Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA 2 SD

TENTANG

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN

ANAK DIDIK DALAM BELAJAR BAHASA INDONESIA

Di susun oleh:

Syalsha Fauziah Putri Nasmar (21101704)

Dosen Pembimbing:

Drs. Junaidi Arief, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

STKIP NASIONAL

2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih terhadap dosen pengampu kita bapak drs. Junaidi arief
M.Pd yang telah memberi kesempatan kepada kelompok untuk persentasi pada
saat ini.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar
makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Padang pariaman, 21 juni 2022

Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................
DAFTAR ISI .......................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................
B. Rumusan Masalah ..................................................................................
C. Tujuan .....................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Faktor Fisiologis .....................................................................................
B. Faktor Intelegtual ...................................................................................
C. Faktor Lingkungan ................................................................................
D. Faktor Pengalaman Anak ......................................................................
E. Faktor Sosial Ekonomi ...........................................................................
F. Faktor Fisiologis .....................................................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................
B. Saran.........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar adalah
faktor lingkungan, faktor instrumental, faktor fisiologis, dan faktor
psikologis. Keempat faktor tersebut tidak dapat dipisahkan karena
merupakan satu kesatuan utuh yang saling terkait, terikat, mempengaruhi,
membutuhkan, dan menentukan. Perubahan salah satu faktor akan
berpengaruh ke faktor lainnya.
Selama hidup peserta didik tidak bisa menghindarkan diri dari
lingkungan alami dan lingkungan sosial budaya. Lingkungan alami adalah
lingkungan tempat tinggal anak didik, hidup, dan berusaha didalamnya.
Sebagai anggota masyarakat, anak didik tidak bisa melepaskan diri dari
ikatan sosial. Ketika anak didik berada di sekolah, maka dia berada dalam
sistem sosial di sekolah (Syaiful Bahri Djamarah, 2011: 176).
B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud faktor faktor fisiologis
2. Apa yang dimaksud faktor faktor intelektual
3. Apa yang dimaksud faktor faktor lingkungan
4. Apa yang dimaksud faktor faktor pengalaman anak
5. Apa yang dimaksud faktor faktor sosial ekonomi
6. Apa yang dimaksud faktor faktor psikologis
C. Tujuan pembahasan
1. Untuk mengetahui faktor fisiologis
2. Untuk mengetahui faktor intelektual
3. Untuk mengetahui faktor lingkungan
4. Untuk mengetahui faktor pengalaman anak
5. Untuk mengetahui faktor sosial ekonomi
6. Untuk mengetahui faktor psikologis
BAB II
PEMBAHASAN
A. Faktor Fisiologis
Kondisi Fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan
belajar seseorang. Orang yang dalam keadaan segar jasmaninya akan berlainan
belajarnya dari orang yang dalam keadaan kelelahan. Anak anak yang tidak
kekurangan gizi, mereka lekas lelah, mudah mengantuk dan sukar menerima
pelajaran.
Menurut Nochi, hal yang tidak kalah pentingnya adalah kondisi panca indra
(mata, hidung, pengecap, telinga dan tubuh), terutama mata sebagai alat untuk
melihat dan sebagai selingan sebagai alat untuk mendengar. Sebagian besar yang
dipelajari manusia (anak) yang belajar berlangsung dengan membaca, melihat
contoh atau model, melakukan observasi, mengamati hasil-hasil eksperimen,
mendengarkan keterangan guru, mendengarkan ceramah, mendengarkan
keterangan orang lain dalam diskusi dan sebagainya. Karena pentingnya peranan
penglihatan dan pendengaran inilah maka lingkungan pendidikan formal orang
melakukan penelitian untuk menemukan bentuk dan cara penggunaan alat peraga
yang dapat dilihat dan didengar.
Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan
kondisi fisik individu. Factor-factor ini dibedakan menjadi dua macam.
