PEMBUATAN
ALAT BUKTI PERADILAN
Lipur Riyantiningtyas
PENGERTIAN
VISUM ET REPERTUM
Keterangan tertulis yg dibuat Dr/Drg dalam
kapasitasnya sebagai ahli atas Permintaan
Tertulis (Resmi) Penyidik tentang Pemeriksaan
Medis terhadap Seseorang baik Hidup ataupun
Mati atau Bagian dari tubuh manusia Berupa
Temuan Dan Interpretasinya, berdasarkan
Keilmuan, di bawah Sumpah ketika menerima
jabatan, dan untuk Kepentingan Peradilan
VISUM et REPERTUM
• Dibuat utk kepentingan peradilan
• Atas permintaan tertulis dari penegak
hukum yang berwenang, yaitu:
– penyidik (Polri, Provost atau PM);
– hakim (hakim ketua sidang).
• Digunakan sbg alat bukti dlm sidang
pengadilan.
• Harus memenuhi syarat materil dan syarat
formil sesuai KUHAP.
SYARAT VISUM et REPERTUM
• Syarat Materiil
– Factual (factually correct)
– Tidak bertentangan dgn ilmu kedokteran yang
telah teruji
• Syarat Formil
– Dibuat dengan sumpah/janji ; atau
– Dibuat dengan mengingat sumpah/janji ketika
menerima jabatan
DASAR PENGADAAN
VISUM ET REPERTUM (masa penyidikan)
PASAL 187
(c)Surat keterangan dari seorang ahli yang
memuat pendapat berdasarkan keahliannya
mengenai sesuatu hal atau suatu keadaan yang
diminta secara resmi kepadanya
SANKSI HUKUM BILA MENOLAK
• PASAL 216 KUHP
Barangsiapa dengan sengaja tidak menuruti
perintah atau permintaan yang dilakukan menurut
undang-undang oleh pejabat yang tugasnya
mengawasi sesuatu, atau oleh pejabat berdasar-
kan tugasnya, demikian pula yang diberi kuasa
untuk mengusut atau memeriksa tindak pidana;
demikian pula barangsiapa dengan sengaja
mencegah, menghalang-halangi atau mengga-
galkan tindakan guna menjalankan ketentuan,
diancam dengan pidana penjara paling lama empat
bulan dua minggu atau denda paling banyak
sembilan ribu rupiah.
PASAL 222 KUHP
Barangsiapa dengan sengaja mencegah,
menghalang-halangi untuk menggagalkan
pemeriksaan mayat untk pengadilan diancam
dengan pidana penjara paling lama sembilan
bulan atau pidana denda paling banyak empat
ribu lima ratus rupiah
ALAT BUKTI SAH
– PENYIDIK POLISI
– PENYIDIK PEMBANTU POLISI
PP NO 27 TAHUN 1983
• PASAL 2 PP No 27 TAHUN 1983
(2) Penyidik adalah :
– Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia
tertentu yang sekurang-kurangnya berpangkat
Pembantu Letnan Dua polisi (Ajun Inspektur
Dua)
PP NO 27 TAHUN 1983
• PASAL 3 PP No 27 TAHUN 1983
(2) Penyidik pembantu adalah :
a. Pejabat Polisi Negara RI tertentu yg
sekurang-kurangnya berpangkat Sersan Dua
polisi.
b. Pejabat PNS tertentu yg sekurang-
kurangnya berpangkat Pengatur Muda
(golongan II/a) atau yang disamakan
dengan itu.
PP NO 27 TAHUN 1983
• PASAL 2 (2) PP No 27 TAHUN 1983
(2) Dalam hal di suatu Sektor Kepolisian
tidak ada pejabat penyidik sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) huruf a, maka
Komandan Kepolisian yang berpangkat
bintara di bawah Pembantu Letnan Dua
Polisi, karena jabatannya adalah penyidik.
