Anda di halaman 1dari 22

PROSEDUR

MEDIKOLEGAL

JIMMY. V. J. F. SEMBAY
ILMU KEDOKTERAN FORENSIK
PENERAPAN I. KEDOKTERAN
TENTANG TUBUH MANUSIA
APARAT PENEGAK HUKUM AHLINYA DOKTER !
KORBAN
BARANG BUKTI

PERADILAN
KOMENTAR PS 15 KUHAP
PENYIDIKAN POLRI / POM
PENUNTUTAN JPU
PUTUSAN PERKARA HAKIM
EKSEKUSI - JAKSA
Bentuk Bentuk Bantuan Dokter
1. TKP
Melakukan pemeriksaan di TKP.
Membuat analisanya.
Laporan TKP (Tulisan).
2. Penyidikan
Visum et Repertum
3. Sidang Pengadilan
Sebagai saksi pembuat VER menjelaskan
tentang VER yang dibuatnya.
Sebagai ahli menjelaskan berdasarkan
kepakarannya.
Tugas Dokter

DOKTER
BARANG BUKTI ALAT BUKTI
KEWAJIBAN DOKTER MEMBANTU
PERADILAN
TAHAP PENYIDIKAN

PASAL 120 KUHAP


(1) Dalam hal penyidik menganggap perlu, ia
dapat minta pendapat orang ahli atau orang
yang memiliki keahlian khusus.
PASAL 133 KUHAP
(1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan
menangani seorang korban baik luka, keracunan
ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang
merupakan tindak pidana, ia berwenang
mengajukan permintaan keterangan ahli kepada
ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau
ahli lainnya
KEWAJIBAN DOKTER MEMBANTU
PERADILAN
Tahap Persidangan
PASAL 179 (1) KUHAP :
Setiap orang yang diminta pendapatnya
sebagai ahli kedokteran kehakiman atau
dokter atau ahli lainnya wajib
memberikan keterangan ahli demi
keadilan
PASAL 180 KUHAP :
Dalam hal diperlukan untuk menjernihkan
duduknya persoalan yang timbul di sidang
pengadilan, hakim ketua sidang
berwenang meminta keterangan ahli.
PROSEDUR PERMINTAAN KETERANGAN
AHLI
Ps 133 KUHAP:
(2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara
tertulis, yang dalam surat itu disebutkan
dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau
pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan
bedah mayat
(3) Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran
kehakiman atau dokter pada rumah sakit harus
diperlakukan secara baik dengan penuh
penghormatan terhadap mayat tersebut dan
diberi label yang memuat identitas mayat,
dilak dengan diberi cap jabatan yang
dilekatkan pada ibu jari kaki atau bagian lain
badan mayat.
SANKSI BAGI DOKTER YANG
MENOLAK PERMINTAAN PEMERIKSAAN
PASAL 216 KUHP
Barangsiapa dengan sengaja tidak menuruti
perintah atau permintaan yang dilakukan
menurut undang-undang oleh pejabat yang
tugasnya mengawasi sesuatu, atau oleh pejabat
berdasarkan tugasnya, demikian pula yang diberi
kuasa untuk mengusut atau memeriksa tindak
pidana; demikian pula barangsiapa dengan
sengaja mencegah, menghalang-halangi atau
menggagalkan tindakan guna menjalankan
ketentuan, diancam dengan pidana penjara
paling lama empat bulan dua minggu atau denda
paling banyak sembilan ribu rupiah.
KHUSUS PEMERIKSAAN MAYAT
UNTUK PERADILAN
PASAL 222 KUHP
Barangsiapa dengan sengaja
mencegah, menghalang-halangi atau
menggagalkan pemeriksaan mayat
untuk pengadilan, diancam dengan
pidana penjara paling lama sembilan
bulan atau pidana denda paling
banyak empat ribu lima ratus rupiah
MENOLAK SEBAGAI SAKSI, AHLI
PASAL 224 KUHP :
Barangsiapa dipanggil sebagai saksi, ahli
atau juru bahasa menurut undang-
undang dengan sengaja tidak memenuhi
kewajiban berdasarkan undang-undang
yang harus dipenuhinya, diancam :
dalam perkara pidana, dengan penjara
paling lama sembilan bulan.
TENTANG
KETERANGAN AHLI

MATERIL: PASAL 1 BUTIR 28 KUHAP


FORMIL: PASAL 186 DAN 187 KUHAP
KETERANGAN AHLI
PASAL 1 BUTIR 28 KUHAP :
Keterangan Ahli adalah keterangan yang
diberikan seorang yang memiliki keahlian
khusus tentang hal yang diperlukan untuk
membuat terang suatu perkara pidana
guna kepentingan pemeriksaan.
(Pengertian K.A. secara substantif)
Agar dapat diajukan ke sidang pengadilan
sebagai upaya pembuktian, harus dikemas
dalam bentuk ALAT BUKTI SAH
KETERANGAN AHLI
DIBERIKAN SECARA LISAN

PASAL 186
Keterangan ahli adalah apa yang seorang
ahli nyatakan di sidang pengadilan.
PENJELASAN PASAL 186
Keterangan ahli ini dapat juga sudah
diberikan pada waktu pemeriksaan oleh
penyidik atau penuntut umum yang
dituangkan dalam suatu bentuk laporan
dan dibuat dengan mengingat sumpah di
waktu menerima jabatan atau pekerjaan
(BAP saksi ahli).
KETERANGAN AHLI
DIBERIKAN SECARA TERTULIS

