Anda di halaman 1dari 427

MATERI BIKO

PEMBUATAN
ALAT BUKTI PERADILAN

Lipur Riyantiningtyas
PENGERTIAN
VISUM ET REPERTUM
Keterangan tertulis yg dibuat Dr/Drg dalam
kapasitasnya sebagai ahli atas Permintaan
Tertulis (Resmi) Penyidik tentang Pemeriksaan
Medis terhadap Seseorang baik Hidup ataupun
Mati atau Bagian dari tubuh manusia Berupa
Temuan Dan Interpretasinya, berdasarkan
Keilmuan, di bawah Sumpah ketika menerima
jabatan, dan untuk Kepentingan Peradilan
VISUM et REPERTUM
• Dibuat utk kepentingan peradilan
• Atas permintaan tertulis dari penegak
hukum yang berwenang, yaitu:
– penyidik (Polri, Provost atau PM);
– hakim (hakim ketua sidang).
• Digunakan sbg alat bukti dlm sidang
pengadilan.
• Harus memenuhi syarat materil dan syarat
formil sesuai KUHAP.
SYARAT VISUM et REPERTUM
• Syarat Materiil
– Factual (factually correct)
– Tidak bertentangan dgn ilmu kedokteran yang
telah teruji
• Syarat Formil
– Dibuat dengan sumpah/janji ; atau
– Dibuat dengan mengingat sumpah/janji ketika
menerima jabatan
DASAR PENGADAAN
VISUM ET REPERTUM (masa penyidikan)

PASAL 133 KUHAP


(1)Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan
menangani seorang korban baik luka, keracunan
ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang
merupakan tindak pidana, ia berwenang
mengajukan permintaan keterangan ahli kepada
ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan
atau ahli lainnya

APAKAH AHLI KEDOKTERAN KEHAKIMAN SAMA TINGKATNYA DENGAN DOKTER ?


(2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara
tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan
tegas untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan
mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat
(3)Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran
kehakiman atau dokter di RS harus diperlakukan
secara baik dengan penuh penghormatan dan
diberi label yang memuat identitas, dilak dan
diberi cap jabatan dan diikatkan pada ibu jari
kaki atau bagian tubuh lainnya
PERMINTAAN VISUM ET REPERTUM
menurut Ps 133 KUHAP
• Wewenang Penyidik
• Tertulis (RESMI)
• Terhadap korban, Bukan tersangka
• Ada dugaaan akibat tindak Pidana
• Bila Mayat :
– Identitas pada Label
– Jenis Pemeriksaan yg diminta
– Ditujukan Kepada :
• Ahli Kedokteran Forensik/Dokter di RS
PASAL 134 KUHAP
(1)Dalam hal sangat diperlukan dimana untuk
keperluan pembuktian bedah mayat tidak
mungkin untuk dihindari, penyidik wajib
memberitahukan terlebih dahulu kepada
keluarga korban
(2)Dalam hal keluarga korban keberatan, penyidik
wajib menerangkan dengan sejelas-jelasnya
tentang maksud dan tujuan perlu dilakukannya
pembedahan tersebut
(3)Apabila dalam waktu dua hari tidak ada
tanggapan apapun dari pihak keluarga atau
pihak yang diberitahukan tidak ditemukan,
penyidik segera melaksanakan ketetuan
sebagaimaa dimaksud dalam Pasal 133 ayat (3)
undang-undang ini
PASAL 179 KUHAP
(1)Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai
ahli kedokteran kehakiman atau dokter atau ahli
lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi
peradilan
PASAL 186 KUHAP
Keterangan ahli ialah apa yang seorang ahli
katakan di sidang pengadilan

PASAL 187
(c)Surat keterangan dari seorang ahli yang
memuat pendapat berdasarkan keahliannya
mengenai sesuatu hal atau suatu keadaan yang
diminta secara resmi kepadanya
SANKSI HUKUM BILA MENOLAK
• PASAL 216 KUHP
Barangsiapa dengan sengaja tidak menuruti
perintah atau permintaan yang dilakukan menurut
undang-undang oleh pejabat yang tugasnya
mengawasi sesuatu, atau oleh pejabat berdasar-
kan tugasnya, demikian pula yang diberi kuasa
untuk mengusut atau memeriksa tindak pidana;
demikian pula barangsiapa dengan sengaja
mencegah, menghalang-halangi atau mengga-
galkan tindakan guna menjalankan ketentuan,
diancam dengan pidana penjara paling lama empat
bulan dua minggu atau denda paling banyak
sembilan ribu rupiah.
PASAL 222 KUHP
Barangsiapa dengan sengaja mencegah,
menghalang-halangi untuk menggagalkan
pemeriksaan mayat untk pengadilan diancam
dengan pidana penjara paling lama sembilan
bulan atau pidana denda paling banyak empat
ribu lima ratus rupiah
ALAT BUKTI SAH

• PASAL 183 KUHAP :


– Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana
kepada seseorang kecuali apabila dengan
sekurang-kurangnya dua alat bukti sah ia
memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak
pidana benar-benar terjadi dan bahwa
terdakwalah yang bersalah melakukannya.
ALAT BUKTI SAH lanj……
• PASAL 184 KUHAP :
– Alat bukti yang sah adalah :
(a) Keterangan saksi
(b) Keterangan ahli
(c) Surat
(d) Petunjuk
(e) Keterangan terdakwa
PEJABAT YG BERWENANG
MEMINTA V et R

• Pasal 133 KUHAP : PENYIDIK


• Pasal 6 (1) KUHAP :
– PENIDIK adalah :
• Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia
• Pejabat PNS tertentu yg diberi Wewenang
Khusus oleh Undang-Undang
PEJABAT YG BERWENANG
MEMINTA V et R lanj….
• Yg membutuhkan Visum et Repertum adalah
Kasus Pidana Umum, sehingga Penyidiknya
adalah Polisi
• Penyidik PNS tidak berwenang meminta Visum
et Repertum
PEJABAT YG BERWENANG
MEMINTA V et R lanj….
• PASAL 11 KUHAP :
– Penyidik Pembantu mempunyai wewenang
seperti tersebut dalam Pasal 7 (1), Kecuali
Mengenai Penahanan yg Wajib diberikan
dengan pelimpahan wewenang dari Penyidik
– Mendatangkan Ahli atau meminta Visum et
Repertum boleh dilakukan Penyidik Pembantu
PEJABAT YG BERWENANG
MEMINTA V et R lanj….

• Jadi, yang Berwenang meminta Visum et


Repertum adalah :

– PENYIDIK POLISI
– PENYIDIK PEMBANTU POLISI
PP NO 27 TAHUN 1983
• PASAL 2 PP No 27 TAHUN 1983
(2) Penyidik adalah :
– Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia
tertentu yang sekurang-kurangnya berpangkat
Pembantu Letnan Dua polisi (Ajun Inspektur
Dua)
PP NO 27 TAHUN 1983
• PASAL 3 PP No 27 TAHUN 1983
(2) Penyidik pembantu adalah :
a. Pejabat Polisi Negara RI tertentu yg
sekurang-kurangnya berpangkat Sersan Dua
polisi.
b. Pejabat PNS tertentu yg sekurang-
kurangnya berpangkat Pengatur Muda
(golongan II/a) atau yang disamakan
dengan itu.
PP NO 27 TAHUN 1983
• PASAL 2 (2) PP No 27 TAHUN 1983
(2) Dalam hal di suatu Sektor Kepolisian
tidak ada pejabat penyidik sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) huruf a, maka
Komandan Kepolisian yang berpangkat
bintara di bawah Pembantu Letnan Dua
Polisi, karena jabatannya adalah penyidik.
PP NO 27 TAHUN 1983

• ARTINYA :
–Tidak semua Polisi Berpangkat Pelda ke
atas adalah PENYIDIK
–Tidak semua Polisi Berpangkat Sersan
adalah Penyidik Pembantu
–Setiap Kapolsek PASTI PENYIDIK
SYARAT ADMINISTRASI
1. Surat permintaan secara tertulis dari penyidik
(pemeriksaan luar atau pemeriksaan luar dan
dalam)
2. Memastikan penyidik sudah
memberitahukan kepada pihak keluarga
korban tentang pemeriksaan yang akan
dilakukan
3. BAP penyerahan jenazah
4. BAP penyerahan barang bukti
VISUM
et
REPERTUM
1. Pembukaan bertuliskan,
PROJUSTITIA
Ditulis di POJOK KIRI ATAS

2. PENDAHULUAN
Sifat obyektif administratif
Identitas Peminta Visum
Identitas Pemeriksa
Identitas Korban
Tempat & Waktu Pemeriksaan
3. PEMBERITAAN

• Memuat tentang Apa Yang Dilihat dan


Diketahui pada Korban
• Dilukiskan dengan menggunakan kata-
kata
• Bersifat Obyektif Medis
• Pengganti Barang Bukti
KESIMPULAN
Dibuat oleh Dokter yg memeriksa
Bersifat Subyektif sehingga tidak mengikat

PENUTUP
Demikian Visum et Repertum dibuat
dengan sejujur-jujurnya mengingat sumpah
pada waktu menerima jabatan
JENIS V et R

1. V et R Korban Hidup
seketika
# V et R Perlukaan
sementara
# V et R Psikiatrik
lanjutan
# V et R Kejahatan Susila

2. V et R Korban Mati / Jenazah


V et R (Perlukaan) Seketika

# Pada luka yang tidak perlu perawatan

# Langsung dibuatkan visum

# Kesimpulan berisi :
-> Jenis luka
-> Jenis Kekerasan
-> Kualifikasi luka RINGAN/KUHP 352
V et R Sementara

# Korban dirawat

# Kesimpulan berisi :
-> Jenis luka
-> Jenis Kekerasan
V et R Lanjutan
 Dibuat setelah korban selesai dirawat dgn
kualifikasi luka sudah dapat ditentukan
 Kalau korban meninggal :
a. V et R Lanjutan tetap dibuat
b. Lapor polisi
c. SPV Jenazah
d. Autopsi
e. V et R Jenazah
Derajat Luka / Kualifikasi Luka
Luka Derajat I
Penganiayaan/Luka Ringan (Ps 352KUHP)
Tidak mengakibatkan penyakit maupun halangan
dlm melakukan pekerjaan/jabatan

Luka Derajat II
Penganiayaan / Luka Sedang
 Mengakibatkan penyakit & halangan
sementara dlm melakukan pekerjaan/
jabatannya
Luka Derajat III
Penganiayaan/Luka Berat (Ps 90 KUHP)
1. Mengakibatkan jatuh sakit/mendapat luka yg tidak
memberi harapan akan sembuh sama sekali
2. Dapat mengakibatkan ancaman bahaya maut
3. Sebabkan seseorang terus menerus tdk mampu
utk jalankan tgs jabatan/ pekerjaan/pencaharian
4. Menyebabkan kehilangan salah satu pancaindera
5. Menimbulkan cacat berat, Lumpuh
6. Terganggunya daya pikir selama 4 minggu/lebih
7. Keguguran atau kematian janin dalam rahim
V et R Kejahatan Susila
V et R Perkosaan

A. Sebelum diperiksa perhatikan


1. Ada SPV
2. Diantar / tidak oleh penyidik (polisi)
3. Informed consent dari korban
-> kalau korban adalah anak kecil maka
dari orang tua / wali
4. Saksi / perawat pada waktu pemeriksaan
B. Pada waktu pemeriksaan
(jangan ditunda, cegah trauma psikis akibat
pemeriksaan)
1. Anamnesa yang baik -> 5 W (ada tidak
kemungkinan diberi makanan, minuman, obat-
obatan, suntikan)
2. Perkiraan umur dari korban
3. Trace Evidence (kotoran, bercak sperma, bercak
darah)
> pada pakaian / tubuh
4. Tanda-tanda / Luka-luka akibat kekerasan
pada tubuh dan alat genital externa /
interna
5. Tanda-tanda persetubuhan
 Robekan baru/lama pada hymen
 Adanya sperma/semen pada pem.
laboratorium
C. Pemeriksaan Laboratium
1. Pemeriksaan Adanya sperma, cairan mani
pada swap vagina, bercak di
pakaian/rambut pubis
2. Pemeriksaan Penyakit kelamin
3. Pemeriksaan Tes kehamilan pada yang
mengalami amenorrhoe
4. Pem. Toksikologipada dugaan keracunan,
Ambil darah dan atau urine lakukan rapid
test toksikologi (kwalitatif) untuk opium,
heroin, amphetamin, metamphetamin,
barbiturat, benzodiazepim, alkohol
(conway microdifusion)
bila test positif pertimbangkan pem.
kuantitatif
D. Pencegahan Kehamilan
1. Pada wanita dewasa
after morning pill kontraseptif
(postenor)

2. Pada anak perempuan belum


menstruasi dan sudah ada tanda sex
sekunder
observasi kemungkinan kehamilan
V et R Psikiatrik
Pasal 44 (1) KUHP :
Barangsiapa melakukan perbuatan yg tdk dapat
dipertanggungjawabkan padanya disebabkan krn
jiwanya cacat dlm tubuhnya (gebrekkige
ontwikkeling)/terganggu karena penyakit
(ziekelijke storing), tidak dipidana
dg penyakit jiwa/psikosis, retardasi mental
bagi tersangka/terdakwa pelaku tindak pidana
pembuatnya dokter spesialis psikiatri
DALAM PRAKTEK :
• SURAT PERMINTAAN V et R :
– Surat tertulis
– Surat Resmi (Kop Surat, Nomor, Tanggal, Alamat Surat,
Isi, Tandatangan, Nama Jelas, Pangkat, NRP, Stempel
Dinas)
– Mengatas-namakan Kapolsek (Penyidik) sebagai
Pejabat Atribut :
• Penandatanganan surat (Pejabat Mandat) boleh
siapa saja yang secara organisatoris berwenang
mengatasnamakan Pejabat Atributif
KETENTUAN LAIN
V et R KORBAN HIDUP
• SURAT PERMINTAAN V et R “TERLAMBAT”
– Korban Luka dibawa ke Dokter (RS) dulu sebelum ke
Polisi
– SPV sebutkan peristiwa Pidana yg dimaksud
– VER = SURAT KETERANGAN, Jadi dapat dibuat
berdasarkan Rekam Medis (RM telah berubah
fungsi menjadi Barang Bukti sejak datang SPV)
– Pembuatan V et R tanpa Ijin Pasien, sedangkan
SKM lain Harus Ijin
DAPATKAH PEMERIKSAAN FORENSIK PD KORBAN
HIDUP DIHALANG-HALANGI/BOLEHKAH KORBAN
MENOLAK PEMERIKSAAN?

• Tidak ada Peraturan Perundang-undangan yang


mengaharuskan atau memberi Sanksi bagi

pelanggarnya
• Korban adalah juga Pasien yang masih memiliki
HAK AUTONOMINYA (RIGHTS TO SELF
DETERMINATION)
• (Status Barang Bukti = BUKAN ORANGNYA)
ABORTUS KRIMINALIS &
PEMBUNUHAN ANAK
SENDIRI (INFANTICIDE)
Abortus Kriminalis
• TIU:
– Memahami pengertian dan undang-undang terkait
masalah abortus, metode dan komplikasi abortus
kriminalis serta tatalaksana pemeriksaan forensik terhadap
korban abortus kriminalis.

• TIK:
– Menyebutkan pengertian dan undang-undang terkait
dengan masalah abortus.
– Menjelaskan metode yang digunakan dalam melakukan
abortus.
– Menjelaskan kemungkinan komplikasi yang terjadi akibat
tindakan abortus kriminalis.
– Menjelaskan pemeriksaan forensik terhadap korban
abortus .
Definisi Abortus
• Abortion = pengguguran kandungan
– Medis : ??
• Pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di
luar kandungan (Wiknjosastro, 2000).
• Kriteria  berubah, sesuai kemajuan dunia medis.

– Hukum : tindakan menghentikan kehamilan


/mematikan janin sebelum waktu kelahiran, tanpa
melihat usia kandungannya.
• Kandungan masih hidup (HR 12-4-1898).
• Tidak dipersoalkan lahir hidup/lahir mati (HR 12-4-1898).

•Kesengajaan & tak ada kriteria usia kehamilan


Jenis Abortus  berdasarkan proses

1. ABORTUS SPONTAN, terjadi secara natural.

2. ABORTUS PROVOKATUS didahului oleh suatu


tindakan yg disengaja, dapat berupa:
• Legal
• Illegal

3. ABORTUS AKIBAT KECELAKAAN didahului suatu


trauma yg tak disengaja.
Abortus provocatus
• Abortus yang disengaja dibuat (diprovokasi) dengan
berbagai cara, baik dilakukan oleh ibunya sendiri atau
dibantu orang lain (Dahlan, 2000).
• Legal / Illegal  tergantung norma hukum yang berlaku
di negara:
– Abortus provocatus medicinalis, legal umumnya di negara
Eropa Barat & Pakistan.
– Abortus provocatus sosio-medicinalis, legal di Swedia, Inggris,
India.
– Abortus provocatus socialis, legal di Jepang & Yugoslavia.

