ORIENTASI PELATIHAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 28 TAHUN 2014
TENTANG HAK CIPTA
Pasal 1
1. Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasar-
kan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tan-
pa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-un-
dangan.
Pasal 113
1. Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi se-
bagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara
Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau
pidana denda paling banyak Rp 100.000.000 (seratus juta rupiah).
2. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau peme-
gang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana di-
maksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk
Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3
(tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus
juta rupiah).
3. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau peme-
gang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana di-
maksud dalam Pasal 9 ayat (l) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk
Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4
(empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah).
4. Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana pen-
jara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).
MODUL PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TERPADU
SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK (SPPA)
BAGI APARAT PENEGAK HUKUM DAN PIHAK TERKAIT
ORIENTASI PELATIHAN
Penulis :
Edy Santoso
Dede Erni Kartikawati
ORIENTASI PELATIHAN
Tim Penulis:
Edy Santoso
Dede Erni Kartikawati
x+110 hlm.; 18 × 25 cm
ISBN:
Dicetak oleh:
PERCETAKAN POHON CAHAYA
Puji Syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Kuasa,
berkat rahmat dan karunia-Nya, review modul Pelatihan Terpadu Sistem Peradilan
Pidana Anak (SPPA) dengan Judul Modul Orientasi Pelatihan telah terselesaikan.
Perpres No. 175 Tahun 2014 tentang Pendidikan dan Pelatihan Terpadu
bagi Penegak Hukum dan Pihak Terkait Mengenai Sistem Peradilan Pidana Anak
mengatur tujuan dari pelaksanaan Diklat Terpadu, yaitu untuk menyamakan persepsi
dalam penanganan ABH dalam SPPA, terutama agar memiliki pemahaman yang
Anak adalah generasi penerus yang dalam diri mereka melekat harkat dan
martabat sebagai manusia seutuhnya. Tanpa keterpaduan, mustahil cita-cita luhur
untuk memulihkan kondisi ABH dapat terwujud. Adalah menjadi tanggung jawab
kita semua untuk memastikan agar prinsip kepentingan terbaik bagi anak atau the
best interest of child selalu menjadi pegangan dalam mengatasi persoalan anak,
termasuk mereka yang sedang berhadapan dengan hukum.
Dalam kesempatan ini, kami atas nama BPSDM Hukum dan Hak Asasi
Manusia menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak atas dukungan
dan kontribusinya dalam penyelesaian review modul ini. Semoga modul ini dapat
berkontribusi positif bagi APH dan pihak terkait dalam penanganan ABH.
Berangkat dari Konvensi Hak Anak yang diratifikasi Indonesia pada tahun
1990 dengan Keputusan Presiden No. 36, UU No. 39 Tahun 1999 tentang
Hak Asasi Manusia dan UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak,
disepakatilah UU No. 11 Tahun 2012 mengenai Sistem Peradilan Pidana Anak.
Dengan memperkenalkan pendekatan keadilan restoratif, undang-undang ini
membawa paradigma baru dalam penanganan perkara pidana yang melibatkan
anak. Pendekatan dan paradigma baru ini tentu saja merupakan hal baru sehingga
diperlukan adanya pelatihan bagi mereka yang akan menerapkannya di lapangan.
Tiada gading yang tak retak, tentu Modul ini tidak sempurna. Oleh karenanya
masukan dan kritik pembaca atas Modul ini diharapkan untuk menyempurnakan
nya. Akhirnya, saya ucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada BPSDM
Kementerian Hukum dan HAM serta seluruh pihak yang telah bekerja sama dalam
pembuatan modul ini. Mari bersama kita lindungi generasi muda Indonesia.
Puji Syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas
kehendak dan perkenan-Nya masih diberikan kesempatan dan kesehatan dalam
rangka penyusunan review Modul Pelatihan Terpadu SPPA tahun 2021 dapat
terlaksana dengan baik. Di mana Pelatihan Terpadu SPPA sebagai kegiatan Prioritas
Nasional, BAPPENAS mengharapkan pada tahun 2021 untuk dilaksanakan review
terhadap modul-modul Pelatihan Terpadu SPPA.
