Anda di halaman 1dari 8

Artikel

“Sepucuk Bola Yang Menjadikan Anak


Tunagrahita Gemar Berolah raga”

Disusun Oleh :

Dany Ruswandy : 4103 2102 19 2002

Mata Kuliah
Pendidikan Penjas Adaptif

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA
BANDUNG
2019

Pendahuluan
Latar belakang
Memiliki anak berkebutuhan khusus bukan hal yang mudah bagi orang tua manapun.
Perhatian orang tua sangatlah penting bagi tumbuh kembang mereka. Sehingga orang tua
perlu belajar memahami dan mendampingi, agar mereka selalu percaya diri dalam menjalani
aktivitas sehari – hari.
Ada banyak aturan tentang anak berkebutuhan khusus di Indonesia, di antaranya mendapat
perlindungan dan pelayanan penuh dari negara. Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang
mengalami keterbatasan atau keluarbiasaan, baik fisik, mental – intelektual, sosial maupun
emosional, yang berpengaruh secara signifikan dalam proses pertumbuhan atau
perkembangannya dibandingkan dengan anak – anak lain pada umumnya.
Tidak hanya itu, anak berkebutuhan khusus juga mencakup anak – anak yang memiliki
gangguan pemusatan perhatian, gangguan spektrum autisme, gangguan kemampuan
komunikasi, serta kesulitan belajar.
Perlu di pahami bahwa kondisi anak berkebutuhan khusus bukan penyakit yang menular. Jadi
interaksi dengan anak berkebutuhan khusus tidak akan membawa dampak kepada orang lain.
Meski terkadang anak berkebutuhan khusus terlihat berbeda dari anak – anak pada umumnya,
tetapi mereka memiliki hak yang sama dengan anak – anak yang lain. Diantaranya hak
mengembangkan minat dan potensi, hak untuk memperoleh sosial yang sama, pendidikan,
dan hak memperoleh perlakuan yang sama dari negara dan masyarakat..
Tak bisa di pungkiri bahwa dari sebagian anak berkebutuhan khusus merasa sedih bahkan
stres karena berbeda dengan anak – anak lain. Oleh karena itu kita sebagai orang – orang
yang dekat dengan mereka sudah sepatutnya untuk memberikan motivasi agar mereka
mampu menjalani hidup dengan semestinya.
Pendidikan sangatlah penting bagi seluruh umat manusia dari berbagai penjuru
manapun bahkan untuk anak – anak yang tinggal di plosok atau daerah – daerah terpencil
sekalipun tak terkecuali dengan anak – anak berkebutuhan khusus, tentunya di sekolah yang
sesuai pada kurikulum anak berkebutuhan khusus seperti SLB atau sekolah – sekolah inklusif
lainnya.
Nah, di sini kita akan membahas seputar pembelajaran anak berkebutuhan khusus anak
tunagrahita. Sebelum kita membahas tentang pembelajaran anak tunagrahita alangkah
baiknya kita mengenal terlebih dahulu anak tungrahita.
Saya selaku penulis akan mengulas sedikit tentang anak tungrahita.
Tunagrahita adalah sebuah istilah untuk kelainan psikologi atau mentalnya. Seorang
anak tunagrahita memiliki kekurangan dan keterbatasan di bandingkan anak normal, baik dari
segi fisik, intelektual, emosi, sosial, bahkan gabungan dari beberapa hal tersebut.
Dari pemaparan tersebut kita bisa menarik kesimpulan bahwa anak tungrahita akan
mengalami kesulitan untuk mengerjakan tugas tugasnya. Berdasarkan intelektualnya, anak
tungrahita di bagi menjadi 4 Kategori, yang pertama ada anak tunagrahita di katakan kategori
Ringan ( IQ 55 – 70), kategori sedang ( IQ 40- 55), kategori berat (25 – 40), dan kategori
sangat berat (IQ di bawah 25).
Dalam pembelajaran tentunya anak tunagrahita akan sanagat mengalami berbagai kesulitan,
di dalam kesulitan itu tentunya akan melibatkan guru atau pengajar di sekolah ataupun di
rumah. Untuk itu terciptalah pendidikan khusus guna mempermudah pembelajaran anak
ABK. Naah selain ada pembelajaran khusus tentunya ada juga pembelajaran olah raga yang
di rancang sedemikian rupa guna mempermudah anak dalam melatih motorik kasar ataupun
halus di dalam pembelajaran olah raga yag di sebut “penjas adaptif”.
Penjas adaptif adalah sebuah pembelajaran olah raga yang dimana di dalamnya di bentuk
berbagai modifikasi – modifikasi pembelajaran untuk menyesuaikan dengan anak
berkebutuhan khusus.
Naaah penulis di sini akan mencoba memberikan hasil penelitian yang telah penulis teliti
tentang bermain bola untuk anak ABK khususnya anak tunagrahita.

