Anda di halaman 1dari 35

DISKUSI

TOPIK 1

Kelompok 1
Program Studi S1 Kebidanan
Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas
Perkembangan Seksual Pada Remaja

BO GIR
Y L
THIS IS
OUR
TEAM!!!

AZZAHRA
DIAN NOVITA
NURUL
SARI
HAMRA
(1910332017) (1910331013)
DENISA AULIA NOVRIANDA
MUTIARAHMI
HARAMAIN RIZKIANI
(1910332010) (1910331001) (1910332009)
LEGA ISWARI AMELIA
DWI NAULI
WAHYUNI RAHMADANI
(1910331007) (1910331010) (1910333019)
NURUL RIZA
RAMADHANI ETRI WANESTI MARDIANTI
NST
(1910333014) (1910333002) (1910332008)
LATAR
BELAKANG
Remaja dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal
dari bahasa Latin adolescare : “tumbuh atau tumbuh untuk
mencapai kematangan”.
Masa remaja → masa transisi yang ditandai adanya
perubahan fisik, emosi, dan psikis, yakni antara usia 10-19
tahun, adalah suatu periode masa pematangan organ
reproduksi manusia, dan sering disebut masa pubertas.
Masa remaja → periode peralihan dari masa anak
ke masa dewasa (Widyastuti, Rahmawati,
Purnamaningrum; 2009).
Pada periode ini terjadi perubahan-perubahan
besar dan esensial mengenai kematangan fungsi-
fungsi rohaniah dan jasmaniah, terutama fungsi
seksual (Kartono, 1995).
Perubahan sangat mencolok dan pasti dialami remaja
adalah proses perkembangan seksual. Seksualitas remaja
merujuk kepada perasaan seksual, perilaku dan
perkembangan pada remaja dan merupakan tahap
seksualitas manusia (Zastrow dan Kirst-Ashman, 2012).
Perilaku seksual remaja dipengaruhi oleh norma
budaya dan adat istiadat, orientasi seksual
mereka, dan isu kontrol sosial, seperti hukum
umur dewasa. Perkembangan seksual mencakup
pembentukan nilai, sikap, perasaan, identitas,
TINJAUAN
TEORI
Perkembangan Seksual Pada
Menurut Zastrow dan Kirt-Ashman

Remaja
(2012), secara psikologis pada fase
remaja ada 2 aspek penting yang
dipersiapkan :

• Orientasi seksual
Remaja diharapkan sudah menemukan
orientasi seksualitasnya atau arah
ketertarikan seksualnya
(heteroseksualitas atau
homoseksualitas). Norma umum yang
berlaku lebih menyukai jika seseorang
menyukai orientasi seksualitas ke arah
heteroseksualitas.

• Peran seks
Peran seks → menerima dan
mengembangkan peran serta
kemampuan tertentu selaras dengan
jenis kelaminnya. Laki-laki akan dekat
dengan sifat-sifat sebagaimana laki-
laki, demikian pula perempuan akan
Perkembangan seksual yang terjadi pada remaja
diantaranya :

Remaja mulai merasakan perubahan


fisik. Perasaan ini bisa berdampak positif
01 atau negatif. Perasaan negatif, misalnya
muncul dalam bentuk rasa bersalah,
bingung, dan malu.
A. Remaja usia 8-12 Remaja mulai berteman dengan teman
tahun
02 sesama jenis kelamin karena sudah
muncul pemahaman bahwa dirinya
berbeda dengan lawan jenis.

03 Remaja mulai
orangtua.
memisahkan diri dari
Produksi hormon seks meningkat
menyebabkan muncul perubahan fisik
01 dan emosi remaja, termasuk ciri-ciri
seksual sekunder, seperti rambut
kemaluan dan payudara yang mulai
Ketertarikan muncul lebih besar terhadap
membesar.
seksualitas, seperti mulai mengalami
02 fantasi seksual sebagai sebuah cara
B. Remaja usia >12 menyiapkan diri memahami peran
tahun seksual.
Remaja sudah mulai mengakses media
03 (games, video, tv, internet, music, dll)
karena penasaran tentang hal-hal yang
berbau seksualitas.
04 Mulai membutuhkan privasi.