PP NO 27 TAHUN 1983
• ARTINYA :
–Tidak semua Polisi Berpangkat Pelda ke
atas adalah PENYIDIK
–Tidak semua Polisi Berpangkat Sersan
adalah Penyidik Pembantu
–Setiap Kapolsek PASTI PENYIDIK
SYARAT ADMINISTRASI
1. Surat permintaan secara tertulis dari penyidik
(pemeriksaan luar atau pemeriksaan luar dan
dalam)
2. Memastikan penyidik sudah
memberitahukan kepada pihak keluarga
korban tentang pemeriksaan yang akan
dilakukan
3. BAP penyerahan jenazah
4. BAP penyerahan barang bukti
VISUM
et
REPERTUM
1. Pembukaan bertuliskan,
PROJUSTITIA
Ditulis di POJOK KIRI ATAS
2. PENDAHULUAN
Sifat obyektif administratif
Identitas Peminta Visum
Identitas Pemeriksa
Identitas Korban
Tempat & Waktu Pemeriksaan
3. PEMBERITAAN
PENUTUP
Demikian Visum et Repertum dibuat
dengan sejujur-jujurnya mengingat sumpah
pada waktu menerima jabatan
JENIS V et R
1. V et R Korban Hidup
seketika
# V et R Perlukaan
sementara
# V et R Psikiatrik
lanjutan
# V et R Kejahatan Susila
# Kesimpulan berisi :
-> Jenis luka
-> Jenis Kekerasan
-> Kualifikasi luka RINGAN/KUHP 352
V et R Sementara
# Korban dirawat
# Kesimpulan berisi :
-> Jenis luka
-> Jenis Kekerasan
V et R Lanjutan
Dibuat setelah korban selesai dirawat dgn
kualifikasi luka sudah dapat ditentukan
Kalau korban meninggal :
a. V et R Lanjutan tetap dibuat
b. Lapor polisi
c. SPV Jenazah
d. Autopsi
e. V et R Jenazah
Derajat Luka / Kualifikasi Luka
Luka Derajat I
Penganiayaan/Luka Ringan (Ps 352KUHP)
Tidak mengakibatkan penyakit maupun halangan
dlm melakukan pekerjaan/jabatan
Luka Derajat II
Penganiayaan / Luka Sedang
Mengakibatkan penyakit & halangan
sementara dlm melakukan pekerjaan/
jabatannya
Luka Derajat III
Penganiayaan/Luka Berat (Ps 90 KUHP)
1. Mengakibatkan jatuh sakit/mendapat luka yg tidak
memberi harapan akan sembuh sama sekali
2. Dapat mengakibatkan ancaman bahaya maut
3. Sebabkan seseorang terus menerus tdk mampu
utk jalankan tgs jabatan/ pekerjaan/pencaharian
4. Menyebabkan kehilangan salah satu pancaindera
5. Menimbulkan cacat berat, Lumpuh
6. Terganggunya daya pikir selama 4 minggu/lebih
7. Keguguran atau kematian janin dalam rahim
V et R Kejahatan Susila
V et R Perkosaan
• TIK:
– Menyebutkan pengertian dan undang-undang terkait
dengan masalah abortus.
– Menjelaskan metode yang digunakan dalam melakukan
abortus.
– Menjelaskan kemungkinan komplikasi yang terjadi akibat
tindakan abortus kriminalis.
– Menjelaskan pemeriksaan forensik terhadap korban
abortus .
Definisi Abortus
• Abortion = pengguguran kandungan
– Medis : ??
• Pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di
luar kandungan (Wiknjosastro, 2000).
• Kriteria berubah, sesuai kemajuan dunia medis.
Indonesia??
Perundangan ttg Abortus
• KUHP (produk kolonial 1918) tidak mengatur abortus
medicinalis, pidana kpd pelaku abortus provocatus
criminalis:
– Pasal 283 Max 9 bulan bagi yg menunjukkan alat/cara
menggugurkan kandungan kpd anak < 17 th/di bawah umur.
– Pasal 299 Max 4 th, bagi yg menganjurkan/merawat/
memberi obat kpd wanita dgn memberi harapan agar gugur
kandungannya.
– Pasal 346 Max 4 th, bagi wanita yang sengaja
menggugurkan kandungannya/menyuruh org lain
melakukannya.
Perundangan ttg Abortus .. (lanjutan)
• KUHP:
– Pasal 347 Max 12 th dan bila wanita meninggal
max 5 th bagi orang yg menggugurkan kandungan
wanita tanpa seijinnya.
– Pasal 348 Max 5 th 6 bulan dan bila wanita
meninggal max 7 thn, bagi orang yang menggugurkan
kandungan wanita dgn seijinnya.
– Pasal 349 Hukuman di+ sepertiga & pencabutan
hak pekerjaannya, bagi dokter, bidan/juru obat yg
melakukan kejahatan di atas.
– Pasal 535 Max 3 bulan, bagi yg mempertunjukkan
secara terbuka alat/cara menggugurkan kandungan.
Perundangan ttg Abortus.. (lanjutan)
• UU no. 23/1992 ttg Kesehatan,
– Pasal 15:
• “Tindakan medis tertentu” dapat dilakukan pada
keadaan darurat untuk menyelamatkan si Ibu dan
atau si Janin.
• Dilaksanakan oleh tim dokter ahli setelah melalui
pertimbangan serta persetujuan si Ibu, suaminya
serta keluarganya.
• Sarana kesehatan berperalatan lengkap.
– Pasal 80:
• Pidana 15 tahun dan pidana denda 15 juta (max).
Abortus provocatus criminalis
1. Menggunakan obat-obatan/ramuan.
2. Menggunakan kekerasan mekanik/fisik:
– Tanpa alat.
– Dengan alat.
Kemungkinan pasca abortus
(kriminalis)
• Produk kehamilan keluar, Ibu “selamat”.
