Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Manusia merupakan salah satu makhluk ciptaan Allah SWT yang berada di bumi
ini. Dalam penciptaannya manusiapun beragam, dari yang besar sampai kecil, putih
sampai hitam, tinggi sampai pendek, semuanya beragam. Salah satu keberagamannya lagi
yang mencolok adalah manusia sempurna dan cacat, yang mana cacat ini tidak hanya
berupa cacat fisik melainkan juga cacat mental atau pikiran, itulah yang disebut orang
berkebutuhan khusus.

Anak berkebututhan khusus tidak boleh kita acuhkan, karena ia juga merupakan
manusia yang diciptakan Allah yang dikehendaki tidak sempurna oleh-Nya. Kita tidak
boleh membedakan hak orang biasa dan orang yang berkebutuhan khusus, karena mereka
memiliki hak dan perlakuan serta fasilitas yang sama seperti orang normal pada
umumnya.

Dalam perjalanan hidupnya seorang yang berkeburuhan khusus juga mendapatkan


hak untuk belajar yang dimulai dengan umur yang sama seperti orang yang normal yakni
dari anak-anak. Anak yang berkebutuhan khusus juga berhak mendapatkan pelayanan
pendidikan seperti anak normal yang lain, namun terkadang ia harus mendapat perhatian
yang khusus karena ketidaksempurnaannya. Dan dari setiap kecacatan yang berbeda juga
memiliki trik mengajar yang berbeda sesuai dengan kebutuhannya.

Dalam pembelajaran yang diberikan kepada anak berkebutuhan khusus ada


berbagai macam variasi, mulai dari digabung dengan anak yang normal namun
perhatiaannya khusus sampai dengan benar-benar mendapatkan pembelajaran yang
khsusus yang dipisah dari anak yang normal. Dan dalam mengajar anak yang
berkebutuhan khusus seorang pengajar juga harus memiliki keterampilan yang khusus
yang berkaitan dengan anak tersebut.

1
Rumusan Masalah
1. Apa pengertian anak berkebutuhan khusus?
2. Bagaimana klasifikasi anak berkebutuhan khusus?
3. Apa penyebab anak berkebutuhan khusus?
4. Bagaimana model layanan anak berkebutuhan khusus?
5. Bagaimana tenaga kependidikan dalam pelayanan anak berkebutuhan khusus?
Tujuan
1. Untuk mengetahui apa pengertian anak berkebutuhan khsusus
2. Untuk mengetahui klasifikasi anak berkebutuhan khusus
3. Untuk mengetahui penyebab anak berkebutuhan khusus
4. Untuk mengetahui model layanan anak berkebutuhan khusus
5. Untuk mengetahui tenaga kependidikan dalam pelayanan anak
berkebutuhan khusus

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus


Anak berkebutuhan khusus (ABK) pada awalnya lebih dikenal Dengan
istilah cacat, anak berkelainan atau anak luar biasa. Anak luar biasa
didefinisikan sebagai anak yang menyimpang dari keriteria normal secara
signifikan, baik dari aspek fisik, psikis, emosional, dan social sehingga untuk
mengembangkan potensinya di perlukan adanya layanan pendidikan khusus.
ABK berarti anak yang memiliki kebutuhan individual yang bersifat khas yang
tidak bisa disamakan dengan anak normal lainnya. Dalam hal ini anak
berkebutuhan khusus dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) kategori sebagai berikut:
1. Anak-anak usia sekolah yang saat ini berbeda dengan lembaga- lembaga
pendidikan formal tetapi tidak memiliki atau tidak menujukan kemajuan
dalam belajarnya, kelompok ini termasuk didalam kategori anak lambat
dalam belajar, atau anak kesulitan dalam menelaah pelajaran, anak ber IQ
sedang, anak hieraktif, anak autis dan lain sebagainya.
2. Anak-anak yang secara nyata (signifikan) mengalami kecacatan baik dari
fisik, social, emosi dan mental. Kelompok ini termasuk dikategorikan
kedalamm anak tuna netra, tuna rungu, tuna grahita, tuna daksa, dan tuna
laras.
3. Anak-anak usia sekolah yang tidak terjangkau oleh layanan pendidikan
formal sama sekali, sehingga anak-anak ini menjadi anak yang terlupakan.
Kelompok yang ketiga ini termasuk didalamnya adalah anak-anak yang
berkerja (pekerja anak), anak perempuann yang terpingit karena kultur, anak-
anak miskin/gelandangan, anak- anak yang berdomisili di perairan,
kepulauan, dan daerah terpencil, dan anak-anak yang menjadi korban
kerusakan, dan lain sebagainya.

