Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

ABK (ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS)


DOSEN PENGAMPU: MEZRI KARTIKA.M.KEZ

DI SUSUN OLEH :
NAMA: PAULA WALLY
NIM:2022.06.0054

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KRISTEN UNTUK ANAK USIA DINI


SEKOLAH TINGGI AGAMA KRISTEN PROTESTAN NEGERI SENTANI
JAYAPURA
2023/2024
BABI
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Manusia merupakan salah satu mkhluk ciptaan Tuhan yang berada di bumi ini.
Dalam penciptaannya manusiapun beragam, dari yang besar sampai kecil, putih
sampai hitam, tinggi sampai pendek, semuanya beragam. Salah satu
keberagamannya lagi yang mencolok adalah manusia sempurna dan cacat, yang
mana cacat ini tidak hanya berupa cacat fisik melainkan juga cacat mental atau
pikiran, itulah yang disebut orang berkebutuhan khusus.
Anak berkebutuhan khusus tidak boleh kita acuhkan, karena ia juga merupakan
manusia yang diciptakan Tuhan yang dikehendaki tidak sempurna oleh-Nya.
Kita tidak boleh membedakan hak orang biasa dan orang yang berkebutuhan
khusus, karena mereka memiliki hak dan perlakuan serta fasilitas yang sama
seperti orang normal pada umumnya
Dalam perjalanan hidupnya seorang yang berkeburuhan khusus juga
mendapatkan hak untuk belajar yang dimulai dengan umur yang sama seperti
orang yang normal yakni dari anak-anak. Anak yang berkebutuhan khusus juga
berhak mendapatkan pelayanan pendidikan seperti anak normal yang lain,
namun terkadang ia harus mendapat perhatian yang khusus karena
ketidaksempurnaannya. Dan dari setiap kecacatan yang berbeda juga memiliki
trik mengajar yang berbeda sesuai dengan kebutuhannya.
Dalam pembelajaran yang diberikan kepada anak berkebutuhan khusus ada
berbagai macam variasi, mulai dari digabung dengan anak yang normal namun
perhatiaannya khusus samapai dengan benar-benar mendapatkan pembelajaran
yang khsus yang dipisah dari anak yang normal. Dan dalam mengajar anak yang
berkebutuhan khusus seorang pengajar juga harus memiliki keterampilan yang
khusus yang berkaitan dengan anak tersebut.

Rumusan Masalah
1. Apa pengertian anak berkebutuhan khusus Sekolah Inklusif?
2. Berapa jumlah prevalensi anak berkebutuhan khusus?
3. Apa saja jenis-jenis klasifikasi anak berkebutuhan khusus?
4.Apa saja faktor penyebab anak berkebutuhan khusus?

Tujuan
1. Untuk mengetahui apa pengertian anak berkebutuhan khusus Sekolah
Inklusif.
2. Untuk mengetahui berapa jumlah prevalensi anak berkebutuhan khusus.
3. Untuk mengetahui apa saja jenis jenis klasifikasi anak berkebutuhan khusus.
4. Untuk mengetahui apa faktor penyebab anak berkebutuhan khusus
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus Sekolah inklusif


Anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khusus yang
berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada
ketidakmampuan mental, emosi atau fisik dan sekolah inklusif adalah sekolah
yang juga memberikan pendidikan kepada anak berkebutuhan khusus. Di
sekolah ini baik anak berkebutuhan khusus maupun tidak akan mendapat
pendidikan di kelas yang sama dan mendapat pendidikan yang sama.
Anak berkebutuhan khusus (ABK) pada awalnya lebih dikenal dengan istilah
cacat, anak berkelainan atau anak luar biasa. Anak luar biasa didefinisikan
sebagai anak yang menyimpang dari keriteria normal secara signifikan, baik
dari aspek fisik, psikis, emosional, dan sosial sehingga untuk mengembangkan
potensinya di perlukan adanya layanan pendidikan khusus (Kirk & Galleger,
1989). Dalam paradigma baru, ABK berarti anak yang memiliki kebutuhan
individual yang bersifat khas yang tidak bisa disamakan dengan anak normal
lainnya (Suyanto, 2005). Dalam hal ini Lync (1994) membedakan ABK menjadi
3 (tiga) kategori sebagai berikut:
1. Anak-anak usia sekolah yang saat ini berbeda dengan lembaga- lembaga
pendidikan formal tetapi tidak memiliki atau tidak menujukan kemajuan dalam
belajarnya, kelompok ini termasuk didalam kategori anak lambat dalam belajar,
atau anak kesulitan dalam menelaah pelajaran, anak ber IQ sedang, anak
hieraktif, anak autis dan lain sebagainya.
2. Anak-anak yang secara nyata (signifikan) mengalami kecacatan baik dari
fisik, social, emosi dan mental. Kelompok ini termasuk dikategorikan
kedalamm anak tuna netra, tuna rungu, tuna grahita, tuna daksa, dan tna laras.
3. Anak-anak usia sekolah yang tidak terjangkau oleh layanan pendidikan
formal sama sekali, sehingga anak-anak ini menjadi anak yang terklupakan.
Kelompok yang ketiga ini termasuk didalamnya adalah anak-anak yang berkerja
(pekerja anak), anak yang terpingir karena kultur, anak-anak
miskin/gelandangan, anak- anak yang berdomisili di perairan, kepulauan, dan
daerah terpencil, dan anak-anak yang menjadi korban kerusakan, dan lain
sebagainya
Sekolah inklusif
Sedangkan sekolah inklusif memiliki prinsip yang sama, yaitu kesetaraan hak
pendidikan bagi para anak dengan disabilitas. Sekolah inklusi menerima murid
tanpa memandang apakah mereka anak normal atau berkebutuhan khusus. Bisa
dikatakan, sekolah inklusi sebenarnya adalah sekolah reguler yang juga
menerima murid ABK.