SAMBUTAN KABADAN................................................................................... v
KATA SAMBUTAN.......................................................................................... vii
KATA PENGANTAR....................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
A. Latar Belakang................................................................................... 1
B. Deskripsi Singkat............................................................................... 2
C. Manfaat Modul................................................................................... 3
D. Tujuan Pembelajaran......................................................................... 3
E. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok................................................. 3
F. Petunjuk Belajar................................................................................. 4
G. Metode............................................................................................... 5
H. Media................................................................................................. 5
I. Alokasi Waktu.................................................................................... 6
BAB V PENUTUP......................................................................................... 47
A. Kesimpulan........................................................................................ 47
B. Tindak Lanjut..................................................................................... 47
GLOSARIUM ................................................................................................. 49
KUNCI JAWABAN.......................................................................................... 51
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 55
Dalam modul ini, akan dijelaskan materi pembelajaran yang terkait dengan
konsep terpadu dalam Sistem Pidana Peradilan Anak (SPPA) untuk memberikan
gambaran tentang penanganan masalah hukum bagi anak. Dlam modul ini juga
akan disampaikan topik mengenal diri sendiri dan orang lain, hal ini merupakan hal
yang penting dalam pelatihan karena peserta diajak untuk mengenal diri sendiri
terkait dengan kelebihan dan kekurangan, sehingga dalam pelatihan ini akan
saling melengkapi. Topik mengenal orang lain juga memiliki poin penting dalam
berinteraksi dalam pembelajaran ataupun kerja sama di lapangan. Selanjutnya,
dalam modul ini peserta diajak untuk membangun kelompok dinamis. Yang terdiri
dari perbedaan kelompok dan Tim, konsep team building, dan membangun
kelompok dinamis. Terakhir, semua peserta diajak untuk menyusun sebuah
komitmen pembelajaran, yang akan dipimpin oleh pengurus kelas terpilih dan,
membuat kesepakatan komitmen pembelajaran secara bersama.
A. LATAR BELAKANG
Pelatihan terpadu para aparat penegak hukum ini dikembangkan berdasarkan
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan pidana Anak
(UU SPPA). Mengingat pelatihan ini sifatnya terpadu, maka sangat penting untuk
menghilangkan sekat-sekat birokrasi dan ego struktural yang menjadi penghambat
dalam persamaan presepsi dan proses pembelajaran. Tujuan pelatihan ini juga,
bagaimana penegakan hukum terkait permasalahan anak dapat dilaksanakan
dengan baik di lapangan, dengan mengacu kepada peraturan perundang-
undangan yang ada.
B. DESKRIPSI SINGKAT
Mata Pelatihan ini membekali peserta untuk mampu membangun komitmen
pembelajaran bersama melalui materi konsep terpadu pelatihan Sistem Peradilan
Pidana Anak, mengenal diri sendiri dan orang lain, membangun kelompok dinamis
dan menyusun komitmen pembelajaran secara bersama. Adapun kompetensi
dasar yang diharapkan dalam mata pelatihan ini adalah peserta mampu
membangun komitmen belajar bersama dan membentuk kelompok belajar yang
menyenangkan. Metode yang dipergunakan dalam mata pelatihan ini meliputi
ceramah interaktif, diskusi kelompok, dan game untuk meningkatkan kerjasama
dan persamaan presepsi. Adapun target peserta dalam pelatihan ini adalah para
penegak hukum dari berbagai instansi, yang terlibat dalam penanganan perkara
anak.
D. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Hasil Belajar
a. Pencairan Kelas
F. PETUNJUK BELAJAR
Anda sebagai pembelajar, agar dalam proses pembelajaran Dinamika
Pendampingan dapat berjalan lebih lancar dan indikator hasil belajar tercapai
secara baik, Anda disarankan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
2. Pelajari setiap bab secara berurutan, mulai dari Pendahuluan sampai dengan
Penutup, serta bangunlah semangat anda untuk mempelajari Materi
5. Bahasan di dalam Bab III adalah Mengenal diri sendiri dan mengenal orang
lain. Pahami betul berbagai petunjuk pada tiap tahapan dan coba praktikan
dengan rekan anda secara bergantian sehingga anda dapat mengetahui
kesulitannya dan diskusikan bagaimana mengatasi kesulitan tersebut.
8. Dalam mata pelatihan ini tergantung pada kesungguhan Anda. Untuk itu,
belajarlah baik secara mandiri maupun berkelompok secara seksama.
Untuk belajar mandiri, Anda dapat berkomunikasi dengan pengajar maupun
komunitas peserta diklat.