3
Menurut hasil-hasil Rakornas PLB di Jakarta (2001) , anak berkebutuhan
khusus ternyata tidak hanya anak yang cacat saja yang selama ini di kenal oleh
banyak kalanngan masyarakat, tetapi yang trmasuk didalamnya adalah anak yang
berbakat, anak autis, dan anak yang telah terkena bahayanya obat-obat terlarang
seperti Sabu, Ganja, Narkoba dan lain sebagainya.
Dari semua apa yang telah di paparkan di atas tersebut dapat kami tarik
kesimpulan bahwa ABK mempunyai jangkuan yang luas yang tidak hanya
terbatas pada anak-anak cacat yang signifikan (seperti pada kategori anak yang ke
2) tetapi juga meliputi anak yang kesulitan dalam belajar, anak dengan cerdas dan
berbakat (Gifted & talented), anak autis, anak hiperaktif, anak lambat dalam
belajar, anak yang telah menjadi korban Narkoba, dan juga anak-anak dengan
alasan tertentu yang tidak dapat terjangkau oleh layanan pendidikan formal.
Anak berkebutuuhan khusus dalam kajian kali ini hanya di batasi pada ABK
jenis-jenis yaitu: anak tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras,
anak berkebutuhan belajar, anak berbakat, anak autis, dan yang terakhir anak
hiperaktif.

B. Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus


Anak yang berkebutuhan khusus dapat diklasifikasikan berdasarkan jenisnya
yaitu berdasarkan aspek kecerdasan (intelegensi), berdasarkan aspek fisik, dan
berdasarkan aspek tingkah laku, serta berdasarkan aspek tertentu.
1. Berdasarkan Aspek Kecerdasan
a) Kelompok anak berkebutuhan khusus berintelegensi di atas rata- rata.
Yaitu seorang anak yang memiliki kecerdasan intelektual (IQ) di
atas 110. Ciri-ciri anak ini adalah cepat dalam belajar (memahami,
menghafal, dsb).
b) Kelompok anak berkebtutuhan khusus beritelegensi di bawah rata-rata.

4
Yaitu seorang anak yang kecerdasan intelektualnya (IQ) di bawah
90. Ciri-ciri anak ini adalah lamban dalam belajar, mengingat dan
memahami.
2. Berdasarkan Aspek Fisik
a) Tuna Netra
Yaitu seorang anak yang tergannggu pengelihatannya baik total
maupun parsial. Ciri anak ini adalah memiliki daya pendengaran dan
perabaan yang kuat, suka mengusap-usap mata,dsb.
b) Tuna Rungu
Yaitu seorang anak yang memiliki gangguan pendengaran baik
lemah pendengaran maupun tuli. Ciri anak ini adalah jalannya
sempoyongan, terlihat seperti orang bodoh,sering curiga terhadap
orang sekitar, dsb.
c) Tuna Grahita
Yaitu seorang anak yang mengalami hambatan perkembangan
mental dengan karakteristik idiot dan imbesil.
d) Tuna Daksa
Yaitu seorang anak yang memiliki kelainan anggota tubuh karena
luka, penyakit, ataupun pertumbuhan yang salah. Anak ini memiliki
ciri kelainan fisik/cacat fisik, suka menampakkan kemarahan tanpa
sebab yang jelas, dsb.
3. Berdasarkan Aspek Tingkah Laku (Tunalaras)
Seorang dikatakan tunalaras apabila ia mempunyai tingkah laku yang
menyimpang dari orang yang normal, tidak mempunyai sikap, dan suka
melanngar peraturan dengan frekuensi yang cukup besar. Penyebab tunalaras
ada dua yaitu gangguan emosi dan gangguan penyesuaian sosial. Cirinya
adalah memiliki aktifitas berlebih, berperilaku nakal, suka melanggar aturan
baik kecil maupun besar.