B. Prevalensi Anak Berkebutuhan Khusus


Menurut data statistik yang dipublikasikan Kemenko PMK pada Juni 2022,
angka kisaran disabilitas anak usia 5-19 tahun adalah 3,3%.
Sedangkan jumlah penduduk pada usia tersebut (2021) adalah 66,6 juta jiwa.
Dengan demikian jumlah anak usia 5-19 tahun penyandang disabilitas berkisar
2.197.833 jiwa. Kemudian, data Kemendikburistek per Agustus 2021
menunjukkan jumlah peserta didik pada jalur Sekolah Luar Biasa (SLB) dan
inklusif adalah 269.398 anak.
Dengan data tersebut, presentase anak penyandang disabilitas yang menempuh
pendidikan formal baru sejumlah 12.26%. Artinya masih sangat sedikit dari
anak penyandang disabilitas atau anak berkebutuhan khusus (ABK) di
Indonesia yang seharusnya mendapatkan akses pendidikan inklusif, padahal dari
tahun ke tahun jumlahnya terus meningkat.
Demikian halnya dengan peran orangtua, keterlibatan orangtua dalam
pendidikan anak adalah faktor pendorong dan penentu dalam pengembangan
pendidikan inklusif. Mulai dari pengambilan keputusan mengenai penempatan
sekolah, hingga kolaborasi antara pihak sekolah dan orangtua yang memiliki
anak berkebutuhan khusus.

C. Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus


Anak yang berkebutuhan khusus dapat diklasifikasikan berdasarkan jenisnya
yaitu berdasarkan aspek kecerdasan (intelegensi), berdasarkan aspek fisik, dan
berdasarkan aspek tingkah laku, serta berdasarkan aspek tertentu.
1. Berdasarkan Aspek Kecerdasan
a) Kelompok anak berkebutuhan khusus berintelegensi di atas rata-
rata. Yaitu seorang anak yang memiliki kecerdasan intelektual (10) di atas 110.
Ciri-ciri anak ini adalah cepat dalarata-rata (memahami, menghafal, dsb).
b) Kelompok anak berkebutuhan khusus beritelegensi di bawah rata-rata.
Yaitu seorang anak yang kecerdasan intelektualnya (IQ) di bawah 90. Ciri-ciri
anak ini adalah lamban dalam belajar, mengingat dan memahami.
2. Berdasarkan Aspek Fisik
a. Tuna Netra
Yaitu seorang anak yang terganggu pengelihatannya baik total maupun parsial.
Ciri anak ini adalah memiliki daya pendengaran dan perabaan yang kuat, suka
mengusap-usap mata.dsb. b) Tuna Rungu Yaitu seorang anak yang memiliki
gangguan pendengaran baik lemah pendengaran maupun tuli. Ciri anak ini
adalah jalannya sempoyongan, terlihat seperti orang bodoh,sering curiga
terhadap orang sekitar, dsb.
b. Tuna Grahita
Yaitu seorang anak yang mengalami hambatan Perkembangan mental dengan
karakteristik idiot dan imbesil.
c. Tuna Daksa
Yaitu seorang anak yang memiliki kelainan anggota tubuh Karena luka,
penyakit, ataupun pertumbuhan yang salah. Anak Ini memiliki ciri kelainan
fisik/cacat fisik, suka menampakkan Kemarahan tanpa sebab yang jelas, dsb.
3. Berdasarkan Aspek Tingkah Laku (Tunalaras)
Seorang dikatakan tunalaras apabila ia mempunyai tingkah laku yang
menyimpang dari orang yang normal, tidak mempunyai sikap. Dan suka
melanngar peraturan dengan frekuensi yang cukup besar. Penyebab tunalaras
ada dua yaitu gangguan emosi dan gangguan penyesuaian sosial. Cirinya adalah
memiliki aktifitas berlebih, berperilaku nakal, suka melanggar aturan baik kecil
maupun besar.