1. keadaan tonus jasmani. Keadaan tonus jasmani pada umumnya sangat
memengaruhi aktivitas belajar seseorang . kondisi fisik yang sehat dan
bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar
individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan
menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal. Oleh karena itu
keadaan jasmani sangat memengaruhi proses belajar, maka perlu ada
usaha untuk menjaga kesehatan jasmani. Cara untuk menjaga kesehatan
jasmani antara lain adalah :
a. Menjaga pola makan yang sehat dengan memerhatikan nutrisi yang
masuk kedalam tubuh, karena kekurangan gizi atau nutrisi akan
mengakibatkan tubuh cepat lelah, lesu , dan mengantuk, sehingga tidak
ada gairah untuk belajar.
b. Rajin berolah raga agar tubuh selalu bugar dan sehat;
c. Istirahat yang cukup dan sehat.
2. Keadaan fungsi jasmani/fisiologis.
Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologis pada tubuh
manusia sangat memengaruhi hasil belajar, terutama panca indra. Panca
indra yang berfungsi dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar
dengan baik pula. Dalam proses belajar, merupakan pintu masuk bagi
segala informasi yang diterima dan ditangkap oleh manusia, Sehinga
manusia dapat menangkap dunia luar.
Panca indra yang memiliki peran besar dalam aktivitas belajar adalah
mata dan telinga. Oleh lkarena itu, baik guru maupun siswa perlu menjaga
panca indra dengan baik, baik secara preventif maupun secara yang
bersifat kuratif. Dengan menyediakan sarana belajar yang memenuhi
persyaratan, memeriksakan kesehatan fungsi mata dan telinga secara
periodic, mengonsumsi makanan yang bergizi , dan lain sebagainya.
Tinjauan fisiologis adalah kebijakan yang pasti tidak bisa diabaikan
dalam penentuan besar kecilnya, tinggi rendahnya kursi dan meja sebagai
tempat duduk anak didik dalam menerima pelajaran dari guru di kelas
Perangkat tempat duduk ini mempengaruhi kenyamanan dan kemudahan
anak didik ketika sedang menerima pelajaran di kelas. Dan berdampak
langsung terhadap tingkat konsentrasi anak didik dalam rentangan tertentu.
Anak didik akan betah duduk berlama-lama di tempat duduknya bila
sesuai dengan postur tubuhnya.
B. Faktor Intelektual
Dalam KBBI, intelektual berarti cerdas, berakal, dan, berpikiran jernih
berdasarkan ilmu pengetahuan. Intelektual adalah kemampuan kognitif
yang dimiliki peserta didik untuk menyesuaikan diri secara efektif pada
lingkungan belajar yang kompleks dan selalu berubah serta dipengaruhi
oleh faktor genetik.
Kecerdasan intelektual adalah kesanggupan untuk menyesuaikan diri
dengan kebutuhan baru dengan menggunakan alat-alat berfikir yang sesuai
dengan tujuan. Istilah intelek menurut soeparwoto (2005:31) berasal dari
kata intellect (bahasa inggris) yang berarti ‘proses kognitif berpikir, daya
menghubungkan dan kemampuan mental atau intelegensi”.
Menurut English & English dalam bukunya A Comprehensive
Dictionary of Psichological and Psychoalitical Terms" dalam Sunarto dan
Hartono (2008:99) istilah intelektual berarti antara lain:
1. Kekuataan mental dimana manusia dapat berpikir Suatu rumpun nama
untuk proses kognitif, terutama untuk aktivitas yang berkenaan dengan
berpikir (misalnya menghubungkan, menimbang, dan memahami).
2. Kecakapan, terutama kecakapan yang tinggi untuk berpikir.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian
intelektual yaitu akal budi atau Inteligensi yang berarti kemampuan
untuk meletakkan hubungan dari proses berpikir, kemampuan untuk
melakukan pemikiran yang bersifat abstrak atau tidak bisa di lihat
(abstraksi), serta berpikir logis dan cepat sehingga dapat bergerak dan
menyesuaikan diri terhadap situasi baru. Orang yang intelligent adalah
orang yang dapat menyelesaikan persoalan dalam waktu yang lebih
singkat, memahami masalahnya lebih cepat dan cermat serta mampu
bertindak cepat.
Menurut Andi Mappiare (1982: 80) dalam Sunarto dan Hartono (2008:
106) hal-hal yang mempengaruhi perkembangan intelektual itu antara lain:
1. Bertambahnya informasi yang disimpan (dalam otak) seseorang
sehingga ia mampu berpikir reflektif.
2. Banyaknya pengalaman dan latihan-latihan memecahkan masalah
sehingga seseorang dapat berpikir proporsional.