5
4. Berdasarkan Aspek Tertentu
1) Autis
Yaitu seoarang anak yang hanya tertarik terhadap dunianya sendiri
dan acuh terhadap orang lain. Ciri dari anak yang menderita autis
adalah bicarnaya lambat dak kata-katanya sukar dipahami, ia suka
menyendiri dan sedikit kontak mata, sensitif terhadap sentuhan seperti
dipeluk, dsb.
2) Hiperaktif
Yaitu seorang anak yang memiliki kelainan berupa aktifitas autu
gerak jasmani yang berlebihan. Cirinya adalah tidak bisa diam, sering
gagal fokus, sering tidak mampu mengikuti instruksi, sering lupa
dalam tanggungjawabnya, dsb.

C. Faktor Penyebab Anak Berkebutuhan Khusus


1) Kejadian Sebelum Lahir
Penyebab anak berkebutuhan khusus bisa terjadi saati ia belum
lahir, diantaranya yaitu karena adanya virus yang menyerang saat di
kandungan, keracunan darah, faktor rhesus, dsb.
2) Kejadian Pada Saat Kelahiran
Kejadian ini terjadi ketika sang bayi hendak lahir dan mengalami
hal-hal berikut pada kelahirannya, yaitu lahir menggunakan tang
verlossing, proses kelahiran yang terlalu lama, dan posisi bayi yang
sungsang.
3) Kejadian setelah kelahiran
Yang menyebabkan seorang anak berkebutuhan khusus selanjutnya
adalah kejadian pada saat ia masih bayi atau anak- anak. Hal-hal yang
terjadi adalah penyakit radang selaput otak, terjadi kecelakaan, stress
berat dan gangguan kejiwaan, penyakit panas tinggi dan kejang-
kejang, dsb.

6
D. Model Layanan Anak Berkebutuhan Khusus
Manusia diciptkan dengan hak dan kewajiban yang sama oleh Tuhan yang
Maha Esa Allah SWT. Dengan kelebihan dan kekurangan yang ia miliki tidak
menyebabkan berbeda dalam mendapatkan hak dan menunaikan kewajiban. Kita
sebagagai manusia jelas memiliki kewajiban di dunia ini untuk beribadah kepada
Allah SWT. Serta mencari ilmu supaya dapat mengerti mana yang benar dan
mana yang salah. Oleh sebab itu manusia yang memiliki kebutuhan khusus dalam
hidupnya juga memiliki kewajiban yang sama untuk mencari ilmu serta
mengamalkanya supaya bisa mendapat derajat orang-orang yang bertaqwa disisi
Allah SWT.
Dengan begitu manusia mencari motode atau cara supaya mereka yang
memiliki kebutuhan khusus dalam menempuh proses pendidikan dapat merasakan
pendidikan seperti layaknya orang yang tidak memiliki kebutuhan khusus. Karena
apa dengan mengunakan motede-metode tertentu tersebut diharapkan dapat
mempermudahkan peserta didiknya juga pengajarnya untuk menyampaikan ilmu
atau menerima ilmu dengan mudah. Diantara metode atau cara yang sudah ada
sebagai berikut:
1. Model Segregrasi
Model ini adalah model pendidikan yang dapat dikategorikan sudah
klasik. Model ini mencoba memberikan layanan pendidikan secara khusus dan
terpisah dari jenis anak normal maupun anak berkebutuhan khusus lainya. Jadi
model ini adalah model yang mengkhususkan dalam pengajaranya sesuai
kebutuhan yang dibutuhkan peserta didiknya dengan satu jenis kebutuhan atau
satu kelompok ABK yang memiliki kebutuhan yang sama.
Kelebihanya peserta didik dapat merasakan nasib sepenangunangan
sehinga rasa mender, dan rasa rendah diri bagi mereka akan hilang. Sedangkan
kekurangnya pagi peserta didik seolah masih ada batasan antara dia dengan orang
yang tidak berkebutuhan khusus.

