Pasal 89
Anak Korban dan/atau Anak Saksi berhak atas semua pelindungan dan hak
yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 90 (1)
Anak Korban dan Anak Saksi berhak atas:
a. upaya rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial, baik di dalam lembaga
maupun di luar lembaga;
b. jaminan keselamatan, baik fisik, mental, maupun sosial; dan
c. kemudahan dalam mendapatkan informasi mengenai perkembangan
perkara.
Hak Saksi dan Korban
(UU SPPA)
Pasal 91 UU SPPA
(1) Anak Korban dan Anak Sakai berhak dirujuk ke instansi atau lembaga yang
menangani pelindungan anak lembaga kesejahteraan sosial anak.
(2) Anak Korban memerlukan tindakan pertolongan segera, dapat langsung merujuk
Anak Korban ke rumah sakit atau lembaga yang menangani pelindungan anak
sesuai dengan kondisi Anak Korban.
(3) Anak Korban atau Anak Saksi berhak memperoleh rehabilitasi medis, rehabilitasi
sosial, dan reintegrasi sosial dari lembaga atau instansi yang menangani
pelindungan anak.
Identitas Saksi dan
Korban (UU SPPA)
Pasal 19 UU SPPA
(1) Identitas Anak, Anak Korban, dan/atau Anak Saksi wajib dirahasiakan
dalam pemberitaan di media cetak ataupun elektronik.
Identitas meliputi nama Anak Korban, nama Anak Saksi,
nama orang tua, alamat, wajah,
hal lain yang dapat mengungkapkan jati diri Anak, Anak Korban,
dan/atau Anak Saksi.
Pasal 97 UUSPPA
Setiap orang yang melanggar kewajiban sebagaimana dimaksud dalam pasal 19
ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 tahun dan denda paling
banyak 500 jt rupiah.
TERWUJUDNYA Anak saksi dan korban dapat
ANAK INDONESIA hidup, tumbuh, berkembang,
YANG BERKUALITAS dan berpartisipasi secara
BERAHLAK MULIA optimal sesuai dengan harkat
DAN SEJAHTERA dan martabat kemanusiaan,
serta mendapat perlindungan
dari kekerasan dan diskriminasi
PELAKSANAAN PUTUSAN
Pasal 3 UU No.31 Tahun 2014 Perubahan Dari
UU No. 13 Tahun 2006 TTG UU PSK
Tujuan
Perlindungan
Saksi dan Memberikan rasa aman
Korban kepada Saksi dan/atau
Korban dalam
memberikan keterangan
pada setiap proses
peradilan pidana.
ASAS PERLIDUNGAN KORBAN DAN SAKSI
(Pasal 3 UU No.31 tahun 2014 TTG UU PSK)
Penghargaan
Atas Harkat
Tidak Kepastian
Dan Rasa Aman; Keadilan;
Diskriminatif Hukum.
Martabat
Manusia;
Hak saksi dan Korban (UU No.31 tahun 2014 )
Perlindungan saksi dan korban
• Ps. 5
Saksi dan Korban berhak:
- memperoleh perlindungan atas keamanan pribadi, Keluarga,
dan harta bendanya, serta bebas dari Ancaman;
- ikut serta dalam proses memilih dan menentukan bentuk
perlindungan dan dukungan keamanan;
- memberikan keterangan tanpa tekanan;
- mendapat penerjemah;
- bebas dari pertanyaan yang menjerat;
- mendapat informasi mengenai perkembangan kasus;
- mendapat informasi mengenai putusan pengadilan;
- mendapat informasi dalam hal terpidana dibebaskan;
- dirahasiakan identitasnya;
- mendapat identitas baru;
- mendapat tempat kediaman sementara;
- mendapat tempat kediaman baru;
- memperoleh penggantian biaya transportasi sesuai dengan
kebutuhan;
- mendapat nasihat hukum;
- memperoleh bantuan biaya hidup sementara sampai batas
waktu Perlindungan berakhir; dan/atau
- mendapat pendampingan.
- bantuan medis; bantuan rehabilitasi psikososial dan psikologis
(korban HAM berat, teroris, TPPO, seksual, aniaya berat) .
