Anda di halaman 1dari 70

MODUL PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TERPADU

SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK (SPPA)


BAGI APARAT PENEGAK HUKUM DAN PIHAK TERKAIT

ORIENTASI PELATIHAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 28 TAHUN 2014
TENTANG HAK CIPTA

Pasal 1

1. Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasar-
kan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tan-
pa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-un-
dangan.

Pasal 113

1. Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi se-
bagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara
Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau
pidana denda paling banyak Rp 100.000.000 (seratus juta rupiah).

2. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau peme-
gang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana di-
maksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk
Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3
(tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus
juta rupiah).

3. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau peme-
gang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana di-
maksud dalam Pasal 9 ayat (l) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk
Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4
(empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah).

4. Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana pen-
jara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).
MODUL PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TERPADU
SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK (SPPA)
BAGI APARAT PENEGAK HUKUM DAN PIHAK TERKAIT

ORIENTASI PELATIHAN

Penulis :
Edy Santoso
Dede Erni Kartikawati

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA


HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA
2021
MODUL PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TERPADU
SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK (SPPA)
BAGI APARAT PENEGAK HUKUM DAN PIHAK TERKAIT

ORIENTASI PELATIHAN

Tim Penulis:
Edy Santoso
Dede Erni Kartikawati

BPSDM KUMHAM Press


Jalan Raya Gandul No. 4 Cinere – Depok 16512
Telepon (021) 7540077, 754124 Faksimili (021) 7543709, 7546120
Laman: http://bpsdm.kemenkumham.go.id

Cetakan ke-1 : Januari 2021


Perancang Sampul : Yulius Purnomo
Penata Letak : Yulius Purnomo

Sumber Ilustrasi: hrdailyadvisor.blr.com

x+110 hlm.; 18 × 25 cm
ISBN:

Hak cipta dilindungi Undang-Undang.


Dilarang mengutip dan mempublikasikan
sebagian atau seluruh isi buku tanpa izin dari Penerbit

Dicetak oleh:
PERCETAKAN POHON CAHAYA

isi di luar tanggung jawab percetakan


SAMBUTAN
KEPALA BPSDM HUKUM DAN HAM

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji Syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Kuasa,
berkat rahmat dan karunia-Nya, review modul Pelatihan Terpadu Sistem Peradilan
Pidana Anak (SPPA) dengan Judul Modul Orientasi Pelatihan telah terselesaikan.

BPSDM Hukum dan Hak Asasi Manusia sebagai Koordinator Pelatihan


Terpadu SPPA bagi Aparat Penegak Hukum dan Instansi Terkait, yang memiliki
tujuan meningkatkan kualitas pelatihan Terpadu SPPA, dan mewujudkan
kompetensi yang diharapkan bagi Aparat Penegak Hukum (APH) dan pihak
terkait dalam implementasi Undang-Undang SPPA Nomor 11 Tahun 2012, perlu
melaksanakan review atau update modul Pelatihan Terpadu SPPA.

Dalam penanganan Anak yang Berhadapan dengan Hukum (ABH) diperlukan


keterpaduan beberapa Instansi dan pihak terkait, yaitu Kepolisian, Kejaksaan,
Hakim/Peradilan, Penasehat Hukum/Advokad, Pembimbing Kemasyarakatan/
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, dan Pekerja Sosial/ Kementerian
Sosial. Keterpaduan antara APH dan pihak terkait menjadi kata kunci untuk
keberhasilan pelaksanaan prinsip keadilan restoratif dan diversi yang jadi
pendekatan utama UU SPPA.

Perpres No. 175 Tahun 2014 tentang Pendidikan dan Pelatihan Terpadu
bagi Penegak Hukum dan Pihak Terkait Mengenai Sistem Peradilan Pidana Anak
mengatur tujuan dari pelaksanaan Diklat Terpadu, yaitu untuk menyamakan persepsi
dalam penanganan ABH dalam SPPA, terutama agar memiliki pemahaman yang

Modul Orientasi Pelatihan v


sama tentang hak-hak anak, keadilan restoratif dan diversi, serta meningkatkan
kompetensi teknis APH dan pihak terkait dalam penanganan ABH.

Anak adalah generasi penerus yang dalam diri mereka melekat harkat dan
martabat sebagai manusia seutuhnya. Tanpa keterpaduan, mustahil cita-cita luhur
untuk memulihkan kondisi ABH dapat terwujud. Adalah menjadi tanggung jawab
kita semua untuk memastikan agar prinsip kepentingan terbaik bagi anak atau the
best interest of child selalu menjadi pegangan dalam mengatasi persoalan anak,
termasuk mereka yang sedang berhadapan dengan hukum.

Dalam kesempatan ini, kami atas nama BPSDM Hukum dan Hak Asasi
Manusia menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak atas dukungan
dan kontribusinya dalam penyelesaian review modul ini. Semoga modul ini dapat
berkontribusi positif bagi APH dan pihak terkait dalam penanganan ABH.

Selamat Membaca, Salam Pembelajar.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Depok, 18 November 2021


Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Hukum dan Hak Asasi Manusia,

Dr. Asep Kurnia


NIP 196611191986031001

vi Modul Orientasi Pelatihan


KATA SAMBUTAN

Anak sebagai generasi penerus bangsa merupakan kelompok rentan


(vulnerable groups) yang perlindungan dan pemenuhan haknya disebut secara
lugas dalam UUD 1945. Salah satu kelompok anak yang paling rentan adalah
Anak yang Berhadapan dengan Hukum. Status, keterbatasan pengetahuan dan
kebelum-dewasaan mereka membutuhkan penanganan yang tidak biasa, yang
khusus apabila dibandingkan dengan orang dewasa.

Berangkat dari Konvensi Hak Anak yang diratifikasi Indonesia pada tahun
1990 dengan Keputusan Presiden No. 36, UU No. 39 Tahun 1999 tentang
Hak Asasi Manusia dan UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak,
disepakatilah UU No. 11 Tahun 2012 mengenai Sistem Peradilan Pidana Anak.
Dengan memperkenalkan pendekatan keadilan restoratif, undang-undang ini
membawa paradigma baru dalam penanganan perkara pidana yang melibatkan
anak. Pendekatan dan paradigma baru ini tentu saja merupakan hal baru sehingga
diperlukan adanya pelatihan bagi mereka yang akan menerapkannya di lapangan.

Tahun ini UU SPPA berusia 9 tahun, walau pelaksanaannya baru berjalan


7 tahun. Sebagai lembaga utama yang bertugas melakukan pelatihan terpadu
di Kementerian Hukum dan HAM, BPSDM telah berkiprah lama dalam pelatihan
bagi aparatur penegak hukum (Polisi, Jaksa, Hakim, Advokat, Pembimbing
Kemasyarakatan) dan juga Pekerja Sosial. Pelatihan terpadu menjadi program
penting bagi pemerintah Indonesia, sebagai refleksi kehadiran Negara bagi Anak
yang berhadapan dengan hukum, agar dicapai persamaan persepsi antar aparatur
penegak hukum yang menangani anak.

Salah satu upaya penting BPSDM untuk mengembangkan pelatihan terpadu


ini adalah dengan menyusun Modul Pelatihan Terpadu, yang dirancang dan

Modul Orientasi Pelatihan vii


ditulis bersama oleh perwakilan dari praktisi hukum, akademisi dan kementerian
terkait. Selain materi pembelajaran berupa kajian teoritis, instrumen internasional,
landasan hukum dan studi kasus, modul ini juga memuat metode pembelajaran
yang dapat digunakan instruktur. Dengan modul ini diharapkan bahwa para
instruktur, fasilitator dan juga peserta akan memperoleh manfaat yang besar dalam
mengembangkannya.

Selain itu BPSDM juga mengembangkan metode pelatihan terpadu di masa


pandemi dengan memanfaatkan metode dalam jaringan atau daring (online).
Pelatihan daring ini sedikit banyak merupakan blessing in disguise baik bagi
BPSDM maupun peserta dan lembaga terkait, karena para peserta tidak perlu
meninggalkan pekerjaan untuk hadir di Jakarta, dan memiliki kesempatan untuk
mempelajari Modul di waktu yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan mereka.

Tiada gading yang tak retak, tentu Modul ini tidak sempurna. Oleh karenanya
masukan dan kritik pembaca atas Modul ini diharapkan untuk menyempurnakan­
nya. Akhirnya, saya ucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada BPSDM
Kementerian Hukum dan HAM serta seluruh pihak yang telah bekerja sama dalam
pembuatan modul ini. Mari bersama kita lindungi generasi muda Indonesia.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Jakarta, November 2021


Guru Besar Universitas Indonesia,

Prof. Harkristuti Harkrisnowo, S.H., M.A., PhD.

viii Modul Orientasi Pelatihan


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji Syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas
kehendak dan perkenan-Nya masih diberikan kesempatan dan kesehatan dalam
rangka penyusunan review Modul Pelatihan Terpadu SPPA tahun 2021 dapat
terlaksana dengan baik. Di mana Pelatihan Terpadu SPPA sebagai kegiatan Prioritas
Nasional, BAPPENAS mengharapkan pada tahun 2021 untuk dilaksanakan review
terhadap modul-modul Pelatihan Terpadu SPPA.

Modul Pelatihan Terpadu SPPA berjudul Modul Orientasi Pelatihan sebagai


sumber pembelajaran dalam memahami peran dan fungsi Aparat Penegak Hukum
(APH) dan pihak terkait dalam melaksanakan amanat Undang-Undang Nomor
11 Tahun 2012 tentang SPPA. Upaya melaksanakan SPPA sebagai bentuk
jaminan dan perlindungan atas hak anak yang berhadapan dengan hukum yang
menekankan keadilan restorativ, diperlukan kesiapan seluruh APH dan pihak
terkait lainnya yang terlibat dalam sistem hukum pidana anak untuk memahami
peran dan fungsinya masing-masing sesuai peraturan perundang-undangan.

Untuk menyamakan persepsi di antara penegak hukum dalam meng­


implementasikan undang-undang terbit Peraturan Presiden Nomor 175 Tahun
2014 tentang Pendidikan dan Pelatihan Terpadu Bagi Penegak Hukum dan Pihak
Terkait Mengenai SPPA, serta Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 31
Tahun 2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan Diklat Terpadu SPPA Bagi Aparat
Penegak Hukum dan Instansi Terkait, sebagai panduan dalam pelaksanaan
Pelatihan Terpadu Sistem Peradilan Pidana Anak. Pada masa Pandemi Covid-19
dilakukan penyesuaian metode pembelajaran dengan cara distance learning

Modul Orientasi Pelatihan ix


dengan memanfaatkan jaringan internet/virtual dan aplikasi Learning Management
System (LMS).

Demikian penyusunan review Modul Pelatihan Terpadu SPPA ini, dengan


harapan modul ini dapat bermanfaat dalam meningkatkan pemahaman dan
pengetahuan bagi pembaca khususnya Aparatur Penegak Hukum dan Instansi
terkait lainnya dalam melaksanakan amanat Undang-Undang SPPA.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Depok, 09 November 2021


Kepala Pusat Pengembangan Diklat
Teknis dan Kepemimpinan,

Cucu Koswala, S.H., M.Si.


