Anda di halaman 1dari 13

HEALTH BELIEF MODEL

KELOMPOK 2 :
Febio Anastavia Isini (1801019)
Junia Eka Alvia (1801005)
Rizky paramani (1801089)
Mulyani Ramli (180134)
 Definisi
 Health Belief Model (HBM) adalah model psikologis
yang mencoba untuk menjelaskan dan memprediksi
perilaku kesehatan. Hal ini dilakukan dengan berfokus
pada sikap dan keyakinan individu.
Konsep Utama Health Belief Model
HBM, mengandung konsep utama yaitu memprediksikan mengapa
seseorang melakukan tintadakan tertentu untuk menjaga, melindungi
dan mengendalikan kondisi sakit, dengan melihat beberapa sudut
pandang antara lain :
1. Kerentanan (Perceived Susceptibility)
2. Keseriusan (Perceived Severity/seriousility)
3. Hambatan (Perceived Barrier)
4. Keuntungan (Benefitt)
 Variasi dari model ini merupakan nilai yang dirasakan
serta intervensi yang ditentukan sebagai keyakiyan utama.
Konstruksi dari faktor mediasi kemudian menjadi
penghubung berbagai jenis persepsi dengan perilaku
kesehatan di masyarakat.
 Faktor lain yang juga mempengaruhi persepsi antara lain :

 1. Variabel demografi : umur, jenis Kelamin, ras,


pekerjaan. Demografi variabel (seperti usia, jenis kelamin,
etnis, pekerjaan)
 2. Variabel sosio-psikologi : Ekonomi, kepribadian, sosial-
psikologis variabel (seperti status sosial ekonomi,
kepribadian, strategi coping)
 3. Persepsi efikasi (penilaian diri dalam hal kemampuan
untuk berhasil mengadopsi perilaku yang diinginkan)
 4. Isyarat untuk tindakan (pengaruh eksternal dalam
mempromosikan perilaku yang diinginkan, termasuk
informasi yang diberikan atau dicari, komunikasi
persuasif, dan pengalaman pribadi)
 5. Motivasi kesehatan (individu terdorong untuk tetap
pada keadaan sehat )
 6. Kontrol Perasaan (ukuran tingkat self-efficacy)

 7. Ancaman (termasuk bahaya yang muncul tanpa


melakukan tindakan kesehatan)
 8. Prediksi dari model tersebut merupakan kemungkinan
yang dilakukan individu untuk mengambil tindakan
kesehatan yang direkomendasikan (seperti pencegahan dan
pengobatan)
Pengukuran Konsep Health Belief Model
Sangatlah penting mengukur seluruh rentang faktor yang
mungkin mempengaruhi perilaku, hal ini untuk mengurangi
adanya kesalahan pengukuran (Measurable Error) dan tentu
akan semakin validitas serta realibilitas. Pengukuran harus
spesifik terhadap perilaku tertentu (misalnya hambatan pada
mammografy mungkin agak berbeda dengan hambatan
Colonoscopy) dan harus relavan untuk populasi mana
pengukuran itu akan digunakan. Perbedaan budaya dan populasi
membuat skala penerapan tanpa pemeriksaan seperti itu
cenderung menghasilkan kesalahan. Artinya setiap skala ukur
sesuatu tindakan harus jelas dan sudah diteliti apakah layak atau
tidak.
Faktor esensial dalam Health Belief Model
Analisis terhadap berbagai faktor yang mempengaruhi
partisipasi masyarakat pada program tersebut kemudian
dikembangkan sebagai model perilaku. Health Belief
Model didasarkan atas 3 faktor esensial ;
1. Kesiapan individu intuk merubah perilaku dalam
rangka menghindari suatu penyakit atau memperkecil
risiko kesehatan.
2. Adanya dorongan dalam lingkungan individu yang
membuatnya merubah perilaku.
3. Perilaku itu sendiri.
 Penjelasan:
 Masyarakat umum mempercayai bahwa kepercayaan
terhadap perilaku akan mmpengaruhi output dari masing-
masing individu. Kemudian melalui pemikiran-pemikiran
tersebut kemudian lahirlah peraturan-peraturan yang
membatasi perilaku. Peraturan atau norma yang lahir
kemudian menjadi sebuah intensitas yang pada ahirnya
melahirkan sebuah perilaku yang umum dilakukan
dimasyarakat.
 Sebagai contoh, masyarakat dilingkungan yang kumuh
beranggapan bahwa membuang sampah disembarang tempat
adalah hal yang biasa. Kemudian, karena pemikiran tersebut
maka muncul kebiasaan membuang sampah tidak pada
tempatnya didaerah yang kumuh. Kebiasaan tersebut pada
akhirnya melahirkan perilaku hidup tidak sehat yang
menjadikan kualitas kesehatan masyarakat di daerah kumuh
juga menurun.
 Model Kepercayaan Kesehatan Menurut Rosenstock (1974, 1977)
 Menurut Rosenstock, model ini dekat dengan pendidikan kesehatan dan perilaku
kesehatan yang merupakan fungsi dari pengetahuan dan sikap. Secara khusus
bahwa persepsi seseorang tentang kerentanan dan kemujaraban pengobatan
dapat mempengaruhi keputusan seseorang dalam perilaku kesehatannya.
 Aspek-aspek pokok perilaku kesehatan menurut Rosenstock :