Mulai menunjukkan ketertarikan seksual


05 dengan anak seusianya.
Menurut panduan dari organisasi Stop it now (2015)
mengenai tahapan perkembangan seksual remaja, pada
kolom perkembangan tipikal dijelaskan mengenai apa saja
yang menjadi ciri perkembangan seksual pada masa
tertentu. Sedangkan pada kolom atipikal, dijelaskan contoh
perilaku seksual yang tidak sesuai dengan usia
perkembangan.
No
Perkembangan
. Periode Perkembangan Tipikal
Atipikal
1. Usia • Meningkatnya minat dan • Perilaku
sekola kesadaran seksual pada seksual
h 6-11 anak pra-remaja atau seperti orang
atau anak puber, terutama dewasa.
12 karena terjadinya • Berdiskusi
tahun perubahan hormonal. tentang
• Muncul pertanyaan perilaku seks
tentang relasi intim, yang spesifik
perilaku seksual, dan
menstruasi, kehamilan. masturbasi di
• Pada anak pra-remaja tempat
melakukan umum.
eksperimentasi dengan
anak seusianya dalam
permainan, seperti :
mencium, menyentuh,
menunjukkan bagian
Perkembangan
No. Periode Perkembangan Tipikal
Atipikal
2. Pasca • Setelah puber, akan meningkat • Perilaku seksual
pubertas minat dan rasa ingin tahu tentang seperti orang
usia 11 informasi seksual. dewasa secara
atau 12- • Memiliki banyak pertanyaan konsisten,
13 tahun mengenai relasi intim dan perilaku termasuk perilaku
seksual. masturbasi
• Menggunakan istilah seksual dan berlebihan/sangat
membicarakan perilaku seksual sering, oral seks,
dengan teman sebaya. genital seks, dan
• Meningkatnya eksperimentasi intercourse.
seksual, seperti : berciuman • Masturbasi di
dengan membuka bibir, depan publik.
menggesekkan tubuh, mengelus
bagian tubuh.
• Masturbasi secara pribadi.
Perkembangan
No. Periode Perkembangan Tipikal
Atipikal
3. Remaja 13- • Pertanyaan tentang pengambilan • Masturbasi
16 tahun keputusan mengenai relasi sosial, berlebihan.
relasi intim, dan aturan • Masturbasi di area
masyarakat mengenai seksualitas. publik.
• Masturbasi secara pribadi. • Minat seksual pada
• Bereksperimen secara seksual anak yang lebih
dengan teman remaja yang muda.
sebaya, seperti : berciuman • Minat
dengan membuka bibir, seksual/keintiman
menggesekkan bagian tubuh, dengan kekerasan.
eksplorasi, dan kontak pada
bagian genitalia.
• Pada beberapa remaja bahkan
terjadi intercourse.
Menurut Gunarsa (2007), Surtiretna (2001), Perry
& Potter (2005), dan Kozier (2004),
perkembangan seks pada remaja dijelaskan pada
perkembangan fisik seksual remaja. Diantaranya :