G. METODE
a. Ceramah Interaktif
b. Diskusi Kelompok
c. Brainstorming
d. Studi kasus
H. MEDIA
a. Laptop.
b. Komputer/ PC.
Dalam bab ini, akan dijelaskan materi pembelajaran yang terkait dengan
pengenalan sistem peradilan pidana anak, yang akan memberikan pemahaman
tentang pengertian terkait dengan konsep pidana anak agar peserta mengetahui
basic concept terkait penyelesaian hukum bagi anak yang diatur dalam UU SPPA.
Selanjutnya, dalam bab ini akan diberikan materi tentang pemahaman konsep
terpadu, yang memberikan persamaan presepsi bagi para penegak hukum yang
berasal dari berbagai instansi.
Sebaliknya, perilaku buruk atau kejahatan yang dilakukan oleh seorang anak
perlu dilihat sebagai dampak dari lingkungan sekitarnya, dimana orang dewasa di
sekitarnya dianggap ikut bertanggung jawab. Anak yang melakukan kejahatan pun
perlu ditempatkan dalam situasi untuk berefleksi terhadap dampak perbuatannya
terhadap korban dan “dipulihkan” dengan cara dibina dengan kegiatan-kegiatan
yang sifatnya mengembalikan empati, rasa kemanusiaan dan tanggung jawab
sosialnya sebagai anggota masyarakat untuk menciptakan ketertiban dan
keamanan.
2. Peningkatan kompetensi
Dalam pelatihan ini, para peserta disorong untuk meningkatkan
kompetensi. Kaitannya dengan ini, kompetensi dapat didefenisikan sebagai
apa yang diharapkan di tempat kerja dan merujuk pada pengetahuan,
keahlian dan sikap yang dipersyaratkan untuk mengerjakan pekerjaannya
(Sofo: 2003). Kompetensi adalah karakteristik dasar yang dimiliki oleh
seorang individu yang berhubungan secara kausal dalam memenuhi kriteria
yang diperlukan dalam menduduki suatu jabatan (Spencer dan Spencer
dalam Palan, 2007: 84).
3. Konsep diri dan nilai-nilai, yaitu sikap, nilai-nilai dan citra diri seseorang,
seperti kepercayaan seseorang bahwa dia bisa berhasil dalam suatu
situasi.
Peraturan Karakteristik
UU No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Aparatur Sipil Negara memiliki kewajiban
Sipil Negara untuk menunjukkan integritas dan
keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan
dan tindakannya (Pasal 23 huruf f). Untuk
membentuk sosok PNS seperti tersebut di
atas, diperlukan pendidikan dan pelatihan,
bimbingan teknis atau capacity building,
yang pada intinya mengarah pada:
a. peningkatan sikap dan semangat
pengabdian yang berorientasi pada
kepentingan masyarakat, bangsa,
negara dan tanah air;
b. peningkatan kompetensi
teknis, manajerial, dan/atau
kepemimpinannya; dan
c. peningkatan dengan semangat
kerjasama dan tanggungjawab
sesuai dengan lingkungan kerja dan
organisasinya.
Kompetensi
Pengetahuan Teknis,
Kompetensi Administrasi, dan
Interpersonal: Sistem:
Proses
Implementasi UU
Kemanusiaan
SPPA Sesuai Bidang
Tugasnya
3. Prinsip-Prinsip Pelatihan
Pelatihan terpadu penanganan anak yang berhadapan dengan
hukum dalam sistem peradilan pidana anak (SPPA) sesungguhnya dapat
digolongkan sebagai bagian dari pelatihan Hak Asasi Manusia (HAM). Oleh
karena itu, prinsip-prinsip yang dipergunakan dalam pelatihan ini juga harus
berstandar pada prinsip pelatihan HAM. Atas dasar itu, dalam pelatihan
ini akan diperkenalkan prinsip-prinsip pelatihan HAM yang menghormati
Selaras dengan salah satu prinsip penting HAM, pelatihan terpadu ini
menghormati hak peserta untuk berekspresi. Pelatihan terpadu dilaksanakan
secara partisipatif dan tidak dilakukan secara indoktrinatif, melainkan
menuntut partisipasi aktif pesertanya. Peserta ditempatkan sebagai subjek
pelatihan, sehingga perlu dipersiapkan sikap dan kesiapan psikologis untuk
mengikuti pelatihan ini.