NIP. 19611212 198503 1 002

x Modul Orientasi Pelatihan


DAFTAR ISI

SAMBUTAN KABADAN................................................................................... v
KATA SAMBUTAN.......................................................................................... vii
KATA PENGANTAR....................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
A. Latar Belakang................................................................................... 1
B. Deskripsi Singkat............................................................................... 2
C. Manfaat Modul................................................................................... 3
D. Tujuan Pembelajaran......................................................................... 3
E. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok................................................. 3
F. Petunjuk Belajar................................................................................. 4
G. Metode............................................................................................... 5
H. Media................................................................................................. 5
I. Alokasi Waktu.................................................................................... 6

BAB II KONSEP TERPADU PELATIHAN SPPA........................................ 7


A. Sistem Peradilan Pidana Anak.......................................................... 7
B. Konsep Pelatihan Terpadu ................................................................ 10
C. Latihan............................................................................................... 15
D. Rangkuman....................................................................................... 15
E. Evaluasi............................................................................................. 16
F. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ........................................................ 16

BAB III MENGENAL DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN........................... 17


A. Pencairan Kelas................................................................................. 17

Modul Orientasi Pelatihan xi


B. Mengenal Diri .................................................................................... 21
D. Mengenal Orang lain......................................................................... 23
E. Latihan............................................................................................... 24
F. Rangkuman....................................................................................... 25
G. Evaluasi............................................................................................. 25
H. Umpan Balik dan Tindak Lanjut......................................................... 25

BAB IV MEMBANGUN KELOMPOK DINAMIS........................................... 27


A. Perbedaan Kelompok dan TIM.......................................................... 27
B. Konsep Team Building..................................................................... 29
C. Membangun Kelompok Dinamis........................................................ 32
D. Latihan............................................................................................... 38
E. Rangkuman....................................................................................... 38
F. Evaluasi............................................................................................. 39
G. Umpan Balik dan tindak Lanjut.......................................................... 40

BAB V MENYUSUN KOMITMEN PEMBELAJARAN................................ 41


A. Memilih Pengurus Kelas.................................................................... 41
B. Kesepakatan Komitmen Pembelajaran Bersama................................ 43
C. Pemilihan Ketua Kelas....................................................................... 45
D. Latihan............................................................................................... 45
E. Rangkuman ...................................................................................... 45
F. Evaluasi............................................................................................. 46
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut......................................................... 46

BAB V PENUTUP......................................................................................... 47
A. Kesimpulan........................................................................................ 47
B. Tindak Lanjut..................................................................................... 47

GLOSARIUM ................................................................................................. 49
KUNCI JAWABAN.......................................................................................... 51
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 55

xii Modul Orientasi Pelatihan


PENDAHULUAN

Dalam modul ini, akan dijelaskan materi pembelajaran yang terkait dengan
konsep terpadu dalam Sistem Pidana Peradilan Anak (SPPA) untuk memberikan
gambaran tentang penanganan masalah hukum bagi anak. Dlam modul ini juga
akan disampaikan topik mengenal diri sendiri dan orang lain, hal ini merupakan hal
yang penting dalam pelatihan karena peserta diajak untuk mengenal diri sendiri
terkait dengan kelebihan dan kekurangan, sehingga dalam pelatihan ini akan
saling melengkapi. Topik mengenal orang lain juga memiliki poin penting dalam
berinteraksi dalam pembelajaran ataupun kerja sama di lapangan. Selanjutnya,
dalam modul ini peserta diajak untuk membangun kelompok dinamis. Yang terdiri
dari perbedaan kelompok dan Tim, konsep team building, dan membangun
kelompok dinamis. Terakhir, semua peserta diajak untuk menyusun sebuah
komitmen pembelajaran, yang akan dipimpin oleh pengurus kelas terpilih dan,
membuat kesepakatan komitmen pembelajaran secara bersama.

A. LATAR BELAKANG
Pelatihan terpadu para aparat penegak hukum ini dikembangkan berdasarkan
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan pidana Anak
(UU SPPA). Mengingat pelatihan ini sifatnya terpadu, maka sangat penting untuk
menghilangkan sekat-sekat birokrasi dan ego struktural yang menjadi penghambat
dalam persamaan presepsi dan proses pembelajaran. Tujuan pelatihan ini juga,
bagaimana penegakan hukum terkait permasalahan anak dapat dilaksanakan
dengan baik di lapangan, dengan mengacu kepada peraturan perundang-
undangan yang ada.

Mengingat beragam latar belakangnya peserta yang terdiri dari unsur


kepolisian, kejaksaan, Hakim, Pembimbing kemasyarakatan, Pekerja sosial

Modul Orientasi Pelatihan 1


dan advokat. Maka subtansi pelatihan akan semakin kaya dengan kasus-kasus
dari berbagai daerah dan penanganan yg berdasarkan institusi masing-masing,
oleh karena itu dalam praktiknya, para peserta nanti dapat mengembangkan
materi yang ada ini dengan pengalaman dan isu-isu anak yang berkembang
dan mendiskusikannya dalam kelompok kelas pelatihan ini. Dengan demikian,
diharapkan para penegak hukum akan memiliki presepsi yang sama dan terus
bekerja sama untuk menyelesaikan permasalahan anak dengan pendekatan
konsep restorative justice dan diversi, serta kepentingan terbaik bagi anak.

Agar dapat mengikuti pelatihan yang maksimal, penting dilakukan dengan


menciptakan suasana dan lingkungan belajar yang menyenangkan dan berjalan
dengan baik dalam interaksi pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran dapat
tercapai. Acara perkenalan misalnya, ini merupakan hal untuk memecahkan
kebekuan interaksi yang psertanya dari berbagai instansi.

Untuk itu, mata pelatihan ini dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan,


ketrampilan dan sikap Peserta membina kerja sama dalam kelompok, pemimpin
dan komunikasi yang efektif, pengambilan keputusan dengan tepat, mengendalikan
diri, berdisiplin dan bertanggung jawab.

B. DESKRIPSI SINGKAT
Mata Pelatihan ini membekali peserta untuk mampu membangun komitmen
pembelajaran bersama melalui materi konsep terpadu pelatihan Sistem Peradilan
Pidana Anak, mengenal diri sendiri dan orang lain, membangun kelompok dinamis
dan menyusun komitmen pembelajaran secara bersama. Adapun kompetensi
dasar yang diharapkan dalam mata pelatihan ini adalah peserta mampu
membangun komitmen belajar bersama dan membentuk kelompok belajar yang
menyenangkan. Metode yang dipergunakan dalam mata pelatihan ini meliputi
ceramah interaktif, diskusi kelompok, dan game untuk meningkatkan kerjasama
dan persamaan presepsi. Adapun target peserta dalam pelatihan ini adalah para
penegak hukum dari berbagai instansi, yang terlibat dalam penanganan perkara
anak.

2 Modul Orientasi Pelatihan


C. MANFAAT MODUL
Berbekal hasil belajar pada modul Orientasi Pelatihan, peserta pelatihan
diharapkan dapat membangun komitmen pembelajaran Bersama dalam pelatihan
Sistem Peradilan Pidana Anak.

D. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Hasil Belajar

Setelah mengikuti Mata Pelatihan ini, peserta diharapkan mampu membangun


komitmen pembelajaran Bersama.

2. Indikator Hasil Keberhasilan

Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta dapat:

a. Menjelaskan Konsep Terpadu SPPA

b. Mengenal diri sendiri dan mengenal orang lain;

c. Membangun kelompok dinamis;

d. Menyusun komitmen pembelajaran;

E. MATERI POKOK DAN SUB MATERI POKOK


1. Konsep Terpadu pelatihan SPPA

a. Sistem Peradilan Pidana Anak

b. Konsep Pelatihan Terpadu

2. Mengenal diri sendiri dan orang lain

a. Pencairan Kelas

b. Mengenal diri sendiri

c. Mengenal orang lain

3. Membangun kelompok dinamis

a. Perbedaan kelompok dan Tim

Modul Orientasi Pelatihan 3


b. Konsep team building

c. Membangun kelompok dinamis

4. Menyusun komitmen pembelajaran

a. Memilih pengurus kelas

b. Kesepakatan komitmen pembelajaran bersama

F. PETUNJUK BELAJAR
Anda sebagai pembelajar, agar dalam proses pembelajaran Dinamika
Pendampingan dapat berjalan lebih lancar dan indikator hasil belajar tercapai
secara baik, Anda disarankan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

1. Bacalah secara cermat, dan pahami indikator hasil belajar (tujuan


pembelajaran) yang tertulis pada setiap awal bab, karena indikator belajar
memberikan tujuan dan arah. Indikator belajar menetapkan apa yang harus
Anda capai.

2. Pelajari setiap bab secara berurutan, mulai dari Pendahuluan sampai dengan
Penutup, serta bangunlah semangat anda untuk mempelajari Materi

3. Laksanakan secara sungguh-sungguh dari tahapan pembelajaran dengan


tuntas pada setiap tugas di setiap setiap akhir bab, maupun pada latihan
dalam proses pembelajaran.

4. Di Dalam Bab II anda akan mempelajari Konsep Terpadu pelatihan SPPA,


pelajari dengan cermati muatan di dalam Bab II ini, dan kerjakan latihan
serta evaluasinya.

5. Bahasan di dalam Bab III adalah Mengenal diri sendiri dan mengenal orang
lain. Pahami betul berbagai petunjuk pada tiap tahapan dan coba praktikan
dengan rekan anda secara bergantian sehingga anda dapat mengetahui
kesulitannya dan diskusikan bagaimana mengatasi kesulitan tersebut.

4 Modul Orientasi Pelatihan


6. Di Dalam Bab IV peserta diajak untuk membangun kelompok dinamis.
Yang terdiri dari perbedaan kelompok dan Tim, konsep team building, dan
membangun kelompok dinamis pelajari dengan cermati muatan di dalam
Bab II ini, dan kerjakan latihan serta evaluasinya.

7. Bahasan di dalam Bab V, peserta diajak untuk menyusun sebuah komitmen


pembelajaran, yang akan dipimpin oleh pengurus kelas terpilih dan, membuat
kesepakatan komitmen pembelajaran secara bersama, praktikan dengan
rekan anda sehingga dapat terwujud sebuah komitmen pembelajaran dalam
pelatihan Sistem Peradilan Pidan ini.

8. Dalam mata pelatihan ini tergantung pada kesungguhan Anda. Untuk itu,
belajarlah baik secara mandiri maupun berkelompok secara seksama.
Untuk belajar mandiri, Anda dapat berkomunikasi dengan pengajar maupun
komunitas peserta diklat.

9. Anda disarankan mempelajari bahan-bahan dari sumber referensi yang


ada di daftar pustaka lain, dan sumber-sumber lainnya untuk memperkaya
pemahaman anda tentang Pendampingan dan Dinamika yang terjadi dalam
pendampingan.

G. METODE
a. Ceramah Interaktif

b. Diskusi Kelompok

c. Brainstorming

d. Studi kasus

H. MEDIA
a. Laptop.

b. Komputer/ PC.

c. Zoom Cloud Meeting

Modul Orientasi Pelatihan 5


I. ALOKASI WAKTU

Orientasi Pelatihan: 5 Jam Pelajaran @ 45 menit = 225 menit;

6 Modul Orientasi Pelatihan


BAB II
KONSEP TERPADU PELATIHAN SPPA

Setelah membaca bab ini peserta pelatihan diharapkan


dapat menjelaskan konsep terpadu dalam SPPA dengan baik
dan benar.

Dalam bab ini, akan dijelaskan materi pembelajaran yang terkait dengan
pengenalan sistem peradilan pidana anak, yang akan memberikan pemahaman
tentang pengertian terkait dengan konsep pidana anak agar peserta mengetahui
basic concept terkait penyelesaian hukum bagi anak yang diatur dalam UU SPPA.
Selanjutnya, dalam bab ini akan diberikan materi tentang pemahaman konsep
terpadu, yang memberikan persamaan presepsi bagi para penegak hukum yang
berasal dari berbagai instansi.

A. SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK


Istilah Sistem Peradilan Pidana Anak
tertuang dalam Undang-Undang No. 11
Tahun 2012 mengenai Sistem Peradilan
Pidana Anak (UU SPPA). Ini merupakan
keseluruhan proses penyelesaian perkara
Anak yang berhadapan dengan hukum,
mulai tahap penyelidikan sampai dengan
tahap pembimbingan setelah menjalani

Sumber: Google pidana.

Modul Orientasi Pelatihan 7


Semenjak UU SPPA ini diberlakukan, Pemerintah memasukkan Keadilan
Restoratif sebagai salah satu prioritas program pengembangan hukum nasional
dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020-2019 dengan
memfokuskan pada lima hal, yaitu:

a. Peningkatan koordinasi antar kementerian/lembaga;

b. Peningkatan kemampuan aparat penegak hukum dan pemangku kepentingan

c. Penyusunan peraturan pelaksanaan

d. Penyediaan sarana dan prasarana

e. Pengembangan Keadilan Restoratif

Dalam kesempatan Seminar “Diseminasi Penerapan Keadilan Restoratif


dalam Sistem Peradilan Pidana” yang
diselenggarakan tahun 2020. Bappenas,
menyatakan bahwa “Penerapan pendekatan
Keadilan Restoratif dalam sistem peradilan
pidana di menjadi salah satu strategi dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) 2020-2024”.
Sumber: Google
Dalam hal ini, pengembangan konsep
Keadilan Restoratif akan membuka ruang
bagi keterlibatan masyarakat dalam penyelesaian tindak pidana, dengan tetap
mengedepankan pemberian keadilan bagi pelaku, korban, dan masyarakat
(Bappenas, 2021).

Pendekatan Keadilan Restoratif UU SPPA didasari pada Doli Incapax, yaitu


pandangan bahwa seorang anak dianggap “tidak mampu melakukan kejahatan”
yang melanggar peraturan atau hukum kebiasaan, atau tidak memiliki mens rea,
yaitu kesadaraan seseorang akan fakta bahwa tindakannya bersifat criminal.
Sehingga, seorang anak dianggap belum memiliki kemampuan untuk membentuk
mens rea tadi karena mereka dianggap belum memahami antara “benar” dan
“salah”.

8 Modul Orientasi Pelatihan


Pendekatan di atas, merupakan salah satu bentuk pembaharuan yang
ada dalam Hukum Pidana Indonesia adalah pengaturan tentang hukum pidana
dalam perspektif dan pencapaian keadilan kepada perbaikan maupun pemulihan
keadaan setelah peristiwa dan proses peradilan pidana yang dikenal dengan
“keadilan restorative” (restoratif justice) yang berbeda dengan keadilan retributif
(menekankan keadilan pada pembalasan) dan keadilan restitutif (menekankan
keadilan pada ganti rugi) (Riska Vidya Satriani, 2017).

