Anda di halaman 1dari 119

Pemicu 4

Derita Perempuan Cantik


Blok Etika, Hukum Kedokteran dan Kedokteran forensik
Kelompok 6
Kelompok 6
• Tutor : dr. Erni
• Ketua : Velisa Juliani (405150073)
• Sekretaris : Grace Madeleine (405150038)
• Penulis : Joseph Deni (405150136)
• Anggota :
• Hartanto (405140113)
• Chipta Cahya Lestari (405140158)
• Nashruta Nissatul A’la (405150008)
• Rizky Putri Agustina (405150013)
• Carissa Meyllia Kosasih (405150017)
• Zamila Khairatunnisa (405150050)
• Erics Efrany (405150089)
• Novia anggriani Susantyo (405150103)
• Alvin Rinaldo (405150142)
Derita Perempuan Cantik
Seorang perempuan cantik berusia 25 tahun dibawa polisi ke UGD sebuah RS dengan
kondisi penurunan kesadaran karena mengalami perdarahan. Dokter jada segera
memberikan pertolongan pertama untuk menstabilkan kondisi pasien dan menemukan
adanya luka berbentuk bulat dikelilingi luka lecet pad perut bagian bawah dan di
sekelilingnya terdapat bintik-bintik berwarna hitam yang tdiak hilang saat
dibersihkan.selain itu, ditemukan luka-luka lecet dan memar-memar pada wajah, kedua
pergelangan tangan, kedu apaha, dan kedua pergelangan kaki.
Menurut keterangan polisi, pasien ditemukan oleh warga karena mendengar suara
tmebakan dan jeritan minta tolong. Dia ditemukan dalam keadaan telanjang dan terdapat
genangan darah di lantai. Warga tidak menemukan pelaku di tempat kejadian perkara
(TKP).
Kondisi pasien kemudian memburuk sehingga segera dilakukan operasi. Saat operasi
ditemukan anak peluru berdiameter 5,6 mm. setelah korban stabil dan sadar, dia mengaku
dibawa dengan paksa oleh orang tidak dikenal ke sebuah tempat, kemudian dipukuli dan
diperkosa. Menindaklanjuti pengakuan pasien, polisi membuat surat permintaan visum
dan memberikannya kepada dokter.
Apa yang dapat Saudara pelajari dari pemicu diatas?
Mind Map

Trauma mekanik:
• Kekerasan benda tajam
• Kekerasan benda tumpul
• Tembakan senjata api
Visum et Repertum

Kejahatan seksual
Learning issues
1. Menjelaskan Visum et Repertum
2. Menjelaskan kekerasan seksual pada wanita
3. Trauma mekanik
• Benda tumpul
• Luka tembak
4. Kewajiban dokter dalam membantu proses peradilan
5. Analisis kasus
Visum et Repertum
• Keterangan tertulis yang dibuat oleh dokter, berisi temuan dan pendapat berdasarkan keilmuannya
tentang hasil pemeriksaan medis terhadap manusia / bagian dari tubuh manusia, baik yang hidup
maupun mati, atas permintaan tertulis (resmi) dari penyidik yg berwenang yg dibuat atas sumpah /
dikuatkan dgn sumpah u/ kepentingan peradilan
• Pemeriksaan medik untuk tujuan membantu penegakan hukum :
• Pembuatan visum et repertum terhadap seseorang yang dikirim oleh polisi (penyidik) karena
diduga sebagai korban suatu tindak pidana, baik dalam peristiwa kecelakanaan lalu-lintas,
kecelakaan kerja, penganiayaan, pembunuhan, perkosaan, maupun korban meninggal yang pada
pemeriksaan pertama polisi, terdapat kecurigaan akan kemungkinan adanya tindak pidana.
• Korban hidup di hadapan dokter:
• Korban untuk dibuatkan visum et repertum:
• Berlaku ketentuanseperti yang diatur dalam hukum acara pidana
• Tidak dapat begitu saja menolak peeriksaan forensik yang akan dilakukan terhadap dirinya
• Pasien untul diobati/dirawat
• Mempunyai hak dan kewajiba yang timbul akibat hubungan dokter-pasien

Bunyi Statsblad 1882 no.97 pasal 38 terlihat bahwa:


• Nilai daya bukti visum et repertum dokter hanya sebatas mmengenai hal yang dilihat atau
ditemukannya saja pada korban. Dalam hal demikian, dokter hanya dianggap memberikan
kesaksian (mata) saja
Dasar Hukum:
Pasal 133 ayat 1:
• Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka keracunan
ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana ia berwenang
mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau
ahli lainnya.

Pasal 133 ayat 2:


• Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dilakukan secara tertulis, yang
dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan
atau pemeriksaan bedah mayat.

Pasal 133 ayat 3:


• Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau pada rumah sakit harus diperlakukan
secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat tersebut dan diberi label yang memuat
identitas mayat, dilak dengan diberi cap jabatan yang dilekatkan pada ibu jari kaki atau bagian lain
badan mayat.

Penjelasan pasal 133 Ayat 2 :


• Keterangan yang diberikan oleh ahli kedokteran kehakiman disebut keterangan ahli, sedangkan
keterangan yang diberikan oleh dokter bukan ahli kedokteran kehakiman disebut keterangan.
Pasal 6 KUHAP: Yang berwenang meminta keterangan ahli adalah
• Penyidik adalah: penyidik dan penyidik pembantu sebagaimana
• Pejabat polisis negara RI bunyi pasal 7(1) butir h dan pasal 11 KUHAP
• Pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang • Pasal 7 (1) butir h:
diberi wewenang khusus oleh UU mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam
Pasal 7 ayat 2: hubungannya dengan pemeriksaan perkara;
• Penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 • Pasal 11 KUHAP:
ayat (1) huruf b mempunyai (1) Penyidik yang mengetahui, menerima
wewenang sesuai dengan undang-undang yang laporan, atau pengaduan tentang terjadinya
menjadi dasar hukumnya masing- suatu peristiwa yang patut diduga merupakan
masing dan dalam pelaksanaan tugasnya tindak pidana dalam waktu paling lama 2 (dua)
berada dibawah koordinasi dan hari terhitung sejak mengetahui, menerima
pengawasan penyidik tersebut dalam Pasal 6 laporan, atau pengaduan tersebut wajib
ayat (1) huruf a. melakukan tindakan penyidikan yang diperlukan.
(2) Untuk kepentingan penyidikan, penyidik
dapat memanggil atau mendatangi seseorang
untuk memperoleh keterangan tanpa
sebelumnya memberi status orang tersebut
sebagai tersangka atau saksi.
Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1983 Tentang : Pelaksanaan Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana
Pasal 2:
• Penyidik adalah :
a. Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia tertentu yang sekurang-kurangnya berpangkat Pembantu
Letnan Dua Polisi;
b. Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang sekurang-kurangnya berpangkat Pengatur Muda Tingkat I
(Golongan 11/b) atau yang disamakan dengan itu.

Pasal 3:
Penyidik pembantu adalah :
a. Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia tertentu yang sekurang-kurangnya berpangkat Sersan Dua
Polisi;
b. Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dalam lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia yang
sekurang-kurangnya berpangkat Pengatur Muda (Golongan 11/a) atau yang disamakan dengan itu.

Kewajiban dokter untuk memberikannya bila diminta – pasal 179 KUHAP:


• Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau dokter atau ahli lainnya
wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan.
• Semua ketentuan tersebut di atas untuk saksi berlaku juga bagi mereka yang memberikan keterangan
ahli, dengan ketentuan bahwa mereka mengucapkan sumpah atau janji akan memberikan keterangan
yang sebaik-baiknya dan yang sebenarnya menurut pengetahuan dalam bidang keahliannya.
Peran dan Fungsi VeR
• Salah satu alat bukti yang sah: pasal 184 KUHAP
1. Alat bukti yang sah ialah:
keterangan saksi
keterangan ahli
surat
petunjuk
keterangan terdakwa
2. Hal yang secara umum sudah diketahui tidak perlu dibuktikan
• Berperan dlm proses pembuktian suatu perkara pidana terhadap kesehatan dan jiwa
manusia
• Menguraikan segala sesuatu tentang hasil pemeriksaan medik yang tertuang do dalam
bagian pemberitaan, yang karenanya dapat dianggap sebagai pengganti benda bukti
• Memuat keterangan atau pendapat dokter mengenai hasil pemeriksaan medik yang
tertuang di dalam bgian kesimpulan
Perbedaan visum et repertum dengan catatan
medik dan surat keterangan medik lainnya
• Visum et repertum dibuat atas kehendAK UU, maka dokter tidak dapat dituntut
karena membuka rahasia pekerjaan: diatur dalam pasal 50 KUHP dan pasal 322 KUHP
• Pasal 50:
Barangsiapa melakukan untuk menjalankan peraturan undang - undang, tidak boleh
dihukum.
• Pasal 322 ayat 1:
Barangsiapa dengan sengaja membuka sesuatu rahasia, yang menurut jabatannya atau
pekerjaannya, baik yang sekarang, maupun yang dahulu, ia diwajibkan menyimpannya,
dihukum penjara selama - lamanya sembilan bulan atau denda sebanyak - banyaknya Rp
9000.
• Pasal 322 ayat 2:
Jika kejahatan ini dilakukan terhadap seorang yang ditentukan maka perbuatan itu hanya
dituntut atas pengaduan orang itu.
Struktur dan komponen VeR
pembuatan visum et repertum:
• Dibuat secara tertulis, sebaiknya dengan mesin ketik, di atas sebuah kertas putih dengan kepala
surat institusi kesehatan yang melakukan pemeriksaan, dalam bahasa Indonesia, tanpa
memuat singkatan, dan sedapat mungkin tanpa istilah asing, bila terpaksa digunakan agar
diberi penjelasan bahasa Indonesia.
• Apabila penulisan sesuati kaliman dalam visum et repertum berakhir tidak pada tepi kanan
format, maka sesudah tanda titik harus diberi garis hingga ke tepi kanan format.
• Apabila diperlukan gambar atau foto untuk lebih memperjelas uraian tertulis dalam visum et
repertum, maka gambar atau foto tersebut diberikan dalam bentuk lampiran.
• 5 bagian tetap VeR:
• Kata pro justisia
• Bagian pendahuluan
• Bagian pemberitaan
• Bagian kesimpulan
• Bagian penutup
Bagian-bagian Visum et Repertum
1. Pro Justisia
• Kata ini dicantumkan disudut kiri atas, dan dengan demikian visum et repertum tidak perlu
bermaterai, sesuai dengan pasal 136 KUHAP. Kata ini menjelaskan bahwa visum et repertum khusus
dibuat untuk tujuan peradilan

2. Pendahuluan
• Tidak diberi judul “pendahuluan”
• Bagian ini memuat antara lain :
• Identitas pemohon visum et repertum
• Identitas dokter yang memeriksa / membuat visum et repertum
• Tempat dilakukannya pemeriksaan (misalnya rumah sakit X Surabaya)
• Tanggal dan jam dilakukannya pemeriksaan
• Identitas korban
• Keterangan dari penyidik mengenai cara kematian, luka, dimana korban dirawat, waktu korban meninggal
• Keteranganmengenai orang yang menyerahkan / mengantar korban pada dokter dan waktu saat korban
diterima dirumah sakit
• Nomor dan tanggal surat permintaan
3. Pemberitaan
• Diberi judul: Hasil Pemeriksaan
• Isi:
• Identitas korban menurut pemeriksaan dokter, (umur, jenis kel,TB/BB), serta keadaan umum .
• Hasil pemeriksaan berupa kelainan yang ditemukan pada korban (ditulis hingga dapat
dimengerti orang tanpa latar belakang pendidikan kedokteran)
• Tindakan-tindakan / operasi yang telah dilakukan.
• Hasil pemeriksaan tambahan.
• Bila korban meninggal: keadaan seluruh alat dalam yang berkaitan dengan perkara dan
matinya orang tersebut, perlukaan/keadaan kesehatan/sebab kematian yang berkaitan
dengan perkaranya.
• Tidak semua hal diberitahu, pemeriksaan medik yang bersifat rahasia dan tidak berhubungan
dengan perkara tetap dianggap sebagai rahasia kedokteran
• Syarat-syarat :
• Memakai bahasa Indonesia yg mudah dimengerti orang awam.
• Angka harus ditulis dengan huruf (4 cm ditulis empat sentimeter).
• Tidak dibenarkan menulis diagnosa luka (luka bacok, luka tembak dll).
• Luka harus dilukiskan dengan kata-kata.
• Memuat hasil pemeriksaan yang objektif (sesuai apa yang dilihat dan ditemukan).
4. Kesimpulan
• Diberi judul: Kesimpulan
• Bagian ini berupa pendapat pribadi dari dokter yang memeriksa, mengenai hasil
pemeriksaan sesuai dgn pengetahuan yang sebaik-baiknya.
• Kesimpulan atas seluruh hasil pemeriksaan dengan berdasarkan
keilmuan/keahliannya
• Setidak-tidaknya: jenis perlukaan/cedera, kelainan yg ditemukan, penyebabnya,
sebab kematiannya
• Seseorang melakukan pengamatan dengan kelima panca indera (pengelihatan,
pendengaran, perasa, penciuman dan perabaan).
• Sifatnya subjektif.

5. Penutup
• Tidak diberi judul penutup
• berisikan kalimat baku "Demikianlah visum et repertum ini saya buat dengan
sesungguhnya berdasarkan keilmuan saya dan dengan mengingat sumpah sesuai
dengan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana."
• Diakhiri dengan tanda tangan, nama lengkap/NIP dokter.
Jenis dan Bentuk
VeR mengenai tubuh/raga manusia yang dalam hal ini berstatus sebagai korban
tindak pidana:
• Visum et Repertum perlukaan (termasuk keracunan)
• Visum et Repertum kejahatan susila
• Visum et Repertum jenazah
VeR mengenai jiwa/mental tersangka atau terdakwa atau saksi lain dari suatu
tindak pidana:
• Visum et Repertum psikiatrik

• VeR definitif  yang diperiksa dari awal sampai akhir dan sudah final
• VeR Sementara  working diagnosis belum final dan bisa berubah
• VeR Lanjutan  korban terjadi perburukan dari yang terjadi sebelumnya
• VeR Sementara + VeR Lanjutan  VeR Definitif
VeR Kasus Perlukaan
• Tujuan pemeriksaan forensik  mengetahui penyebab luka/sakit dan derajat
parahnya luka atau sakitnya tersebut. Hal ini u/ memenuhi rumusan delik
dalam KUHP
• Umumnya, korban luka ringan datang ke dokter stelah melapor ke penyidik
/pejabat polisi, sehingga datang dengan mebawa serta surat permintaan VeR.
• Sedangkan korban luka sedang dan berat akan datang ke dokter atau RS
sebelum melapor penyidik, sehingga surat permintaan VeR datang terlambat
• VeR ini dibuat setelah perawatan/pengobatan selesai, kecuali VeR sementara, dan
perlu pemeriksaan ulang pada korban bila surat permintaan pemeriksaan datang
terlambat
• Dalam pemeriksaan, dokter sering tidak dapat menetukan derajatnya
karena masih belum berhentinya derajat sesuatu perlukaan sebelum
selesainya pengobatan/perawatan
• Dalam keadaan seperti itu dokter hanya bisa memberikan VeR sementara, VeR
ini tdak berisikan kesimpulan derajat luka, melainkan keterangan bahwa hingga
VeR dibuat korban masih dalam perawatan institusi kesehatan tsb
• VeR sementara juga diperlukan bila korban dipindah rawatkan ke institusi
perawatan lainnya. VeR lengkap baru kelak setelah perawatan selesai dan
derajat luka ditentukan
• Dalam pembuatan disebutkan keadaan umum korban sewaktu datang,
luka” atau cedera atau penyakit yang ditemukan pada peeriksaan fisik(jenis
dan sifat luka serta ukuran), PP, tindakan medik. Riwayat perjalanan
penyakit selama perawatan,dan keadaan saat pengobatan/perawatan
selesai
VeR Koban Kejahatan Susila
• Umumnya VeR yang diminta dalam kasus ini adalah kasus dugaan persetubuan yang diancam
hukuman o/ KUHP
• Persetubuhan yang dimaksud pemerkosaan, persetubuhan pada wanita tidak berdaya,
persetubuhan dengan wanita belum cukup umur
• Untuk korban wanita selain adanya permintaan VeR sebaiknya juga mempersiapkan korban atau
orang tua bila belum cukup umur, agar dapat dilakukan pemeriksaan serta saksi atau
pendamping (perawat wanita) dan pemeriksaan di ruang tertutup
• Pembuktian Persetubuhan  deflorasi himen, laserasi vulva atau vagina, cairan mani dan sel
sperma dalam vagina (forniks posterior)
• Adanya penyakit hubungan seks dan kehamilan memperkuat adanya persetubuhan
• Selain itu juga dicari tanda kekerasan selain di perineum juga di cek daerah wajah, leher,
payudara, perut, paha
• Dalam kesimpulan VeR tindakan susila  usia korban, ada atau tdak tanda persetubuhan, dan
bila mungkun menyebutkan perkiraan kapan terjadinya dan ada atau tidaknya tanda kekerasan
VeR Jenazah
• Jenasah yang diminta VeR  memuat indentitas mayat, dilak dengan diberi cap jabatan,
yang diikatkan pada ibu jari kaki atau bagian tubuh lainnya
• Pada surat permintaan harus jelas pemeriksaan yang diminta pemeriksaan luar atau
dalam (autopsi) (ps 133 KUHAP)
• Bila ingin dilakukan autopsi, maka penyidik wajib memberitahu keluarga dan
menerangkan tujuan autopsi. Autopsi dilakukan setelah keluarga tidak keberatan, atau
bila dalam 2 hari tidak ada tanggapan apapun dari keluarga korban. (ps 134 KUHAP)
• Pemeriksaan meliputi: pemeriksaan luar dan dalam jenazah
• Apabila penyidik hanya meminta pemeriksaan luar kesimpulan VeR menyebutkan jenis
luka atau yang ditemukan dan jenis kekerasan penyebabnya, sedangkan sebab matinya
tidak dapat diterangkan karena tidak dilakukan pemeriksaan autopsi
• Dari pemeriksaan dapat disimpulkan sebab kematian korban, selain jenis luka dan
kelainan, jenis kekerasn penyebabnya, dan saat kematian
VeR Psikiatrik
• VeR ini dibuat karena adanya pasal 44(1) KUHP
• “Barangsiapa melakukan perbuatan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan
padanya disebabkan karena jiwanya cacat dalam tumbuhnya (gebrekkige
ontwikkeling) atau terganggu karena penyakit (Ziekelijke storing), tidak dipidana”
• Penyakit jiwa (psikosis), retardasi mental
• VeR psikiatrik diperuntukkan bagi tersangka atau terdakwa pelaku tindak
pidana, bukan bagi korban seperti VeR lainnya
• VeR psikiatrik menguraikan tentang segi kejiwaan manusia(bukan fisik atau
raga manusia)
• Oleh karena itu VeR ini mengenai dapat dipidana atau tidak seseorang atas
tindak pidana yang dilakukannnya
• Maka lebih baik VeR psikiatrik hanya dibuat oleh dokter spesialis psikiatri yang
bekeja di RSJ atau RSU
Permohonan Visum
• Permohonan harus secara tertulis, tidak dibenarkan secara lisan
melalui telepon atau pos
• Korban adalah barang bukti, maka permohonan surat VeR harus
diserahkan sendiri oleh petugas kepolisian bersama: korban,
tersangka, atau barang bukti lain kepada dokter
• Tidak disarankan mengajukan permintaan VeR tentang suatu
peristiwa yang telah lampau, mengingat rahasia kedokteran
• Permintaan diajukan kepada dokter ahli pemerintah sipil atau
ahli kedokteran kehakiman pemerintah sipil untuk korban yang
meninggal dunia
Prosedur Permintaan VeR Korban Hidup
1. Permohonan harus secara tertulis, tidak dibenarkan secara lisan melalui
telepon atau pos
2. Korban adalah barang bukti, maka permohonan surat Visum et Repertum
harus diserahkan sendiri oleh petugas kepolisian bersama: korban,
tersangka, atau barang bukti lain kepada dokter
3. Tidak disarankan mengajukan permintaan Visum et Repertum tentang
sesuatu peristiwa yg telah lampau, mengingat rahasia kedokteran
(Instruksi Kapolri No.Ins/E/20/IX/75)
4. Permintaan diajukan kepada dokter ahli pemerintah sipil atau ahli
kedoteran kehakiman pemerintah sipil untuk korban yang meninggal
dunia
Prosedur Permintaan VeR Korban Mati (Mayat)
• Permintaan harus diajukan secara tertulis, tidak dibenarkan melalui telepon,
lisan atau pos
• Mayat diantar bersama-sama SPVR oleh polisi ke Bgn Ilmu Kedokteran Forensik
• Mayat harus diikatkan label yang memuat Identitas mayat ( KUHAP psl 133 ayat
3)
• Sebaiknya penyidik yang meminta Visum et Repertum mengikuti jalannya
pemeriksaan bedah jenazah.
Pencabutan Surat Permohonan VeR
• Penarikan/pencabutan kembali visum et repertum tidak dapat dibenarkan, namun
kadang kala dijumpai hambatan dari keluarga korban yang keberatan untuk
dilaksanakan bedah mayat dengan alasan larangan Agama, adat dan lain-lain.
• Bila timbul keberatan dari pihak keluarga, sesuai dengan ketentuan KUHAP Pasal
134 ayat 2, maka penyidik wajib menerangkan sejelas-jelasnya tentang maksud
dan tujuan bedah jenazah tersebut.
Alur pemeriksaan korban perkosaan
PENYIDIK POLRI KORBAN DOKTER

Surat SURAT KETERANGAN DOKTER


permintaan DOKTER +
visum et PENYIDIK POLRI
repertum DOKTER
DOKTER FORENSIK

VISUM ET REPERTUM
(ALUR IDEAL PUSAT
VISUM ET REPERTUM PENANGANAN KEKERASAN PENYIDIK POLRI
TERPADU)
(ALUR NORMAL KUHP) VISUM ET REPERTUM
(ALUR DI LAPANGAN)

Lama Penyimpanan Visum et Repertum


• 10 tahun  Mengacu pada permenkes no. 749a tahun 1989 tentang rekam medis
• 30 tahun  Mengacu pada sistem arsip nasional
Kekerasan seksual pada
wanita
Jenis kekerasan:
1. Kekerasan dalam keluarga (domestic violence, intimate partner violence)
• Perempuan biasa takut melapor
• Laki-laki biasa mengintimidasi, isolasi, penekanan emosi, pengendalian ekonomi dan
ancaman kekerasan thd perempuan.
• Bagi dokter bbrp petunjuk:
- Perilaku pasangan di ruang praktek dokter
- Sikap diam pasien
- Keterlambatan mencari pertolongan
- Trauma berulang
- Riw. Tjd tidak sesuai dengan temuan luka/cedera
- Gejala depresi
- Trauma yang ukan accidental
- Penyalahgunaan alcohol/obat
2. Kekerasan seksual
setiap penyerangan yang bersifat seksual terhadap perempuan baik telah terjadi
persetubuhan atau tidak tanpa mempedulikan hub. Antara pelaku dengan korban.
Pasal 8 UU no. 23 thn 2004 tentang peghapusan KDRT memberikan batasan tentang
kekerasan seksual;
- Pemaksaan hub. Seksual yang dilakukan thd org yang menetap dalam lingkup rumah
tangga tsb.
- Pemaksaan hub. Seksual thd salah seorang dalam lingkup rumah tangga nya dengan
orang lain untuk tujuan komersial dan atau tujuan tertentu
3. Kejahatan seksual tanpa unsur pemaksaan
• Dilakukan dengan bujukan/tindakan lain dengan cara mengakali korban yang umumnya
tjd pada anak-anak karena keterbatasan pegalaman dan penalaran dalam membuat
keputusan/persetujuan -> jdi persetujuan dianggap tidak sah.
• Anak<15 th dianggap belum dapat memberikan consent yang sempurna sehingga
dijajdikan deli aduan
• Anak <12th dianggap belum bisa memberi consent sehingga dijadikan delik biasa (pasal
287 KUHP)
• Perempuan dewasa yang belum terikat perkawinan melakukan perbuatan seksual tanpa
paksaan dengan seorang laki-laki tidak mengakibatkan ancaman pidana bagi si laki-laki,
sedangkan bila salah satu atau keduanya telah menikah dengan org lain maka menjadi
deli aduan (perzinahan)

UU no. 23 th 2003  perlindungan anak mengancam pidana bagi setiap kekerasan seksual
thd anak dan mendefinisikan anak hingga usia sebelum 18 th.
4. Kejahatan seksual dengan unsur pemaksaan  pemerkosaan
Delik ini diatur dalam pasal 285 KUHP:
Harus memenuhi adanya kekerasan/ancaman kekerasan, adanya persetubuhan dan
korban adalah perempuan yang bukan isterinya. Ketiga unsur tsb harus terbukti
KUHP pasal 289
Fungsi penyelidikan ditujukan untuk
1. Menentukan ada/tidaknya tanda-tanda persetubuhan
2. Menentukan ada/tidaknya tanda-tanda kekerasan
3. Menentukan pantas tidaknya korban untuk kawin
4. Memperkirakan umur

1. Menentukan ada/tidaknya tanda-tanda persetubuhan:


• Persetubuhan : suatu peristiwa dimana alat kelamin laki-laki masuk ke dalam alat
kelamin perempuan, sebagian seluruhnya dan dengan atau tanpa terjadinya
pancaran air mani
• Tanda-tanda persetubuhan :
• Tanda tidak pasti
terdapat robekan pada selaput dara  menunjukkan adanya benda
(padat/kenyal) yang masuk
• Tanda pasti
adanya ejakulasi (pancaran air mani)  pada pemeriksaam diharapkan
ditemukan sperma di dalam liang vagina
2. Menentukan ada/tidaknya tanda-tanda kekerasan
• Kekerasan tidak selamanya meninggalkan luka /bekas.
• Faktor-faktor yang mempengaruhi :
• Penampang benda
• Daerah yang terkena kekerasan
• Kekuatan dari kekerasan itu sendiri
• Adanya racun serta gejala-gejala akibat dari obat bius / racun pada korban
• Faktor waktu

3. Menentukan pantas tidaknya korban untuk kawin:


• Pengertian pantas tidaknya korban untuk kawin tergantung dari :
• Apakah korban telah siap untuk dibuahi yang dimanifestasikan dengan sudah
pernah mengalami menstruasi
• Pada UU perkawinan pasal 7 ayat 1 berbunyi :
• Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 tahun dan
pihak wanita sudah mencapai umur 16 tahun
4. Memperkirakan umur
• Merupakan pekerjaan yang paling sulit, tidak ada satu metode apapun yang
dapat memastikan umur seseorang dengan tepat.
• Pada kasus kejahatan seksual dalam kasus perkosaan yang dimaksud dalam
KUHP pasal 285 atau yang tidak dilakukan pada seorang yang dalam keadaan
tidak berdaya (KUHP pasal 286), penentuan umur atau perkiraan umur tidak
diharuskan
• Perkiraan umur diperlukan untuk menentukan apakah seseorang itu sudah
dewasa (>21tahun), khususnya pada kasus homoseksual atau lesbian.
• Perkiraan umur juga diperlukan pada kasus dimana pasal 287 KUHP dapat
dikenakan pada pelaku kejahatan
Prosedur dan Etika Pemeriksaan
• Seorang dokter yang memeriksa kasus kekerasan seksual harus bersikap
objektif-imparsial, konfidensial, dan profesional
• Objektif imparsial  tidak boleh memihak atau bersimpati kepada korban
sehingga cenderung mempercayai seluruh pengakuan korban begitu saja
• Beberapa hal penting
• Sebaiknya korban tidak menunggu terlalu lama
• Sebaiknya polisi, dokter, pekerja sosial atau psikolog memeriksa dalam
waktu yang bersamaan sehingga korban tidak ditanya berulang kali
• Dokter harus menjelaskan kepada korban tentang prinsip dan tujuan
pemeriksaan, tatalaksana dan interprestasi hasil serta meminta persetujuan
dari korban atau keluarganya
• Korban yang telah berusia 21 tahun atau telah pernah menikah, sadar dan
tidak mempunyai gangguan jiwa (psikosis atau retardasi mental) harus
menandatanganinya sendiri
• Korban yang tidak memenuhi kriteria di atas diwakili oleh keluarga
terdekatnya
• Dokter didampingi seorang perawat wanita atau bidan selama melakukan
pemeriksaan
• Setiap permintaan untuk pengadilan harus dengan pernyataan tertulis dari
penyidik yang berwenang
• Dokter yang menangani korban melakukan pemeriksaan medis dengan
cermat dan menyeluruh dan mengisi rekam medis secara lengkap
• Dua aspek yang penting
• Bukti-bukti persetubuhan, seperti robekan selaput dara, adanya cairan
mani dan atau sel sperma
• Tanda-tanda kekerasan, seperti riwayat kehilangan kesadaran dan luka-
luka
• Persetubuhan  masuknya penis ke dalam vagina, sebagian atau
seluruhnya, dengan atau tanpa ejakulasi, setidaknya telah melewati
vestibulum
• Pencabulan  penyerangan seksual tanpa terjadi persetubuhan
• Anamnesis
• Identitas pasien (terutama umur dan tanggal lahir), riwayat menstruasi (usia
menarche, siklus haid, haid terakhir), status perkawinan, riwayat aktifitas
seksual
• Kejadian  waktu dan lokasi, kekerasan sebelum kejadian , rincian kejadian,
terjadi penetrasi atau tidak, dan apa yang dilakukan setelah terjadinya
kekerasan seksual
• Pemeriksaan fisik status generalis
• KU, kesadaran, TTV, penampilan secara keseluruhan, keadaan emosional
(tenang, sedih, gelisah), pakaian, kooperatif atau tidak
• Gigi geligi
• Keadaan dalam rongga mulut  lecet, petekiae, maupun kemerahan untuk
menilai ada tidaknya aktifitas seksual secara oral
• Pemeriksaan perkembangan seks sekunder seperti mammae, rambut
axial, rambut pubis
• Periksa seluruh tubuh  ada luka-luka atau tidak  bila ada 
deskripsikan luka tersebut denganlengkap dan jelas
• Bila ada riwayat kehilangan kesadaran  cari tanda pemberian obat bius
atau obat tidur  bekas suntikan periksa darah dan urin
• Pemeriksaan status ginekologis
• Posisi litotomi
• Periksa luka-luka sekitar vulva, perineum, paha
• Alat kemaluan berturut-turut mulai dari labia mayora, minora, vestibulum,
selaput dara, vagina, leher rahim, dan besar uterus
• Pemeriksaan selaput dara
Bagan kejahatan seksual dalam kaitan dengan persetubuhan yang
dapat dikenakan hukuman
Persetubuhan

Dalam perkawinan
Diluar perkawinan
(pasal 288)

Dengan persetujuan Tanpa persetujuan


si perempuan si perempuan

Umur si perempuan Umur si perempuan Dengan kekerasan/ Si perempuan dalam


> 15 th (pasal 284) < 15 th (pasal 287) ancaman kekerasan keadaan pingsan/tidak
(pasal 285) berdaya (pasal 286)
K.U.H. Pidana bab XIV Kejahatan Terhadap Kesusilaan
Pasal 281
Diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau pidana denda
paling banyak empat ribu lima ratus rupiah:
• barang siapa dengan sengaja dan terbuka melanggar kesusilaan;
• barang siapa dengan sengaja dan di depan orang lain yang ada di situ bertentangan dengan
kehendaknya, melanggar kesusilaan
Pasal 282
(1) Barang siapa menyiarkan, mempertunjukkan atau menempelkan di muka umum tulisan,
gambaran atau benda yang telah diketahui isinya melanggar kesusilaan, atau barang siapa
dengan maksud untuk disiarkan, dipertunjukkan atau ditempelkan di muka umum,
membikin tulisan, gambaran atau benda tersebut, memasukkannya ke dalam negeri,
meneruskannya, mengeluarkannya dari negeri, atau memiliki persediaan, ataupun barang
siapa secara terang-terangan atau dengan mengedarkan surat tanpa diminta,
menawarkannya atau menunjukkannya sebagai bisa diperoleh, diancam dengan pidana
penjara paling lama satu tahun enam bulan atau pidana denda paling tinggi empat ribu
lima ratus rupiah
(2) Barang siapa menyiarkan, mempertunjukkan atau menempelkan di muka umum
tulisan, gambaran atau benda yang melanggar kesusilaan, ataupun barang siapa
dengan maksud untuk disiarkan, dipertunjukkan atau ditempelkan di muka umum,
membikin, memasukkan ke dalam negeri, meneruskan mengeluarkannya dari
negeri, atau memiliki persediaan, ataupun barang siapa secara terang-terangan
atau dengan mengedarkan surat tanpa diminta, menawarkan, atau menunjuk
sebagai bisa diperoleh, diancam, jika ada alasan kuat baginya untuk menduga
bahwa tulisan, gambazan atau benda itu me!anggar kesusilaan, dengan pidana
paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima
ratus rupiah.
(3) Kalau yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam ayat pertama sebagai
pencarian atau kebiasaan, dapat dijatuhkan pidana penjara paling lama dua tahun
delapan bulan atau pidana denda paling banyak tujuh puluh lima ribu rupiah.
Pasal 283
(1) Diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling
banyak sembilan ribu rupiah, barang siapa menawarkan, memberikan untuk terus
maupun untuk sementara waktu, menyerahkan atau memperlihatkan tulisan, gambaran
atau benda yang melanggar kesusilaan, maupun alat untuk mencegah atau
menggugurkan kehamilan kepada seorang yang belum dewasa, dan yang diketahui atau
sepatutnya harus diduga bahwa umumya belum tujuh belas tahun, jika isi tulisan,
gambaran, benda atau alat itu telah diketahuinya.
(2) Diancam dengan pidana yang sama, barang siapa membacakan isi tulisan yang
melanggar kesusilaan di muka oranng yang belum dewasa sebagaimana dimaksud dalam
ayat yang lalu, jika isi tadi telah diketahuinya.
(3) Diancam dengan pidana penjara paling lama empat bulan atau pidana kurungan paling
lama tiga bulan atau pidana denda paling banyak sembilan ribu rupiah, barang siapa
menawarkan, memberikan untuk terus maupun untuk sementara waktu, menyerahkan
atau memperlihatkan, tulis- an, gambaran atau benda yang melanggar kesusilaan,
maupun alat untuk mencegah atau menggugurkan kehamilan kepada seorang yang belum
dewasa sebagaimana dimaksud dalam ayat pertama, jika ada alasan kuat baginya untuk
menduga, bahwa tulisan, gambaran atau benda yang melang- gar kesusilaan atau alat itu
adalah alat untuk mencegah atau menggugurkan kehamilan.
Pasal 284
(1) Diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan:
• l. a. seorang pria yang telah kawin yang melakukan gendak (overspel), padahal
diketahui bahwa pasal 27 Kitab Undang - Undang Hukum Perdata berlaku baginya,
• I. b. seorang wanita yang telah kawin yang melakukan gendak, padahal diketahui
bahwa pasal 27 Kitab Undang - Undang Hukum Perdataberlaku baginya;
• 2. a. seorang pria yang turut serta melakukan perbuatan itu, padahal diketahuinya
bahwa yang turut bersalah telah kawin;
• 2. b. seorang wanita yang telah kawin yang turut serta melakukan perbuatan itu,
padahal diketahui olehnya bahwa yang turut bersalah telah kawin dan pasal 27 Kitab
Undang - Undang Hukum Perdataberlaku baginya.
(2) Tidak dilakukan penuntutan melainkan atas pengaduan suami/istri yang
tercemar, dan bilamana bagi mereka berlaku pasal 27 BW, dalam tenggang waktu
tiga bulan diikuti dengan permintaan bercerai atau pisah-meja dan ranjang karena
alasan itu juga.
(3) Terhadap pengaduan ini tidak berlaku pasal 72, 73, dan 75.
(4) Pengaduan dapat ditarik kembali selama pemeriksaan dalam sidang pengadilan
belum dimulai.
(5) Jika bagi suami-istri berlaku pasal 27 BW, pengaduan tidak diindahkan selama
perkawinan belum diputuskan karena perceraian atau sebelum putusan yang
menyatakan pisah meja dan tempat tidur menjadi tetap.

yang perlu diperiksa oleh dokter terhadap si wanita:


- Adanya persetubuhan
Pasal 285
• Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang wanita
bersetubuh dengan dia di luar perkawinan, diancam karena melakukan perkosaan dengan
pidana penjara paling lama dua belas tahun.
Yg perlu diperiksa oleh dokter thdp si wanita:
- Adanya persetubuhan
- Adanya tanda – tanda kekerasan
- Adanya tanda bekas pingsan atau tidak berdaya
Pasal 286
• Barang siapa bersetubuh dengan seorang wanita di luar perkawinan, padahal diketahui
bahwa wanita itu dalam keadaan pingsan atau tidak berdaya, diancam dengan pidana
penjara paling lama sembilan tahun
Yg perlu diperiksa oleh dokter thdp si wanita:
- Adanya persetubuhan
- Adanya tanda bekas pingsan atau tidak berdaya
• Pasal 287
(1) Barang siapa bersetubuh dengan seorang wanita di luar perkawinan, padahal
diketahuinya atau sepatutnya harus diduganya bahwa umumya belum lima belas
tahun, atau kalau umurnya tidak jelas, bawa belum waktunya untuk dikawin, diancam
dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.
(2) Penuntutan hanya dilakukan atas pengaduan, kecuali jika umur wanita belum sampai
dua belas tahun atau jika ada salah satu hal berdasarkan pasal 291 dan pasal 294.

Yg perlu diperiksa oleh dokter thdp si wanita:


• Adanya persetubuhan
• Umur si wanita (15 thn, 12 thn)
• Jika tdk jelas 15 thn, apakah sudah pantas untuk dikawin
• Adanya luka berat (sehubungan pasal 291)
• Pasal 288
(1) Barang siapa dalam perkawinan bersetubuh dengan seormig wanita yang diketahuinya
atau sepatutnya harus didugunya bahwa yang bersangkutan belum waktunya untuk dikawin,
apabila perbuatan mengakibatkan luka-luka diancam dengan pidana penjara paling lama
empat tahun.
(2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, dijatuhkan pidana penjara paling lama
delapan tahun.
(3) Jika mengakibatkan mati, dijatuhkan pidana penjara paling lama dua belas tahun.

Yg perlu diperiksa oleh dokter thdp si wanita:


- Adanya persetubuhan
- Adanya luka/ luka berat
- Apakah sudah pantas untuk dikawin
Pasal 289
• Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang untuk
melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul, diancam karena
melakukan perbuatan yang menyerang kehormatan kesusilaan, dengan pidana
penjara paling lama sembilan tahun.

Pasal 290
Diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun:
1.barang siapa melakukan perbuatan cabul dengan seorang, padahal diketahuinya
bahwa orang itu pingsan atau tidak berdaya;
2.barang siapa melakukan perbuatan cabul dengan seorang padahal diketahuinya
atau sepatutnya harus diduganya, bahwa umumya belum lima belas tahun atau
kalau umumya tidak jelas, yang bersangkutan belum waktunya untuk dikawin:
3.barang siapa membujuk seseorang yang diketahuinya atau sepatutnya harus
diduganya bahwa umurnya belum lima belas tahun atau kalau umumya tidak jelas
yang bersangkutan atau kutan belum waktunya untuk dikawin, untuk melakukan
atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul, atau bersetubuh di luar perkawinan
dengan orang lain.
Pasal 291
• Jika salah satu kejahatan berdasarkan pasal 286, 287, 289, dan 290 mengakibatkan luka-luka
berat, dijatuhkan pidana penjara paling lama dua belas tahun; (2) Jika salah satu kejahatan
berdasarkan pasal 285, 2 86, 287, 289 dan 290 mengakibatkan kematisn dijatuhkan pidana
penjara paling lama lima belas tahun.

Pasal 292
• Orang dewasa yang melakukan perbuatan cabul dengan orang lain sesama kelamin, yang
diketahuinya atau sepatutnya harus diduganya belum dewasa, diancam dengan pidana penjara
paling lama lima tahun.

