Pasal 1
1. Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasar-
kan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tan-
pa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-un-
dangan.
Pasal 113
1. Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi se-
bagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara
Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau
pidana denda paling banyak Rp 100.000.000 (seratus juta rupiah).
2. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau peme-
gang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana di-
maksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk
Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3
(tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus
juta rupiah).
3. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau peme-
gang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana di-
maksud dalam Pasal 9 ayat (l) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk
Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4
(empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah).
4. Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana pen-
jara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).
MODUL PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TERPADU
SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK (SPPA)
BAGI APARAT PENEGAK HUKUM DAN PIHAK TERKAIT
Penyusun
Imaduddin Hamzah
Dede Erni Kartikawati
Tim Penyusun:
Imaduddin Hamzah
Dede Erni Kartikawati
xii+104 hlm.; 18 × 25 cm
ISBN:
Dicetak oleh:
PERCETAKAN POHON CAHAYA
Puji Syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Kuasa,
berkat rahmat dan karunia-Nya, review Modul Pelatihan Terpadu Sistem Peradilan
Pidana Anak (SPPA) dengan Judul Perkembangan Anak Delinkuen, Peran
Keluarga dan Lingkungan telah terselesaikan.
Perpres No. 175 Tahun 2014 tentang Pendidikan dan Pelatihan Terpadu
bagi Penegak Hukum dan Pihak Terkait Mengenai Sistem Peradilan Pidana Anak
mengatur tujuan dari pelaksanaan Diklat Terpadu, yaitu untuk menyamakan persep
si dalam penanganan ABH dalam SPPA, terutama agar memiliki pemahaman yang
Anak adalah generasi penerus yang dalam diri mereka melekat harkat dan
martabat sebagai manusia seutuhnya. Tanpa keterpaduan, mustahil cita-cita luhur
untuk memulihkan kondisi ABH dapat terwujud. Adalah menjadi tanggung jawab
kita semua untuk memastikan agar prinsip kepentingan terbaik bagi anak atau the
best interest of child selalu menjadi pegangan dalam mengatasi persoalan anak,
termasuk mereka yang sedang berhadapan dengan hukum.
Dalam kesempatan ini, kami atas nama BPSDM Hukum dan Hak Asasi
Manusia menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak atas dukungan
dan kontribusinya dalam penyelesaian review modul ini. Semoga modul ini dapat
berkontribusi positif bagi APH dan pihak terkait dalam penanganan ABH.
vi
vi Perkembangan Anak Delinkuen, Peran Keluarga dan Lingkungan
KATA SAMBUTAN
Berangkat dari Konvensi Hak Anak yang diratifikasi Indonesia pada tahun
1990 dengan Keputusan Presiden No. 36, UU No. 39 Tahun 1999 tentang
Hak Asasi Manusia dan UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak,
disepakatilah UU No. 11 Tahun 2012 mengenai Sistem Peradilan Pidana Anak.
Dengan memperkenalkan pendekatan keadilan restoratif, undang-undang ini
membawa paradigma baru dalam penanganan perkara pidana yang melibatkan
anak. Pendekatan dan paradigma baru ini tentu saja merupakan hal baru sehingga
diperlukan adanya pelatihan bagi mereka yang akan menerapkannya di lapangan.
Tiada gading yang tak retak, tentu Modul ini tidak sempurna. Oleh karenanya
masukan dan kritik pembaca atas Modul ini diharapkan untuk menyempurnakan
nya. Akhirnya, saya ucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada BPSDM
Kementerian Hukum dan HAM serta seluruh pihak yang telah bekerja sama dalam
pembuatan modul ini. Mari bersama kita lindungi generasi muda Indonesia.
viii
viii Perkembangan Anak Delinkuen, Peran Keluarga dan Lingkungan
KATA PENGANTAR
Puji Syukur ke hadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas
kehendak dan perkenan-Nya masih diberikan kesempatan dan kesehatan dalam
rangka penyusunan review Perkembangan Anak Delinkuen, Peran Keluarga dan
Lingkungan SPPA tahun 2021 dapat terlaksana dengan baik. Di mana Pelatihan
Terpadu SPPA sebagai kegiatan Prioritas Nasional, BAPPENAS mengharapkan
pada tahun 2021 untuk dilaksanakan review terhadap modul-modul Pelatihan
Terpadu SPPA.
x
x Perkembangan Anak Delinkuen, Peran Keluarga dan Lingkungan
DAFTAR ISI
SAMBUTAN KABADAN.............................................................................................. v
KATA SAMBUTAN........................................................................................... vii
KATA PENGANTAR....................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
A. Latar Belakang................................................................................... 1
B. Deskripsi Singkat............................................................................... 2
C. Manfaat Belajar.................................................................................. 2
D. Indikator Hasil Belajar........................................................................ 3
E. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok................................................. 3
F. Metode dan Alokasi Waktu Pembelajaran......................................... 4
G. Petunjuk Pembelajaran....................................................................... 4
BAB II TAHAPAN DAN CIRI PERKEMBANGAN ANAK............................ 7
A. Pengertian Tumbuh dan Kembang Anak........................................... 7
B. Prinsip, Tahap dan Ciri Perkembangan Anak .................................. 8
C. Tahapan Psikososial Menurut Erikson............................................... 14
D. Krisis Perkembangan Dan Dampaknya Terhadap Anak.................... 20
E. Perkembangan psikologis anak pelaku, saksi dan korban................ 24
F. Latihan.................................................................................................. 27
G. Rangkuman....................................................................................... 27
H. Evaluasi............................................................................................. 31
I. Tindak Lanjut dan Umpan Balik......................................................... 31
BAB III PERAN KELUARGA, LINGKUNGAN DAN GENDER
DALAM PERKEMBANGAN ANAK.................................................. 33
A. Peran, Tugas dan Tanggung Jawab Keluarga................................... 33
B. Pola Asuh Dalam Keluarga................................................................ 35
xii
xii Perkembangan Anak Delinkuen, Peran Keluarga dan Lingkungan
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Masa anak-anak merupakan periode yang sangat khas sehingga setiap
keluarga dan orang tua pasti memiliki dambaan untuk memiliki anak yang sehat,
cerdas, berakhlak mulia, namun dalam mencapai tujuan tersebut tidaklah semudah
yang diangankan, segala sesuatu dapat terjadi dalam perjalanannya, gangguan
dalam pertumbuhan dan perkembangan mungkin saja terjadi yang disebabkan
bukan oleh satu faktor namun berbagai faktor.
B. DESKRIPSI SINGKAT
Mata Diklat Perkembangan Anak, Delinkuen, peran keluarga, dan
lingkungan diberikan untuk meningkatkan pemahaman peserta tentang Tahapan
dan ciri Perkembangan Anak, Peran keluarga, lingkungan, dan gender dalam
perkembangan anak, serta konsep delinkuensi, sebab, ciri dan kausa delinkuensi.