Pendekatan ini, memberikan konsep penyelesaian perkara tindak pidana


dengan melibatkan pelaku, korban, keluarga pelaku/korban, dan pihak lain yang
terkait untuk bersama-sama mencari penyelesaian yang adil dengan menekankan
pemulihan kembali pada keadaan semula, dan bukan pembalasan. Terkait dengan
permasalahan anak, ada proses pengalihan penyelesaian perkara Anak dari
proses peradilan pidana ke proses di luar peradilan pidana, yang hal ini dikenal
dengan konsep “Diversi”.

Sebagai upya untuk menerapkan konsep SPPA, maka program peningkatan


kemampuan aparat penegak hukum dan pemangku kepentingan menjadi sangat
penting mengingat UU SPPA mengenalkan sistem pemidanan baru untuk
penanganan perkara pidana anak yang sebelumnya relatif belum dikenal, bahkan
bertolak belakang dengan sistem pemidanaan perkara pidana anak yang selama
ini berlaku. Untuk itu, pengetahuan tentang kesalahan yang merupakan bagian dari
kejahatan, berlawanan dengan tindak pidana yang dilakukan oleh anak tersebut.

Sebaliknya, perilaku buruk atau kejahatan yang dilakukan oleh seorang anak
perlu dilihat sebagai dampak dari lingkungan sekitarnya, dimana orang dewasa di
sekitarnya dianggap ikut bertanggung jawab. Anak yang melakukan kejahatan pun
perlu ditempatkan dalam situasi untuk berefleksi terhadap dampak perbuatannya
terhadap korban dan “dipulihkan” dengan cara dibina dengan kegiatan-kegiatan
yang sifatnya mengembalikan empati, rasa kemanusiaan dan tanggung jawab
sosialnya sebagai anggota masyarakat untuk menciptakan ketertiban dan
keamanan.

Modul Orientasi Pelatihan 9


B. KONSEP PELATIHAN TERPADU
1. Pelatihan Terpadu
Pelatihan merupakan suatu
proses belajar mengajar terhadap
pengetahuan dan ketrampilan tertentu
serta sikap agar peserta semakin
terampil dan mampu melaksanakan
tanggung jawabnya dengan baik,
sesuai dengan standar (Mutiara
Sibarani 2002:14). Pelatihan didesain
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan APH yang diidentifikasikan dan
mencakup pengalaman belajar serta aktivitas-aktivitas yang terencana.
Dalam Perpres No. 175 Tahun 2014 disebutkan Diklat Terpadu bertujuan
untuk menyamakan persepsi dalam penanganan Anak yang Berhadapan
dengan Hukum (ABH) dalam SPPA, dengan tujuan spesifiknya adalah:

a. meningkatnya pengetahuan yang sama bagi penegak hukum dan


pihak terkait tentang hak-hak anak, keadilan restoratif, dan diversi
dalam SPPA;

b. meningkatnya kompetensi teknis APH dan pihak terkait dalam


penanganan Anak yang Berhadapan dengan Hukum (ABH) dalam
SPPA;

c. terpenuhinya jumlah APH dan pihak terkait dalam SPPA.

Melalui Pelatihan terpadu diharapkan dapat memberikan pengetahuan


dan ketrampilan yang spesifik dan data diidentifikasi mengenai SPPA bagi
APH untuk digunakan dalam pekerjaan bagi para penegak hukum yang
terkait dengan permasalahan pidana anak.

Oleh karena itu, perubahan mindset para Aparat Penegak Hukum


(APH) dalam mengimplementasikan UU SPPA menjadi sangat penting.

10 Modul Orientasi Pelatihan


Dalam rangka mengkapasitasi APH mengenai UU SPPA, Pemerintah
mengeluarkan Peraturan Presiden No. 175 Tahun 2014 tentang Pendidikan
dan Pelatihan Terpadu bagi Penegak Hukum dan Pihak Terkait mengenai
SPPA serta Peraturan Menteri Hukum dan HAM No. 31 Tahun 2016 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Terpadu SPPA bagi
APH dan Instansi Terkait.

2. Peningkatan kompetensi
Dalam pelatihan ini, para peserta disorong untuk meningkatkan
kompetensi. Kaitannya dengan ini, kompetensi dapat didefenisikan sebagai
apa yang diharapkan di tempat kerja dan merujuk pada pengetahuan,
keahlian dan sikap yang dipersyaratkan untuk mengerjakan pekerjaannya
(Sofo: 2003). Kompetensi adalah karakteristik dasar yang dimiliki oleh
seorang individu yang berhubungan secara kausal dalam memenuhi kriteria
yang diperlukan dalam menduduki suatu jabatan (Spencer dan Spencer
dalam Palan, 2007: 84).

Lebih rinci dijelaskan bahwa kompetensi menunjukkan karakteristik


yang mendasari perilaku yang menggambarkan motif, karakteristik pribadi
(ciri khas), konsep diri, nilai-nilai, pengetahuan atau keahlian yang dibawa
seseorang yang berkinerja unggul (superior performer) di tempat kerja.
Kompetensi ini dibentuk dari 5 (lima) karakteristik, yaitu:

1. Pengetahuan, yaitu persoalan teknis, administratif, proses


kemanusiaan, dan sistem.

2. Keterampilan, yaitu kemampuan seseorang untuk melakukan suatu


kegiatan.

3. Konsep diri dan nilai-nilai, yaitu sikap, nilai-nilai dan citra diri seseorang,
seperti kepercayaan seseorang bahwa dia bisa berhasil dalam suatu
situasi.

Modul Orientasi Pelatihan 11


4. Karakteristik pribadi, yaitu karakteristik fisik dan konsistensi tanggapan
terhadap situasi atau informasi, seperti pengendalian diri dan
kemampuan untuk tetap tenang dibawah tekanan.

5. Motif, yaitu emosi, hasrat, kebutuhan psikologis atau dorongan-


dorongan lain yang memicu tindakan.

Untuk menentukan kompetensi yang dimiliki oleh Aparat Penegak


Hukum dalam menerapkan UU SPPA, maka perlu disusun bagaimana
kompetensi yang diharapkan dibentuk oleh kelima faktor tersebut. Kompetensi
yang diharapkan dari APH menurut Perpres dan Permenhukham terkait
Diklat Terpadu adalah sebagai berikut:

Peraturan Karakteristik
UU No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Aparatur Sipil Negara memiliki kewajiban
Sipil Negara untuk menunjukkan integritas dan
keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan
dan tindakannya (Pasal 23 huruf f). Untuk
membentuk sosok PNS seperti tersebut di
atas, diperlukan pendidikan dan pelatihan,
bimbingan teknis atau capacity building,
yang pada intinya mengarah pada:
a. peningkatan sikap dan semangat
pengabdian yang berorientasi pada
kepentingan masyarakat, bangsa,
negara dan tanah air;
b. peningkatan kompetensi
teknis, manajerial, dan/atau
kepemimpinannya; dan
c. peningkatan dengan semangat
kerjasama dan tanggungjawab
sesuai dengan lingkungan kerja dan
organisasinya.

12 Modul Orientasi Pelatihan


Peraturan Karakteristik
Perpres No. 175 Tahun 2014 Dalam rangka penerapan program
diversi dan peradilan restoratif dalam
penanganan Anak berhadapan dengan
hukum, maka perlu diselenggarakan
pendidikan dan pelatihan secara
terpadu bagi aparat penegak hukum
dan instansi terkait yang dapat
a. menciptakan persamaan persepsi,
b. peningkatan keterampilan dalam
penanganan dan pelayanan bagi anak
berhadapan dengan hukum dan;
c. meningkatkan koordinasi dan
kerjasama antar lembaga /instansi
yang terkait dengan penanganan anak
berhadapan dengan hukum.

Sehingga, arah pengembangan kompetensi APH dalam implementasi UU


SPPA yang hendak dibangun berdasarkan Perpres dan Permenhukham di atas
adalah sebagai berikut:

Kode Etik dan Pengembangan


Profesi

Penyamaan Persespi dan Koordinasi sesame APH


menenai penanganan ABH dalam SPPA

Kompetensi
Pengetahuan Teknis,
Kompetensi Administrasi, dan
Interpersonal: Sistem:
Proses
Implementasi UU
Kemanusiaan
SPPA Sesuai Bidang
Tugasnya

Perspektif dan Nilai-Nilai Pengetahuan Dasar


Keadilan Restoratif mengenai SPPA

Modul Orientasi Pelatihan 13


No. Kompetensi Sesi
1. Kompetensi Dasar: 1. Orientasi Pelatihan
a. Perspektif dan 2. Analisis Situasi ABH dan SPPA
Nilai-nilai Keadilan
3. Perkembangan Anak dan Delikuensi, Peran
Restoratif
Keluarga dan Lingkungan
b. Pengetahuan
4. Hak Anak & Prinsip Konvesi Hak Anak
Dasar mengenai
SPPA 5. Membangun Sistem Perlindungan ABH yang
Terintegrasi
6. Instrumen Internasional & Kerangka Hukum
Nasional terkait Anak Pelaku
7. Instrumen Internasional & Kerangka Hukum
Nasional terkait Anak Korban dan Saksi
8. Gambaran Umum UU SPPA
2. Kompetensi 1. Konsep Restorative Justice & Diversi
pengetahuan teknis,
2. Restorative Justice & Diversi Menurut SPPA
administrasi dan
sistem: implementasi 3. Acara Peradilan Pidana Anak
UU SPPA sesuai 4. Pelaksanaan Putusan Hakim
bidang pekerjaan
Aparat Penegak 5. Peran Bapas, LPAS, LPKA dan LPKS
Hukum 6. Penanganan Anak Korban dan Saksi
7. Rehabilitasi dan Reintegrasi Korban dan Saksi
3. Kompetensi 1. Teknik Penggalian Informasi
Interpersonal: Proses
2. Implementasi Keadilan Restoratif dalam SPPA
Kemanusiaan
4. Penyamaan Persepsi 3. Kunjungan Lapangan
dan Koordinasi sesama
4. Presentasi Hasil Kunjungan Lapangan
APH mengenai
penanganan ABH 5. Penyusunan Rencana Tindak Lanjut
dalam SPPA

3. Prinsip-Prinsip Pelatihan
Pelatihan terpadu penanganan anak yang berhadapan dengan
hukum dalam sistem peradilan pidana anak (SPPA) sesungguhnya dapat
digolongkan sebagai bagian dari pelatihan Hak Asasi Manusia (HAM). Oleh
karena itu, prinsip-prinsip yang dipergunakan dalam pelatihan ini juga harus
berstandar pada prinsip pelatihan HAM. Atas dasar itu, dalam pelatihan
ini akan diperkenalkan prinsip-prinsip pelatihan HAM yang menghormati

14 Modul Orientasi Pelatihan


hak asasi peserta (universal, non diskriminasi, saling terkait, saling
kebergantungan, tidak dapat dibagi-bagi, persamaan, dst).

Selaras dengan salah satu prinsip penting HAM, pelatihan terpadu ini
menghormati hak peserta untuk berekspresi. Pelatihan terpadu dilaksanakan
secara partisipatif dan tidak dilakukan secara indoktrinatif, melainkan
menuntut partisipasi aktif pesertanya. Peserta ditempatkan sebagai subjek
pelatihan, sehingga perlu dipersiapkan sikap dan kesiapan psikologis untuk
mengikuti pelatihan ini.

C. LATIHAN
Diskusikan dengan rekan Saudara tentang pentingnya pelatihan terpadu
dalam penanganan anak yang berhadapan dengan hukum. Selanjutnya
dipresentasikan kepada peserta lain.

D. RANGKUMAN
Konsep SPPA merupakan keseluruhan proses penyelesaian perkara Anak
yang berhadapan dengan hukum, mulai tahap penyelidikan sampai dengan tahap
pembimbingans etelah menjalani pidana. Dalam pengembangan konsep Keadilan
Restoratif akan membuka ruang bagi keterlibatan masyarakat dalam penyelesaian
tindak pidana, dengan tetap mengedepankan pemberian keadilan bagi pelaku,
korban, dan masyarakat.

Pendekatan Keadilan Restoratif merupakan pandangan bahwa seorang


anak dianggap “tidak mampu melakukan kejahatan” yang melanggar peraturan
atau hukum kebiasaan, atau tidak memiliki mens rea. Sehingga, seorang anak
dianggap belum memiliki kemampuan untuk membentuk mens rea tadi karena
mereka dianggap belum memahami antara “benar” dan “salah”. Untuk itu,
diperlukannya konsep “Diversi” yang merupakan proses pengalihan penyelesaian
perkara Anak dari proses peradilan pidana ke proses di luar peradilan pidana.