Pasal 293
(1) Barang siapa dengan memberi atau menjanjikan uang atau barang, menyalahgunakan
pembawa yang timbul dari hubungan keadaan, atau dengan penyesatan sengaja menggerakkan
seorang belum dewasa dan baik tingkahlakunya untuk melakukan atau membiarkan dilakukan
perbuatan cabul dengan dia, padahal tentang belum kedewasaannya, diketahui atau selayaknya
harus diduganya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun.
(2) Penuntutan hanya dilakukan atas pengaduan orang yang terhadap dirinya dilakukan kejahatan
itu.
(3) Tenggang waktu tersebut dalam pasal 74 bagi pengaduan ini adalah masing-masing sembilan
bulan dan dua belas bulan.
Pasal 294
(1) Barang siapa melakukan perbuatan cabul dengm anaknya, tirinya, anak
angkatnya, anak di bawah pengawannya yang belum dewasa, atau dengan
orang yang belum dewasa yang pemeliharaanya, pendidikan atau
penjagaannya diannya yang belum dewasa, diancam dengan pidana penjara
paling lama tujuh tahun.
(2) Diancam dengan pidana yang sama:
1. pejabat yang melakukan perbuatan cabul dengan orang yang karena
jabatan adalah bawahannya, atau dengan orang yang penjagaannya
dipercayakan atau diserahkan kepadanya,
2. pengurus, dokter, guru, pegawai, pengawas atau pesuruh dalam penjara,
tempat pekerjaan negara, tempat pen- didikan, rumah piatu, rumah sakit,
rumah sakit jiwa atau lembaga sosial, yang melakukan perbuatan cabul
dengan orang yang dimasukkan ke dalamnya.
Pasal 295
Diancam:
• 1. dengan pidana penjara paling lama lima tahun barang siapa dengan sengaja
menyebabkan atau memudahkan dilakukannya perbuatan cabul oleh anaknya,
anak tirinya, anak angkatnya, atau anak di bawah pengawasannya yang belum
dewasa, atau oleh orang yang belum dewasa yang pemeliharaannya, pendidikan
atau penjagaannya diserahkan kepadanya, ataupun oleh bujangnya atau
bawahannya yang belum cukup umur, dengan orang lain; 2. dengan pidana
penjara paling lama empat tahun barang siapa dengan sengaja menghubungkan
atau memudahkan perbuatan cabul, kecuali yang tersebut dalam butir 1 di atas.,
yang dilakukan oleh orang yang diketahuinya belum dewasa atau yang sepatutnya
harus diduganya demikian, dengan orang lain.
• (2) Jika yang rs me lakukan kejahatan itu sebagai pencarian atau kebiasaan, maka
pidana dapat ditambah sepertiga.
Yang perlu diketahui dalam kasus kejahatan
seksual
• Sperma keadaan bergerak dalam vagina  ditemukan sampai 4-5 jam setelah
persetubuhan
• Orang hidup sperma dapat diketemukan (tidak bergerak)  24-36 jam setelah
persetubuhan
• Orang mati masih dapat diketemukan sperma dalam vagina 7-8 hari setelah
persetubuhan
• Laki-laki sehat  air mani keluar setiap ejakulasi  2-5 ml, kandung 60 juta
sperma tiap mm, sebanyak 90%  bergerak
• Untuk menjaga keaslian barang bukti / korban  tidak boleh membersihkan diri /
mengganti pakaian
• Korban harus diantar oleh petugas kepolisian/penyidik segera setelah korban
melapor pada polisi guna untuk memenuhi persyaratan yuridis yang berlaku buat
barang bukti
• Untuk mencari bercak air mani tercecer di TKP  disinari dengan cahaya UV 
bagian yang mengandung bercak mani akan berfluoresensi putih  bawa ke lab
• Jika pelaku kejahatan segera tertangkap tidak setelah kejadian, kepala glans penis
harus diperiksa (mencari sel epitel vagina yang menempel)
• VeR mencakup dan menjelaskan ke-4 hal diatas dengan disertai perkiraan waktu
terjadinya persetubuhan
• Dalam kesimpulan, dokter tidak akan dan tidak boleh mencantumkan kata
pemerkosaan oleh karena kata tersebut secara yuridis dalam hal “paksaan”
• Robekan daripada selaput dara dapat diketahui jika daerah tersebut masih terlihat
darah atau tampak kemerahan. Letak robekan selaput dara pada persetubuhan
pada umunya di bagian belakang, letak robekan dinyatakan sesuai dengan
menurut angka pada jam
• Bite Marks atau bekas gigitan / jejas gigi sering didapatkan pada tubuh kornan
kejahatan seksual dan pada korban kejahatan lainnya
Pemeriksaan pakaian
• Robekan lama atau baru sepanjang jahitan atau melintang pada pakaian
• Kancing terputus akibat tarikan, bercak darah, air mani, lumpur dsb yang berasal dari
tempat kejadian
• Pakaian dalam rapih atau tidak, benda-benda yang melekat dan pakaian yang
mengadung trace evidence dikirim ke laboratorium kliminologi
Pemeriksaan umum tubuh korban
• Penampilan (rambut dan wajah, rapi atau kusut)
• Keadaan emosial (tenang, sedih, gelisah)
• Tanda-tanda bekas kehilangan kesadaran (diberikan obat tidur)
• Needle marks periksa urin dan darah
• Tanda bekas kekerasan (memar atau luka lecet pada daerah mulut, leher,
pergelangan tangan, lengan, paha bagian dalam dan pinggang)
• Tanda perkembangan alat kelamin sekunder, pupil, refleks cahaya, pupil pinpoint, TB
dan BB, tek darah, keadaan jantung, paru, abdomen
Temuan pada korban
Mulut dan bibir:
• Rough kissing  memar pada bibir, t.u permukaan bukal
• Fellatio  Petekie dan perdarahan pada mukosa palatum mole
• Swab harus diambil sebelum manipulasi utk pemeriksaan, utk mencari
cairan semen dari penetrasi oral

Bekas gigitan:
• Oral suction, gigitan  memar pada leher, bahu, payudaran dan
bokong
• Suction  memar berbentuk sirkuler / oval, terdapat perdarahan
intradermal krn kulit dihisap  ↓ tek. udara  p.d pecah
• Bisa terdapat bekas semilunar pada perifer dari bibir krn indentasi gigi
/ abrasi
• Sering pada sisi leher, dibawah telinga, bahu bagian atas, payudara
dan sekitar areola mammae
• Gigitan: bekas luka mengikuti arkus dentis
Memar dan abrasi:
• Payudara yang dimanipulasi dan diremas  memar
berbentuk diskoid 1-2cm, t.u di daerah areola
mammae
• Abrasi linear dari kuku
• Memar pada paha dan bokong. T.u paha dalam
bagian atas, dimana pelaku berusaha membuka
paha korban
• Memar pada daerah anus krn pelaku memaksa
membuka bokong untuk mendapat penetrasi anal /
vulva posterior
• Jika pemerkosaan dikakukan ditempat yang
keras/tidak rata, memar dan abrasi dapat terlihat pd
bahu dan bokong
Genital dan anus:
• Inspeksi anus dan vulva laserasi, pembengkakan,
memar, perdarahan, discharge
• Bercak air mani di sekitar alat kelamin ( kerok dengan
sisi tumpul skalpel atau swab dengan lidi kapas yang
dibasahi larutan garam fisiologis)
• Rambut pd bagian pubis harus diperiksa untuk adanya
benda asing, rambut, semen
• Ada tidaknya rambut kemaluan yang saling melekat
menjadi satu karena air mani yang mengering (gunting
 u/ pemriksaan lanjutan)
• Pada pemerkosaan dengan pemaksaan, terdapat
tanda robeknya perineum, dgn laserasi pada ujung
introitus vagina / anus
• Dilatasi anus tanpa tanda abrasi, memar / semen 
sulit dijadikan bukti adanya penetrasi anal, karena
spinchter dapat membuka setelah kematian
• Pada Labia vulva bisa ditemukan tanda trauma, terutama pada
anak anak
• Tanda bekas kekerasan pada vulva: hiperemi, edema, memar,
luka lecet (goresan kuku)
• Introitus vagina: hiperemi/edema kapas lidi ambil bahan
untuk pemeriksaan sperma di vestibulum
• Sample DNA untuk membedakan sekresi vagina dari sperma
• Jika ada sisa cairan pada vulva / anus, sampel diambil
menggunakan pipet dan disimpan pada tube untuk mencegah
evaporasi
• Cotton-wool swabs digunakan utk mengambil sampel pada:
• Bagian dalam vulva / orifisium vagina
• Margin dan bagian dalam anus
• mid vagina dan vagina bagian atas
• Selaput dara:
• Ruptur : baru atau lama, lokasi, teliti apakah sampai ke insertio
• Tentukan besar orifisium: sebesar ujung jari kelingking, jari telunjuk atau 2
jari.
• Ukuran seorang perawan kira-kira 2,5 cm, yang telah melakukan
persetubuhan min 9 cm
• Persetubuhan tidak selalu disertai deflorasi
• Ruptur lama: robekan menjar sampai insertio disertai adanya parut jaringan
di bawahnya (Ruptur tidak sampai insertio, bila sudah sembuh tidak dapat
dikenali lagi)
• Ruptur karena persetubuhan biasa ditemukan di bagian posterior kanan atau
kiri( asumsi posisi persetubuhan saling berhadapan)
Pemeriksaan lab
• Cairan mani dan sel mani pada lendir vagina
• Rambut kemaluan yang melengket dan telah digunting melihat adanya cairan mani
yang mengering
• Swab daerah sekitar kelamin melihat bercak mani
• Swab introitus vagina  melihat bercak mani di vestibulum
• Pemeriksaan N gonorrhoeae dari sekret ureter dipulas dengan perwarnaan gram
(hari I, III, V, VII)
• Pemeriksaan kehamilan dan pemeriksaan toksikologik terhadap urin dan darah jika
terdapat indikasi
Tujuan Bahan Metode Hasil yang Diharapkan
Pemeriksaan
Menetukan Cairan vagina • Tanpa pewarnaan, satu tetes • Sperma yang masih
adanya sperma cairan vaginal ditaruh pada bergerak
gelas objek dan kemudian
• Bagian basis kepala
ditutup; pemeriksaan dibawah
mikroskop dengan pembesaran sperma berwarna
500 kali ungu, bagian hidung
• Dengan pewarnaan, dengan merah muda
Malachite-green