Remaja Putri
Sekitar umur 9-11 tahun, sudah mulai timbul tanda-
tanda pertama kematangan seks, yakni pembesaran
payudara dan pinggul.
Baru mulai pertumbuhan rambut di daerah kemaluan bagian luar
dan ketiak.
Suaranya berubah merdu, kulit bertambah bagus dan
halus.
Kadar estrogen yang meningkat
mempengaruhi genital.
Uterus mulai membesar dan terjadi peningkatan lubrikasi
vaginal.
Menarche atau kedatangan haid untuk pertama kalinya, pada
umumnya akan timbul setelah memuncaknya percepatan
pertumbuhan, dapat terjadi pada usia 8 tahun dan tidak
sampai usia 16 tahun atau lebih.
Remaja Putra
Proses kematangan seks mulai antara 11 dan 15 tahun,
dengan umur rata-rata 13 dan 14 tahun, dimulai dengan
pertumbuhan buah pelir dan zakar.
Tumbuhnya rambut di daerah alat kelamin luar lebih
lambat.
Baru setahun kemudian mulai penambahan panjang alat kelamin bagian luar atau
penis, testis, prostat, dan vesikula seminalis yang dipengaruhi oleh peningkatan
kadar testosterone dalam tubuh.
Mulai mempunyai kumis dan jenggot, bulu-bulu mulai tumbuh di ketiak dan
daerah kelamin.
Dengan membesarnya tulang di leher bagian depan (jakun), suara berubah
menjadi pecah dan parau karena tali-tali suara di kerongkongan sedang
mengalami penyesuaian menjadi suara orang dewasa, demikian juga bidang
bahunya menjadi lebih besar ketimbang pinggangnya.
Mengalami penumbuhan atau penebalan rambut di dada.
Faktor yang Mempengaruhi
Perkembangan Seksual pada
Remaja
Menurut Kozier (2004), Dianawati (2003), Strasburger & Donnerstein (1999) dalam
Santrock (2007), Wong (2008), Hurlock (1999), dan Hawari (2006), faktor seorang
remaja terlibat dalam seksualitas, yaitu :

KULTUR ATAU BUDAYA


1 Budaya mempengaruhi sifat seksual, aturan tentang
pernikahan, harapan peran perilaku, dan tanggung jawab
. sosial, dan praktik seks tertentu.

NILAI AGAMA
Memberikan pedoman bagi remaja untuk mengontrol
2 perilaku seksual dan perilaku tersebut dapat diterima,
. serta perilaku seksual yang dilarang dan menerima akibat
dari melanggar aturan seksual.
ETIKA
Pasangan perlu berkomunikasi tentang cara mengekspresikan
3 seksual untuk mencegah pengambilan keputusan seksual dari salah
. satu pasangan untuk menghindari adanya pemaksaan dari
pasangan dalam mengekspresikan seksual.
TEKANAN TEMAN PERGAULAN
Untuk memperoleh penerimaan kelompok, remaja berusaha
4 menyesuaikan diri secara total dalam berbagai hal, seperti model
. pakaian, gaya rambut, selera musik, dan tata bahasa, sering kali
mengorbankan individualitas dan tuntutan diri.
RASA PENASARAN
Adanya perkembangan seksual meningkatkan keingintahuan
5 remaja tentang seks. Apalagi jika temannya mengatakan bahwa
seks terasa nikmat, ditambah lagi adanya segala informasi yang
. tidak terbatas masuknya. Maka, rasa penasaran mendorong
untuk lebih jauh lagi melakukan berbagai macam percobaan
sesuai dengan yang diharapkan remaja (Dianawati, 2003).
LINGKUNGAN KELUARGA
Aturan yang diterapkan kedua orang tua tidak dibuat
6 berdasarkan kepentingan kedua pihak (orang tua dan anak).
Akibatnya, remaja merasa tertekan, sehingga ingin
. membebaskan diri dengan menunjukkan sikap sebagai
pemberontak, yang salah satunya dalam masalah seksual.
MEDIA INFORMASI
Kini dengan mudah dapat diakses oleh remaja di seluruh
7 dunia, seperti televisi, radio, internet, dan telepon genggam.
. Perkembangan media informasi juga memudahkan remaja
untuk mengakses materi pornografi.
SOAP /
DOKUMENTASI
Dokumentasi → catatan Sebagai sarana komunikasi,
tentang interaksi antara sarana tanggung jawab dan
tenaga kesehatan, tanggung gugat, informasi
pasien, dan tim statistik, sarana pendidikan,
kesehatan tentang hasil sumber data penelitian,
pemeriksaan, prosedur jaminan kualitas pelayanan
tindakan pengobatan kesehatan, sumber data,
pada pasien, pendidikan perencanaan asuhan
pasien, dan respon kebidanan berkelanjutan.
pasien terhadap semua
asuhan yang telah
diberikan
PENGERTIAN
(Muslihatun,
SOA TUJUAN
DOKUMENTASI
2009). P DOKUMENTASI
Dokumentasi kebidanan → bukti
pencatatan dan pelaporan
berdasarkan komunikasi tertulis yang
akurat dan lengkap yang dimiliki oleh
bidan dalam melakukan asuhan
kebidanan dan berguna untuk
kepentingan klien, tim kesehatan,
serta kalangan bidan sendiri
(Hidayat, 2009).
Manfaat Dokumentasi
Ditinjau dari aspek hukum
Sebagai alat pembuktian yang
Ditinjau dari aspek sah karena adanya jaminan
Sebagai sebuah catatan
administrasi kepastian hukum atas dasar
karena berkas mengandung
keadilan dalam rangka
nilai identitas, tanggal masuk
menegakkan hukum dan
dan keluar, serta data askes.
menyediakan bahan bukti
selama proses pengadilan
Ditinjau dari aspek berlangsung.
Berkas catatan mendukung
pendidikan Ditinjau dari aspek
kegiatan pembelajaran karena Sebagai penyediaan
penelitiandata untuk
menyangkut data/informasi keperluan penelitian dan
tentang kronologis pengembangan ilmu
perkembangan pelayanan pengetahuan dibidang
yang telah diberikan kepada kesehatan.
pasien.
Ditinjau dari aspek ekonomi
Ditinjau dari aspek Berkas bermanfaat untuk
Catatan yang lengkap dan
manajemen mendokumentasikan besarnya
disimpan dengan baik
dana yang harus dikeluarkan,
menunjukkan adanya
sehingga mengurangi terjadinya
manajemen data yang baik
pemborosan.
juga.
Aspek Penting dalam Dokumentasi