C. MANFAAT BELAJAR
Setelah mengikuti pembelajaran Peserta diharapkan mampu menjelaskan
Tahapan dan ciri Perkembangan anak, Peran keluarga, lingkungan terhadap
terbentuknya perilaku delinkuen, teori konsep delinkuensi, ciri dan kausa
delinkuensi
2
2 Perkembangan Anak Delinkuen, Peran Keluarga dan Lingkungan
D. INDIKATOR HASIL BELAJAR
Peserta dapat:
c. Keluarga patogenik
d. Lingkungan sosial
b. Toeri Delinkuensi
1. Metode :
· Ceramah
· Tanya jawab
· Diskusi
· Simulasi
· Studi kasus
· Project
G. PETUNJUK PEMBELAJARAN
1. Materi pembelajaran Perkembangan Anak Delinkuen, Peran Keluarga
dan Lingkungan ini merupakan landasan untuk memahami anak dan
perkembangannya. Materi Budaya ini dapat memberikan pengetahuan dasar
untuk mengikuti materi pembelajaran lainnya pada diklat terpadu SPPA;
2. Peserta pelatihan harus mempelajari secara bertahap bab mengenai ciri dan
tahap perkembangan, peran keluarga dan lingkungan sosial, konsep, ciri
dan sebab delinkuensi serta melakukan analisis kasus pidana anak;
4
4 Perkembangan Anak Delinkuen, Peran Keluarga dan Lingkungan
3. Pembelajaran mata pelatihan ini menggunakan metode ceramah, diskusi,
eksplorasi dan studi kasus;
4. Ikuti tahapan pembelajaran dengan tertib dan aktif. Setiap bab mempunyai
indikator yang harus dicapai, latihan dan evaluasi.
PRINSIP PERKEMBANGAN
Prinsip penting dalam perkembangan seorang anak adalah peran genetik/
pembawaan (nature) dan pengalaman/belajar (nurture). Perkembangan anak
sangat dipengaruhi oleh kedua faktor tersebut. Faktor nature merupakan
pemberian Tuhan, dibawa sejak lahir dan dipengaruhi oleh genetik dan kondisi
biologis manusia, sehingga sulit diubah.
8
8 Perkembangan Anak Delinkuen, Peran Keluarga dan Lingkungan
yaitu merangkak, duduk kemudian berjalan, kemudian dikembangkan melalui
proses belajar, yaitu perubahan perilaku sebagai hasil latihan dan usaha.
2. Dasar awal cepat menjadi pola kebiasaan, hal ihi tentunya akan berpengaruh
sepanjang hidup dalam penyesuaian sosial dan pribadi anak
Anak dan masa kanak-kanak perlu diperhatikan karena alasan yang sangat
mendasar. Anak adalah modal kemanusian. Tanpa mereka, spesies manusia akan
punah. Selain itu, anak manusia adalah cikal-bakal dan modal budaya. Suatu
komunitas akan lenyap jika anak-anak mereka tidak tumbuh dan berkembang.
10
10 Perkembangan Anak Delinkuen, Peran Keluarga dan Lingkungan
Gambar 2.1. Periodisasi Perkembangan kandungan sampai masa remaja
d. Masa Sekolah:
Masa ini memiliki rentang usia dari 6-12 tahun. Pada masa ini anak
mulai menghabiskan sebagian waktunya di luar rumah. Anak belajar dalam
suasana terorganisasi dan terstruktur di bawah otoritas orang lain (bukan
orang tuanya sendiri) dan dengan anak-anak dari berbagai latar belakang.
Pada tahap usia sekolah anak mengawalai belajar untuk memercayai
figur-figur asing, yaitu guru-gurunya. Anak juga mulai belajar keterampilan-
keterampilan skolastik (membaca, menulis, berhitung).
12
12 Perkembangan Anak Delinkuen, Peran Keluarga dan Lingkungan
Dalam tahapan perkembangan usia sekolah ini, proses tumbuh
kembang anak terus berlangsung yang membutuhkan gizi dan pemeliharaan
kesehatan (termasuk kesehatan gigi) serta rangsangan mental spiritual.
Penting bagi anak, sebagian besar menghabiskan waktu anak berada di
luar rumah, maka berbagai institusi dan pihak yang berhubungan dengan
anak, termasuk guru, tentara, dan lain-lain, dapat menjadi faktor risiko dan
melakukan kekerasan terhadap anak.
e. Masa Remaja
Masa remaja ditandai oleh
tumbuhnya tanda-tanda seksual
sekunder (lihat tabel di bawah ini),
terutama masaknya indung telur dan
menstruasi pada perempuan yang dapat
terjadi pada usia 9-10 tahun serta mimpi
basah pada anak laki-laki yang terjadi
pada usia 13-15 tahun. Perubahan
fisik ini terjadi karena pengaruh aktifnya hormon-hormon reproduksi yaitu
testoteron dan progesteron. Tanda-tanda perubahan fisik remaja laki-laki
dan perempuan dapat terlihat pada tabel 3.1.
14
14 Perkembangan Anak Delinkuen, Peran Keluarga dan Lingkungan
tua/keluarga) memengaruhi perkembangan kepribadian selama masa kanak-
kanak dan remaja, bahkan pada masa dewasa. Erikson membagi perkembangan
kepribadian ini ke dalam delapan tahapan.
16
16 Perkembangan Anak Delinkuen, Peran Keluarga dan Lingkungan
Orang tua dan orang dewasa terdekat anak mendukungnya untuk mulai
berdiri sendiri, dan tetap memberikan pelindungan saat anak menghadapi
peristiwa dan situasi yang membingungkan dan berubah-ubah. Pada tahap
ini muncul kemampuan mutual regulation. Anak mulai mengembangkan
‘free-choice’ (pilihan bebas) yang ada dalam dirinya, tetapi juga mampu
mengembangkan pilihan yang sesuai dengan norma masyarakat.
Pada tahap ini, anak mempelajari parental set. Anak mulai mulai
mengadopsi karakteristik orang tua ke dalam kepribadiannya dan mempelajari
standar moral dan peran jenis kelamin sesuai norma lingkungannya. Rasa
bersalah muncul setiap kali anak melakukan tingkah laku yang tidak sesuai
dengan standar yang berlaku. Erikson (dalam Santrock,1996) berpandangan
positif bahwa rasa bersalah akan dikompensasikan dengan perasaan
berprestasi.
Namun demikian, pada usia sekolah dasar dapat pula anak memiliki
rasa rendah diri, perasaan tidak kompeten dan tidak produktif. Anak yang
merasa rendah diri, putus asa dengan keterampilan dan pengetahuan yang
dimilikinya pada akhirnya akan mengucilkan diri. Karena itu guru mempunyai
tanggung jawab khusus bagi perkembangan sifat industri pada anak.
Pada masa ini, remaja menghadapi tuntutan peran baru dan status
dewasa: menyangkut pekerjaan dan asmara. Sehingga orang tua diharapkan
dapat memberikan kesempatan remaja untuk mengeksplorasi peran yang
berbeda-beda dan jalan yang berbeda pada peran tertentu (Santrock,1996).
