untuk
Seseorang memprediksikan tingkat mendapatkan hasil tertentu.
keparahan apabila menderita penyakit • Cues to Action
tersebut.
Isyarat pada suatu tindakan atau
• Hambatan (Perceived Barrier)
kesiapan seseorang dalam bertindak.
Hambatan dalam diri seseorang untuk
berperilaku sehat.
Health Belief Model menghipotesiskan terdapat hubungan aksi dengan
faktor berikut : :

1. Motivasi yang cukup kuat untuk mencapai kondisi


yang sehat.
2. Kepercayaan bahwa seseorang dapat menderita
penyakit serius dan dapat menimbulkan sekuele.
3. Kepercayaan bahwa terdapat usaha untuk
menghindari penyakit tersebut walaupun hal
tersebut berhubungan dengan finansial.
Aspek – aspek pokok perilaku kesehatan menurut Rosentock :

A. Ancaman
1. Presepsi tentang kerentanan diri terhadap bahaya penyakit (atau kesediaan menerima
diagnosa sakit)
2. Presepsi tentang keparahan sakit atau kondisi kesehatannya.
B. Harapan
1. Presepsi tentang keuntungan suatu tindakan
2. Presepsi tentang hambatan-hambatan untuk melakukan suatu tindakan
C. Pencetus tindakan : media, pengaruh orang lain dan hal – hal yang mengingatkan
( reminder ).
D. Faktor – faktor sosio-demografi (pendidikan, umur, jenis kelamin atau gender, suku bangsa)
E. Penilaian diri (presepsi tentang kesanggupan diri untuk melakukan tindakan itu)
Ancaman suatu penyakit dipersepsikan secara berbeda oleh setiap individu. Contoh: kanker.
Ada yang takut tertular penyakit itu, tapi ada juga yang menganggap penyakit itu tidak begitu
parah, ataupun individu itu merasa tidak akan tertular olehnya karena diantara anggota
keluarganya tidak ada riwayat penyakit kanker. Keputusan untuk mengambil tindakan/upaya
penanggulangan atau pencegahan penyakit itu tergantung dari persepsi individu tentang
keuntungan dari tindakan tersebut baginya, besar/kecilnya hambatan untuk melaksanakan
tindakan itu serta pandangan individu tentang kemampuan diri sendiri. Persepsi tentang
ancaman penyakit dan upaya penanggulangannya dipengaruhi oleh latar belakang sosio-
demografi si individu. Untuk menguatkan keputusan bertindak, diperlukan faktor pencetus
(berita dari media, ajakan orang yang dikenal atau ada yang mengingatkan). Jika faktor
pencetus itu cukup kuat dan individu merasa siap, barulah individu itu benar-benar
melaksanakan tindakan yang dianjurkan guna menanggulangi atau mencegah penyakit
tersebut.
Model Kepercayaan kesehatan oleh Becker (1974, 1979) :

1. Percaya bahwa mereka rentan terhadap masalah kesehatan tertentu.


Bagaimana menyadarkan masyarakat tersebut bilamana dirinya dapat mengalami
diare setiap saat. Oleh karena adanya lingkungan dengan sanitasi yang buruk dan
perilaku yang buruk terhadap kesehatan, seperti cakupan jamban yang rendah serta
sumber air bersih yang dikonsumsi berpotensi tercemar oleh kuman. Tidak adanya
WC memungkinkan adanya lalat sebagai vektor penyebab terjadinya penularan ke
manusia yang sehat lainnya. Sumber air yang digunakan dari sumur pinggir
sungai/menggali lubang pasir di pinggir sungai sangat membahayakan bilamana ada
penderita cholera yang BAB disungai tersebut.
2. Menganggap masalah ini serius. Terjadinya diare bukan saja dapat menyebabkan
kesakitan tetapi juga bahaya kematian. Terutama akibat dehidasi berat oleh diare.
Penyakit ini setiap tahunnya merupakan pembunuh no 1 atau no 2 di Indonesia.
3. Meyakini efektifitas tujuan pengobatan dan pencegahan.
Model pengobatan dini dapat mencegah ke tahapan diare berat dengan dehidasi hebat,
sehingga tidak perlu dirujuk ke RS. Pencegahan merupakan upaya terbaik dan murah
melalui kebiasaan perilaku hidup bersih dan sehat terutama sumber air yang steril,
penggunaan WC dan kebiasaan cuci tangan dengan sabun. Dimaksudkan memutuskan
penularan penyakit diare.
4. Tidak mahal biaya yang tidak mahal karena hanya dengan merubah kebiasaan buruk
dimasyarakat. Jika dibandingkan dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk
kesembuhan ditambah dengan hilangnya produktifitas (waktu kerja).
5. Menerima anjuran untuk mengambil tindakan kesehatan melaksanakan anjuran oleh
petugas kesehatan merupakan tujuan dari perubahan perilaku.
Strategi Perubahan Perilaku

Ditinjau dari proses terjadinya perubahan perilaku dalam


Health Belief Model (HBM), perilaku akan berubah salah
satunya yaitu jika individu diberikan pemahaman tentang
keuntungannya. Dicari dulu penyebab dari suatu perilaku yang
kurang baik, lalu diberikan penyuluhan serta informasi yang
terinci tentang keuntungan dari perbaikan perilakunya.
Diperlukan waktu yang lama untuk meyakinkan individu. Di
sinilah, peran kita sebagai seorang perawat/tenaga kesehatan.
Lanjutkan ya gaessss 
@Irfan, dan Aninditya
Kelemahan HBN

• 1. Teori HBN lemah secara teoritis.


• 2. Teori HBN berdasarkan pada asumsi yg dpt
diragukan
• 3. HBN tidak memberikian spesifikasi yg tepat
terhadap kondisi orang yg membuat pertimbangan
tertentu (Sarafino,1990mdalam Smet 1994)
• 4. HBN hanya memperhatikan keyakinan kesehatan
• 5. HBN menganggap orang -orang mencoba untuk
tetap sehat dan secara otomatis memperhatikan
hidup yg sehat

Anda mungkin juga menyukai