Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA 2 SD

TENTANG

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN ANAK

DIDIK DALAM BELAJAR BAHASA INDONESIA

Disusun oleh :

Puti Muthia Anastasia (21101699)

Dosen Pembimbing :

Dr. Junaidi Arif, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

STKIP NASIONAL

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas Kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas

berkat dan kasihnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini

disususn sebagai syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Bahasa

dan Sastra Indonesia 2 Sd dengan tema faktor-faktor yang mempengaruhi

kemampuan anak didik dalam belajar bahasa indonesia. Dalam penyusunan

makalah ini, tidak sedikit hambatan yang penyusun hadapi, namun dengan

semangat ingin belajar dan terus belajar, akhirnya makalah ini dapat diselesaikan.

Dalam kesempatan ini kami ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada


bapak Junaidi Arif, M.Pd selaku dosen mata kuliah Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia 2 SD yang telah membantu mengarahkan dan memberi batasan
penyusunan materi makalah, serta terima kasih pula kepada seluruh pihak baik
yang secara langsung maupun yang tidak langsung telah memberikan kontribusi
dalam penyusunan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat ikut andil dalam memberikan informasi bagi kita
semua. Terima kasih.

Padang, 17 juni 2022

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................
DAFTAR ISI ..................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .....................................................................................
B. Rumusan Masalah ................................................................................
C. Tujuan ..................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Faktor Fisiologis ..................................................................................
B. Faktor Intelegtual .................................................................................
C. Faktor Lingkungan ...............................................................................
D. Faktor Pengalaman Anak .....................................................................
E. Faktor Sosial Ekonomi ........................................................................
F. Faktor Fisiologis...................................................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ..........................................................................................
B. Saran ....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan merupakan suatu proses yang terjadi selama manusia
hidup. Perkembangan individu merupakan pola gerakan atau
perubahan yang secara dinamis dimulai dari pembuahan atau
konsepsi dan terus berlanjut sepanjang siklus kehidupan manusia
yang terjadi akibat dari kematangan dan pengalaman (Hurlock,
1991: Rice, 2002).
Studi mengenai perkembangan seseorang tidak lagi seperti
dahulu yang berhenu pada waktu seseorang mencapai
kedewasaannya, melainkan berlangsung terus menerus dan mulai
konsepsi hingga orang itu mati. Pembentukan pada masa dini ini
akan bersifat tetap dan mempengaruhi sifat penyesuaian fisik,
psikologis dan sosial pada masa-masa yang kemudian. Hal ini pula
menyebabkan mengapa perlakuan terhadap anak pada masa dini ini
harus sedemikian rupa schingga dapat mengarah kepada penyesuaian
sosial dan penyesuaian pribadi yang baik pada masa yang akan
datang. Dalam proses ini banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor
tertentu yaitu, pendidikan, pergaulan, lingkungan, keluarga dan
lainnya. Misalnya kita setiap hari banyak menemui orang-orang,
yang satu baik dan aktif, yang satu terbilang nakal. Oleh karena itu
perlu kita ketahui faktor faktor apa saja yang dominan pengaruhnya
dalam perkembangan peserta didik.
B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud faktor fisiologis anak didik?
2. Apa yang dimasud faktor intelektual anak didik?
3. Apa yang dimaksud faktor lingkungan anak didik?
4. Apa yang dimaksud faktor pengalaman anak?
5. Apa yang dimaksud faktor sosial ekonomi?
6. Apa yang dimaksud faktor psikologis?
C. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui faktor fisiologis anak didik