Indonesia??
Perundangan ttg Abortus
• KUHP (produk kolonial 1918)  tidak mengatur abortus
medicinalis, pidana kpd pelaku abortus provocatus
criminalis:
– Pasal 283 Max 9 bulan bagi yg menunjukkan alat/cara
menggugurkan kandungan kpd anak < 17 th/di bawah umur.
– Pasal 299  Max 4 th, bagi yg menganjurkan/merawat/
memberi obat kpd wanita dgn memberi harapan agar gugur
kandungannya.
– Pasal 346  Max 4 th, bagi wanita yang sengaja
menggugurkan kandungannya/menyuruh org lain
melakukannya.
Perundangan ttg Abortus .. (lanjutan)
• KUHP:
– Pasal 347  Max 12 th dan bila wanita meninggal
max 5 th bagi orang yg menggugurkan kandungan
wanita tanpa seijinnya.
– Pasal 348 Max 5 th 6 bulan dan bila wanita
meninggal max 7 thn, bagi orang yang menggugurkan
kandungan wanita dgn seijinnya.
– Pasal 349 Hukuman di+ sepertiga & pencabutan
hak pekerjaannya, bagi dokter, bidan/juru obat yg
melakukan kejahatan di atas.
– Pasal 535  Max 3 bulan, bagi yg mempertunjukkan
secara terbuka alat/cara menggugurkan kandungan.
Perundangan ttg Abortus.. (lanjutan)
• UU no. 23/1992 ttg Kesehatan,
– Pasal 15:
• “Tindakan medis tertentu” dapat dilakukan pada
keadaan darurat untuk menyelamatkan si Ibu dan
atau si Janin.
• Dilaksanakan oleh tim dokter ahli setelah melalui
pertimbangan serta persetujuan si Ibu, suaminya
serta keluarganya.
• Sarana kesehatan berperalatan lengkap.
– Pasal 80:
• Pidana 15 tahun dan pidana denda 15 juta (max).
Abortus provocatus criminalis

• Merupakan terminasi kehamilan TANPA


indikasi medis.
• Semata-mata untuk kepentingan si Pelaku dan
atau si Ibu.
• Dapat akibat bujuk rayu (iklan terselubung)
seseorang/orang lain.
• Kadang dilakukan sendiri.
Metode Abortus Kriminalis

1. Menggunakan obat-obatan/ramuan.
2. Menggunakan kekerasan mekanik/fisik:
– Tanpa alat.
– Dengan alat.
Kemungkinan pasca abortus
(kriminalis)
• Produk kehamilan keluar, Ibu “selamat”.
• Timbul komplikasi pada Ibu, misal: kejang,
perdarahan  kritis.
• Kematian Ibu:
– Cepat (immediate), karena vagal refleks, emboli,
perdarahan hebat.
– Tidak begitu cepat (moderate).
– Lambat (late) (2 hr atau lebih), karena infeksi
(sepsis), keracunan, perdarahan lambat.
Pemeriksaan Forensik
Kasus Abortus
• PEMBUKTIAN SECARA MEDIS
– Jika ibu hidup:
• Tanda fisik hamil, striae gravidarum, hiperpigmentasi
mammae, bentuk payudara.
• Tanda kekerasan pada bagian bawah perut dan sekitar
genital.
• Sisa produk kehamilan.
• Pemeriksaan toksikologi.
• Alat yang tertinggal.
PEMBUKTIAN SECARA MEDIS lanjutan………
• Jika ibu meninggal?
– Dilakukan Otopsi.
– Temukan tanda kehamilan.
– Tanda kekerasan bawah perut dan sekitar genital.
– Periksa uterus dan bagian dalam genital, temukan
adanya tanda kongesti.
– Cari kemungkinan perforasi fundus uteri.
– Toksikologis darah dan urin.
– PA cari trofoblas, desidua, sel radang.
Infanticide
• TIU:
– Memahami batasan dan undang-undang terkait
infanticide serta mengerti pemeriksaan yang
diperlukan terhadap korban infanticide maupun
tersangka pelaku.

• TIK:
– Menyebutkan batasan infanticide dan perundang-
undangan yang terkait.
– Menjelaskan teknik pemeriksaan korban infanticide untuk
menentukan bayi mampu hidup, lahir hidup atau mati serta
sebab kematian bayi.
– Menjelaskan pemeriksaan yang dibutuhkan untuk
menentukan tersangka pelaku infanticide.
Definisi Infanticide
• Arti umum:
– Pembunuhan bayi (Infant Death).
– Setiap perbuatan merampas nyawa bayi di luar kandungan.

• Arti khusus  bervariasi antar negara/sistem hukum:


– Inggris: merampas nyawa bayi yg belum berumur 12 bulan
oleh ibu kandungnya.
– Jerman Barat: pembunuhan anak ini hanya berlaku bagi anak
yang lahir dari hubungan tidak sah ( >< Eropa Barat &
Amerika).
– Scotlandia: tidak ada peng-khusus-an mengenai pembunuhan
bayi oleh ibu kandungnya.

Indonesia ??
Infanticide di Indonesia

KUHP

Pasal 341: Pasal 342:


Seorang ibu yang karena takut ketahuan Seorang ibu, yang untuk melaksanakan niat
melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan yang ditentukan karena takut akan ketahuan
atau tidak lama kemudian, dengan sengaja bahwa akan melahirkan anak, pada saat anak
merampas nyawa anaknya, diancam, karena dilahirkan atau tidak lama kemudian
membunuh anak sendiri, dengan pidana merampas nyawa anaknya, diancam, karena
penjara paling lama tujuh melakukan pembunuahan anak sendiri dengan
tahun.(Kinderdoodslag) rencana, dengan pidana penjara paling lama
sembilan tahun. (kindermoord)

Pembunuhan yang dilakukan seorang ibu atas anaknya pada ketika


dilahirkan atau tidak beberapa waktu setelah dilahirkan, karena takut
ketahuan bahwa ia telah melahirkan anak.
Kriteria Infanticide

• Pelaku ibu kandung:


– Tidak mempersoalkan status pernikahan.
– Pelaku lain yg terlibat  dihukum karena
pembunuhan (Pasal 343):
• Pasal 338; tanpa rencana  15 tahun.
• Pasal 339 & 340; dgn rencana  20 thn, seumur
hidup/hukuman mati.
• Korban bayi anak kandung sendiri.
Kriteria Infanticide lanjutan
• Pembunuhan dilakukan pada saat dilahirkan
atau tidak lama kemudian:
– Saat belum ada rasa kasih sayang  tak ada tanda
perawatan.
– Sebelum ada yg mengetahui kelahirannya.

• Motif pembunuhan karena takut ketahuan telah


melahirkan anak.
– Kultur  tabu hamil tanpa suami/“hugel”.
Penemuan Jenazah Bayi = Infanticide ?????

• Korban pembunuhan, anak • KUHP 341, 342.


sendiri.

• Pembunuhan. • KUHP 338, 339, 340, 343.

• Lahir mati kemudian dibuang. • KUHP 181: menyembunyikan


kelahiran/kematian, (9 bulan).
• Penelantaran bayi hingga mati.
• KUHP 305, 306, 307, 308.
Pembuktian Medis
• Pengertian “pembunuhan” dibuktikan dgn:
– Lahir hidup.
– Kekerasan.
– Sebab kematian akibat kekerasan.

• Pengertian “baru lahir”, dinilai berdasar


– Maturitas & usia kehamilan.
– Usia pasca lahir.
– Asupan laik hidup (viable).
– Tanda perawatan.

• Pastikan hubungan antara tersangka ibu dengan


jenazah bayi.
Lahir Hidup (Live Birth)
• Jika bayi menunjukkan tanda-tanda hidup
sesudah seluruh tubuhnya berpisah dari badan
ibunya.
• Tanda lahir hidup:
– Pernafasan, denyut jantung, denyut tali pusat,
gerakan otot seran lintang, menangis, dll.
– Sulit didapat dari keterangan saksi  bantuan
dokter.
Lahir Hidup… (lanjutan)
• Dada tampak mengembang.
• Diafragma turun ke sela iga 4 atau 5.
• Tepi paru tumpul hampir menutup kantung jantung,
total berat paru 1/35 BB.
• Paru mirip mozaik dan marmer (dasar merah tua dg
bercak merah muda dan tonjolan putih septum
interkapsuler).
• Krepitasi (+).
• Tes apung paru (+), tes apung usus (+).
• Mikroskopis tampak atelektasis dan emfisema.
Kekerasan & Sebab Kematian
• Tersering  asfiksia mekanik (pencekikan,
penjeratan, pembekapan, penyumpalan) 
pemeriksaan leher!!
– Tidak semua menimbulkan jejas.
– Tanda intravitalitas mikro.

• Kekerasan tumpul  bedakan dgn cedera akibat


trauma jalan lahir.

• Sebab lain  penyakit (penyakit membran


hialin, kongenital fatal, pneumonia, dll).
Maturitas
(cukup bulan/kurang bulan)
• Berat badan ≥ 2500 gr, panjang badan ≥ 48 cm,
lingkar kepala fronto-oksipital ≥ 34 cm, diameter
putting susu 7 mm.
• Lanugo tinggal sedikit, kuku melewati ujung jari.
• Gambaran sidik jari sudah jelas.
• Testis turun ke skrotum.
• Labia minora tertutup labia mayora.
• Pusat penulangan epifise (+) di sternum, femur,
kuboid & tibia.
Usia pasca lahir
• Udara dlm saluran cerna:
– Duodenum (+): > 2 jam.
– Usus halus: 6-12 jam.
– Usus besar: 12-24 jam.
• Mekonium telah keluar seluruhnya: > 24 jam.
• Perubahan tali pusat:
– Kemerahan di pangkal: > 36 jam.
– Kering: 2-3 hari.
– “Puput”: 6-8 hari (sampai 20 hari).
– Sembuh: 15 hari.
Usia pasca lahir lanjutan

• Sel eritrosit berinti hilang: > 24 jam.


• Duktus arteriosus menutup : 3-4 minggu.
• Ductus venosus menutup : > 4 minggu.
• Non-viable:
– Berat < 1000 gram atau immature.
– Ada kelainan kongenital fatal.

• Tanda perawatan:
– Tali pusat terpotong rata & diikat ujungnya, diberi
antiseptik & verban.
– Jalan nafas bebas.
– Vernix caseosa sudah dibersihkan.
– Berpakaian.
– Air susu dlm saluran cerna (+).
Hubungan Ibu - Bayi
• Memperkirakan waktu partus ibu & waktu
lahir anak.

• Mencocokkan golongan darah.

• Sidik DNA.
BIKO MEDIKOLEGAL
TINGKAT PROFESI

Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal


Fakultas Kedokteran UGM / RS Sardjito
RAHASIA
KEDOKTERAN
Pengertian
• Kerahasiaan : informasi yang diberikan
oleh seorang kepada orang lain yang
dilarang untuk dibocorkan atau membuka
kepada pihak lain
• Rahasia kedokteran : segala informasi yang
lahir dari hubungan profesional dengan
pasien  milik pasien (mutlak)
Landasan Hukum

• Deklarasi Helsinki dan deklarasi Lisabon 


hak – hak pasien

• Indonesia Ethical Conduct (Kode Etik


Kedokteran Indonesia)  pasal 13

• PP no. 26 th 1960 tentang Sumpah Dokter


Landasan Hukum
• PP no. 10 th 1966 tentang Wajib Simpan Rahasia
– Pasal 1 : yang diketahui pada waktu atau selama
melakukan pekerjaan dalam lapangan kedokteran
– Pasal 2 : dirahasiakan, kecuali surat peraturan lain
yg lebih tinggi atau sederajat dari PP
– Pasal 3 : yg wajib simpan rahasia tenaga
kesehatan, mhs kedokteran, murid yg bertugas di
lapangan, pemeriksaan, pengobatan/perawatan
Landasan Hukum

– Pasal 4 : sanksi pelanggaran yg tidak dapat


dengan KUHP, Menkes dapat melakukan
tindakan adminstrasi berdasar Pasal 11 UU
Tenaga kesehatan
– Pasal 5 : Menkes melakukan berdasarkan
wewenang dan kebijaksanaannya
Landasan Hukum
• KUHP
– Pasal 112 : sengaja mengumumkan surat-surat,
berita-berita atau keterangan-keterangan harus
dirahasiakan untuk kepentingan negara kepada
negara asing diancam hukuman 7 tahun
– Pasal 322 : simpan rahasia, penjara paling lama 9
bulan pidana Rp. 9.000
– pasal 50 : melakukan perbuatan untuk
melaksanakan ketentuan UU, tidak dipidana
Landasan Hukum
• Pasal 52 :
1) Melakukan perbuatan untuk melaksanakan
perintah jabatan yg diberikan penguasa yg
berwenang, tidak dipidana
2) Perintah jabatan tanpa wewenang, tidak
menyebabkan hapusnya pidana, kecuali jika
diperintah dengan itikad baik mengira bahwa
perintah diberikan dengan wewenang dan
pelaksaannya termasuk dalam lingkungan
pekerjaannya
Landasan Hukum
• KUHAP pasal 170 ayat 1 & 2 tentang
kerahasiaan
• Pasal 48, UU No. 29 Th. 2004 tentang
praktik Kedokteran
1) Wajib simpan rahasia
2) Dapat dibuka hanya : permintaan aparatur
penegak hukum, permintaan pasien,
berdasarkan ketentuan perundangan
Dasar Moral
Sumpah Hippokrates
• Apapun yang saya lihat atau dengar selama
menjalankan pengobatan atau malahan yang
berhubungan dengan hidup orang yang
dengan alasan apapun tidak boleh
diumumkan, akan saya simpan untuk saya
sendiri karena hal – hal seperti itu memalukan
untuk dibicarakan
Dasar Moral
Sumpah Dokter Indonesia ( PP no. 26
th 1960)
• Saya akan merahasiakan segala sesuatu
yang saya ketahui karena pekerjaan saya
dan karena keilmuan saya sebagai dokter
Dasar Moral
International Code of Medical Ethics
• A physician shall preserve absolute
confidentiality on all he knows about his
patients even after the patient has died
Dasar Moral
Kode Etik Kedokteran Indonesia
(KODEKI)  pasal 13
• Setiap dokter wajib merahasiakan segala
sesuatu yang diketahuinya tentang seorang
pasien, bahkan juga setelah pasien itu
meninggal dunia.
Mengapa perlu ada rahasia
kedokteran?

• Prinsip hubungan dokter dan pasien


• Goodwill
• Trust (kepercayaan)
• Free to tell (bebas untuk bicara)  pasien
bebas bicara kepada dokter tentang apa yang
terjadi pada dirinya
Mengapa perlu ada rahasia
kedokteran?

• To preserve the human dignity (untuk


menjaga martabat manusia)

• Privacy right/hak individu (berasal dari


prinsip otonomi)
Membuka rahasia kedokteran
• Izin dari pasien
• Dibawah tim medis
• Kepada para pekerja dan pihak asuransi
yang memberikan layanan kesehatan
• Dalam kepentingan kesehatan pasien. 
permintaan keluarga atau wali yang
merawat pasien
Membuka rahasia kedokteran
• Di dalam opini dokter bahwa pembukaan
merupakan yang terbaik untuk pasien
• Di dalam kepentingan untuk orang lain
(statutory requirement)  contohnya:
– Hukum :
1. prosedur hukum kriminal  hakim meminta
untuk membuka rahasia atas kepentingan
peradilan dlm persidangan atau tahap
penyidikan
2. Epidemic & karantina
Membuka rahasia kedokteran
- Persoalan sosial :
1. menjaga keselamatan masyarakat  dalam
hal ini seorang tenaga medis diharuskan
membuka rahasia atas keselamatan
kepentingan umum (UU no.6 th 1962
tentang wabah)
2. untuk menjaga orang banyak
• Setelah pasien meninggal : jika “pengetahuan
publik”
• Medical research (penelitian kedokteran)
Hukum tentang pembukaan rahasia
kedokteran
• UU 29/2004 PRAKTIK KEDOKTERAN pasal 48
ayat 2
– Rahasia kedokteran dapat dibuka hanya:
• Untuk kepentingan kesehatan pasien
• Memenuhi permintaan aparatur penegak
hukum dalam rangka penegakan hukum
• Permintaan pasien sendiri
• Berdasarkan ketentuan perundang- undangan
Pelaksanaan Hukum
• Surat permintaan (request letter)
• Selama pelaksanaan hukum (pasal 170 KUHAP) 
contoh : dalam bentuk visum et repertum
– Pasal 170 KUHAP:
• Mereka yang karena pekerjaan, harkat
martabat atau jabatannya diwajibkan
menyimpan rahasia, dapat minta dibebaskan
dari kewajiban untuk memberi keterangan
saksi, yaitu tentang hal yang dipercayakan
kepadanya
Pelaksanaan Hukum
• Hakim menentukan sah atau tidaknya segala
alasan untuk permintaan tersebut
• Setelah memperoleh persetujuan pasien maka
dokter tetap diharapkan memenuhi prinsip
“need to know” yaitu prinsip untuk
memberikan informasi kepada pihak ketiga
tersebut hanya secukupnya yaitu sebanyak
yang dibutuhkan oleh peminta informasi
Pelaksanaan Hukum
• Dokter dapat menolak membeberkan
rahasia (pasal 43, 120 KUHAP)
– Pasal 43 KUHAP:
• Penyitaan surat atau tulisan lain dari mereka
yang berkewajiban menurut UU untuk
merahasiakannya, sepanjang tidak
menyangkut rahasia negara, hanya dapat
dilakukan atas persetujuan mereka atau atas
ijin khusus ketua PN setempat kecuali UU
menentukan lain
Pelaksanaan Hukum
– Pasal 120 KUHAP :
• Dalam hal penyidik menganggap perlu, ia
dapat minta pendapat orang ahli atau orang
yang memiliki keahlian khusus
• Kecuali bila disebabkan karena harkat dan
martabat pekerjaan yang mewajibkan dia
menyimpan rahasia, dapat menolak untuk
memberikan keterangan yang diminta