Sebagai upaya penyamaan presepsi penanganan anak, maka diperlukan


Pelatihan terpadu. Pelatihan ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan

Modul Orientasi Pelatihan 15


dan ketrampilan yang spesifik dan data diidentifikasi mengenai SPPA bagi APH
untuk digunakan dalam pekerjaan bagi para penegak hukum yang terkait dengan
permasalahan pidana anak, dan melibatkan para penegak hokum yang berasal
dari berbagai instansi.

E. EVALUASI
1. Jelaskan yang Saudara pahami terkait dengan Keadilan Restoratif?

2. Jelaskan yang Saudara pahami terkait dengan Diversi?

F. UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT


Melalui pembelajaran bab ini, topik yang dibahas adalah pemahaman
mengenai konsep Terpadu pelatihan SPPA, yang menjelaskan tentang
Sistem Peradilan Pidana Anak, dan Konsep Pelatihan Terpadu. Topik ini perlu
diperkenalkan kepada peserta yang baru saja bergabung dalam pelatihan ini,
sehingga basic concept penanganan perkara pidana anak memiliki presepsi
yang sama. Berdasarkan hal tersebut, para peserta pelatihan diharapkan dapat
menjelaskan mengenai topik ini yang relevan dengan tupoksi peserta.

16 Modul Orientasi Pelatihan


BAB III
MENGENAL DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN

Setelah membaca bab ini peserta pelatihan diharapkan dapat


Mengenal diri sendiri dan mengenal orang lain.

Setiap individu penting memiliki kemampuan mengenal diri sendiri dan


mengenal orang lain, agar dapat menempatkan diri secara tepat dalam berinteraksi
dan berelasi dengan orang lain dalam kehidupan sosial. Demikian juga dengan para
peserta pelatihan SPPA dapat mengenali diri sendiri yang mencakup pemahaman
tentang potensi yang dimiliki dan mengetahui cara-cara pemanfaatannya serta
cara- cara pengembangannya yang sesuai. Pengetahuan, pemahaman dan
keterampilan.Hal demikian, sangat relevan untuk mewujudkan keberhasilan, baik
secara individu maupun dalam pelaksanaan tugas serta hubungannya dengan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Dalam bab ini akan dibahas 3 (Tiga) sub bab, yaitu pencairan kelas yang
dilakukan melalui kegiatan simulasi, game yang terkait dengan pokok bahasan.
Proses pembelajaran ini akan dipandu oleh widyaiswara disesuaikan dengan
tujuan, jumlah peserta dan tempat serta waktu. Selanjutnya, sub bab kedua dan
ketiga yaitu mengenal diri sendiri dan mengenal orang lain yang dapat dilakukan
melalui kegiatan simulasi dan game yang bersifat dinamis.

A. PENCAIRAN KELAS
Dalam suatu kelompok dimana anggotanya baru untuk pertama kalinya
bertemu dan belum saling mengenal satu sama lain, pikiran mereka akan terpusat
pada pertanyaan-pertanyaan berikut. siapakah orang lain disini? Apakah mereka
dapat dipercaya? Dari manakah mereka? Siapa namanya? Datang dari mana?

Modul Orientasi Pelatihan 17


Berapa umurnya? Dan berbagai pertanyaan akan bekecambuk dalam pikiran
mereka.

Proses ini biasanya menyerap tenaga peserta, yang akan berpengaruh dalam
proses pembelajaran dan kerjasama diantara peserta. Pada awal pembelajaran
karena masih asing, peserta masih segan mengungkapkan keingintahuannya
tentang orang-orang yang ada disekitarnya, peserta masing-masing menerapkan
prinsip saling menunggu, siapa yang akan menegur lebih dahulu.

Dalam kondisi yang demikian diperlukan mediator yang akan memecah


kebekuan diantara peserta. Dalam hal ini, widyaiswara dapat memainkan beberapa
game atau simulasi yang mengarah pada memecah kebekuan (Ice breaking)
diantara para peserta. Kegiatan awal yang perlu dilakukan adalah pencairan kelas
atau “ bina suasana” kegiatan dimaksudkan untuk mempersiapkan peserta memulai
pelajaran. Hal ini dimaksudkan untuk mencairkan suasana agar hubungan antara
peserta dengan fasilitator terbina dengan baik, sehingga siap untuk belajar. Salah
satu contoh pencairan kelas dapat dilakukan dengan game berikut ini :
1 Judul : Peleburan Diri
adalah Mendorong terjadinya interaksi yang intensif,
Tujuan :
membuat peserta merasa rileks & tidak kaku
Waktu : 15 - 20 menit.
Ruangan yang cukup luas untuk bergerak bagi
Sarana/Prasarana :
sejumlah peserta.
Tahapan Proses Kegiatan, sbb:

a. Mulailah kegiatan ini dengan meminta peserta untuk berdiri melingkar,


kemudian berjalanlah pelan-pelan.

b. Berpencarlah dan lihatlah ke lantai dengan penuh konsentrasi.

c. Coba bayangkan bahwa sekarang Saudara adalah orang lanjut usia (kira-
kira 70 tahun). Saudara boleh memandang ke segala arah dan jika Saudara
bertemu dengan orang tua yang lain, saudara boleh memberi salam dengan
menganggukkan kepala saja. Setelah beberapa lama (+ 1 menit) peserta
diminta berhenti dan memandang ke lantai.

18 Modul Orientasi Pelatihan


d. Sekarang lambat laun kalian menjadi lebih muda, berumur 60 tahun dan
lebih segar dari yang tadi. Berkelilinglah dan bila betemu dengan orang
lain, berilah salam dengan berjabatan tangan. Berilah waktu lebih kurang
satu menit. Kemudian berhenti dan memandang ke lantai.

e. Sekarang Saudara menjadi lebih muda lagi, kira-kira berumur 50 tahun.


Saudara bertemu dengan orang lain dan berilah salam kepada yang lain
dengan melambaikan kedua tangan. Berilah waktu lebih kurang 1 (satu)
menit. Kemudian berhenti dan memandang ke lantai..

f. Sekarang Saudara menjadi lebih muda, berumur 40, tahun yang penuh
semangat dan segar bugar. Bila bertemu dengan teman-teman saudara,
tepuk tepuklah pundaknya. Bergeraklah selama lebih kurang 1 (satu) menit.
Setelah itu berhentilah dan menghadap ke lantai.

g. Sekarang Saudara menjadi lebih muda, gesit dan segar berumur sekitar 25
tahun. Berjalanlah dengan cepat ke segala arah, sentuhlah teman saudara
sekilas dan usahakan jangan sampai disentuh orang lain Lakukan hal ini
sekitar satu menit. Kemudian tiba tiba Saudara menjadi belasan tahun, sehat
dan kuat. Larilah semau kalian dengan cepat-cepat, dan semakin cepat.
Hindari tabrakan dengan teman lain. dan usahakan pegang pundaknya
tapi kalian jangan sampai kepegang. Berilah aba-aba berhenti pada saat

kecepatan lari sampai pada puncaknya. Selanjutnya proses simulasi tersebut


ke arah tujuan pembelajaran Tanyakan bagaimana perasaan mereka
sekarang, dan pada usia berapa perasaannya paling senang.

Selain game di atas untuk memecahkan kebekuan diantara peserta dan


widyaiswara, dapat dilakukan dengan permainan berikut ini :
2 Judul : Lempar bola
: Memecah Kebekuan antara peserta dan
Tujuan
Widyaiswara
Waktu : 15-20 menit
: Ruangan yang cukup luas untuk membuat barisan
Sarana/Prasarana
berbanjar

Modul Orientasi Pelatihan 19


Tahapan Proses Kegiatan, sbb:

a. Buka acara dengan salam. Jelaskan pada peserta bahwa keberhasilan


Diklat sangat ditentukan oleh persamaan, peran serta dan spontanitas.
Persamaan dalam arti bahwa semua orang (peserta, widyaiswara dan
panitia penyelenggara) selama Pelatihan memiliki kedudukan yang sama.
Artinya tidak ada perbedaan status, usia, sosial, pendidikan dan latar
belakang keluarga. Sebagai konsekuensinya adalah setiap orang harus
mau memperlakukan dan diperlakukan sama sederajat. Peran serta,
setiap peserta harus mau berperan aktif dalam proses pembelajaran.
Keterlibatan bukan hanya dari aspek fisik tetapi juga dari aspek pikiran
dan perasaan. Spontanitas adalah sikap dan perilaku yang menampilkan
keberadaan diri sendiri menurut apa adanya (tidak dibuat-buat), tanggap,
sigap, teliti, kritis dan terbuka (siap dan sedia memberi dan menerima
umpan balik).

b. Tanyakan pada peserta tentang kesediaannya dan adakan uji coba dengan
cara: Ajak peserta berdiri melingkar bergandengan tangan satu sama lain.
Widyaiswara melempar bola ke atas dan pada waktu bola di atas peserta
mengayunkan gandengan tangannya sambal bergumam kheeeem...

c. Pada waktu bola sudah ditangkap kembali oleh widyaiswara peserta


mengatakan “uenak teenan “.

d. Setelah beberapa kali hal tersebut di atas dilakukan, tanyakan pada peserta
apakah mereka sudah saling mengenal? Bila sudah, cek sejauh mana
mereka mengenal temannya, misalnya tanyakan apakah mereka sudah
mengetahui tanggal lahir atau hobi salah seorang di antara mereka. Bila
belum saling mengenal, maka kegiatan selanjutnya tawarkan pada mereka
untuk saling mengenal lebih baik satu dengan lainnya. Untuk itu, silahkan
memilih salah satu instrumen atau simulasi perkenalan.

e. Akhirnya tanyakan perasaan mereka setelah melakukan kegiatan simulasi tadi.

20 Modul Orientasi Pelatihan


B. MENGENAL DIRI
Manusia adalah mahluk individu
dan mahluk yang berke-Tuhanan, yang
memiliki akal dan perasaan. Manusia akan
dapat melakukan hal-hal yang luar biasa,
yang baik dan bermanfaat bagi orang
lain apabila memahami potensi-potensi
yang dimilikinya jika terus menerus belajar dengan mendayagunakan kapasitas
berfikir dan merasakan secara optimal, agar dapat mengembangkan diri, setiap
orang hendaknya mengenal dirinya dengan baik, mengenal potensi-potensi yang
dimilikinya, baik potensi yang positif maupun yang negatif.

Dengan mengetahui potensi yang positif akan diketahui apa yang harus
dikembangkan atau dioptimalkan dan yang negatif akan dihilangkan atau paling
tidak dikurangi. Dengan mengenal dirisecara lebih baik, peserta dapat memahami
dengan jelas apa faktor-faktor yang menunjang keberhasilan-keberhasilan dan
dan faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan-kegagalan yang pernah dialami.

Dengan mengenal diri secara lebih baik, peserta dapat memahami dengan
jelas apa faktor-faktor yang menunjang keberhasilan–keberhasilan dan faktor-
faktor yang menyebabkan kegagalan-kegagalan yang pernah dialami. Dengan
mengenal dirinya secara lebih baik peserta mengetahui apa yang ingin dicapai
atau dicita-citakan, sehingga dapat menetapkan tujuan ini akan mendorong atau
memotivasi seseorang berbuat lebih baik lagi.
3 Judul : Menggambar Wajah
Tujuan : Mengenal diri dengan lebih baik
Waktu : 25 - 30 menit
• Ruangan yang cukup luas untuk membuat Lingkaran
Sarana peserta.
:
Prasarana
• Alat tulis (kertas dan pinsil).

Modul Orientasi Pelatihan 21


Tahapan Proses Kegiatan, sbb :

a. Bagikan kepada peserta selembar kertas (ukuran kuarto/folio). Lipat menjadi


2 (dua) bagian berdasarkan panjangnya.

b. Lipat menjadi 2 (dua) bagian berdasarkan panjangnya.

c. Pada salah satu bagian (atas) kertas minta peserta menggambar wajahnya
masing-masing. Pada lipatan bagian bawah buat garis tengah memanjang
ke bawah. Pada masing-masing bagian tulislah perilaku- perilaku positif dan
negatif dari diri Saudara.

a. Perilaku Positif (+)

1) Bertanggung jawab

2) Pandai

3) Terbuka

4) Mudah bergaul

5) Pekerja Keras.

b. Perilaku Negatif (-)

1) 1.Suka menunda- nunda kerja

2) Keras kepala;

3) Cerewet;

4) Boros;

5) Malas olahraga

Setelah itu proses ke arah tujuan pembelajaran dan Kaitkan juga dengan
manfaat mengenal diri, mengenal kelebihan-kelebihan diri agar dapat dioptimalkan
dan mengenal kelemahan-kelemahan.

22 Modul Orientasi Pelatihan


D. MENGENAL ORANG LAIN
Setiap individu melakukan berbagai
peran dalam hidup dan kehidupan ini,
baik sebagai individu, sebagai bagian
dari keluarga, maupun sebagai bagian
dari masyarakat. Dalam berbagai peran
tersebut setiap individu ingin sukses atau
memberikan makna yang berarti. Untuk
dapat berperan secara efektif, maka
seseorang perlu mengenal orang lain di
samping dirinya sendiri.

Tidak dapat dipungkiri, bahwa manusia sebagai makhluk sosial tak sanggup
hidup sendirian. Tak ada satupun manusia di dunia ini yang dapat hidup tanpa
tergantung ataupun memerlukan bantuan orang lain. Karena itulah, sejak dulu,
manusia selalu hidup berkelompok, bersuku-suku hingga berbangsa-bangsa.

Dilain pihak, manusia sebagai makhluk individu yang mempunyai perbedaan


antara satu dengan yang lain, sehingga tidak mudah untuk mewujudkan kehidupan
yang harmonis. Konsekuensinya, setiap individu harus berusaha menyesuaikan
diri dengan keinginan kelompok, agar dapat diterima kelompok dan merasa
aman dan nyaman didalamnya. Usaha tersebut adalah mengenali orang lain agar
dapat menikmati kehidupan dalam kelompok, tidak terasing dan tidak ditolak oleh
kelompoknya.

Mengenali orang lain merupakan keharusan bagi seseorang untuk dapat


“masuk “, diterima dan berkomunikasi dengan mereka. Individu yang populer adalah
yang disenangi, yang mudah masuk dan diterima oleh orang dari berbagai strata
dan kelompok-kelompok lainnya. Predikat yang dimilikinya sebagai: orang yang
menyenangkan, orang yang luwes, pandai menyesuaikan diri dalam pergaulan.

Untuk menjadi orang yang diterima orang lain, orang yangpopuler, diperlukan
usaha usaha tertentu, usaha mencuri hatiorang lain tersebut. Usaha-usaha demikian

Modul Orientasi Pelatihan 23


akan semakin lebih mudah bila didukung oleh lebih dahulu kenal dengan siapa
berinteraksi. Sesuai dengan pepatah “tak kenal maka tak sayang “, maka mengenal
orang lain bukan saja agar disayang dan dibutuhkan oleh orang lain tersebut,
tetapi merupakan kebutuhan sosial dan afiliasi serta memenuhi kebutuhan untuk
dihargai (sesuai dengan teori Hierarchi Kebutuhan Sosial).

Untuk memperoleh respon positif, mengenal orang lain saja dianggap belum
cukup, tetapi masih diperlukan berbagai usaha penyesuaian diri, yang mencakup :

1. Pemahaman tentang orang lain : kelebihan dan kekurangannya,


perangai, kecerdasan, emosi, sikap mental dan pola pikirnya;

2. Berkomunikasi dengan cara empati (mendudukkan diri pada posisi orang


lain);

3. Menata dan menyesuaikan diri atas dasar saling menguntungkan.

Langkah-langkah penyesuaian diri dimuka, hanya berhasil apabila dibarengi


kemampuan-kemampuan mengendalikan diri, toleransi, sabar, pengertian, saling
menghargai dan meng hormati serta kesediaan berkorban.

E. LATIHAN
Untuk memaksimalkan hasil yang diharapkan dari uraian di atas, maka
peserta pelatihan dapat melakukan simulasi mengenal diri sendiri dan mengenal
orang lain dipandu oleh widyaiswara. Kegiatan tersebut dapat dilakukan sebagai
berikut

1. Setiap peserta diminta untuk menjelaskan masing-masing siapa dirinya


(hoby, kelebihan dan kekurangannya ).

2. Setiap peserta diminta untuk mengenalkan rekan-rekan yang ada di sebelah


kiri dan kanannya ( nama, Instansi Asalnya, hobby).

3. Peserta diminta untuk mengnyampaikan kesan2nya setelah dapat mengenal


rekan-rekannya di dalam pelatihan.

24 Modul Orientasi Pelatihan


F. RANGKUMAN
Kemampuan mengenal diri sendiri dan mengenal orang lain merupakan
aspek yang penting bagi seseorang agar dapat menempatkan diri dalam berelasi
dan berinteraksi dalam kehidupan sosial baik secara formal ataupun non formal.

Di awal pertemuan dalam pelatihan, peserta yang berasal dari berbagai


aparat penegak hukum dan peserta dari instansi terkait yang berasal dari berbagai
instansi, dan dipandu oleh widyaiswara/ pengajar diharapkan dapat meleburkan
diri satu sama lain.Salah satu cara untuk tumbuh dan berkembangnya perilaku
yang positif, adalah melalui pembelajaran (learning). Pembelajaran merupakan
proses di mana terjadi perubahan perilaku dengan relatif permanen. Pembelajaran
dalam materi orientasi pelatihan meliputi pencairan kelas, mengenal diri sendiri
dan mengenal orang lain yang dilakukan dengan menggunakan berbagai metode
antara lain ceramah interaktif, diskusi kelompok dan game.

G. EVALUASI
1. Apa yang dimaksud dengan “bina suasana” dalam suatu pelatihan?

2. Sebutkan prilaku positif dan negative pada masing-masing peserta?

3. Apa saja yang termasuk aspek-aspek usaha penyesuaian diri?

H. UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT


Bila anda telah menyelesaikan Bab II dan dapat mengerjakan latihan dengan
benar, silahkan anda lanjut ke pembahasan di Bab III, namun bila anda
belum dapat menyelesaikan latihan dan evaluasi dengan benar silahkan
pelajari lagi Bab II agar anda dapat memahaminya dengan benar.

Modul Orientasi Pelatihan 25


BAB IV
MEMBANGUN KELOMPOK DINAMIS

Setelah membaca bab ini peserta pelatihan diharapkan dapat


Membangun kelompok dinamis

Sebelum membahas pengembangan tim, kita perlu membatasi apa yang


kita maksudkan dengan kata tim dan bagaimana tim berbeda dengan kelompok.
“Kelompok” adalah sejumlah individu yang berkumpul berdasarkan persamaan
ciri-ciri atau kepentingan. Sedangkan “Tim” adalah jenis khas kelompok kerja yang
terorganisir dan dikelola secara berbeda dengan jenis kelompok kerja lainnya
(Jerry Spiegel CT, 1997). Untuk lebih jelasnya tim merupakan sebuah kelompok
yang secara spesifik memiliki tujuan tertentu.

A. PERBEDAAN KELOMPOK DAN TIM


Robert B. Maddux dalam bukunya Team Building membedakan Kelompok
dan Tim, sebagai berikut:

1. Kelompok
a. Anggota menganggap pengelompokan mereka semata-mata untuk
kepentingan administratif. Individu bekerja secara mandiri, kadang-
kadang berbeda tujuan dengan individu yang lainnya

b. Anggota cenderung memperhatikan dirinya sendiri karena tidak


dilibatkan dalam penetapan sasaran, terkadang pendekatannya hanya
sebagai tenaga bayaran.

c. Anggota diperintah untuk mengerjakan pekerjaan, bukan diminta saran


untuk mencapai sasaran terbaik.

Modul Orientasi Pelatihan 27


d. Anggota tidak percaya pada motif rekan-rekan kerjanya karena
tidak memahami peran anggota lainnya, menyatakan pendapat atau
menyampaikan kritik dianggap sebagai upaya memecah belah.

e. Anggota kelompok sangat berhati-hati dalam menyampaikan


pendapatnya karena kurang saling toleransi.

f. Apabila menerima pelatihan yang memadai dalam penerapannya


sangat dibatasi oleh pimpinan.

g. Anggota berada dalam suatu konflik tanpa mengetahui sebab dan cara
pemecahan masalahnya.

h. Anggota tidak didorong untuk ikut ambil bagian dalam pengambilan


keputusan.

2. Tim:
a. Anggota menyadari ketergantungan di antara mereka dan memahami
bahwa sasaran pribadi maupun tim paling baik dicapai dengan cara
saling mendukung. Waktu akan sangat efektif karena masing-masing
memahami dan tidak mencari keuntungan di atas anggota tim yang
lain;

b. Anggota tim ikut merasa memiliki pekerjaan dan organisasinya (sense


of belonging) karena mereka memiliki komitmen terhadap sasaran
yang akan dicapai;

c. Anggota memiliki kontribusi terhadap keberhasilan organisasi.

d. Anggota bekerja dalam suasana saling percaya dan didorong untuk


mengungkapkan ide, pendapat, ketidaksetujuan serta mencetuskan
perasaan secara terbuka, pertanyaan yang muncul akan disambut
dengan baik.

e. Anggota menjalankan komunikasi dengan tulus, mereka saling


memahami sudut pandang masing-masing.

28 Modul Orientasi Pelatihan


f. Para anggota didorong untuk menambah keterampilan dan
menerapkannya dalam tim, mereka menerima dukungan penuh dari
tim.

g. Mereka menyadari bahwa konflik dalam tim merupakan hal yang wajar,
karena dengan konflik merupakan kesempatan untuk mengembangkan
ide dan kreatifitas, apabila terjadi suatu konflik akan diselesaikan
secara konstruktif.

h. Anggota berpartisipasi aktif dalam pengambilan keputusan yang


mempengaruhi tim, meskipun mereka menyadari bahwa keputusan
tetap di tangan pemimpin apabila tim menemui jalan buntu, tujuannya
adalah memperoleh hasil yang positif.

B. KONSEP TEAM BUILDING


Pada bagian ini, pembahasan Konsep Team Building akan meliputi Mengapa
tim dibutuhkan, kriteria Tim yang efektif dan manfaat membangun tim yang efektif.

1. Mengapa Tim dibutuhkan


Tim dibutuhkan karena kondisi-kondisi seperti dijelaskan di bawah ini ;

a. Untuk mempercepat pengambilan keputusan dalam organisasi,


kini banyak organisasi perusahaan mengubah strukturnya menjadi
struktur yang berdasarkan tim kerja (team based organization) Oleh
karenanya dituntut adanya pemberdayaan dan kekompakan kerja
(Ray & Bronstein, 1995).

b. Kepemimpinan global sekarang ini memasuki tahap versi 3,0, di mana


cara kerja mereka lebih berorientasi pada ”Team Building” (Majalah
Swa, 2008).

c. Karena tim dapat menghasilkan lebih banyak dan lebih baik dalam
menyelesaikan masalah daripada yang dapat dilakukan individu-
individu (Blanchard, 1988).

Modul Orientasi Pelatihan 29


d. Perubahan terus-menerus yang dihadapi manajemen berakibat
adanya pergerakan yang mengarah pada kolaborasi, kerja sama,
dan tim, sehingga para manajer dituntut mampu berkolaborasi dan
membangun tim yang efektif (Robinson, 1990).

2. Kriteria Tim yang Efektif


Untuk lebih jelasnya kriteria tim yang efektif adalah sebagai berikut :

a. Small Size (jumlah ideal maksimum 10 orang)

b. Complementary Competencies (3 kompetensi dasar: attitude (sikap


dan perilaku, knowledge (pengetahuan), skills (keterampilan
problem solving dan decesion making)

c. Common sense (memiliki visi dan tujuan umum yang mampu


memberikan arah serta komitmen anggota tim)

d. Special goals (menerjemahkan visi dan tujuan umum ke dalam


target-target spesifik, terukur, dan realistik).

e. Common aprroach (kesepakatan akan pola, pola serta pendekatan


dalam mencapai sasaran)

f. Mutual accountability (tim memiliki tanggung jawab baik secara


individu maupun kelompok).

3. Manfaat membangun tim


Manfaat yang dirasakan dari sebuah tim adalah sebagai berikut :

Robert B. Maddux dalam bukunya Team Building, mengatakan bahwa


manfaat membangun tim yang efektif adalah sebagai berikut:

a. Sasaran yang realistis ditentukan dan dapat dicapai secara optimal.

b. Anggota tim dan pemimpin tim memiliki komitmen untuk saling


mendukung satu sama lain agar tim berhasil.

30 Modul Orientasi Pelatihan


c. Anggota tim memahami prioritas anggota lainnya, dapat saling
membantu satu sama lain.

d. Komunikasi bersifat terbuka, diskusi cara kerja baru atau


memperbaiki kinerja lebih berjalan secara baik, karena anggota tim
terdorong untuk lebih memikirkan permasalahannya.

e. Pemecahan masalah lebih efektif karena kemampuan tim lebih


memadai.

f. Umpan balik kinerja lebih memadai karena anggota tim mengetahui


apa yang diharapkan dan dapat membandingkan kinerja mereka
terhadap sasaran tim.

g. Konflik diterima sebagai hal yang wajar, dan dianggap sebagai


kesempatan untuk menyelesaikan masalah, melalui diskusi
tersebut konflik bisa diselesaikan secara maksimal.

h. Keseimbangan tercapainya produktivitas tim dengan pemenuhan


kebutuhan pribadi.

i. Tim dihargai atas hasil yang sangat baik, dan setiap anggota dipuji
atas kontribusi pribadinya.

j. Anggota kelompok termotivasi untuk mengeluarkan ide-idenya dan


mengujinya serta menularkan dan mengembangkan potensi dirinya
secara maksimal.

k. Anggota kelompok menyadari pentingnya disiplin sebagai


kebiasaan kerja dan menyesuaikan perilakunya untuk mencapai
standar kelompok.

l. Anggota kelompok lebih berprestasi dalam bekerja sama dengan


tim dan tim lainnya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa banyak keuntungan


bekerja dalam tim dibandingkan dengan bekerja secara individu, oleh karena

Modul Orientasi Pelatihan 31


itu sangat disarankan untuk bekerja dalam tim agar hasilnya lebih maksimal.
Mengingat betapa pentingnya tim dalam mewujudkan kinerja organisasi
sehingga dalam kehidupan sehari-hari banyak dibentuk tim. Terlepas apakah
tim tersebut efektif maupun kurang efektif.

C. MEMBANGUN KELOMPOK DINAMIS


Berbicara tentang tim, memungkinkan ada tim yang dapat mencapai suatu
prestasi yang tinggi, namun juga ada yang hanya bertahan beberapa harisaja. Oleh
karena itu diperlukan suatu upaya maksimal agar sebuah tim mampu berperan
sebagai menjadi tim yang dinamis.

1. Pengertian dan Unsur-Unsur Tim yang dinamis


Tim dinamis adalah tim yang memiliki kinerja yang sangat tinggi, yang
dapat memanfaatkan segala energi yang ada dalam tim tersebut untuk
menghasilkan sesuatu yang bernilai. Tim dinamis merupakan tim yang
penuh dengan rasa percaya diri, yang anggotanya menyadari kekuatan dan
kelemahannya untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan bersama.

Dalam buku Membangun Tim Yang Dinamis karya Richard Y. Chang,


Tim yang tim yang dinamis memiliki unsur-unsur di bawah ini.

a. Jelas Visi dan Tujuannya

Visi adalah gambaran akan datang yang merupakan cita-cita, visi


ini digambarkan dalam bentuk misi. Suatu organisasi atau tim yang
dinamis harus mampu menjelaskan misi tersebut ke dalam tujuan-
tujuan tim baik tujuan jangka pendek maupun jangka panjang. Tanpa
memiliki tujuan yang jelas tim tidak akan mengetahui ke arah yang
hendak dituju. Tujuan dan sasaran ini harus dipahami oleh seluruh
anggota tim sebab hal ini akan meningkatkan komitmen di antara
mereka. Pemimpin yang dinamis harus mampu memastikan bahwa
semua anggota kelompok terlibat dalam perumusan tujuan tim.

32 Modul Orientasi Pelatihan


b. Beroperasi Secara Kreatif

Dalam pelaksanaan kerja tim sangat kreatif dan dinamis dengan


memperhitungkan resiko yang ada dan selalu mencoba cara
berbeda dalam melakukan sesuatu. Mereka tidak takut menghadapi
kegagalan-kegagalan dan selalu mencari-cari peluang untuk
mengimplementasikan teknik yang baru, mereka bersikap luwes dan
kreatif dalam memecahkan setiap permasalahan.

c. Fokus Pada Hasil

Tim yang dinamis mampu menghasilkan lampauan kemampuan


jumlah individu yang menjadi anggotanya. Para anggota tim secara
terus menerus memenuhi komitmen waktu, anggaran, produktivitas,
dan mutu produktivitas optimal yang merupakan tujuan Bersama.

d. Memperjelas Peran dan Tanggungjawab

Peran dan tanggungjawab anggota tim jelas. Setiap anggota tim


mengetahui dengan jelas apa yang diharapkan dari timnya, dan
mengetahui dengan jelas apa peran temannya di dalam tim. Tim yang
dinamis selalu memperbaharui peran dan atnggung jawab anggotanya
sesuai dengan perubahan tuntutan, sasaran dan teknologi.

e. Diorganisasikan Dengan Baik

Tim yang dinamis menjalankan fungsi-fungsi manajemen dengan


baik, menetapkan prosedur serta kebijakan dengan jelas. Tim juga
menginventarisir jenis keterampilan yang dimiliki oleh para anggota
timnya.

f. Dibangun di Atas Kekuatan Individu

Kompetensi individu sangat diperhatikan sehingga pimpinan tim


memahami betul kekuatan dan kelemahan anggota timnya. Oleh
karena itu program pembinaan sangat diharapkan. Pimpinan tim

Modul Orientasi Pelatihan 33


sangat memperhatikan pemberdayaan timnya sehingga dalam proses
pemberdayaan disesuaikan dengan kompetensi anggota tim.

g. Saling Mendukung

Dalam tim yang dinamis kepemimpinan dibagi di antara para


anggotanya, dalam hal ini tidak ada pimpinan yang mutlak. Setiap
anggota tim memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi
pimpinan tim. Meskipun demikian peran supervisor masih dianggap
ada, dan dalam tim dinamis menghargai keunikan setiap individu.

h. Mengembangkan Sinergi Tim

Tim yang berkinerja tinggi memiliki anggota yang secara antusias dan
sungguh- sungguh bekerja secara bersama dengan tingkat keterlibatan
dan energi kelompok yang tinggi (bersinergi).

i. Menyelesaikan Ketidaksepakatan

Perbedaan persepsi dan ketidaksepakatan akan terjadi dalam setiap


tim. Tim dinamis menganggap bahwa konflik merupakan suatu wahana
untuk hal-hal yang lebih positif. Segala konflik akan diselesaikan
dengan pendekatan secara terbuka dengan teknik kolaborasi.

j. Berkomunikasi Secara Terbuka

Pembicaraannya secara asersi yakni bicara yang lugas, jujur tetapi tidak
melukai pihak lain. Masing-masing anggota kelompok saling memberi
dan menerima saran dari anggota kelompok yang lain, komunikasi
dilakukan secara timbal balik dan untuk kepentingan bersama.

k. Membuat Keputusan Secara Obyektif

Dalam pemecahan masalah menggunakan pendekatan yang mantap


dan proaktif. Keputusan dicapai melalui konsensus, setiap anggota
kelompok bersedia dan mendukung keputusan tersebut, anggota

34 Modul Orientasi Pelatihan


kelompok bebas mengutarakan pendapat dan ide-idenya serta
mendukung rencana yang telah ditetapkan.

l. Mengevaluasi Efektivitas Sendiri

Evaluasi dilaksanakan secara terus menerus dengan tujuan


untuk melihat bagaimanakah pelaksanaan rencana selama ini.
Penyempurnaan dilaksanakan secara berkelanjutan dan manajemen
proaktif. Apabila muncul masalah kinerja, mereka bisa segera
memecahkannya sebelum menjadi permasalahan yang serius.

Dalam rangka mewujudkan tim yang dinamis tidak semudah


membalikkan tangan kita, tetapi merupakan rangkaian perkembangan setahap
demi setahap. Menurut Richard Y. Chang tim yang dinamis membutuhkan
perencanaan yang strategis, pelaksanaan dan sistematis serta kinerja yang
optimal, dengan beberapa tahapan :

a. Menetapkan Arah (Drive)

Dalam tahap ini tim harus menfokuskan pada misinya dan membuat
garis besar strategi yang akan ditempuh serta menetapkan tujuan,
prioritas, dan prosedur kerja, serta peraturan bagi tim.

b. Bergerak (Strive)

Peran dan tanggung jawab anggota tim ditetapkan dengan jelas,


beberapa kendala akan dihadapi dengan penuh bijaksana bersama
dengan seluruh anggota tim, sehingga seluruh permasalahan dapat
dihadapi dengan arif dan bijaksana.

c. Mempercepat gerak (Thrive)

Fase ini dimungkinkan untuk meningkatkan produktifitas secara


maksimal, dalam memecahkan masalah menggunakan umpan balik
dan sesama anggota, manajemen konflik, kerja sama dan pembuatan
keputusan yang efektif. Penguasaan terhadap wilayah secara cepat
dan efektif dengan daya tahan yang tangguh.

Modul Orientasi Pelatihan 35


d. Sampai (Arrive)

Dengan kerja sama tim yang kompak tim akan mencapai puncak
dengan mengatasi semua kendala yang pada akhirnya mencapai
prestasi kerja yang luar biasa. Namun apabila dalam fase ini belum
mencapai puncak idealnya adalah meninjau Kembali tim dengan
melakukan konsolidasi internal, sekaligus menelaah kembali sasaran-
sasaran yang telah ada, masih relevan atau tidak.

2. Membangun Kebersamaan Tim


Tahapan-tahapan dalam membangun tim yang dinamis akan
berjalan dengan seksama apabila para anggota tim mampu membangun
rasa kebersamaan secara efektif. Untuk membangun kebersamaan
dalam tim maka setiap anggota kelompok harus mampu untuk menerima
keragaman anggota tim. Tim akan efektif apabila dibangun berdasarkan
kebersamaan, tidak memandang pangkat, suku dan golongan,
menunjukkan rasa saling percaya, saling menghargai dan dilandasi
oleh keterbukaan. Oleh karena itu tim harus memiliki karakteristik yang
berorientasi pada opini, berorientasi pada persamaan serta pada tujuan.

Penjabaran karakteristik adalah seperti di bawah ini:

a. Orientasi Opini

1) Berlawanan dengan orang yang bersifat dogmatis, akan


mengarahkan pada tindakan tidak mengutuk orang lain.

2) Memperkenalkan gagasannya tanpa mengusulkan atau


bahkan mengisyaratkan agar orang lain memberi posisi
istimewa pada gagasannya.

3) Saling meminta ide dari anggota kelompok yang lain, bukan


berorientasi pada gagasan perorangan.

4) Tidak hanya menfokuskan pada idenya sendiri, tetapi


menginvestigasi pendapat orang lain.

36 Modul Orientasi Pelatihan


b. Orientasi Persamaan

1) Anggota tim yang berorientasi pada persamaan melihat


keragaman sebagai suatu keunggulan, perbedaan yang
dimiliki dapat dipakai untuk mengecek setiap sisi, sudut,
puncak, dan dasar suatu masalah.

2) Mengandalkan pada semua anggota.

3) Kepercayaan kepada anggota tim meningkatkan produktivitas.

c. Orientasi Tujuan

1) Anggota kelompok yang berorientasi pada tujuan kelompok


kecil kemungkinan akan konflik disebabkan oleh keunikan
masing-masing kelompok.

2) Keseluruhan anggota tim berorientasi pada tujuan yang sama.

3) Anggota tim mengakui bahwa masing-masing anggota


tim memiliki tujuan, dan kemungkinan tujuan tersebut
bertentangan dengan tujuan tim

3. Membangun Kebanggaan Tim


Tim yang dinamis akan senantiasa mempertahankan prestasinya
secara maksimal, oleh karerna itu mempertahankan kinerja tim sangat
diharapkan, Ini berarti perlu ada suatu usaha untuk memotivasi tim secara
efektif, agar mampu membangun kebanggan tim. Faktor-faktor yang harus
diperhatikan dalam pemeliharaan tim agar anggota tim mampu membangun
kebanggaannya antara lain :

a. Memotivasi anggota tim untuk komitmen.

Dalam memotivasi ini terlebih dahulu ditentukan faktor-faktor yang


dapat mempengaruhi orang tersebut termotivasi dengan baik. Tanpa
mengetahui hal ini proyek besarpun belum tentu merupakan faktor

Modul Orientasi Pelatihan 37


stimulus, dikarenakan setiap individu memiliki motif yang berbeda-
beda.

b. Memotivasi Anggota Tim Yang Tidak Termotivasi

Tidak setiap anggota tim memiliki motivasi yang sama, ada anggota
yang produktif ada pula yang enggan berpartisipasi secara aktif. Untuk
itu diperlukan beberapa strategi yang jitu, antara lain; mendapatkan
nasehat dari mereka, menjadikan mereka guru, melibatkan mereka
dalam presentasi, dan mendelegasikan mereka kepada proyek bintang.

c. Kunci utama lainnya adalah adanya komunikasi yang efektif,


mendengarkan secara aktif, mampu memotivasi anggota tim
serta menyelesaikan konflik secara efektif.

D. LATIHAN
Peserta diminta untuk membuat kelompok dalam sebuah game yang dipandu
oleh widyaiswara, misalnya peserta membuat sebuah lingkaran besar, kemudian
menyebutkan angka berdasarkan posisinya dari angka 1 s/d 5. Kedudukan masing-
masing peserta berdasarkan angka tersebut akan menjadi kelompok nya. Contoh:
Setiap peserta yang kedudukannya berada di angka 3 berkumpul dan bergabung
menjadi kelompok 3.