Metode
Dalam penelitian tersebut saya menggunakan metode penelitian kelas eksperimen dan
kelas kontrol. Untuk melihat keberhasilannya saya membandingkan seberapa antusias anak
terhadap pembelajaran olah raga menggunakan bola dan tanpa menggunakan bola.
Bola adalah suatu benda yang cukup di bilang sangat menarik untuk anak – anak bahkan
untuk anak ABK sekalipun, di sini saya mempunyai beberapa macam bola, di lihat dari
bentuknya ada bola kecil, seperti : bola pimpong yang sudah saya modifikasi menjadi warna -
warni dan bola kasti. Sedangkan bola yang berukuran besar seperti: bola volley, sepak dan
basket.
Dalam bola yang sudah saya modifikasi menjadi warna – warni saya mencoba mengajarkan
kombinasi antara konsentrasi dan juga motorik kasar.
Seperti halnya tadi penulis sampaikan bahwa anak tunagrahita itu terbagi menjadi 4 kategori,
yaitu kategori ringan, sedang, berat dan sangat berat, untuk itu sebelum melakukan kegiatan
kita mencoba mengelompokan terlebih dahulu anak – anaknya supaya tercipta pembelajaran
yang kondusif.
Untuk anak yang saya coba praktekan pembelajaran itu kisaran dari anak satuan SD atau
anak umur 8 – 13 tahun.
Untuk yang pertama saya menyiapkan beberapa wadah kecil atau baskom untuk menampung
bola – bola tersebut, yang dimana baskom tersebut udah di modifikasi menjadi warna – warni
seperti bola – bola tersebut. Naaah wadah – wadah tersebut saya simpan di ujung lapangan
satu dan bola saya simpan di ujung lapangan sisi satunya lagi. Selanjutnya kita ajak anak –
anak untuk mebaca do’a terlebih dahulu guna mengawali kegiatan, dan di lanjutkan
pemanasan terlebih dahulu seperti senam santai.
Langkah pertama yang di lakukan anak – anak adalah membagi terlebih dahulu 2 kelompok.
Setelah anak terbagi menjadi 2 kelompok langkah selanjutnya anak mulai berbaris untuk
memindahkan bola ke baskom yang sudah di simpan tadi.
Sebelum anak – anak melakukan alangkah baiknya guru mempraktekannya terlebih dahulu,
atau guru memiliki model untuk mempraktekan terhadap anak – anak.
Metode penilaian yang saya lakukan adalah dengan menggunakan waktu sekaligus
mengamati anak dalam menempatkan bola – bola tersebut apakah benar atau kurang tepat. Di
sini penulis melakukan kegiatan terus menerus sampai lupa jam pelajaran menunjukan bahwa
waktu sudah menunjukan habis tentang mata pelajaran olah raga.
Tidak ada hal yang paling membahagiakan dari seorang guru ketika melihat anak didiknya
mau berantusias mengikuti pelajaran atau dalam artian anak merasa senang ketika sedang
belajar.
setelah waktu mengizinkan tibalah di pembelajaran yang selanjutnya, di sini saya mencoba
game untuk melatih konsentrasi anak dan juga motorik.
Dalam penelitian yang kedua penulis mencoba bermain menggunakan 2 bola volley, sebelum
masuk kedalam pembelajaran seperti biasa anak – anak terlebih dahulu membaca do’a demi
kelancaran kegiatan dan di lanjut pemanasan terlebih dahulu.