• Timbul komplikasi pada Ibu, misal: kejang,
perdarahan kritis.
• Kematian Ibu:
– Cepat (immediate), karena vagal refleks, emboli,
perdarahan hebat.
– Tidak begitu cepat (moderate).
– Lambat (late) (2 hr atau lebih), karena infeksi
(sepsis), keracunan, perdarahan lambat.
Pemeriksaan Forensik
Kasus Abortus
• PEMBUKTIAN SECARA MEDIS
– Jika ibu hidup:
• Tanda fisik hamil, striae gravidarum, hiperpigmentasi
mammae, bentuk payudara.
• Tanda kekerasan pada bagian bawah perut dan sekitar
genital.
• Sisa produk kehamilan.
• Pemeriksaan toksikologi.
• Alat yang tertinggal.
PEMBUKTIAN SECARA MEDIS lanjutan………
• Jika ibu meninggal?
– Dilakukan Otopsi.
– Temukan tanda kehamilan.
– Tanda kekerasan bawah perut dan sekitar genital.
– Periksa uterus dan bagian dalam genital, temukan
adanya tanda kongesti.
– Cari kemungkinan perforasi fundus uteri.
– Toksikologis darah dan urin.
– PA cari trofoblas, desidua, sel radang.
Infanticide
• TIU:
– Memahami batasan dan undang-undang terkait
infanticide serta mengerti pemeriksaan yang
diperlukan terhadap korban infanticide maupun
tersangka pelaku.
• TIK:
– Menyebutkan batasan infanticide dan perundang-
undangan yang terkait.
– Menjelaskan teknik pemeriksaan korban infanticide untuk
menentukan bayi mampu hidup, lahir hidup atau mati serta
sebab kematian bayi.
– Menjelaskan pemeriksaan yang dibutuhkan untuk
menentukan tersangka pelaku infanticide.
Definisi Infanticide
• Arti umum:
– Pembunuhan bayi (Infant Death).
– Setiap perbuatan merampas nyawa bayi di luar kandungan.
Indonesia ??
Infanticide di Indonesia
KUHP
• Tanda perawatan:
– Tali pusat terpotong rata & diikat ujungnya, diberi
antiseptik & verban.
– Jalan nafas bebas.
– Vernix caseosa sudah dibersihkan.
– Berpakaian.
– Air susu dlm saluran cerna (+).
Hubungan Ibu - Bayi
• Memperkirakan waktu partus ibu & waktu
lahir anak.
• Sidik DNA.
BIKO MEDIKOLEGAL
TINGKAT PROFESI
• Konvulsi
– Durasi 2 menit, klonik n tonik
– Rangsangan SSP akibat peningkatan CO2, kejang klonik
tonik, epistotonus, pupil dilatasi, denyut nadi menurun,
tensi turun
Gejala asfiksia
• Apnue
– Durasi 1 menit, napas sangat lemah atau berhenti,
tak sadar, mengeluarkan feses, urin & sperma
– Depresi pusat napas sampai berhent, kesadaran
menurun, relaksasi spinter
• Stadium akhir
– Paralise total, napas henti setelah kontraksi otot
pernapasan kecil ada leher
TANDA ASFIKSIA
• Tanda klasik :
– sianosis,
– kongesti vena,
–
– edema
TANDA ASFIKSIA
• Tanda spesifik, berhubungan dengan
penyebab asfiksia
– Pembekapan :
• benda lunak kurang jelas,
• luka lecet tekan/geser,
• goresan kuku atau luka memar pada ujung hidung,
• bibir dan dagu yg mengkin terjadi karena korban
melawan,
• luka memar/lecet bagian/permukaan dalam bibir
akibat bibir terdorong dan menekan gigi, gusi dan lidah
TANDA ASFIKSIA
– Penggantungan :
• jejas jerat,
• resapan darah, fraktur os hyoid (pada cornu majus) dan
cartilago crycoid,
• lebam mayat,
• lidah menjulur (di bawah cartilage thyroid)
– Penjeratan :
• jejas jerat,
• luka/memar pada tubuh yg lain,
• buih halus kemerahan di jalan napas,
• resapan darah sub cutis
TANDA ASFIKSIA
– Pencekikan :
• luka memar di leher berbentuk kuku,
• resapan darah di bagian dalam leher terutama di
belakang kerongkongan, dasar lidah dan kelenjar
thyroid.
• Fraktur tulang rawan thyroid, crycoid dan hyoid.