2. Mahasiswa dapat mengetahui faktor intelektual anak didik
3. Mahasiswa dapat mengetahui faktor yang mempengruhi
lingkungan anak didik
4. Mahasiswa dapat mengetahui faktor pengalaman anak didik
5. Mahasiswa dapat mengetahui faktor sosia ekonomi anak didik
6. Mahasiswa dapat mengetahui faktor psikologis anak didik
BAB II
PEMBAHASAN
A. Faktor Fisiologis
Faktor fisiologis adalah faktor yang berhubungan dengan
kondisi fisik individu. Kondisi Fisiologis pada umumnya sangat
berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang. Orang yang
dalam keadaan segar jasmaninya akan berlainan belajarnya dari
orang yang dalam keadaan kelelahan. Anak anak yang tidak
kekurangan gizi, mereka lekas lelah, mudah mengantuk dan sukar
menerima pelajaran.
Menurut Nochi, hal yang tidak kalah pentingnya adalah kondisi
panca indra (mata, hidung, pengecap, telinga dan tubuh), terutama
mata sebagai alat untuk melihat dan sebagai selingan sebagai alat
untuk mendengar. Sebagian besar yang dipelajari manusia (anak)
yang belajar berlangsung dengan membaca, melihat contoh atau
model, melakukan observasi, mengamati hasil-hasil eksperimen,
mendengarkan keterangan guru, mendengarkan ceramah,
mendengarkan keterangan orang lain dalam diskusi dan sebagainya.
Karena pentingnya peranan penglihatan dan pendengaran inilah
maka lingkungan pendidikan formal orang melakukan penelitian
untuk menemukan bentuk dan cara penggunaan alat peraga yang
dapat dilihat dan didengar.
Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan
dengan kondisi fisik individu. Faktor-faktor ini dibedakan menjadi
dua macam.
1. keadaan tonus jasmani. Keadaan tonus jasmani pada umumnya
sangat memengaruhi aktivitas belajar seseorang . kondisi fisik
yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif
terhadap kegiatan belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik
yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar
yang maksimal. Oleh karena itu keadaan jasmani sangat
memengaruhi proses belajar, maka perlu ada usaha untuk
menjaga kesehatan jasmani. Cara untuk menjaga kesehatan
jasmani antara lain adalah :
a. Menjaga pola makan yang sehat dengan memerhatikan
nutrisi yang masuk kedalam tubuh, karena kekurangan gizi
atau nutrisi akan mengakibatkan tubuh cepat lelah, lesu , dan
mengantuk, sehingga tidak ada gairah untuk belajar.
b. Rajin berolah raga agar tubuh selalu bugar dan sehat;
c. Istirahat yang cukup dan sehat.
2. Keadaan fungsi jasmani/fisiologis.
Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologis
pada tubuh manusia sangat memengaruhi hasil belajar, terutama
panca indra. Panca indra yang berfungsi dengan baik akan
mempermudah aktivitas belajar dengan baik pula. Dalam proses
belajar, merupakan pintu masuk bagi segala informasi yang
diterima dan ditangkap oleh manusia, Sehinga manusia dapat
menangkap dunia luar.
Panca indra yang memiliki peran besar dalam aktivitas
belajar adalah mata dan telinga. Oleh lkarena itu, baik guru
maupun siswa perlu menjaga panca indra dengan baik, baik
secara preventif maupun secara yang bersifat kuratif. Dengan
menyediakan sarana belajar yang memenuhi persyaratan,
memeriksakan kesehatan fungsi mata dan telinga secara periodic,
mengonsumsi makanan yang bergizi , dan lain sebagainya.
Tinjauan fisiologis adalah kebijakan yang pasti tidak bisa
diabaikan dalam penentuan besar kecilnya, tinggi rendahnya
kursi dan meja sebagai tempat duduk anak didik dalam
menerima pelajaran dari guru di kelas Perangkat tempat duduk
ini mempengaruhi kenyamanan dan kemudahan anak didik
ketika sedang menerima pelajaran di kelas. Dan berdampak
langsung terhadap tingkat konsentrasi anak didik dalam
rentangan tertentu. Anak didik akan betah duduk berlama-lama
di tempat duduknya bila sesuai dengan postur tubuhnya.
B. Faktor Intelegtual
Dalam KBBI, intelektual berarti cerdas, berakal, dan, berpikiran
jernih berdasarkan ilmu pengetahuan. Intelektual adalah kemampuan
kognitif yang dimiliki peserta didik untuk menyesuaikan diri secara
efektif pada lingkungan belajar yang kompleks dan selalu berubah
serta dipengaruhi oleh faktor genetik.
Kecerdasan intelektual adalah kesanggupan untuk menyesuaikan
diri dengan kebutuhan baru dengan menggunakan alat-alat berfikir
yang sesuai dengan tujuan. Istilah intelek menurut soeparwoto
(2005:31) berasal dari kata intellect (bahasa inggris) yang berarti
