TOPIK 1
Kelompok 1
Program Studi S1 Kebidanan
Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas
Perkembangan Seksual Pada Remaja
BO GIR
Y L
THIS IS
OUR
TEAM!!!
AZZAHRA
DIAN NOVITA
NURUL
SARI
HAMRA
(1910332017) (1910331013)
DENISA AULIA NOVRIANDA
MUTIARAHMI
HARAMAIN RIZKIANI
(1910332010) (1910331001) (1910332009)
LEGA ISWARI AMELIA
DWI NAULI
WAHYUNI RAHMADANI
(1910331007) (1910331010) (1910333019)
NURUL RIZA
RAMADHANI ETRI WANESTI MARDIANTI
NST
(1910333014) (1910333002) (1910332008)
LATAR
BELAKANG
Remaja dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal
dari bahasa Latin adolescare : “tumbuh atau tumbuh untuk
mencapai kematangan”.
Masa remaja → masa transisi yang ditandai adanya
perubahan fisik, emosi, dan psikis, yakni antara usia 10-19
tahun, adalah suatu periode masa pematangan organ
reproduksi manusia, dan sering disebut masa pubertas.
Masa remaja → periode peralihan dari masa anak
ke masa dewasa (Widyastuti, Rahmawati,
Purnamaningrum; 2009).
Pada periode ini terjadi perubahan-perubahan
besar dan esensial mengenai kematangan fungsi-
fungsi rohaniah dan jasmaniah, terutama fungsi
seksual (Kartono, 1995).
Perubahan sangat mencolok dan pasti dialami remaja
adalah proses perkembangan seksual. Seksualitas remaja
merujuk kepada perasaan seksual, perilaku dan
perkembangan pada remaja dan merupakan tahap
seksualitas manusia (Zastrow dan Kirst-Ashman, 2012).
Perilaku seksual remaja dipengaruhi oleh norma
budaya dan adat istiadat, orientasi seksual
mereka, dan isu kontrol sosial, seperti hukum
umur dewasa. Perkembangan seksual mencakup
pembentukan nilai, sikap, perasaan, identitas,
TINJAUAN
TEORI
Perkembangan Seksual Pada
Menurut Zastrow dan Kirt-Ashman
Remaja
(2012), secara psikologis pada fase
remaja ada 2 aspek penting yang
dipersiapkan :
• Orientasi seksual
Remaja diharapkan sudah menemukan
orientasi seksualitasnya atau arah
ketertarikan seksualnya
(heteroseksualitas atau
homoseksualitas). Norma umum yang
berlaku lebih menyukai jika seseorang
menyukai orientasi seksualitas ke arah
heteroseksualitas.
• Peran seks
Peran seks → menerima dan
mengembangkan peran serta
kemampuan tertentu selaras dengan
jenis kelaminnya. Laki-laki akan dekat
dengan sifat-sifat sebagaimana laki-
laki, demikian pula perempuan akan
Perkembangan seksual yang terjadi pada remaja
diantaranya :
03 Remaja mulai
orangtua.
memisahkan diri dari
Produksi hormon seks meningkat
menyebabkan muncul perubahan fisik
01 dan emosi remaja, termasuk ciri-ciri
seksual sekunder, seperti rambut
kemaluan dan payudara yang mulai
Ketertarikan muncul lebih besar terhadap
membesar.
seksualitas, seperti mulai mengalami
02 fantasi seksual sebagai sebuah cara
B. Remaja usia >12 menyiapkan diri memahami peran
tahun seksual.
Remaja sudah mulai mengakses media
03 (games, video, tv, internet, music, dll)
karena penasaran tentang hal-hal yang
berbau seksualitas.
04 Mulai membutuhkan privasi.
Remaja Putri
Sekitar umur 9-11 tahun, sudah mulai timbul tanda-
tanda pertama kematangan seks, yakni pembesaran
payudara dan pinggul.