- Kompensasi (korban HAM berat)
- restitusi
PERLINDUNGAN KHUSUS BAGI ABH
(Pasal 64 UU No. 35 tahun 2014)
pengawasan
Anak
rehabilitasi Korban pencegahan
NARKOBA
perawatan
Perlindungan Khusus bagi Anak yang
Menjadi Korban Pornografi Pasal 67B (1)
pembinaan
,
Anak
Korban
Pornografi
pemulihan sosial,
pendampingan
kesehatan fisik dan
mental.
,
Anak Korban Penculikan, Penjualan /
Perdagangan (Pasal 68 UUPA)
Perawatan Rehabilitasi
Anak korban Kejahatan Seksual
Pasal 69A UUPA
Edukasi Tentang Kesehatan Reproduksi,
Nilai Agama, Dan Nilai Kesusilaan;
Rehabilitasi Sosial;
Pendampingan Sosial
Anak Korban Perlakuan Salah dan
Penelantaran Pasal 71 UUPA
• pengawasan,
Anak Korban • pencegahan,
Perlakuan • perawatan,
Salah • konseling,
• rehabilitasi sosial,
Dan dan
Penelantaran • pendampingan
sosial.”
Hak Atas Restitusi
Pasal 71D (1) UUPA
Anak Korban
Tindak Pidana
Kejahatan Seksual Eksploitasi Secara
Ekonomi Dan Seksual
Penanganan
secara khusus
Pendampinga
Perlindugnan
n
Pelayanan
kesehatan KDRT Pelayanan
rohani
PERLINDUNGAN KORBAN KDRT
Pasal 43
Ketentuan mengenai perlindungan
saksi korban dalam UU PSK berlaku
bagi korban dan saksi tindak pidana
perdagangan orang .
Hak Atas Bantuan Hukum
• Pasal 18 UU PA
Setiap anak yang menjadi korban atau pelaku
tindak pidana berhak mendapatkan bantuan
hukum dan bantuan lainnya.
Penganan Anak Korban Dan Saksi
Dalam Proses Peradilan
HAK ANAK SAKSI DAN ANAK KORBAN
reparasi
perlindungan, restitusi,
partisipasi,
Hak kompensasi,
Informasi Hak untuk
Hak untuk privasi , Hak ganti rugi,
diberitahukan didengar dan
diperlakukan atas biaya
Hak untuk ttg hak korban untuk
dengan keselamatan, reintegrasi
dilindungi dari dan akses thd mengungkapk Bantuan .
bermartabat Hak untuk sosial dan
diskriminasi layanan dan an pandangan
dan penuh dilindungi dari pendidikan,
proses dan dan
kasih sayang kesulitan perawatan
prosedur hk keprihatinann
selama proses medis, mental
ya
peradilan, dan layanan
hk
Hak Korban Dan Saksi Dalam Proses
Peradilan
DALAM Pasal 18 UU SPPA wajib memperhatikan kepentingan
MENANGANI terbaik bagi Anak dan mengusahakan suasana
PERKARA kekeluargaan tetap terpelihara.
KORBAN/SAKSI
- PK Bapas,
-Peksos/TKS, Pasal 22 UU SPPA tidak memakai toga atau atribut
kedinasan.
-Penyidik,
-JPU, Pasal 64 H. UU No. 35 Tahun 2014 UU PA/ Pasal 39
-Hakim, dan UU 21/2007 ttg PTPPO Sidang Tertutup Untuk Umum
-PH atau bantuan
hukum lainnya Dalam setiap tingkat pemeriksaan, Anak Korbann /
saksi wajib didampingi oleh ortu/wali / Peksos/ TKS /
orang yang dipercaya
Bantuan .