‘proses kognitif berpikir, daya menghubungkan dan kemampuan
mental atau intelegensi”.
Menurut English & English dalam bukunya A Comprehensive
Dictionary of Psichological and Psychoalitical Terms" dalam
Sunarto dan Hartono (2008:99) istilah intelektual berarti antara lain:
1. Kekuataan mental dimana manusia dapat berpikir Suatu rumpun
nama untuk proses kognitif, terutama untuk aktivitas yang
berkenaan dengan berpikir (misalnya menghubungkan,
menimbang, dan memahami).
2. Kecakapan, terutama kecakapan yang tinggi untuk berpikir.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
pengertian intelektual yaitu akal budi atau Inteligensi yang
berarti kemampuan untuk meletakkan hubungan dari proses
berpikir, kemampuan untuk melakukan pemikiran yang bersifat
abstrak atau tidak bisa di lihat (abstraksi), serta berpikir logis dan
cepat sehingga dapat bergerak dan menyesuaikan diri terhadap
situasi baru. Orang yang intelligent adalah orang yang dapat
menyelesaikan persoalan dalam waktu yang lebih singkat,
memahami masalahnya lebih cepat dan cermat serta mampu
bertindak cepat.
Menurut Andi Mappiare (1982: 80) dalam Sunarto dan
Hartono (2008: 106) hal-hal yang mempengaruhi perkembangan
intelektual itu antara lain:
1. Bertambahnya informasi yang disimpan (dalam otak)
seseorang sehingga ia mampu berpikir reflektif.
2. Banyaknya pengalaman dan latihan-latihan memecahkan
masalah sehingga seseorang dapat berpikir proporsional.
3. Adanya kebebasan berpikir, menimbulkan keberanian
seseorang dalam menyusun hipotesis-hipotesis yang radikal,
kebebasan menjajaki masalah secara keseluruhan, dan
menunjang keberanian anak memecahkan masalah dan
menarik kesimpulan yang baru dan benar.
Adapun peran faktor Intelektual dalam belajar:
Menurut Nickerson dalam Agus Efendi, diantara pendahulu
tes kecerdasan adalah Binet. Hasil tes yang dilakukan oleh
Alfred Binet dan koleganya menemukan bahwa peran
kecerdasan intelegensi dalam belajar adalah sebagai berikut:
a. Kecerdasan intelektual berperan dalam keberhasilan seorang
anak dalam proses belajar di sekolah.
b. Kecerdasan sebagai adaptasi.
c. Kecerdasan sebagai criticism. Menurut Binet criticism adalah
kemampuan untuk mengkritisi pikiran dan tindakan sendiri.
Sehingga siswa yang cerdas dapat berpikir kritis dan lebih
aktif dalam proses belajar.
d. Kecerdasan intelektual berperan dalam memberikan
kesempatan belajar bagi anak yang berasal dari keluarga
miskin.
C. Faktor Lingkungan
Manusia tumbuh dan berkembang dalam lingkungan.
Lingkungan tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia.
Lingkungan selalu mengitari manusia dari waktu ke waktu, sehingga
antara manusia dan lingkungan terdapat hubungan timbal balik
dimana lingkungan mempengaruhi manusia dan sebaliknya manusia
juga mempengaruhi lingkungan.
Begitu pula dalam proses belajar belajar mengajar, lingkungan
merupakan sumber belajar yang berpengaruh dalam proses belajar
dan perkembangan anak. Lingkungan belajar adalah tempat
berlangsungnya kegiatan belajar yang mendapatkan pengaruh dari
luar terhadap keberlangsungan kegiatan tersebut.
Lingkungan merupakan faktor yang berasal dari luar yang
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Lingkungan belajar siswa
yang nyaman dan efektif akan mendukung kegiatan pembelajaran
berjalan dengan kondusif.
Lingkungan yang merupakan sumber belajar memiliki pengaruh
dalam proses pembelajaran. Lingkungan dalam arti sempit adalah
alam sekitar di luar diri individu atau manusia. Lingkungan itu
mencakup segala material dan stimulus di dalam dan di luar
individu, baik yang bersifat fisiologis, psikologis, maupun sosio-
kultural. Lingkungan belajar yang kedua adalah lingkungan sekolah.
Menurut Yusuf (2001: 154) sekolah merupakan lembaga
pendidikan formal yang secara sistematis melaksanakan program
bimbingan pengajaran, dan latihan dalam rangka membantu siswa
agar mampu mengembangkan potensinya, baik yang menyangkut
aspek moral, spiritual. intelektual, emosional, maupun sosial.
Lingkungan sekolah adalah jumlah semua benda mati serta seluruh
kondisi yang ada didalam lembaga. Pendidikan formal yang secara
sistematis melaksanakan program pendidikan dan membantu siswa
mengembangkan potensinya.
Menurut Slameto (2003: 64) faktor sekolah yang mempengaruhi
belajar mencangkup metode mengajar, kurikulum, relasi guru