• Penyitaan hanya oleh kepentingan peradilan


Lipur
Riyantiningtyas
DEFINISI
• Bahasa Yunani artinya “berhenti berdenyut”

• Suatu keadaan ditandai dengan gangguan


pertukaran udara pernapasan
O2 darah berkurang (hipoksia)
peningkatan CO2 (hiperkapnea),
organ tubuh kekurangan oksigen (hipoksia
hipokasik) kematian
PATOFISIOLOGI
• PRIMER (akibat langsung dari asfiksia)
Kekurangan oksigen ditemukan di seluruh tubuh,
tidak tergantung pada tipe asfiksia. Sel-sel otak
sangat sensitive terhadap kekurangan O2. Sel-sel
otak (serebrum, serebelum dan ganglia basalis)
mati digantikan jaringan glial organ
tubuh lain perubahan akibat kekurangan O2
secara langsung atau primer
PATOFISIOLOGI
• SEKUNDER (berhubungan penyebab dan
usaha kompensasi dari tubuh)
Jantung kompensasi keadaan tekanan oksigen
yg rendah outputnya tekanan arteri
dan vena . Karena oksigen dalam darah
berkurang terus dan tidak cukup untuk kerja
jantung gagal jantung dan kematian
berlangsung dengan cepat
CONTOH PATOFISILOGI SEKUNDER
• Pembekapan (penutupan mulut & hidung)
• Obstruksi jalan napas seperti mati gantung diri
penjeratan, pencekikan, corpus alienum dalam
saluran napas atau pada tenggelam karena
cairan menghalangi udara masuk ke paru-paru
• Gangguan gerakan pernapasan karena
terhimpit atau berdesakan (traumatic asphyxia)
• Penghentian primer dari pernapasan akibat
kegagalan pada pusat pernapasan, misalnya pada
luka listrik dan beberapa bentuk keracunan
PENYEBAB
• Hipoksia hipoksik (anoksia anoksik)
Rendahnya tekanan parsial oksigen dalam darah
arteri disebabkan kurangnya oksigen yg masuk paru-
paru oksigen tidak dapat mencapai darah & gagal
masuk dalam sirkulasi darah. Disebabkan
sumbatan/obstruksi di saluran pernapasan
alamiah (misalnya penyakit seperti laryngitis sifter,
status asmatikus, carcinoma bronchonenik, dsb),
trauma/kekerasan mekanik seperti tercekik,
penggantungan, tenggelam, dsb
PENYEBAB
• Hipoksia anemic (anoksia anemic)
PO2 darah arteri normal tetapi jumlah
hemoglobin yang tersedia untuk mengangkut
oksigen kurang, contoh : keracunan karbon
monoksida

• Hipoksia histotonik (anoksia histotoksik)


Jumlah oksigen yg mencapai sel-sel normal tetapi
sel tidak dapat efektif menggunakan oksigen
karena kerusakan enzim fosforilasi oksidatif,
contoh : pengaruh minuman beralkohol
PENYEBAB
• Hipoksia stagnan (anoksia stagnan)
Ada pembatasan lokal aliran darah beroksigen
ke jaringan. Oksigen diberikan ke seluruh
tubuh tetapi tidak mencukupi untuk
memenuhi kebutuhan jaringan, contoh :
iskemia otak, jantung iskhemik, hipoksia
intraurine
Jenis Asfiksia mekanik
• Penutupan saluran pernapasan
– Suffocation : kekurangan oksigen akibat
ketidakmampuan menghirup oksigen, cont : di
ruangn yg berdesakan, tambang yg runtuh,
terjebak dalam ruangan tertutup
– Smothering (pembekapan) : penutupan lubang
mulut dan hidung
– Gangging & Choking : sumbatan benda di saluran
napas
Jenis Asfiksia mekanik
• Penekanan dinding saluran pernapasan
– Strangulation (penjeratan),
Mekanisme : tertutupnya jalan napas hingga asfiksia atau
tertutupnya vena hingga anoksia otak atau reflek vagal
atau tertutupnya arteri karotis sehingga otak kekurangan
oksigen
– Manual Strangulation/throttling (pencekikan).
Mekanisme : asfiksia atau reflek vagal akibat rangsang
pada reseptor nervus vagus pada corpus caroticus di
percabangan arteri karotis interna dan eksterna
– Hanging (penggantungan)
Mekanisme : asfiksia, gangguan sirkulasi darah ke otak,
reflek vagal atau kerusakan medulla spinalis akibat
dislokasi/fraktur vertebra cervicalis (sendi atlantoaxial)
Jenis Asfiksia mekanik
• Penekanan dinding dada dari luar
Penekanan terus-menerus pada dada dan
abdomen dada terfiksasi gangguan
pernapasan asfiksia

• Saluran napas terisi air (tenggelam)


Gejala asfiksia
• Dispnue
– Durasi 4 menit : nafas cepat dalam, tekanan darah naik,
nadi cepat, sianosis terutama muka dan tangan
– Rangsangan pusat pernapasan di medulla oblongata
karena kurangnya oksigen pada sel darah merah disertai
penumpukan kadar CO2

• Konvulsi
– Durasi 2 menit, klonik n tonik
– Rangsangan SSP akibat peningkatan CO2, kejang klonik
tonik, epistotonus, pupil dilatasi, denyut nadi menurun,
tensi turun
Gejala asfiksia
• Apnue
– Durasi 1 menit, napas sangat lemah atau berhenti,
tak sadar, mengeluarkan feses, urin & sperma
– Depresi pusat napas sampai berhent, kesadaran
menurun, relaksasi spinter

• Stadium akhir
– Paralise total, napas henti setelah kontraksi otot
pernapasan kecil ada leher
TANDA ASFIKSIA
• Tanda klasik :
– sianosis,
– kongesti vena,

– edema
TANDA ASFIKSIA
• Tanda spesifik, berhubungan dengan
penyebab asfiksia
– Pembekapan :
• benda lunak kurang jelas,
• luka lecet tekan/geser,
• goresan kuku atau luka memar pada ujung hidung,
• bibir dan dagu yg mengkin terjadi karena korban
melawan,
• luka memar/lecet bagian/permukaan dalam bibir
akibat bibir terdorong dan menekan gigi, gusi dan lidah
TANDA ASFIKSIA
– Penggantungan :
• jejas jerat,
• resapan darah, fraktur os hyoid (pada cornu majus) dan
cartilago crycoid,
• lebam mayat,
• lidah menjulur (di bawah cartilage thyroid)

– Penjeratan :
• jejas jerat,
• luka/memar pada tubuh yg lain,
• buih halus kemerahan di jalan napas,
• resapan darah sub cutis
TANDA ASFIKSIA
– Pencekikan :
• luka memar di leher berbentuk kuku,
• resapan darah di bagian dalam leher terutama di
belakang kerongkongan, dasar lidah dan kelenjar
thyroid.
• Fraktur tulang rawan thyroid, crycoid dan hyoid.
• Buih halus lubang mulut dan hidung

– Tenggelam
TANDA-TANDA
• Edema paru dengan buih pada trakea dan
bronchus
• Paru kongesti
• Dilatasi pembuluh darah
• Petekie pada konjungtiva dan jaringan lunak
pada obstruksi jalan napas bagian atas
• Sianosis
REKAM
MEDIS
Lipur Riyantiningtyas
DEFINISI REKAM MEDIS
Permenkes No. 269/MENKES/PER/III/2008
Berkas yang berisi catatan dan dokumen antara
lain :
 Identitas pasien,
Hasil pemeriksaan,
Pengobatan yang telah diberikan,
Tindakan dan pelayanan lain yang telah
diberikan kepada pasien
REKAM MEDIS
• Pasal 1 : penjelasan ttg rekam medis hanya
boleh dilakukan oleh dr/drg yg merawat seijin
pasien atau peraturan per-UU-an
• Pasal 6 : dr, drg, nakes tertentu bertanggung
jawab atas dokumen RM
• Pasal 7 : Sarana Nakes menyediakan fasilitas
penyelenggaraan RM
ISI REKAM
MEDIS
RM Pasien Rawat Jalan
o Identitas pasien
o Tanggal dan waktu
o Anamnesis (sekurang-kurangnya keluhan, riwayat
penyakit)
o Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medis
o Diagnosis
o Rencana penatalaksanaan
o Pengobatan dan/atau tindakan
o Pelayanan lain yg telah diberikan pada pasien
o Utk pasien gigi dilengkapi odontogram klinik
o Persetujuan tindakan bila perlu
RM Rawat Inap
• Identitas pasien
• Tanggal dan waktu
• Anamnesis (sekurang-kurangnya keluhan, riwayat
penyakit)
• Hasil pem. fisik & penunjang medis
• Diagnosis
• Rencana penatalaksanaan/TP (treatment planning)
• Pengobatan dan/atau tindakan
• Persetujuan tindakan bila perlu
RM Rawat Inap lanj….
• Catatan observasi klinis dan hasil pengobatan
• Ringkasan pulang (discharge summary)
• Nama dan tanda tangan dr, drg atau tenaga
kesehatan tertentu yg memberikan pelayanan
kesehatan
• Pelayanan lain yg telah diberikan oleh tenaga
kesehatan tertentu
• Utk pasien gigi dilengkapi dengan odontogram
klinik
RM Pasien Gawat Darurat
o Identitas pasien
o Kondisi saat pasien tiba di sarana pelayanan
o Identitas pengantar pasien
o Tanggal dan waktu
o Anamnesis (sekurang-kurangnya keluhan, riwayat
penyakit)
o Hasil pemeriksaan fisik & penunjangmedis
o Diagnosis
RM Pasien Gawat Darurat lanj
• Pengobatan dan/atau tindakan
• Ringkasan kondisi pasien sebelum meninggalkan
pelayanan UGD dan rencana tindak lanjut
• Nama dan tanda tangan dr, drg atau tenaga
kesehatan tertentu yg memberikan pelayanan
• Sarana transportasi yg digunakan bagi pasien yg
akan dipindahkan ke sarana pelayanan kesehatan
lain
• Pelayanan lain yg telah diberikan kepada pasien
Ringkasan pulang (Ps 4)
• Identitas pasien
• Diagnosis masuk dan indikasi pasien dirawat
• Ringkasan hasil pemeriksaan fisik dan
penunjang, diagnosis akhir, pengobatan dan
tindak lanjut
• Nama dan tanda tangan dokter atau drg yang
memberikan pelayanan
Kesalahan pencatatan

Dilakukan pembetulan dengan cara


pencoretan tanpa menghilangkan
catatan yg dibetulkan dan dibubuhi
paraf dokter, drg atau tenaga
kesehatan yg bersangkutan
Penyimpanan (Pasal 8,9)
• Di sarana RS : minimal 5 th sejak tanggal
terakhir pasien perawatan, kecuali
ringkasan pulang dan persetujuan
tindakan selama 10 th
• Di sarana selain RS : 2 th
• Pemusnahan mengikuti aturan yg
ditentukan tentang pemusnahan dokumen
Rahasia medis dapat dibuka
(Pasal 10 ayat 2)
• Untuk kepentingan kesehatan pasien
• Memenuhi permintaan aparatur penegak hukum
dalam rangka penegakkan hukum atas perintah
pengadilan
• Permintaan dan/atau persetujuan pasien sendiri
• Permintaan institusi/lembaga berdasarkan ketentuan
UU
• Kepentingan penelitian, pendidikan dan audit media
sepanjang tidak menyebutkan identitas pasien
Kepemilikan RM (Pasal 12)
• Berkas RM merupakan milik sarana
pelayanan kesehatan sedangkan isi RM
merupakan milik pasien
• Bila pasien minta isi RM : diberikan dalam
bentuk ringkasan RM
Pemanfaatan RM (ps 13)
• Pemeliharaan kesehatan & pengobatan
pasien
• Alat bukti dalam proses penegakkan hukum,
disiplin kedokteran dan kedokteran gigi dan
penegakan etika kedokteran n etika
kedokteran gigi
• Keperluan pendidikan dan penelitian
• Dasar pembayaran biaya pelayanan
kesehatan
• Data statisik kesehatan
Tanggung Jawab
(Ps 14)

Pimpinan sarana pelayanan kesehatan


bertanggung jawab atas hilang, rusak,
pemalsuan, dan/atau penggunaan oleh
orang atau badan yg tidak berhak
terhadap RM
INFORMED
CONSENT
SEJARAH
• Diawali munculnya doktrin “a man is the
master of his own body”, oleh hakim
Cardozo yg mengadili kasus Nateson v.
Kline.

• Lalu muncul common law (putusan


pengadilan) di negara dgn Common Law
System karena tidak ada statute law (UU
produk Legislatif) yg bisa dijadikan acuan
hakim dlm memutus perkara, seperti:
KASUS SCHLOENDORFF
• Dr disalahkan mengangkat rahim sedangkan IC yg
diberikan oleh pasien hanyalah tindakan diagnostik dg
ether utk memastikan kalau-kalau tumor ganas.

KASUS MOHR
• Dr beralih mengoperasi telinga kanan krn ternyata
(setelah pasien dibius) ia melihat telinga kanan jauh
lebih parah dari telinga yang telah mendapatkan IC.

KASUS GERTI
• Dr dipersalahkan di pengadilan tingkat pertama sebab
ia memotong kaki Gerti (10 th) yg tidak disetujui
orangtuanya, tetapi MA membebaskan Dr atas dasar
keselamatan anak jauh lebih penting d/p keberatan
orangtuanya (pertimbangan filosofis).
KASUS FORIENTINO
• Dr dipersalahkan karena ia tidak memberikan
informasi bahwa tindakan ECT memiliki risiko,
yaitu dapat mengakibatkan rahang pasien patah
atau lidah terpotong, meski pasien telah
memberikan izin ECT.

Jadi informed consent diberikan tanpa


didahului informasi yang cukup (termasuk
risikonya) sehingga Informed consent yang
telah diberikan dianggap tidak sah demi
hukum (domino effect).
• Disini (Indonesia), isu IC mulai dikenal
sejak IDI mengeluarkan “Pernyataan IDI
tentang Informed Consent” yg kemudian
dilembagakan dalam statute law (yaitu
UUPK).
LATAR BELAKANG
1. Tindakan medik penuh uncertainty.
2. Hasilnya tdk bisa diperhitungkan scr. matematik.
3. Hampir semua tindakan medik memiliki risiko.
4. Tindakan medik tertentu bahkan disertai akibat
ikutan yg tidak menyenangkan (kasus Schloendorff).
5. Semua potential risks (jika benar-benar terjadi)
atau semua akibat ikutan (yang pasti terjadi) akan
dirasakan sendiri oleh pasien, bukan orang lain.
6. Risiko dan akibat ikutan tersebut biasanya sulit
atau bahkan mustahil untuk dipulihkan kembali.
7. Semakin kuatnya pola hidup konsumerisme yang
prinsipnya “He who pays the piper calls the tune”.
LANDASAN FILOSOFIS
Informed consent diperlukan karena:
1. Tuntutan dari patient’s autonomy.
2. Melindungi status pasien sebagai human
being.
3. Mencegah pemaksaan dan tipu daya.
4. Mendorong self-criticism dokter.
5. Membantu proses rasional dalam pembuatan
keputusan (process rational decision-
making).
6. Mengedukasi masyarakat.
Informed consent juga penting:
1. Manakala tindakan medis tidak mencapai
tujuan.
2. Merupakan penghormatan terhadap hak
asasi manusia (dignity and rights of each
human being).
LANDASAN ETIKA
Etika menghendaki agar setiap dokter dalam
menjalankan profesinya senantiasa
memperhatikan empat prinsip dasar moral,
yakni:
1. Beneficence (to do good).
2. Non-maleficence (to do no harm).
3. Justice (as a fairness or as distributive
justice).
4. Autonomy (the right to make decisions
about one’s health care).
Jadi informed consent bukan sekedar
isu hukum, ttp juga isu moral dan etika
sebab berkaitan erat dengan prinsip
autonomy (hak pasien membuat
keputusan).
DEFINISI
• CONSENT dari bahasa Latin CONSENTIO artinya
PERSETUJUAN, IZIN MENYETUJUI, MEMBERI
IZIN/WEWENANG

• Persetujuan yang diberikan oleh pasien atau


keluarganya atas dasar penjelasan mengenai
tindakan medik yang akan dilakukan terhadap
pasien tersebut. (Permenkes)
• Persetujuan pasien atau yang mewakilinya atas
rencana tindakan kedokteran atau kedokteran
gigi setelah menerima informasi yg cukup
untuk dapat membuat persetujuan. (Konsil
Kedokteran Indonesia)