Tanggal dan waktu


01
asuhan yang
diberikan.
Paraf atau tanda
04 tangan (dari
Identifikasi
02 penolong persalinan)
penolongan
pada semua catatan.
persalinan.
Suatu sistem untuk
memelihara catatan
Mencakup informasi yang 05
pasien, sehingga selalu
berkaitan secara tepat, 03
siap tersedia kerahasiaan
dicatat dengan jelas dan
dokumen-dokumen medis.
dapat dibaca.
Prinsip-prinsip Dokumentasi
• Menuliskan nama pasien pada setiap halaman catatan bidan.
• Hendaknya tulisan mudah dibaca, sebaiknya tulisan menggunakan tinta berwarna hitam
atau biru, sehingga apabila hendak digandakan (difotokopi) tulisan akan tampak jelas.
• Dokumentasi segera dilaksanakan setelah dilakukan pengkajian pertama dan selesai
melakukan setiap langkah asuhan kebidanan.
• Apabila memungkinkan kutip semua kalimat atau kata yang diungkapkan oleh pasien.
• Pastikan kebenaran dari setiap data yang akan ditulis.
• Bedakan antara informasi yang objektif dan penafsiran.
• Dokumentasikan dengan baik apabila terjadi perubahan kondisi pasien atau muncul
masalah baru, respon pasien terhadap tindakan yang diberikan bidan, dan respon pasien
terhadap kegiatan konseling oleh bidan.
• Hindari dokumentasi yang bersifat baku karena setiap pasien adalah unik dan mempunyai
permasalahan yang berbeda.
• Hindari penggunaan istilah yang tidak jelas dan pergunakan singkatan yang sudah biasa
dipakai dan dapat diterima.
• Apabila terjadi kesalahan dalam penulisan, maka tulisan yang salah tersebut jangan
dihapus, pada tulisan yang salah, coret satu kali kemudian tulis kata “salah” diatasnya,
serta bubuhkan paraf, selanjutnya tuliskan informasi yang benar, validitasi data akan
berkurang apabila dilakukan penghapusan informasi.
• Setiap kegiatan dokumentasi cantumkan waktu, tanggal, dan jam, serta tanda tangan dan
nama terang.
TINJAUAN
KASUS
Tanggal        : 10 April 2020
Jam                  : 13.00