3. Adanya kebebasan berpikir, menimbulkan keberanian seseorang dalam
menyusun hipotesis-hipotesis yang radikal, kebebasan menjajaki
masalah secara keseluruhan, dan menunjang keberanian anak
memecahkan masalah dan menarik kesimpulan yang baru dan benar.
Adapun peran faktor Intelektual dalam belajar:
1. Menurut Nickerson dalam Agus Efendi, diantara pendahulu tes
kecerdasan adalah Binet. Hasil tes yang dilakukan oleh Alfred Binet
dan koleganya menemukan bahwa peran kecerdasan intelegensi dalam
belajar adalah sebagai berikut:
a. Kecerdasan intelektual berperan dalam keberhasilan seorang anak
dalam proses belajar di sekolah.
b. Kecerdasan sebagai adaptasi.
c. Kecerdasan sebagai criticism. Menurut Binet criticism adalah
kemampuan untuk mengkritisi pikiran dan tindakan sendiri.
Sehingga siswa yang cerdas dapat berpikir kritis dan lebih aktif
dalam proses belajar.
d. Kecerdasan intelektual berperan dalam memberikan kesempatan
belajar bagi anak yang berasal dari keluarga miskin.
C. Faktor Lingkungan
Manusia tumbuh dan berkembang dalam lingkungan. Lingkungan
tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Lingkungan selalu
mengitari manusia dari waktu ke waktu, sehingga antara manusia dan
lingkungan terdapat hubungan timbal balik dimana lingkungan
mempengaruhi manusia dan sebaliknya manusia juga mempengaruhi
lingkungan.
Begitu pula dalam proses belajar belajar mengajar, lingkungan
merupakan sumber belajar yang berpengaruh dalam proses belajar dan
perkembangan anak. Lingkungan belajar adalah tempat berlangsungnya
kegiatan belajar yang mendapatkan pengaruh dari luar terhadap
keberlangsungan kegiatan tersebut.
Lingkungan merupakan faktor yang berasal dari luar yang
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Lingkungan belajar siswa yang
nyaman dan efektif akan mendukung kegiatan pembelajaran berjalan
dengan kondusif.
Lingkungan yang merupakan sumber belajar memiliki pengaruh
dalam proses pembelajaran. Lingkungan dalam arti sempit adalah alam
sekitar di luar diri individu atau manusia. Lingkungan itu mencakup segala
material dan stimulus di dalam dan di luar individu, baik yang bersifat
fisiologis, psikologis, maupun sosio-kultural. Lingkungan belajar yang
kedua adalah lingkungan sekolah.
Menurut Yusuf (2001: 154) sekolah merupakan lembaga pendidikan
formal yang secara sistematis melaksanakan program bimbingan
pengajaran, dan latihan dalam rangka membantu siswa agar mampu
mengembangkan potensinya, baik yang menyangkut aspek moral,
spiritual. intelektual, emosional, maupun sosial. Lingkungan sekolah
adalah jumlah semua benda mati serta seluruh kondisi yang ada didalam
lembaga. Pendidikan formal yang secara sistematis melaksanakan program
pendidikan dan membantu siswa mengembangkan potensinya.
Menurut Slameto (2003: 64) faktor sekolah yang mempengaruhi
belajar mencangkup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan
siswa, relasi guni dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin
sekolah, alat pembelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan
gedung, metode belajar dan tugas. Lingkungan masyarakat adalah tempat
terjadinya sebuah interaksi suatu sistem dalam menghasilkan sebuah
kebudayaan yang terikat oleh norma-norma dan adat istiadat yang
berlangsung dalam kurun waktu yang lama.
Lingkungan masyarakat terdiri dari kegiatan siswa dalam masyarakat,
media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat. Manusia merupakan
makluk sosial dan hidup di tengah-tengah masyarakat. Di dalam
masyarakat terdapat norma-morma yang harus dipatuhi oleh anggota.
Norma-norma tersebut berpengaruh dalam pembentukan kepribadian
warganya dalam bertindak dan bersikap. Untuk itulah lingkungan
masyarakat mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan belajar anak.