Langkah selanjutnya anak – anak di bagi menjadi 2 kelompok dan di suruh berbaris menjadi
2 berbanjar.
Dalam permainan tersebut anak - anak akan mencoba mengestafetkan bola dari depan ke
belakang balik lagi ke depan dengan cara di atas kepala. Sebelum anak – anak melakukannya
alangkah baiknya guru mempragakan terlebih dahulu, atau guru memiliki model untuk
memperagakannya.
Lakukan secara berulang – ulang guna melatih konsentrasi dan motorik anak .
Setelah selesai lanjut ke langkah berikutnya, yaitu : seperti tadi anak di suruh mengestafetkan
bola dari depan ke belakang balik lagi ke depan akan tetapi berbeda jalur kalau tadi ke atas
sekarang pindah kebawah dengan melewati selangkangan tanpa harus bolanya terjatuh ke
tanah. Lakukan secara berulang – ulang sampai habis jam pelajaran.
Hasil
Pembelajaran ini merupakan di fokuskan terhadap anak Tunagrahita dari usia 8 – 13
tahun yang bersekolah di SLB. Observasi, interaksi , dan dokumentasi telah di lakukan
selama penelitian berlangsung serta menghasilkan beberapa data yang dapat di jadikan
sebagai pengolahan data.
Berdasarkan hasil pembelajaran olah raga adaptif terhadap anak tunagrahita di
temukan bahwa bola sangatlah berperan dalam pembelajaran tersebut guna melatih
konsentrasi dan motorik sang anak.
Setiap pembelajaran di lapangan setiap sesi pembelajaran berlangsung terjadi
interaksi antara siswa dan guru dengan di tunjukan ke cerian siswa saat mengikuti
pembelajaran tersebut.
Oleh karena itu peralu lah guru yang kreatif dan inovatif untuk merangsang siswa agar
antusias terhadap pembelajaran. Wujud keceriaan merupakan sebuah gambaran siswa senang
terhadap sesuatu atau siswa semangat dalam mengikuti pembelajaran.
Berdasarkan pembelajaran olah raga dengan menggunakan objek bola dapat di
simpulkan bahwa siswa dan siswi anak tunagrahita sangatlah antusias dan senang mengikuti
pembelajaran olah raga yang dimana pembelajaran tersebut sudah di modifikasi menjadi
jasmani adaptif.
Kesimpulan
Kesimpulan berdasarkan dari hasil pemebelajaran di atas bahwa bahwa bola
sangatlah berperan dalam pembelajaran tersebut guna melatih konsentrasi dan motorik sang
anak. Ada pepatah bilang mengatakan “guru kencing berdiri dan murid kencing berlari”
penulis di sini mengajak jadilah guru yang baik, berakhlak mulia yang menjadi contoh untuk
anak didiknya meskipun dalam mengajar anak Tunagrahita itu pasti banyak tantangannya.
jangan letih tetaplah semangat dalam mengajar anak – anak didik kita siapa tahu dengan
kekurangan mereka bisa melampaui kemampuan kita. Teruslah berdo’a , selalu sabar dan
semangat.
Daftar Pustaka
Sheril , pendidikan jasmani adaptif. “ pendidikan jasmani adaptif sebagai sitem pelayanan
yang komrehensif”. Prof. Alma Abdoellah, Msc. Dalam bukunya yang berjudul “pendidikan
jasmani adaptif” beberapa tujuan penjas adaptif secara mendasar dan menyeluruh,
http://madhyahmad.blogspot.com/2016/11/pengertian-pendidikan-jasmani-adaptif.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai