Anda di halaman 1dari 64

Teori

KetidakSelarasan Kognisi
Cognitive Dissonance Theory
Joel Cooper
Handbook of Theories of Social Psychology
Sage Publisher, 2012
Abstraksi : Apa saja yang
dibahas...?
• Alasan dibalik proposisi yang disampaikan oleh Festinger
– Tentang hubungan di antara berbagai kesadaran (cognition)
yang menciptakan berbagai titik kontroversi dan mendorong
teorinya menjadi bagian paling terdepan di dalam teori disonansi
kognitif.
• Berbagai modifikasi yang terjadi di dalam teori disonansi
kognitif
• Tampilan terbaru “The New Look” dan “Self Standard
Model” yang berusaha untuk
– Menggabungkan berbagai data yang lebih luas dan
– menelaah fondasi motivasional yang melandasi teori
Disonansi
• Perspektif terkini dalam disonansi kognitif yang
terfokus dalam disonansi yang dibangkitkan oleh
pihak lain (vicarious dissonance arousal)
– Yaitu pengalaman disonansi yang dilatarbelakangi
oleh perilaku anggota/rekan sejawat di dalam
kelompok
• Berbagai penelitian mengenai
– penggunaan potensial teori disonansi kognisi
personal untuk
• mengoptimalkan efektifitas psikoterapi dan
– penggunaan disonansi yang diciptakan orang lain
(vicarious disonansi) untuk
• meningkatkan perilaku positif untuk memproteksi
kesehatan dan kesejahteraan
• Fritz Heider kecenderungan individu untuk berubah dari konsisten menjadi tidak
1946 konsisten
• Festinger : group pressures for atttitudinal consensus
1950
• Festinger dikutip Lewin : people’s susceptibility,field force,pressure
1951 from group
• Festinger : others as a banchmark, individual perspectif,mengukur kedudukannya di
1954 dalam kelompok, bukan sebagai tekanan
• Theodore Newcomb : kecenderungan individu untuk berubah dari konsisten menjadi tidak
1956 konsisten

1957 • Festinger : Melengkapi tugasnya dalam melihat dunia melalui perspektif individual

• Festinger & Carlsmith, dilakukan ekspreimen untuk mencari tahu faktor faktor yang
1959 mempengaruhi disonansi
• Aronson Mills :Semakin orang menderita, mereka semakin menyukai apa yang membuat
mereka menderita dalam pencapaiannya

1963 • Aronson & Carlsmith Semakin sedikit hukuman semakin mereka mengurangi nilai mainan tersebut
(Tantangannya sedikit)

1965 • Freedman : semakin lama mereka menahan diri untuk bermain dengan mainan tersebu (Ada keyakinan bahwa
mereka pasti dan mungkin bermain:tidak takut akan adanya hukuman yang banyak.