I. PENGKAJIAN
A. Data Subyektif
1. Biodata Ibu
Nama : Tn X
Tanggal lahir :-
Usia : 18 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : -
Pekerjaan : Pelajar/santri
2. Keluhan : penis kecil
3. Riwayat Kesehatan/Penyakit yang Lalu :
a. Penyakit yang pernah dialami
1) Masa kanak-kanak : tidak ada
2) Riwayat kecelakaan : tidak ada
3) Pernah dirawat/penyakit : tidak pernah
4) Operasi : tidak pernah
b. Riwayat alergi
1) Tipe alergi : tidak ada
2) Reaksi : tidak ada
3) Tindakan : tidak ada
c. Imunisasi : tidak ada informasi
Soetomo dengan keluhan penis kecil. Pasien sudah memeriksakan kondisinya ke dokter spesialis bedah
di Nganjuk dan disarankan untuk berobat ke poli andrologi RS Dr Soetomo Surabaya. Pada pemeriksaan
fisik status present ditemukan dalam batas normal dimana tekanan darah sebesar 97/65 mmHg, denyut
nadi sebesar 72 kali/menit, pernapasan sebesar 20 kali/menit, dan temperatur aksila sebesar 36,5°C.
5. Riwayat Kesehatan Sekarang :
a. Factor pencetus : penis kecil.
b. Lamanya keluhan : sejak lahir.
c. Timbulnya keluhan : bertahap.
d. Bagaimana dirasakan :
Pasien mengeluhkan penis kecil. Pasien telah disunat pada tahun 2012 dan merasa penis
sedikit besar setelah menjalani proses sunat. Pasien mengatakan pernah mengalami mimpi
basah pada usia 14-15 tahun sebanyak satu kali dan mengeluarkan cairan mani sebelum ke
pondok pesantren.
e. Bagaimana dilihat :
Pada pemeriksaan genitalia didapatkan klasifikasi tannergrade 2, penis post sirkumsisi dengan
panjang penis sebesar 3 cm dan lingkar penis sebesar 3 cm, serta rambut pubis ditemukan
sedikit. Posisi testis di inguinoskrotal bilateral, memiliki volume < 2 cc, konsistensi lembek, dan
tidak ditemukan adanya nyeri tekan.
f. Factor yang memperberat :
Pasien memiliki kepribadian yang tertutup dan dikatakan memiliki permasalahan dalam sosial,
serta pertemanan. Pasien dijauhi dan sering dilecehkan oleh teman-temannya karena memiliki
postur badan dan penis yang kecil, serta suara seperti anak-anak.
g. Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya sendiri : istirahat.
h. Upaya yang dilakukan oleh orang lain : membawa pasien untuk melakukan pemeriksaan ke dokter
spesialis bedah di Nganjuk dan disarankan untuk berobat ke poli andrologi RS Dr Soetomo
Surabaya.
i. Diagnose medik : hipogonadisme.
6. Kebutuhan Dasar