• Buih halus lubang mulut dan hidung
– Tenggelam
TANDA-TANDA
• Edema paru dengan buih pada trakea dan
bronchus
• Paru kongesti
• Dilatasi pembuluh darah
• Petekie pada konjungtiva dan jaringan lunak
pada obstruksi jalan napas bagian atas
• Sianosis
REKAM
MEDIS
Lipur Riyantiningtyas
DEFINISI REKAM MEDIS
Permenkes No. 269/MENKES/PER/III/2008
Berkas yang berisi catatan dan dokumen antara
lain :
Identitas pasien,
Hasil pemeriksaan,
Pengobatan yang telah diberikan,
Tindakan dan pelayanan lain yang telah
diberikan kepada pasien
REKAM MEDIS
• Pasal 1 : penjelasan ttg rekam medis hanya
boleh dilakukan oleh dr/drg yg merawat seijin
pasien atau peraturan per-UU-an
• Pasal 6 : dr, drg, nakes tertentu bertanggung
jawab atas dokumen RM
• Pasal 7 : Sarana Nakes menyediakan fasilitas
penyelenggaraan RM
ISI REKAM
MEDIS
RM Pasien Rawat Jalan
o Identitas pasien
o Tanggal dan waktu
o Anamnesis (sekurang-kurangnya keluhan, riwayat
penyakit)
o Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medis
o Diagnosis
o Rencana penatalaksanaan
o Pengobatan dan/atau tindakan
o Pelayanan lain yg telah diberikan pada pasien
o Utk pasien gigi dilengkapi odontogram klinik
o Persetujuan tindakan bila perlu
RM Rawat Inap
• Identitas pasien
• Tanggal dan waktu
• Anamnesis (sekurang-kurangnya keluhan, riwayat
penyakit)
• Hasil pem. fisik & penunjang medis
• Diagnosis
• Rencana penatalaksanaan/TP (treatment planning)
• Pengobatan dan/atau tindakan
• Persetujuan tindakan bila perlu
RM Rawat Inap lanj….
• Catatan observasi klinis dan hasil pengobatan
• Ringkasan pulang (discharge summary)
• Nama dan tanda tangan dr, drg atau tenaga
kesehatan tertentu yg memberikan pelayanan
kesehatan
• Pelayanan lain yg telah diberikan oleh tenaga
kesehatan tertentu
• Utk pasien gigi dilengkapi dengan odontogram
klinik
RM Pasien Gawat Darurat
o Identitas pasien
o Kondisi saat pasien tiba di sarana pelayanan
o Identitas pengantar pasien
o Tanggal dan waktu
o Anamnesis (sekurang-kurangnya keluhan, riwayat
penyakit)
o Hasil pemeriksaan fisik & penunjangmedis
o Diagnosis
RM Pasien Gawat Darurat lanj
• Pengobatan dan/atau tindakan
• Ringkasan kondisi pasien sebelum meninggalkan
pelayanan UGD dan rencana tindak lanjut
• Nama dan tanda tangan dr, drg atau tenaga
kesehatan tertentu yg memberikan pelayanan
• Sarana transportasi yg digunakan bagi pasien yg
akan dipindahkan ke sarana pelayanan kesehatan
lain
• Pelayanan lain yg telah diberikan kepada pasien
Ringkasan pulang (Ps 4)
• Identitas pasien
• Diagnosis masuk dan indikasi pasien dirawat
• Ringkasan hasil pemeriksaan fisik dan
penunjang, diagnosis akhir, pengobatan dan
tindak lanjut
• Nama dan tanda tangan dokter atau drg yang
memberikan pelayanan
Kesalahan pencatatan
KASUS MOHR
• Dr beralih mengoperasi telinga kanan krn ternyata
(setelah pasien dibius) ia melihat telinga kanan jauh
lebih parah dari telinga yang telah mendapatkan IC.
KASUS GERTI
• Dr dipersalahkan di pengadilan tingkat pertama sebab
ia memotong kaki Gerti (10 th) yg tidak disetujui
orangtuanya, tetapi MA membebaskan Dr atas dasar
keselamatan anak jauh lebih penting d/p keberatan
orangtuanya (pertimbangan filosofis).
KASUS FORIENTINO
• Dr dipersalahkan karena ia tidak memberikan
informasi bahwa tindakan ECT memiliki risiko,
yaitu dapat mengakibatkan rahang pasien patah
atau lidah terpotong, meski pasien telah
memberikan izin ECT.
KECUALI:
• Setuju terhadap tindakan yang dilakukan
• Tindakan berdasarkan Indikasi Medik & ditujukan utk
suatu tujuan yg nyata
• Tindakan dilakukan sesuai dengan Kaidah Kedokteran
yang diakui dalam dunia Medis
TINDAKAN MEDIK YANG
MEMERLUKAN IC (1)
1. Operasi invasive, baik mayor atau minor.
2. Semua bentuk tindakan medik yang punya
risiko lebih besar.
3. Semua bentuk terapi radiologi.
4. Terapi kejang listrik (ECT).
5. Semua tindakan medik eksperimental.
6. Semua tindakan medik yang menurut UU
diharuskan disertai informed consent.
(Roach, Chernoff dan Esley, 2000)
TINDAKAN MEDIS
YANG MEMERLUKAN IC (2)
1. Operasi invasive, major & minor, baik melalui
incisi atau melalui liang-liang tubuh (natural body
opening).