Hak Rehabilitasi
bantuan medis ;.
rehabilitasi psikologis
Rehabilitasi sosial
Korban pelanggaran
hak asasi manusia
yang berat dan
Kompensasi
Korban tindak
pidana terorisme
Hak Restitusi
Pasal 71D (1) UU PA
Anak Penculika
Korban n,
Anak Kekerasa
Eksploita penjuala
Korban Pornogra n fisik Kejahata
si secara n dan /
Tindak fi dan atau n seksual
ekonomi atau
Pidana psikhis
dan perdagan
seksual gan
ganti kerugian atas kehilangan
kekayaan atau penghasilan;
PERMA NO. 1 TAHUN 2022 TENTANG TATA CARA PENYELESAIAN PERMOHONAN DAN
PEMBERIAN RESTITUSI DAN KOMPENSASI KEPADA KORBAN TINDAK PIDANA
Terimakasih
KASUS KDRT
Derita 2 Anak Perempuan Cilacap Korban Kekerasan Ayah Kandung
Seorang Warga Negara Asing (WNA) Singapura, M, diduga melakukan kekerasan terhadap anak
perempuannya di Majenang, Cilacap, Jawa Tengah. M lantas ditangkap polisi.
Sebenarnya, sudah lama masyarakat setempat resah dan geram dengan perlakukan M terhadap anak-
anaknya. Akan tetapi, mereka tak bisa berbuat banyak. Warga bahkan sudah sempat melapor tindak
kekerasan terhadap anak ini ke kepolisian. Tetapi, kepolisian pun tak bisa bertindak gegabah. Pelapor bukan
korban atau keluarga yang mengetahui detail persitiwa ini.
Warga yang sudah kadung jengah akhirnya melapor kepada Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan
Perempuan dan Anak (P2TP2A) Citra, pada 25 Oktober 2019. Jumat, 1 November 2019, tim P2TP2A Citra
mendatangi sekolah kedua anak korban kekerasan. Mereka mengkonseling dua anak ini.
Lantaran menjalani konseling, kedua bocah kakak beradik ini telat pulang. Rupanya keterlambatan ini ini
kembali menjadi masalah dan memicu kekerasan terhadap anak kembali terulang, ayah korban kembali
memarahi dan memukul korban. Ibu korban, L, juga menjadi sasaran amarah M. Saat itu L juga dimarahi
dan dipukul.
Lantaran menjadi korban kekerasan, istri pelaku atau ibu anak-anak korban kekerasan kabur dari rumah.
Dan anak tertua, kembali ke sekolah dalam keadaan luka dan menangis.
Berbekal aduan anak yang menjadi korban kekerasan, tim P2TP2 A lantas berkoordinasi dengan Kepolisian
Cilacap. Mereka mendatangi rumah pelaku, yang juga tempat tinggal kedua anak korban. Hari itu M
langsung dijemput di rumahnya dan diperiksa.
Namun, M, sbg terduga pelaku kekerasan terhadap anak ini sempat dibebaskan lantaran tidak ada
laporan resmi dari keluarga. Warga yang mengetahui M tak ditahan bertambah geram. Bahkan, sempat
pula terjadi sedikit kericuhan sebagai ungkapan protes. Mereka hendak mengusir M.
Kasus kekerasan ini akhirnya menemukan titik terang, tatkala anak tertua akhirnya mau melaporkan
tindak kekerasan yang dialaminya. M, akhirnya ditangkap dan menjalani pemeriksaan marathon.
GURU DI BEKASI DIDUGA BELAKU BEJAT KE SISWANYA
Tempo.co . Bekasi. Kamis, 19 Maret 2015,
Seorang guru sekolah dasar di Kota Bekasi dilaporkan ke Kepolisian Resor Kota Bekasi, guru berinisial
RJ , 37 tahun , diduga telah melecehkan anak didiknya yang masih duduk dibangku kelas 3 SD , berinisal
CT , 10 tahun.
”Berdasarkan laporan, peristiwa terjadi 3 Maret lalu di ruang sekolah di daerah Jatiasih, Kota Bekasi“,
kata juru bicara Polresta Bekasi Kota, Ajun Komisaris Polisi Siswo, Rabu , 18 Maret 2015. Aksi pelaku
diketahui, setelah korban mengadu kepada ibunya, Cucun. Saat itu CT menangis karena diperlakukan
tidak senonoh oleh guru yang juga wali kelasnya.
Menurut Siswo, peristiwa itu bermula ketika korban dipanggil masuk ke ruang guru sendirian.