• Pernyataan oleh PASIEN, atau dalam hal pasien


tidak berkompeten*), oleh ORANG YANG BERHAK
MEWAKILI, yang isinya berupa persetujuan kepada
Dr untuk melakukan tindakan medik sesudah pasien
atau orang yang berhak tersebut diberi informasi
secukupnya **) mengenai rencana tindakan medik
yang akan dilakukan Dr. (Sofwan Dahlan)
LANDASAN HUKUM
Berbeda dari negara common law, informed
consent disini diatur dalam Statute Law:
1. UU No. 36 Th. 2009 ttg Kesehatan:
2. UU No. 29 Th. 2004 ttg Praktik Kedokteran.
3. UU No. 44 Th. 2009 ttg Rumah Sakit
4. PP ttg Tenaga Kesehatan.
5. Permenkes Persetujuan Tindakan Medik.
6. Permenkes No. 1419/Menkes/PER/2005 ttg
Penyelenggaraan Praktik Dr & Drg.
UU RI No. 29 th 2004
Pasal 45 :
• Ayat 1 : setiap tindakan kedokteran atau
kedokteran gigi yang akan dilakukan oleh
dokter atau dokter gigi terhadap pasien
harus mendapat persetujuan
• Ayat 2 persetujuan sebagaimana dimaksud
pada ayat 1 diberikan setelah pasien
mendapat penjelasan secara lengkap
UU RI No. 29 th 2004
• Ayat 3 : penjelasan sebagaimana ayat 2
sekurang – kurangnya mencakup :
• Diagnosis dan tata cara tindakan medis
• Tujuan tindakan medis yang dilakukan
• Alternatif tindakan lain dan resiko
• Resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi
• Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan
UU RI No. 29 th 2004
 Ayat 4 : persetujuan sebagaimana dimaksud
ayat 2 dapat diberikan baik secara tertulis
maupun lisan
 Ayat 5 : setiap tindakan kedokteran atau
kedokteran gigi yang mengandung resiko tinggi
harus diberikan dengan persetujuan tertulis
yang ditandatangani oleh yang berhak
memberikan persetujuan
KEBIJAKAN UUPK
1. Bersifat non-selective (semua tindakan medik).
2. Harus didahului penjelasan yang cukup sebagai
landasan bagi pasien dlm mengambil keputusan.
3. Dapat diberikan tertulis atau lisan (ucapan atau
anggukan kepala?). anggukan itu body language!
4. Untuk tindakan medik berisiko tinggi, persetujuan
harus diberikan secara tertulis.
5. Dalam keadaan emergensi tidak perlu informed
consent, sesudah sadar wajib diberitahu dan
diminta persetujuannya??? ini lucu kan???.
6. Ditandatangani oleh yang berhak.
Syarat sah informed consent

• Keterbukaan informasi yang cukup diberikan


oleh dokter
• Kompetensi pasien dalam memberikan
persetujuan
• Kesukarelaan (tanpa paksaan atau tekanan)
dalam memberikan persetujuan
KEBIJAKAN UUPK
1. Bersifat non-selective (semua tindakan medik).
2. Harus didahului penjelasan yang cukup sebagai
landasan bagi pasien dlm mengambil keputusan.
3. Dapat diberikan tertulis atau lisan (ucapan atau
anggukan kepala?). anggukan itu body language!
4. Untuk tindakan medik berisiko tinggi, persetujuan
harus diberikan secara tertulis.
5. Dalam keadaan emergensi tidak perlu informed
consent, sesudah sadar wajib diberitahu dan
diminta persetujuannya??? ini lucu kan???.
6. Ditandatangani oleh yang berhak.
Fungsi Informed Consent
Melindungi dari :
– Tindakan medis yang dilakukan tanpa
sepengetahuan pasien
– Tindakan pelaksana jasa tindakan medis yang
sewenang – wenang
– Tindakan malpraktik
– Penyalahgunaan alat canggih dengan biaya
tinggi yang tidak diperlukan dan tidak
beralasan medis
Fungsi Informed Consent

Bagi pelaksana tindakan medis


– Menghindari tuntutan pihak pasien yang
tidak wajar, serta akibat tindakan medis yang
tidak terduga dan bersifat negatif
KONSEKUENSI HUKUM
Bila tindakan medik tidak disertai informed
consent, konsekuensi hukumnya:
1. Merupakan bukti adanya unsur pidana, yaitu
perbuatan tercela (actus reus) dan sikap
batin yang salah (mens rea).
2. Merupakan bukti adanya unsur tindakan
melawan hukum sehingga Dr bisa digugat.
3. Merupakan bukti adanya tindakan Dr yang
tidak patuh thd Hukum Disiplin, sehingga
Dr dapat diadili oleh MKDKI.
SUDUT HUKUM PIDANA

 INFORMED CONSENT HARUS DIPENUHI


 PASAL 351 KUHP- PENGANIAYAAN

KECUALI:
• Setuju terhadap tindakan yang dilakukan
• Tindakan berdasarkan Indikasi Medik & ditujukan utk
suatu tujuan yg nyata
• Tindakan dilakukan sesuai dengan Kaidah Kedokteran
yang diakui dalam dunia Medis
TINDAKAN MEDIK YANG
MEMERLUKAN IC (1)
1. Operasi invasive, baik mayor atau minor.
2. Semua bentuk tindakan medik yang punya
risiko lebih besar.
3. Semua bentuk terapi radiologi.
4. Terapi kejang listrik (ECT).
5. Semua tindakan medik eksperimental.
6. Semua tindakan medik yang menurut UU
diharuskan disertai informed consent.
(Roach, Chernoff dan Esley, 2000)
TINDAKAN MEDIS
YANG MEMERLUKAN IC (2)
1. Operasi invasive, major & minor, baik melalui
incisi atau melalui liang-liang tubuh (natural body
opening).
2. Semua tindakan medik yang memakai anesthesia.
3. Tindakan medik non-operatif yg punya risiko lebih
besar atau yang berisiko merubah struktur tubuh.
4. Tindakan medik yg menggunakan cobalt & x-ray.
5. Terapi kejang listrik (ECT).
6. Terapi yang masih bersifat eksperimental.
7. Semua bentuk tindakan medik yang memerlukan
penjelasan spesifik.
(Mancini M.R, Gale A.T)
TANGGUNGJAWAB DOKTER TERHADAP
PENDERITA EMERGENSI
Dokter diwajibkan oleh UU utk menolong seseorang
yang berada dalam kondisi emergensi jika :
a. bentuk pertolongannya masih berada dlm kontek
profesinya
b. pasien berada dalam jarak dekat dengan dokter.
c. dokter mengetahui bahwa ada kebutuhan akan
bantuan emergensi atau ada pasien dgn kondisi
serius.
d. dokter dinilai layak memberikan bantuan serta
memiliki peralatan yang diperlukan. (Gorton, 2000)
INFORMED CONSENT PADA PASIEN
EMERGENSI
1. Jika keadaan pasien masih memungkinkan maka
informed consent tetap penting, tetapi bukan prioritas.
2. Meski penting, namun pelaksanaannya tidak boleh
menjadi penghambat atau penghalang dilakukannya
tindakan pertolongan penyelamatan (emergency
care).
3. Permenkes, UUPK dan UURS menyatakan bahwa
dalam kondisi emergensi tidak diperlukan informed
consent.
4. Berbagai yurisprudensi di negara maju menunjukkan
hal yang sama, bahwa tindakan emergency care
dapat dilakukan tanpa informed consent.
EMERGENCY CARE PADA ANAK
TANPA IC ORANG TUA
Jika orangtua tak setuju, tindakan medik pada
anak dapat dilakukan dgn syarat:
1. Tindakan tsb merupakan tindakan
terapetik,bukan tindakan eksperimental.
2. Tanpa tindakan tsb anak akan mati.
3. Tindakan medik tsb memberikan harapan
atau peluang pada anak yg bersangkutan
untuk hidup normal, sehat dan bermanfaat.
(Goldstein, Freud dan Solnit)
MATERI INFORMASI YANG WAJIB
DISAMPAIKAN
1. Alasan perlunya tindakan medik.
2. Sifat tindakan medik tsb (eksperimen atau non-
eksperimen).
3. Tujuan tindakan medik, yaitu diagnostik atau
terapetik.
4. Risiko dari tindakan medik.
5. Akibat ikutan yang tidak menyenangkan.
6. Ada tidaknya tindakan medik alternatif.
7. Akibat yg mungkin terjadi di kemudian hari jika
pasien menolak tindakan medik.
PEMBERIAN INFORMASI
1. Cukup lisan agar ada komunikasi dua arah.
2. Boleh ditambah dengan information sheet
sebagai pelengkap.
3. Jika informasi tdk cukup atau tdk diberikan
samasekali maka persetujuan yang telah
diberikan tidak syah demi hukum.
4. Pada pasien dengan “Don’t tell me, doctor”
syndrome maka pasien dianggap setuju jika
pasien menyerahkan sepenuhnya kepada
kebijakan dokter.
KEWAJIBAN
MEMBERIKAN INFORMASI
1. Berada di tangan Dr yang hendak melakukan
tindakan medik sebab ia yang tahu persis kondisi
pasien dan hal-hal yang berkaitan dengan tindakan
medik yang akan dilakukannya.
2. Kewajiban tsb amat riskan apabila didelegasikan
kepada Dr lain, perawat atau bidan; tetapi bila hal
itu dilakukan dan terjadi kesalahan pemberian
informasi maka tanggungjawabnya tetap pada Dr
yang melakukan tindakan medik.
3. Di negara maju, tanggungjawab memberikan
informasi merupakan tanggungjawab yang tidak
boleh didelegasikan (non-delegable duty).
HAK MEMBERIKAN CONSENT

1. Pasien dewasa & sehat akal pasien


ybs.
2. Pasien anak-anak keluarga / walinya.
3. Pasien tak sehat akal keluarga / wali /
kurator.
4. Pasien nikah pasien yang
bersangkutan, kecuali utk tindakan medik ttt
(mis: sterilisasi KB).
Yang berhak memberi persetujuan

• Menurut Permenkes No. 585 th 1989


– Pasien yang sudah dewasa (diatas 21th atau sudah
menikah)
– Sehat secara mental
– Pasien dibawah 21 th informed consent oleh orang
tua
– Pasien tidak sadar, pingsan, tidak terdapat keluarga,
dan dalam keadaan gawat tidak diperlukan
persetujuan
Yang berhak memberi persetujuan

• Saksi
– Untuk menjaga keamanan dan kesahihan
– Tidak ada pedoman mengenai jumlah,
biasanya 2 orang, 1 dari pihak pasien, 1 dari
pihak rumah sakit
Tindakan yang perlu persetujuan
pasangan:
1. Tindakan medik yang punya pengaruh kepada
pasien beserta pasangannya sbg satu
kesatuan.
2. Tindakan medik tsb non terapetik, bukan
terapetik.
3. Pengaruh dari tindakan medik tsb irreversible.
– Sterilisasi KB, harus ada persetujuan
suami.
– Sterilisasi terapetik (Ca Cervix), hanya
oleh pasien!!!
CARA MEMBERIKAN IC
1. Secara terucap (oral consent).
2. Secara tertulis (written consent).
3. Secara tersirat (implied consent).

Yang paling aman adalah written


consent, sebab ada bukti dokumen
yang tidak dapat dipungkiri.
Jika diberikan terucap / tersirat sebenarnya
tetap sah, hanya saja, demi keamanannya
perlu:
1. Dibatasi hanya pada tindakan yg risikonya
kecil
2. Perlu ada saksi (mis: perawat) utk jaga-
jaga bila kelak dipungkiri.
3. Dicatat dalam rekam medis, bahwa pasien
mem-berikan persetujuan terucap/tersirat
dg saksi .....
REDAKSI INFORMED CONSENT
TERTULIS
Bebas sepanjang memenuhi persyaratannya, yaitu berisi:
1. PENGAKUAN, bahwa pasien atau orang yang berhak
mewakili telah diberi penjelasan tentang:
a. alasan perlunya tindakan medik;
b. sifat tindakan medik (eksperimen/non eksperimen);
c. tujuan tindakan medik;
d. risiko tindakan medik;
e. akibat ikutan yang tidak menyenangkan;
f. ada tidaknya tindakan medik alternatif; dan
g. akibat yang akan dialami jika menolak tindakan medik.
2. PENGAKUAN, bahwa ia telah memahami informasi tsb.
3. PERNYATAAN,bahwa ia MENYETUJUI tindakan medik.
REDAKSI
INFORMED CONSENT TERTULIS (2)
Guna mengantisipasi hal-hal tak terduga maka bisa
ditambah pernyataan bahwa pasien menyetujui:
a. tindakan perluasan, jika dipandang perlu;
b. pengambilan organ atau jaringan yg sudah tidak
dapat dipertahankan lagi (mis: memotong usus);
c. diambil gambarnya dengan photo atau video
camera dgn syarat identitasnya tidak diungkap;
d. dimanfaatkannya sisa jaringan atau organ untuk
kepentingan pendidikan dan atau penelitian.
DOKUMEN PEMBERIAN INFORMASI (MANUAL KKI)

Dokter Pelaksana Tindakan


Pemberi informasi
Penerima Informasi
JENIS INFORMASI ISI INFORMASI TANDAI (v)
1 Diagnosis (WD & DD)
2 Dasar Diagnosis
3 Tindakan Kedokteran
4 Indikasi Tindakan
5 Tata Cara
6 Tujuan
7 Risiko
8 Komplikasi
9 Prognosis
10 Alternatif & Risiko
Dengan ini menyatakan bahwa saya telah menerangkan
hal-hal di atas secara benar dan jujur dan memberikan
kesempatan untuk bertanyadan/atau berdiskusi
Dengan ini menyatakan bahwa saya telah menerima
informasi sebagaimana di atas yang saya beri tanda/paraf di
kolom kanannya, dan telah memahaminya
PERSETUJUAN TINDAKAN KEDOKTERAN (MANUAL KKI)

PEMBERIAN INFORMASI
Dokter Pelaksana Tindakan
Pemberi informasi
Penerima Informasi/Pemberi
Persetujuan
JENIS INFORMASI ISI INFORMASI TANDAI (v)
1 Diagnosis (WD & DD)
2 Dasar Diagnosis
3 Tindakan Kedokteran
4 Indikasi Tindakan
5 Tata Cara
6 Tujuan
7 Risiko
8 Komplikasi
9 Prognosis
10 Alternatif & Risiko
Lain-lain
Dengan ini menyatakan bahwa saya telah menerangkan tanda-tangan
hal-hal di atas secara benar dan jelas dan memberikan
kesempatan untuk bertanya dan/atau berdiskusi
Dengan ini menyatakan bahwa saya telah menerangkan tanda-tangan
hal-hal di atas secara benar dan jelas dan memberikan
kesempatan untuk bertanya dan/atau berdiskusi
Dengan ini menyatakan bahwa saya telah menerima infor- tanda-tangan
masi sebagaimana di atas yang saya beri tanda/paraf di
kolom kanannya, dan telah memahaminya
* Bila pasien tidak kompeten atau tidak mau menerima informasi, maka
penerima informasi adalah wali atau keluarga terdekat
PERSETUJUAN TINDAKAN KEDOKTERAN
Yang bertandatangan di bawah ini, saya , nama______________________ ,
umur ______tahun, laki-laki/ perempuan*, alamat _____________________
______________________________________________________________ ,
dengan ini menyatakan persetujuan untuk dilakukannya tindakan _______
____________________ terhadap saya / ________________ saya* bernama
_________________________, umur _______ tahun, laki-laki / perempuan*,
alamat _________________________________________________________
______________________________________________________________ .

Lanjutan ................................................. lihat halaman selanjutnya !!!


Saya memahami perlunya dan manfaat tindakan tersebut sebagaimana
telah dijelaskan seperti diatas kepada saya, termasuk risiko dan kompli-
kasi yang mungkin timbul. Saya juga menyadari bahwa oleh karena ilmu
kedokteran bukanlah ilmu pasti, maka keberhasilan tindakan kedokteran
bukanlah keniscayaan, melainkan sangat bergantung kepada izin Tuhan
Yang Maha Esa.

______________, tanggal _____________ pukul ________

Yang menyatakan * Saksi:

( _____________________ ) ( _________________ ) ( ________________ )


PENOLAKAN TINDAKAN KEDOKTERAN (MANUAL KKI)
PEMBERIAN INFORMASI

Dokter Pelaksana Tindakan


Pemberi informasi
Penerima Informasi/Pemberi
Penolakan
JENIS INFORMASI ISI INFORMASI TANDAI (v)
1 Diagnosis (WD & DD)
2 Dasar Diagnosis
3 Tindakan Kedokteran
4 Indikasi Tindakan
5 Tata Cara
6 Tujuan
7 Risiko
8 Komplikasi
9 Prognosis
10 Alternatif & Risiko
Lain-lain
Dengan ini menyatakan bahwa saya telah menerangkan tanda-tangan
hal-hal di atas secara benar dan jelas dan memberikan
kesempatan untuk bertanya dan/atau berdiskusi
Dengan ini menyatakan bahwa saya telah menerima infor- tanda-tangan
masi sebagaimana di atas yang saya beri tanda/paraf di
kolom kanannya, dan telah memahaminya
* Bila pasien tidak kompeten atau tidak mau menerima informasi, maka
penerima informasi adalah wali atau keluarga terdekat
PENOLAKAN TINDAKAN KEDOKTERAN
Yang bertandatangan di bawah ini, saya , nama______________________ ,
umur ______tahun, laki-laki/ perempuan*, alamat _____________________
______________________________________________________________ ,
dengan ini menyatakan penolakan untuk dilakukannya tindakan _______
____________________ terhadap saya / ________________ saya* bernama
_________________________, umur _______ tahun, laki-laki / perempuan*,
alamat _________________________________________________________
______________________________________________________________ .