Pola Kebiasaan Dirumah


Pola nutrisi Tidak
dijelaskan
Kebutuhan cairan Tidak
dijelaskan
Pola eliminasi Tidak
dijelaskan
Pola istirahat dan tidur Tidak
dijelaskan
7. Riwayat lingkungan
a. Kebersihan dan personal
Kebersihan lingkungan rumah : bersih.Tidak
b. hygiene
Bahaya : jauh dari bahaya. dijelaskan
c. Polusi : tidak ada polusi.
Pola kegiatan/aktivitas Tidak
dijelaskan
8. Riwayat/Keadaan Psikososial
a. Psikologis
Persepsi terhadap penyakit : pasien yakin penyakitnya akan sembuh.
Konsep diri : pasien bertanya-tanya tentang penyakitnya.
Emosi : stabil.
Adaptasi : Dapat beradaptasi pada lingkungan.
b. Social
Hubungan antara keluarga : baik.
Hubungan dengan orang lain : baik.
Perhatian terhadap lawan bicara : baik.
Kegemaran : tidak ada.
Bahasa yang digunakan : bahasa Indonesia.
c. Spiritual
Pola ibadah : sering sebelum dan sesudah sakit.
Keyakinan tentang kesehatan : pasien yakin penyakitnya akan sembuh.
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Tanda-tanda vital :
TD : 97/65 mmHg
RR : 72x/i
Pols : 20x/i
Temp : 36,5°C
TB : 145 cm
BB : 39 kg
2. Pemeriksaan fisik
a. Kepala : bentuk lonjong, ukuran normal, posisi tegak, warna dan bentuk rambut hitam dan lurus,
kebersihan kulit kepala kurang bersih.
b. Mata/penglihatan : bentuk simetris, sclera icterus, konjungtiva tidak anemis, pupil tidak ada
kelainan, posisi simetris kanan kiri, ketajaman penglihatan baik, normal 6/6 artinya seorang dapat
melihat dengan sebelah mata dengan jarak 6 meter, pemakaian alat bantu tidak ada.
c. Hidung/penciuman : bentuk simetris, peradangan tidak ada, perdarahan tidak ada,
polip/sumbatan tidak ada, pasien dapat mencium bau namun tidak mengetahui zat yang
menimbulkan bau dan tidak ditemukan adanya ginekomastia.
d. Telinga/pendengaran : bentuk normal, peradangan tidak ada, perdarahan tidak ada, cairan tidak
ada, fungsi pendengaran baik, pemakaian alat bantu tidak ada.
e. Mulut dan faring : bibir normal, mukosa gigi normal, lidah kotor, gigi lengkap dan tidak ada karies,
tonsil/faring tidak membesar, peradangan tidak ada, perdarahan tidak ada, kebersihan kurang, bau
tidak ada bau khas, fungsi pengecapan dapat merasakan manis, asam, pahit, kemampuan menelan
baik.
f. Leher : kelenjar getah bening tidak ada pembengkakan, kelenjar tiroid tidak membesar, vena
jugularis tidak ada peningkatan, kekakuan tidak ada.
g. Thorax : bentuk rongga simetris, bunyi napas bronchial, irama pernapasan tidak teratur, bunyi
jantung normal lup-lup.
h. Abdomen : tidak tampak adanya testis di skrotum, inguinal atau regio abdomen.
i. Neurologi : kesadaran compos mentis, status orientasi waktu (√), tempat (√), orang(√), memori
saat ini pasien masih ingat memori saat ini, memori masa lalu pasien masih ingat memori yang lain.
j. Perineum dan genetalia : tidak tampak adanya testis di skrotum, klasifikasi tanner grade 2, penis
post sirkumsisi dengan panjang penis sebesar 3 cm dan lingkar penis sebesar 3 cm, serta rambut
pubis ditemukan sedikit. Posisi testis di inguinoskrotal bilateral, memiliki volume < 2 cc, konsistensi
lembek, dan tidak ditemukan adanya nyeri tekan.
m. Eliminasi : tidak dijelaskan.
n. Integument : warna sawo matang.

II. IDENTIFIKASI DIAGNOSA/MASALAH


1. Pasien memiliki berat badan 39 kg (gizi buruk), tinggi badan sebesar 145 cm (perawakan kerdil) bila
didasarkan pada kurva pertumbuhan CDC, sehingga menunjukkan bahwa pasien memiliki permasalahan
pada proses pertumbuhan dan perkembangan.
2. Penis mikro mencakup serangkaian kondisi bawaan atau didapat yang menunjukkan adanya penis pendek
abnormal dengan panjang ketika dibentangkan lebih dari 2,5 standar deviasi (SD) di bawah rata-rata untuk
usia tertentu dan keberadaan organ genital internal dan eksternal yang kompatibel dengan kariotipe 46, XY
meskipun tanpa hipospadia seperti yang ditunjukkan oleh morfologi meatus uretra normal pada ujung penis.
Penis mikro umumnya dikaitkan dengan defisiensi testosteron sejak usia kehamilan 12 minggu dimana
testosteron diinduksi oleh GnRH selama organogenesis. Pada kasus diatas didapatkan bahwa ukuran panjang
penis pasien ketika dibentangkan sebesar 3 cm dan berada 2,5 SD dibawah rata-rata ukuran penis pada
dewasa (7,2 cm).
3. Pasien dengan penis mikro juga memiliki permasalahan sosial karena sering tidak merasa puas dengan
kualitas kehidupan seksual, penampilan kosmetik, atau stigmatisasi pada masyarakat. Hal ini sejalan dengan
laporan kasus dimana pasien memiliki kepribadian tertutup dan dijauhi oleh teman-teman karena memiliki
postur badan dan penis yang kecil serta suara seperti anak-anak.