C. LATIHAN
Diskusikan dengan rekan Saudara tentang pentingnya pelatihan terpadu
dalam penanganan anak yang berhadapan dengan hukum. Selanjutnya
dipresentasikan kepada peserta lain.
D. RANGKUMAN
Konsep SPPA merupakan keseluruhan proses penyelesaian perkara Anak
yang berhadapan dengan hukum, mulai tahap penyelidikan sampai dengan tahap
pembimbingans etelah menjalani pidana. Dalam pengembangan konsep Keadilan
Restoratif akan membuka ruang bagi keterlibatan masyarakat dalam penyelesaian
tindak pidana, dengan tetap mengedepankan pemberian keadilan bagi pelaku,
korban, dan masyarakat.
E. EVALUASI
1. Jelaskan yang Saudara pahami terkait dengan Keadilan Restoratif?
Dalam bab ini akan dibahas 3 (Tiga) sub bab, yaitu pencairan kelas yang
dilakukan melalui kegiatan simulasi, game yang terkait dengan pokok bahasan.
Proses pembelajaran ini akan dipandu oleh widyaiswara disesuaikan dengan
tujuan, jumlah peserta dan tempat serta waktu. Selanjutnya, sub bab kedua dan
ketiga yaitu mengenal diri sendiri dan mengenal orang lain yang dapat dilakukan
melalui kegiatan simulasi dan game yang bersifat dinamis.
A. PENCAIRAN KELAS
Dalam suatu kelompok dimana anggotanya baru untuk pertama kalinya
bertemu dan belum saling mengenal satu sama lain, pikiran mereka akan terpusat
pada pertanyaan-pertanyaan berikut. siapakah orang lain disini? Apakah mereka
dapat dipercaya? Dari manakah mereka? Siapa namanya? Datang dari mana?
Proses ini biasanya menyerap tenaga peserta, yang akan berpengaruh dalam
proses pembelajaran dan kerjasama diantara peserta. Pada awal pembelajaran
karena masih asing, peserta masih segan mengungkapkan keingintahuannya
tentang orang-orang yang ada disekitarnya, peserta masing-masing menerapkan
prinsip saling menunggu, siapa yang akan menegur lebih dahulu.
c. Coba bayangkan bahwa sekarang Saudara adalah orang lanjut usia (kira-
kira 70 tahun). Saudara boleh memandang ke segala arah dan jika Saudara
bertemu dengan orang tua yang lain, saudara boleh memberi salam dengan
menganggukkan kepala saja. Setelah beberapa lama (+ 1 menit) peserta
diminta berhenti dan memandang ke lantai.
f. Sekarang Saudara menjadi lebih muda, berumur 40, tahun yang penuh
semangat dan segar bugar. Bila bertemu dengan teman-teman saudara,
tepuk tepuklah pundaknya. Bergeraklah selama lebih kurang 1 (satu) menit.
Setelah itu berhentilah dan menghadap ke lantai.
g. Sekarang Saudara menjadi lebih muda, gesit dan segar berumur sekitar 25
tahun. Berjalanlah dengan cepat ke segala arah, sentuhlah teman saudara
sekilas dan usahakan jangan sampai disentuh orang lain Lakukan hal ini
sekitar satu menit. Kemudian tiba tiba Saudara menjadi belasan tahun, sehat
dan kuat. Larilah semau kalian dengan cepat-cepat, dan semakin cepat.
Hindari tabrakan dengan teman lain. dan usahakan pegang pundaknya
tapi kalian jangan sampai kepegang. Berilah aba-aba berhenti pada saat
b. Tanyakan pada peserta tentang kesediaannya dan adakan uji coba dengan
cara: Ajak peserta berdiri melingkar bergandengan tangan satu sama lain.
Widyaiswara melempar bola ke atas dan pada waktu bola di atas peserta
mengayunkan gandengan tangannya sambal bergumam kheeeem...
d. Setelah beberapa kali hal tersebut di atas dilakukan, tanyakan pada peserta
apakah mereka sudah saling mengenal? Bila sudah, cek sejauh mana
mereka mengenal temannya, misalnya tanyakan apakah mereka sudah
mengetahui tanggal lahir atau hobi salah seorang di antara mereka. Bila
belum saling mengenal, maka kegiatan selanjutnya tawarkan pada mereka
untuk saling mengenal lebih baik satu dengan lainnya. Untuk itu, silahkan
memilih salah satu instrumen atau simulasi perkenalan.