1967 • Linder,Cooper,Jones : Menemukan bahwa perubahan sikap dapat berupa fungsi lanngsung
(direct function) atau sebuah fungsi kebalikan (inverst function)
Leon Festinger
• 1950 : Festinger mempublikasikan sejumlah
pernyataan utamanya tentang
– Tekanan/dorongan yang ditempatkan kelompok
terhadap individu untuk mencapai konsensus
dalam sikap kelompok (group pressures for
atttitudinal consensus)
• 1951 : Lewin mencatat tentang bentuk
pertama teori disonansi kognitif yang
diciptakan Festinger yang berawal dari
ketertarikannya mengenai
– kepekaan individu (people’s
susceptibility) terhadap tekanan lapangan
(field force), termasuk juga tekanan dari
kelompok (pressure from group)
• 1954 : Festinger merubah fokus penelitianya ke
dalam penelitian individual.
– Sebagai pengganti (dorongan dari kelompok) dia
menampilkan tekanan yang diakibatkan oleh peran
kebutuhan (need) dan tujuan (goal) kelompok:
• berorientasi pada dorongan individual : individu terdorong
untuk menyesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan
kelompok,bukan kelompok yang mendorong atau memaksa
• Insiatif (?)
– dia mengambil perspektif individual sebagai pihak
yang mendorong
• Yaitu dengan cara menggunakan orang lain sebagai
patokan/contoh (others as a banchmark) untuk
mengukur kedudukannya di dalam kelompok (bukan sebagai
tekanan).
• 1957 : melengkapi tugas nya dalam
melihat dunia dari perspektif individual
– (INGAT !!! : dunia pada saat itu di kuasai
oleh Learning Theories)
Others as banchmark
• Dia mengajukan ide bahwa
– Individu terdorong untuk membandingkan opini
dan kemampuan yang dia miliki dengan milik
orang lain yang mirip (opini dan kemampuannya)
dan
• Bahwa terdapat tekanan baik
– untuk menyesuaikan diri dengan sikap orang lain
yang mirip tersebut atau pun
– untuk meyakinkan orang lain agar memegang
sikap (yang dimilikinya) yang sesuai dengan salah
seorang di dalam kelompok
Titik balik pemikiran :
1950 vs 1957
• Dalam teori disonansi, konsistensi kognitif ditampilkan di
dalam kepala individu melalui:
– Cognitive Representation, dimana :
• Manusia melihat dunia sosial mereka
• Penilaian mereka tentang orang orang/rekan di dalam kelompok mereka
• Opini mereka tentang dunia
• Observasi mereka tentang perilaku mereka dan orang lain
– Semua dapat diproyeksikan di atas sebuah layar umum/sama
bentuknya
– Beberapa respresentasi kognitif tersebut saling berhubungan dan
menunjang satu dengan yang lainnya.
– Representasi kognitif (cognitif representation)
• merupakan kehidupan mental (mental life)
– merupakan sebuah titik balik yang radikal dari cara pandang
mainstream yang berkembang di tahun 1950an
Cognitif Representation
Penilaian tentang
orang/rekan di
dalam kelompok Semuanya
Observasi tentang
perilaku pribadi diproyeksikan di atas
dan orang lain sebuah layar
UMUM/sama
bentuknya :
MENTAL LIFE
Manusia Melihat
Dunia Sosial

Opini Tentang
Dunia
Korupsi...?
Tahun 1950 Tahun 1957

• Banchmark

Individu in
Need &
pressure person person the group
Goal

To measure her/his own standing


COGNITIVE DISSONANCE
IN A LEARNING THEORY
WORLD
Pemikiran Sebelumnya :
Heider&Newcomb
• Ide tentang kecenderungan individu dari
konsisten menjadi tidak konsisten bukan hal
yang baru.
• Fritz Heider (1946) & Theodore Newcomb
(1956)
– menulis tentang hal yang sama sebelumnya dan
mereka juga konsisten dengan pendapat teoiritis
lapangan (field theoretical) dari penasihat
Festinger, Kurt Lewin.
CD Menurut Festinger
• Prinsip utama versi original teori disonansi
– mudah diketahui dan
– langsung sasaran
• Misalnya kita langsung dapat melihat terjadi disonansi antara
perilaku dengan keyakinan seseorang
• Wujud disonansi kognisi muncul
– ketika individu menerima sepasang kognisi yang tidak
konsisten
• Resminya, Festinger merumuskan sepasang kognisi
disonan
– jika si aktor percaya bahwa satu kognisi diikuti
berdasar dari observasi kepada orang lain.
• Dia mempostulasikan bahwa
– disonansi dialami sebagai sebuah dorongan yang
tidak menyenangkan dan,
– butuh untuk dikurangi/diturunkan.
• Pengurangan (reduction) muncul dengan cara
– merubah kognisi yang paling kecil resistensinya
untuk berubah
– menambahkan kognisi yang meminimalkan
besarnya perbedaan yang dirasakan
Inconsistency Cognitive