Baru mulai pertumbuhan rambut di daerah kemaluan bagian luar
dan ketiak.
Suaranya berubah merdu, kulit bertambah bagus dan
halus.
Kadar estrogen yang meningkat
mempengaruhi genital.
Uterus mulai membesar dan terjadi peningkatan lubrikasi
vaginal.
Menarche atau kedatangan haid untuk pertama kalinya, pada
umumnya akan timbul setelah memuncaknya percepatan
pertumbuhan, dapat terjadi pada usia 8 tahun dan tidak
sampai usia 16 tahun atau lebih.
Remaja Putra
Proses kematangan seks mulai antara 11 dan 15 tahun,
dengan umur rata-rata 13 dan 14 tahun, dimulai dengan
pertumbuhan buah pelir dan zakar.
Tumbuhnya rambut di daerah alat kelamin luar lebih
lambat.
Baru setahun kemudian mulai penambahan panjang alat kelamin bagian luar atau
penis, testis, prostat, dan vesikula seminalis yang dipengaruhi oleh peningkatan
kadar testosterone dalam tubuh.
Mulai mempunyai kumis dan jenggot, bulu-bulu mulai tumbuh di ketiak dan
daerah kelamin.
Dengan membesarnya tulang di leher bagian depan (jakun), suara berubah
menjadi pecah dan parau karena tali-tali suara di kerongkongan sedang
mengalami penyesuaian menjadi suara orang dewasa, demikian juga bidang
bahunya menjadi lebih besar ketimbang pinggangnya.
Mengalami penumbuhan atau penebalan rambut di dada.
Faktor yang Mempengaruhi
Perkembangan Seksual pada
Remaja
Menurut Kozier (2004), Dianawati (2003), Strasburger & Donnerstein (1999) dalam
Santrock (2007), Wong (2008), Hurlock (1999), dan Hawari (2006), faktor seorang
remaja terlibat dalam seksualitas, yaitu :
NILAI AGAMA
Memberikan pedoman bagi remaja untuk mengontrol
2 perilaku seksual dan perilaku tersebut dapat diterima,
. serta perilaku seksual yang dilarang dan menerima akibat
dari melanggar aturan seksual.
ETIKA
Pasangan perlu berkomunikasi tentang cara mengekspresikan
3 seksual untuk mencegah pengambilan keputusan seksual dari salah
. satu pasangan untuk menghindari adanya pemaksaan dari
pasangan dalam mengekspresikan seksual.
TEKANAN TEMAN PERGAULAN
Untuk memperoleh penerimaan kelompok, remaja berusaha
4 menyesuaikan diri secara total dalam berbagai hal, seperti model
. pakaian, gaya rambut, selera musik, dan tata bahasa, sering kali
mengorbankan individualitas dan tuntutan diri.
RASA PENASARAN
Adanya perkembangan seksual meningkatkan keingintahuan
5 remaja tentang seks. Apalagi jika temannya mengatakan bahwa
seks terasa nikmat, ditambah lagi adanya segala informasi yang
. tidak terbatas masuknya. Maka, rasa penasaran mendorong
untuk lebih jauh lagi melakukan berbagai macam percobaan
sesuai dengan yang diharapkan remaja (Dianawati, 2003).
LINGKUNGAN KELUARGA
Aturan yang diterapkan kedua orang tua tidak dibuat
6 berdasarkan kepentingan kedua pihak (orang tua dan anak).
Akibatnya, remaja merasa tertekan, sehingga ingin
. membebaskan diri dengan menunjukkan sikap sebagai
pemberontak, yang salah satunya dalam masalah seksual.
MEDIA INFORMASI
Kini dengan mudah dapat diakses oleh remaja di seluruh
7 dunia, seperti televisi, radio, internet, dan telepon genggam.
. Perkembangan media informasi juga memudahkan remaja
untuk mengakses materi pornografi.