dengan siswa, relasi guni dengan siswa, relasi siswa dengan siswa,
disiplin sekolah, alat pembelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran,
keadaan gedung, metode belajar dan tugas. Lingkungan masyarakat
adalah tempat terjadinya sebuah interaksi suatu sistem dalam
menghasilkan sebuah kebudayaan yang terikat oleh norma-norma
dan adat istiadat yang berlangsung dalam kurun waktu yang lama.
Lingkungan masyarakat terdiri dari kegiatan siswa dalam
masyarakat, media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat.
Manusia merupakan makluk sosial dan hidup di tengah-tengah
masyarakat. Di dalam masyarakat terdapat norma-morma yang harus
dipatuhi oleh anggota. Norma-norma tersebut berpengaruh dalam
pembentukan kepribadian warganya dalam bertindak dan bersikap.
Untuk itulah lingkungan masyarakat mempunyai pengaruh terhadap
keberhasilan belajar anak.
Menurut Syah (2006: 152) lingkungan belajar sebagai faktor
eksternal siswa yang mempengaruhi prestasi belajar dapat
digolongkan menjadi dua yaitu sebagai berikut:
1. Lingkungan sosial.
Lingkungan sosial di sekolah adalah seluruh warga sekolah,
baik itu guru, karyawan maupun teman-teman sekelas, dan
semua dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa.
Lingkungan sosial siswa di rumah antara lain masyarakat,
tetangga dan juga teman-teman bergaul siswa.
Lingkungan sosial yang dominan dalam mempengaruhi
kegiatan belajar siswa adalah orang tua dan keluarga itu sendiri.
Bentuk dan isi serta cara-cara pendidikan di dalam keluarga akan
selalu mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya, watak, budi
pekerti, dan kepribadian orang. Berikut penjelasan dari
lingkungan sosial:
a. Lingkungan sosial sekolah, seperti guru, administrasi dan
teman-teman sekelas dapat mempengaruhi proses belajar
seorang siswa. Hubungan harmonis antara ketiganya dapat
menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik
disekolah. Perilaku yang simpatik dan dapat menjadi seorang
guru atau administrasi dapat mendorong bagi siswa untuk
belajar.
b. Lingkungan sosial masyarakat. Kondisi lingkungan
masyarakat tempat tinggal siswa akan mempengaruhi belajar
siswa. Lingkungan siswa yang kumuh banyak pengangguran
dan anak terlantar juga dapat mempengaruhi aktivitas belajar
siswa, paling tidak siswa kesulitan untuk menemukan teman
belajar, diskusi atau meminjam alat-alat belajar yang
kebetulan belum dimilikinya.
c. Lingkungan sosial keluarga. Lingkungan ini sangat
mempengaruhi cara belajar, ketegangan keluarga, sifat orang
tua, demografi keluarga, pengelolaan keluarga, semuanya
dapat memberi dampak pada aktivitas belajar siswa.
2. Lingkungan non sosial
Lingkungan non sosial siswa yang berpengaruh terhadap
belajarnya diantaranya adalah gedung sekolah dan letaknya,
ruang tempat tinggal siswa, alat-alat belajar, keadaan belajar dan
waktu belajar siswa dan media. Adapun yang termaksud dalam
media adalah bioskop, radio, televisi, surat kabar, majalah, buku-
buku dan sebagainya. Diantara media tersebut yang berpengaruh
besar terhadap belajar anak adalah televisi.
D. Faktor Pengalaman Anak
Pengalaman anak juga menjadi faktor yang mempengaruhi
kemampuan anak didik dalam belajar. Karena pengalaman adalah
suatu kejadian atau peristiwa yang dialami oleh seseorang. Faktor ini
juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
Dalam lingkungan anak akan diajari tentang nilai-nilai budaya
Faktor lingkungan tertentu akan menghasilkan pola pertumbuhan
dan perkembangan tertentu pula pada anak didik setiap pertumbuhan
dan perkembangan yang kompleks merupakan hasil interaksi di
lingkungan.
Pengalaman belajar anak sangat mempengaruhi cara belajar
terutama dalam belajar bahasa Indonesia. Anak yang sudah.
dibiasakan dengan pengalaman pengalaman yang baik akan dengan
mudah dalam proses belajarnya. Misalnya anak yang dan keal
diajarkan membaca, mengenal hurup, bercerita dan belajar bahasa
atau berbahasa yang baik akan mempengaruhi cara belajarnya
nantinya, begitu juga sebaliknya. Anak yang dan kecil diajar belajar
akan dengan mudah menangkap dan cepat dalam belajar.
Adapun contohnya anak yang mampu beldyar bahasa Indonesia
yang baik diakibatkan karena keluarganya dan lingkungannya
mengajarkan cara berbahasa yang baik. Contoh lain, andit yang
sering diajarkan bermain menggunakan media-media belajar sebagai