Menentukan Pakaian Pewarnaan Baeechi Kepala sperma berwarna


adanya sperma merah, bagian ekor biru
muda; kepala sperma
tampak menempel pada
serabut-serabut benang
Tujuan Bahan Metode Hasil yang Diharapkan
Pemeriksaan

Menentukan Cairan vaginal Cairan vaginal ditaruh pada Warna ungu timbul dalam waktu
adanya air kertas Whatman, diamkan kurang dari 30 detik, berarti
mani (asam sampai kering asam fosfatase berasal dari
fosfatase) prostat, berarti indikasi besar;
warna ungu timbul kurang dari
65 detik, indikasi sedang
Menentukan Cairan vaginal Florence, cairan vaginal Kristal-kristal kholin-peryodida
adanya air ditetesi larutan yodium, tampak berbentuk jarum-jarum
mani (kristal kristal yang terbentuk dilihat yang berwarna coklat
kholin) di bawah mikroskop
Menentukan Cairan vaginal Berberio, cairan vaginal Kristal spermin pikrat tampak
adanya air ditetesi larutan asam pikrat, berbentuk jarum kompas yang
mani (kristal kemudian lihat di bawah berwarna kuning-kehijauan
spermin) mikroskop
Tujuan Bahan Metode Hasil yang Diharapkan
Pemeriksaan
Menentukan Sekret urethrae Pewarnaan gram Kuman N. gonorrheae
adanya kuman dan sekret
N. gonorrheae cervix uteri
Menentukan Urine Hemagglutination inhibition Terjadi agglutinasi pada
adanya test (pregnosticon) kehamilan
kehamilan Agglutination inhibition test
(gravindex)
Menentukan darah dan urine TLC, mikrodifusi Adanya obat yang dapat
adanya racun menurunkan atau
(toksikologi) menghilangkan kesadaran

Penentuan cairan vaginal Serologi (ABO) grouping test Golongan darah dari air
golongan darah yang berisi air mani berbeda dengan
mani dan darah golongan darah dari korban
Pemeriksaan pria tersangka
• Pakaian
• Bercak semen: tidak mempunyai arti dalam pemnuktian, tidak perlu
ditentukan
• Darah: kemungkinan berasal dari darah deflorasi (penentuan gol darah
penting dilakukan)
• Tanda bekas kekerasan
• Akibat perlawanan korban
• Glans penis
• Mengetahui seorang pria baru melakukan persetubuhan terdapat sel
epitel vagina
• Sekret uretra
• Menentukan adanya penyakit kelamin
Trace Evidence
• Pakaian yang dipakai ketika terjadi persetubuhan
harus diperiksa
• Kirim ke lab forensik: dibungkus, segel, dibuat
berita acara pembungkusan dan penyegelan
• Rambut dan barang bukti lain juga diperlakukan
serupa
• Dokter menemukan rambut kemaluan yang lepas
pada badan perempuan ia harus mengambil
beberapa helai rambut kemaluan dari wanita dan
laki-laki sebagai bahan pembanding (matching)
Trauma mekanik
Kekerasan oleh benda tumpul
Tebakan senjata api
Luka akibat kekerasan benda tumpul
Berdasrakn sifat serta penyebabnya, • Luka yang terjadi akibat kekerasan benda
kekerasan dapat dibedakan kekerasan yang tumpul:
bersifat: • Memar (kontusio, hematom)
• Mekanik: Suatu perdarahan dalam jaringan bawah
• Kekerasan oleh benda tajam
kulit/kutis akibat pecahnya kapiler dan
vena, yang disebabkan oleh kekerasan
• Kekerasan oleh benda tumpul benda tumpul
• Tembakan senjata api • Lecet (ekskoriasi, abrasi)
• Fisika: Cedera epidermis yang bersentuhan
• Suhu dengan benda yang yang memiliki
• Listrik permukaan kasar atau runcing
• Perubahan tekanan udara • Luka lecet gores
• Akustik • Luka lecet serut
• Radiasi • Luka lecet tekan
• Luka lecet geser
• Kimia:
• Terbuka/robek (vulnus laseratum)
• Asam atau basa kuat
• Trauma tumpul dapat
terjadi akibat benturan,
traksi, torsio dan kekuatan
oblik (geseran)
• Kekuatan trauma benda
tumpul: ringan (tamparan)
sampai kuat (pukulan
dengan kekuatan penuh)
• Dampak trauma tumpul
• Tidak ada luka
• Nyeri tekan
• Nyeri
• Eritema
• Edema
• Kontusio, memar
• Abrasi
• Laserasi
• Fraktur
Memar
• Memar → perubahan warna pada kulit • Letak, bentuk dan luas memar dipengaruhi
akibat adanya ekstravasasi darah ke • Jenis benda penyebab
jaringan subkutan dan kulit,
• Kondisi dan jenis jaringan
disebabkan pecahnya pembuluh darah
• Usia saat bayi lebih mudah hematom
• Kontusio → kebocoran darah ke
karena jar lemak subkutan masih tipis
jaringan yang ada di rongga tubuh
dan jar kulit longgar, saat tua jar lemak
• Hematoma → kumpulan darah di menipis
bawah kulit yang bisa diraba
• Corak dan warna kulit
• Petechiae → memar kecil < 2mm dan
• Kerapuhan pembuluh darah
bisa berubah dan bergabung
• Penyakit (HT, penyakit kardiovaskular,
• Dapat disebabkan
diatesis hemoragik)
• Trauma tumpul langsung → tinju,
• Perubahan bentuk dan lokasi memar
tendangan, senjata → mekanisme
dipengaruhi gravitasi dan jaringan →
poking, squeezing dan gripping
trauma di dahi menyebabkan hematoma di
• Trauma tumpul tidak langsung → palpebra karena gravitasi dan jaringan tipis
suction (love bites), kompresi
• Pemeriksaan harus dilakukan di tempat yang terang
• Bentuk dan ukuran → untuk menentukan yang mungkin menjadi penyebab
• Patterned bruise → memar yang berpola karena kebocoran darah hanya di intradermis, sering
disebabkan oleh kompresi difus → memar dengan bentuk sol sepatu
• Memar tramline → pembuluh darah pecah di sisi lateral dari tempat terkenanya objek →
memar yg disebabkan pukulan benda silindris atau batang
• Memar bulat atau oval sebanyak 4 baris → memar akibat kompresi jari → bekas tinju, cekikan
• Warna → untuk menentukan perkiraan waktu
• Awal timbul → merah, kemudian menjadi ungu kehitamana
• 4-5 hari → kehijauan
• 7-10 hari → kuning
• 14-15 hari → menghilang
Perubahan warna mulai dari tepi ke tengah
• Pada korban mati → memar yang muncul sebelum mati bisa dibedakan dengan lebam mayat
dengan cara menyayat kulit → sayatan pada lebam mayat akan bersih saat dialiri air, sedangkan
pada memar akan tetap ada
Abrasi (Luka Lecet/Gores)
• Luka pada lapisan kulit tapi tidak menembus seluruh lapisan epidermis, diakibatkan kontak kulit
dengan permukaan yang kasar atau adanya kekuatan geseran (menyeret, bergerak)
• Epidermis tidak ada pembuluh darah
• Luka superfisial tidak berdarah
• Jika ada darah, maka luka lebih ke dalam sehingga mengenai papila dermis
• Pemeriksaan
• Arah luka tumpukan epidermis menunjukkan arah distal abrasi
• Bentuk
• Luka lecet gores (linear abrasion): kontak dengan permukaan yg licin → cakaran kuku
• Luka lecet serut (gravel/brush abrasion): kontak dengan permukaan kasar → aspal
• Luka lecet tekan (crush abrasion): penekanan benda tumpul ke kulit, sering disertai memar
→ gigitan, garis keramik lantai
• Luka lecet geser: tekanan linier disertai gerakan bergeser → cambuk, jerat
• Pada mayat, luka lecet akan berwarna lebih gelap dan jaringan lebih padat karena pengeringan
yg terjadi pasca kematian
Laserasi (Luka Robek)
• Luka akibat trauma benda tumpul anyg
menyebabkan peregangan kulit melampaui
elastisitasnya, sehingga kulit robek dan bisa
mencapai seluruh lapisan kulit
• Ciri – ciri
• Bentuk tidak beraturan
• Tepi tidak rata
• Ada bridging fibre (jembatan jaringan)
antara kedua tepi luka
• Sering disertai luka lecet atau memar di
sekitar luka
Fraktur
• Terjadi akibat adanya trauma tumpul kuat pada tulang dengan luas persinggungan
yang kecil
• Contoh:
• Fraktur sternum dan costae akibat benturan dengan kemudi
• Fraktur pada femur dan pelvis akibat menginjak pedal dengan kuat saat
kecelakaan
• Patah tulang impresi pada tulang pipih (kepala) dapat memperlihatkan bentuk
benda penyebabnya
• Patah tulang radier terjadi pada kekerasan yang bergerak ke kepala yang relatif
diam
• Patah tulang linier terjadi pada kepala yang bergerak mengenai benda yang relatif
diam
Trauma Tumpul Pada Kepala Trauma Tumpul Pada Leher
• Perdarahan epidural pada kekerasan benda • Pada penumpang kendaraan yang ditabrak,
tumpul di daerah pelipis (± 50%) dan terjadi percepatan mendadak sehingga
belakang kepala (10-15%) leher akan hiperekstensi disusul hiperfleksi
• Perdarahan subdural : akibat robeknya • Sering terjadi pada ruas tulang leher ke 4 &
sinus, bridging vein, A.Basilaris atau berasal 5
dari perdarahan subarakhnoid • Dipengaruhi bentuk sandaran tempat
• Perdarahan subarakhnoid : biasanya berasal duduk dan kelengahan korban
dari konstusio / laserasi jaringan otak.
Dapat juga spontan pada heat stroke,
leukemia, tumor, keracunan CO dan
penyakit infeksi tertentu
• Lesi otak:
• Pada daerah benturan (coup)
• Pada daerah kontralateral benturan
(counter coup) karena pergerakan liquor
yg mendorong otak ke arah kontralateral
Luka Tembak Senjata Api
• Senjata api : senjata yang dengan menggunakan
tenaga hasil peledakan mesiu, dapat
melontarkan anak peluru dengan kecepatan
tinggi
• Senjata api yang beralur dibedakan :
• Senjata api dengan alur ke kiri
Senjata tipe COLT, kaliber 0.36 ,0.38 dan 0.45. Anak
peluru dari senjata api ini memiliki goresan dan alur
yang memutar ke kiri bila dilihat dari bagian basis
anak peluru
• Senjata api dengan alur ke kanan
Senjata tipe SMITH dan WESON (SW), dengan
kaliber 0.22, 0.36, 0.38, 0.45 dan 0.46. Anak peluru
memiliki ciri terdapatnya goresan dan alur memutar
ke kanan bila dilihat dari bagian basis anak peluru
• Keparahan luka tembak akibat anak peluru tergantung pada:
• Besar dan bentuk anak peluru
• Balistik (kecepatan, energi kinetik, stabilitas anak peluru)
• Kerapuhan anak peluru
• Kepadatan jaringan sasaran
• Vurnerabilitas jaringan sasaran
• Kondisi  merubah gambaran luka tembak dengan cepat:
• Luka terbuka yang sudah mengering
• Proses pembusukan tubuh
• Penyembuhan dari luka itu sendiri
• Intervensi tenaga medis
• Intervensi bedah
• Intervensi oleh personel/ orang yang tidak profesional
• Pencucian atau pembersihan luka setelah korban mati
Proyektil
• Anak peluru: mencapai jarak yang jauh, pada kulit anak peluru ini akan membuat:
• Lubang luka: pada jangat lobang luka berukuran lebih kecil daripada kaliber anak peluru, oleh
karena jangat bersifat elastis.
• Kelim lecet (kelim memar/kontusio): kulit ari dilubangi sesuai kaliber anak peluru
(sebenarnya juga sedikit lebih kecil), oleh karena kulit ari tidak elastis. Oleh karena kulit ari
hilang dan jangat masih ada, maka akan tampak luka lecet berbentuk cincin (dengan lobang
di dalam) dan dinamakan kelim lecet.
• Kelim kesat (Schmutszring): oleh anak peluru pertama dibawa minyak dari laras dan
dikesatkan pada bagian dalam lubang luka, sedangkan anak peluru selanjutnya akan
membawa jelaga dan sisa mesiu
• Mesiu yang tidak terbakar
• Butir-butir mesiu akan mengenai kulit dan mebuat luka-luka kecil, seolah-olah kulit ditatoo
kelim cacat atau kelim tatoo.
• Terdapat pada jarak tembak maksimal satu yard atau sekitar 90 cm.
• Jika ditemukan butir-butir mesiu: dapat ditentukan buatan pabrik mana, oleh karena tiap
pabrik senjata membuat mesiu dengan bentuk serta susunan kimiawi tertentu
Luka tembak masuk (LTM)
Jenis LTM Pembentuk Bentuk
LTM jarak jauh Komponen anak peluru Lubang dengan kelim lecet dan kelim
kesat pada dindingnya