SOAP /
DOKUMENTASI
Dokumentasi → catatan Sebagai sarana komunikasi,
tentang interaksi antara sarana tanggung jawab dan
tenaga kesehatan, tanggung gugat, informasi
pasien, dan tim statistik, sarana pendidikan,
kesehatan tentang hasil sumber data penelitian,
pemeriksaan, prosedur jaminan kualitas pelayanan
tindakan pengobatan kesehatan, sumber data,
pada pasien, pendidikan perencanaan asuhan
pasien, dan respon kebidanan berkelanjutan.
pasien terhadap semua
asuhan yang telah
diberikan
PENGERTIAN
(Muslihatun,
SOA TUJUAN
DOKUMENTASI
2009). P DOKUMENTASI
Dokumentasi kebidanan → bukti
pencatatan dan pelaporan
berdasarkan komunikasi tertulis yang
akurat dan lengkap yang dimiliki oleh
bidan dalam melakukan asuhan
kebidanan dan berguna untuk
kepentingan klien, tim kesehatan,
serta kalangan bidan sendiri
(Hidayat, 2009).
Manfaat Dokumentasi
Ditinjau dari aspek hukum
Sebagai alat pembuktian yang
Ditinjau dari aspek sah karena adanya jaminan
Sebagai sebuah catatan
administrasi kepastian hukum atas dasar
karena berkas mengandung
keadilan dalam rangka
nilai identitas, tanggal masuk
menegakkan hukum dan
dan keluar, serta data askes.
menyediakan bahan bukti
selama proses pengadilan
Ditinjau dari aspek berlangsung.
Berkas catatan mendukung
pendidikan Ditinjau dari aspek
kegiatan pembelajaran karena Sebagai penyediaan
penelitiandata untuk
menyangkut data/informasi keperluan penelitian dan
tentang kronologis pengembangan ilmu
perkembangan pelayanan pengetahuan dibidang
yang telah diberikan kepada kesehatan.
pasien.
Ditinjau dari aspek ekonomi
Ditinjau dari aspek Berkas bermanfaat untuk
Catatan yang lengkap dan
manajemen mendokumentasikan besarnya
disimpan dengan baik
dana yang harus dikeluarkan,
menunjukkan adanya
sehingga mengurangi terjadinya
manajemen data yang baik
pemborosan.
juga.
Aspek Penting dalam Dokumentasi
I. PENGKAJIAN
A. Data Subyektif
1. Biodata Ibu
Nama : Tn X
Tanggal lahir :-
Usia : 18 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : -
Pekerjaan : Pelajar/santri
2. Keluhan : penis kecil
3. Riwayat Kesehatan/Penyakit yang Lalu :
a. Penyakit yang pernah dialami
1) Masa kanak-kanak : tidak ada
2) Riwayat kecelakaan : tidak ada
3) Pernah dirawat/penyakit : tidak pernah
4) Operasi : tidak pernah
b. Riwayat alergi
1) Tipe alergi : tidak ada
2) Reaksi : tidak ada
3) Tindakan : tidak ada
c. Imunisasi : tidak ada informasi
Soetomo dengan keluhan penis kecil. Pasien sudah memeriksakan kondisinya ke dokter spesialis bedah
di Nganjuk dan disarankan untuk berobat ke poli andrologi RS Dr Soetomo Surabaya. Pada pemeriksaan
fisik status present ditemukan dalam batas normal dimana tekanan darah sebesar 97/65 mmHg, denyut
nadi sebesar 72 kali/menit, pernapasan sebesar 20 kali/menit, dan temperatur aksila sebesar 36,5°C.