bahan bermain atan mampu menguarai dengan cepat dan memiliki
proses berpikir yang cepat dibanding dengan anak bermain dengan
bidat menggunakan media belajar. Contoh media belayarnya yaitu
buku gambar, buku cerita, rubik, sempoa, dll.
Didalam lingkungan masyarakat siswa akan sangat
mempengaruhi aktivitas belajarnya. melalui interaksi siswa akan
dapat bersosialisasi dengan masyarakat didalam lingkungan anak
akan terbiasa dan tau bagaimana bergaul di masyarakat sekitar.
Setiap daerah memiliki kebiasaan dan tata cara pergaulan yang
berbeda-beda. Melalui inilah anak didik akan belajar bagaimana
bergaul dan berinteraksi dengan masyarakat dan orang-orang
disekitarnya yang bisa dijadikan pengalamannya yang berkesan.
E. Faktor Sosial Ekonomi
Dalam proses perkembanganya, betapa pun ukuranya bervariasi,
seorang anak pasti memerlukan biaya. Biaya untuk makan dan
minum dirumah, tetapi juga untuk membeli peralatan sekolah yang
dibutuhkan oleh siswa Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh
kondisi atau status kehidupan sosial keluarga dalam lingkungan
masyarakat.
Masyarakat akan memandang anak, bukan sebagai anak yang
independen, akan tetapi akan dipandang dalam konteksnya yang
utuh dalam keluarga anak itu. "ia anak siapa". Secara tidak langsung
dalam pergaulan sosial anak, masyarakat dan kelompoknya dan
memperhitungkan norma yang berlaku di dalam keluarganya.
Faktor serial ekonomi ini terkait dengan keadaan keluarga..
Dimana hal ini juga mempengaruhi cara belajar siswa. Keluarga.
yang memiliti kedudutan binogi dan secara financial mampu
membiayai anak serta memiliti tingkat pendidikan yang tinggi akan
memperhattan anak dan tingkat pendidikannya, serta pola
pengasuhan yang baik sehingga hal itu secara kidak langsung. akan
mempengaruhi cara dan kemampuan belajar anak.
Kondisi sorial etonomi anak yang cenderung kebawah biasanya.
banyak sekali mendapat tekanan terutama kebutuhan yang mungkin.
tidak tercutupi dan pola aruh orang tua yang kadang acuh tak acuh
terhadap anak sehingga dapat mempengaruhi kemampuan belajar
anak.
Adapun contohnya seorang arat yang teturangan perhatian orang
tuanya karena orang tuanya berlalu sebut mencukupi bebutuhan
keluarga sehingga mempengaruhi pola belajar anak tenebut.
Faktor sorial ekonomi ini terkait dengan keadaan keluarga.
Dimana hal ini juga mempengaruhi cara belajar siswa. Keluarga.
yang memiliki kedudukan biologi dan secara financial mampu
membiayai anak serta memiliki tingkat pendidikan yang tinggi akan
memperhattan anak dan tingkat pendidikannya, serta pola
pengasuhan yang baik sehingga hal itu secara kidak langsung. akan
mempengaruhi cara dan kemampuan belajar anak.
Kondisi sosial etonomi anak yang cenderung kebawah biasanya.
banyak sekali mendapat tekanan terutama kebutuhan yang mungkin.
tidak tercutupi dan pola aruh orang tua yang kadang acuh tak acuh
terhadap anak sehingga dapat mempengaruhi kemampuan belajar
anak. Adapun contohnya seorang arat yang teturangan perhatian
orang tuanya karena orang tuanya berlalu sebut mencukupi
bebutuhan keluarga sehingga mempengaruhi pola belajar anak
tersebut.
F. Faktor Fisiologis
Faktor psikologis adalah keadaan siswa atau keadaan psikologis
anak yang dapat mempengaruhi proses belajarnya. Belajar pada
hakikatnya adalah proses psikologis. Faktor Prikologis
(Perkembangan jiwa J Belajar pada hakikatnya adalah ·proses
prikologis. Oleh karena itu semua keadaan dan fungsi psikologis
tertentu saja mempengaruhi belajar seseorang, terutama peserta
didik. Hal ini berarti belajar bukanlah berdin sendiri, terlepas dari
faktor lain seperti faktor dan luar dan fattor dan dalam tentu saja
merupakan hat yang berutama dalam menentukan intensitas belajar
scoring anak. Meskipun fattor lam mendutung tetapi faktor
prifologis tidak mendukung maka hal ini kurang signifikan. Oleh
karena itu minat kecerdasan, batat, motivasi dan kemampuan-
temampuan bognitif adalah faktor Prikologis yang utama
mempenganthi proses dan hasil belajar siswa.
Faktor prikologis adalah keadaan siswa atau keadaan psikologis
anak yang dapat mempengaruhi proses belajarnya. Kondisi sosial
ekonomi anak yang cenderung kebawah biasanya banyak sekali
mendapat tekanan terutama kebutuhan yang mungkin tidak tercukupi
dan pola asuh orang tua yang kadang acuh tak acuh terhadap anak