Dalam latihan ini, penting memperhatikan:

1. Apa yang dirasakan peserta setelah bergabung dalam kelompok dan


melakukan berbagai kegiatan dalam orientasi pelatihan, Ungkapkan.

2. Menurut peserta, aspek apa yang harus terpenuhi dari sebuah tim agar
dapat menjadi Tim yang dinamis, jelaskan.

E. RANGKUMAN
Tim dinamis adalah tim yang memiliki kinerja yang sangat tinggi, yang dapat
memanfaatkan segala energi yang ada dalam tim tersebut untuk menghasilkan
sesuatu yang bernilai. Tim dinamis merupakan tim yang penuh dengan rasa

38 Modul Orientasi Pelatihan


percaya diri, yang anggotanya menyadari kekuatan dan kelemahannya untuk
mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan Bersama.

Dalam buku Membangun Tim Yang Dinamis memiliki unsur-unsur: jelas visi
dan tujuannya, beroperasi secara kreatif, fokus pada hasil, memperjelas peran
dan tanggungjawab, diorganisasikan dengan baik, dibangun di atas kekuatan
individu, saling mendukung, mengembangkan sinergi tim, menyelesaikan
ketidaksepakatan, berkomunikasi secara terbuka, membuat keputusan secara
obyektif, mengevaluasi efektivitas sendiri,

Tahapan-tahapan dalam membangun tim yang dinamis akan berjalan


dengan seksama apabila para anggota tim mampu membangun rasa kebersamaan
secara efektif. Untuk membangun kebersamaan dalam tim maka setiap anggota
kelompok harus mampu untuk menerima keragaman anggota tim. Tim akan
efektif apabila dibangun berdasarkan kebersamaan, tidak memandang pangkat,
suku dan golongan, menunjukkan rasa saling percaya, saling menghargai, dan
dilandasi oleh ketrerbukaan . Oleh karena itu tim harus memiliki karakteristik yang
berorientasi pada opini, persamaan serta tujuan.

F. EVALUASI
1. Jelaskan tahapan untuk mewujudkan tim yang dinamis, Menurut
Richard Y. Chang?

a. Menetapkan arah (Drive)

b. Bergerak (Strive)

c. Mempercepat gerak (Thrive)

d. Sampai (Arrive)

1. Mengapa tim dibutuhkan?

a. Mempercepat pengambilan keputusan dalam organisasi;

b. Kepemimpinan Global;

Modul Orientasi Pelatihan 39


c. Hasil lebih banyak dan lebih baik;

d. Perubahan terus-menerus.

G. UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT


Bila anda telah menyelesaikan Bab II dan dapat mengerjakan latihan serta
evaluasi dengan benar, silahkan anda lanjut ke pembahasan di Bab III, namun
bila anda belum dapat menyelesaikan latihan dan evaluasi dengan benar
silahkan pelajari lagi Bab II agar anda dapat memahaminya dengan benar.

40 Modul Orientasi Pelatihan


BAB V
MENYUSUN KOMITMEN PEMBELAJARAN

Setelah membaca bab ini peserta pelatihan diharapkan


dapat menyusun komitmen pembelajaran dalam pelatihan SPPA
dengan baik dan benar.

Di dalam Bab ini, akan dijelaskan materi pembelajaran tentang menyusun


sebuah komitmen pembelajaran. Kegiatan ini menjadi sangat penting untuk
menyatukan presepsi dan kesepakatan bersama tentang berbagai kegiatan
pembelajaran. Sebelum itu, kegiatn memilih pengurus kelas sebelum dibuat
kesepakatan komitmen pembelajaran bersama menjadi penting, mengingat dalam
kegiatn ini diperlukan seorang ketua yng dapat menggordinir, mengatur, dan
mengkomunikasikan semua kegiatan kelas.

A. MEMILIH PENGURUS KELAS


Sebuah kelompok tentu memerlukan
seorang pemimpin, yang dapat melakukan
koordinasi, mengarahkan, mengambil
keputusan, dan lain sebaginya. Kelas
sebagai miniature orgamisasi. Organisasi
merupakan sebuah wadah berkumpulnya
orang-orang yang memiliki tujuan yang
sama dengan harapan dapat mewujudkan tujuan tersebut, maka perlu peran
pemimpin yang dapat memimpin mencapai tujuan pembelajaran yang dikharapkan.

Pemimpin adalah bagaikan nahkoda dalam pelayaran menggunakan


sebuah kapal laut. Ditangan pemimpinlah, yang akan membawa keberuntungan

Modul Orientasi Pelatihan 41


bagi organisasi atau justru mendorong organisasi ke jurang kegagalan. Karena
perannya yang sangat sentral, pemimpin organisasi haruslah seseorang yang
benar-benar memiliki kemampuan untuk memimpin sebuah organisasi.

Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain


(Maxwell, 1995:1). Sedangkan sikap kepemimpinan demokratis adalah tindakan/
pernyataan seorang pemimpin dalam mempengaruhi, mendorong dan
mengarahkan anggotanya untuk mencapai tujuan bersama secara demokratis
(Samuel Tjihardji, 2012:19).

Dari pernyataan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa sikap


kepemimpinan demokratis ketua kelas adalah tindakan/penyataan yang
harus dimiliki oleh seorang ketua kelas sebagai pemimpin organisasi kelas
untuk dapat mempengaruhi, mendorong dan mengarahkan anggotanya demi
mencapai tujuan bersama secara demokratis.

Karena bertugas untuk mempengaruhi, mendorong dan mengarahkan


anggotanya, seorang ketua kelas sebagai pemimpin kelas hendaknya terlihat
berbeda dan menonjol dari orang di sekitarnya.

Dalam hal ini, Jamal Ma’mur Asmaini (2012:16) mengemukakan bahwa ketua
kelas haruslah memiliki kriteria sebagai seorang pemimpin yang memiliki sikap
kepemimpinan di dalam dirinya diantaranya adalah komunikatif, cerdas,
bertanggungjawab dan percaya diri. Sikap kepemimpinan ini terutama terlihat
disaat seorang ketua kelas harus menjalankan tugasnya dalam mengkoordinasikan
setiap setiap kegiatan di kelas.

Ketua kelas adalah seorang peserta yang dipercaya untuk memimpin kelas.
Seorang ketua kelas dapat dipilih melalui pemilihan suara (voting) yang dilakukan
oleh seluruh peserta pelatihan, dan difasilitasi oleh pengampu materi ini. Hal ini
penting untuk menerapkan sistem demokratis dalam pembelajaran. Untuk itu,
penunjukan secara langsung tanpa melibatkan semua pserta tidak disarankan.

42 Modul Orientasi Pelatihan


Ketua kelas dan unsur pengurus kelas lainnya adalah orang-orang yang
dipercaya dalam mengelola kelas. Sehingga mereka diberikan kepercayaan
untuk bertanggung jawab atas kelansungan kepengurusan kelas, demi mencapai
tujuan pembelajaran dengan tertib dan teratur. Untuk itu, pemilihan ketua kelas
merupakan aklamasi dari pemilik suara terbanyak, yang memberikan kepercayaan
kepadanya sebagai representative dari pendapat kelas.

Adapun tugas yang dimiliki ketua kelas antara lain :

1. Menjadi jembatan hubungan antara penyelenggara pelatihan dan para


peserta;

2. Merencanakan dan menyusun serta memutuskan segala kebijaksanaan yang


akan ditetapkan untuk dilaksanakan, seperti menentukan jadwal piket harian
dan mengkoordinir pelaksanaan komitmen kelas yang telah disepakati;

3. Bertanggung jawab atas jalannya proses pembelajaran di kelas;

4. Memberikan arahan dan masukan kepada peserta pelatihan.

Pada umumnya di pelatihan, ketua kelas terpilih akan memimpin diskusi


untuk menentukan wakil ketua kelas, sekertaris, dan Bendahara (jika diperlukan).
Pengurus kelas ini yang memillki kewenangan untuk mengatur jalannya proses
pembelajaran, sesuai dengan jadwal yang ditentukan oleh penyelenggara
pelatihan.

B. KESEPAKATAN KOMITMEN PEMBELAJARAN BERSAMA


Dalam Pembelajaran Kelas, baik yang diselenggarakan melalui daring
maupun luring saggat diperlukan Komitmen pembelajaran bersama. Hal ini
bertujuan untuk membuat para peserta menyepakati beberapa butir janji yang
dapat disepakati secara bersama dalam mengikuti pembelajaran ini.

Apalagi saat ini, pembelajaran dengan Metode Jarak-Jauh memungkinkan


peserta sulit untuk dikontrol, apa yang mereka lakukan di luar sana. Maka dengan
adanya komitmen kelas, yang berbentuk kesepakatan dalam bentuk komitmen

Modul Orientasi Pelatihan 43


tersebut akan mengikat semua pihak dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini
merupakan “kesepakan” dan “janji” yang dibuat oleh peserta, dan untuk peserta.

Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi
perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau praktek yang diperkuat. Belajar
merupakan hasil dari interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap
telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilaku. Belajar juga
merupakan suatu kegiatan untuk memperoleh ilmu pengetahuan, pengalaman
dan pengembangan kreativitas (Nena Nurkaenah, 2021).

Menurut Whittaker (dalam Djamarah, 2008:12) “Belajar dirumuskan


sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan
atau pengalaman”. Perlunya latihan atau pembiasaan dalam kelas merupakan
kunci keberhasilan dalam proses belajar agar anak terlatih dan terbiasa dalam
menanamkan perilaku positif. Proses membangun komitmen dalam kelas adalah
upaya pembiasaan dalam menerapkan budaya positif di sekolah. Perlunya latihan
atau pembiasaan dalam kelas merupakan kunci keberhasilan dalam proses
belajar agar anak terlatih dan terbiasa dalam menanamkan perilaku positif Nena
Nurkaenah.

Beberapa Hal terkait dengan pembuatan komitmen kelas ini, diantaranya


menyepakati hal-hal sebagai berikut:

1. Kedisiplinan terkait dengan kehadiran;

2. Kedisiplinan mempersiapkan Kelas;

3. Kesediaan untuk mematuhi segala sesuatu yang sudah diatur oleh


penyelenggara;

4. Kedisiplinan dalam menggunakan pakaian;

5. Kedisplinan selama Proses Kegiatan Pembelajaran untuk melakukan hal-hal


sebagai berikut:

44 Modul Orientasi Pelatihan


a. Tidak melakukan aktivitas yang menggangu peserta lain, misalnya:
menelpon,rapat, diskusi, dan ngobrol;

b. Tidak merokok di tempat yang sudah di larang;

c. Tidak melakukan kegiatan makan, kecuali makanan ringan (ngemil);

d. Bagi pembelajaran online, selama pengajar menyampaikan materi,


posisi speaker mute;

e. Disiplin dalam mengajukan ijin meninggalkan kelas pembelajaran;

f. Dan lain-lain

C. PEMILIHAN KETUA KELAS


Buatlah kelompok terdiri dari 6 (enam) orang peserta. Setiap kelompok
diberikan waktu untuk diskusi, menentukan kriteria calon ketua. Setiap kelompok
dipersilahkan untuk mengajukan calon ketua berdasarkan keputusan kelompok.
Difasilitasi oleh pengampu atau widyaiswara, setiap calon untuk tampil ke depan
kelas, dan dengan menggunakan permainan atau game tertentu, peserta dapat
memilih ketua dari calon yang sudah ditunjuk.

D. LATIHAN
Diskusikan dengan rekan Saudara dalam kelompok tentang aspek-aspek
untuk membangun komitmen kelompok. Selenjutnya dipresentasikan kepada
kelompok lain.

E. RANGKUMAN
Kelas sebagai miniatur organisasi yang merupakan sebuah wadah
berkumpulnya orang-orang yang memiliki tujuan yang sama dengan harapan dapat
mewujudkan tujuan tersebut, maka perlu peran pemimpin yang dapat memimpin
mencapai tujuan pembelajaran yang dikharapkan.

Pemimpin memiliki peran yang sangat sentral, pemimpin organisasi haruslah


seseorang yang benar-benar memiliki kemampuan untuk memimpin sebuah

Modul Orientasi Pelatihan 45


organisasi. Seorang pemimpin harus dapat mempengaruhi, mendorong dan
mengarahkan anggotanya untuk mencapai tujuan bersama secara demokratis
dalam melaksanakan proses pembelajaran sampai selesai.

Salah satu bentuk kesolidan dari sebuah kelas adalah memiliki komitmen
belajar bersama yang disepakati secara demokratis. Proses membangun
komitmen dalam kelas adalah upaya pembiasaan dalam menerapkan budaya
positif di sekolah. Perlunya latihan atau pembiasaan dalam kelas merupakan
kunci keberhasilan dalam proses belajar agar anak terlatih dan terbiasa dalam
menanamkan perilaku positif.