Sebelumnya sudah ada delapan teman korban yang dipanggil untuk mengerjakan tugas mata pelajaran
matematika . “ Terlapor lalu melakukan pelecehan “,
Unit Perlindungan Perempuan dan Anak Polresta Bekasi Kota, yang mendapatkan laporan segera
melakukan penyelidikan . Hasil visum tidak ditemukan bekas luka di kemaluan korban . Terlapor setelah
diperiksa belum mengakui kalau melakukan pencabulan.
Karena itu, RJ pun tidak ditahan, sebab belum ada penetapan tersangka. Penyidik masih melakukan
pengembangan ihwal laporan tersebut. menunggu pemeriksaan berikutnya.
Adapun Cucun mengadu ke Komisi D DPRD Kota Bekasi, karena menganggap laporannya ke kepolisian
tak ada respons, sebab sejauh ini pelakunya belum juga ditahan . Ia melaporkan kejadian itu pada
tanggal 4 Maret 2015, setelah peristiwa itu menimpa anaknya. “Sekarang Anak saya menjadi pendiam
dan murung “, kata Cucun.
Anggota DPRD Kota Bekasi , Sanwani , mengatakan , pihaknya sudah mendapatkan aduan keluarga
korban . Dalam waktu dekat Komisinya bakal memanggil pihak terkait untuk memberikan klarifikasi , “
Dinas Pendidikan,pihak sekolah , maupun terlapor bakal kami panggil”, katanya.
Kasus Pelecehan Seksual
• A seorang anak perempuan berusia 15 tahun , bulan Juni 2020 A membuka
aplikasi game online. Di aplikasi itu terdapat game anak-anak dan aplikasi itu
mewajibkan agar pemainnya memberikan identitas baik nama maupun foto dan
umur. Setelah A mengisi identitas dan foto , A diminta untuk memberitahukan
nomor teleponnya. Setelah persyaratan dipenuhi A , Pelaku menghubungi dan
berkenalan dengan A, dan setelah itu A baru bisa menggunakan aplikasi game
online tsb.
• Setelah bermain on line tsb A di telpon oleh Pelaku untuk berkenalan dan diajak
berkomunikasi oleh Pelaku . Setelah beberapa kali berkomunikasi, pelaku mulai
melancarkan aksinya melakukan perbuatan tidak senonoh melalui video. Pelaku
juga meminta korban untuk membuka pakaian hingga menyuruh korban
bermasturbasi. Pelaku merekam berbagai aktivitas tersebut.
• Pelaku terus berkomunikasi dengan terus membahas masalah seksual.
• Video yang direkam itu kemudian menjadi senjata bagi pelaku untuk mengancam
korban melakukan hal serupa terus menerus. Jika tidak menuruti permintaannya,
pelaku mengancam video korban akan disebar ke media sosial.
• Karena sudah tidak nyaman terus menerus harus melayani Pelaku , A akhir bicara
dengan temannya, dan orang tuanya.
• Orang tuanya lapor ke Polisi
KASUS
PelecehanPeksual
• C (15th) adalah seorang anak perempuan yang masih
duduk di bangku sekolah kelas 3 SMP . Setiap hari C
bermain FB dan suatu saat berteman dengan denga
seorang pria bernama Z berusia 45 tahun. Sejak itu,
mereka sering bertemu .
• Pertemanan dengan Z berkembang menjadi hubungan
intim layaknya suami istri dan sering dilakukan
berulangkali di sebuah losmen atau bahkan kadang di
rumah C apabila orang tuanya sedang tidak ada di
rumah. Z selalu menyampaikan pada C kalau dia sangat
mencintai c, padahal dia sudah punya isteri dan 2 orang
anak . Saking cintanya Z juga sering memberi hadiah
kepada C.
• Suatu hari C menyadai kalau dirinya hamil, akhirnya dia
menceritakan kejadian ini kepada ibunya dan ibunya
melaporkan kepada polisi.
KASUS –I -TRAFICKING
Dua anak berumur 17 tahun warga Kabupaten Bandung menjadi korban perdagangan
manusia (Human Trafficking) dan dijadikan pekerja seks komersil.
Kasatreskrim Polresta Bandung AKP Agta mengatakan, kasus penjualan orang tersebut
terjadi pada November 2019.