sehingga dapat mempengaruhi kemampuan belajar anak.
Dari pihak anak itu sendiri, perilakunya akan banyak
memperhatikan kondisi normatif yang telah ditanamkan oleh
keluarganya. Sehubungan dengan itu, dalam kehidupan sosial anak
akan senantiasa "menjaga" status sosial dan ekonomi keluarganya.
Dalam hal tertentu, maksud "menjaga status sosial keluarganya" itu
mengakibatkan menempatkan dirinya dalam pergaulan sosial yang
tidak tepat. Hal ini dapat berakibat lebih jauh, yaitu anak menjadi
"terisolasi" dari kelompoknya. Akibat lain mereka akan membentuk
kelompok elit dengan normanya sendiri.
Oleh karena itu, semua keadaan dan fungsi psikologis tentu saja
mempengaruhi belajar seseorang. Beberapa faktor psikologis yang
utama mempengaruhi proses belajar adalah kecerdasan siswa,
motivasi, minat, sikap dan bakat.
1. Kecerdasan/intelegensi siswa
Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemampuan
psiko-fisik dalam mereaksikan rangsangan atau menyesuaikan
diri dengan lingkungan melalui cara yang tepat. Dengan
demikian, kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan kualitas
otak saja, tetapi juga organ-organ tubuh lainnya. Namun bila
dikaitkan dengan kecerdasan, tentunya otak merupakan organ
yang penting dibandingkan organ yang lain, karena fungsi otak
itu sebagai organ pengendali tertinggi (executive control) dari
hampir seluruh aktivitas manusia.
Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling penting
dalam proses belajar siswa, karena itu menentukan kualitas
belajar siswa. Semakin tinggi intelegensi seorang individu,
semakin besar peluang individu tersebut meraih sukses dalam
belajar. Sebaliknya, semakin rendah tingkat intelegensi individu,
semakin sulit individu itu mencapai kesuksesan belajar.
Oleh karena itu, perlu bimbingan belajar dari orang lain,
seperti guru, orang tua, dan lain sebagainya. Sebagai faktor
psikologis yang penting dalam mencapai kesuksesan belajar,
maka pengetahuan dan pemahaman tentang kecerdasan perlu
dimiliki oleh setiap calon guru profesional, sehingga mereka
dapat memahami tingkat kecerdasannya.
Para ahli membagi tingkatan IQ bermacam-macam salah
satunya adalah penggolongan tingkat IQ berdasarkan tes
Stanfird-Biner yang telah direvisi oleh Terman dan Meril sebagai
berikut (Fudyartanto 2002)
No. Tingkat kecerdasan (IQ) Klasifikasi
1 140-169 Amat superior
2 120-139 Superior
3 110-119 Rata-rata tinggi
4 90-109 Rata-rata
5 80-89 Rata-rata rendah
6 70-79 Batas lemah mental
7 20-69 Lemah mental
Dalam tabel tersebut dapat diketahui ada 7 penggolongan
tingkatan kecerdasan manusia, yaitu:
a. Kelompok kecerdasan amat superior (very superior)
merentang antara IQ 140- IQ 169;
b. Kelompok kecerdasan superior merentang antara IQ 120-IQ
139;
c. Kelompok rata-rata tinggi (high everage) merentang antara
IQ 110-IQ 119;
d. Kelompok rata-rata (avarage) merentang antara IQ 90-109;
e. Kelompok rata-rata rendah (low average) merentang antara
IQ 80-IQ 89;
f. Kelompok batas lemah mental (bordeline defective) berada
pada IQ 70-IQ 79;
g. Kelompok kecerdasan lemah mental (mentally defective)
berada pada IQ 20-IQ 69, yang termasuk dalam kecerdasan
tingkat ini adalah debil, imbisil, idiot.
Pemahaman tentang tingkat kecerdasan individu dapat
diperoleh oleh orang tua dan guru atau pihak-pihak yang
berkepentingan melalui konsultasi dengan psikologis atau
psikeater. Sehingga dapat diketahui anak didik berada pada
tingkat kecerdasan yang mana, amat superior, superior, rata-rata
atau mungkin malah lemah mental. Informasi tentang taraf
kecerdasan seseorang merupakan hal yang sangat berharga untuk
memprediksi kemampuan belajar seseorang. Pemahaman tentang
tingkat kecerdasan peserta didik akan membantu mengarahkan
dan merencanakan bantuan yang akan diberikan kepada siswa.
2. Motivasi
Motivasi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi
keefektifan kegiatan belajar siswa. Motivasilah yang mendorong
siswa ingin melakukan kegiatan belajar. Para ahli psikologi
mendefinisikan motivasi sebagai proses di dalam diri individu
yang aktif. mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku
setiap saat (Slavin, 1994). Motivasi juga diartikan sebagai
pengaruh kebutuhan-kebutuhan dan keinginan terhadap
intensitas dan arah perilaku seseorang.
Dari sudut sumbernya motivasi dibagi menjadi dua, yaitu
motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik Motivasi intrinsik