2. Semua tindakan medik yang memakai anesthesia.
3. Tindakan medik non-operatif yg punya risiko lebih
besar atau yang berisiko merubah struktur tubuh.
4. Tindakan medik yg menggunakan cobalt & x-ray.
5. Terapi kejang listrik (ECT).
6. Terapi yang masih bersifat eksperimental.
7. Semua bentuk tindakan medik yang memerlukan
penjelasan spesifik.
(Mancini M.R, Gale A.T)
TANGGUNGJAWAB DOKTER TERHADAP
PENDERITA EMERGENSI
Dokter diwajibkan oleh UU utk menolong seseorang
yang berada dalam kondisi emergensi jika :
a. bentuk pertolongannya masih berada dlm kontek
profesinya
b. pasien berada dalam jarak dekat dengan dokter.
c. dokter mengetahui bahwa ada kebutuhan akan
bantuan emergensi atau ada pasien dgn kondisi
serius.
d. dokter dinilai layak memberikan bantuan serta
memiliki peralatan yang diperlukan. (Gorton, 2000)
INFORMED CONSENT PADA PASIEN
EMERGENSI
1. Jika keadaan pasien masih memungkinkan maka
informed consent tetap penting, tetapi bukan prioritas.
2. Meski penting, namun pelaksanaannya tidak boleh
menjadi penghambat atau penghalang dilakukannya
tindakan pertolongan penyelamatan (emergency
care).
3. Permenkes, UUPK dan UURS menyatakan bahwa
dalam kondisi emergensi tidak diperlukan informed
consent.
4. Berbagai yurisprudensi di negara maju menunjukkan
hal yang sama, bahwa tindakan emergency care
dapat dilakukan tanpa informed consent.
EMERGENCY CARE PADA ANAK
TANPA IC ORANG TUA
Jika orangtua tak setuju, tindakan medik pada
anak dapat dilakukan dgn syarat:
1. Tindakan tsb merupakan tindakan
terapetik,bukan tindakan eksperimental.
2. Tanpa tindakan tsb anak akan mati.
3. Tindakan medik tsb memberikan harapan
atau peluang pada anak yg bersangkutan
untuk hidup normal, sehat dan bermanfaat.
(Goldstein, Freud dan Solnit)
MATERI INFORMASI YANG WAJIB
DISAMPAIKAN
1. Alasan perlunya tindakan medik.
2. Sifat tindakan medik tsb (eksperimen atau non-
eksperimen).
3. Tujuan tindakan medik, yaitu diagnostik atau
terapetik.
4. Risiko dari tindakan medik.
5. Akibat ikutan yang tidak menyenangkan.
6. Ada tidaknya tindakan medik alternatif.
7. Akibat yg mungkin terjadi di kemudian hari jika
pasien menolak tindakan medik.
PEMBERIAN INFORMASI
1. Cukup lisan agar ada komunikasi dua arah.
2. Boleh ditambah dengan information sheet
sebagai pelengkap.
3. Jika informasi tdk cukup atau tdk diberikan
samasekali maka persetujuan yang telah
diberikan tidak syah demi hukum.
4. Pada pasien dengan “Don’t tell me, doctor”
syndrome maka pasien dianggap setuju jika
pasien menyerahkan sepenuhnya kepada
kebijakan dokter.
KEWAJIBAN
MEMBERIKAN INFORMASI
1. Berada di tangan Dr yang hendak melakukan
tindakan medik sebab ia yang tahu persis kondisi
pasien dan hal-hal yang berkaitan dengan tindakan
medik yang akan dilakukannya.
2. Kewajiban tsb amat riskan apabila didelegasikan
kepada Dr lain, perawat atau bidan; tetapi bila hal
itu dilakukan dan terjadi kesalahan pemberian
informasi maka tanggungjawabnya tetap pada Dr
yang melakukan tindakan medik.
3. Di negara maju, tanggungjawab memberikan
informasi merupakan tanggungjawab yang tidak
boleh didelegasikan (non-delegable duty).
HAK MEMBERIKAN CONSENT
• Saksi
– Untuk menjaga keamanan dan kesahihan
– Tidak ada pedoman mengenai jumlah,
biasanya 2 orang, 1 dari pihak pasien, 1 dari
pihak rumah sakit
Tindakan yang perlu persetujuan
pasangan:
1. Tindakan medik yang punya pengaruh kepada
pasien beserta pasangannya sbg satu
kesatuan.
2. Tindakan medik tsb non terapetik, bukan
terapetik.
3. Pengaruh dari tindakan medik tsb irreversible.
– Sterilisasi KB, harus ada persetujuan
suami.
– Sterilisasi terapetik (Ca Cervix), hanya
oleh pasien!!!