LTM jarak dekat Komponen anak peluru dan butir-butir Lubang dengan kelim lecet, kelim kesat,
mesiu yang tidak habis terbakar dan kelim tatoo dan/atau kelim jelaga
jelaga

LTM jarak sangat dekat Komponen anak peluru, butir mesiu, Lubang dengan kelim lecet, kelim kesat,
jelaga, dan panas/api kelim tatoo dan/atau kelim jelaga,
dengan kelim api di tepi lubangnya

LTM tempel Seluruh komponen tersebut (yang Saluran luka akan berwarna hitam dan
akan masuk seluruhnya atau sebagian jejas laras akan tampak mengelilingi di
ke dalam saluran luka) dan jejas laras luar LTM sebagai luka lecet tekan
Luka tembak tempel (contact wounds)
• Posisi: moncong senjata ditekan pada tubuh korban dan ditembakkan.
• Bila tekanan pada tubuh erat disebut “hard contact”, sedangkan yang tidak erat disebut
“soft contact”.
• Bentuk umum luka:
• bundar dikelilingi kelim lecet yang sama lebarnya pada setiap bagian
• Di sekeliling luka tampak daerah yang bewarna merah atau merah coklat yang menggambarkan
bentuk dari moncong senjata jejas laras.
• Rambut dan kulit di sekitar luka dapat hangus terbakar.
• aluran luka akan bewarna hitam yang disebabkan oleh butir-butir mesiu,jelaga dan minyak
pelumas.
• Tepi luka dapat bewarna merah, oleh karena terbentuknya COHb.
• Bentuk luka tembak tempel sangat dipengaruhi oleh keadaan / densitas jaringan yang berada di
bawahnya
• Luka di tulang  bintang
• Luka di organ berongga  bundar
Luka tembak jarak dekat (close range wounds)
• Posisi: jarak antara moncong senjata dengan tubuh korban masih dalam
jangkauan butir-butir mesiu (luka tembak jarak dekat), atau jangkauan jelaga
dan api (luka tembak jarak sangat dekat).
• Bentuk luka:
• Bundar atau oval tergantung sudut masuknya peluru, dengan di sekitarnya
terdapat bintik-bintik hitam (kelim tato) dan atau jelaga (kelim jelaga).
• Sekitar luka: dapat ditemukan daerah yang bewarna merah atau hangus terbakar.
• Jarak senjata:
• Kelim tato: sekitar 60 cm (50-60 cm), yaitu untuk senjata genggam.
• Kelim jelaga: sekitar 30 cm (25-30 cm)
• Kelim api: sekitar 15 cm
Luka tembak jarak jauh (long range wound)
• Terjadi bila jarak antara moncong senjata dengan tubuh korban di luar jangkauan
atau jarak tempuh butir-butir mesiu yang tidak terbakar atau terbakar sebagian.
• Luka berbentuk bundar atau oval dengan disertai adanya kelim lecet.
• Bila senjata sering dirawat (diberi minyak) maka pada kelim lecet dapat dilihat
pengotoran bewarna hitam berminyak, jadi ada kelim kesat atau kelim lemak.
Kelim
• Kelim lecet : bagian yang kehilangan kulit ari yang mengelilingi
lubang akibat anak peluru yang menembus kulit
• Kelim kesat : usapan zat yang melekat pada anak peluru (pelumas,
jelaga, dan elemen mesiu) pada tepi lubang
• Kelim tatoo : butir-butir mesiu yang tidak habis terbakar yang
tertanam pada kulit di sekitar kelim lecet
• Kelim jelaga : penampilan jelaga/asap pada permukaan kulit di
sekitar lubang luka tidak masuk
• Kelim api : daerah hiperemi / jaringan yang terbakar yang terletak
tepat di tepi lubang luka
Mesiu Mesiu Gas Jarak
Anak peluru/proyektil Laras
Utuh terbakar panas kira-kira

Jejak
Lubang Lecet Kesat Tattoo Jelaga Api
laras

Jauh + + + > 50

Dekat + + + + 50 – 60

Sangat
+ + + + + + 20 – 30
dekat
Tempe
+ + + +
l
Contact Wounds

Near-Contact Wound Distant gunshot wounds

Intermediate Range

Powder tattooing
Luka Tembak keluar
• Deformitas anak pelura dan penyebaran
gaya ke semua arah  luka tembak
keluar lebih besar dari luka tembak
masuk
• Anak peluru yg menembus tulang pipih
 terbentuk corong yg membuka ke
arah keluarnya anak peluru
• Luka tembak keluar lebih kecil pd luka
tembak tempel atau anak peluru yg
kehabisan tenaga pd saat akan keluar
tubuh
• Bentuk luka keluar tdk khas dan tdk
beraturan
Perkiraan Jarak Tembak
• Berdasarkan gambaran luka tembak masuk
Gambaran luka tembak masuk dibandingkan dg gambaran hasil uji coba
senjata tersangka dg mesiu yg sama (makroskopis atau mengukur kandungan
Pb, Sb, Ba)
• Adakah benda penghalang antara senjata api dengan kulit
• Adakah rikoset (pantulan setelah mengenai benda lain)
• Penggunaan peredam
• Senjata dg laras yg baru dibersihkan dg minyak  jelaga lbh sedikit
• Bila pada korban terdapat luka tembak masuk dan tampak jelas adanya jejas laras,
kelim api, kelim jelaga atau kelim tato, maka perkiraan penentuan jarak tembak
tidak sulit. Kesulitan timbul bila tidak ada kelim-kelim tersebut selain kelim lecet.
• Bila ada kelim jelaga, berarti korban ditembak dari jarak dekat, maksimal 30 cm.
• Bila ada kelim tato berarti korban ditembak dari jarak dekat, maksimal 60 cm dan
seterusnya.
• Bila hanya ada kelim lecet, cara pengukurannya adalah sebagai berikut :
• “Berdasarkan sifat lukanya luka tembak tersebut merupakan luka tembak jarak
jauh”, ini mengandung arti :
• Memang korban ditembak dari jarak jauh, yang berarti di luar
• jangkauan atau jarak tempuh butir-butir mesiu yang tidak terbakar atau
• terbakar sebagian.
• Korban ditembak dari jarak dekat atau sangat dekat, akan tetapi antara
• korban dan moncong senjata ada penghalang seperti bantal dan lain
• sebagainya.
• Bila ada kelim api, berarti bahwa korban ditembak dari jarak yang sangat dekat
sekali, yaitu maksimal 15 cm
Pemeriksaan khusus Pada Luka Tembak Masuk
• Pada beberapa keadaan, pemeriksaan terhadap luka tembak masuk, sering
dipersulit oleh adanya pengotoran oleh darah, sehingga pemeriksaan tidak
dapat dilakukan dengan baik.