Menurut Syah (2006: 152) lingkungan belajar sebagai faktor eksternal
siswa yang mempengaruhi prestasi belajar dapat digolongkan menjadi dua
yaitu sebagai berikut:
1. Lingkungan sosial.
Lingkungan sosial di sekolah adalah seluruh warga sekolah, baik
itu guru, karyawan maupun teman-teman sekelas, dan semua dapat
mempengaruhi semangat belajar seorang siswa. Lingkungan sosial
siswa di rumah antara lain masyarakat, tetangga dan juga teman-teman
bergaul siswa.
Lingkungan sosial yang dominan dalam mempengaruhi kegiatan
belajar siswa adalah orang tua dan keluarga itu sendiri. Bentuk dan isi
serta cara-cara pendidikan di dalam keluarga akan selalu
mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya, watak, budi pekerti, dan
kepribadian orang.
2. Lingkungan non sosial
Lingkungan non sosial siswa yang berpengaruh terhadap
belajarnya diantaranya adalah gedung sekolah dan letaknya, ruang
tempat tinggal siswa, alat-alat belajar, keadaan belajar dan waktu
belajar siswa dan media. Adapun yang termaksud dalam media adalah
bioskop, radio, televisi, surat kabar, majalah, buku-buku dan
sebagainya. Diantara media tersebut yang berpengaruh besar terhadap
belajar anak adalah televisi.
D. Faktor Pengalaman Anak
Pengalaman anak juga menjadi faktor yang mempengaruhi
kemampuan anak didik dalam belajar. Karena pengalaman adalah suatu
kejadian atau peristiwa yang dialami oleh seseorang. Faktor ini juga
dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
Dalam lingkungan anak akan diajari tentang nilai-nilai budaya Faktor
lingkungan tertentu akan menghasilkan pola pertumbuhan dan
perkembangan tertentu pula pada anak didik setiap pertumbuhan dan
perkembangan yang kompleks merupakan hasil interaksi di lingkungan.
Pengalaman belajar anak sangat mempengaruhi cara belajar terutama
dalam belajar bahasa Indonesia. Anak yang sudah. dibiasakan dengan
pengalaman pengalaman yang baik akan dengan mudah dalam proses
belajarnya. Misalnya anak yang dan keal diajarkan membaca, mengenal
hurup, bercerita dan belajar bahasa atau berbahasa yang baik akan
mempengaruhi cara belajarnya nantinya, begitu juga sebaliknya. Anak
yang dan kecil diajar belajar akan dengan mudah menangkap dan cepat
dalam belajar.
Adapun contohnya anak yang mampu beldyar bahasa Indonesia yang
baik diakibatkan karena keluarganya dan lingkungannya mengajarkan cara
berbahasa yang baik. Contoh lain, andit yang sering diajarkan bermain
menggunakan media-media belajar sebagai bahan bermain atan mampu
menguarai dengan cepat dan memiliki proses berpikir yang cepat
dibanding dengan anak bermain dengan bidat menggunakan media belajar.
Contoh media belayarnya yaitu buku gambar, buku cerita, rubik, sempoa,
dll.
Didalam lingkungan masyarakat siswa akan sangat mempengaruhi
aktivitas belajarnya. melalui interaksi siswa akan dapat bersosialisasi
dengan masyarakat didalam lingkungan anak akan terbiasa dan tau
bagaimana bergaul di masyarakat sekitar. Setiap daerah memiliki
kebiasaan dan tata cara pergaulan yang berbeda-beda. Melalui inilah anak
didik akan belajar bagaimana bergaul dan berinteraksi dengan masyarakat
dan orang-orang disekitarnya yang bisa dijadikan pengalamannya yang
berkesan.
E. Faktor Sosial ekonomi
Dalam proses perkembanganya, betapa pun ukuranya bervariasi,
seorang anak pasti memerlukan biaya. Biaya untuk makan dan minum
dirumah, tetapi juga untuk membeli peralatan sekolah yang dibutuhkan
oleh siswa Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi atau status
kehidupan sosial keluarga dalam lingkungan masyarakat.
Masyarakat akan memandang anak, bukan sebagai anak yang
independen, akan tetapi akan dipandang dalam konteksnya yang utuh
dalam keluarga anak itu. "ia anak siapa". Secara tidak langsung dalam
pergaulan sosial anak, masyarakat dan kelompoknya dan
memperhitungkan norma yang berlaku di dalam keluarganya.