Pada waktu itu, keluarga hanya mengetahui jika salah seorang anaknya pergi ke Kota
Bandung bersama dua orang tidak dikenal. Keluarga sempat kehilangan informasi, hingga
ada salah seorang temannya memberitahu jika korban berada di Bangka Belitung bekerja di
caffe.
.Setela diselidiki polisi , ternyata dia bersama seorang temannya menjadi korban
penjualan orang, Polisi kemudian menangkap 5 orang tersangka dan masih memburu 2
orang lain yang terlibat dalam penjualan orang tersebut.
Modus yang dilakukan adalah membujuk anak perempuan dibawah umur untuk bekerja
di caffe di Provinsi Bangka Belitung. Bujuk rayu berupa gaji yang sangat besar, supaya
korban mau dibawa ke luar provinsi. Janjinya diberi pekerjaan di caffe, padahal korban
dijadikan PSK.
Para tersangka mempunyai tugas masing-masing, seperti mencari korban, mengurus
perlengkapan korban seperti menyiapkan pakaian, membuat surat keterangan domisili,
memberangkatkan dan menampung di Pangkal Pinang, Bangka Belitung.
Atas perbuatannya para tersangka dikenakan pasal 76F juncto pasal 83 dan atau pasal
761 juncto pasal 88 Perppu UU RI nomor 1/2016 tentang perlindungan anak dengan
ancaman maksimal 15 tahun penjara.
KASUS -2 - KDRT
• Polisi menetapkan orang tua sebagai tersangka penganiayaan terhadap Adit, (8) bocah
yang ditelantarkan di kebun kelapa sawit dengan tubuh penuh luka di Kabupaten
Kampar, Riau.
• “Kedua orang tua Adit ditetapkan sebagai terksangka yaitu Badru ayah kandung
korban (35)dan Ervina (36 ) yang merupakan ibu tirinya. “Bocah Malang itu Aditya ,
berumur 8 tahun bukan 6 tahun”.
• Berdasarkan hasil penyidikan , kedua orangtuanya itu sengaja menelantarkan Adit di
kebun kelapa sawit karena merasa tidak tahan dengan kenakalannya. Ervina , Ibu tiri
Adit, mengaku korban suka mencuri dan mengasari adik tirinya.
• Ervina juga membantah telah menyetrika Adit dibagian punggung dan menyayat bibir,
lidah dan alat kelamin korban dengan benda tajam. Meski begitu , Ervina mengakui
memukuli kepala Adit dengan gagang sapu , sedangkan luka diwajah adalah akibat
pukulan dengan tangan dan luka bakar dipunggung akibat pukulan dengan sapu lidi.
• Adit kini dirawat di RSUD Bangkinang, Kampar. Hasil pemeriksaan psikologis
menunjukan ada trauma mendalam akibat penyiksaan dari sang ibu yang membuat
korban ketakutan bertemu perempuan .
• “Adit merasa kurang nyaman dengan wanita karena dia mengatakan kerap dipukul
oleh ibunya. Jadi (perempuan ) adalah ancaman bagi Adit.
• Psikolog yang melakukan pemeriksaan psikologi terhadap Adit di RSUD, menemukan
Adit merasa terncam dan ketakutan ketika ada perempuan yang menjenguknya. Kalau
ada perempuan yang menjenguknya dia langsung berteriak-teriak
KASUS 3 – Penganiayaan
Yudi, Yadi dan Ayu adalah cleaning servis lantai UG , di Mall Seaaon City Jembatan Besi, Tambora,
Jakarta Barat. Dalam keseharian selama bekerja menjadi cleaning service merasa terganggu dengan
keberadaan korban (Iqbal 4 tahun ) yang selalu bermain di area kerja pelaku., sehingga selalu
mengganggu dan mengotori lantai yang telah dibersihkan,
Karena kesal terhadap korban, Selasa (9/5), mereka bertiga merencanakan memberi pelajaran
kepada korban. Pada Kamis (11/5) sekitar pukul 17.00, pelaku Yudi menyuruh Ayu untuk membawa
korban Iqbal ke tangga darurat pintu GF 1 .Setelah korban berada di tangga darurat, ternyata sudah
menunggu pelaku Yudi yang menganjal pintunya dengan rokok.