Saya memahami perlunya dan manfaat tindakan tersebut sebagaimana telah


dijelaskan seperti diatas kepada saya, termasuk risiko dan kompli-kasi yang
mungkin timbul apabila tindakan tersebut tidak dilakukan.
Saya bertanggungjawab secara penuh atas segala akibat yang mungkin timbul sebagai
akibat tidak dilakukannya tindakan kedokteran tersebut.

______________, tanggal _____________ pukul _____

Yang menyatakan * Saksi:

( _____________________ ) ( ______________ ) ( _______________ )


PENOLAKAN
HAK PASIEN UNTUK MENOLAK
INFORMED REFUSAL
KEAMANAN TANDA TANGAN SURAT
PENOLAKAN
PENOLAKAN MEMBERIKAN
INFORMED CONSENT

Jika pasien sudah dewasa dan sehat akal:

o Pasien bertanggungjawab sendiri


atas kejadian buruk yang akan
terjadi.
Jika penolakan oleh orangtua dari pasien
yang tidak berkompeten maka bisa
dipersoalkan mengenai apakah:
o Keputusannya merupakan
keputusan yg bertanggungjawab?
o Telah menggunakan standar yang
benar?
o Berhak mewakili kepentingan
anaknya?
SURAT
KETERANGAN
MEDIS
PENGERTIAN
PASAL 35 UUPK
• Dr atau Drg yang telah memiliki STR mempunyai
kewenangan melakukan praktik kedokteran sesuai
dengan pendidikan dan kompetensi yang dimiliki,
yang t.a:
a. mewawancarai pasien;
b. memeriksa fisik dan mental pasien;
...........................; ..........................................;
h. menerbitkan surat keterangan dokter atau dokter
gigi;
i. ............................................................
KETERANGAN DR/DRG
 Adalah keterangan yang dibuat oleh Dr/Drg dlm
kapasitasnya sebagai:
1. Profesional (menangani pasien);
2. Saksi Ahli (menangani korban tindak pidana).

 Keterangan tersebut dapat diberikan:


 secara lisan; atau
 secara tertulis.
 Jika tertulis maka itu termasuk dokumen
DOKUMEN
 Surat Keterangan Dr/Drg adalah kertas atau berkas
yg mengandung tulisan ttg:
a. keadaan;
b. kenyataan; atau
c. perbuatan;

yg berkaitan dengan pasien atau korban, serta


diterbitkan untuk berbagai macam kepentingan
yang sah.

SKD/SKDG berisi informasi medis!


 Perbedaan antara visum et repertum dengan surat
keterangan medis adalah asal permintaan
pemeriksaan, pembuatan laporan serta kepada siapa
dokter menyerahkan laporannya.
 Bila permintaan dari polisi (atau pihak yang
berwenang)  pasien yg diperiksa merupakan
barang bukti  tidak bisa mengakses laporan hasil
pemeriksaan.
 Bila permintaan dari pasien sendiri  dokter hanya
boleh memberikan kepada pasien (surat keterangan
medis)  ada medical confidentiality (rahasia
medis).
PIHAK YG BERKEPENTINGAN

SKD/SKDrg dibuat utk kepentingan:


1. Rumah sakit;
2. Pasien;
3. Keluarga pasien (dalam hal pasien meninggal
dunia);
4. Pihak ketiga; atau
5. Penegakan hukum.

Dlm hal dibuat utk pihak ketiga (meliputi


keluarga), perhatikan rahasia medis !!!
JENIS SURAT KETERANGAN
1. Surat Keterangan Kesehatan;
2. Surat Keterangan Lahir;
3. Surat Keterangan Sakit;
4. Surat Keterangan Hamil;
5. Surat Keterangan Kematian (Death Certificate)
6. Surat Keterangan Medis (Medical Report atau
Resume Medis);
7. Visum et Repertum; dll.
SURAT KETERANGAN KESEHATAN

 Dibuat utk kepentingan terperiksa;


 Berisi pernyataan bahwa kondisinya laik
atau tidak laik memangku suatu
pekerjaan/jabatan (fit/unfit to the job);
 Digunakan sebagai lampiran untuk
berbagai kepentingan (mis: melamar
pekerjaan atau mengurus lisensi).
SURAT KETERANGAN SAKIT
1. Dibuat untuk kepentingan pasien;
2. Berisi pernyataan bahwa:
a. pasien dalam keadaan sakit; dan
b. rekomendasi perlunya diberikan cuti sakit / perlakuan
khusus (kerja ringan);
3. Digunakan sebagai lampiran untuk
a. permohonan cuti sakit, tidak bekerja berat, tidak
menghadiri sidang; atau
b. mengajukan klaim asuransi, dll.
4. Bila pasien setuju, dpt ditulis Dx/Tx.
SURAT KETERANGAN KEMATIAN
 Dibuat untuk kepentingan keluarga;
 Berisi pernyataan bahwa yang bersangkutan
telah meninggal dunia ........
 Digunakan sbg lampiran untuk:
a. mengurus Akta Kematian;
b. mengurus Penetapan Ahli Waris
c. mengurus klaim asuransi;
d. mengurus pensiun; dan lain-lain.
MEDICAL REPORT
(LAPORAN MEDIS / RESUME)
Dibuat untuk kepentingan:
1. Pasien;
2. Pihak ketiga (termasuk keluarga);
3. Penegak hukum.

Berisi pernyataan tentang keadaan kesehatan pasien.


Digunakan sbg lampiran utk berbagai macam urusan
(mis: klaim asuransi).
TANATOLOGI

Lipur Riyantiningtyas BS., dr., SpF


Instalasi Kedokteran Forensik
RSUP. DR. Sardjito
Yogyakarta
LEARNING OF OBJECTIVE (LO):

• Memahami pengertian tanatologi


• Memahami pengertian mati, perubahan -
perubahan setelah mati (tanda kematian
primer dan sekunder)
• Memahami perkiraan saat kematian
• Memahami entomologi forensik
PENGERTIAN
Dilihat dari asal katanya terdiri dari kata
Thanatos & Logos. Thanatos artinya
berhubungan dengan kematian, Logos
artinya ilmu pengetahuan. Jadi artinya ilmu
pengetahuan tentang kematian. Atau
Definisi

Ilmu yg mempelajari tanda-


tanda kematian & perubahan
yg terjadi setelah seseorang
mati serta faktor-faktor yg
mempengaruhinya;
KEGUNAAN

Menentukan apakah seseorang benar-benar


telah meninggal atau belum.

Menentukan berapa lama seseorang telah


meninggal
Membedakan perubahan-perubahan post
mortal dengan kelainan-kelainan yang terjadi
pada waktu korban masih hidup
terhentinya fungsi
susunan saraf pusat,
kardiovaskular dan sistem
Somatis/ pernapasan yang
1
klinis menetap

terhentinya ketiga sistem


kehidupan tersebut yang
ditentukan dengan alat
MATI 2 Suri kedokteran sederhana,
tetapi dengan alat
kedokteran yang canggih
masih berfungsi

Seluler/ kematian sel yang


3 terjadi beberapa
molekuler saat setelah mati
somatis
MATI

4 • kerusakan kedua hemisfer otak yg


irreversibel, kecuali batang otak &
Serebral serebelum, sedang kedua sistem
kehidupan lainnya masih
berfungsi dengan/tanpa alat

5
• kerusakan seluruh isi neuronal
Batang intrakranial yang irreversibel,
termasuk batang otak dan
otak serebelum
KEMATIAN

• Definisi:
Suatu proses yang dapat dikenal secara klinis
pada seseorang berupa tanda kematian yaitu
perubahan yang terjadi pada tubuh mayat, yg
terjadi dini & lanjut.
TANDA KEMATIAN

• Perubahan yang terjadi pada tubuh mayat.


• Perubahan yg terjadi sesaat setelah kematian
disebut tanda kematian primer/tidak pasti.
• Perubahan yg terjadi beberapa waktu setelah
kematian disebut tanda kematian
sekunder/pasti.
TANDA-TANDA KEMATIAN
DINI LANJUT
Napas terhenti, penilaian >10 mnt
Terhentinya sirkulasi, penilaian 15 Lebam mayat (livor mortis)
menit, nadi karotis tak teraba.
Kaku mayat (rigor mortis)
Kulit pucat.
Penurunan suhu tubuh (algor
Tonus otot menghilang & mortis)
relaksasi.
Pembusukan/dekomposisi
Pembuluh darah retina
bersegmentasi beberapa menit Adiposera (lilin mayat)
pasca kematian.
Mumifikasi
Pengeringan kornea yg timbulkan
kekeruhan dalam 10 menit (hilang
dengan penyiraman air)
LEBAM MAYAT
(LIVOR MORTIS)
• Merupakan bercak merah-ungu (livide) pada bagian
terbawah tubuh karena penumpukan eritrosit pada
lokasi terendah akibat pengaruh gravitasi, kecuali
bagian tubuh yang tertekan alas keras.
• Mekanismenya : Orang setelah meninggal sistem
kardiovaskulernya berhenti, terjadi stasis aliran
darah, pengaruh gaya gravitasi darah menuju bagian
tubuh yg terendah tapi masih dalam pembuluh darah.
• Darah tetap cair karena masih ada aktivitas
fibrinolisin yg berasal dari endotel pembuluh darah.
LEBAM MAYAT
(LIVOR MORTIS)

• Mulai tampak 30 – 60 menit pascamati 


menetap setelah 6 – 8 jam, sebelum 6 jam pada
penekanan masih hilang atau memucat.
• Lebam mayat menetap disebabkan karena
pembuluh darah sudah penuh terisi sel-sel darah &
otot-otot pembuluh darah sudah mengalami
kekakuan.
• Faktor-faktor yang mempengaruhi cepatnya muncul
lebam adalah : Kadar Hb yang tinggi (Polisetimia),
sebaliknya kadar Hb yg rendah, dan perdarahan
memperlambat munculnya lebam.
LEBAM MAYAT
(LIVOR MORTIS)

• Warna lebam
• cherry red  keracunan CO/HCN
• chocolate brown  keracunan Nitro Benzena
atau Potassium Chlorat
• mendekati kebiruan  meninggal akibat
asphyxia
WAKTU LEBAM MAYAT

REFERENSI ONSET KONDISI MAKSIMAL

Adelson 30 menit-4 jam 8-12


Polson dan Gee 30 menit-2 jam 6-12
Spitz dan Fisher 2-4 jam 8-12
Taylor (ed. Simpson) 0 jam 12
Taylor (ed.Mant) 1 jam 12
Gradwohl (ed. Camps) 20-30 jam 6-12
Glaister - 8-12
Di Maio 30 menit-2 jam 8-12
Sidney Smith 0 jam 12
Mant 0 jam 12
Gordon dan Shapiro Beberapa jam 12
LEBAM MAYAT
(LIVOR MORTIS)
• Posisi telentang  kuduk, punggung,
pantat, bagian flexor tungkai.
• Posisi telungkup  dahi, pipi, dagu, dada,
perut, bagian ekstensor tungkai.
• Posisi menggantung  ujung ekstremitas
atas dan bawah, genital
• Lebam mayat mirip dengan luka memar,
Harus Dibedakan
Beda Lebam mayat & luka memar

Lebam mayat Luka memar

Lokasi Bagian tubuh Sembarang


terendah tempat

Bila ditekan Biasanya hilang Tidak hilang

Pembengkakan Ada Tidak ada

Darah Darah
Bila di iris intravasculer extravasculer

Tanda intravital Tidak ada Ada


KAKU MAYAT
(RIGOR MORTIS)
• Kekakuan otot baik otot volunter maupun non volunter
yang terjadi setelah meninggal, dan didahului oleh
relaksasi primer.
• Terjadi bila cadangan glikogen dlm otot habis maka
energi tidak terbentuk & aktin-miosin menggumpal
sehingga otot menjadi kaku (ATP  ADP).
• Mulai tampak 1-2 jam setelah mati klinis  arahnya
sentripetal  lengkap dlm 12 jam  dipertahankan
selama 12 jam  menghilang bertahap sesuai urutan
terbentuknya.
KAKU MAYAT
(RIGOR MORTIS)

• Kaku mayat dibuktikan dgn memeriksa persendian.


• Faktor yg mempercepat :
– aktivitas fisik pra kematian,
– suhu tubuh yg tinggi,
– tubuh kurus,
– suhu lingkungan tinggi.
KAKU MAYAT
(RIGOR MORTIS)

• Beberapa keadaan yg menyerupai kaku mayat


:
–Cadaveric spasm
• Kontraksi otot dalam stadium somatic
death
KAKU MAYAT
(RIGOR MORTIS)

– Heat stiffening
• Karena koagulasi protein otot akibat
suhu tinggi
– Cold stiffening
• Disebabkan cairan synovial membeku,
bila digerakkan terdengar krepitasi
PENURUNAN SUHU TUBUH
(ALGOR MORTIS)

• Penurunan suhu tubuh setelah meninggal sampai


sama dengan suhu lingkungan, karena pusat
pengatur suhu tubuh (Hipotalamus) tidak
berfungsi lagi.
• Terjadi karena proses pemindahan panas dari
tubuh yang panas ke lingkungan yang lebih dingin
dengan cara radiasi, konduksi, evaporasi dan
konveksi.
PENURUNAN SUHU TUBUH
(ALGOR MORTIS)

• Grafik penurunan suhu tubuh berbentuk seperti


sigmoid atau huruf S.
• Penurunan lebih cepat jika suhu sekeliling rendah,
lingkungan berangin dengan kelembaban rendah, tubuh
kurus, posisi telentang, tidak berpakaian/tipis, umurnya
orang tua dan anak kecil.
• Perkiraan saat mati dengan penurunan suhu tubuh sulit
dilaksanakan karena suhu lingkungan harus dianggap
konstan
PENURUNAN SUHU TUBUH
(ALGOR MORTIS)

• Marshall dan Hoare (1962)  penelitian


terhadap mayat telanjang dengan suhu
lingkungan 15,5oC:
– Penurunan suhu dengan kecepatan 0,55oC tiap jam
pada 3 jam pertama
– Penurunan suhu 1,1oC tiap jam pada 6 jam
berikutnya
– Penurunan suhu 0,8oC tiap jam pada periode
selanjutnya
PENURUNAN SUHU TUBUH
(ALGOR MORTIS)

RUMUS
Yang sering digunakan

98,40 F – suhu rectal (0F)/1,50F


37oc – suhu rectal o c + 3
PEMBUSUKAN (DEKOMPOSISI)

• Merupakan proses degradasi jaringan akibat autolisis &


kerja bakteri. Autolisis karena kerja enzim.
• Mulai tampak 24 jam pasca meninggal
• Ciri-ciri:
– warna kehijauan pd perut kanan bawah yg secara bertahap
menyebar ke sluruh dada & perut serta tercium bau busuk
– Pembuluh darah kulit melebar, hijau kehitaman
– Kulit ari mengelupas/menggelembung
– Pembengkakkan tubuh menyeluruh, terutama pada jaringan
longgar
PEMBUSUKAN (DEKOMPOSISI)

• Ciri-ciri:
– Rambut dan kuku mudah dicabut
– Seluruh wajah bengkak warna ungu kehijauan
– 36-48 jam pascamati  larva lalat
• Faktor yg mempercepat : suhu keliling optimal,
kelembapan udara ckp, byk bakteri pembusuk,
tubuh gemuk, penderita infeksi/sepsis
CASPER

Gambaran pembusukan pada suhu


lingkungan yang sama

2 8
1 minggu minggu
minggu
di Udara ditanah
di Air
PEMBUSUKAN (DEKOMPOSISI)
• Golongan yang cepat membusuk :
– jaringan otak
– lambung dan usus
– uterus yang hamil atau post partum
• Golongan yang lambat membusuk :
– Jantung
– paru
– Ginjal
– Diafragma
• Golongan yang paling lambat membusuk :
– prostat
– uterus yang tidak hamil
ADIPOSERA
(LILIN MAYAT)

• Terjadi  proses hydrogenisasi asam lemak tak


jenuh  asam lemak jenuh, dan asam lemak
jenuh ini bereaksi dengan alkali membentuk
sabun.
• Perubahan postmortem berupa terbentuknya
bahan yang berwarna keputihan, lunak atau
berminyak, berbau tengik dalam jaringan lunak
tubuh pascamati.
ADIPOSERA
(LILIN MAYAT)

• Terdiri dari asam-asam lemak tak jenuh yg terbentuk


oleh hidrolisis lemak & mengalami hidrogenisasi shg
terbentuk asam lemak jenuh post mortem yg tercampur
dgn sisa2 otot, jaringan ikat,jaringan saraf yg
termumifikasi (Mant & Furbank,1957).
• Membuat gambaran permukaan luar tubuh bertahan
hingga bertahun-tahun, shg identifikasi mayat &
perkiraan sebab kematian masih dimungkinkan.
• Pembusukan terhambat karena derajat keasaman dan
dehidrasi jaringan bertambah.
ADIPOSERA
(LILIN MAYAT)

• Syarat untuk terjadinya adiposera :


–Tempat harus basah, artinya harus
mengandung air
–Tempat harus mengandung alkali
• Kepentingannya kedokteran forensic :
–Untuk kepentingan identifikasi
–Adanya tanda-tanda kekerasan masih
dapat ditemukan
ADIPOSERA
(LILIN MAYAT)
• Terbentuk di sembarang lemak tubuh
• Setelah 12 minggu pascamati  terlihat secara
makroskopik
• Faktor yang mempercepat: kelembapan dan
lemak tubuh yang cukup, suhu hangat, invasi
bakteri endogen ke jaringan.
• Faktor yang memperlambat: air yg mengalir,
udara dingin
MUMIFIKASI