Perubahan yang paling menonjol pada masa remaja adalah masa awal
tahap jatuh cinta yang lebih berorientasi pada konsep seksualitas, namun
bukan pada hubungan seks. Menurut Erikson, hubungan antarlawan jenis
18
18 Perkembangan Anak Delinkuen, Peran Keluarga dan Lingkungan
pada masa remaja lebih banyak menekankan pada komunikasi. Kelompok
berperan besar dalam memengaruhi individu remaja dalam melakukan
stereotipe terhadap diri mereka dan orang lain, termasuk orang-orang yang
dianggap bertentangan dengan pandangan mereka.
ANAK
Setiap tahapan perkembangan mempunyai tugas dan resiko atau masalah
perkembangan. Menurut Havighurst, tugas perkembangan adalah tugas-tugas
yang harus diselesaikan individu pada fase-fase atau periode kehidupan tertentu;
20
20 Perkembangan Anak Delinkuen, Peran Keluarga dan Lingkungan
dan apabila berhasil mencapainya mereka akan berbahagia. Jika mengalami
kegagalan, mereka akan kecewa dan dicela orang tua atau masyarakat dan
perkembangan selanjutnya juga akan mengalami kesulitan.
Hakikat tugas tersebut adalah remaja dapat menerima dan belajar peran
sosial sebagai pria dan sebagai wanita. Misalnya, melakukan tugas- tugas
yang dilakukan oleh pria dewasa, seperti bekerja mencari nafkah untuk
keluarga.
Tugas ini bertujuan agar remaja merasa bangga atau bersikap toleran
d. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya.
Hakikat tugas ini adalah membebaskan diri dari sikap dan perilaku yang
bergantung pada orang tua, mengembangkan sikap respek terhadap orang
dewasa lainnya tanpa bergantung kepadanya.
Tujuan tugas ini adalah memilih suatu pekerjaan yang sesuai dengan
kemampuannya serta mempersiapkan diri dengan memiliki pengetahuan
dan keterampilan untuk memasuki / terjun dalam pekerjaan tersebut.
22
22 Perkembangan Anak Delinkuen, Peran Keluarga dan Lingkungan
i. Mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial.
Tujuan tugas ini adalah membentuk seperangkat nilai yang mungkin dapat
direalisasikan, mengembangkan kesadaran untuk merealisasikan nilai-
nilai tersebut, memahami gambaran hidup dan nilai-nilai yang dimilikinya
sehingga dapat hidup secara selaras dengan orang lain.
b) Pada masa ini remaja menghadapi tugas dalam perubahan sikap yang besar,
sedang di lain pihak harapan besar diberikan pada remaja itu untuk dapat
meletakkan dasar bagi pembentukan sikap. Kegagalan dalam mengatasi
ketidakpuasan ini dapat mengakibatkan seorang remaja bersikap keras dan
agresif atau malah sebaliknya remaja tersebut bersikap pendiam dan tidak
percaya diri.
Selain itu peran dari kehidupan beragama juga sangat besar supaya
perkembangan remaja tidak salah jalan. Oleh karena itu kadar keimanan dan
ketakwaan remaja harus terus dijaga.
KORBAN
Dalam proses peradilan pidana, anak yang terlibat dalam proses tersebut
dapat mengalami berbagai pengalaman emosional. Sebagi anak pelaku, ia
menghadapi tekanan psikologis selama menjalani proses pidana sebagai pelaku
(okum intimidasi pemeriksaan, tekanan pihak korban dan pengalaman di LPKA).
24
24 Perkembangan Anak Delinkuen, Peran Keluarga dan Lingkungan
hal yang dialaminya. Anak korban yang mengalami penderitaan fisik atau mental
korban dapat mengalami trauma psikologis yang lebih dalam. Pengalaman anak
tersebut bertahan dalam individu tersebut lama setelah kekerasan itu berakhir, dan
dapat hinggap melekat dalam pikiran, tubuh, dan jiwa seseorang dalam berbagai
cara. Sebagai contoh anak korban kekerasan seksual, dampak pengalaman
sebagai korban tidak selalu mudah untuk ditangani, meski dengan bantuan yang
tepat dan dukungan, mereka dapat dikelola dengan baik.
1. Depresi
26
26 Perkembangan Anak Delinkuen, Peran Keluarga dan Lingkungan
tidak terikat dengan jasmaninya, merasa sekitarnya tampak tidak nyata.
F. LATIHAN
1) Diskusikan dengan rekan kerja anda tentang pengaruh nature dan
nurture terhadap perkembangan anak.
G. RANGKUMAN
Masa kanak-kanak adalah masa yang sangat spesial dan khusus, pada
periode ini anak mengalami perubahan-perubahan hebat karena proses
perkembangan. Masa kanak-kanak perlu diperhatikan secara khusus karena
alasan yang sangat mendasar. Anak adalah modal kemanusiaan. Tanpa mereka,
spesies manusia akan punah.
1. Percaya versus tidak percaya (Basic trust versus basic mistrust , lahir ˂ 1
tahun),
2. Otonomi versus malu dan ragu-ragu (Autonomy versus shame and doubt,
2-3 tahun),
28
28 Perkembangan Anak Delinkuen, Peran Keluarga dan Lingkungan
6. Intimasi versus Isolasi (Intimacy versus Isolation, masa dewasa muda, 19-
35 tahun )
8. Integritas versus Putus Asa (Integrity versus Despair - masa tua, di atas 60
tahun)
d) Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya.
e) Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya.
b) Pada masa ini remaja menghadapi tugas dalam perubahan sikap yang
besar, sedang di lain pihak harapan besar diberikan pada remaja itu untuk
dapat meletakkan dasar bagi pembentukan sikap.
30
30 Perkembangan Anak Delinkuen, Peran Keluarga dan Lingkungan
H. EVALUASI
Identifikasi secara detil hal-hal sebagai berikut :
Oleh karena itu, baik buruknya moral suatu bangsa akan sangat
bergantung pada pendidikan yang diterapkan di dalam keluarga. Jika
individu dalam keluarga tumbuh dan berkembang dalam suasana yang
harmonis dan saling menghargai, akan lahir generasi yang baik, sebaliknya
jika dalam keluarga sering terjadi pertengkaran, akan tumbuh generasi yang
rapuh. Untuk memperbaiki kondisi seperti ini, pendidikan keluarga sangat
diperlukan.
Lingkungan keluarga
merupakan media pertama
dan utama yang secara
langsung atau tidak langsung
berpengaruh terhadap perilaku
dalam perkembangan anak.
34
34 Perkembangan Anak Delinkuen, Peran Keluarga dan Lingkungan
akan bisa menyaringnya. Oleh karena itu pendidikan spiritual (agama)
sangat penting bagi anak.
Dua komponen yang pertama yakni ayah dan ibu dapat dikatakan
sebagai komponen yang sangat menentukan kehidupan anak karena
mereka merupakan pengasuh dan pendidik yang pertama dan utama bagi
anak dalam lingkungan keluarga baik baik secara biologis maupun psikologis.
Bagi keluarga anak merupakan anugerah dari Tuhan yang mempunyai dua
potensi, yaitu bisa menjadi baik dan bisa pula menjadi buruk. Baik-buruknya
anak sangat erat kaitannya dengan pendidikan yang diberikan oleh kedua
orangtuanya.