CARA MEMBERIKAN IC
1. Secara terucap (oral consent).
2. Secara tertulis (written consent).
3. Secara tersirat (implied consent).
PEMBERIAN INFORMASI
Dokter Pelaksana Tindakan
Pemberi informasi
Penerima Informasi/Pemberi
Persetujuan
JENIS INFORMASI ISI INFORMASI TANDAI (v)
1 Diagnosis (WD & DD)
2 Dasar Diagnosis
3 Tindakan Kedokteran
4 Indikasi Tindakan
5 Tata Cara
6 Tujuan
7 Risiko
8 Komplikasi
9 Prognosis
10 Alternatif & Risiko
Lain-lain
Dengan ini menyatakan bahwa saya telah menerangkan tanda-tangan
hal-hal di atas secara benar dan jelas dan memberikan
kesempatan untuk bertanya dan/atau berdiskusi
Dengan ini menyatakan bahwa saya telah menerangkan tanda-tangan
hal-hal di atas secara benar dan jelas dan memberikan
kesempatan untuk bertanya dan/atau berdiskusi
Dengan ini menyatakan bahwa saya telah menerima infor- tanda-tangan
masi sebagaimana di atas yang saya beri tanda/paraf di
kolom kanannya, dan telah memahaminya
* Bila pasien tidak kompeten atau tidak mau menerima informasi, maka
penerima informasi adalah wali atau keluarga terdekat
PERSETUJUAN TINDAKAN KEDOKTERAN
Yang bertandatangan di bawah ini, saya , nama______________________ ,
umur ______tahun, laki-laki/ perempuan*, alamat _____________________
______________________________________________________________ ,
dengan ini menyatakan persetujuan untuk dilakukannya tindakan _______
____________________ terhadap saya / ________________ saya* bernama
_________________________, umur _______ tahun, laki-laki / perempuan*,
alamat _________________________________________________________
______________________________________________________________ .
5
• kerusakan seluruh isi neuronal
Batang intrakranial yang irreversibel,
termasuk batang otak dan
otak serebelum
KEMATIAN
• Definisi:
Suatu proses yang dapat dikenal secara klinis
pada seseorang berupa tanda kematian yaitu
perubahan yang terjadi pada tubuh mayat, yg
terjadi dini & lanjut.
TANDA KEMATIAN
• Warna lebam
• cherry red keracunan CO/HCN
• chocolate brown keracunan Nitro Benzena
atau Potassium Chlorat
• mendekati kebiruan meninggal akibat
asphyxia
WAKTU LEBAM MAYAT
Darah Darah
Bila di iris intravasculer extravasculer
– Heat stiffening
• Karena koagulasi protein otot akibat
suhu tinggi
– Cold stiffening
• Disebabkan cairan synovial membeku,
bila digerakkan terdengar krepitasi
PENURUNAN SUHU TUBUH
(ALGOR MORTIS)
RUMUS
Yang sering digunakan
• Ciri-ciri:
– Rambut dan kuku mudah dicabut
– Seluruh wajah bengkak warna ungu kehijauan
– 36-48 jam pascamati larva lalat
• Faktor yg mempercepat : suhu keliling optimal,
kelembapan udara ckp, byk bakteri pembusuk,
tubuh gemuk, penderita infeksi/sepsis
CASPER
2 8
1 minggu minggu
minggu
di Udara ditanah
di Air
PEMBUSUKAN (DEKOMPOSISI)
• Golongan yang cepat membusuk :
– jaringan otak
– lambung dan usus
– uterus yang hamil atau post partum
• Golongan yang lambat membusuk :
– Jantung
– paru
– Ginjal
– Diafragma
• Golongan yang paling lambat membusuk :
– prostat
– uterus yang tidak hamil
ADIPOSERA
(LILIN MAYAT)
22 jam
143 jam
Suhu udara dan kelembaban
udara
LARVA 2 – 10 mm Suhu hangat, kelembaban
tinggi akan makin cepat
27 jam
LARVA 1 – 5 mm
23-24 jam
Ditemukan pada waktu Otopsi
• Bila umur larva sudah ditentukan maka dapat
ditentukan berapa lama korban telah
meninggal.
Misalnya :
Didapatkan larva yang berumur 3 hari.