adalah semua faktor yang berasal dari dalam diri individu dan
memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu. Seperti seorang
siswa yang gemar membaca, maka ia tidak perlu disuruh-suruh
untuk membaca karena membaca tidak hanya menjadi aktivitas
kesenangannya tetapi sudah mejadi kebutuhannya. Dalam proses
belajar, motivasi intrinsik memiliki pengaruh yang efektif.
karena motivasi intrinsik relatif lebih lama dan tidak tergantung
pada motivasi dari luar (ekstrinsik),
Menurut Arden N. Frandsen (Hayinah, 1992), yang termasuk
dalam motivasi intrinsik untuk belajar anatara lain adalah:
a. Dorongan ingin tahu dan ingin menyelisiki dunia yang lebih
luas
b. Adanya sifat positif dan kreatif yang ada pada manusia dan
keinginan untuk maju
c. Adanya keinginan untuk mencapai prestasi sehingga
mendapat dukungan dari orang-orang penting, misalkan
orang tua, saudara, guru, dan teman-teman.
d. Adanya kebutuhan untuk menguasai ilmu atau pengetahuan
yang berguna bagi dirinya.
Motivasi ekstrinsik adalah faktor yang datang dari luar diri
individu tetapi memberikan pengaruh terhadap kemauan untuk
belajar. Seperti pujian, peraturan, tata tertib, teladan guru,
orangtua, danlain sebagainya. Kurangnya respons dari
lingkungan secara positif akan mempengaruhi semangat belajar
seseorang menjadi lemah.
3. Ingatan
Secara teoritis, ada 3 aspek yang berkaitan dengan
berfungsinya ingatan, yakni:
a. Menerima kesan.
Kecakapan menerima kesan sangat sentral peranannya
dalam belajar. Melalui kecakapan inilah, peserta didik
mampu mengingat hal-hal yang dipelajarinya. Dalam konteks
pembelajaran, kecakapan ini dapat dipengaruhi oleh beberapa
hal. di antaranya teknik pembelajaran yang digunakan
pendidik. Teknik pembelajaran yang disertai dengan alat
peraga kesannya akan lebih dalam pada siswa.
b. Menyimpan kesan
kemampuan menyimpan kesan atau mengingat.
Kemampuan ini tidak sama kualitasnya pada setiap peserta
didik. Namun demikian. ada hal yang umum terjadi pada
siapapun juga. Untuk mencapai proporsi yang memadai
untuk diingat, menurut kalangan psikolog pendidikan, siswa
harus mengulang-ulang hal yang dipelajari dalam jangka
waktu yang tidak terlalu lama.
Implikasi pandangan ini dalam proses pembelajaran
sedemikian rupa sehingga memungkinkan bagi peserta didik
untuk mengulang atau mengingat kembali material
pembelajaran yang telah dipelajarinya. Misalnya dapat
dilakukan melalui pemberian tes setelah satu suhmaterial
pembelajaran selesai.
c. Kemampuan reproduksi
Kemampuan reproduksi adalah pengaktifan atau proses
produksi ulang hal-hal yang telah dipelajari. Bagaimanapun
hal-hal yang telah dipelajari suatu saat, harus diproduksi
untuk memenuhi kebutuhan tertentu siswa, misalnya
kebutuhan untuk menjawab pertanyaan pertanyaan dalam
ujian.
4. Minat
Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan
kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap
sesuatu. Menurut Reber Syah (2003) minat bukanlah istilah yang
popular dalam psikologi disebabkan ketergantungannya terhadap
berbagai faktor internal lainnya, seperti pemusatan perhatian,
keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan.
5. Bakat
Secara imum bakay (aptitude) didefinisikan sebagai
kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai
keberhasilan pada masa yang akan datang (Syah, 2003).
Berkaitan dengan belajar, Slavina mendefinikan bakat sebagi
kemampuan umum yang dimiliki seorang siswa untuk belajar.
Dengan demikian bakat adalah kemampuan seseorang menjadi
salah satu komponen yang diperlukan dalam proses belajar
seseorang sesuai dengan bidang yang dipelajarinya, maka bakat
itu akan mendukung proses belajarnya sehingga kemungkinan
besar ia akan berhasil.
Bakat memang diakui sebagai kemampuan bawaan yang
merupakan potensi yang masih perlu di kembangkan atau
latihan, Bakat merupakan faktor yang besar pengaruhnya
terhadap proses dan hasil belajar seseorang. Hampir tidak ada
orang yang membantah bahwa belajar pada bidang yang sesuai
dengan bakat memperbesar kemungkinanan berhasilnya usaha
itu.
Menurut Sunarto dan Hartono (1999: 121) bakat
memungkinkan seseorang untuk mencapai prestasi dalam bidang
tertentu. akan tetapi diperlukan latihan, pengetahuan,
pengalaman dan dorongan atau motivasi agar bakat itu dapat
terwujud.
Sementara itu menurut Vernon (1977) dikutip dari Utami