Orang tua tipe ini juga bersikap realistis terhadap kemampuan anak,
tidak berharap yang berlebihan yang melampaui kemampuan anak. orang
tua tipe ini juga memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan
melakukan suatu tindakan dan pendekatannya kepada anak bersifat hangat.
(Ira Petranto, 2005). Misalnya ketika orang tua menetapkan untuk menutup
pintu kamar mandi ketika sedang mandi dengan diberi penjelasan, mengetuk
pintu ketika masuk kamar orang tua, memberikan penjelasan perbedaan laki-
laki dan perempuan, berdiskusi tentang hal yang tidak boleh dilakukan anak
misalnya tidak boleh keluar dari kamar mandi dengan telanjang, sehingga
orang tua yang demokratis akan berkompromi dengan anak. (Debri, 2008).
2. Otoriter
Pola asuh ini sebaliknya cenderung menetapkan standar yang mutlak
harus dituruti, biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman mislalnya,
kalau tidak mau makan, maka tidak akan diajak bicara. Orang tua tipe ini
cenderung memaksa, memerintah dan menghukum.
36
36 Perkembangan Anak Delinkuen, Peran Keluarga dan Lingkungan
Apabila anak tidak mau melakukan apa yang dikatakan oleh orang tua,
maka orang tua tipe ini tidak segan menghukum anak. Orang tua tipe ini juga
tidak mengenal kompromi dan dalam berkomunikasi biasanya bersifat satu
arah. (Ira Petranto, 2005). Misalnya anaknya harus menutup pintu kamar
mandi ketika mandi tanpa penjelasan, anak laki-laki tidak boleh bermain
dengan anak perempuan, melarang anak bertanya kenapa dia lahir, anak
dilarang bertanya tentang lawan jenisnya.
Dalam hal ini tidak mengenal kompromi. Anak suka atau tidak suka,
mau atau tidak mau harus memenuhi target yang ditetapkan orang tua. Anak
adalah obyek yang harus dibentuk orang tua yang merasa lebih tahu mana
yang terbaik untuk anak-anaknya. (Debri, 2008).
3. Permisif
Pola asuh ini memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan
sesuatu tanpa pengawasan yang cukup darinya. Mereka cenderung tidak
menegur/memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya dan
sangat sedikit bimbingan yang diberikan oleh mereka, sehingga seringkali
disukai oleh anak. (Ira Petranto, 2005). Misalnya anak yang masuk kamar
orang tua tanpa mengetuk pintu dibiarkan, telanjang dari kamar mandi
dibiarkan begitu saja tanpa ditegur, membiarkan anak melihat gambar
yang tidak layak untuk anak kecil, degan pertimbangan anak masih kecil.
Sebenarnya, orang tua yang menerapka pola asuh seperti ini hanya tidak
ingin konflik dengan anaknya. (Debri, 2008).
Pola asuh yang diberikan orang tua akan menghasilkan anak dengan
kecenderungan- kecenderungan perilaku. Karakteristik anak dalam kaitannya
dengan pola asuh orang tua adalah sebagai berikut :
38
38 Perkembangan Anak Delinkuen, Peran Keluarga dan Lingkungan
Pola asuh yang efektif itu bisa dilihat dari hasilnya anak jadi mampu
memahami aturan-aturan di masyarakat, syarat paling utama pola asuh yang
efektif adalah landasan cinta dan kasih sayang. Berikut dibawah ini adalah syarat
utama pola asuh yang efektif :
Ini perlu dilakukan karena kebutuhan dan kemampuan anak yang berbeda.
Shanti memperkirakan saat usia satu tahun, potensi anak sudah mulai dapat
terlihat seumpama jika mendengar alunan musik, dia lebih tertarik ketimbang
anak seusianya, kalau orang tua sudah memiliki gambaran potensi anak,
maka ia perlu diarahkan dan difasilitasi.
3. Ayah ibu mesti kompak Ayah dan ibu sebaiknya menerapkan pola asuh yang
sama.
Dalam hal ini, kedua orang tua sebaiknya “berkompromi” dalam menetapkan
nilai-nilai yang boleh dan tidak.
Penerapan pola asuh juga membutuhkan sikap-sikap positif dari orang tua
sehingga bisa dijadikan contoh/panutan bagi anaknya. Tanamkan nilai-nilai
kebaikan dengan disertai penjelasan yang mudah dipahami.
5. Komunikasi efektif
6. Disiplin
Penerapan disiplin juga menjadi bagian pola asuh, mulailah dari hal-hal kecil
dan sederhana. Misal, membereskan kamar sebelum berangkat sekolah
anak juga perlu diajarkan membuat jadwal harian sehingga bisa lebih teratur
dan efektif mengelola kegiatannya. Namun penerapan disiplin mesti fleksibel
disesuaikan dengan kebutuhan / kondisi anak.
Orang tua juga bisa menerapkan konsistensi sikap, misalnya anak tidak
boleh minum air dingin kalau sedang terserang batuk, tapi kalau anak dalam
keadaan sehat ya boleh-boleh saja. Dari situ ia belajar untuk konsisten
terhadap sesuatu, sebaliknya orang tua juga harus konsisten, jangan sampai
lain kata dengan perbuatan (Theresia S. Indira, 2008).
C. KELUARGA PATOGENIK
Keluarga patogenik adalah keluarga dimana didalamnya terdapat hubungan
yang tidak serasi, dalam hal ini antara orang tua dan anak yang berakibat
menimbulkan masalah dalam perilaku anak. Menurut Coleman, Butcher dan
Carson ( 1980), ada tujuh macam pola hubungan orang tua – anak yang bersifat
patogenik :
1. Penolakan
40
40 Perkembangan Anak Delinkuen, Peran Keluarga dan Lingkungan
2. Overprotection dan sikap serba mengekang
Memaksa anak agar memenuhi standar yang sangat tinggi dalam segala
hal, sehingga menimbulkan rasa tak mampu pada anak.
Perlakuan ini dapat menjadikan anak egois, serba menuntut dan sebagainya.
Anak tahu apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk serta apa
yang diharapkan atau tidak diharapkan darinya.
Penanaman disiplin yang terlalu keras atau terlalu longgar oleh orang
tua. Sesungguhnya yang penting adalah memberikan rambu-rambu dan
bimbingan sehingga anak tahu apa yang dianggap dan apa yang dianggap
buruk serta apa yang diharapkan atau tidak diharapkan darinya.
Orang tua memberikan teladan yang tidak baik kepada anak, misalnya ayah
pemabuk, berperingai buruk, pemarah dan kalau marah suka mengeluarkan
Ada 4 (empat) struktur yang yang dapat melahirkan gangguan perilaku pada
para anggota keluarga :
1. Keluarga yang tidak becus, yakni keluarga yang tidak dapat mengatasi
problem sehari-hari dalam kehidupan keluarga, karena berbagai macam
sebab: keluarga tidak memilikipengetahuan dan keterampilan dalam
memecahan masalah.