Faktor serial ekonomi ini terkait dengan keadaan keluarga.. Dimana
hal ini juga mempengaruhi cara belajar siswa. Keluarga. yang memiliti
kedudutan binogi dan secara financial mampu membiayai anak serta
memiliti tingkat pendidikan yang tinggi akan memperhattan anak dan
tingkat pendidikannya, serta pola pengasuhan yang baik sehingga hal itu
secara kidak langsung. akan mempengaruhi cara dan kemampuan belajar
anak.
Kondisi sorial etonomi anak yang cenderung kebawah biasanya.
banyak sekali mendapat tekanan terutama kebutuhan yang mungkin. tidak
tercutupi dan pola aruh orang tua yang kadang acuh tak acuh terhadap
anak sehingga dapat mempengaruhi kemampuan belajar anak.
Adapun contohnya seorang arat yang teturangan perhatian orang
tuanya karena orang tuanya berlalu sebut mencukupi bebutuhan keluarga
sehingga mempengaruhi pola belajar anak tenebut.
Faktor sorial ekonomi ini terkait dengan keadaan keluarga.. Dimana
hal ini juga mempengaruhi cara belajar siswa. Keluarga. yang memiliki
kedudukan biologi dan secara financial mampu membiayai anak serta
memiliki tingkat pendidikan yang tinggi akan memperhattan anak dan
tingkat pendidikannya, serta pola pengasuhan yang baik sehingga hal itu
secara kidak langsung. akan mempengaruhi cara dan kemampuan belajar
anak.
Kondisi sosial etonomi anak yang cenderung kebawah biasanya.
banyak sekali mendapat tekanan terutama kebutuhan yang mungkin. tidak
tercutupi dan pola aruh orang tua yang kadang acuh tak acuh terhadap
anak sehingga dapat mempengaruhi kemampuan belajar anak. Adapun
contohnya seorang arat yang teturangan perhatian orang tuanya karena
orang tuanya berlalu sebut mencukupi bebutuhan keluarga sehingga
mempengaruhi pola belajar anak tersebut.
F. Faktor Psikologi
Faktor psikologis adalah keadaan siswa atau keadaan psikologis anak
yang dapat mempengaruhi proses belajarnya. Belajar pada hakikatnya
adalah proses psikologis. Faktor Prikologis (Perkembangan jiwa J Belajar
pada hakikatnya adalah ·proses prikologis. Oleh karena itu semua keadaan
dan fungsi psikologis tertentu saja mempengaruhi belajar seseorang,
terutama peserta didik. Hal ini berarti belajar bukanlah berdin sendiri,
terlepas dari faktor lain seperti faktor dan luar dan fattor dan dalam tentu
saja merupakan hat yang berutama dalam menentukan intensitas belajar
scoring anak. Meskipun fattor lam mendutung tetapi faktor prifologis tidak
mendukung maka hal ini kurang signifikan. Oleh karena itu minat
kecerdasan, batat, motivasi dan kemampuan-temampuan bognitif adalah
faktor Prikologis yang utama mempenganthi proses dan hasil belajar
siswa.
Faktor prikologis adalah keadaan siswa atau keadaan psikologis anak
yang dapat mempengaruhi proses belajarnya. Kondisi sosial ekonomi anak
yang cenderung kebawah biasanya banyak sekali mendapat tekanan
terutama kebutuhan yang mungkin tidak tercukupi dan pola asuh orang tua
yang kadang acuh tak acuh terhadap anak sehingga dapat mempengaruhi
kemampuan belajar anak.
Dari pihak anak itu sendiri, perilakunya akan banyak memperhatikan
kondisi normatif yang telah ditanamkan oleh keluarganya. Sehubungan
dengan itu, dalam kehidupan sosial anak akan senantiasa "menjaga" status
sosial dan ekonomi keluarganya. Dalam hal tertentu, maksud "menjaga
status sosial keluarganya" itu mengakibatkan menempatkan dirinya dalam
pergaulan sosial yang tidak tepat. Hal ini dapat berakibat lebih jauh, yaitu
anak menjadi "terisolasi" dari kelompoknya. Akibat lain mereka akan
membentuk kelompok elit dengan normanya sendiri.
Oleh karena itu, semua keadaan dan fungsi psikologis tentu saja
mempengaruhi belajar seseorang. Beberapa faktor psikologis yang utama
mempengaruhi proses belajar adalah kecerdasan siswa, motivasi, minat,
sikap dan bakat.