5. Riwayat Kesehatan Sekarang :
a. Factor pencetus : penis kecil.
b. Lamanya keluhan : sejak lahir.
c. Timbulnya keluhan : bertahap.
d. Bagaimana dirasakan :
Pasien mengeluhkan penis kecil. Pasien telah disunat pada tahun 2012 dan merasa penis
sedikit besar setelah menjalani proses sunat. Pasien mengatakan pernah mengalami mimpi
basah pada usia 14-15 tahun sebanyak satu kali dan mengeluarkan cairan mani sebelum ke
pondok pesantren.
e. Bagaimana dilihat :
Pada pemeriksaan genitalia didapatkan klasifikasi tannergrade 2, penis post sirkumsisi dengan
panjang penis sebesar 3 cm dan lingkar penis sebesar 3 cm, serta rambut pubis ditemukan
sedikit. Posisi testis di inguinoskrotal bilateral, memiliki volume < 2 cc, konsistensi lembek, dan
tidak ditemukan adanya nyeri tekan.
f. Factor yang memperberat :
Pasien memiliki kepribadian yang tertutup dan dikatakan memiliki permasalahan dalam sosial,
serta pertemanan. Pasien dijauhi dan sering dilecehkan oleh teman-temannya karena memiliki
postur badan dan penis yang kecil, serta suara seperti anak-anak.
g. Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya sendiri : istirahat.
h. Upaya yang dilakukan oleh orang lain : membawa pasien untuk melakukan pemeriksaan ke dokter
spesialis bedah di Nganjuk dan disarankan untuk berobat ke poli andrologi RS Dr Soetomo
Surabaya.
i. Diagnose medik : hipogonadisme.
6. Kebutuhan Dasar
VI. IMPLEMENTASI
1. Menentukan riwayat keluhan : lokasi pada genitalia, ukuran kecil.
2. Menganalisis organ terkait : melakukan analisis hormon, analisis kromosom, dan USG abdomen.
3. Menilai aturan obat sesuai indikasi : pemberian 1.000 hingga 2.500 IU hCG dua kali seminggu selama 8
hingga 12 minggu.
4. Memantau masukan makanan setiap hari : 1000 kkal.
5. Mengukur BB dan TB : BB setelah sakit 39 kg, TB setelah sakit 145 cm.
6. Mengontrol factor lingkungan : ruangan bersih dan suasana tenang.
7. Meninjau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi hormon : analisis kromosom didapatkan hasil 46, XY.
Analisis hormon FSH, LH, dan testosterone, dimana hasil menunjukkan LH sebesar < 0,07 mIu/ml (nilai
rentang normal 1,5-9,3), FSH sebesar 0,39 mIu/ml (nilai rentang normal 1,4-18,1), dan testosteron sebesar <
7,00 ng/dl (nilai rentang normal 241-827). Pemeriksaan USG abdomen ditemukan tidak tampak gambaran
testis di fossa skrotum kanan kiri, regio inguinal, dan lumbalis kanan kiri.
8. Memberi obat sesuai indikasi : pemberian 1.000 hingga 2.500 IU hCG dua kali seminggu selama 8 hingga 12
minggu.
9. Menganjurkan menggunakan pakaian lembut dan longgar pada area tersebut, menganjurkan untuk
memakai celana dalam yang tidak menimbulkan tekanan.
10. Mengawasi semua sisi bila terjadi perubahan.
11. Mulai melakukan persiapan emosional pasien : segera setelah ia diinformasikan tentang diagnosetentative.
12. Menginformasikan pasien tentang riset terakhir dan modalitas pengobatan terbaru mengenai gangguan
perkembangan seksual : induksi pubertas.
13. Menguraikan pengalaman-pengalaman yang akan dialami pasien untuk mengajukan pertanyaan.
14. Melengkapi pasien dengan sumber-sumber yang tersedia untuk memfasilitasi penyembuhan.
VII.EVALUASI
Tanggal : 15 April 2020
Jam : 13.00 WIB
Dx : Seorang remaja laki-laki dengan pengobatan Hipogonadotisme.
S : Pasien tidak sering bertanya tentang penyakitnya.
O : Pasien tidak gemetar, ketakutan, dan gelisah lagi.
A : Masalah teratasi sebagian.
P : Intervensi dilanjutkan.
Thank You