4. Berdasarkan Aspek Tertentu


1) Autis
Yaitu seoarang anak yang hanya tertarik terhadap dunianya Sendiri dan acuh
terhadap orang lain. Ciri dari anak yang
Menderita autis adalah bicarnaya lambat dak kata-katanya Sukar dipahami, ia
suka menyendiri dan sedikit kontak mata, Sensitif terhadap sentuhan seperti
dipeluk, dsb.
2) Hiperaktif Yaitu seorang anak yang memiliki kelainan berupa aktifitas
autu gerak jasmani yang berlebihan. Cirinya adalah tidak bisa diam,
sering gagal fokus, sering tidak mampu mengikuti instruksi, sering lupa
dalam tanggungjawabnya, dsb.

D. Faktor Penyebab Anak Berkebutuhan Khusus


Penyebab anak berkebutuhan khusus
Terdapat tiga faktor penyebab anak berkebutuhan khusus, di antaranya:
Faktor internal, yaitu kondisi yang dimiliki oleh anak yang bersangkutan.
Faktor eksternal, yaitu faktor dari di luar diri anak yang membuatnya
mengalami hambatan perkembangan dan belajar. Misalnya, kekerasan dalam
rumah tangga atau trauma.
Faktor kombinasi, yaitu gabungan faktor internal dan eksternal yang
menyebabkan terjadinya kebutuhan khusus pada anak.
Terapi anak berkebutuhan khusus harus disesuaikan dengan kondisi yang
dimilikinya. Jadi, konsultasikan dengan dokter anak untuk mendapatkan
penanganan yang tepat.
1) Kejadian Sebelum Lahir
Penyebab anak berkebutuhan khusus bisa terjadi saati ia Belum lahir,
diantaranya yaitu karena adanya virus yang Menyerang saat di kandungan,
keracunan darah, faktor rhesus,Dsb.
2) Kejadian Pada Saat Kelahiran
Kejadian ini terjadi ketika sang bayi hendak lahir dan mengalami hal-hal berikut
pada kelahirannya, yaitu lahir Menggunakan tang verlossing, proses kelahiran
yang terlalu lama, dan posisi bayi yang ssungsang Yang menyebabkan seorang
anak berkebutuhan khusus Selanjutnya adalah kejadian pada saat ia masih bayi
atau anak-Anak. Hal-hal yang terjadi adalah penyakit radang selaput
otak,Terjadi kecelakaan, stress berat dan gangguan kejiwaan,Penyakit panas
tinggi dan kejang-kejang, dsb.
BAB III KESIMPULAN

1. Pada dasarnya Anak berkebutuhan khusus (ABK) pada awalnya lebih dikenal
Dengan istilah cacat, anak berkelainan atau anak luar biasa. Anak luar biasa
didefinisikan sebagai anak yang menyimpang dari keriteria normal secara
signifikan, baik dari aspek fisik, psikis, emosional, dan social sehingga untuk
mengembangkan potensinya di perlukan adanya layanan pendidikan khusus
(Kirk & Galleger, 1989). Dalam hal ini Lync (1994) membedakan ABK menjadi
3 (tiga) kategori, yang dimana kategori masing-masing membutuhkan tenaga
pendidik yang berbeda-beda.
2. Anak berkebutuhan khusus diklasifikasikan berdasar jenisnya, yaitu
kecerdasan, fisik, tingkah laku, dan jenis tertentu. Dalam jenis kecerdasan
dibagi menjadi dua yaitu di atas rata-rata (IQ>110) dan di bawaha rata-rata (1Q-
90). Dari jenis fisik dibagi menjadi tuna netra, tuna rungu, tuna grahita dan tuna
daksa. Dari jenis tingkah laku yaitu penyimpangan tingkah laku karena
gangguan emosi dan karena gangguan penyesuaian sosial. Dan dari jenis
tertentu yaitu ada autis dan hiperaktif.
3. Penyebab anak berkebutuhan khusus dibagi menjadi tiga yaitu saat sebelum
kelahiran, saat kelahiran, dan setelah kelahiran.
4. Dengan memperhatikan Anak berkebutuhan Khusus tersebut maka dapat
diperoleh cara atau motede supaya Anak berkebtuhaban Khusus ini juga dapat
merasakan pendidikan yang sama seperti anak normal lainya.
DAFTAR PUSTAKA

Nurjan, Syarifan. 2017. Perkembangan Peserta Didik Perspektif Islam.


Yogyakarta: Titah Surga.

Anda mungkin juga menyukai