Behavior
Attitude
NEED TO REDUCE
• Berdasarkan asumsi filosofis Festinger bahwa
– pertarungan terjadi di dalam kepala si individu
(perceiver),
– Ketidak konsistenan sendiri merupakan suatu
bentuk psikologis – yaitu,
• dua kognisi tidak selaras jika si individu yakin (believes)
bahwa kognisi tersebut tidak selaras (disonan)
– Keyakinan : merupakan bentuk psikologis
• Psikologi si individu,
– menentukan kehadiran ketidak selarasan tersebut
Festinger & Carlsmith : an attitude-
inconsistent statement
• Buku Festinger yang diterbitkan tahun 1957
– tidak menimbulkan kontroversi
• Hingga publikasi yang kedua bersama
Carlsmith (1959)
– Kemudian menjadi studi klasik yang
memperlihatkan bahwa
• manusia mengalami disonansi setelah suatu statement
yang tidak konsisten dengan sikapnya (an attitude-
inconsistent statement)
Experimen
Festinger & Carlsmith (1959) 1
• Partisipan terlibat dalam suatu tugas yang
didisain secara khusus agar membosankan
dan tidak menarik.
• Partisipan tersebut kemudian setuju untuk
membuat statemen kepada orang lain,
untuk menyanjung dan mengatakan
betapa menyenangkannya tugas tersebut.
• Beberapa di antara mereka menerima insentif
yang besar dan yang lain menerima insentif yang
kecil
• Mereka yang mendapat insentif yang kecil
memiliki kesulitan dalam menyampaikan bahwa
tersebut merupakan tugas yang menyenangkan
– Dengan kata lain sebagian peserta kesulitan
terpengaruh untuk merubah sikap mereka dalam arah
pernyataan mereka.
Festinger & Carlsmith (1959) 2
• Elemen profokatif dalam riset mereka adalah
tentang
– peran yang dimainkan oleh besaran insentif yang
diberikan untuk membuat pernyataan publik
bersebrangan dengan keyakinan mereka
• FC beralasan bahwa
– insentif yang besar dapat menjadi suatu kognisi yang
cukup penting dan konsisten dengan perilaku untuk
tetap menjaga hukum disonansi
– individu yang mendapatkan sedikit insentif akan
tetap berada di dalam lubang disonansi.
Insentif vs No Insentif

Disonansi

Disonansi
Temuan 1
• Temuannya adalah bahwa
– perilaku yang diasosiasikan dengan insentif yang kecil
dapat menciptakan perubahan yang lebih besar
dibanding perilaku yang dihubungkan dengan insentif
yang besar.
• Hal ini terjadi karena dalam kontek insentif yang besaqr
disonansi tidak lagi terjadi :
– NYAMAN SECARA KOGNISI (FAIR)
• Hal ini bertolak belakang dengan prinsip Social Learning
Theory
– Semakin besar reward maka perubahan perilakunya semakin besar
– Semakin kecil reward maka perubahan perilakuknya semakin kecil
Pertanyaan Umum : Tujuannya
• ... Learning Theory.... : Penguatan/
Melemahkan Perilaku Positif
• ... Disonansi Theory....:
Melemahkan/Menguatkan Perilaku
Negatif
PENDAPAT SAYA
• Terjadi dalam kontek perilaku negatif
– Seorang pelaku korupsi :
– semakin kecil penghargaan organisasi maka akan terjadi disonansi
semakin besar perubahan perilaku yang diharapkan (tidak korupsi
lagi) misalnya dikucilkan, ditarik kekayaannya, tak ada bantuan dari
organisasi di mana dia berasal
• Disonansi muncul karena tidak selarasnya antara insentif yang diterima dari
usaha yang dilakukan selama melakukan korupsi (untuk kepentingan
kelompok)
– semakin besar penghargaan maka tidak terjadi disonansi (sama
dengan nilai yang berlaku) di lingkungan sebagian besar orang
menyatakan penyesalannya, datang kekediamannya untuk
menyatakan simpati, sanjungan atas berbagai jasa sebelumnya dll
• Disonansi tidak muncul karena memandang keputusan korupsi adalah
perilaku yang lumrah, dan penghargaan tetap besar walaupun dia berkorupsi
(berarti tidak ada masalah)....NURANI....?
Drive State as Motivation to Change :
Perlawanan Terhadap Konsep Teori Belajar

• Kita tidak boleh menganggap remeh ide Festinger


tentang
– tingkat dorongan (drive state) sebagai motivasi
untuk berubah
• Dia mempostulasikan teorinya beriringan dengan
teori pembelajaran yang paling utama
– dimana penurunan dorongan (drive reduction)
justru menjadi peran yang sangat penting (dalam
teori belajar)
Temuan 2
• 1959 : Aronson Mills
– Semakin orang menderita, mereka
• semakin menyukai apa yang membuat mereka menderita dalam pencapaiannya
• 1963 : Aronson & Carlsmith
– Semakin sedikit hukuman dimana dengannya anak anak diperlakukan
untuk menahan diri untuk bermain dengan mainan yang atraktif,
• semakin mereka mengurangi nilai mainan tersebut
• (Tantangannya sedikit)
• 1965 : Freedman
– dan semakin lama mereka menahan diri untuk bermain dengan mainan
tersebut
– (Ada keyakinan bahwa mereka pasti dan mungkin bermain:tidak takut
adanya hukuman yang banyak... Santai saja)
TROUBLE IN DISSONANCE
HEAVEN
Orang orang yang penting
• Jack W. Brehm
– Murid Festinger
– Bertanggung jawab dalam eksperimen yang dipublikasikan
tahun 1956, berbasis disonansi kognitif
– Kemudian mengembangkan Teori Psikologi Reaktan
• Edward E. Jones
– Menjadi figur penting dalam Teori Persepsi dan Atribusi
– Meskipun demikian, dia “fans” terhadap riset disonansi dan
dibingungkan oleh publikasi yang dilakukan oleh Rosenberg
(1965)
• Rosenberg
– Membantah teori Festinger dan Carlsmith
Festinger vs Rosenberg
• Rosenberg mengkritik postulitasi FC mengenai
experimen yang mereka lakukan bahwa
– Partisipan menjadi tidak disonan karena khawatir
bahwa mereka akan menjadi dievaluasi dalam tingkat
konisistensi psikologisnya
• Dia mengubah temanya menjadi
– evaluasi ketakutan (evaluation apprehension )
untuk
• menangkap kecemasan partisipan yang muncul karena
mereka telah setuju untuk mengatakan bahwa tugas tersebut
menyenangkan, mereka memaknai sebagia hal yang bersifat
pribadi/rahasia, mereka terikat dengan persetujuan tersebut
(diawal riset)
Cont…
• Rosenberg memberikan bukti bahwa
– perubahan sikap merupakan fungsi langsung
bagi tingat reward
• lebih banyak prubahan sikap untuk kompensasi
yang lebih tinggi
– Kompensasi lebih besar maka perubahan
sikap semakin tinggi
• Social Learning (BUKAN KARENA DISONANSI)
Penyangkalan terhadap Rosenberg
• Menurut Jones elemen yang hilang dalam kritik
yang kemukakan oleh Rosenberg adalah
– element memilih (Chois element) : bebas atau terikat
untuk melakukan pilihan ?
• Walaupun Festinger dalam teorinya tidak
memperhatikan tema tentang kebutuhan individu
untuk memilih , sebagai bentuk
counterattitudinal, tapi sesungguhnya dia
telah membangunnya di dalam eksperimen
original yang dilakukannya.
Apakah saya sadar akan
apa yang sedang terjadi?
• Saran Jones :
– Penelitan dicurahkan untuk
menunjukan bahwa
• bagaimana individu
menyadari kebebasan
mereka untuk terikat atau tidak
terikat dalam sikap yang tidak
cocok satu dengan yang lain
(disonansi)
1967 :Linda, Cooper, Jones
• Menemukan bahwa perubahan sikap dapat berupa
– fungsi lanngsung (direct function) atau sebuah
– fungsi kebalikan (inverst function) dari
• suatu besaran insentif ,tergantung pada apakah disonansi pernah
dibangkitkan melalui suatu prosedur atau tidak
• Fungsi langsung : besaran insetif mempengaruhi perubahan sikap
seperti yang diharapkan
• Fungsi tidak langsung : besaran insentif mempengaruhi sikap yang
ditimbulkan oleh disonansi
• Jika individu menyadari bahwa mereka bebas untuk menima
atau menolak ajakan guna membuat suatu pernyataan
counterattitude,
– maka disonansi dimunculkan.
Temuan
• Disonansi ter jadi ketika individu diberi kebebasan
untuk menolak
– maka sikap akan menjadi fungsi kebalikan dari besaran
insentif :
• semakin rendah reward maka semakin besar perubahan sikap.
(Sama seperti Festinger & Carlsmith)
• Disonansi tidak terjadi karena diakibatkan oleh
– tidak adanya kebebasan dalam membuat keputusan
• bahwa sikap merupakan fungsi langsung dari besaran insentif
• reinforcement (penguat: reward) bekerja untuk
merangsang perubahan sikap
– tapi diawali oleh bangkitan disonansi
Perbedaan
Tidak ada
Dissonansi Non dissonansi Kebebasan
Invers
untuk
Kebebasan function
memutus
untuk direct kan
memutuskan function

Semakin Semakin besar


rendah reward, reward,
perubahan perubahan
semakin besar semakin kecil
REINFORCEMENT