7
2. Model Kelas Khusus.
Model ini adalah model yang tidak berdiri sendiri layaknya (SLB),
melainkan keberadaanya ada di sekolah umum/regular. Dan keberadaan kelas
khusu ini sifatnya tidak permanen. Melainkan didasarkan ada atau tidak adanya
anak yang memerlukan pendidikan khusus ini. Dan kelas khusus ini anak akan
dibimbing secara personal oleh guru yang memang khusus untuk mengajarinya.
Kelebihnaya peserta didik akan merasa diperhatikan dan mendapat
pelayanan yang lebih. Sedangkan kekurangnya peserta didik masih merasakan
batasan-batasan sosial diantara yang tidak mendapat layanan khusu sehinga akan
terjadi minder dan sebagainya.
3. Model Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB)
Model ini adalah model yang diperuntuhkan untuk menampung peserta
didik berkebutuhan khusus usia sekolah dasar dari berbagai jenis dan tingkat
kekhususan yang dialaminya. Mereka belajar di kelas masing- masing sesuai
kebuthan khusus yang dialami. Tetapi mereka dapat bersosialisasi dengan ABK
yang tidak sejenis denganya di luar ruang kelas.
Kelebihanya anak berada dalam dunia yang lebih luas, tidak hanya berada
pada jenis kebutuhan khusus tertentu. Tetapi kekurangnya anak masih merasakan
batasan sosial antara mereka dan anak yang tidak memiliki kebutuhan ksusus
seperti mereka.
4. Model Guru Kunjung
Model ini difungsikan untuk mereka yang membutuhkan pendidikan di
daerah terpencil, daerah perairan, daerah kepulauan atau tempat-tempat yang sulit
dijangkau oleh layanan khusus yang telah ada. Ditempat tersebut dibentuk
sanggar atau kelompo-kelompok belajar tempat anak-anak memperoleh layanan
pendidikan.
Kelebihan model ini adalah anak dapat dengan mudah memperoleh
layanan pendidikan dan anak dapat saling berkomunikasi diantara mereka dengan
mudah. Sedangkan kekurangnya tenaga pengajar yang menangani

8
khusus pada model ini karena memang hal tersebut memerlukan banyak
kerjasama dair berbagai pihak.
5. Sekolah Terpadu
Sekolah terpadu pada hakikatnya seperti sekolah normal pada umumnya.
Tetapi menerima anak berkebutuhan khusus untuk bisa belajar bersama di
dalamnya. Mereka belajar bersama-sama tanpa dipisah oleh dinding-dinding
kelas. Dalam belajar mereka diajar oleh guru-guru umum sedangkan materi yang
memiliki sifat kekhususan diberikan guru pendamping yang telah ditunjuk.
Kelebihanya anak merasa dihargai harkat dan martabatnya. Dari segi
perkembangan sosial anak lebih mudah berinteraksi dan berkomunikasi secara
luas. Sedangkan kekurangnya kadang-kadang anak merasa rendah diri dihadapan
mereka. Dan dalam kondisi tertentu kadang anak dijadikan bahan olokan oleh
teman-temanya.
6. Pendidikan Inklusi
Inklusi berarti terbuka. Jadi pendidikan inklusi adalah pendidikan yang
terbuka bagi siapa saja yang ingin belajar di dalamnya. Yang tanpa dibatasi oleh
sesuatu apapun. Dan memperoleh hak dan kewajiban yang sama dalam proses
pendidikan
Kelebihan dari pendidikan inklusi ini adalah peserta didik akan
memperoleh layanan yang sama dengan anak normal lainya. Dan anak akan
merasakan adanya perlakuan dan persamaan hak. Sedangkan kekuranganya dalam
kondisi tertentu anak masih memiliki problem sosial.