Dengan mengetahui potensi yang positif akan diketahui apa yang harus
dikembangkan atau dioptimalkan dan yang negatif akan dihilangkan atau paling
tidak dikurangi. Dengan mengenal dirisecara lebih baik, peserta dapat memahami
dengan jelas apa faktor-faktor yang menunjang keberhasilan-keberhasilan dan
dan faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan-kegagalan yang pernah dialami.
Dengan mengenal diri secara lebih baik, peserta dapat memahami dengan
jelas apa faktor-faktor yang menunjang keberhasilan–keberhasilan dan faktor-
faktor yang menyebabkan kegagalan-kegagalan yang pernah dialami. Dengan
mengenal dirinya secara lebih baik peserta mengetahui apa yang ingin dicapai
atau dicita-citakan, sehingga dapat menetapkan tujuan ini akan mendorong atau
memotivasi seseorang berbuat lebih baik lagi.
3 Judul : Menggambar Wajah
Tujuan : Mengenal diri dengan lebih baik
Waktu : 25 - 30 menit
• Ruangan yang cukup luas untuk membuat Lingkaran
Sarana peserta.
:
Prasarana
• Alat tulis (kertas dan pinsil).
c. Pada salah satu bagian (atas) kertas minta peserta menggambar wajahnya
masing-masing. Pada lipatan bagian bawah buat garis tengah memanjang
ke bawah. Pada masing-masing bagian tulislah perilaku- perilaku positif dan
negatif dari diri Saudara.
1) Bertanggung jawab
2) Pandai
3) Terbuka
4) Mudah bergaul
5) Pekerja Keras.
2) Keras kepala;
3) Cerewet;
4) Boros;
5) Malas olahraga
Setelah itu proses ke arah tujuan pembelajaran dan Kaitkan juga dengan
manfaat mengenal diri, mengenal kelebihan-kelebihan diri agar dapat dioptimalkan
dan mengenal kelemahan-kelemahan.
Tidak dapat dipungkiri, bahwa manusia sebagai makhluk sosial tak sanggup
hidup sendirian. Tak ada satupun manusia di dunia ini yang dapat hidup tanpa
tergantung ataupun memerlukan bantuan orang lain. Karena itulah, sejak dulu,
manusia selalu hidup berkelompok, bersuku-suku hingga berbangsa-bangsa.
Untuk menjadi orang yang diterima orang lain, orang yangpopuler, diperlukan
usaha usaha tertentu, usaha mencuri hatiorang lain tersebut. Usaha-usaha demikian
Untuk memperoleh respon positif, mengenal orang lain saja dianggap belum
cukup, tetapi masih diperlukan berbagai usaha penyesuaian diri, yang mencakup :
E. LATIHAN
Untuk memaksimalkan hasil yang diharapkan dari uraian di atas, maka
peserta pelatihan dapat melakukan simulasi mengenal diri sendiri dan mengenal
orang lain dipandu oleh widyaiswara. Kegiatan tersebut dapat dilakukan sebagai
berikut
G. EVALUASI
1. Apa yang dimaksud dengan “bina suasana” dalam suatu pelatihan?
1. Kelompok
a. Anggota menganggap pengelompokan mereka semata-mata untuk
kepentingan administratif. Individu bekerja secara mandiri, kadang-
kadang berbeda tujuan dengan individu yang lainnya
g. Anggota berada dalam suatu konflik tanpa mengetahui sebab dan cara
pemecahan masalahnya.
2. Tim:
a. Anggota menyadari ketergantungan di antara mereka dan memahami
bahwa sasaran pribadi maupun tim paling baik dicapai dengan cara
saling mendukung. Waktu akan sangat efektif karena masing-masing
memahami dan tidak mencari keuntungan di atas anggota tim yang
lain;
g. Mereka menyadari bahwa konflik dalam tim merupakan hal yang wajar,
karena dengan konflik merupakan kesempatan untuk mengembangkan
ide dan kreatifitas, apabila terjadi suatu konflik akan diselesaikan
secara konstruktif.
c. Karena tim dapat menghasilkan lebih banyak dan lebih baik dalam
menyelesaikan masalah daripada yang dapat dilakukan individu-
individu (Blanchard, 1988).
i. Tim dihargai atas hasil yang sangat baik, dan setiap anggota dipuji
atas kontribusi pribadinya.
g. Saling Mendukung
Tim yang berkinerja tinggi memiliki anggota yang secara antusias dan
sungguh- sungguh bekerja secara bersama dengan tingkat keterlibatan
dan energi kelompok yang tinggi (bersinergi).
i. Menyelesaikan Ketidaksepakatan
Pembicaraannya secara asersi yakni bicara yang lugas, jujur tetapi tidak
melukai pihak lain. Masing-masing anggota kelompok saling memberi
dan menerima saran dari anggota kelompok yang lain, komunikasi
dilakukan secara timbal balik dan untuk kepentingan bersama.