NON DISSONANCE DISSONANCE

PERUBAHAN SIKAP

TIDAK ADA
PERUBAHAN
FOLLOWING
COUNTERATTITUDINAL ADVOCACY
THE SEARCH FOR MODIFIERS BECOMES THE NEW LOOK
MODEL OF DISSONANCE

THE THEORY EVOLVE


• Linder et al Choise was a modifier of
dissonance
• Disonansi muncul dan membawa pada perubahan
1967 sikap ketika kebebasan mengambil keputusan tinggi
dan tidak terjadi ketika rendah

• Carlsmith et al seperti halnya Davis dan Jones Commitment


was a modifier of cognitive dissonance
1966 • Memperlihatkan bahwa individu membutuhkan untuk
berkomitmen terhadap perilaku counterattitude yang mereka
lakukan
1960 • Jika partisipan berfikir mereka dapat memiliki kesempatan untuk
“take back” statemetn counterattitude mereka, maka disonansi
tidak akan muncul
• Steve Worsel,Cooper : The Solitary utterance would not lead to
disssonance
• Dapatkah suatu statement sikap yang tidak cocok diucapkan di dalam
1970 tempat yang tidak da orang yang dapat menidengar pernyataan yang
memunculkan disonansi ?
• Inkonsistensi kognisi membawa pada disonansi dalam kehadiran, bukan
dalam ketidak hadiran, dari suatu konsekuensi yang tidak diharapkan

• Paul Secord : The State of Play of Dissonance Theory


• Dia merasa butuh untuk mencatata kedudukan/skor untuk mengetahui
ketika hal ini benar sebagai kognisi inkonsisten yang mendorong disonansi
1980 • Dia mengekspresikan pemikiran bahwa modifier dissonance telah menjadi
wajah dari teori dan bahwa seseorang dibutuhkan untuk menjadikan
modifikasi menjadi masuk akal.

• Ruzel Fazio & Cooper : The Modification


1984 of Dissonance Theory “The New Look”
The New Look Model of
Dissonance (Fazio & Cooper) 1
• Kognisi yang tidak konsisten memunculkan
disonansi, tapi hanya jika
1. Aksi secara bebas dapat dipilih
2. Aktor memiliki komitemen terhadap kognisi
yang berbeda/tidak cocok
3. Terdapat peristiwa tidak menyenangkan
(aversive) yang mengikuti disonansi
(konsekuensi)
4. Konsekuensi yang tidak menyenangkan dapat
diramalkan
The New Look Model of
Dissonance (Fazio & Cooper) 2
• Disonansi menjadi lebih dari sekedar fungsi dari
inkonsistensi
• Seperti Festinger merumuskan bahwa,
– disonansi adalah suatu dorongan/letupan (arouse), bentuk
tekanan yang tidak nyaman yang memotivasi perubahan.
• Tapi hal ini tidak semata mata ditentukan oleh
ketidakkonsistenan saja, tapi lebih dari itu
– melalui persepsi dimana seseorang bertanggung jawab
untuk membawa peristiwa yang tidak diinginkan
– Persepsi dalam hal ini, lebih dari sekedar persepsi tentang
ketidak konsistenan , tapi merupakan segala hal yang
dihasilkan dalam pengalaman ketidak selarasan kognitif
DISSONANCE AROUSAL AND
DISSONANCE MOTIVATION
The New Look
• Berdasarkan Theory of New Look,
– disonansi dimulai dengan sebuan PERILAKU
• Untuk tujuan tersebut PERILAKU membawa
pada perubahan KOGNITIF atau SIKAP
(ATTITUDE),
– seperangkat proses harus diungkapkan yang
dapat dipisahkan ke dalam dua tahap :
• Dissonance Arousal dan
• Dissonance Motivation
Dissonance Arousal
• Muncul ketika individu mengambil
tanggung jawab atas peristiwa yang tidak
menyenangkan yang dibawanya
– Konklusinya dapat muncul dengan cepat, tapi
tidak mudah.
• Terdapat beberapa poin keputusan yang
masih butuh untuk dilalui dengan tujuan
untuk membawa perilaku yang dapat
mendorong terjadinya disonansi
Dissonance Motivation
• Muncul ketika terdapat faktor faktor yang
menyertai tanggung jawab
1. Unwanted consequence of behavior
a. lattitude of acceptance
2. Acceptance of personal reponsibility
a. Freely choosing the behavior
b. The ability to forsee the consequence of the behavior
• Kedua hal tersebut merupakan poin yang
penting harus dilalui agar terjadi disonansi
Poin Keputusan Yang Dilalui Agar
Terjadi Disonansi
• Pertama, perilaku harus dipahami memiliki
konsekuensi yang tidak diinginkan : latitude
for acceptance
– Apakah perilakunya memiliki konsekuensi yang tidak
dinginkan?
– Jika ya, sejauh mana dia tidak menginginkannya?
– Dalam hal ini konsekuensi harus jatuh di luar batas
yang dapat diterima “latitude of acceptance” dari
posisi yang mungkin agar disonansi dapat tercipta,
jika tidak disonansi tidak akan terjadi
• Kedua, penerimaan tanggung jawab personal
(personal responsibility) akan konsekuensi
yang muncul dari suatu perilaku.
– Tanggung jawab merupakan kombinasi dari dua
faktor :
• Kebebasan dalam memilih perilaku yang dipertanyakan dan
– hal ini penting dalam penerimaan tanggung jawab
• Kemampuan meramalkan konsekuensi (forseeability) dari
perilaku yang dimaksud
• Menentukan sejauh mana suatu hal dianggap penting dan
cukup untuk dipandang harus dipertanggung jawabkan.
– Penerimaan tanggung jawab membawa pada
disonansi;
– Menghindari tanggung jawab memungkinkan
individu untuk
• menghindari bentuk disonansi yang tidak menyenangkan.
ON THE RADICAL NATURE OF
THE NEW LOOK
New Look vs Festinger departure
• Joel Cooper, tidak bermaksud untuk
menjadikan New Look sebagai landasan
radikal dari teori awal yang dikembangkan
oleh Festinger, tapi pada kenyataannya
demikian.
Apa yang radikal?
• Bentuk yang radikal dari New Look adalah
pernyataannya bahwa
– “inconsistency was not necessary for
dissoncance to occur”
• Dorongan disonansi tidak lagi tergantung
pada apa yag telah menjadi doktrin utama :
– adanya inkonsistensi (pikiran dan perbuatan)
• Ketidak konsistenan memang tampak masuk
akal dalam menciptakan dorongan disonansi
Mengapa Inconsistensi tidak
menjadi patokan utama disonansi ?
• Ketika seseorang berperilaku dengan cara tidak
konsisten dengan keyakinannya,
– mereka secara simultan mengambil tanggung
jawab personal untuk membawa setidaknya
potensial untuk menghadapi suatu peristiwa yang
tidak diharapkan
– Mereka mungkin berfikir tidak akan menemukan
adanya disonansi melalui statemen sikap ketidak
cocokan (attitude discrepant statement), tapi potensi
akan munculnya peristiwa yang tidak diinginkan
menjadi tampak
Brehm (1956) : Responsibility for
the aversive consequence
• Berdasarkan Teori New Look,
– Dalam suatu tindakan yang tidak konsisiten, di dalamnya selalu
membawa hal yang secara aktual merupakan bahan/bagian yang
aktif dalam proses disonansi