• Pemeriksaan Diantome
• Trauma Mekanik
– Trauma tumpul
– Trauma tajam
– Trauma tembak
• Trauma Termis
– Trauma panas
– Trauma dingin
Trauma, Berdasarkan Etiologi
• Trauma Kimiawi
–Zat korosif
–Zat iritan
LUKA LECET
• LUKA LECET JENIS TEKAN
• LUKA LECET JENIS GESER
LUKA ROBEK
KEKERASAN BERSIFAT MEKANIK
LUKA TUSUK
LUKA IRIS/SAYAT
LUKA BACOK
KEKERASAN BERSIFAT MEKANIK
• PANJANG LUKA = A
B
LEBAR SENJATA MAKS
YG MASUK
• DALAMNYA LUKA B
TIDAK SAMA DG
PANJANG SENJATA
LUKA IRIS/SAYAT
• Akibat kekerasan tajam yang bergerak ke
arah sejajar dengan permukaan kulit
• Panjang luka jauh melebihi dalamnya
luka
• Sering pada pembunuhan
LUKA BACOK
• Akibat kekerasan tajam dengan bagian
“mata” senjata yang mengenai kulit
dengan arah tegak
• Kedua sudut luka lancip dengan luka yang
cukup dalam
• Sering pada kasus pembunuhan
TRAUMA TUMPUL TRAUMA TAJAM
Bentuk tidak teratur Bentuk teratur
• Derajat 1
• Derajat 2
• Derajat 3
Derajat 1
• Terbatas pada
epidermis
• Eritema
• Pembengkakan
• Ada nyeri
• Tidak ada lepuhan
Derajat 2
• Epidermis hingga
dermis
• Eritema
• Lepuhan (blister)
• Bula
Derajat 3
• Subkutis atau organ
• Tidak ada bula
• Tidak ada nyeri
• Luka tampak putih
bahkan hangus
• Kadanga disertai jaringan
nekrotik hitam
• Tidak ada lepuhan
Rule of nine
Klasifikasi luka bakar
• Berat/kritis:
Derajat 2 dengan luas lebih dari 25%
Derajat 3 dengan luas lebih dari 10% atau
terdapat di muka, kaki dan tangan
Luka bakar disertai trauma jalan napas
atau jaringan lunak luas atau fraktur
Luka bakar akibat listrik
Klasifikasi luka bakar
• Sedang:
Derajat 2 dengan luas 15-25%
Derajat 3 dengan luas kurang dari 10%
kecuali muka, kaki dan tangan
• Ringan:
Derajat 2 dengan luas kurang dari 15%
Derajat 3 kurang dari 2%
Luka bakar Listrik
• Benda beraliran listrik saat mengenai kulit, oleh
tahanan yg terdapat pd kulit, akan timbulkan panas
yg dapat merusak kulit dalam bentuk luka bakar
benda padat
• Besarnya panas yg timbul berbanding lurus dgn
lamanya persentuhan, besarnya arus dan
berbanding kuadrat dengan besarnya tahanan kulit
• Pada kulit basah, tahanan kulit menjadi sangat
rendah sehingga panas yang timbul tidak
meninggalkan kerusakan pada kulit
Luka bakar Listrik
• Arus listrik akan memasuki tubuh dan
sepanjang perjalanannya menimbulkan
gangguan
• Bila listrik yang masuk tubuh mengalir melewati
medula oblongata pusat vital akan terganggu
• Bila melewati daerah jantung irama sinus
jantung terganggu fibrilasi ventrikel
Luka bakar Listrik
• Bila melewati otot sela iga kejang otot
pernafasan
A. Cara pemberian :
a. Racun gas perinhalasi
b. Racun padat peroral
c. Racun cair peroral, injeksi
B. Keadaan tubuh :
a. Umur
b. Keadaan umum
c. Habituation
d. Hipersensitivitas
Faktor-faktor yg mempengaruhi kerja
racun
C. Racunnya sendiri :
a. Dosis
b. Konsentrasi (racun efek lokal)
c. Bentuk racun
d. Synergisme
a. Addisi
b. Potensiasi
e. Antagonisme
Daya kerja racun
1. Lokal / Setempat.
Iritasi ringan –berat
Luka Etsa
Contoh :
* Racun korosif
* H2SO4Pekat
2. Umum ( sistemik ).
Diabsorbsi --> Pered. Darah --> target organ
Contoh : -alkohol-Narkotika
3. Kombinasi lokal & sistemik.
Contoh : -Asam Oksalat-Mercury khlorida
Cara kejadian keracunan
1. Sengaja
a) Bunuh diri
Indonesia : racun serangga (insektisida);
LN : -CO-Obat-obatan-Kombinasi
2. Tidak sengaja
a) Umumnya karena kecelakaan.
b) Kurang mengerti akan bahayanya
c) Terjadi mulai dari lingkungan :
Rumah tangga
Dll.