• Proses penguapan cairan/dehidrasi jaringan yg


cukup cepat sehingga terjadi pengeringan jar.
yg selanjutnya dpt hentikan pembusukan.
• Jaringan berubah menjadi keras-kering, keriput,
gelap dan tidak membusuk.
• Terjadi pada suhu hangat, kelembaban rendah,
aliran udara yang baik, tubuh yang dehidrasi,
waktu yang lama (12-14 minggu)
Kepentingan bagi Kedokteran
Forensik

• Untuk identifikasi korban, sebab


bentuk wajahnya hampir tidak
berubah
• Tanda-2 kekerasan masih tetap ada.
PERKIRAAN SAAT KEMATIAN
• Mata
– 30 menit  kekeruhan makula & memucatnya diskus optik
– 2 jam  retina pucat, diskus dan makula menjadi kuning,
vaskular koroid berupa bercak-bercak berlatar merah dengan
pola segmentasi yang jelas
– 3 jam  vaskular koroid kabur
– 5 jam  vaskular koroid menjadi homogen-pucat
– 6 jam  kekeruhan kornea, diskus kabur hanya pembuluh
besar yg bersegmentasi, terlihat dengan latar belakang kuning-
kelabu
– 10-12 jam  kekeruhan pada mata yang ditutup/tidak
– 15 jam  makula saja yang tampak, berwarna coklat gelap
PERKIRAAN SAAT KEMATIAN

• Lambung  adanya makanan menandakan korban


memakan makanan tersebut sebelum mati
• Rambut  memanjang 0,4 mm/hari
• Kuku  memanjang 0,1 mm/hari
• Cairan serebrospinal
– Kadar nitrogen asam amino < 14 mg% dan Kadar kreatin < 5
mg%  belum lewat 10 jam
– Kadar nitrogen non protein < 80 mg%  belum lewat 24
jam
– kadar kreatin < 10 mg%  belum 30 jam
PERKIRAAN SAAT KEMATIAN

• Cairan vitreus  peningkatan kalium bermakna


(24-100 jam pascamati)
• Perubahan kadar semua komponen darah
• Reaksi supravital  sama seperti orang hidup
 rangsang listrik masih menimbulkan
kontraksi otot mayat 90-120 menit pasca mati
dan mengakibatkan sekresi kelenjar keringat
sampai 60-90 menit pasca mati.
Ditemukan pada waktu Otopsi
1. Larva lalat
– Banyak familia dalam lalat :
• Fam Calliphoridae
• Fam Sarcophagidae
• Fam Muscidae
– telur diletakkan pada lubang alami :
• Telinga, hidung
• Mata
• Anus
• Genetalia
SIKLUS LARVA
130 jam
PUPA 3 – 9 mm
LARVA 3 – 17 mm

22 jam
143 jam
Suhu udara dan kelembaban
udara
LARVA 2 – 10 mm Suhu hangat, kelembaban
tinggi akan makin cepat

27 jam

LARVA 1 – 5 mm
23-24 jam
Ditemukan pada waktu Otopsi
• Bila umur larva sudah ditentukan maka dapat
ditentukan berapa lama korban telah
meninggal.
Misalnya :
Didapatkan larva yang berumur 3 hari.

Saat kematian korban adalah


(3 hari + 1 hari) = 4 hari yang lalu
Ditemukan pada waktu Otopsi :
2.Proses pencernaan makanan dalam
lambung.
– Bila lambung berisi makanan kasar berarti
korban meninggal dalam waktu 2– 4 jam
setelah makan terakhir.
– Bila lambung tak terisi makanan, duodenum
dan ujung atas usus halus berisi makanan yg
telah tercerna, berarti korban meninggal
dalam waktu > 2 - 4 jam setelah makan
terakhir. 237
Ditemukan pada waktu Otopsi :
3. Rambut dan jenggot
– Harus diketahui saat terakhir korban mencukur
rambut/jenggotnya.
– Rambu org hidup mempunyai kecepatan tumbuh 0,5
mm/hr dan stlh meninggal tdk tumbuh lagi.
– Hrs dilakukan dlm 24 jam pertama  bila > 24 jam
kulit mengkerut & rambut dapat lebih muncul diatas
kulit sehingga seolah rambut masih tumbuh.
– Rambut lepas setelah 14 hari
4. Keadaan kuku :
kuku akan terlepas setelah 21 hari
KESIMPULAN
Setiap dasar pemeriksaan yang digunakan untuk
penentuan perkiraan saat kematian memiliki
keterbatasan masing-masing. Validitasnya
sangat dipengaruhi kondisi mulai dari
ditemukannya korban, saat pemeriksaan hingga
kemungkinan intervensi faktor luar.
Adalah tugas kita dengan pengetahuan yang
dimiliki, dapat menentukan dasar pemeriksaan
yg plg tepat guna menentukan perkiraan saat
kematian dng tingkat ketepatan terbaik
KESIMPULAN

Sampai sekarang belum ada cara yang


dapat dipakai untuk menentukan
dengan tepat saat kematian seseorang,
jadi selalu masih ada “range” hanya
saja makin sempit “range” ini makin
baik.
TENGGELAM

Dr. Lipur Riyantiningtyas, SpF


PENGERTIAN
• Proses yang diakibatkan kegagalan respirasi
primer karena masuknya cairan dalam jumlah
yang cukup ke saluran napas

• Mati lemas ( asfiksia ) yang disebabkan oleh


masuknya cairan ke dalam rongga pernapasan
ISTILAH TENGGELAM
• Wet drowning (cairan masuk ke dalam saluran
pernapasan setelah korrban tenggelam)
• Dry drowning (cairan masuk ke dalam saluran
pernapasan karena spasme laring)
• Secondary drowning (terjadi beberapa hari setelah
korban tenggelam, dan meningal akibat komplikasi)
• Immersion syndrome (korban meninggal tiba-tiba
setelah tenggelam pada air dingin akibat refleks vagal)
PROSES TENGGELAM
• Masuk ke dalam air panik/kelelahan
masuk sebagian air ke mulut dan
saluran napas reflek batuk
menghirup udara menggapai
lebih banyak air masuk gantikan udara
tak sadar tenggelam
TENGGELAM di AIR TAWAR
inhalasi air tawar

alveolus paru-paru

absorbsi dalam jumlah besar

hipervolemi ← hemodilusi hebat (±72%) → hemolisis
↓ ↓
tekanan sistole menurun perubahan biokimiawi
↓ ↓
fibrilasi ventrikel K+ meningkat, Na+ dan Cl- menurun
↓ ↓
anoksia cerebri → MATI ←
anoksia myocardium
TENGGELAM di AIR ASIN
inhalasi air asin

alveolus paru-paru

hemokonsentrasi

hipovolemi ← cairan sirkulasi berdifusi keluar → hematokrit meningkat
↓ ↓
viskositas darah meningkat K+ menurun, Na+ dan Cl- meningkat
↓ ↓
payah jantung K+ meningkat, Na+ dan Cl- menurun

MATI anoksia myocardium
PERBEDAAN
AIR TAWAR AIR ASIN
paru besar dan ringan paru besar dan berat
relative kering basah
bentuk biasa bentuk besar dan kadang-
kadang overlapping
merah pucat ungu biru / permukaan licin
krepitasi ada krepitasi tidak ada
busa banyak busa sedikit / cairan banyak
dikeluarkan dari thoraks tapi dikeluarkan dari thoraks akan
kempis mendatar / jjika ditekan jadi
cekung
mati dalam 5 menit mati dalam 5-10 menit
Kematian Mendadak dalam Air Dingin

• Oleh karena spasme laring atau vagal refleks


yang menyebabkan cardiac arrest.
• Mendadak tadi, hanya dapat dijelaskan oleh
karena terjadinya fibrilasi ventrikel pada
korban, dan dapat dibuktikan bahwa pada
orang yang masuk ke air yang dingin atau
tersiram air yang dingin dapat menimbulkan
ventricular ectopic beat.
Pemeriksaan Jenazah Tenggelam
pemeriksaan luar
• Kutis anserina pada permukaan anterior tubuh
terutama ekstremitas akibat adanya kontraksi otot
erektor pili sebagai respon dari air dingin.
• Washer woman’s hand : telapak tagan berwarna
keputihan dan keriput karena adanya imbisi cairan
ke dalam kutis
• Cadaveric spasme : biasanya menunjukkan kadaan
pada saat korban berusaha menyelamatkan diri.
Pemeriksaan Jenazah Tenggelam
pemeriksaan luar
• Busa haus putih yang membentuk jamur
(mushrom like mass) pada mulut dan hidung
• Bintik-bintik perdarahan (petechial
haemmorrhages) pada kedua kelopak mata
• Lidah dapat ditemukan memar/bekas gigitan
Pemeriksaan Jenazah Tenggelam
pemeriksaan Dalam
• Busa halus dan benda asing (pasir dan tumbuhan air)
pada trachea
• Paru – paru edema & kongesti (700 – 1000 gr)
• Petekie
• Paru-paru normal (kasus tenggelam pada air tawar)
• Otak, ginjal, hati, limpa mengalami bendungan
• Lambung membesar, terisi air, lumpur dan dapat juga
ada pada usus halus.
Pemeriksaan Jenazah Tenggelam
pemeriksaan Dalam
• Pleura dapat berwarna kemerahan & bintik
perdarahan
• Bercak perdarahan yang besar yg diameter 3-5 cm
(bercak Taltauf) akibat robek perfusi intra alveolar
• Kongesti larynx
• Emphysema equasum, paru-paru pucat diselingi
bercak merah diantara daerah yg berwarna kelabu
PEMERIKSAAN PENUNJANG

• Pemeriksaan Diantome

• Pemeriksaan Getah Paru

• Pemeriksaan darah jantung


DEFINISI

• Dalam bahasa Yunani artinya “Luka”

• Traumatologi adalah cabang ilmu


yang mempelajari berbagai bentuk
kekerasan/trauma dan akibat yang
ditimbulkan
Trauma, Berdasarkan Etiologi

• Trauma Mekanik
– Trauma tumpul
– Trauma tajam
– Trauma tembak

• Trauma Termis
– Trauma panas
– Trauma dingin
Trauma, Berdasarkan Etiologi

• Trauma Kimiawi
–Zat korosif
–Zat iritan

• Trauma lain (Petir, Listrik)


PERLUKAAN AKIBAT KEKERASAN

PELBAGAI JENIS KEKERASAN


o KEKERASAN BERSIFAT MEKANIK
• KEKERASAN TUMPUL
• KEKERASAN TAJAM
• TEMBAKAN SENJATA API

o KEKERASAN BERSIFAT FISIK


• LUKA AKIBAT API
• LUKA AKIBAT LISTRIK

o KEKERASAN BERSIFAT KIMIAWI


LUKA AKIBAT ASAM KERAS
LUKA AKIBAT BASA KUAT
KEKERASAN BERSIFAT MEKANIK

• LUKA AKIBAT KEKERASAN TUMPUL

LUKA LUKA MEMAR

LUKA LECET
• LUKA LECET JENIS TEKAN
• LUKA LECET JENIS GESER

LUKA ROBEK
KEKERASAN BERSIFAT MEKANIK

• LUKA AKIBAT KEKERASAN TAJAM

LUKA TUSUK

LUKA IRIS/SAYAT

LUKA BACOK
KEKERASAN BERSIFAT MEKANIK

• LUKA AKIBAT TEMBAKAN SENJATA API

LUKA TEMBAK MASUK


• LUKA TEMBAK MASUK JARAK JAUH
• LUKA TEMBAK MASUK JARAK DEKAT
• LUKA TEMBAK MASUK JARAK SANGAT DEKAT
• LUKA TEMBAK TEMPEL
KEKERASAN BERSIFAT FISIK

• LUKA AKIBAT SUHU TINGGI


LUKA AKIBAT NYALA API
LUKA AKIBAT BENDA CAIR PANAS

LUKA AKIBAT LISTRIK


LUKA MASUK LISTRIK
LUKA AKIBAT PETIR
KEKERASAN BERSIFAT KIMIAWI

• LUKA AKIBAT ASAM KERAS

• LUKA AKIBAT BASA KUAT


ASPEK FORENSIK PERLUKAAN
• KEKERASAN PENYEBAB LUKA
• HUBUNGAN SEBAB AKIBAT LUKA DENGAN
KEMATIAN
• SAAT PERLUKAAN UMUR LUKA
SAAT MASIH HIDUP ? KAPAN
LUKA SETELAH MATI
CARA TERJADINYA LUKA
PEMBUNUHAN
BUNUH DIRI
KECELAKAAN
Deskripsi luka
• Gambaran luka yang objektif
– Lokasi luka (regio dan koordinat)
– Jenis luka : Bentuk.........
– Keadaan tepi luka
– Dasar luka
– Keadaan sekitar luka
– Warna luka
– Jumlah dan Ukuran luka
LUKA MEMAR
• Kekerasan tumpul yang mengenai permukaan
tubuh menyebabkan kapiler bawah kulit
terputus (akibat teregang melebihi
elastisitasnya)
• Terjadi pengumpulan darah di bawah kulit
• Tampak sebagai bercak, biasanya berbentuk
bulat/lonjong
LUKA MEMAR
• Bila kekeran menekan kulit agak lama, maka
darah yang semula terkumpul dapat
terdorong kesamping, dan bercak justru
terjadi di sekitar bagian yang terkena
kekerasan dan memberikan “cetakan negatif
bentuk benda penyebab”  Marginal
Haemorrhage
LUKA MEMAR
• Luka memar yang baru terjadi tampak sebagai
bercak biru kemerahan dan agak menimbul
• Proses penyembuhan menyebabkan warna
bercak berubah menjadi kebiruan, kehijauan,
kecoklatan (4 - 5 hari), kekuningan (1mg) dan
akhirnya hilang saat terjadi penyembuhan
sempurna (7-10 hr)
• Dari warna dapat diperkirakan saat terjadinya
kekerasan
LUKA MEMAR
• Lokasitempat terkena kekerasan
• Bila struktur bawah kulit rata/licin (pada
dahi/daerah tulang kering) maka darah yang
terkumpul dibawah kulit dapat mengalir ke
tempat yang lebih rendah akibat gravitasi
• Dapat terjadi pada organ dalam : contusio jar
otak, paru atau ginjal
• Sering pada kasus : KLL,kecelakaan kerja, kasus
pembunuhan, jarang pada bunuh diri
LUKA LECET
• Penekanan/pergeseran benda tumpul pada
kulit luka lecet
• Luka lecet tekan penekanan yang
menyebabkan terjadinya pemampatan
epidermis
• Luka lecet geserPergeseran yang
menyebabkan terkikisnya epidermis
LUKA LECET
• Kerusakan sebatas epidermis
• Dapat sembuh sempurna 10-14 hari
• Dapat diperkirakan bentuk benda
penyebab atau arah kekerasan
LUKA LECET TEKAN
• Tampak sebagai bagian kulit yang sedikit
mencekung, berwarna kecoklatan

• Bentukmemberikan gambaran bentuk


benda penyebab luka
LUKA LECET GESER
• Bagian yang pertama bergeser memberikan
batas yang lebih rata, dan saat benda tumpul
meninggalkan kulit yang tergeser berbatas
tidak rata.
• Tampak goresan epidermis yang berjalan
sejajar
• Dapat diketahui arah kekerasan penyebab
LUKA ROBEK
• Akibat benda tumpul
• Menekan dan menggeser bagian kulit kulit
teregang  melampaui elastisitas kulit  kulit
terputus celah pada kulit
• Luka terbuka tepi tidak rata, pada salah satu sisi
dpt ditemukan jejas berupa luka lecet tekan
• Arah kekerasan dapat diketahui mulai dari
daerah lecet tekan kearah ‘luar’ dan pada sisi
tepi ini kulit terangkat dari dasarnya
LUKA TUSUK
• Akibat kekerasan tajam yang mengenai kulit
dengan arah kekerasan tegak terhadap
permukaan kulit
• Tepi luka rata
• Pada saat benda tajam mengenai kulit, akan
terbentuk celah pada kulit yang merupakan sudut
lancip
• Elastisitas kulit  dalamnya luka tidak
menggambarkan panjangnya pisau
• Sering pada kasus pembunuhan
LUKA TUSUK
• Pisau bermata dua  kedua sudut lancip
• Pisau bermata satu
– bila arah tegak  satu sudut lancip, satu tumpul
– Bila arah miring bergerak ke arah mata pisau,
punggung pisau tidak berperan membentuk luka 
kedua sudut lancip
• Pada bunuh diriditemukan luka percobaan
yang dangkal dengan arah yang sejajar
LUKA TUSUK
A

• PANJANG LUKA = A
B
LEBAR SENJATA MAKS
YG MASUK

• DALAMNYA LUKA B

TIDAK SAMA DG
PANJANG SENJATA
LUKA IRIS/SAYAT
• Akibat kekerasan tajam yang bergerak ke
arah sejajar dengan permukaan kulit
• Panjang luka jauh melebihi dalamnya
luka
• Sering pada pembunuhan
LUKA BACOK
• Akibat kekerasan tajam dengan bagian
“mata” senjata yang mengenai kulit
dengan arah tegak
• Kedua sudut luka lancip dengan luka yang
cukup dalam
• Sering pada kasus pembunuhan
TRAUMA TUMPUL TRAUMA TAJAM
Bentuk tidak teratur Bentuk teratur