– Ketika seseorang memilih satu item yang menarik di antara item
yang lain dalam paradigma riset pilihan bebas disonansi
(Brehm, 1956),
• mereka bertanggung jawab atas konsekuensi yang tidak diinginkan :
– menolak semua element yang menarik dari alternatif yang tidak terpilih dan
– menerima semua bentuk yang menarik yang merupakan alternatif yang terpilih.
• Tiang fondasi model New look memberi tampilan model
proses yang lebih komprehensif
• New Look memberikan telaah yang lebih
mendalam mengenai pilihan yang
menyebabkan disonansi
• Ketidak konsistenan kognisi memang
memicu disonansi, tapi New Look
menjelaskan bahwa hal itu saja tidak
cukup.
Aronson & Mils (1959) :
Effort Justification Study
• Dalam effort justification study,
– individu memilih untuk bersusah susah
dengan tujuan untuk menggapai tujuan,
– mereka bertanggung jawab untuk menjadi
terlibat/melakukan pekerjaan yang tidak
menyenangkan, memalukan, atau
– upaya itu sendiri merupakan sebuah
konsekuensi yang tidak diinginkan.
New Looks vs
Inconsistent Cognition
(Festinger Model of Dissonance)
• Masalah yang muncul dalam
keterkaitan/ketergantungan kepada model ketidak
konsistenan kognisi adalah model ini hanya mengacu
pada efek yang bersifat sedang (analisis pilihan perilaku
yang diambil akibat disonansi kognitif) : lebih sederhana
– Misalnya : seseorang memutuskan tidak merokok karena
dorongan orang orang yang ada disekitarnya. Untuk memilih
tidak melakukan satu hal karena tidak menguntungkan atau
karena resiko yang paling kecil : “dorongan kelompok”
• Tidak merokok sendiri sebenarnya sebagai konsekuensi yang tidak
diinginkan
• Fondasi dasar pada New Look Model
memungkinkan gambaran proses yang lebih
komprehensif
– Misalnya : seseorang memutuskan untuk merokok
dan tidak merokok berlatar belakang tanggung jawab,
kesadaran akan konsekuensi akibat tidak merokok,
kebebasan untuk berhenti atau melanjutkan merokok,
resiko merokok dan upaya bersusah payah agar tidak
merokok : “goal “ (bersifat individual)
• Bersusah susah dalam upaya mengatur diri untuk tidak
merokok sebagai konsekuensi yang tidak diinginkan
TESTING THE NEW LOOK
MODEL
Mengapa “New Look” ?
• Sebagian besar, riset yang dilakukan
dengan menggunakan New Look Model
dilatar belakangi oleh publikasi
sebelumnya tentang New Look
• New Look merupakan cara yang
digunakan untuk memahami landasan
teoritis dari disonansi.
Empat Kategori Temuan Berbasis
New Look (1)
1. Riset harus memperlihatkan bahwa pengalaman
“dorongan disonansi” (arousal dissonance experience)
terjadi ketika
- mereka memilih untuk terikat dalam perilaku yang disebabkan
oleh ketidak cocokan sikap (attitude discrepant behavior)
- Pilihan personal (internal)
- Misalnya : seseorang rela untuk melakukan serangkaian program untuk
menghindari rokok walaupun mereka tahu kesulitan dan akibat
yangditimbulkan karena tidak merokok
- Program mengindari rokok : perilaku yang muncul akibat disonansi
- tidak ketika mereka memang didorong untuk melakukannya.
- Pilihat kelompok (ekstrenal)
- Misalnya : seorang ayah rela untuk tidak merokok karena permintaan anaknya.
Empat Kategori Temuan Berbasis
New Look (2)
• “Attitude discrepant behavior” atau perilaku
yang dilatar belakangi ketidak cocokan sikap
harus dilihat mengarahkan pada disonansi
ketika dan hanya ketika ada
(exist)konsekuensi tidak disukai (aversive
consequence)
• Basis temuan ini sampai saat ini masih
sangat kontroversial dan dianggap ambigu
(Harmon – Jones et. al., 1996)
Empat Kategori Temuan Berbasis
New Look (3)
• Dorongan disonansi (dissonance arousal) tergantung
pada konsekwensi dari suatu perilaku yang dapat
diramalkan dan di saat dimana mereka berkomitmen
terihadap perilaku mereka sendiri.
– Misalnya : seseorang memutuskan untuk tidak merokok
karena mereka tahu konsewensinya dan dapat
meramalkannya, lalu mereka berkomitmen untuk berhenti
( comitment behavior)
• Konsekwensi dan peramalan adalah bentuk aktifasi kognisi yang
disebabkan karena disonansi
• Hal ini secara teoritis sudah terbangun dengan baik.
Empat Kategori Temuan Berbasis
New Look (4) : The Radical One
• “The responsibility for consequence
model” memprediksi bahwa
– setiap perilaku – tidak hanya perilaku yang tidak
konsisten – akan mendorong disonansi kognitif
jika
• sifatnya yang dapat diramalkan (forseeably) mengarah
pada peristiwa yang tidak diinginkan (aversive event).
• Misalnya :
– Merokok adalah perilaku yang sifanya dapat diramalkan
dan mengarah pada perisitiwa yang tidak diinginkan.
– Bandingkan dengan makan pete atau makan jengkol, juga
perilaku yang sifatnya dapat diramalkan dan mengarah
pada peristiwa yang tidak diinginkan.

Anda mungkin juga menyukai