Dalam keluarga yang tidak akur, ayah dan ibu sering bertengkar hebat, salah
satu dari orang tua berperilaku menyimpang.
4. Keluarga yang tidak utuh, yakni keluarga dimana ayah atau ibu tidak ada
di rumah, dapat karena sudah meninggal atau karena perceraian., ayah
memiliki dua atau lebih istri dsb.
42
42 Perkembangan Anak Delinkuen, Peran Keluarga dan Lingkungan
D. LINGKUNGAN SOSIAL
Beberapa pengaruh terhadap perkembangan terutama berasal dari hereditas
(heredity): sifat-sifat atau karakteristik bawaan yang diturunkan dari orang tua
biologis. Sebagian besar pengaruh lain berasal dari lingkungan (environment).
Orang tua harus jeli dan pintar memilihkan lingkungan yang baik bagi
anak, karena akan menentukan perkembangan karakter anak. Lingkungan yang
dimaksud ialah lingkungan tempat tinggal, lingkungan bermain anak, ataupun
lingkungan sekolah anak.
Oleh karena itu fungsi atau peranan lingkungan dalam proses perkembang
an dapat dikatakan sebagai faktor ajar, yaitu faktor yang akan memengaruhi
perwujudan suatu potensi secara baik atau tidak baik. Pengaruh lingkungan dapat
bersifat positif atau bersifat negatif. Bersifat positif berarti pengaruh lingkungan
tertentu baik dan sangat menunjang perkembangan suatu potensi atau bersifat
1) Lingkungan masyarakat
Lingkungan yang seperti ini akan membentuk karakter menjadi keras, pribadi
yang galak, apa yang dia inginkan harus segera terlaksana. Lingkungan tempat
tinggal di tengah kota besar, dapat membentuk karakter yang tidak baik juga pada
anak Anda karena antartetangga tak saling mengenal. Di lingkungan seperti ini
anak menjadi tidak peka terhadap orang lain, merasa tidak memerlukan orang lain
dalam hidupnya dan sikap individualismenya juga akan sangat menonjol.
44
44 Perkembangan Anak Delinkuen, Peran Keluarga dan Lingkungan
tersebut. Pada diri anak-anak pun terbentuk karakter yang sopan santun, mudah
beradaptasi, berempati, serta dapat menjadi manusia yang berjiwa sosial.
2) Lingkungan sekolah
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memilih sekolah untuk
anak:
a. Faktor lingkungan fisik sosial sekolah yang tertib, teratur dan bersih.
Tujuannya, selain untuk memperlancar proses belajar mengajar, hal ini
juga akan membiasakan anak untuk hidup secara tertib dan disiplin. Jika di
sekolah anak terbiasa tertib, di rumah pun anak akan tertib. Bukankah anak
adalah makhluk dengan pembiasaan.
c. Relasi orang tua dan guru. Hubungan dan kerja sama yang harmonis dan
suportif, dapat mendukung kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan.
Manusia sebagai makhluk social atau zoon politicon yang tidak bisa hidup
sendiri dan selalu membutuhkan bantuan orang lain. Karena itulah manusia
akan selalu mengadakan hubungan dengan orang lain, selain itu pada dasarnya
manusia memang selalu ingin dekat dengan orang lain.
Secara umum memiliki teman adalah positif sebab teman dapat mendorong
self-esteem dan menolong dalam mengatasi stress, tetapi teman juga bisa memiliki
efek negative jika mereka anti sosial, menarik diri, tidak suportif, argumentatif, atau
tidak stabil (Hartup & Stevens, 1999).
Menurut Sunarto, Peer group merupakan teman bermain yang terdiri atas
kerabat maupun tetangga dan teman sekolah dimana seorang anak mulai belajar
nilai-nilai keadilan. Sedangkan menurut Riyanti, Peer group adalah salah satu
cirri yang dibentuk dalam perilaku social dimana perilaku kelompok tersebut akan
mempengaruhi perilaku serta nilai-nilai individu-individu yang menjadi anggotanya
sehingga individu tersebut akan membentuk pola perilaku dan nilai-nilai yang
baru yang pada gilirannya dapat menggantikan nilai-nilai serta pola perilaku yang
dipelajari di rumah.
46
46 Perkembangan Anak Delinkuen, Peran Keluarga dan Lingkungan
Sosialisasi dalam kelompok sebaya dilakukan dengan cara mempelajari
pola interaksi dengan orang-orang yang sederajat dengan dirinya. Karena itulah
dalam kelompok sebaya, anak dapat mempelajari peraturan yang mengatur
peranan orang-orang yang kedudukannya sederajat dan juga mempelajari nilai-
nilai keadilan.
3) Masa remaja
48
48 Perkembangan Anak Delinkuen, Peran Keluarga dan Lingkungan
Santrock (2003), mengemukakan pada banyak remaja,
bagaimana mereka dipandang oleh teman sebaya merupakan aspek
yang terpenting dalam kehidupan mereka. Bahkan remaja akan
melakukan apapun, agar dapat dimasukkan sebagai anggota. Untuk
mereka, yang tidak kohesi atau mengikuti aturan kelompoknya akan
dikucilkan dan berarti stres, frustasi, dan kesedihan.
50
50 Perkembangan Anak Delinkuen, Peran Keluarga dan Lingkungan
6) Peer group mengajarkan moral orang dewasa. Anggota
peergroup bersikap dan bertingkah laku seperti orang dewasa,
untuk mempersiapkan diri menjadi orang dewasa mereka
memperoleh kemantapan sosial. Tingkah laku mereka seperti
orang dewasa, tapi mereka tidak mau disebut dewasa. Mereka
ingin melakukan segala sesuatu sendiri tanpa bantuan orang
dewasa, mereka ingin menunjukkan bahwa mereka juga bisa
berbuat seperti orang dewasa.
b. Bentuk-bentuk Peergroup
1) Teman dekat
Teman dekat umumnya terdiri dari dua atau tiga orang yang
mempunyai jeis kelamin, minat dan kemampuan yang hampir
2) Kelompok kecil
3) Kelompok besar
52
52 Perkembangan Anak Delinkuen, Peran Keluarga dan Lingkungan
social para remaja yang masih berada dibawah bimbingan dan
pengawasan orang dewasa sehingga remaja yang mengikuti
kelompok ini sering bosan karena selau diatur dan dibatasi ruang
geraknya.
5) Kelompok geng
1) Kelas-kelas sosial.
a) Pengaruh positif :
b) Pengaruh Negatif
54
54 Perkembangan Anak Delinkuen, Peran Keluarga dan Lingkungan
2. Peran media dalam perkembangan anak
Perkembangan zaman saat ini mengalami kemajuan yang luar biasa
dan masuk pada era Globalisasi. Kemajuan teknologi informasi media massa
mengalami perkembangan yang semakin beragam dan meluas seiring
dengan teknologi yang mendukungnya. Pesan dari media massa ditujukan
dan diterima oleh massa seluas-luasnya.