F. EVALUASI
1. Jelaskan peran ketua kelas menurut Jamal Ma’mur Asmaini?

2. Jelaskan makna “belajar” menurut Whittaker?

3. Jelaskan manfaat dalam proses membangun komitmen dalam kelas?

G. UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT


Melalui pembelajaran bab ini, topik yang dibahas adalah menyusun
komitmen pembelajaran, yang memberikan arahan kepada kita bahwa dalam prose
pembelajaran di kelas diperlukan sebuah komitmen untuk dijadikan ikatan moral
dalam mengikuti pembelajaran. Topik ini perlu diperkenalkan kepada peserta yang
baru saja bergabung dalam pelatihan ini, sehingga dalam mengikuti pembelajaran
akan lebih terarah dengan terpilihnya ketua dan pengurus kelas, sehingga dalam
tahapan selanjutnya dapat membuat kesepakatan yang tertuang dalam komitmen
pembelajaran Bersama.

46 Modul Orientasi Pelatihan


BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dalam suatu pelatihan peran orientasi pelatihan penting untuk dilakukan,
terlebih pelatihan Sistem Peradilan Pidana Anak yang bersifat terpadu dimana
pesertanya berasal dari berbagai instansi, sehingga perlu adanya upaya pencairan
kelas dan pengenalan terhadap lingkungan baru dalam pelatihan yang diikuti oleh
peserta, agar diperoleh persamaan persepsi dan tujuan untuk mengikuti pelatihan.

Kegiatan Orientasi pelatihan merupakan pengenalan dan adaptasi terhadap


suatu situasi atau lingkungan pelatihan. Orientasi yang dimaksud disini adalah
pengenalan dan kegiatan awal bagi para peserta sehingga peserta bersemangat
dan siap untuk mengikuti pelatihan Sistem Peradilan Pidana Anak.   Keberhasilan
kegiatan Orientasi pelatihan ini dapat mempengaruhi terhadap suasana
pembelajaran dan setelah pembelajaran dimana peserta diharapkan dapat
membangun jejaring kerja dan membangun tim yang solid dan dinamis dalam
mengimplementasikan Amanah dari Undang- Undang Sistem Peradilan Pidana
Anak.

B. TINDAK LANJUT
Materi Orientasi Pelatihan dalam Pelatihan Sistem Peradilan Pidana Anak
(SPPA) diberikan kepada peserta secara terpadu dari berbagai instansi penegak
hukum serta instansi lainnya yang terkait, dengan tujuan para penegak hukum
akan memiliki presepsi yang sama dan terus bekerja sama untuk menyelesaikan
permasalahan anak dengan pendekatan konsep restorative justice dan diversi,
serta kepentingan terbaik bagi anak.

Modul Orientasi Pelatihan 47


Apa yang telah diuraikan dari Bab I sampai Bab VI dalam modul ini,
hendaknya dapat diimplementasikan sehingga tercipta tim yang dinamis dan
bersinergi dalam menangani permasalahan-permasalahan anak . Oleh karena itu
untuk lebih memahami dan mendalami tentang materi ini, peserta dianjurkan untuk
mempelajari antara lain:

1. Bahan bacaan yang telah digunakan untuk menulis modul ini, yang menjadi
referensi pembuatan modul ini.

2. Referensi lainnya yang berkaitan dengan perlindungan anak serta peraturan-


peraturan serta referensi lainnya untuk memperkaya wawasan peserta.

48 Modul Orientasi Pelatihan


GLOSARIUM

1 SPPA adalah Sistem Peradilan Pidana Anak adalah Sistem


Peradilan PidanaAnak adalah keseluruhan proses
penyelesaian perkara Anak yang berhadapan
dengan hukum, mulai tahap penyelidikan
sampai dengan tahap pembimbingan setelah
menjalani  pidana. yang berkonflik dengan
hukum, anak yang menjadi korban tindak pidana,
dan anak yang menjadi saksi tindak pidana
2 Restorative adalah Keadilan restoratif adalah penyelesaian perkara
Justice tindak pidana dengan melibatkan pelaku,
korban, keluarga pelaku/korban dan pihak lain
yang terkait untuk bersama-sama mencari
penyelesaian yang adil dengan menekankan
pemulihan kembali pada keadaan semula, dan
bukan pembalasan
3 Diversi adalah Pengalihan penyelesaian perkara Anak dari
proses peradilan pidana ke proses di luar
peradilan pidana
4 Mens Rea adalah Niat perbuatan jahat dari seorang pelaku
kejahatan

Modul Orientasi Pelatihan 49


5 Ice Breaking adalah Latihan fasilitasi yang dimaksudkan untuk
membantu anggota kelompok memulai proses
pembentukan diri menjadi sebuah tim. Ice
breaker biasanya disajikan sebagai permainan
untuk “menghangatkan” grup dengan membantu
anggota untuk saling mengenal.
6 Leadership adalah salah satu fungsi manajemen untuk mem­
pengaruhi, mengarahkan, memotivasi dan
mengawasi orang lain untuk menyelesaikan
tugas-tugas yang telah direncanakan untuk
mencapai tujuan dan sasaran organisasi.

Keterampilan Leadership akan sangat


mempengaruhi kinerja organisasi, khususnya
dalam hal mencapai tujuan organisasi

50 Modul Orientasi Pelatihan


KUNCI JAWABAN

A. KUNCI JAWABAN BAB II


1. Jelaskan yang Saudara pahami terkait dengan Keadilan Restoratif?

Merupakan bentuk penyelesaian perkara tindak pidana dengan melibatkan


pelaku, korban, keluarga pelaku/korban, dan pihak lain yang terkait untuk
bersama-sama mencari penyelesaian yang adil dengan menekankan
pemulihan kembali pada keadaan semula, dan bukan pembalasan.

1. Jelaskan yang Saudara pahami terkait dengan Diversi?

Diversi merupakan proses pengalihan penyelesaian perkara Anak dari


proses peradilan pidana ke proses di luar peradilan pidana.

B. KUNCI JAWABAN BAB III


1. Kegiatan pencairan kelas yang ditujukan untuk mempersiapkan peserta
dalam memulai suatu pelatihan.

2. Prilaku positif dan negative pada masing-masing peserta, adalah:

Prilaku positif, antara lain bertanggung jawab, pandai, terbuka, mudah


bergaul, dan pekerja keras.

Prilaku Negatif, antara lain suka menunda pekerjaan, keras kepala, cerewet,
dan boros.

3. Aspek-aspek usaha penyesuaian diri.

a. Pemahaman tentang orang lain : kelebihan dan kekurangannya,


perangai, kecerdasan, emosi, sikap mental dan pola pikirnya;

Modul Orientasi Pelatihan 51


b. Berkomunikasi dengan cara empati (mendudukkan diri pada posisi
orang lain);

c. Menata dan menyesuaikan diri atas dasar saling menguntungkan.

C. KUNCI JAWABAN BAB IV


1. Tahapan untuk mewujudkan tim yang dinamis, Menurut Richard Y. Chang?

a. Menetapkan arah (Drive)

tim harus menfokuskan pada misinya dan membuat garis besar strategi
yang akan ditempuh serta menetapkan tujuan, prioritas, dan prosedur
kerja, serta peraturan bagi tim.

b. Bergerak (Strive)

Peran dan tanggungjawab anggota tim harus ditetapkan dengan jelas,


beberapa kendala akan dihadapi dengan penuh bijaksana bersama
dengan seluruh anggota tim, sehingga seluruh permasalahan dapat
dihadapi dengan arif dan bijaksana.

c. Mempercepat gerak (Thrive)

Fase ini dimungkinkan untuk meningkatkan produktifitas secara


maksimal, dalam memecahkan masalah menggunakan umpan balik
dan sesama anggota, manajemen konflik, kerja sama dan pembuatan
keputusan yang efektif. Penguasaan terhadap wilayah secara cepat
dan efektif dengan daya tahan yang Tangguh.

d. Sampai (Arrive)

Dengan kerja sama tim yang kompak tim akan mencapai puncak
dengan mengatasi semua kendala yang pada akhirnya mencapai
prestasi kerja yang luar biasa. Apabila dalam fase ini belum mencapai
puncak idealnya adalah meninjau Kembali tim dengan melakukan
konsolidasi internal, sekaligus menelaah kembali sasaran- sasaran

52 Modul Orientasi Pelatihan


yang telah ada, masih relevan atau tidak.

2. Tim dibutuhkan, karena:

a. Mempercepat pengambilan keputusan dalam organisasi;

Trend Organisasi kini cenderung mengubah strukturnya menjadi


struktur yang berdasarkan tim kerja (team based organization) Oleh
karenanya dituntut adanya pemberdayaan dan kekompakan kerja.

b. Kepemimpinan Global;

Model kepemimpinan saat ini mengarah kepada Kepemimpinan global


, di mana cara kerja mereka lebih berorientasi pada ”Team Building”.

c. Hasil lebih banyak dan lebih baik;

Tim dapat menghasilkan lebih banyak dan lebih baik dalam


menyelesaikan masalah daripada yang dapat dilakukan individu-
individu.

d. Perubahan terus-menerus.

Perubahan terus-menerus yang dihadapi manajemen berakibat adanya


pergerakan yang mengarah pada kolaborasi, kerja sama, dan tim,
sehingga para manajer dituntut mampu berkolaborasi dan membangun
tim yang efektif.

D. KUNCI JAWABAN BAB V


1. Jelaskan peran ketua kelas menurut Jamal Ma’mur Asmaini?

Ketua kelas haruslah memiliki kriteria sebagai seorang pemimpin yang memiliki
sikap kepemimpinan di dalam dirinya diantaranya adalah komunikatif, cerdas,
bertanggungjawab dan percaya diri.

2. Jelaskan makna “belajar” menurut Whittaker?

Menurut Whittaker “Belajar dirumuskan sebagai proses dimana tingkah laku


ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman”.

Modul Orientasi Pelatihan 53


3. Jelaskan manfaat dalam proses membangun komitmen dalam kelas?

Perlunya latihan atau pembiasaan dalam kelas merupakan kunci keberhasilan


dalam proses belajar agar anak terlatih dan terbiasa dalam menanamkan
perilaku positif.

54 Modul Orientasi Pelatihan


DAFTAR PUSTAKA

A. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
1. Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak;

2. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2020 tentang Perubahan atas


Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Aparatur
Sipil Negara (ASN);

3. Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2017 tentang Tata Cara Pelaksanaan


Koordinasi, Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan SPPA

4. Peraturan Presiden Nomor 175 Tahun 2014 Tentang Pelatihan Terpadu


Bagi Penegak Hukum Dan Pihak Terkait Mengenai Sistem Peradilan Pidana
Anak;

5. Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia


Nomor 31 Tahun 2016 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan
Dan Pelatihan Terpadu Sistem Peradilan Pidana Anak Bagi Aparat Penegak
Hukum Dan Instansi Terkait

D. BUKU
1. Hj. Sri Murtini, Dra, MPA, Hj. Sri Ratna, Ir, MM; (2001), Dinamika Kelompok (
Bahan Ajar Diklat Prajabatan Golongan III), LAN RI, Jakarta.

2. Chang, Richard Y. Membangun Tim Yang Dinamis ( Seri Panduan


Praktis No. 8).Jakarta: PT Gramedia, 1999.

3. Juni Pranoto,M.Pd.Dr, Wahyu Suprapti,Dra.MM (2006), Membangun


Kerjasama Tim (Bahan ajar Diklat Prajabatan Gol.III, Edisi Revisi II).

Modul Orientasi Pelatihan 55


4. Panduan Pelatihan Terpadu Sistem Peradilan Pidana Anak Bagi Aparat
Penegak Hukum dan Petugas Instansi terkait tahun 2015

E. INTERNET
1. Bappenas, Bappenas Dukung Penerapan Keadilan Restoratif dalam Sistem
Peradilan Pidana Indonesia, https://www.bappenas.go.id/id/berita-dan-
siaran-pers/bappenas-dukung-penerapan-keadilan-restoratif-dalam-sistem-
peradilan-pidana-indonesia, diakses tanggal 3 November 2021.

2. Riska Vidya Satriani, Keadilan Restoratif Sebagai Tujuan Pelaksanaan


Diversi Pada Sistem Peradilan Pidana Anak, Mahkamah Agung RI, 22 Juni
2017, https://www.mahkamahagung.go.id/id/artikel/2613/keadilan-restoratif-
sebagai-tujuan-pelaksanaan-diversi-pada-sistem-peradilan-pidana-anak,
diakses tanggal 3 November 2021

3. Nena Nurkaenah, Membangun Komitmen Belajar di Masa Pandemi, 2


Februari 2021, https://www.kompasiana.com/nenanur­
kaenah4323/6018e
ad2d8da797d2b4e8992/membangun-komitmen-belajar-di-masa-pandemi,
diakses tanggal 3 November 2021.

56 Modul Orientasi Pelatihan

Anda mungkin juga menyukai