REPERTUM
Pembimbing :
dr. Farah Kourow, Sp.FM
• Visum et repertum adalah keterangan yang dibuat oleh
dokter atas permintaan penyidik yang berwenang
mengenai hasil pemeriksaan medik terhadap manusia,
baik hidup atau mati ataupun bagian atau diduga bagian
dari tubuh manusia, berdasarkan keilmuannya dan di
bawah sumpah, untuk kepentingan peradilan,
DEFINISI VER
• NAMA “VISUM ET REPERTUM” TIDAK PERNAH
DITEMUKAN DIDALAM KUHAP/KUHP
1. Nilai daya bukti VER dokter hanya sebatas mengenal hal yang
dilihat atau ditemukannya saja pada korban. Dalam hal demikian,
dokter hanya dianggap memberikan kesaksian (mata) saja
2. Visum et repertum hanya sah bila dibuat oleh dokter yang sudah
mengucapkan sumpah sewaktu mulai menjabat sebagai dokter,
dengan lafal sumpah dokter yang tertera pada Stasbald no 97 pasal
38 tahun 1882. lafal sumpah dokter ini tepat digunakan sebagai
landasan pijak pembuatan VER
PRODUK DOKTER SEPADAN DENGAN
VER DALAM KUHAP
Keterangan ahli & surat ???? - lanjut slide
• Pasal 186 KUHAP : keterangan ahli ialah apa yang seorang ahli
nyatakan di sidang pengadilan
• Penjelasan pasal 186 KUHAP : keterangan ahli ini dapat juga sudah
diberikan pada waktu pemeriksaan oleh penyidik atau penuntut umum
yang dituangkan dalam suatu bentuk laporan dan dibuat dengan
menggingat sumpah di waktu ia menerima pekerjaan atau jabatan
• Pasal 187 KUHAP (c) Surat keterangan dari seorang ahli yang
memuat pendapat berdasarkan keahliannya mengenai sesuatu hal atau
sesuatu keadaan yang diminta secara resmi daripadanya
• Surat keterangan dan keterangan ahli termasuk ke dalam
alat bukti yang sah sesuai dengan ketentuan dalam KUHAP
pasal 184 :
1. Alat bukti yang sah adalah:
a) Keterangan saksi
b) Keterangan ahli
c) Surat
d) Petunjuk
e) Keterangan terdakwa
KUHAP pasal 6 ayat (1) jo PP 27 tahun 1983 pasal 2 ayat (1): pejabat polisi negara
RI yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang dengan pangkat serendah-
rendahnya Pembantu Letnan Dua. Bila penyidik PNS, maka kepangkatannya
serendah-rendahnya gol II/b untuk penyidik dan II/a untuk penyidik pembantu.
Bila tidak ada seperti yang disebutkan tadi, Kepolisian Sektor yang berpangkat
bintara di bawah Pembantu letnan Dua (PP 27 tahun 1983 pasal 2 ayat (2)).
2. Pihak yang berwenang membuat keterangan ahli
KUHAP pasal 133 ayat (1):
Dokter ahli forensik (keterangan ahli), selainnya disebut keterangan.
Semua dokter yang telah mempunyai surat penugasasan/surat izin dokter. Namun
untuk tertib administrasinya, sebaiknya diajukan kepada dokter yang bekerja pada
instansi kesehatan (puskesmas-RS).
3. Prosedur permintaan keterangan ahli
KUHAP pasal 133 ayat (2): dilakukan secara tertulis oleh penyidik, terutama
untuk korban mati.
Surat permintaan keterangan ahli ditujukan kepada instansi kesehatan atau khusus,
bukan kepada individu dokter yang bekerja di dalam instansi tersebut.
4. Penggunaan keterangan ahli
Hanya untuk peradilan. Berkas keterangan ahli hanya boleh diserahkan kepada
penyidik (instansi) yang memintanya. Keluarga korban atau pengacaranya dan
pembela tersangka pelaku pidana tidak dapat meminta keterangan ahli langsung
kepada dokter pemeriksa, melainkan harus melalui aparat peradilan (penyidik, jaksa,
atau hakim).
Berkas keterangan ahli tidak dapat digunakan untuk penyelesaian klaim asuransi. Bila
diperlukan keterangan, pihak asuransi dapat meminta keterangan khusus kepada
dokter, dengan memperhatikan ketentuan tentang wajib simpan rahasia jabatan
DASAR HUKUM
• Pasal 133 KUHAP menyebutkan:
1) “Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang
korban baik luka, keracunan, ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang
merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan
keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli
lainnya”
2) permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas.
Untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan
bedah mayat”
• pasal 6(1) KUHAP penyidik adalah (a)penjabat polisi negara republik Indonesia,
(b)penjabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-
undang
• Pasal 7 (2) KUHAP penyidik sebagai mana dimaksud dalam pasal 6 ayat (1) huruf b
mempunyai wewenang sesuai dengan undang-undang yang menjadi dasar hukumnya
masing-masing dan dalam pelaksanaan tugasnya berada dibawah koordinasi dan
pengawasan penyidik tersebut dalam pasal 6 ayat (1) huruf a
• VeR secara utuh telah menjembatani ilmu kedolteran dengan ilmu hukum,
sehingga dengan membaca VeR, dapat dikketahui dengan apa yang telah
terjadi pada seseorang daan para praktisi hukum dapat menerapkan norma-
norma hukum pada perkara pidana yang menyangkut rubuh/ jiwa manusia.
• Catatan medik adalah catatan tentang seluruh hasil pemeriksaan medik
beserta tindakan pengobatan/perawatan yang merupakan milik pasien,
meskipun di pegang oleh institusis kesehatan. Dokter hanya boleh
mebuka catatan medik kepada pihak ketiga setelah memperoleh izin
dari pasien
Contoh: “Demikianlah visum et repertum ini saya buat dengan sesungguhnya berdasarkan
keilmuan saya dan dengan mengingat sumpah sesuai dengan Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana)
Contoh Visum et
Repertum
Contoh Visum et Repertum
Contoh Visum et
Repertum
Kerahasiaan dalam Hasil Pemeriksaan Forensik
• Pasal 10 ayat (2) Permenkes 269/2008: Kepentingan pasien, permintaan aparatur penegak
hukum, permintaan pasien, permintaan institusi sesuai perundang- undangan, penelitian
pendidikan audit
VeR Hidup untuk Perlukaan
• Bila korban datang atas inisiatif sendiri dilakukan pemeriksaan oleh dokter
• kembali bersama polisi membawa surat permintaan VeR beberapa waktu kemudian
dokter harus menolak membuat VeR, karena segala sesuatu yang diketahui
sebelum permintaan VeR datang merupakan rahasia kedokteran (KUHP pasal 322)
• Apabila tetap ingin membuat VeR dibuat berdasarkan keadaan saat ini
• hasil pemeriksaan yang lalu diberikan dalam bentuk surat keterangan
Keputusan Mentri
Kesehatan RI Nomer
1226/Menkes/SK/XII/20
09
©Bimbel UKDI
MANTAP
Jenazah yang dimintakan VeR harus diberi label yang memuat identitas mayat, diberi cap
jabatan.
Pemeriksaan forensik terhadap jenazah meliputi pemeriksaan luar jenazah, tanpa melakukan
tidakan yang merusak keutuhan jaringan. Pemeriksaan dilakukan dilakukan secara rinci, mulai
dari bungkus atau tutup jenazah, pakaian, benda-benda disekitar jenazah, perhiasan, ciri-ciri
umum identitas, tanda-tanda tanatologik, gig geligi, dan luka atau cedera atau kelainan yang
ditemukan diseluruh bagian luar.
Apabila penyidik hanya meminta pemeriksaan luar saja, maka kesimpulan hanya menyebutkan
jenis luka atau kelainan yang ditemukan dan jenis kekerasan penyebabnya, sedangkan sebab
matinya tidak dapat ditentukan karena tidak dilakukan pemeriksaan bedah jenazah.
VeR Jenazah
• Pasal 134
(1) Dalam hal sangat diperlukan dimana untuk keperluan pembuktian bedah
mayat tidak mungkin lagi dihindari, penyidik wajib memberitahukan terlebih
dahulu kepada keluarga korban.
(2) Dalam hal keluarga keberatan, penyidik wajib menerangkan dengan sejelas-
jelasnya tentang maksud dan tujuan perlu dilakukannya pembedahan tersebut.
(3) Apabila dalam waktu dua hari tidak ada tanggapan apapun dari keluarga atau
pihak yang diberi tahu tidak diketemukan, penyidik segera melaksanakan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 133 ayat (3) undang-undang ini.
• Apabila jenazah dibawa pulang paksa, maka baginya tidak ada surat keterangan
kematian.
• Visum et repertum psikiatrik perlu dibuat oleh karena adanya pasar
44(1) KUHP yang berbunyi: barang siapa melakukan perbuatan yang
tidak dapat dipertanggungjawabkan padanya disebabkan karena
jiwanya cacat dalam tumbuhnya (gebrekkige ontwikkeling) atau
terganggunya karena penyakit (ziekelijke storing), tidak dipidana.
• Diperuntukan bagi tersangka atau terdakwa pelaku tindak pidana.
• Oleh karena visum et repertum psikiatrik menyangkut masalah dapat
dipidana atau tidaknya seseorang, maka lebih baik bila pembuat visum
et repertum ini hanya dokter spesialis psikiatri yang bekerja di rumah
sakit jiwa atau rumah sakit umum.
VeR Psikiatrik