56
56 Perkembangan Anak Delinkuen, Peran Keluarga dan Lingkungan
d. Internet, merupakan situs yang menyajikan informasi yang Luas
dengan Akses Cepat , mudah dan efisien, yang bisa kita akses di
Handphone, Laptop, Komputer, dan lain-lain.
Televisi
Setidaknya ada dua dampak yang ditimbulkan dari acara televisi, yaitu:
Gadget
Selain Televisi, Gadget dan internet dewasa ini menjadi media yang
sangat akrab untuk setiap orang termasuk anak dan remaja. Berikut ini
dijelaskan tentang manfaat dan kerugiannya
Dampak Negatif :
58
58 Perkembangan Anak Delinkuen, Peran Keluarga dan Lingkungan
harapkan akan menjadi budak teknologi.
Internet
60
60 Perkembangan Anak Delinkuen, Peran Keluarga dan Lingkungan
menggunakannya. Sebagai sisi positifnya internet dapat menembus batasan
ruang dan waktu sehingga penyedia layanan dan pengguna internet di
belahan dunia manapun dapat melakukan berbagai hal di internet tanpa
hambatan yang diakibatkan perbedaan ruang dan waktu. Sedangkan yang
menjadi sisi negatifnya, kebudayaan luar akan dengan leluasa menyebarkan
pengaruhnya kepada pengguna internet diluar budayanya.
Dampak negatif
Gender merupakan salah satu permasalahan yang tidak pernah habis untuk
dibicarakan. Gender diartikan sebagai perbedaan yang tampak pada laki-laki dan
perempuan dilihat dari segi nilai dan tingkah laku.
Sementara itu, laki-laki dianggap kuat, rasional, jantan dan perkasa. Ciri-ciri
sifat itu sendiri merupakan sifat-sifat yang dapat diperdekatkan. Artinya ada laki-
laki yang emosional, lemah lembut, keibuan, sementara juga ada perempuan yang
rasional, kuat dan perkasa. Perubahan ciri sifat-sifat itu dapat terjadi dari waktu ke
waktu dan dari tempat satu ke tempat yang lain. Misalnya saja jaman dahulu di
suatu suku tertentu perempuan lebih kuat dari laki-laki, tetapi di tempat yang lain
atau bisa juga di jaman yang lain laki-laki lebih kuat daripada perempuan.
62
62 Perkembangan Anak Delinkuen, Peran Keluarga dan Lingkungan
Perubahan itu bisa terjadi dari satu kelas masyarakat ke kelas masyarakat
yang lain. Di suku tertentu, perempuan kelas bawah di pedesaan lebih kuat
dibandingkan kaum laki-laki. Semua hal yang dapat dipertukarkan antara sifat
perempuan dan laki-laki, yang bisa berubah dari waktu ke waktu serta berbeda di
berbagai tempat, maupun yang berbeda diantara kelas-kelas masyarakat.
Perkembangan gender tidak lepas dari pola asuh orang tua. Orang tua
harus mampu menentukan permainan dan aktivitas apa yang cocok untuk
gender anak-anaknya. Biasanya, anak laki-laki diberikan permainan dan
aktivitas yang berhubungan dengan fisik yang agresif, sehingga nantinya
anak bisa menjadi anak yang memiliki lebih banyak sifat maskulin.
64
64 Perkembangan Anak Delinkuen, Peran Keluarga dan Lingkungan
bagian dari peran sosial pula, maka “Masyarakat dengan pola perawatan
dan pengasuhan anak-anak hanya semata-mata tanggung jawab wanita
dan kekuatan fisik sangat menentukan dalam kehidupan perekonomian,
maka perbedaan peran gender adalah yang paling tajam”(basow, 1984)
dalam sarwono 2011.
Peran gender pada hakikatnya adalah bagian dari peran sosial pula,
maka seorang anak harus mempelajari perannya sebagai anak dari jenis
kelamin tertentu terhadap jenis kelamin lawannya. Peran gender ini tidak
hanya ditentukan oleh jenis kelamin orang yang bersangkutan tetapi juga
oleh lingkungan dan faktor lainnya.
66
66 Perkembangan Anak Delinkuen, Peran Keluarga dan Lingkungan
ekspresif dan instrumental. Pemikiran ini memicu perkembangan
konsep androgini.
Keadaan di Indonesia sendiri pada hakikatnya tidak jauh berbeda dari yang
diuraikan oleh Sandra Bem di atas. Yang menjadi masalah sekarang adalah
mencari identitas seksualnya, banyak remaja (khususnya wanita) di Indonesia
yang masih menghadapi tekanan sosial dari keluarga dan masyarakatnya yang
masih tradisional, sehingga mereka harus menghadapi konflik berat dalam menuju
kepribadian androgin. Banyak yang feminin walaupun ia dibesarkan dan dididik
untuk menjadi androgin.
F. LATIHAN
1. Diskusikan dengan rekan kerja anda tentang jenis-jenis pola asuh dan
pengaruhnya terhadap perkembangan anak, terutama anak yang berkonflik
dengan hukum.
2. Diskusikan dengan rekan kerja anda bagaimanakah perilaku anak usia 8-18
tahun dalam menggunakan gadget, dan bagaimana dampaknya terhadap
perilakunya.
G. RANGKUMAN
Keluarga mempunyai peran yang sangat penting dalam pembentukan
karakter dan kepribadian seseorang karena keluarga merupakan tempat pendidikan
yang pertama dan utama bagi anak. Perilaku seseorang di luar lingkungan akan
68
68 Perkembangan Anak Delinkuen, Peran Keluarga dan Lingkungan
mencerminkan kehidupan dalam keluarganya. Oleh karena itu, baik buruknya
moral suatu bangsa akan sangat bergantung pada pendidikan yang diterapkan di
dalam keluarga.
Tujuh macam pola hubungan orang tua – anak yang bersifat patogenik yaitu:
1. Penolakan
Selain Faktor-faktor tersebut diatas, Peer group juga menjadi salah satu
faktor yang dapat mempengaruhi perilaku anak . Peergroup adalah salah satu
cirri yang dibentuk dalam perilaku social dimana perilaku kelompok tersebut akan
mempengaruhi perilaku serta nilai-nilai individu-individu yang menjadi anggotanya
sehingga individu tersebut akan membentuk pola perilaku dan nilai-nilai yang
baru yang pada gilirannya dapat menggantikan nilai-nilai serta pola perilaku yang
dipelajari di rumah.
70
70 Perkembangan Anak Delinkuen, Peran Keluarga dan Lingkungan
1. Mengajarkan kebudayaan
4. sebagai sumber informasi bagi orang tua dan guru bahkan untuk masyarakat.
Kelompok dalam peer group mengalami penggolongan lagi dan kelompok ini
bisa beranggotakan besar maupun kecil sesuai dengan interaksi antar anggotanya.
Dalam perkembangan peer group dapat berdampak terhadap individu secara
positif dan negatif
Empat macam ciri sifat manusia yang ditinjau dari peran seksualnya, yaitu:
tipe maskulin, feminin, androgin dan tipe tidak tergolongkan (undiferentiated).