1. Kecerdasan/intelegensi siswa
Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemampuan psiko-
fisik dalam mereaksikan rangsangan atau menyesuaikan diri dengan
lingkungan melalui cara yang tepat. Dengan demikian, kecerdasan
bukan hanya berkaitan dengan kualitas otak saja, tetapi juga organ-
organ tubuh lainnya. Namun bila dikaitkan dengan kecerdasan,
tentunya otak merupakan organ yang penting dibandingkan organ yang
lain, karena fungsi otak itu sebagai organ pengendali tertinggi
(executive control) dari hampir seluruh aktivitas manusia.
Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling penting
dalam proses belajar siswa, karena itu menentukan kualitas belajar
siswa. Semakin tinggi intelegensi seorang individu, semakin besar
peluang individu tersebut meraih sukses dalam belajar. Sebaliknya,
semakin rendah tingkat intelegensi individu, semakin sulit individu itu
mencapai kesuksesan belajar.
Oleh karena itu, perlu bimbingan belajar dari orang lain, seperti
guru, orang tua, dan lain sebagainya. Sebagai faktor psikologis yang
penting dalam mencapai kesuksesan belajar, maka pengetahuan dan
pemahaman tentang kecerdasan perlu dimiliki oleh setiap calon guru
profesional, sehingga mereka dapat memahami tingkat kecerdasannya.
Para ahli membagi tingkatan IQ bermacam-macam salah satunya
adalah penggolongan tingkat IQ berdasarkan tes Stanfird-Biner yang
telah direvisi oleh Terman dan Meril sebagai berikut (Fudyartanto
2002)
No. Tingkat kecerdasan (IQ) Klasifikasi
1 140-169 Amat superior
2 120-139 Superior
3 110-119 Rata-rata tinggi
4 90-109 Rata-rata
5 80-89 Rata-rata rendah
6 70-79 Batas lemah mental
7 20-69 Lemah mental
Dalam tabel tersebut dapat diketahui ada 7 penggolongan
tingkatan kecerdasan manusia, yaitu:
a. Kelompok kecerdasan amat superior (very superior) merentang
antara IQ 140- IQ 169;
b. Kelompok kecerdasan superior merentang antara IQ 120-IQ 139;
c. Kelompok rata-rata tinggi (high everage) merentang antara IQ 110-
IQ 119;
d. Kelompok rata-rata (avarage) merentang antara IQ 90-109;
e. Kelompok rata-rata rendah (low average) merentang antara IQ 80-
IQ 89;
f. Kelompok batas lemah mental (bordeline defective) berada pada
IQ 70-IQ 79;
g. Kelompok kecerdasan lemah mental (mentally defective) berada
pada IQ 20-IQ 69, yang termasuk dalam kecerdasan tingkat ini
adalah debil, imbisil, idiot.
Pemahaman tentang tingkat kecerdasan individu dapat diperoleh
oleh orang tua dan guru atau pihak-pihak yang berkepentingan melalui
konsultasi dengan psikologis atau psikeater. Sehingga dapat diketahui
anak didik berada pada tingkat kecerdasan yang mana, amat superior,
superior, rata-rata atau mungkin malah lemah mental. Informasi
tentang taraf kecerdasan seseorang merupakan hal yang sangat
berharga untuk memprediksi kemampuan belajar seseorang.
Pemahaman tentang tingkat kecerdasan peserta didik akan membantu
mengarahkan dan merencanakan bantuan yang akan diberikan kepada
siswa.
2. Motivasi
Motivasi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi keefektifan
kegiatan belajar siswa. Motivasilah yang mendorong siswa ingin
melakukan kegiatan belajar. Para ahli psikologi mendefinisikan
motivasi sebagai proses di dalam diri individu yang aktif. mendorong,
memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat (Slavin, 1994).
Motivasi juga diartikan sebagai pengaruh kebutuhan-kebutuhan dan
keinginan terhadap intensitas dan arah perilaku seseorang.