E. Tenaga Kependidikan dalam Layanan Anak Berkebutuhan Khusus


Personil ppendidikan ABK tidak terlalu jauh berbeda dengan persinil
pendidikan umum lainnya. Personil yang di maksud dalam layanan ABK adalah
sebagai berikut:
1. Tenaga Guru
Guru yang bertugas dalam pendidikan ABK harus memiliki kualifikasi
dan kemampuan yang telah di sepakati bersama berupa persyaratan yang telah

9
ditentukan oleh pihak sekolah. Tenaga guru yang dipersyaratan tersebut
diantaranya: Guru Khusus, Guru pembimbing (konselor pendidikan), Guru
umumyang telah memiliki pengalaman luas dan matang dalam hal mendidik dan
menangani masalah-masalah pendidikan anak di sekolah.
2. Tenga Ahli
Tenaga ahli dalam pendidikan ABK sangat diperlukan sekali
keberadaannya untuk ikut membantu memecahkan permasalahan anak tersebut,
dalam bidang non akademik. Tenaga alhi yang di perlukan dalam menangani
permasalahan-permasalahan yang ada pada anak diantaranya adalah: Dokter
umum, Dokter spesialis, psikolog, social worker, maupun tenaga ahli lainnya yang
di perlukan.
3. Tenaga Adminitrasi
Untuk kelacaran proses dalam belajar-mengajar perlu di perlukan tenaga
dukungan seperti adminitrasi sekolah. Sebagai tenaga non akademik, walaupun
keberadaannya di non akademik namun keberadaannya sangat di perlukan sekali
tujuannya untuk kelancaran tugas-tugas sekolah secara umum, misalnya dalam
bidang keuangan, surat- menyurat, pendapatan siswa atau guru, dan lain
sebagainya.

10
BAB III
KESIMPULAN

1. Pada dasarnya Anak berkebutuhan khusus (ABK) pada awalnya lebih dikenal
Dengan istilah cacat, anak berkelainan atau anak luar biasa. Anak luar biasa
didefinisikan sebagai anak yang menyimpang dari keriteria normal secara
signifikan, baik dari aspek fisik, psikis, emosional, dan social sehingga untuk
mengembangkan potensinya di perlukan adanya layanan pendidikan khusus .
Dalam hal ini anak berkebutuhan khusus menjadi 3 (tiga) kategori, yang dimana
kategori masing-masing membutuhkan tenaga pendidik yang berbeda-beda.
2. Anak berkebutuhan khusus diklasifikasikan berdasar jenisnya, yaitu kecerdasan,
fisik, tingkah laku, dan jenis tertentu. Dalam jenis kecerdasan dibagi menjadi dua
yaitu di atas rata-rata (IQ>110) dan di bawaha rata-rata (IQ<90). Dari jenis fisik
dibagi menjadi tuna netra, tuna rungu, tuna grahita dan tuna daksa. Dari jenis
tingkah laku yaitu penyimpangan tingkah laku karena gangguan emosi dan
karena gangguan penyesuaian sosial. Dan dari jenis tertentu yaitu ada autis dan
hiperaktif.
3. Penyebab anak berkebutuhan khusus dibagi menjadi tiga yaitu saat sebelum
kelahiran, saat kelahiran, dan setelah kelahiran.
4. Dengan memperhatikan Anak berkebtuhan Khusus tersebut maka dapat di peroleh
cara atau motede supaya Anak berkebtuhaban Khsusus ini juga dapat merasakan
pendidikan yang sama seperti anak normal lainya.
5. Tenaga kependidikan dalam layanan ABK ini dibutuhkan 3 tenaga kerja, yang
dimana peran kerjanya berbeda satu dengan yang lain.

11
DAFTAR PUSTAKA

Hadis,Abdul.2006.pendidikan anak berkebutuhan khusus-austik. Bandung penerbit


alfabeta

Geniofam. 2010. Mengasuh dan mensukseskan anak berkebutuhan khusus.


Jogjakarta: gerailmu
Nurjan, Syarifan. 2017. Perkembangan Peserta Didik Perspektif Islam.
Yogyakarta: Titah Surga.

Suparno. 2007. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Departemen Pendidikan


nasional, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi

12

Anda mungkin juga menyukai