H. EVALUASI
Jelaskan pertanyaan berikut ini :
2. Keluarga patogenik?
3. Tujuh macam pola hubungan orang tua – anak yang bersifat patogenik
72
72 Perkembangan Anak Delinkuen, Peran Keluarga dan Lingkungan
BAB IV
KONSEP, CIRI DAN SEBAB DELINKUENSI
1. Pengertian delinkuensi
Pengertian delinkuensi adalah “kenakalan anak”, yaitu suatu bentuk
penghalusan (euphimisme) untuk membedakan dengan istilah kriminal atau
penjahat yang ditujukan terhadap orang dewasa yang melakukan tindak
pidana.
2) Chemical Categories
Misal: ngelem
3) Educational Categories
74
74 Perkembangan Anak Delinkuen, Peran Keluarga dan Lingkungan
timbul sebagai akibat dari keberadaannya dalam sistem peradilan pidana
anak.
2. Ciri delinkuensi
Ciri perilaku delinkuensi dapat dilihat dari berbagai aspek. Menurut
Jensen dalam Sarwono (2010), aspek tersebut meliputi adalah :
c) Impulsif
4) Kurangnya pengetahuan.
76
76 Perkembangan Anak Delinkuen, Peran Keluarga dan Lingkungan
4. Sebab Delinkuensi
Secara umum berbagai teori yang menjelaskan kausa kejahatan
pada dasarnya dapat pula untuk menjelaskan mengenai delinkuensi atau
kenakalan anak.
1) Faktor biologis
2) Faktor psikologis
c) Teori kontrol
B. TEORI DELINKUENSI
1. Sub-culture
Teori ini membahas dan menjelaskan bentuk kenakalan remaja dalam
hubungannya dengan perilaku gang remaja, yang muncul sebagai bentuk
respon adanya perbedaan status dan kelas sosial di daerah perkotaan.
Kenakalan adalah perilaku yang dilakukan oleh remaja kelas bawah (lower
class).
78
78 Perkembangan Anak Delinkuen, Peran Keluarga dan Lingkungan
Teori sub-culture yang dikemukakan menyebutkan bahwa perilaku
delinkuen di kalangan remaja, usia muda masyarakat kelas bawah,
merupakan cermin ketidakpuasan terhadap norma dan nilai kelompok kelas
menengah yang mendominasi.
Secara terminologi, subkultur terdiri dari dua kata. Sub yang berarti
bagian, sebagian. Sedangkan kultur bermakna kebiasaan dan pembiasaan.
Secara konsetual, subkultur adalah sebuah gerakan atau kegiatan atau
kelakuan (kolektif) atau bagian dari suat budaya yang lebih luas di suatu
wilayah. Subculture tersebut biasanya digunakan sebagai bentuk perlawanan
akan kultur utama yang dominan, sehingga perilaku kelompok ini sering
ditafsirkan sebagai ‘budaya yang menyimpang”.
2. Containment theory
Containment theory yang dikemukakan Walter C. Reckless menjelaskan
bahwa individu pada dasarnya dipengaruhi berbagai kekuatan yang menahan
maupun mendorong untuk melakukan kejahatan atau kenakalan.
80
80 Perkembangan Anak Delinkuen, Peran Keluarga dan Lingkungan
b) Orang tidak melakukan kejahatan atau delinkuensi karena adanya
keterikatan sosial yang kuat, seperti dengan keluarga, sekolah atau
peers.
82
82 Perkembangan Anak Delinkuen, Peran Keluarga dan Lingkungan
5. The specific direction of motives and drives is learned from definition
of legal code as favorable or unfavorable (Arah khusus dari motif dan
dorongan dipelajari dari defenisi aturan hukum yang menguntungkan
atau tidak menguntungkan).
5. Teori ekologi
Teori ekologi perkembangan anak dipelopori Uri Bronfenbrenner
(1917-2005), seseorang ahli psikologi Amerika Serikat. Ia memandang
bahwa perkembangan manusia dipengaruhi oleh konteks lingkungan.
Menurutnya hubungan timbal balik antara individu dengan lingkungan yang
akan membentuk tingkah laku individu tersebut, sehingga untuk memahami
proses perkembangannya seorang anak, kita perlu memperhatikan konteks
lingkungan yang beragam (sistem ekologi)..
84
84 Perkembangan Anak Delinkuen, Peran Keluarga dan Lingkungan
kehidupan nya. Teori ini akan membantu kita untuk memahami mengapa
anak dapat berperilaku berbeda di lingkungan yang berbeda, ketika di
rumah, di sekolah, atau dalam kelompoknya.
2. Kontrol diri rendah, beberapa anak dan remaja gagal memperoleh kontrol
yang esensial yang sudah dimiliki orang lain selama proses pertumbuhan.
4. Jenis kelamin (laki-laki), anak laki-laki lebih banyak melakukan tingkah laku
antisosial daripada anak perempuan. e. Harapan dan nilai-nilai yang rendah
terhadap pendidikan. Remaja menjadi pelaku kenakalan seringkali diikuti
karena memiliki harapan yang rendah terhadap pendidikan dan juga nilai-
nilai yang rendah di sekolah.
7. Status ekonomi sosial. Penyerangan serius lebih sering dilakukan oleh anak-
anak yang berasal dari kelas sosial ekonomi yang lebih rendah.
86
86 Perkembangan Anak Delinkuen, Peran Keluarga dan Lingkungan
8. Kualitas lingkungan sekitar tempat tinggal. Tempat dimana individu tinggal
dapat membentuk perilaku individu tersebut, masyarakat dan lingkungan
yang membentuk kecenderungan kita untuk berperilaku ”baik” atau ”jahat.
D. LATIHAN
1) Diskusikan dengan rekan kerja tentang faktor-faktor yang menyebabkan
delinkuensi pada seorang anak yang berkonflik dengan hukum.
2) Lakukan pembahasan dengan rekan kerja atau peserta lainnya kasus pidana
dengan menggunakan salah satu teori delinkuensi yang telah dipelajari pada
bab ini.
E. RANGKUMAN
Delinkuensi anak dalam kepustakaan dikenal dengan ‘juvenile delinquency’
(kenakalan anak). Delinquency berasal dari bahasa Latin ‘delinquere’ yang artinya
tidak memenuhi atau melalaikan kewajiban sebagai anak. Dalam hal anak sebagai
subjek yang melalaikan kewajiban disebut ‘delinquent’.
Berbagai teori yang menjelaskan kausa kejahatan pada dasarnya dapat pula
untuk menjelaskan mengenai delinkuensi atau kenakalan anak: teori-teori yang
berkaitan dengan faktor biologis, factor psikologis dan teori sebab delinkuensi.
F. EVALUASI
Berikan penjelasan tentang :
3) Teori kontrol
88
88 Perkembangan Anak Delinkuen, Peran Keluarga dan Lingkungan
BAB V
ANALISIS KASUS PIDANA ANAK
1. Gambaran kasus
Menurul kajian dinas sosial, disinyalir, kondisi keluarga menjadi salah satu
faktor yang memperburuk perilaku negatif AB. Berdasarkan data Pekerja Sosial
(Peksos), ayah AB ternyata sering mencampurkan sabu ke susu AB sejak berusia
2. Pembahasan
Masa sekolah (6-13 tahun). Pada masa ini anak umumnya menghabiskan
sebagian waktunya di luar rumah bersama kelompok sebaya dan lingkungan
sekolah. Dalam perkembangan AB berbeda dengan pengalaman perkembangan
usia sebayanya. Kondisi keluarga tidak punya kesempatan belajar dalam
lingkungan yang terorganisasi dan terstruktur di bawah otoritas orang lain, seperti
sekolah dan anak-anak seusianya.