Dari sudut sumbernya motivasi dibagi menjadi dua, yaitu motivasi
intrinsik dan motivasi ekstrinsik Motivasi intrinsik adalah semua faktor
yang berasal dari dalam diri individu dan memberikan dorongan untuk
melakukan sesuatu. Seperti seorang siswa yang gemar membaca, maka
ia tidak perlu disuruh-suruh untuk membaca karena membaca tidak
hanya menjadi aktivitas kesenangannya tetapi sudah mejadi
kebutuhannya. Dalam proses belajar, motivasi intrinsik memiliki
pengaruh yang efektif. karena motivasi intrinsik relatif lebih lama dan
tidak tergantung pada motivasi dari luar (ekstrinsik),
Menurut Arden N. Frandsen (Hayinah, 1992), yang termasuk
dalam motivasi intrinsik untuk belajar anatara lain adalah:
a. Dorongan ingin tahu dan ingin menyelisiki dunia yang lebih luas
b. Adanya sifat positif dan kreatif yang ada pada manusia dan
keinginan untuk maju
c. Adanya keinginan untuk mencapai prestasi sehingga mendapat
dukungan dari orang-orang penting, misalkan orang tua, saudara,
guru, dan teman-teman.
d. Adanya kebutuhan untuk menguasai ilmu atau pengetahuan yang
berguna bagi dirinya.
Motivasi ekstrinsik adalah faktor yang datang dari luar diri individu
tetapi memberikan pengaruh terhadap kemauan untuk belajar. Seperti
pujian, peraturan, tata tertib, teladan guru, orangtua, danlain
sebagainya. Kurangnya respons dari lingkungan secara positif akan
mempengaruhi semangat belajar seseorang menjadi lemah.
3. Ingatan
Secara teoritis, ada 3 aspek yang berkaitan dengan berfungsinya
ingatan, yakni:

a. Menerima kesan.
Kecakapan menerima kesan sangat sentral peranannya dalam
belajar. Melalui kecakapan inilah, peserta didik mampu mengingat
hal-hal yang dipelajarinya. Dalam konteks pembelajaran,
kecakapan ini dapat dipengaruhi oleh beberapa hal. di antaranya
teknik pembelajaran yang digunakan pendidik. Teknik
pembelajaran yang disertai dengan alat peraga kesannya akan lebih
dalam pada siswa.
b. Menyimpan kesan
kemampuan menyimpan kesan atau mengingat. Kemampuan
ini tidak sama kualitasnya pada setiap peserta didik. Namun
demikian. ada hal yang umum terjadi pada siapapun juga. Untuk
mencapai proporsi yang memadai untuk diingat, menurut kalangan
psikolog pendidikan, siswa harus mengulang-ulang hal yang
dipelajari dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama.
Implikasi pandangan ini dalam proses pembelajaran
sedemikian rupa sehingga memungkinkan bagi peserta didik untuk
mengulang atau mengingat kembali material pembelajaran yang
telah dipelajarinya. Misalnya dapat dilakukan melalui pemberian
tes setelah satu suhmaterial pembelajaran selesai.
c. Kemampuan reproduksi
Kemampuan reproduksi adalah pengaktifan atau proses
produksi ulang hal-hal yang telah dipelajari. Bagaimanapun hal-hal
yang telah dipelajari suatu saat, harus diproduksi untuk memenuhi
kebutuhan tertentu siswa, misalnya kebutuhan untuk menjawab
pertanyaan pertanyaan dalam ujian.
4. Minat
Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan
kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.
Menurut Reber Syah (2003) minat bukanlah istilah yang popular
dalam psikologi disebabkan ketergantungannya terhadap berbagai
faktor internal lainnya, seperti pemusatan perhatian, keingintahuan,
motivasi, dan kebutuhan.
5. Bakat
Bakat memang diakui sebagai kemampuan bawaan yang
merupakan potensi yang masih perlu di kembangkan atau latihan,
Bakat merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap proses dan
hasil belajar seseorang. Hampir tidak ada orang yang membantah
bahwa belajar pada bidang yang sesuai dengan bakat memperbesar
kemungkinanan berhasilnya usaha itu.
Menurut Sunarto dan Hartono (1999: 121) bakat memungkinkan
seseorang untuk mencapai prestasi dalam bidang tertentu. akan tetapi
diperlukan latihan, pengetahuan, pengalaman dan dorongan atau
motivasi agar bakat itu dapat terwujud.