Tepi tidak rata Tepi luka rata

Jembatan jaringan ada Tidak ada jembatan jaringan

Rambut tidak terpotong Rambut ikut terpotong

Dasar luka tidak teratur Dasar luka berupa titik atau


garis
Sekitar luka ada luka lecet atau Sekitar luka biasanya bersih
memar
LUKA BAKAR API
• Luka bakar akibat nyala api
• Menimbulkan kerusakan kulit yang
bervariasi, tergantung pada tingginya suhu
dan lamanya api mengenai kulit
• Sering akibat kecelakaan
• Dapat juga pada pembunuhan/bunuh diri
dengan jalan membakar diri
LUKA BAKAR API
• Luka bakar ringan  kelainan hanya pada
tebalnya kulit, berupa eritema,vesikel atau
bula
• Luka bakar sedang  kerusakan sudah
melewati tebalnya kulit
• Luka bakar berat  Pengarangan
jaringan/karbonifikasi
LUKA BAKAR
BENDA PADAT PANAS

• Benda padat panas  kerusakan kulit


terbatas, sesuai dengan penampang benda
yang mengenai kulit
• Bentuk luka sesuai dengan bentuk
permukaan benda padat
• Sering pada pembunuhan/kecelakaan
Luka bakar cairan panas
• Suhu cairan panas maksimal adalah pada titik
didih  kerusakan terjadi tergantung pada
tingginya titik didih
• Cairan mengalir ke tempat yang rendah
• Saat mengalir benda cair akan melepaskan
kalorinya sehingga makin lama, makin rendah
suhunya, dan kerusakan terjadi akan makin
ringan
• Sering temukan pd kecelakaan/pembunuhan
Derajat luka bakar

• Derajat 1

• Derajat 2

• Derajat 3
Derajat 1

• Terbatas pada
epidermis
• Eritema
• Pembengkakan
• Ada nyeri
• Tidak ada lepuhan
Derajat 2

• Epidermis hingga
dermis
• Eritema
• Lepuhan (blister)
• Bula
Derajat 3
• Subkutis atau organ
• Tidak ada bula
• Tidak ada nyeri
• Luka tampak putih
bahkan hangus
• Kadanga disertai jaringan
nekrotik hitam
• Tidak ada lepuhan
Rule of nine
Klasifikasi luka bakar
• Berat/kritis:
 Derajat 2 dengan luas lebih dari 25%
 Derajat 3 dengan luas lebih dari 10% atau
terdapat di muka, kaki dan tangan
 Luka bakar disertai trauma jalan napas
atau jaringan lunak luas atau fraktur
 Luka bakar akibat listrik
Klasifikasi luka bakar
• Sedang:
Derajat 2 dengan luas 15-25%
Derajat 3 dengan luas kurang dari 10%
kecuali muka, kaki dan tangan

• Ringan:
Derajat 2 dengan luas kurang dari 15%
Derajat 3 kurang dari 2%
Luka bakar Listrik
• Benda beraliran listrik saat mengenai kulit, oleh
tahanan yg terdapat pd kulit, akan timbulkan panas
yg dapat merusak kulit dalam bentuk luka bakar
benda padat
• Besarnya panas yg timbul berbanding lurus dgn
lamanya persentuhan, besarnya arus dan
berbanding kuadrat dengan besarnya tahanan kulit
• Pada kulit basah, tahanan kulit menjadi sangat
rendah sehingga panas yang timbul tidak
meninggalkan kerusakan pada kulit
Luka bakar Listrik
• Arus listrik akan memasuki tubuh dan
sepanjang perjalanannya menimbulkan
gangguan
• Bila listrik yang masuk tubuh mengalir melewati
medula oblongata  pusat vital akan terganggu
• Bila melewati daerah jantung  irama sinus
jantung terganggu  fibrilasi ventrikel
Luka bakar Listrik
• Bila melewati otot sela iga  kejang otot
pernafasan

• Sering akibat kecelakaan

• Bisa pembunuhan/bunuh diri jarang


LUKA AKIBAT PETIR
• Terjadi akibat sambaran petir yang mengenai
tubuh secara langsung maupun tidak langsung
• Dalam petir  listrik bertenaga besar dan
tegangan tinggi
• Saat tubuh tersambar, dapat terjadi ledakan
udara yang juga akan menimbulkan kerusakan
pada tubuh
LUKA AKIBAT PETIR
• Tubuh yang tersambar petir memberikan
gambaran pada kulit seperti cabang pohon 
arborescent mark
• Dapat terjadi pecahnya membrana timpani
dengan perdarahan pada liang telinga
• Pakaian compang camping dengan tepi yang
terbakar
Luka akibat asam kuat
• Asam kuat bersifat higroskopis
• Bila mengenai kulit  menarik air dari
jaringan  kulit mengering dan
mencekung, teraba kaku, warna coklat
kehitaman
• Kertas lakmus dapat ditunjukkan reaksi
asam pada luka yang terjadi
Luka akibat asam kuat
• Ditemukan pada kasus pembunuhan,
kecelakaan, bunuh diri
• Bila asam kuat masuk melalui mulut 
terjadi kerusakan sepanjang saluran cerna
dan dapat timbul perforasi
Luka Akibat Basa Kuat
• Larutan basa kuat akan menembus dinding
sel  menimbulkan kelainan intra sel
berupa reaksi penyabunan
• Kulit pada daerah terkena basa kuat 
berwarna kelabu kekuningan dan menimbul
serta licin pada perabaan
• Kertas lakmus  dapat ditunjukkan reaksi
basa pada luka
Luka Akibat Basa Kuat
• Sering ditemukan pada kasus kecelakaan
maupun bunuh diri
• Bila basa kuat masuk melalui mulut 
terjadi kerusakan sepanjang saluran cerna,
dapat terjadi perforasi
Luka tembak
• Luka yang disebabkan penetrasi anak
peluru oleh karena adanya factor
kecepatan sehingga menembus kulit
merusak jaringan di dalamnya
• Meliputi : senjata api, luka masuk, luka
keluar, anak peluru/proyektil
Luka tembak
• Efek kerja senjata api :
– Anak peluru : lubang luka serta kelim memar
atau lecet
– Mesiu yg tidak ternbakar : menimbulkan kelim
tattoo
– Mesiu setengah terbakar : menimbulkan kelim
jelaga
– Gas/api : luka bakar
Luka tembak masuk
• Luka tembak tempel
– Dijumpai kelim memar, dengan saluran luka
masuk dijumpai jaringan terbakar, gas dan
bubuk mesiu

• Luka tembak jarak sangat dekat


– Dijumpai kelim memar, kelim tattoo, kelim
jelaga dan luka bakar < 15cm
Luka tembak masuk
• Luka tembak jarak dekat
– Dijumpai kelim memar, kelim tattoo, kelim
jelaga (<70cm)

• Luka tembak jarak jauh


– Dijumpai kelim memar (>70cm)
TERIMA KAS H
Disripsi luka
• Region
• Koordinat
• Jenis luka dan ciri2
• Bentuk
• Warna
• Arah
• Kondisi
• Dasar
• Ukuran dan jumlah
BIMBINGAN KOAS
TOKSIKOLOGI
Tujuan Pembelajaran

• Mampu menjelaskan mekanisme kerja racun (CO,


CO2, Arsen, Sianida, Organophosphat, NAPZA,
Obat-obat lain)
• Mampu menjelaskan intoksikasi
• Mampu menjelaskan pengambilan sampel,
pengawetan, pelabelan
• Mampu menjelaskan hasil dan interpretasi
• Mampu mengelola obat-obat sesuai aspek
medikolegal
Mekanisme kerja racun
• Jenis racun
– Anorganik
– Organik
– Gas
– Racun lain
• Sifat racun
• Cara masuk racun kedalam tubuh
• Daya kerja racun didalam tubuh
Mekanisme kerja racun
1. Hambatan / gangguan pada sistem enzym.
Contoh :
-Arsen }  SH group enzym
-Mercuri }
-Sianida  Cytochrom oxidase
2. Gangguan transport oksigen extracelluler
Contoh : CO (Carbon monoksida)
3. Inaktivasi Acetyl Choline Esterase
Contoh : Insektisida Organo Phosphat, Carbamate
4. Gangguan pada organ target:
- Napza
- obat-obat lain
Faktor yg mempengaruhi kerja racun

A. Cara pemberian :
a. Racun gas  perinhalasi
b. Racun padat  peroral
c. Racun cair  peroral, injeksi

B. Keadaan tubuh :
a. Umur
b. Keadaan umum
c. Habituation
d. Hipersensitivitas
Faktor-faktor yg mempengaruhi kerja
racun

C. Racunnya sendiri :
a. Dosis
b. Konsentrasi (racun efek lokal)
c. Bentuk racun
d. Synergisme
a. Addisi
b. Potensiasi
e. Antagonisme
Daya kerja racun
1. Lokal / Setempat.
 Iritasi ringan –berat
 Luka Etsa
Contoh :
* Racun korosif
* H2SO4Pekat
2. Umum ( sistemik ).
 Diabsorbsi --> Pered. Darah --> target organ
Contoh : -alkohol-Narkotika
3. Kombinasi lokal & sistemik.
Contoh : -Asam Oksalat-Mercury khlorida
Cara kejadian keracunan

1. Sengaja
a) Bunuh diri
 Indonesia : racun serangga (insektisida);
 LN : -CO-Obat-obatan-Kombinasi

b) Pembunuhan Dgn racun yg tidak BAU, RASA,


WARNA.
Cara kejadian keracunan

2. Tidak sengaja
a) Umumnya karena kecelakaan.
b) Kurang mengerti akan bahayanya
c) Terjadi mulai dari lingkungan :
 Rumah tangga
 Dll.
• Kecelakaan
• Tidak sengaja/tidak tahu
• Sengaja bunuh diri, pembunuhan

• Dokter
• Para medis memahami
• Tenaga medis intoksikasi

intoksikasi
Intoksikasi
• Suatu kondisi dimana seseorang kemasukan
racun dan memperlihatkan gejala keracunan
• Penggunaan racun sudah sangat lama, dulu
hukuman mati dengan pemberian racun sianida
• Yang membedakan racun atau bukan adalah
dosis dan maksud pemberian suatu zat
Pengambilan sampel
• Pengambilan sampel sesuai kasus
– Penganiayaan
– Penjeratan Px Patologi anatomi
– Gantung diri
– Tenggelam Px Diatom
– Pembusukan Px larva parasitologi
– Keracunan Px toksikologi
– Infantisida Px tes apung paru
Pengawetan
• Pengawetan sesuai sampel yang
diambil
• Patologi anatomi formalin 10 %
• Toksikologi alkohol 96 % (kecuali hal
khusus)
• Larva sebagian formalin 10 %, sebagian
tanpa pengawet
• Diatom
• Tes apung paru
• Muntahan tanpa pengawet
• Sisa barang bukti
Syarat pengiriman barang bukti

• Barang bukti yang mau dikirim perlu


• Pembungkusan/pewadahan barang bukti
• Pengawet jika perlu
• Pelabelan barang bukti: no, nama, jenis, jumlah, tgl, dr
pengirim, jenis pemeriksaan yg diminta
• Surat permintaan
• Berita acara pengiriman barang bukti
• Berita acara penerimaan barang bukti
Hasil dan Interpretasi

• Pada suatu kasus dimungkinkan :


– Tanpa pemeriksaan penunjang
– Memerlukan satu pemeriksaan penunjang
– Lebih dari satu pemeriksaan penunjang
Peredaran narkotika dan psikotropika:

 Terdaftar Dep kes


 Wajib dilengkapi dokumen sah
 Penyaluran : importir, pabrik obat, Pedagang
Besar Farmasi, apotik, instalasi pemerintah,
Rumah sakit, lembaga ilmu pengetahuan
Penyerahan Narkotika dan Psikotropika

 Apotik, RS, puskesmas, balai pengobatan


hanya menyerahkan pada pasien berdasar
resep dokter
 Apotik hanya dpt menyerahkan kepada:
apotik lain, RS, puskesmas, balai
pengobatan, dokter dan pasien
Penyerahan Narkotika dan Psikotropika

 Dokter
 Saat menjalankan praktek terapi dan diberikan
melalui suntikan;
 menolong orang sakit dalam keadaan darurat
melalui suntikan;
 menjalankan tugas didaerah terpencil yang
tidak ada apotek.

 Dokter menyerahkan narkotika dan psikotropika


hanya dapat diperoleh dari apotek.
Kewajiban dokter :
 Membuat resep sesuai indikasi,
 Menyimpan dan memberikan laporan narkotika
dan psikotropika yang digunakan untuk
pelayanan (suntikan, oral) kepada Pemerintah
(DepKes).
 Menyimpan rahasia medis pasien, meskipun
pasien adalah penyalahguna obat(dokter tidak
dapat memberikan informasi).
 Hanya dapat membuka rahasia medis didalam
pengadilan (perintah hakim)
Pengobatan dan rehabilitasi :
 Untuk kepentingan pengobatan dan atau perawatan, dapat
memiliki, menyimpan dan atau membawa narkotika dan
psikotropika yang diperoleh secara sah
 Pengguna narkotika dan psikotropika yang menderita
sindroma ketergantungan berkewajiban untuk ikut serta
dalam pengobatan dan atau perawatan, dilakukan pada
fasilitas rehabilitasi
 Rehabilitasi dimaksudkan untuk memulihkan dan atau
mengembangkan kemampuan fisik, mental dan sosialnya.

(UU RI No. 35 th 2009 tentang Narkotika)


dr. Lipur Riyantiningtyas BS, SpF
PENDAHULUAN
• Wilayah Indonesia banyak dilanda bencana
• Kemajuan ilmu pengetahuan membawa
dampak peningkatan kesadaran hukum
• Penanganan identifikasi penting untuk
penjelasan secara hukum dan merupakan hak
ahli waris
• Identifikasi gigi merupakan metode yang efektif
dan dapat dipercaya, menjadi penting bila
korban sudah membusuk atau rusak
DASAR HUKUM
1. UU No. 24 th 2007 tentang
Penanggulangan Bencana
2. UU No. 2 th 2002 tentang Polri
3. UU No, 23 th 1992 tentang
Kesehatan
4. PP No, 21 th 2008 tentang
Penyelenggaraan Penaggulangan
Bencana
D A S A R H U K U M lanj
5. Resolusi Interpol No. AGN/65/RES/13
th 1996 tentang Disaster Victim
Identification
6. MoU Depkes – Polri th 2003
7. MoU Depkes – Polri th 2004
PP 21 th 2008
tentang Penyelenggaraan P B
Pasal 51 ayat 5
VICTIM

LIVE DEAD

Many Parties DVI


D V I INDONESIA
INDONESIA NATIONAL
DVI

IND. REGIONAL

IND. PROVINCE
Indonesia DVI Regional
1st West Ind. DVI 2st West Ind. Middle Ind. DVI East Ind. DVI
Regional DVI Regional Regional Regional
PENANGANAN IDENTIFIKASI
KORBAN MASSAL
Bersifat profesional, lintas sektor & lintas
disiplin, meliputi unsur-unsur :
 INP (Dokpol)
 Departemen Kesehatan
 FK, FKG
 Pem Da (Dinsos, Kependudukan, dll)
 Forensik Expert (Puslabfor, Pusident, dll)
 Lainnya (TNI, SAR, PMI, dll)
STRUKTUR DVI
DVI Operation

Scene AM Data PM Data Rekonsiliasi Logistik


Coord Coord Coord Coord Coord
METODE IDENTIFIKASI
• PRIMER/UTAMA
 Gigi
 Sidik Jari
 DNA
• SEKUNDER/PENDUKUNG
 Anthrologi
 Properti
 Medik
DVI
Fase I – TKP
Fase II – Post Mortem
Fase III– Ante Mortem
Fase IV– Rekonsiliasi
Fase V – Debriefing
TKP
 Tempat dimana suatu tindak pidana
dilakukan / terjadi atau akibat yang
ditimbulkannya, dan tempat-tempat
lain dimana tersangka atau korban dan
atau barang-barang bukti yang
berhubungan dengan tindak pidana
tersebut dapat diketemukan
PERSONIL di TKP

1. DVI Scene Coord – Kanit TKP DVI


2. Searcher (Pencari)
3. Body Recovery Teams
4. Temporary Body Holding Area Team
5. Property Recovery Team
FASE I – lanj……..
DVI Search Team
1. Searcher
Pemeriksaan awal BB
Bantu Evakuasi

2. Photograpy
Foto TKP & BB

3. Recorder
Catat di Form DVI PM
PROSEDUR
1. Grid the Scene
2. Searching
3. Pem. Awal & Pencatatan BB
 Tentukan lokasi
 Pem awal jenazah
 Label T/G/B
 Foto Dekat/Sedang/Jauh
METODE GRID

A1 A2 A3 A4 A5

TKP

A36
Metode Garis

 Pencarian
sesuai
arah panah
LABEL HUMAN REMAINS

T/G/B

TEAM
GRID
BODY NUMBER
T/G/B
• T = Team = Kelompok/Nama Tim
• G = Grid = Lokasi/Grid BB
ditemukan
• B = Body = Body/Body Part,
no BB : 3-4 digit
LABEL PROPERTY