Dalam tahap ini tim harus menfokuskan pada misinya dan membuat
garis besar strategi yang akan ditempuh serta menetapkan tujuan,
prioritas, dan prosedur kerja, serta peraturan bagi tim.
b. Bergerak (Strive)
Dengan kerja sama tim yang kompak tim akan mencapai puncak
dengan mengatasi semua kendala yang pada akhirnya mencapai
prestasi kerja yang luar biasa. Namun apabila dalam fase ini belum
mencapai puncak idealnya adalah meninjau Kembali tim dengan
melakukan konsolidasi internal, sekaligus menelaah kembali sasaran-
sasaran yang telah ada, masih relevan atau tidak.
a. Orientasi Opini
c. Orientasi Tujuan
Tidak setiap anggota tim memiliki motivasi yang sama, ada anggota
yang produktif ada pula yang enggan berpartisipasi secara aktif. Untuk
itu diperlukan beberapa strategi yang jitu, antara lain; mendapatkan
nasehat dari mereka, menjadikan mereka guru, melibatkan mereka
dalam presentasi, dan mendelegasikan mereka kepada proyek bintang.
D. LATIHAN
Peserta diminta untuk membuat kelompok dalam sebuah game yang dipandu
oleh widyaiswara, misalnya peserta membuat sebuah lingkaran besar, kemudian
menyebutkan angka berdasarkan posisinya dari angka 1 s/d 5. Kedudukan masing-
masing peserta berdasarkan angka tersebut akan menjadi kelompok nya. Contoh:
Setiap peserta yang kedudukannya berada di angka 3 berkumpul dan bergabung
menjadi kelompok 3.
2. Menurut peserta, aspek apa yang harus terpenuhi dari sebuah tim agar
dapat menjadi Tim yang dinamis, jelaskan.
E. RANGKUMAN
Tim dinamis adalah tim yang memiliki kinerja yang sangat tinggi, yang dapat
memanfaatkan segala energi yang ada dalam tim tersebut untuk menghasilkan
sesuatu yang bernilai. Tim dinamis merupakan tim yang penuh dengan rasa
Dalam buku Membangun Tim Yang Dinamis memiliki unsur-unsur: jelas visi
dan tujuannya, beroperasi secara kreatif, fokus pada hasil, memperjelas peran
dan tanggungjawab, diorganisasikan dengan baik, dibangun di atas kekuatan
individu, saling mendukung, mengembangkan sinergi tim, menyelesaikan
ketidaksepakatan, berkomunikasi secara terbuka, membuat keputusan secara
obyektif, mengevaluasi efektivitas sendiri,
F. EVALUASI
1. Jelaskan tahapan untuk mewujudkan tim yang dinamis, Menurut
Richard Y. Chang?
b. Bergerak (Strive)
d. Sampai (Arrive)
b. Kepemimpinan Global;
d. Perubahan terus-menerus.
Dalam hal ini, Jamal Ma’mur Asmaini (2012:16) mengemukakan bahwa ketua
kelas haruslah memiliki kriteria sebagai seorang pemimpin yang memiliki sikap
kepemimpinan di dalam dirinya diantaranya adalah komunikatif, cerdas,
bertanggungjawab dan percaya diri. Sikap kepemimpinan ini terutama terlihat
disaat seorang ketua kelas harus menjalankan tugasnya dalam mengkoordinasikan
setiap setiap kegiatan di kelas.
Ketua kelas adalah seorang peserta yang dipercaya untuk memimpin kelas.
Seorang ketua kelas dapat dipilih melalui pemilihan suara (voting) yang dilakukan
oleh seluruh peserta pelatihan, dan difasilitasi oleh pengampu materi ini. Hal ini
penting untuk menerapkan sistem demokratis dalam pembelajaran. Untuk itu,
penunjukan secara langsung tanpa melibatkan semua pserta tidak disarankan.
Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi
perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau praktek yang diperkuat. Belajar
merupakan hasil dari interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap
telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilaku. Belajar juga
merupakan suatu kegiatan untuk memperoleh ilmu pengetahuan, pengalaman
dan pengembangan kreativitas (Nena Nurkaenah, 2021).
f. Dan lain-lain
D. LATIHAN
Diskusikan dengan rekan Saudara dalam kelompok tentang aspek-aspek
untuk membangun komitmen kelompok. Selenjutnya dipresentasikan kepada
kelompok lain.
E. RANGKUMAN
Kelas sebagai miniatur organisasi yang merupakan sebuah wadah
berkumpulnya orang-orang yang memiliki tujuan yang sama dengan harapan dapat
mewujudkan tujuan tersebut, maka perlu peran pemimpin yang dapat memimpin
mencapai tujuan pembelajaran yang dikharapkan.
Salah satu bentuk kesolidan dari sebuah kelas adalah memiliki komitmen
belajar bersama yang disepakati secara demokratis. Proses membangun
komitmen dalam kelas adalah upaya pembiasaan dalam menerapkan budaya
positif di sekolah. Perlunya latihan atau pembiasaan dalam kelas merupakan
kunci keberhasilan dalam proses belajar agar anak terlatih dan terbiasa dalam
menanamkan perilaku positif.
F. EVALUASI
1. Jelaskan peran ketua kelas menurut Jamal Ma’mur Asmaini?
A. KESIMPULAN
Dalam suatu pelatihan peran orientasi pelatihan penting untuk dilakukan,
terlebih pelatihan Sistem Peradilan Pidana Anak yang bersifat terpadu dimana
pesertanya berasal dari berbagai instansi, sehingga perlu adanya upaya pencairan
kelas dan pengenalan terhadap lingkungan baru dalam pelatihan yang diikuti oleh
peserta, agar diperoleh persamaan persepsi dan tujuan untuk mengikuti pelatihan.
B. TINDAK LANJUT
Materi Orientasi Pelatihan dalam Pelatihan Sistem Peradilan Pidana Anak
(SPPA) diberikan kepada peserta secara terpadu dari berbagai instansi penegak
hukum serta instansi lainnya yang terkait, dengan tujuan para penegak hukum
akan memiliki presepsi yang sama dan terus bekerja sama untuk menyelesaikan
permasalahan anak dengan pendekatan konsep restorative justice dan diversi,
serta kepentingan terbaik bagi anak.
1. Bahan bacaan yang telah digunakan untuk menulis modul ini, yang menjadi
referensi pembuatan modul ini.
Prilaku Negatif, antara lain suka menunda pekerjaan, keras kepala, cerewet,
dan boros.
tim harus menfokuskan pada misinya dan membuat garis besar strategi
yang akan ditempuh serta menetapkan tujuan, prioritas, dan prosedur
kerja, serta peraturan bagi tim.
b. Bergerak (Strive)
d. Sampai (Arrive)
Dengan kerja sama tim yang kompak tim akan mencapai puncak
dengan mengatasi semua kendala yang pada akhirnya mencapai
prestasi kerja yang luar biasa. Apabila dalam fase ini belum mencapai
puncak idealnya adalah meninjau Kembali tim dengan melakukan
konsolidasi internal, sekaligus menelaah kembali sasaran- sasaran
b. Kepemimpinan Global;
d. Perubahan terus-menerus.
Ketua kelas haruslah memiliki kriteria sebagai seorang pemimpin yang memiliki
sikap kepemimpinan di dalam dirinya diantaranya adalah komunikatif, cerdas,
bertanggungjawab dan percaya diri.
A. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
1. Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak;
D. BUKU
1. Hj. Sri Murtini, Dra, MPA, Hj. Sri Ratna, Ir, MM; (2001), Dinamika Kelompok (
Bahan Ajar Diklat Prajabatan Golongan III), LAN RI, Jakarta.
E. INTERNET
1. Bappenas, Bappenas Dukung Penerapan Keadilan Restoratif dalam Sistem
Peradilan Pidana Indonesia, https://www.bappenas.go.id/id/berita-dan-
siaran-pers/bappenas-dukung-penerapan-keadilan-restoratif-dalam-sistem-
peradilan-pidana-indonesia, diakses tanggal 3 November 2021.