PASAL 187 KUHAP


Surat sebagaimana tesebut pada
pasal 184 ayat (1) huruf c , dibuat
atas sumpah jabatan atau dikuatkan
dengan sumpah, adalah :
(c) surat keterangan dari seorang ahli
yang memuat pendapat berdasarkan
keahliannya mengenai sesuatu hal atau
sesuatu keadaan yang diminta secara
resmi dari padanya;
ALAT BUKTI SAH
PASAL 183 KUHAP :
Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana
kepada seseorang kecuali apabila dengan
sekurang-kurangnya dua alat bukti sah ia
memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak
pidana benar-benar terjadi dan bahwa
terdakwalah yang bersalah melakukannya.
PASAL 184 KUHAP :
Alat bukti yang sah adalah :
(a) Keterangan saksi, (b) Keterangan ahli,
(c) Surat, (d) Petunjuk, (e) Keterangan
terdakwa
PEJABAT YG BERWENANG
MEMINTA VISUM ET REPERTUM
PASAL 133 KUHAP : PENYIDIK
PASAL 6 (1) KUHAP :
PENYIDIK ADALAH :
PEJABAT POLISI NEGARA REPUBLIK INDONESIA
PEJABAT PNS TERTENTU YG DIBERI WEWENANG
KHUSUS OLEH UNDANG-UNDANG
YG MEMBUTUHKAN VISUM ET REPERTUM
ADALAH KASUS PIDANA UMUM, SEHINGGA
PENYIDIKNYA ADALAH POLISI.
PENYIDIK PNS TIDAK BERWENANG MEMINTA
VISUM ET REPERTUM
PASAL 11 KUHAP :
PENYIDIK PEMBANTU MEMPUNYAI
WEWENANG SEPERTI TERSEBUT DALAM
PASAL 7 (1), KECUALI MENGENAI PENAHANAN
YANG WAJIB DIBERIKAN DENGAN
PELIMPAHAN WEWENANG DARI PENYIDIK.
MENDATANGKAN AHLI ATAU MEMINTA VISUM
ET REPERTUM BOLEH DILAKUKAN PENYIDIK
PEMBANTU.

JADI, YANG BERWENANG MEMINTA VISUM


ET REPERTUM ADALAH :
PENYIDIK POLISI DAN
PENYIDIK PEMBANTU POLISI
PASAL 2 PP No 27 TAHUN 1983
(2) Penyidik adalah :
a.Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia tertentu
yang sekurang-kurangnya berpangkat Pembantu
Letnan Dua pol (Ajun Inspektur Dua)

PASAL 3 PP No 27 TAHUN 1983


(2) Penyidik pembantu adalah :
a. Pejabat Polisi Negara RI tertentu yg sekurang-
kurangnya berpangkat Sersan Dua polisi;
b. Pejabat PNS tertentu yg sekurang-kurangnya
berpangkat Pengatur Muda (golongan II/a) atau
yang disamakan dengan itu.
PASAL 2 (2) PP No 27 TAHUN 1983
(2) Dalam hal di suatu Sektor Kepolisian tidak
ada pejabat penyidik sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) huruf a, maka Komandan
Kepolisian yang berpangkat bintara di bawah
Pembantu Letnan Dua Polisi, karena
jabatannya adalah penyidik.

ARTINYA :
TIDAK SEMUA POLISI BERPANGKAT PELDA
KE ATAS ADALAH PENYIDIK
TIDAK SEMUA POLISI BERPANGKAT SERSAN
ADALAH PENYIDIK PEMBANTU
SETIAP KAPOLSEK PASTI PENYIDIK
JENJANG KEPANGKATAN POLISI

JENDERAL AJUN INSPEKTUR SATU


KOMISARIS JENDERAL AJUN INSPEKTUR DUA
INSPEKTUR JENDERAL
BRIGADIR JENDERAL BRIGADIR KEPALA
BRIGADIR
KOMISARIS BESAR BRIGADIR SATU
AJUN KOMISARIS BRIGADIR DUA
BESAR AJUN BRIGADIR
KOMISARIS AJUN BRIGADIR SATU
AJUN KOMISARIS AJUN BRIGADIR DUA
INSPEKTUR SATU SABHARA
INSPEKTUR DUA SABHARA SATU
SABHARA DUA
DALAM PRAKTEK :

SURAT PERMINTAAN VISUM ET


REPERTUM :
SURAT TERTULIS
SURAT RESMI (KOP SURAT, NOMOR,
TANGGAL, ALAMAT SURAT, ISI,
TANDATANGAN, NAMA JELAS, PANGKAT, NRP,
STEMPEL DINAS)
MENGATAS-NAMAKAN KAPOLSEK (PENYIDIK)
SEBAGAI PEJABAT ATRIBUTIF.
PENANDATANGAN SURAT (PEJABAT MANDAT)
BOLEH SIAPA SAJA YANG SECARA ORGANISATORIS
BERWENANG MENGATASNAMAKAN PEJABAT
ATRIBUTIF.

Anda mungkin juga menyukai