(1982: 18) Sejauh mana bakat-bakat pembawaan tersebut dapat
diwujudkan. tergantung dari kondisi dan kesempatan yang
diberikan oleh lingkungan keluarga dan masyarakat. Banyak
anak yang potensial berbakat tidak dapat mewujudkan
keunggulannya karena lingkungan mereka menghambat
pertumbuhan intelektual secara optimal.
6. Sikap
Dalam proses belajar sikap individu dapat mempengaruhi
keberhasilan proses belajamnya. Sikap merupakan kemampuan
memberikan penilaian tentang sesuatu yang membawa diri
sesuai dengan penilaian. Adanya penilaian tentang sesuatu
mengakibatkan terjadinya sikap menerima, menolak, atau
mengabaikan.
Sikap siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan
senang atau tidak senang pada performan guru, pelajaran, atau
lingkungan sekitarnya. Dan untuk mengantisipasi munculnya
sikap yang negatif dalam belajar, guru sebaiknya berusaha
untuk menjadi guru yang profesional dan bertanggung jawab
terhadap profesi yang dipilihnya. Dengan profesionalitas,
seorang guru akan berusaha memberikan yang terbaik bagi
siswanya, berusaha mengembangkan kepribadian sebagai
seorang guru yang empatik, sabar, dan tulus kepada muridnya,
berusaha untuk menyajikan pelajaran yang diampunya dengan
baik dan menarik sehingga membuat siswa dapat mengikuti
pelajaran dengan senang.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Tinjauan fisiologis adalah kebijakan yang pasti tidak bisa
diabaikan dalam penentuan besar kecilnya, tinggi rendahnya
kursi dan meja sebagai tempat duduk anak didik dalam
menerima pelajaran dari guru di kelas Perangkat tempat duduk
ini mempengaruhi kenyamanan dan kemudahan anak didik
ketika sedang menerima pelajaran di kelas. Dan berdampak
langsung terhadap tingkat konsentrasi anak didik dalam
rentangan tertentu. Anak didik akan betah duduk berlama-lama
di tempat duduknya bila sesuai dengan postur tubuhnya.
2. Dalam KBBI, intelektual berarti cerdas, berakal, dan, berpikiran
jernih berdasarkan ilmu pengetahuan. Intelektual adalah
kemampuan kognitif yang dimiliki peserta didik untuk
menyesuaikan diri secara efektif pada lingkungan belajar yang
kompleks dan selalu berubah serta dipengaruhi oleh faktor
genetik. Kecerdasan intelektual adalah kesanggupan untuk
menyesuaikan diri dengan kebutuhan baru dengan menggunakan
alat-alat berfikir yang sesuai dengan tujuan.
3. Lingkungan merupakan faktor yang berasal dari luar yang
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Lingkungan belajar
siswa yang nyaman dan efektif akan mendukung kegiatan
pembelajaran berjalan dengan kondusif.
4. Pengalaman anak juga menjadi faktor yang mempengaruhi
kemampuan anak didik dalam belajar. Karena pengalaman
adalah suatu kejadian atau peristiwa yang dialami oleh
seseorang. Faktor ini juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
Dalam lingkungan anak akan diajari tentang nilai-nilai budaya
Faktor lingkungan tertentu akan menghasilkan pola pertumbuhan
dan perkembangan tertentu pula pada anak didik setiap
pertumbuhan dan perkembangan yang kompleks merupakan
hasil interaksi di lingkungan.
5. Kondisi sosial ekonomi anak yang cenderung kebawah biasanya
banyak sekali mendapat tekanan terutama kebutuhan yang
mungkin tidak tercukupi dan pola asuh orang tua yang kadang
acuh tak acuh terhadap anak sehingga dapat mempengaruhi
kemampuan belajar anak.
6. Faktor psikologis adalah keadaan siswa atau keadaan psikologis
anak yang dapat mempengaruhi proses belajarnya. Belajar pada
hakikatnya adalah proses psikologis. Oleh karena itu, semua
keadaan dan fungsi psikologis tentu saja mempengaruhi belajar
seseorang.
B. Saran
Dalam pembelajaran peserta didik ada beberapa faktor yang
menjadi pendukung dalam belajarnya. Untuk itu seorang pendidik
perlu memperhatikan faktor-faktor tersebut agar peserta didik dapat
belajar dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Arief, Junaidi.2019. Modul Mata Kuliah Pendidikan Bahasa Dan Sastra
Indonesia Semester II.Padang Pariaman: STKIP NASIONAL.
Rahmi, Farida.2018.Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: PT
Bumi Aksara
DAFTAR PUSTAKA
Arief Junaidi.2019. Modul Mata Kuliah Pendidikan Bahasa Dan Sastra
Indonesia Semester II.Padang Pariaman: STKIP NASIONAL.
Slameto.2003.Belajar Dan Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka
Cipta.

Anda mungkin juga menyukai