Menurut pengakuan pelaku Yudi, ketika sedang berdua di tangga darurat telah melakukan
kekerasan dengan cara menendang ke arah perut sehingga tergelincir jatuh dari anak tangga dan
korban sempat berteriak minta tolong," tutur dia.
Di saat korban berteriak, Yadi sedang berada di conter pakaian GF 1 yang jaraknya 5 meter dari
pintu darurat, mendatangi lokasi penganiayaan. Yadi masuk dan melihat korban sudah mengalami luka
memar pada mata kanannya, dan sudah berdarah-darah dengan posisi korban jongkok kesakitan.
Karena pelaku Yadi sudah kesal sebelumnya akhirnya turut melakukan kekerasan terhadap
korban dengan cara memegang kepala korban dan mengangkatnya. Lalu membenturkan kepala bagian
belakangnya ke arah tembok sebanyak dua kali.
Setelah melakukan kekerasan terhadap korban, Yudi dan Yadi keluar melalui tangga darurat GF
meninggalkan korban Iqbal yang dalam keadaan terluka dengan posisi jongkok bersandar ke tembok.
Setelah kejadian tersebut, pada malam itu juga Yudi dan Yadi pulang kerumah masing-masing karena
posisinya sedang lepas piket.
Pada hari Sabtu tanggal 13 Mei 2017 sekira jam 22.00 wib ketiga pelaku tersebut berhasil
ditangkap dan diamankan untuk dilakukan proses penyidikan lebih lanjut di Polsek Tambora. Mereka
terancam hukuman Pasal 80 ayat 2 jo 76 c UURI No 35 th 2014 tentang Perlindungan Anak.(*)
KASUS – 4 - Cabul
Seorang guru sekolah dasar di Kota Bekasi dilaporkan ke Kepolisian Resor Kota Bekasi, guru
berinisial RJ , 37 tahun , diduga telah melecehkan anak didiknya yang masih duduk dibangku kelas 3
SD , berinisal CT , 10 tahun.
”Berdasarkan laporan, peristiwa terjadi 3 Maret lalu di ruang sekolah di daerah Jatiasih, Kota
Bekasi“, kata juru bicara Polresta Bekasi Kota, Ajun Komisaris Polisi Siswo. Aksi pelaku diketahui,
setelah korban mengadu kepada ibunya, Cucun. Saat itu CT menangis karena diperlakukan tidak
senonoh oleh guru yang juga wali kelasnya.
Menurut Siswo, peristiwa itu bermula ketika korban dipanggil masuk ke ruang guru sendirian.
Sebelumnya sudah ada delapan teman korban yang dipanggil untuk mengerjakan tugas mata
pelajaran matematika . “ Terlapor lalu melakukan pelecehan.
Unit PPA Polresta Bekasi Kota, yang mendapatkan laporan segera melakukan penyelidikan .
Hasil visum tidak ditemukan bekas luka di kemaluan korban . “Terlapor setelah diperiksa belum
mengakui kalau melakukan pencabulan”, Kata Siswo.
Karena itu, RJ pun tidak ditahan, sebab belum ada penetapan tersangka. Penyidik , kata dia masih
melakukan pengembangan ihwal laporan tersebut. “ menunggu pemeriksaan berikutnya”, kata
Siswo.
Adapun Cucun mengadu ke Komisi D DPRD Kota Bekasi, Karena menganggap laporannya ke
kepolisian tak ada respons, sebab sejauh ini pelakunya belum juga ditahan . “Sekarang Anak saya
menjadi pendiam dan murung “, kata Cucun.
Anggota DPRD Kota Bekasi , Sanwani , mengatakan , pihaknya sudah mendapatkan aduan
keluarga korban . Dalam waktu dekat Komisinya bakal memanggil pihak terkait untuk memberikan
klarifikasi , “ Dinas Pendidikan,pihak sekolah , maupun terlapor bakal kami panggil”, katanya.
1. Sebutkan hak2 anak korban
2. Bagaimana prosedur penanganan anak
korban / saksi
3. Apa kewenangan ibu dan bapak dalam
penanganan perkara tsb
4. Apa Kedala dalam penanganan dan solusinya
apa