T/G/P

Deskripsi
properti
DESKRIPSI PROPERTY

• Secara singkat

• Apa, jenis/model, bahan, merk,


ukuran, tanda lainnya

• Keterangan lain yang


berhubungan dengan property
yang ditemukan
F A S E II – P M
TUPOKSI
• Mengumpulkan data-data Post
Mortem
• Mencari sebab pasti kematian
• Memeriksa Jenazah dan mengatur
pemulasaraan jenazah
TIM
1. Tim Kedokteran Forensik
a. Ahli Patologi Forensik
b. Ahli Odontologi Forensik
c. Ahli Anthropologi Forensik
d. Ahli Bio Molekuler (DNA)
e. Ahli Radiologi
T I M lanj……
2. Tim Petugas Kamar Jenazah
3. Tim Property
4. Tim Sidik Jari
5. Tim Fotografi
MANAGEMENT
Tim Pengatur Jenazah Tim Patologi Forensik
Tim Pemulasaraan Jenazah

Tim Logistik Tim Odontologi


Forensik

Koord

Tim Radiologi
iForensik
Tim Fotograpi
Tim Sidik jari
Tim AnthropologiForensik
SEKSI PEMERIKSAAN JENAZAH

TIM SIDIK JARI TIM KEDOKTERAN


TIM RADIOLOGI FORENSIK
TIM FOTOGRAFI

QUALITY
CONTROL TIM ODONTOLOGI

TIM PEMULASARAAN TIM


TIM PROPERTY ANTHROPOLOGI
JENAZAH
AM PM
PERAN A M
1. Mengumpulkan data informasi orang
hilang
2. Memberi data ke Pusat Identifikasi
DVI
3. Memberikan dukungan kepada
keluarga korban
4. Membuat file data korban
TIM AM
1. Tim Penghubung Keluarga
 Kembangkan info & atur pertemuan
 Komunikasi timbal balik dgn keluarga
 Dukungan layanan pada keluarga dan teman kita
 Hadir di tempat yang berhubungan dg korban
2. Tim Interview
 Bentuk tim wawancara
 Kumpulkan data seakurat mungkin
 Memastikan pengisian data AM sesuai aslinya
(data Medis, data Gigi)
TIM A M lanj….
3. Tim Orang Hilang
 Bentuk pusat info telpon
 Kumpul & cata info orang hilang
 Temukan info tentang orang hilang
 Kumpulkan data & siapkan laporan orang hilang

4. Tim Pencatat AM
 Kontrol kualitas dokumen
 Transfer ke Form AM
 Perbaiki catatan bila ada perubahan
PENGUPULAN DATA AM

Data
AM
Rekonsiliasi adalah
pembandingan antara data AM
dengan PM sehingga dihasilkan
Proses Identifikasi

Catatan Catatan
AM
Rekonsiliasi PM
TIM
• Seksi Pemberkasan Identifikasi

• Seksi Spesialis

• Identification Board

• Seksi Pelepasan Jenazah


PERMASALAHAN
1. Identifikasi harus disajikan dg ringkas &
mudah dlm Badan Identifikasi

2. Data yang disajikan harus lengkap

3. Kasus yang tidak teridentifikasikan hanya


diselesaikan jika ada informasi tambahan,
atau

4. Melalui proses tinjauan kembali dari


informasi tambahan yang tersedia
Semua Identifikasi kasus
melalui pemeriksaan yang
teliti dan dijamin
kualitasnya
DEBRIEFING
DEBRIEFING
Pertemuan yang dirancang dengan tujuan untuk
mengkritisi perencanaan, pengorganisasian
dan pelaksanaan dari sebuah operasi/kejadian

Selain identifikasi permasalahan yang timbul,


juga identifikasi hal-hal yang dianggap baik
untuk meningkatkan efisiensi, keefektifan dan
keaan operasi di masa yang akan datang
TUJUAN
• Bagian penting dalam Proses
Pembalajaran

• Forum utk memberti umpan balik :


KELEMAHAN & KEKUATAN (Evaluasi)

• Menilai pelaksanaan dan hasil dari


operasi tersebut
PELAKSANAAN
• Dilakukan segera setelah selesai
Operasi
• Diharapkan semua yang terlibat
dalam operasi bisa hadir
• Bisa dalam bentuk lisan atau tertulis
• Jangan digunakan untuk mencari
kambing hitam
PELAYANAN TERPADU
terhadap Perempuan & Anak
korban kekerasan di RS
TUJUAN UMUM

Peserta mampu menjelaskan


pelayanan terpadu terhadap
perempuan dan anak
korban kekerasan
TUJUAN KHUSUS
• Peserta mampu menjelaskan konsep
pelayanan terpadu KtP/A
• Peserta mampu menjelaskan jenis-jenis
pelayanan KtP/A
• Peserta mampu menjelaskan pelayanan
medis bagi korban kekerasan seksual
• Peserta mampu menjelaskan alur dan
prosedur pelayanan KtP/A
TUJUAN KHUSUS
• Peserta mampu menjelaskan standar
sarana dan prasarana pelayanan KtP/A
• Peserta mampu menjelaskan hubungan
lintas sektor dalam pelayanan terpadu bagi
perempuan dan anak korban kekerasan
• Peserta mampu melaksanakan pencatatan
dan pelaporan pelayanan KtP/A
PRINSIP UMUM PELAYANAN

• Menjamin keselamatan fisik korban/


penyintas
• Menjamin kerahasiaan korban/
penyintas
• Menjamin tidak ada diskriminasi
terhadap korban/penyintas
PRINSIP UMUM PELAYANAN

• Menghormati keinginan, kebutuhan, hak,


dan kapasitas korban / penyintas dan
mempertimbangkan kepentingan terbaik
bagi anak. Perlakukan korban secara
bermartabat, tunjukkan perilaku yang
mendukung, sediakan informasi dan kelola
ekspektasi, pastikan pendampingan dan
rujukan selama proses pelayanan
berlangsung.
KONSEP
PELAYANAN TERPADU
Komprehensif (promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif) dan mampu menjawab
kebutuhan korban baik perempuan maupun
anak (terutama kebutuhan medis, psikososial
dan medikolegal)
Khusus untuk anak, sebagai korban ataupun
pelaku kekerasan, harus mendahulukan
kepentingan terbaik anak (for the best interest
of the child)
KONSEP
PELAYANAN TERPADU
Melibatkan multidisiplin : terdiri dari unsur
medis (dokter, psikiater, bidan dan perawat)
dan non medis (psikolog/pekerja sosial, staf
penunjang medis, dan tenaga administrasi)
Tersedia, dapat diakses 24 jam dan berkualitas
Semua tindakan terdokumentasi dengan baik
(melalui tulisan ataupun foto)
Terdapat sistem monitoring dan Evaluasi
1.Pelayanan Medis
a. Anamnesis
b. Pemeriksaan Fisik
c. Penanganan Luka Fisik
d. Penanganan Gangguan Psikologi/
Intervensi Kritis
e. Pemeriksaan Penunjang
f. Penanganan Pencegahan HIV & PMS
2. Pelayanan Medicolegal
3. Pelayanan Konseling Psikososial
4. Pelayanan konsultasi psikologis
5. Bila dapat, menyelenggarakan
konsultasi hukum
6. Bila dapat, menyelenggarakan Forum
supportive group
Pelayanan medis
bagi
korban kekerasan
seksual
Tujuan Pemeriksaan
• Memastikan keselamatan dan
kesehatan korban/terperiksa
• Membantu penyidik dalam
mengungkap kejahatan melalui
pembuktian ilmiah
Prinsip Pelayanan
– Tunjukkan simpati & tidak mengadili
– Korban menceritakan sendiri, jangan lakukan
pengulangan yang tidak perlu
– Jelaskan semuanya yg akan dilakukan
– Jangan lakukan apapun tanpa persetujuan
– Ikuti formulir riwayat & pemeriksaan
– Dokumentasi semua secara menyeluruh
Pelayanan klinis

1. Anamnesa/riwayat
2. Pemeriksaan
– Comprehensive ( Head - Feet )
– Pemeriksaan umum
– Pemeriksaan Luka Spesifik
• Memar, lecet dan atau lacerasi di sekitar alat
kelamin, seperti vulva, vagina dan selaput dara
• Ditemukan sel sperma atau cairan mani di
sekitar vagina
Catatan :
– Bila kekerasan seksual terjadi > 3-5 hr baru
diperiksa akan sulit utk mengetahui kapan
kejadiannya
– Luka robekan selaput dara yg berusia 5 hari
berikan gambaran yg sama dg robekan lama
– Tidak ditemukan tanda penetrasi, bukan tidak
pernah terjadi penetrasi, bisa karena :
• Penetrasi sebagian
• Dengan benda yg “terlalu kecil”
• Selaput dara yg elastis
–Tidak ditemukan sel sperma atau cairan
mani, tidak berarti tidak terjadi
persetubuhan, bisa karena
• Jarak antara persetubuhan & pemeriksaan
• Persetubuhan tanpa ejakulasi
• Persetubuhan dg kondom
• Pencucian setelah persetubuhan
–Pada pemeriksaan penunjang :
–Kuman GO terdapat di ekstrasel maka
relatif baru terinfeksi
–Kuman GO terdapat di intrasel maka
berarti infeksi sudah lama

–Uji kehamilan 1 (+) : < 10 hari artinya


kemungkinan besar kehamilan bukan krn
persetubuhan yang baru dilakukan
3. Perawatan
– Pastikan keamanan korban
– Dengar & kuatkan korban
– Tangani luka sesuai dengan SOP
– Membersihkan dan mengobati luka
– Memberikan propilaksis tetanus & vaksinasi
– Periksa dan cegah kehamilan (bila perlu)
dengan menggunaman Kontrasepsi darurat
(tingkat keberhasilan : 77-89%)
–Periksa, mencegah dan mengobati
Penyakit Menulkar Seksual (PMS)
• Sipilis, chlamydia, gonorea dan infeksi
lain
• Menggunakan protokol perawatan lokal
–Vaksinasi hepatitis B jika ada indikasi
–Konseling utk pemeriksaan HIV/AIDS
dalam 6-8 minggu
Mengumpulkan
bukti forensik
Kegunaannya :
• Untuk mengkonfirmasi kontak seksual
yang baru saja terjadi
• menunjukkan bahwa telah digunakan
paksaan dan kekerasan
• kemungkinan mengidentifikasikan
pemerkosa
• menguatkan cerita korban
Jenis bukti yang dikumpulkan
• Dokumentasi medis
• Luka : didiskripsikan & didokumentasikan
• Adanya sperma (< 72 jam)
• Keadaan pakaian : pakaian yang digunakan
saat dilakukan pemeriksaan

– Benda-benda asing , rambut, bercak sperma,


darah, dll
– Perlu atau tidak analisa DNA
– Pemeriksaan Darah atau urin untuk uji
toksikologi
ALUR PELAYANAN
KtPA
BAGAN ALUR PELAYANAN
KORBAN KtP DI RUMAH SAKIT
Datang sendiri
KORBAN Diantar (Orangtua, Polisi, LSM, Guru dll)
Rujukan dari posyandu, Puskesmas, Klinik swasta, RS lain,
LSM dll

IGD / POLIKLINIK

Non Kritis Semi Kritis Kritis

Di
dalam
PKT ICU /HCU Ruang RS
Pemeriksaan Fisik & Medikolegal Rawat Inap
Dept Lain /RS Konseling Psikososial
Non PKT/PPT Konseling Hukum
Laboratorium Penunjang
Meninggal
(Ruang Otopsi)

Kembali ke LBH/Polisi Rumah Aman/


Keluarga Shelter
BAGAN ALUR PELAYANAN
MEDIKOLEGAL DI RUMAH SAKIT
KORBAN

PENYIDIK IGD / POLIKLINIK


(POLISI)

PUSAT PELAYANAN
TERPADU

VISUM ET REPERTUM / SURAT KETERANGAN


VISUM ET PSIKIATRIKUM MEDIS
STANDAR
SARANA & PRASARANA
Standar Pelayanan
• Memberikan pelayanan 24/7 (24 jam - 7 hr)
• Memastikan ada akses pelayanan bagi remaja
• Mempunyai area konsultasi pribadi
• Mempunyai Lemari arsip yang khusus, aman
dan terkunci
• Jangan membuat korban menunggu terlalu
lama dan harus berpindah-pindah tempat
pelayanan
Standar Pelayanan
• Memastikan semua peralatan yang
dibutuhkan dalam keadaan siap digunakan
• Menjelaskan semua apa yang akan dilakukan,
dan memastikan memperoleh persetujuan
untuk semua tindakan yang akan dilakukan
• Tersedianya Leaflet informasi untuk pasien
yang mudah diakses
Standar Ketenagaan
Pelayanan dilakukan secara mulitidisipliner
• dr Sp A, dr SpOG, dr SpF, Instalasi Klinik Terkait (
Bedah, Mata, THT, Jiwa dan lain-lain)
• Psikolog & Sosiolog
• Dokter umum terlatih
• Perawat
• Pekerja Sosial
• Tenaga kesehatan/non kesehatan lain (tenaga
administrasi dan rekam medik)
Standart Sarana & Prasarana
• Ruang periksa yg memadai dan khusus
• Pencahayaan memadai
• Tempat cuci tangan dan toilet
• Ruang konsultasi khusus dilengkapi
dengan sarana pemeriksaan psikologi
maupun sarana pemeriksaan psikiatri
Standart Sarana & Prasarana
• Peralatan medis & obat-obatan untuk
penanganan darurat dan trauma
• Lemari untuk RM khusus untuk KtPA yg
aman dan bisa dijaga kerahasiaannya
• Tersedia RM khusus
• Kamera digital
• dll
Ruangan Periksa & Administrasi
Ruang Administrasi & Konsultasi
Almari Penyimpanan Alat
Ada Leaflet yang tersedia
Ruang Bermain
Pemeriksaan sambil bermain
Hubungan lintas sektor
dalam
pelayanan terpadu
Jejaring
Suatu usaha untuk menjalin dan
menanamkan hubungan
kerjasama yang baik dan saling
menguntungkan
Keanggotaan Jejaring
• Lembaga/Institusi yang berikan
pelayanan medis
• Lembaga nonprofit yang memiliki dan
berikan pelayanan konseling dan atau
hukum
• Lembaga yang memiliki serta
mengelola shelter
Keanggotaan Jejaring
• Organisasi/Institusi kemasyarkatan yg
memiliki basis komunitas dan
melakukan pendidikan pencegahan
dan rehabilitasi
• Instansi atau lembaga pemerintah yang
memiliki tugas pokok fungsi (tupoksi)
terhadap isu-isu Perempuan dan Anak
Status Anggota :
Setara dan tidak ada Hirarkhi
Sifat keanggotaan :
kesempatan seluas-luasnya bagi
siapapun yang memiliki komitmen,
kepedulian dan kompetensi dalam
penanganan korban kekerasan
terhadap Perempuan dan Anak
Fungsi Jejaring
Memfasilitasi penyediaan berbagai
pelayanan untuk masyarakat baik fisik
dan non fisik, yang meliputi :
–Informasi dan data
–Rujukan
–Konsultasi & konseling
–Pelatihan & ketrampilan
Pembinaan Jaringan :
• Penyebarluasan informasi tentang
penanganan korban KtP/A
• Sosialisasi ke masyarakat, institusi dan
lembaga masyarakat
• Pembuatan instrumen untuk penyebaran
informasi
Pembinaan Jaringan :
• Menyusun jaringan informasi melalui
internet, media, dll
• Pembentukkan jaringqan kerja melalui
pertemuan dan diskusi
• Pembuatan nota kesepahaman
bersama/MoU
Monitoring & Evaluasi
• Pertemuan Rutin Jejaring tiap 2 bulan sekali
• Evaluasi kegiatan anggota jejaring
• Melakukan rencana kegiatan untuk masing-
masing jejaring atau untuk kegiatan
bersama anggota jejaring.
• Pengumpulan laporan triwulan anggota
jejaring untuk kemudian dilakukan
rekapitulasi dan dilaporkan ke Gubernur
Skema Jejaring
PELINDUNG

PENGARAH/PENASEHAT

PELINDUNG UMUM

Instansi Lembaga Organisasi Individu


Pemerintah Kemasyarakatan Pemerhati
Korban
Kekerasan
PENCATATAN
&
PELAPORAN
• Rekam Medis korban kekerasan terpisah
• Tidak dibuka kecuali berhubungan dengan
kasus
• Memakai persetujuan tertulis
korban/permintaan pengadilan
HAL-HAL YANG DIPERHATIKAN
• Persetujuan korban tertulis
• Identifikasi subyek dan waktu pengambilan
foto
• Skala untuk menunjukkan ukuran luka
• Foto diambil secara tegak lurus
• Foto orientasi yang menunjukkan lokasi luka
dan dan foto close-up
• Terkait dengan bukti-bukti sebagain rangkaian
• Kerahasiaan sebagai bukti
DUNIA INI MENJADI BERBAHAYA
UNTUK DIHUNI BUKAN KARENA
BANYAKNYA PENJAHAT,
MELAINKAN KARENA KITA TIDAK
MELAKUKAN APA-APA TERHADAP
ADANYA KEJAHATAN TERSEBUT
(Albert Einstein – terjemahan bebas)

Anda mungkin juga menyukai