 1. Ancaman

 • Persepsi tentang kerentahan diri terhadap penyakit (kesediaan menerima


diagnose penyakit)
 • Persepsi tentang keparahan penyakit/kondisi kesehatan
 • Persepsi tentang keuntungan suatu tindakan
 • Persepsi tentang hambatan-hambatan untuk melakukan tindakan itu
 2. Pencetus tindakan

 • Media
 • Pengaruh orang lain
 • Hal-hal yang mengingatkan (reminders)
 • Faktor-faktor sosio-demografi (pendidikan, umur, jenis kelamin/gender, suku
bangsa)
 • Penilaian diri (persepsi tentang kesanggupan diri untuk melakukan tindakan
itu)
 Contoh Kasus
 Ny. D berusia 26 tahun, merasakan adanya benjolan di bagian payudara
kanannya sekitar bulan Mei tahun lalu. Setelah melalui serangkaian
pemeriksaan, biopsi pun dilakukan pada bulan Juni, dan menunjukkan
hasil negatif.
 Tak pernah terpikirkan oleh By. D bahwa benjolan yang ada di payudara
kanannya adalah kanker. Jika dilihat berdasarkan faktor risiko kanker
payudara, ia tergolong kelompok yang memiliki risiko kecil.
 Namun seiring berjalannya waktu, ia merasakan benjolan di payudaranya
semakin membesar. Benjolan itu juga mulai mengeras, kadang terasa
nyeri. Ia juga tidak menemukan gejala khas kanker payudara seperti
payudara yang bersisik atau kulit jeruk, perubahan bentuk puting atau
keluarnya darah dan cairan.
 Gejala yang dirasakannya hanya rasa sakit di bagian ketiak. Ia juga mulai
mudah letih dan kehilangan stamina. Akhirnya, Ny. D memutuskan untuk
kembali berobat ke dokter di awal bulan Desember.
 Dokter pun melakukan open biopsi, yakni biopsi yang dilakukan dengan
mengambil sampel jaringan di bagian dekat puting. Hasilnya keluar
sepekan kemudian, dan kecurigaan Dian terbukti, ia didiagnosis mengidap
kanker payudara stadium 3.
 Penyelesaian kasus
 -Perceived Susceptibility

 Perlu dilakukan pejelasan bahwa setiap perempuan memiliki resiko menderita


kanker payudara.
 -Perceived Severity

 Para perempuan perlu paham bahwa kanker payudara adalah penyakit yang
membahayakan dan menyakitkan sehingga diperlukan langkah pencegahan.
 -Perceived Benefits

 Perempuan didorong untuk melakukan pencegahan yang mudah, simpel dan tanpa
biaya yaitu dengan melakukan SADARI (periksa payudara sendiri).
 -Perceived Barriers

 Hambatan yang mungkin muncul adalah perempuan harus menghitung masa subur
terlebih dahulu sebelum melakukan SADARI (periksa payudara sendiri) sehingga
muncul keengganan dalam melakukannya.
 -Cues to action

 Melakukan SADARI dan membuat jadwal masa menstruasi sehingga dapat


mengetahui masa subur. Selain itu perlu peran media poster untuk
mengkampanyekan SADARI. Poster dapat ditempatkan di pasar, toko ataupun di
balai RT/RW tempat berkumpulnya para Ibu. Poster tersebut dapat berfungsi
sebagai pengingat maupun menambah pengetahuan mengenai cara SADARI yang
benar.
감사합니다
terimakasih

Anda mungkin juga menyukai