90
90 Perkembangan Anak Delinkuen, Peran Keluarga dan Lingkungan
AB nampaknya kurang belajar untuk memercayai figur-figur asing, seperti
orang tua dan guru. AB juga belum mengemangkan keterampilan-keterampilan
skolastik (membaca, menulis, berhitung), karena fisik tumbuh kondisi mengandung
narkoba dan tinggal pada tempat rehabilitasi. Hal ini terjadi disaat AB membutuhkan
gizi dan pemeliharaan kesehatan (termasuk kesehatan gigi) serta rangsangan
mental spiritual dari orang tua, guru dan teman sebayanya.
TAHUN
Korban kejahatan yang menjadi anak pelaku
Pada kasus 2, kita membahas kasus yang terjadi pada anak perempuan
yang berusia remaja. Pelajari gambaran kasus 2 dan lakukan analisis sesuai
dengan instruksi yang diuraikan pada poin 2.
1. Gambaran kasus
Satu di antara film yang menginspirasinya ada film Chucky yang mengisahkan
tentang boneka pembunuh.
92
92 Perkembangan Anak Delinkuen, Peran Keluarga dan Lingkungan
Dalam catatan kronologi pembunuhan, mulanya, APA tengah berkunjung
ke rumah NF. Kamis sore, korban APA kebetulan sedang berada di rumahnya--
jarak rumah NF dan korban terbilang berdekatan. Korban, biasa bermain disana
karena dia memang teman sepermainan dari adik NF. NF meminta korban untuk
mengambil mainan yang berada di dalam bak kamar mandi. Setelah bocah nahas
tersebut berada di dalam bak, NF lantas menengelamkannya.
“Ini adalah salah satu tokoh favoritnya, ada Slender Man di sini, berkisah
juga tentang film kekerasan atau horor.” “Kami juga menemukan beberapa
Selain itu, dalam catatan yang ditemukan polisi, ada salah satu tulisan sebuah
opsi yang ditulis oleh pelaku. Yakni, ‘mau siksa baby? dengan senang hati, atau
tidak tega’. Tak hanya itu, pelaku juga menuliskan catatan dalam papan tulis yang
berisikan rasa kekecewaannya terhadap keluarga. Mengutip dari WartaKotaLive,
dalam papan tulis yang berisikan curatan itu, pelaku menulis mengenai sang
ayah. Dalam tulisan itu tertulis, ‘I want to see grave mya dad tomorrow. I will try to
laugh see my dad is death, gone forever’. Pihaknya pun masih akan mendalami
keterangan dari para orangtua, yang yang sudah bercerai dan APA tinggal bersama
ayah kandungnya dan ibu tirinya,”
C. EVALUASI
Presentasikan analisa peserta terhadap kasus 2 terhadap rekan kerja
atau peserta lainnya, dan sempurnakan analisisnya dengan masukan dan sudut
pandang peserta lainya terhadap kasus 2 tersebut.
D. EVALUASI
Berdasarkan riwayat kasus NF, peserta diharapkan dapat menjelaskan
faktor-faktor perkembangan, keluarga, lingkungan dan sebab delinkuensi NF.
Peserta dapat mencermati beberapa aspek penting sebagai berikut :
94
94 Perkembangan Anak Delinkuen, Peran Keluarga dan Lingkungan
a) Ciri perkembangan psikososial NF sesuai usianya
e) Ciri, jenis dan sebab delinkuensi berdasarkan salah satu teori delinkuensi
A. KESIMPULAN
Modul Perkembangan anak Dan delinkuen, Peran Keluarga dan Lingkungan
ini membahas Kehidupan seputar anak dan remaja, dimulai dari perkembangan
anak dan remaja dalam periodisasi perkembangan maupun secara secara
psikososial.
B. TINDAK LANJUT
Materi Perkembangan Anak dan Delinkuen, Peran Keluarga dan Lingkungan
dalam Diklat Sistem Peradilan Pidana Anak mencakup bahasan yang sangat
luas . Apa yang telah diuraikan dari Bab I sampai Bab IV dalam modul ini, baru
memberikan sedikit gambaran tentang apa dan bagaimana Perkembangan Anak
dan Delinkuen, Peran Keluarga dan Lingkungan, masih banyak aspek-aspek dan
bahasan-bahasan yang belum disampaikan dalam modul ini.
98
98 Perkembangan Anak Delinkuen, Peran Keluarga dan Lingkungan
DAFTAR PUSTAKA
Cortes, Juan B., Florence M. Gatti. 1972. Delinquency and crime a biopsychosocial
approach. Seminar Press. New York.
Dahlan, Ahmad . 2014. Pengertian Pola Asuh Anak Dalam Keluarga. Diakses 22
Oktober 22, 2021, http://www.wawasanpendidikan.com/ 2014/10/pengertian-
pola-asuh-anak-dalam.html
Mangku, Made Pastika, Mudji Waluyo, Arief Sumarwoto, dan Ulani Yunus, 2007.
pecegahan Narkoba Sejak Usia Dini. Jakarta: Badan Narkotika Nasional
Republik Indonesia
Savitz, Norman Johnston. 1970. The Sociology of Crime and Delinquency. John
Willey & Sons, Inc. New York
Sofyan, Ahmadi, 2007. Narkoba Mengincar Anak Anda Panduan bagi Orang tua,
Guru, dan Badan Narkotika dalam Penanggulangan Bahaya Narkoba di
Kalangan Remaja. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
Anak berkonlik dengan hukum Anak adalah anak berusia 12-18 tahun dan belum
menikah yang diduga, disangka, didakwa, atau dinyatakan
terbukti bersalah melanggar hukum pidana, dan memerlukan
perlindungan
Ekologi adalah teori yang berfokus utama pada konteks sosial di mana anak tinggal
dan orang-orang yang memengaruhi perkembangan anak
dengan lima sistem lingkungan yaitu mikrosistem, mesosistem,
eksosistem, makrosistem, dan kronosistem
Keluarga patogenik adalah yaitu pola asuh dan komunikasi anggota keluarga
yang buruk dan dapat menyebabkan anak menjadi memiliki
pola perilaku yang menyimpang
Pola asuh adalah cara orang tua memperlakukan anak, mendidik, membimbing,
dan mendisiplinkan serta melindungi anak dalam mencapai
proses kedewasaan, hingga kepada upaya pembentukan
norma-norma yang diharapkan oleh masyarakat pada umumnya
Subculture adalah gejala budaya dalam masyarakat industri maju yang umumnya
terbentuk berdasarkan usia dan kelas
RIWAYAT HIDUP PENULIS