Sementara itu menurut Vernon (1977) dikutip dari Utami (1982:
18) Sejauh mana bakat-bakat pembawaan tersebut dapat diwujudkan.
tergantung dari kondisi dan kesempatan yang diberikan oleh
lingkungan keluarga dan masyarakat. Banyak anak yang potensial
berbakat tidak dapat mewujudkan keunggulannya karena lingkungan
mereka menghambat pertumbuhan intelektual secara optimal.
6. Sikap
Dalam proses belajar sikap individu dapat mempengaruhi
keberhasilan proses belajamnya. Sikap merupakan kemampuan
memberikan penilaian tentang sesuatu yang membawa diri sesuai
dengan penilaian. Adanya penilaian tentang sesuatu mengakibatkan
terjadinya sikap menerima, menolak, atau mengabaikan.
Sikap siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan
senang atau tidak senang pada performan guru, pelajaran, atau
lingkungan sekitarnya. Dan untuk mengantisipasi munculnya sikap
yang negatif dalam belajar, guru sebaiknya berusaha untuk menjadi
guru yang profesional dan bertanggung jawab terhadap profesi yang
dipilihnya. Dengan profesionalitas, seorang guru akan berusaha
memberikan yang terbaik bagi siswanya, berusaha mengembangkan
kepribadian sebagai seorang guru yang empatik, sabar, dan tulus
kepada muridnya, berusaha untuk menyajikan pelajaran yang
diampunya dengan baik dan menarik sehingga membuat siswa dapat
mengikuti pelajaran dengan senang.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Tinjauan fisiologis adalah kebijakan yang pasti tidak bisa diabaikan
dalam penentuan besar kecilnya, tinggi rendahnya kursi dan meja
sebagai tempat duduk anak didik dalam menerima pelajaran dari guru
di kelas Perangkat tempat duduk ini mempengaruhi kenyamanan dan
kemudahan anak didik ketika sedang menerima pelajaran di kelas. Dan
berdampak langsung terhadap tingkat konsentrasi anak didik dalam
rentangan tertentu. Anak didik akan betah duduk berlama-lama di
tempat duduknya bila sesuai dengan postur tubuhnya.
2. Dalam KBBI, intelektual berarti cerdas, berakal, dan, berpikiran jernih
berdasarkan ilmu pengetahuan. Intelektual adalah kemampuan kognitif
yang dimiliki peserta didik untuk menyesuaikan diri secara efektif
pada lingkungan belajar yang kompleks dan selalu berubah serta
dipengaruhi oleh faktor genetik. Kecerdasan intelektual adalah
kesanggupan untuk menyesuaikan diri dengan kebutuhan baru dengan
menggunakan alat-alat berfikir yang sesuai dengan tujuan.
3. Lingkungan merupakan faktor yang berasal dari luar yang
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Lingkungan belajar siswa
yang nyaman dan efektif akan mendukung kegiatan pembelajaran
berjalan dengan kondusif.
4. Pengalaman anak juga menjadi faktor yang mempengaruhi
kemampuan anak didik dalam belajar. Karena pengalaman adalah
suatu kejadian atau peristiwa yang dialami oleh seseorang. Faktor ini
juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Dalam lingkungan anak akan
diajari tentang nilai-nilai budaya Faktor lingkungan tertentu akan
menghasilkan pola pertumbuhan dan perkembangan tertentu pula pada
anak didik setiap pertumbuhan dan perkembangan yang kompleks
merupakan hasil interaksi di lingkungan.
5. Kondisi sosial ekonomi anak yang cenderung kebawah biasanya
banyak sekali mendapat tekanan terutama kebutuhan yang mungkin
tidak tercukupi dan pola asuh orang tua yang kadang acuh tak acuh
terhadap anak sehingga dapat mempengaruhi kemampuan belajar anak.
6. Faktor psikologis adalah keadaan siswa atau keadaan psikologis anak
yang dapat mempengaruhi proses belajarnya. Belajar pada hakikatnya
adalah proses psikologis. Oleh karena itu, semua keadaan dan fungsi
psikologis tentu saja mempengaruhi belajar seseorang.
B. Saran
Oleh sebab itu berkesimpulan untuk pembaca memahami lebih
mendalam lagi faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan anak didik
dalam belajar bahasa indonesia, ada banyak lagi buku-buku jurnal atau
artikel yang membahas materi ini hanya dapat terdapat umum saja,sekian
terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai