Anda di halaman 1dari 53

KERANGKA HUKUM NASIONAL TERKAIT

HAK ANAK KORBAN DAN ANAK SAKSI


TINDAK PIDANA

Oleh : Apong Herlina


Dasar Hukum
1. UU No. 11 Tahun 2012 tentang SPPA
2. UU No. 23 Tahun 2002 yang sudah dirubah dengan UU No. 35 tahun 2014 dan sudah
dirubah kedua kalinya dengan UU No. 17 Tahun 2016 Tentang Perlindungan Anak
3. UU No. 13 Tahun 2006 yang sudah dirubah dengan UU No. 31 Tahun 2014 Tentang
Perlindungan Saksi dan Korban
4. UU No. 23 tahun 2004 tentang PKDRT
5. UU No. 21 Tahun 2007 Tentang PTPPO
6. UU No. 39 Tahun 1999 Tentang HAM
7. PP No. 43 tahun 2017 Tentang Pelaksanaan Restitusi bagi Anak yang menjadi korban tindak
pidana
8. PP No.7 tahun 2018. tentang pemberian kompensasi, restitusi dan bantuan kepada saksi
dan korban (mengganti PP 44 tahun 2008)
9. PERMA No 3 Tahun 2017 Tentang Pedoman Mengadili Perempuan Berhadaapan Dengan
Hukum
10. SEJA No. 7 tahun 2016 Tentang Perlindungan Anak Korban Kekerasan
11. Perkap Kapolri No. 10 Tahun 2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelayanan
Perempuan dan Anak ( Unit PPA ) di lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia
12. Pedoman No. 1 tahun 2021 Tentang Akses Keadilan bagi Perempuan dan Anak dalam
Penanganan Perkara Pidana.
13. Perma No.1 Tahun 2022 Tata Cara Penyelesaian Permohonan dan Pemberian Restitusi dan
Kompensasi Kepada Korban Tindak Pidana
Anak Korban

 Anak yang Menjadi Korban Tindak Pidana


yang selanjutnya disebut Anak Korban
adalah anak yang belum berumur 18
(delapan belas) tahun yang mengalami
penderitaan fisik, mental, dan/ atau kerugian
ekonomi yang disebabkan oleh tindak
pidana.
[Pasal 1 butir 4 UU no. 11/2012]
Anak Saksi

Anak yang Menjadi Saksi Tindak Pidana yang


selanjutnya disebut Anak Saksi adalah anak yang belum
berumur 18 (delapan belas) tahun yang dapat
memberikan keterangan guna kepentingan penyidikan,
penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan
tentang suatu perkara pidana yang didengar, dilihat,
dan/atau dialaminya sendiri.
[Pasal 1 butir 5 UU no. 11/2012]
Hak Saksi dan Korban
(UU SPPA)

Pasal 89
Anak Korban dan/atau Anak Saksi berhak atas semua pelindungan dan hak
yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 90 (1)
Anak Korban dan Anak Saksi berhak atas:
a. upaya rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial, baik di dalam lembaga
maupun di luar lembaga;
b. jaminan keselamatan, baik fisik, mental, maupun sosial; dan
c. kemudahan dalam mendapatkan informasi mengenai perkembangan
perkara.
Hak Saksi dan Korban
(UU SPPA)

Pasal 91 UU SPPA

(1) Anak Korban dan Anak Sakai berhak dirujuk ke instansi atau lembaga yang
menangani pelindungan anak lembaga kesejahteraan sosial anak.

(2) Anak Korban memerlukan tindakan pertolongan segera, dapat langsung merujuk
Anak Korban ke rumah sakit atau lembaga yang menangani pelindungan anak
sesuai dengan kondisi Anak Korban.

(3) Anak Korban atau Anak Saksi berhak memperoleh rehabilitasi medis, rehabilitasi
sosial, dan reintegrasi sosial dari lembaga atau instansi yang menangani
pelindungan anak.
Identitas Saksi dan
Korban (UU SPPA)
Pasal 19 UU SPPA
(1) Identitas Anak, Anak Korban, dan/atau Anak Saksi wajib dirahasiakan
dalam pemberitaan di media cetak ataupun elektronik.
Identitas meliputi nama Anak Korban, nama Anak Saksi,
nama orang tua, alamat, wajah,
 hal lain yang dapat mengungkapkan jati diri Anak, Anak Korban,
dan/atau Anak Saksi.

Pasal 97 UUSPPA
Setiap orang yang melanggar kewajiban sebagaimana dimaksud dalam pasal 19
ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 tahun dan denda paling
banyak 500 jt rupiah.
TERWUJUDNYA Anak saksi dan korban dapat
ANAK INDONESIA hidup, tumbuh, berkembang,
YANG BERKUALITAS dan berpartisipasi secara
BERAHLAK MULIA optimal sesuai dengan harkat
DAN SEJAHTERA dan martabat kemanusiaan,
serta mendapat perlindungan
dari kekerasan dan diskriminasi

PENYIDIKAN HAK ABH

PENUNTUTAN 1. PERLIND FISIK


HAK Anak & PSIKHIS
2. PERLD HK
Korban 3. PROSEDURAL
dan Saksi PERSIDANGAN
HUKUM

PELAKSANAAN PUTUSAN
Pasal 3 UU No.31 Tahun 2014 Perubahan Dari
UU No. 13 Tahun 2006 TTG UU PSK

Tujuan
Perlindungan
Saksi dan Memberikan rasa aman
Korban kepada Saksi dan/atau
Korban dalam
memberikan keterangan
pada setiap proses
peradilan pidana.
ASAS PERLIDUNGAN KORBAN DAN SAKSI
(Pasal 3 UU No.31 tahun 2014 TTG UU PSK)

Penghargaan
Atas Harkat
Tidak Kepastian
Dan Rasa Aman; Keadilan;
Diskriminatif Hukum.
Martabat
Manusia;
Hak saksi dan Korban (UU No.31 tahun 2014 )
Perlindungan saksi dan korban
• Ps. 5
Saksi dan Korban berhak:
- memperoleh perlindungan atas keamanan pribadi, Keluarga,
dan harta bendanya, serta bebas dari Ancaman;
- ikut serta dalam proses memilih dan menentukan bentuk
perlindungan dan dukungan keamanan;
- memberikan keterangan tanpa tekanan;
- mendapat penerjemah;
- bebas dari pertanyaan yang menjerat;
- mendapat informasi mengenai perkembangan kasus;
- mendapat informasi mengenai putusan pengadilan;
- mendapat informasi dalam hal terpidana dibebaskan;
- dirahasiakan identitasnya;
- mendapat identitas baru;
- mendapat tempat kediaman sementara;
- mendapat tempat kediaman baru;
- memperoleh penggantian biaya transportasi sesuai dengan
kebutuhan;
- mendapat nasihat hukum;
- memperoleh bantuan biaya hidup sementara sampai batas
waktu Perlindungan berakhir; dan/atau
- mendapat pendampingan.
- bantuan medis; bantuan rehabilitasi psikososial dan psikologis
(korban HAM berat, teroris, TPPO, seksual, aniaya berat) .
- Kompensasi (korban HAM berat)
- restitusi
PERLINDUNGAN KHUSUS BAGI ABH
(Pasal 64 UU No. 35 tahun 2014)

a. diperlakukan secara manusiawi dengan memperhatikan kebutuhan sesuai


dengan umurnya;
b. dipisahkan dari orang dewasa;
c. memperoleh bantuan hukum dan bantuan lain secara efektif;
d.melakukan kegiatan rekreasional;
h. memperoleh keadilan di muka pengadilan Anak yang
objektif, tidak memihak, dan dalam sidang yang tertutup untuk umum;
i. tidak dipublikasikan identitasnya;
j. memperoleh pendampingan orang tua/Wali dan orang yang dipercaya oleh Anak;
k. memperoleh advokasi sosial;
l. memperoleh kehidupan pribadi;
m. memperoleh aksesibilitas, terutama bagi anak cacat;
n. memperoleh pendidikan;
o. memperoleh pelayananan kesehatan; dan
p. memperoleh hak lain sesuai dengan ketentuan peraturan per-UU
PERLINDUNGAN KHUSUS BAGI ANAK
DILAKUKAN MELALUI UPAYA
(Ps 59A UU PA):
• penanganan yang cepat, termasuk pengobatan dan/atau
rehabilitasi secara fisik, psikis, dan sosial, serta pencegahan
penyakit dan gangguan kesehatan lainnya;

• pendampingan psikososial pada saat pengobatan sampai


pemulihan;

• pemberian bantuan sosial bagi Anak yang berasal dari Keluarga


tidak mampu; dan

• pemberian perlindungan dan pendampingan pada setiap proses


peradilan.
Perlindungan Khusus Bagi Anak Korban Tindak
Pidana (Ps. 64(3)) UU No 35 tahun 2014

upaya rehabilitasi, baik dalam lembaga maupun di luar


lembaga;

upaya perlindungan dari pemberitaan identitas melalui


media massa dan untuk menghindari labelisasi;

pemberian jaminan keselamatan bagi saksi korban dan


saksi ahli, baik fisik, mental, maupun sosial; dan

pemberian aksesibilitas untuk mendapatkan informasi


mengenai perkembangan perkara.
Perlindungan Khusus bagi Anak Korban
Penyalahgunaan NAFZA Pasal 67 UU PA

pengawasan

Anak
rehabilitasi Korban pencegahan
NARKOBA

perawatan
Perlindungan Khusus bagi Anak yang
Menjadi Korban Pornografi Pasal 67B (1)
pembinaan
,

Anak
Korban
Pornografi
pemulihan sosial,
pendampingan
kesehatan fisik dan
mental.
,
Anak Korban Penculikan, Penjualan /
Perdagangan (Pasal 68 UUPA)

Pengawasan Perlindungan Pencegahan

Perawatan Rehabilitasi
Anak korban Kejahatan Seksual
Pasal 69A UUPA
Edukasi Tentang Kesehatan Reproduksi,
Nilai Agama, Dan Nilai Kesusilaan;

Rehabilitasi Sosial;

Pendampingan Psikososial Pada Saat


Pengobatan Sampai Pemulihan; Dan

Perlindungan Dan Pendampingan Pada


Setiap Tingkat Pemeriksaan
Anak Korban Jaringan Terorisme
Pasal 69B UUPA
Edukasi Tentang Pendidikan, Ideologi, Dan Nilai
Nasionalisme

Konseling Tentang Bahaya Terorisme;

Rehabilitasi Sosial; Dan

Pendampingan Sosial
Anak Korban Perlakuan Salah dan
Penelantaran Pasal 71 UUPA

• pengawasan,
Anak Korban • pencegahan,
Perlakuan • perawatan,
Salah • konseling,
• rehabilitasi sosial,
Dan dan
Penelantaran • pendampingan
sosial.”
Hak Atas Restitusi
Pasal 71D (1) UUPA
Anak Korban
Tindak Pidana
Kejahatan Seksual Eksploitasi Secara
Ekonomi Dan Seksual

Kekerasan Fisik Korban


Dan Atau Psikhis Pornografi
Penculikan, Penjualan
atau Perdagangan
Anak Korban KDRT
Pasal 10 UU No. 23 Tahun 2004

Penanganan
secara khusus

Pendampinga
Perlindugnan
n

Pelayanan
kesehatan KDRT Pelayanan
rohani
PERLINDUNGAN KORBAN KDRT

Perlindungan Sementara (Polisi Maks 7 hari) Pasal


16 UU KDRT

Penetapan Ketua PN “Perintah Perlindungan” Ps. 28


UUPKDRT

Putusan Hakim  Pasal 58 UU PKDRT


a. Pembatasan gerak pelaku
b. Pelaku mengikuti program konseling
Korban PT PPO
UU No. 21 Tahun 2007 Tentang PTPPO

Pasal 43
Ketentuan mengenai perlindungan
saksi korban dalam UU PSK berlaku
bagi korban dan saksi tindak pidana
perdagangan orang .
Hak Atas Bantuan Hukum
• Pasal 18 UU PA
Setiap anak yang menjadi korban atau pelaku
tindak pidana berhak mendapatkan bantuan
hukum dan bantuan lainnya.
Penganan Anak Korban Dan Saksi
Dalam Proses Peradilan
HAK ANAK SAKSI DAN ANAK KORBAN

reparasi 
perlindungan, restitusi,
partisipasi, 
 Hak kompensasi,
Informasi Hak untuk
Hak untuk privasi , Hak ganti rugi,
diberitahukan didengar dan
diperlakukan atas biaya
Hak untuk ttg hak korban untuk
dengan keselamatan, reintegrasi
dilindungi dari dan akses thd mengungkapk Bantuan .
bermartabat Hak untuk sosial dan
diskriminasi layanan dan an pandangan
dan penuh dilindungi dari pendidikan,
proses dan dan
kasih sayang kesulitan perawatan
prosedur hk keprihatinann
selama proses medis, mental
ya
peradilan, dan layanan
hk
Hak Korban Dan Saksi Dalam Proses
Peradilan
DALAM Pasal 18 UU SPPA wajib memperhatikan kepentingan
MENANGANI terbaik bagi Anak dan mengusahakan suasana
PERKARA kekeluargaan tetap terpelihara.
KORBAN/SAKSI
- PK Bapas,
-Peksos/TKS, Pasal 22 UU SPPA tidak memakai toga atau atribut
kedinasan.
-Penyidik,
-JPU, Pasal 64 H. UU No. 35 Tahun 2014 UU PA/ Pasal 39
-Hakim, dan UU 21/2007 ttg PTPPO Sidang Tertutup Untuk Umum
-PH atau bantuan
hukum lainnya Dalam setiap tingkat pemeriksaan, Anak Korbann /
saksi wajib didampingi oleh ortu/wali / Peksos/ TKS /
orang yang dipercaya

Identitas Anak Korban / Anak Saksi Wajib dirahasiakan


(Ps.19 UU SPPA)
PENANGANAN KORBAN DI
TINGKAT PENYIDIKAN

 Dilakukan oleh penyidik Anak, berdasarkan keputusan KAPOLRI atau


pejabat lain yang ditunjuk KAPOLRI
 Telah memenuhi syarat sebagai penyidik perkara anak
 Wajib meminta laporan sosial dari pekerja sosial profesional atau tenaga
kesejahteraan sosial untuk Anak korban atau Anak saksi
 Apabila Pelaku Anak, TP diancamkan hkman kurang dari 7 tahun dan
bukan pengulangan. Wajib mengupayakan diversi
 Apabila diversi gagal maka proses dilanjutkan dengan penyerahkan perkara
ke kejaksaan
 Wajib didampingi orang tua / wali
 Peksos untuk anak korban atau anak saksi atau orang yang dipercaya oleh
anak korban atau anak saksi
 Berhak didampingi penasehat hukum / Bantuan Hukum lainnya.
HAK UNTUK TIDAK DITUNTUT BALIK
Pasal 10 (1) UU LPSK Jo. SEJA No.007/A/JA/ 10/2016
• Pasal 10 (1) UU LPSK Jo. SEJA No.007/A/JA/ 10/2016
• Saksi, Korban, Pelapor tidak dapat dituntut secara hukum,
baik pidana maupun perdata.
• Dalam hal terdapat laporan balik thd Saksi, Korban laporan
balik tsb wajib ditunda hingga kasus yang dilaporkan pertama
telah diputus oleh pengadilan dan memperoleh kekuatan hukum
tetap.
• Apabila JPU menerima berkas laporan balik dan
pelapor / korban sbg TSK JPU wajib mengembalikan berkas
perkara kepada Penyidik dengan petunjuk masih
menunggu putusan perkara Anak Korban berkekuatan
hukum tetap (inkracht van gewijsde zaak)
PRA PENUNTUTAN
SEJA No. 7 tahun 2016 Tentang Perlindungan Anak Korban Kekerasan

• JPU melakukan koordinasi intensif dengan Penyidik untuk


mendapatkan informasi dan data informasi situasi dan kondisi
Anak Korban dibuat dalam bentuk tertulis guna menambah
alat bukti surat/keterangan ahli berupa:
(a) fakta yg terangkai dari alat bukti dalam berkas perkara; 
(b) visum et repertum; 
(c) surat keterangan medis/ Visum et psikiatrikum/ Visum et
psikologikum; dan/ atau
(d) laporan ahli/BAP ahli.
• Informasi tsb dipertimbangkan JPU sebagai hal yang memberatkan
terdakwa.
• Informasi tsb digunakan untuk memberikan pelayanan kepada Anak
korban dan saksi oleh lembaga pemberi layanan dan perlindungan anak
PRA PENUNTUTAN
SEJA No. 7 tahun 2016 Tentang Perlindungan Anak Korban Kekerasan

• JPU bisa memanggil anak korban dan menyampaikan info


ttg hak anak korban (restitusi , kompensasi)
• Pertemuan pendahuluan juga bertujuan untuk memberikan
informasi kepada korban dan/atau saksi terkait dengan:
a. Proses Peradilan
b.Hak korban dan/atau saksi
c. Konsekuensi atas keputusan Korban dan/atau Saksi untuk
hadir atau tidak hadir dalam pemeriksaan di persidangan
(termasuk penjelasan mengenai pemeriksaan dengan
audio visual dan pemeriksaan dengan perekaman
elektronik)
PENUNTUTAN
SEJA No. 7 tahun 2016 Tentang Perlindungan Anak Korban Kekerasan

• JPU dapat menuntut pidana penjara dan /atau


denda dan pidana tambahan berupa :
a. Pembatasan gerak pelaku (bertujuan untuk
menjauhkan palaku dari korban dalam jarak dan
waktu tertentu,maupun pembatasan hak-hak
tertentu dari pelaku)
b. Pelaku mengikuti program konseling di bawah
pengawasan lembaga tertentu (Perkara KDRT)
c. JPU juga dapat mengajukan Restitusi
PENUNTUTAN
SEJA No. 7 tahun 2016 Tentang Perlindungan Anak Korban Kekerasan

Penuntutan perkara terkait kekerasan terhadap anak dilakukan dengan :


a. mengoptimalkan koordinasi dengan penyidik
b. memberikan tuntutan yang optimal kepada pelaku
c. Apabila putusan PN tidak memenuhi rasa keadilan, JPU mengajukan
upaya hukum

Permintaan rehabilitasi/ pelayanan kesehatan, rehabilitasi sosial,


pemulangan dan reintegrasi sosial kepada instansi yg menangani
masalah kesehatan dan sosial di daerah hanya dapat diajukan oleh:

d. orang tua/wali Anak Korban Kekerasan atau keluarga Anak Korban;


e. kepolisian;
f. relawan pendamping; atau 
g. pekerja sosial setelah korban melaporkan kasus yang
dialaminya.
PEMERIKSAAN DI PENGADILAN

 Pemeriksaan di sidang pengadilan Anak dilakukan oleh Hakim


yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Ketua MA atau
pejabat lain yang ditunjuk oleh Ketua MA atas usul KPN
melalui KPT
 Syarat untuk dapat ditetapkan sebagai Hakim
 telah berpengalaman sebagai hakim dalam lingkungan
peradilan umum;
 mempunyai minat, perhatian, dedikasi, dan memahami
masalah Anak; dan
 telah mengikuti pelatihan teknis tentang peradilan Anak.

 Pengadilan Tingkat Pertama :


 Sidang anak didahulukan dari waktu sidang orang dewasa.
 Sidang anak dilaksanakan secara tertutup untuk umum kecuali
pembacaan putusan.
Pemeriksaan Anak Korban atau Saksi

 Pada saat memeriksa Anak Korban dan/atau Anak Saksi, Hakim


dapat memerintahkan agar Anak Pelaku dibawa keluar ruang
sidang.
 Pada saat pemeriksaan Anak Korban dan/atau Anak Saksi, orang
tua/Wali, Advokat atau pemberi bantuan hukum lainnya, dan
PK tetap hadir.
 Apabila Anak Korban atau Anak Saksi tidak dapat hadir
dipersidangan, Hakim dapat memerintahkan Anak Korban atau
Anak Saksididengar keterangannya:
 a. melalui perekaman elektronik yang dilakukan oleh PK
Bapas di daerah hukum setempat dengan dihadiri oleh
Penyidik atau Penuntut Umum dan Advokat atau pemberi
bantuan hukum lainnya; atau
 b. melalui pemeriksaan langsung jarak jauh dengan alat
komunikasi audiovisual dengan didampingi oleh orang tua/Wali,
Pembimbing Kemasyarakatan atau pendamping lainnya. (tele
confrence)
 Dalam hal tertentu anak korban diberi kesempatan untuk
menyampaikan pendapat tentang perkara yang bersangkutan.
KESIMPULAN
HAK ANAK KORBAN DAN ANAK SAKSI TINDAK PIDANA

1. Hak Anak Dalam Pencegahan


2. Hak Anak untuk mendapatkan pelindungan
khusus
3. Hak Anak dalam proses peradilan:
a. Hak Anak dalam penyidikan
b. Hak Anak dalam penuntutan
c. Hak Anak dalam persidangan
4. Hak Anak rehabilitasi dan Reintegrasi
KESIMPULAN
HAK ANAK SAKSI DAN ANAK KORBAN

Hak untuk diperlakukan dengan bermartabat dan penuh kasih


sayang

Hak untuk dilindungi dari diskriminasi

Informasi diberitahukan ttg hak korban dan akses thd


layanan dan proses dan prosedur hk

partisipasi,  Hak untuk didengar dan untuk mengungkapkan


pandangan dan keprihatinannya

perlindungan,  Hak privasi , Hak atas keselamatan, Hak


untuk dilindungi dari kesulitan selama proses peradilan,
reparasi  restitusi, kompensasi, ganti rugi, biaya reintegrasi
sosial dan pendidikan, perawatan medis, mental dan layanan hk

Bantuan .
Hak Rehabilitasi
bantuan medis ;.
rehabilitasi psikologis
Rehabilitasi sosial

- Korban pelanggaran HAM berat,


- Korban tindak pidana terorisme,
-Korban tindak pidana perdagangan orang,
- Korban tindak pidana penyiksaan,
-Korban tindak pidana kekerasan seksual,
- Korban penganiayaan berat,
HAK ATAS KOMPENSASI
Pasal 7 (1) UU No.31 tahun 2014 TTG UU PSK

Korban pelanggaran
hak asasi manusia
yang berat dan
Kompensasi
Korban tindak
pidana terorisme
Hak Restitusi
Pasal 71D (1) UU PA

Anak Penculika
Korban n,
Anak Kekerasa
Eksploita penjuala
Korban Pornogra n fisik Kejahata
si secara n dan /
Tindak fi dan atau n seksual
ekonomi atau
Pidana psikhis
dan perdagan
seksual gan
ganti kerugian atas kehilangan
kekayaan atau penghasilan;

Restitusi berupa: ganti kerugian yang ditimbulkan akibat


penderitaan yang berkaitan langsung
sebagai akibat tindak pidana; dan/atau

 penggantian biaya perawatan medis


dan/atau psikologis.

 kerugian lain yang diderita Korban


sebagai akibat tindak pidana, termasuk
biaya transportasi , biaya pengacara
dan biaya lain yang berhubungan
dengan proses hukum

PERMA NO. 1 TAHUN 2022 TENTANG TATA CARA PENYELESAIAN PERMOHONAN DAN
PEMBERIAN RESTITUSI DAN KOMPENSASI KEPADA KORBAN TINDAK PIDANA
Terimakasih
KASUS KDRT
Derita 2 Anak Perempuan Cilacap Korban Kekerasan Ayah Kandung
 
Seorang Warga Negara Asing (WNA) Singapura, M, diduga melakukan kekerasan terhadap anak
 perempuannya di Majenang, Cilacap, Jawa Tengah. M lantas ditangkap polisi.
Sebenarnya, sudah lama masyarakat setempat resah dan geram dengan perlakukan M terhadap anak-
anaknya. Akan tetapi, mereka tak bisa berbuat banyak. Warga bahkan sudah sempat melapor tindak 
kekerasan terhadap anak ini ke kepolisian. Tetapi, kepolisian pun tak bisa bertindak gegabah. Pelapor bukan
korban atau keluarga yang mengetahui detail persitiwa ini.
Warga yang sudah kadung jengah akhirnya melapor kepada Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan
Perempuan dan Anak (P2TP2A) Citra, pada 25 Oktober 2019. Jumat, 1 November 2019, tim P2TP2A Citra
mendatangi sekolah kedua anak korban kekerasan. Mereka mengkonseling dua anak ini.
Lantaran menjalani konseling, kedua bocah kakak beradik ini telat pulang. Rupanya keterlambatan ini ini
kembali menjadi masalah dan memicu kekerasan terhadap anak kembali terulang, ayah korban kembali
memarahi dan memukul korban. Ibu korban, L, juga menjadi sasaran amarah M. Saat itu L juga dimarahi
dan dipukul.
Lantaran menjadi korban kekerasan, istri pelaku atau ibu anak-anak korban kekerasan kabur dari rumah.
Dan anak tertua, kembali ke sekolah dalam keadaan luka dan menangis.
Berbekal aduan anak yang menjadi korban kekerasan, tim P2TP2 A lantas berkoordinasi dengan Kepolisian
Cilacap. Mereka mendatangi rumah pelaku, yang juga tempat tinggal kedua anak korban. Hari itu M
langsung dijemput di rumahnya dan diperiksa.
Namun, M, sbg terduga pelaku kekerasan terhadap anak ini sempat dibebaskan lantaran tidak ada
laporan resmi dari keluarga. Warga yang mengetahui M tak ditahan bertambah geram. Bahkan, sempat
pula terjadi sedikit kericuhan sebagai ungkapan protes. Mereka hendak mengusir M.
Kasus kekerasan ini akhirnya menemukan titik terang, tatkala anak tertua akhirnya mau melaporkan
tindak kekerasan yang dialaminya. M, akhirnya ditangkap dan menjalani pemeriksaan marathon.
GURU DI BEKASI DIDUGA BELAKU BEJAT KE SISWANYA
Tempo.co . Bekasi. Kamis, 19 Maret 2015,

Seorang guru sekolah dasar di Kota Bekasi dilaporkan ke Kepolisian Resor Kota Bekasi, guru berinisial
RJ , 37 tahun , diduga telah melecehkan anak didiknya yang masih duduk dibangku kelas 3 SD , berinisal
CT , 10 tahun.
”Berdasarkan laporan, peristiwa terjadi 3 Maret lalu di ruang sekolah di daerah Jatiasih, Kota Bekasi“,
kata juru bicara Polresta Bekasi Kota, Ajun Komisaris Polisi Siswo, Rabu , 18 Maret 2015. Aksi pelaku
diketahui, setelah korban mengadu kepada ibunya, Cucun. Saat itu CT menangis karena diperlakukan
tidak senonoh oleh guru yang juga wali kelasnya.
Menurut Siswo, peristiwa itu bermula ketika korban dipanggil masuk ke ruang guru sendirian.
Sebelumnya sudah ada delapan teman korban yang dipanggil untuk mengerjakan tugas mata pelajaran
matematika . “ Terlapor lalu melakukan pelecehan “,
Unit Perlindungan Perempuan dan Anak Polresta Bekasi Kota, yang mendapatkan laporan segera
melakukan penyelidikan . Hasil visum tidak ditemukan bekas luka di kemaluan korban . Terlapor setelah
diperiksa belum mengakui kalau melakukan pencabulan.
Karena itu, RJ pun tidak ditahan, sebab belum ada penetapan tersangka. Penyidik masih melakukan
pengembangan ihwal laporan tersebut. menunggu pemeriksaan berikutnya.
Adapun Cucun mengadu ke Komisi D DPRD Kota Bekasi, karena menganggap laporannya ke kepolisian
tak ada respons, sebab sejauh ini pelakunya belum juga ditahan . Ia melaporkan kejadian itu pada
tanggal 4 Maret 2015, setelah peristiwa itu menimpa anaknya. “Sekarang Anak saya menjadi pendiam
dan murung “, kata Cucun.
Anggota DPRD Kota Bekasi , Sanwani , mengatakan , pihaknya sudah mendapatkan aduan keluarga
korban . Dalam waktu dekat Komisinya bakal memanggil pihak terkait untuk memberikan klarifikasi , “
Dinas Pendidikan,pihak sekolah , maupun terlapor bakal kami panggil”, katanya.
 
Kasus Pelecehan Seksual
• A seorang anak perempuan berusia 15 tahun , bulan Juni 2020 A membuka
aplikasi game online. Di aplikasi itu terdapat game anak-anak dan aplikasi itu
mewajibkan agar pemainnya memberikan identitas baik nama maupun foto dan
umur. Setelah A mengisi identitas dan foto , A diminta untuk memberitahukan
nomor teleponnya. Setelah persyaratan dipenuhi A , Pelaku menghubungi dan
berkenalan dengan A, dan setelah itu A baru bisa menggunakan aplikasi game
online tsb.
• Setelah bermain on line tsb A di telpon oleh Pelaku untuk berkenalan dan diajak
berkomunikasi oleh Pelaku . Setelah beberapa kali berkomunikasi, pelaku mulai
melancarkan aksinya melakukan perbuatan tidak senonoh melalui video. Pelaku
juga meminta korban untuk membuka pakaian hingga menyuruh korban
bermasturbasi. Pelaku merekam berbagai aktivitas tersebut.
• Pelaku terus berkomunikasi dengan terus membahas masalah seksual.
• Video yang direkam itu kemudian menjadi senjata bagi pelaku untuk mengancam
korban melakukan hal serupa terus menerus. Jika tidak menuruti permintaannya,
pelaku mengancam video korban akan disebar ke media sosial.
• Karena sudah tidak nyaman terus menerus harus melayani Pelaku , A akhir bicara
dengan temannya, dan orang tuanya.
• Orang tuanya lapor ke Polisi
KASUS
PelecehanPeksual
• C (15th) adalah seorang anak perempuan yang masih
duduk di bangku sekolah kelas 3 SMP . Setiap hari C
bermain FB dan suatu saat berteman dengan denga
seorang pria bernama Z berusia 45 tahun. Sejak itu,
mereka sering bertemu .
• Pertemanan dengan Z berkembang menjadi hubungan
intim layaknya suami istri dan sering dilakukan
berulangkali di sebuah losmen atau bahkan kadang di
rumah C apabila orang tuanya sedang tidak ada di
rumah. Z selalu menyampaikan pada C kalau dia sangat
mencintai c, padahal dia sudah punya isteri dan 2 orang
anak . Saking cintanya Z juga sering memberi hadiah
kepada C.
• Suatu hari C menyadai kalau dirinya hamil, akhirnya dia
menceritakan kejadian ini kepada ibunya dan ibunya
melaporkan kepada polisi.
KASUS –I -TRAFICKING
 
Dua anak berumur 17 tahun warga Kabupaten Bandung menjadi korban perdagangan
manusia (Human Trafficking) dan dijadikan pekerja seks komersil.
Kasatreskrim Polresta Bandung AKP Agta mengatakan, kasus penjualan orang tersebut
terjadi pada November 2019.
Pada waktu itu, keluarga hanya mengetahui jika salah seorang anaknya pergi ke Kota
Bandung bersama dua orang tidak dikenal. Keluarga sempat kehilangan informasi, hingga
ada salah seorang temannya memberitahu jika korban berada di Bangka Belitung bekerja di
caffe.
.Setela diselidiki polisi , ternyata dia bersama seorang temannya menjadi korban
penjualan orang, Polisi kemudian menangkap 5 orang tersangka dan masih memburu 2
orang lain yang terlibat dalam penjualan orang tersebut.
Modus yang dilakukan adalah membujuk anak perempuan dibawah umur untuk bekerja
di caffe di Provinsi Bangka Belitung. Bujuk rayu berupa gaji yang sangat besar, supaya
korban mau dibawa ke luar provinsi. Janjinya diberi pekerjaan di caffe, padahal korban
dijadikan PSK.
Para tersangka mempunyai tugas masing-masing, seperti mencari korban, mengurus
perlengkapan korban seperti menyiapkan pakaian, membuat surat keterangan domisili,
memberangkatkan dan menampung di Pangkal Pinang, Bangka Belitung.
Atas perbuatannya para tersangka dikenakan pasal 76F juncto pasal 83 dan atau pasal
761 juncto pasal 88 Perppu UU RI nomor 1/2016 tentang perlindungan anak dengan
ancaman maksimal 15 tahun penjara.
KASUS -2 - KDRT
• Polisi menetapkan orang tua sebagai tersangka penganiayaan terhadap Adit, (8) bocah
yang ditelantarkan di kebun kelapa sawit dengan tubuh penuh luka di Kabupaten
Kampar, Riau.
• “Kedua orang tua Adit ditetapkan sebagai terksangka yaitu Badru ayah kandung
korban (35)dan Ervina (36 ) yang merupakan ibu tirinya. “Bocah Malang itu Aditya ,
berumur 8 tahun bukan 6 tahun”.
• Berdasarkan hasil penyidikan , kedua orangtuanya itu sengaja menelantarkan Adit di
kebun kelapa sawit karena merasa tidak tahan dengan kenakalannya. Ervina , Ibu tiri
Adit, mengaku korban suka mencuri dan mengasari adik tirinya.
• Ervina juga membantah telah menyetrika Adit dibagian punggung dan menyayat bibir,
lidah dan alat kelamin korban dengan benda tajam. Meski begitu , Ervina mengakui
memukuli kepala Adit dengan gagang sapu , sedangkan luka diwajah adalah akibat
pukulan dengan tangan dan luka bakar dipunggung akibat pukulan dengan sapu lidi.
• Adit kini dirawat di RSUD Bangkinang, Kampar. Hasil pemeriksaan psikologis
menunjukan ada trauma mendalam akibat penyiksaan dari sang ibu yang membuat
korban ketakutan bertemu perempuan .
• “Adit merasa kurang nyaman dengan wanita karena dia mengatakan kerap dipukul
oleh ibunya. Jadi (perempuan ) adalah ancaman bagi Adit.
• Psikolog yang melakukan pemeriksaan psikologi terhadap Adit di RSUD, menemukan
Adit merasa terncam dan ketakutan ketika ada perempuan yang menjenguknya. Kalau
ada perempuan yang menjenguknya dia langsung berteriak-teriak
KASUS 3 – Penganiayaan
Yudi, Yadi dan Ayu adalah cleaning servis lantai UG , di Mall Seaaon City Jembatan Besi, Tambora,
Jakarta Barat. Dalam keseharian selama bekerja menjadi cleaning service merasa terganggu dengan
keberadaan korban (Iqbal 4 tahun ) yang selalu bermain di area kerja pelaku., sehingga selalu
mengganggu dan mengotori lantai yang telah dibersihkan,
Karena kesal terhadap korban, Selasa (9/5), mereka bertiga merencanakan memberi pelajaran
kepada korban. Pada Kamis (11/5) sekitar pukul 17.00, pelaku Yudi menyuruh Ayu untuk membawa
korban Iqbal ke tangga darurat pintu GF 1 .Setelah korban berada di tangga darurat, ternyata sudah
menunggu pelaku Yudi yang menganjal pintunya dengan rokok.
Menurut pengakuan pelaku Yudi, ketika sedang berdua di tangga darurat telah melakukan
kekerasan dengan cara menendang ke arah perut sehingga tergelincir jatuh dari anak tangga dan
korban sempat berteriak minta tolong," tutur dia.
Di saat korban berteriak, Yadi sedang berada di conter pakaian GF 1 yang jaraknya 5 meter dari
pintu darurat, mendatangi lokasi penganiayaan. Yadi masuk dan melihat korban sudah mengalami luka
memar pada mata kanannya, dan sudah berdarah-darah dengan posisi korban jongkok kesakitan.
Karena pelaku Yadi sudah kesal sebelumnya akhirnya turut melakukan kekerasan terhadap
korban dengan cara memegang kepala korban dan mengangkatnya. Lalu membenturkan kepala bagian
belakangnya ke arah tembok sebanyak dua kali.
Setelah melakukan kekerasan terhadap korban, Yudi dan Yadi keluar melalui tangga darurat GF
meninggalkan korban Iqbal yang dalam keadaan terluka dengan posisi jongkok bersandar ke tembok.
Setelah kejadian tersebut, pada malam itu juga Yudi dan Yadi pulang kerumah masing-masing karena
posisinya sedang lepas piket.
Pada hari Sabtu tanggal 13 Mei 2017 sekira jam 22.00 wib ketiga pelaku tersebut berhasil
ditangkap dan diamankan untuk dilakukan proses penyidikan lebih lanjut di Polsek Tambora. Mereka
terancam hukuman Pasal 80 ayat 2 jo 76 c UURI No 35 th 2014 tentang Perlindungan Anak.(*)
KASUS – 4 - Cabul
Seorang guru sekolah dasar di Kota Bekasi dilaporkan ke Kepolisian Resor Kota Bekasi, guru
berinisial RJ , 37 tahun , diduga telah melecehkan anak didiknya yang masih duduk dibangku kelas 3
SD , berinisal CT , 10 tahun.
”Berdasarkan laporan, peristiwa terjadi 3 Maret lalu di ruang sekolah di daerah Jatiasih, Kota
Bekasi“, kata juru bicara Polresta Bekasi Kota, Ajun Komisaris Polisi Siswo. Aksi pelaku diketahui,
setelah korban mengadu kepada ibunya, Cucun. Saat itu CT menangis karena diperlakukan tidak
senonoh oleh guru yang juga wali kelasnya.
Menurut Siswo, peristiwa itu bermula ketika korban dipanggil masuk ke ruang guru sendirian.
Sebelumnya sudah ada delapan teman korban yang dipanggil untuk mengerjakan tugas mata
pelajaran matematika . “ Terlapor lalu melakukan pelecehan.
Unit PPA Polresta Bekasi Kota, yang mendapatkan laporan segera melakukan penyelidikan .
Hasil visum tidak ditemukan bekas luka di kemaluan korban . “Terlapor setelah diperiksa belum
mengakui kalau melakukan pencabulan”, Kata Siswo.
Karena itu, RJ pun tidak ditahan, sebab belum ada penetapan tersangka. Penyidik , kata dia masih
melakukan pengembangan ihwal laporan tersebut. “ menunggu pemeriksaan berikutnya”, kata
Siswo.
Adapun Cucun mengadu ke Komisi D DPRD Kota Bekasi, Karena menganggap laporannya ke
kepolisian tak ada respons, sebab sejauh ini pelakunya belum juga ditahan . “Sekarang Anak saya
menjadi pendiam dan murung “, kata Cucun.
Anggota DPRD Kota Bekasi , Sanwani , mengatakan , pihaknya sudah mendapatkan aduan
keluarga korban . Dalam waktu dekat Komisinya bakal memanggil pihak terkait untuk memberikan
klarifikasi , “ Dinas Pendidikan,pihak sekolah , maupun terlapor bakal kami panggil”, katanya.
1. Sebutkan hak2 anak korban
2. Bagaimana prosedur penanganan anak
korban / saksi
3. Apa kewenangan ibu dan bapak dalam
penanganan perkara tsb
4. Apa Kedala dalam penanganan dan solusinya
apa

Anda mungkin juga menyukai