III. ANTISIPASI MASALAH POTENSIAL


-

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA


Induksi pubertas sesuai dengan usia dan mengoptimalkan pertumbuhan, sehingga mampu dalam menghindari
komplikasi psikososial.
V. INTERVENSI
1. Tentukan riwayat keluhan : lokasi, ukuran.
2. Menganalisis kondisi organ terkait.
3. Pantau masukan makanan setiap hari.
4. Ukur BB danTB.
5. Kontrol factor lingkungan.
6. Kolaborasi : tinjau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi hormon.
7. Beri obat sesuai indikasi.
8. Anjurkan menggunakan pakaian lembut dan longgar pada area tersebut, anjurkan untuk memakai celana
dalam yang tidak menimbulkan tekanan.
9. Awasi semua sisi jika terjadi perubahan.
10. Mulai lakukan persiapan emosional pasien.
11. Informasikan pasien tentang riset terakhir dan modalitas pengobatan terbaru mengenai gangguan
perkembangan seksual.
12. Uraikan pengalaman-pengalaman yang akan dialami pasien untuk mengajukan pertanyaan.
13. Lengkapi pasien dengan sumber-sumber yang tersedia untuk memfasilitasi penyembuhan.

VI. IMPLEMENTASI
1. Menentukan riwayat keluhan : lokasi pada genitalia, ukuran kecil.
2. Menganalisis organ terkait : melakukan analisis hormon, analisis kromosom, dan USG abdomen.
3. Menilai aturan obat sesuai indikasi : pemberian 1.000 hingga 2.500 IU hCG dua kali seminggu selama 8
hingga 12 minggu.
4. Memantau masukan makanan setiap hari : 1000 kkal.
5. Mengukur BB dan TB : BB setelah sakit 39 kg, TB setelah sakit 145 cm.
6. Mengontrol factor lingkungan : ruangan bersih dan suasana tenang.
7. Meninjau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi hormon : analisis kromosom didapatkan hasil 46, XY.
Analisis hormon FSH, LH, dan testosterone, dimana hasil menunjukkan LH sebesar < 0,07 mIu/ml (nilai
rentang normal 1,5-9,3), FSH sebesar 0,39 mIu/ml (nilai rentang normal 1,4-18,1), dan testosteron sebesar <
7,00 ng/dl (nilai rentang normal 241-827). Pemeriksaan USG abdomen ditemukan tidak tampak gambaran
testis di fossa skrotum kanan kiri, regio inguinal, dan lumbalis kanan kiri.
8. Memberi obat sesuai indikasi : pemberian 1.000 hingga 2.500 IU hCG dua kali seminggu selama 8 hingga 12
minggu.
9. Menganjurkan menggunakan pakaian lembut dan longgar pada area tersebut, menganjurkan untuk
memakai celana dalam yang tidak menimbulkan tekanan.
10. Mengawasi semua sisi bila terjadi perubahan.
11. Mulai melakukan persiapan emosional pasien : segera setelah ia diinformasikan tentang diagnosetentative.
12. Menginformasikan pasien tentang riset terakhir dan modalitas pengobatan terbaru mengenai gangguan
perkembangan seksual : induksi pubertas.
13. Menguraikan pengalaman-pengalaman yang akan dialami pasien untuk mengajukan pertanyaan.
14. Melengkapi pasien dengan sumber-sumber yang tersedia untuk memfasilitasi penyembuhan.
 
VII.EVALUASI
Tanggal : 15 April 2020
Jam : 13.00 WIB
Dx : Seorang remaja laki-laki dengan pengobatan Hipogonadotisme.
S : Pasien tidak sering bertanya tentang penyakitnya.
O : Pasien tidak gemetar, ketakutan, dan gelisah lagi.
A : Masalah teratasi sebagian.
P : Intervensi dilanjutkan.
Thank You

Anda mungkin juga menyukai