• Kecelakaan
• Tidak sengaja/tidak tahu
• Sengaja bunuh diri, pembunuhan
• Dokter
• Para medis memahami
• Tenaga medis intoksikasi
intoksikasi
Intoksikasi
• Suatu kondisi dimana seseorang kemasukan
racun dan memperlihatkan gejala keracunan
• Penggunaan racun sudah sangat lama, dulu
hukuman mati dengan pemberian racun sianida
• Yang membedakan racun atau bukan adalah
dosis dan maksud pemberian suatu zat
Pengambilan sampel
• Pengambilan sampel sesuai kasus
– Penganiayaan
– Penjeratan Px Patologi anatomi
– Gantung diri
– Tenggelam Px Diatom
– Pembusukan Px larva parasitologi
– Keracunan Px toksikologi
– Infantisida Px tes apung paru
Pengawetan
• Pengawetan sesuai sampel yang
diambil
• Patologi anatomi formalin 10 %
• Toksikologi alkohol 96 % (kecuali hal
khusus)
• Larva sebagian formalin 10 %, sebagian
tanpa pengawet
• Diatom
• Tes apung paru
• Muntahan tanpa pengawet
• Sisa barang bukti
Syarat pengiriman barang bukti
Dokter
Saat menjalankan praktek terapi dan diberikan
melalui suntikan;
menolong orang sakit dalam keadaan darurat
melalui suntikan;
menjalankan tugas didaerah terpencil yang
tidak ada apotek.
LIVE DEAD
IND. REGIONAL
IND. PROVINCE
Indonesia DVI Regional
1st West Ind. DVI 2st West Ind. Middle Ind. DVI East Ind. DVI
Regional DVI Regional Regional Regional
PENANGANAN IDENTIFIKASI
KORBAN MASSAL
Bersifat profesional, lintas sektor & lintas
disiplin, meliputi unsur-unsur :
INP (Dokpol)
Departemen Kesehatan
FK, FKG
Pem Da (Dinsos, Kependudukan, dll)
Forensik Expert (Puslabfor, Pusident, dll)
Lainnya (TNI, SAR, PMI, dll)
STRUKTUR DVI
DVI Operation
2. Photograpy
Foto TKP & BB
3. Recorder
Catat di Form DVI PM
PROSEDUR
1. Grid the Scene
2. Searching
3. Pem. Awal & Pencatatan BB
Tentukan lokasi
Pem awal jenazah
Label T/G/B
Foto Dekat/Sedang/Jauh
METODE GRID
A1 A2 A3 A4 A5
TKP
A36
Metode Garis
Pencarian
sesuai
arah panah
LABEL HUMAN REMAINS
T/G/B
TEAM
GRID
BODY NUMBER
T/G/B
• T = Team = Kelompok/Nama Tim
• G = Grid = Lokasi/Grid BB
ditemukan
• B = Body = Body/Body Part,
no BB : 3-4 digit
LABEL PROPERTY
T/G/P
Deskripsi
properti
DESKRIPSI PROPERTY
• Secara singkat
Koord
Tim Radiologi
iForensik
Tim Fotograpi
Tim Sidik jari
Tim AnthropologiForensik
SEKSI PEMERIKSAAN JENAZAH
QUALITY
CONTROL TIM ODONTOLOGI
4. Tim Pencatat AM
Kontrol kualitas dokumen
Transfer ke Form AM
Perbaiki catatan bila ada perubahan
PENGUPULAN DATA AM
Data
AM
Rekonsiliasi adalah
pembandingan antara data AM
dengan PM sehingga dihasilkan
Proses Identifikasi
Catatan Catatan
AM
Rekonsiliasi PM
TIM
• Seksi Pemberkasan Identifikasi
• Seksi Spesialis
• Identification Board
1. Anamnesa/riwayat
2. Pemeriksaan
– Comprehensive ( Head - Feet )
– Pemeriksaan umum
– Pemeriksaan Luka Spesifik
• Memar, lecet dan atau lacerasi di sekitar alat
kelamin, seperti vulva, vagina dan selaput dara
• Ditemukan sel sperma atau cairan mani di
sekitar vagina
Catatan :
– Bila kekerasan seksual terjadi > 3-5 hr baru
diperiksa akan sulit utk mengetahui kapan
kejadiannya
– Luka robekan selaput dara yg berusia 5 hari
berikan gambaran yg sama dg robekan lama
– Tidak ditemukan tanda penetrasi, bukan tidak
pernah terjadi penetrasi, bisa karena :
• Penetrasi sebagian
• Dengan benda yg “terlalu kecil”
• Selaput dara yg elastis
–Tidak ditemukan sel sperma atau cairan
mani, tidak berarti tidak terjadi
persetubuhan, bisa karena
• Jarak antara persetubuhan & pemeriksaan
• Persetubuhan tanpa ejakulasi
• Persetubuhan dg kondom
• Pencucian setelah persetubuhan
–Pada pemeriksaan penunjang :
–Kuman GO terdapat di ekstrasel maka
relatif baru terinfeksi
–Kuman GO terdapat di intrasel maka
berarti infeksi sudah lama
IGD / POLIKLINIK
Di
dalam
PKT ICU /HCU Ruang RS
Pemeriksaan Fisik & Medikolegal Rawat Inap
Dept Lain /RS Konseling Psikososial
Non PKT/PPT Konseling Hukum
Laboratorium Penunjang
Meninggal
(Ruang Otopsi)
PUSAT PELAYANAN
TERPADU
PENGARAH/PENASEHAT
PELINDUNG UMUM