• Untuk menghadapi penyulit pada pemeriksaan tersebut dapat dilakukan


prosedur sebagai berikut:
• Luka tembak dibersihkan dengan hydrogen-peroxide (3%)
• Setelah 2-3 menit luka tersebut dicuci dengan air, untuk membersihkan
busa yang terjadi dan membersihkan darah.
• Dengan pemberian hydrogen-peroxide tadi, luka tembak akan bersih dan
tampak jelas, sehingga deskripsi luka dapat dilakukan dengan akurat.
Pemeriksaan Mikroskopik
• Perubahan yang tampak diakibatkan oleh dua faktor, yaitu: trauma mekanik dan termis
• Luka tembak tempel dan luka tembak jarak dekat:
• Kompresi epitel, disekitar luka tampak epitel yang normal dan yang mengalami kompresi,
elongasi, dan menjadi pipihnya sel-sel epidermal serta elongasi dari inti sel
• Distorsi dari sel epidermis di tepi luka yang dapat bercampur dengan butir-butir mesiu
• Epitel mengalami nekrosis koagulatif, epitel sembab, vakuolisasi sel-sel basal
• Akibat panas, jaringan kolagen menyatu dengan pewarnaan HE, akan lebih banyak mengambil
warna biru (basophilic staining)
• Tampak perdarahan yang masih baru dalam epidermis (kelainan ini paling dominan, dan
adanya butir-butir mesiu)
• Sel-sel pada dermis intinya mengerut, vakuolisasi dan piknotik
• Butir-butir mesiu tampak sebagai benda tidak beraturan, berwarna hitam atau hitam
kecoklatan
• Pada luka tembak tempel “hard contact”, permukaan kulit sekitar luka tidak terdapat butir-
butir mesiu atau hanya sedikit sekali; butir-butir mesiu akan tampak banyak pada lapisan
bawahnya, khususnys di sepanjang tepi saluran luka
Pemeriksaan Kimiawi
• Pada “black gun powder” dapat ditemukan kalium, karbon, nitrit, nitrat, sulfas, sulfat,
karbonat, tiosianat dan tiosulfat
• Pada “smokeless gun powder” dapat ditemukan nitrit, dan selulosa-nitrat
• Pada senjata api yang modern, ditemukan timah, barium, antimony, dan merkuri
• Unsur-unsur kimia yang berasal dari laras senjata dan dari peluru sendiri dapat
ditemukan timah, antimon, nikel, tembaga, bismuth, perak, dan thalium
• Pemeriksaan atas unsur-unsur tersebut dapat dilakukan terhadap pakaian, di dalam atau
di sekitar luka
• Pada pelaku penembakan, unsur-unsur tersebut dapat dideteksi pada tangan yang
menggenggam senjata
Deskripsi dan Kualifikasi/derajat luka
Deskripsi Luka
Yang perlu dideskripsikan: 8. Apa yang keluar dari luka
1. Regio (bagian tubuh) 9. Daerah sekitarnya
2. Lokasi (koordinat)
3. Jenis luka  Deskripsi luka memar dan
4. Bentuk luka lecet cukup 1 – 5
5. Ukuran
6. Tepi luka (dinding luka)
7. Sudut luka
Bila seseorang mati karena luka tusuk atau luka tembak, harus dideskripsikan pula:
1. Saluran luka: panjang, arah & besar sudut terhadap kulit, mengenai apa saja
2. Ketinggian luka: jarak tumit-luka diukur  memperkirakan sikap & posisi korban
terhadap pelaku pada waktu interaksi, yang kelak digunakan untuk mengontrol
jalannya rekonstruksi

Deskripsi anak peluru:


1. Bentuk
2. Terbuat dari logam …. Warna ….
3. Panjang
4. Diameter basis
5. Berat
6. Jumlah & arah jalur: alur memutar kemana (kanan/kiri), ada cacat/tidak
7. Beri tanda tangan di basis dan kirim ke lembaga balistik setelah difoto
Kualifikasi luka
• Luka yg tidak mengakibatkan penyakit atau halangan dalam melakukan pekerjaan
atau jabatan luka ringan
• Luka yg mengakibatkan penyakit atau halangan dalam melakukan pekerjaan atau
jabatan untuk sementara waktu luka sedang
• Luka yg dimaksudkan dalam KUHP ps 90:  luka berat
• Penyakit atau luka yg tak dapat diharapkan akan sembuh dengan sempurna atau yg dapat
mendatangkan bahaya maut
• Senantiasa tidak cakap mengerjakan pekerjaan jabatan atau pekerjaan pencaharian
• Tidak dapat lagi memakai salah satu panca indra
• Mendapat cacat besar
• Lumpuh (kelumpuhan)
• Akal (tenaga paham) tidak sempurna lebih lama dari empat minggu
• Gugurnya atau matinya kandungan seorang perempuan
Luka Ringan Luka Sedang Luka Berat
Pasal 352 akibat dari : Pasal 90
(1) Kecuali yang tersebut Pasal 351 Luka berat berarti: jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak
dalam pasal 353 dan 356, (1) Penganiayaan memberi harapan akan sembuh sama sekali, atau yang
maka penganiayaan yang tidak diancam dengan pidana menimbulkan bahaya maut; tidak mampu terus-menerus untuk
menimbulkan penyakit atau penjara paling lama dua menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan pencarian; kehilangan
halangan untuk menjalankan tahun delapan bulan salah satu pancaindera; mendapat cacat berat; menderita sakit
pekerjaan jabatan atau atau pidana denda lumpuh; terganggunya daya pikir selama empat minggu lebih;
pencarian, diancam, sebagai paling banyak empat gugur atau matinya kandungan seorang perempuan.
penganiayaan ringan, dengan ribu lima ratus rupiah,
pidana penjara paling lama tiga • Pasal 351
bulan atau pidana denda Pasal 353 (2) Jika perbuatan itu mengakibatka luka-luka berat, yang bersalah
paling banyak empat ribu lima (1) Penganiayaan dengan dikenakan pidana penjara paling lama tujuh tahun.
ratus rupiah. Pidana dapat rencana lebih dahulu, • Pasal 353
ditambah sepertiga bagi orang diancam dengan pidana (2) Jika perbuatan itu mengakibatkan kematian, yang bersalah
yang melakukan kejahatan itu penjara paling lama diancam dengan pidana penjara paling lams lima belas tahun.
terhadap orang yang bekerja empat tahun. • Pasal 354
padanya, atau menjadi (1) Barang siapa sengaja melukai berat orang lain, diancam karena
bawahannya. (2) Percobaan melakukan penganiayaan berat dengan pidana penjara paling lama
untuk melakukan kejahatan ini delapan tahun.
tidak dipidana. • Pasal 355 (1)
Penganiayaan berat yang dilakukan dengan rencana terlebih dahulu,
diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.
Kewajiban dokter dalam
membantu proses peradilan
Kewajiban Sebagai Ahli
• KODEKI
• keterangan ahli &/ VeR yg diajukan ke depan pengadilan harus independen, tidak
dipengaruhi oleh apa & siapapun, baik btk atau isinya
• bersifat objektif dan menyeluruh serta dasar pemikiran dan sumber dr mana pendapatnya
dikemukakan
• tidak mejawab pertanyaan atau masalah yg berada diluar keahliannya
• harus memastikan bahwa keterangannya adalah benar
Dasar Hukum
• Saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan
penyidikan, penuntutan dan peradilan tentang suatu perkara pidana yang ia dengar
sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri (Pasal 1 KUHAP Butir 26).
• Keterangan saksi adalah salah satu alat bukti dalam perkara pidana yang berupa
keterangan dari saksi mengenai suatu peristiwa pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat
sendiri dan ia alami sendiri dengan menyebut alasan dari pengetahuannya (Pasal 1
KUHAP Butir 27).
• Keterangan ahli adalah keterangan yang diberikan oleh seorang yang memiliki
keahlian khusus tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang suatu perkara
pidana guna kepentingan pemeriksaan (Pasal 1 KUHAP Butir 28). Keterangan ahli
ialah apa yang seorang ahli nyatakan di sidang pengadilan (Pasal 186 KUHAP).
• Kewajiban dokter untuk membuat keterangan ahli telah diatur dalam pasal 133
KUHAP. Keterangan ahli ini akan dijadikan sebagai alat bukti yang sah di depan
sidang pengadilan (Pasal 184 KUHAP) dan dapat diberikan secara lisan di depan
sidang pengadilan (Pasal 186 KUHAP).
• Bila dokter atau tenaga kesehatan dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban saat
dipanggil sebagai saksi, atau sebagai ahli dalam suatu kasus yang diduga terkait
dengan suatu kejahatan, maka dalam perkara pidana diancam dengan pidana
penjara paling lama sembilan bulan dan dalam perkara lain, diancam dengan
pidana paling lama enam bulan (Pasal 224 KUHP).
• Pasal 522 KUHP Barang siapa menurut undang-undang dipanggil sebagai saksi,
ahli atau juru bahasa, tidak datang secara melawan hukum, diancam dengan
pidana denda paling banyak sembilan ratus rupiah.
• Pada pasal 170 KUHAP dinyatakan bahwa dokter karena pekerjaan, harkat martabat atau
jabatannya dapat menggunakan hak undur diri untuk diminta dibebaskan dari kewajiban
untuk memberi keterangan sebagai saksi, mengenai rahasia kedokteran yang
dipercayakan kepadanya dengan memberikan alasan pada hakim. Hakim akan
menentukan sah atau tidaknya segala alasan untuk permintaan tersebut.
• Namun, pada pasal 179 KUHAP dinyatakan bahwa permintaan bantuan pengadilan pada
dokter sebagai ahli sesuai prosedur hukum, wajib dipenuhi.

• Dokter pemeriksa sebagai saksi ahli dapat terkait visum et repertum yang dibuat ataupun
di luar VeR berupa pertanyaan hipotetik hakim. Dokter diminta hadir di pengadilan, oleh
karena dua versi.
1. Saksi A charge. Saksi ini dihadirkan ke persidangan oleh Jaksa Penuntut Umum dimana
keterangannya dapat menguntungkan maupun memberatkan terdakwa.
2. Saksi A de Charge. Saksi ini dihadirkan ke persidangan oleh terdakwa atau penasehat
hukumnya, dimana keterangan yang diberikannya meringankan terdakwa atau dapat
dijadikan dasar bagi nota pembelaan (pledoi) dari terdakwa atau penasehat hukumnya.
Berdasarkan Ethical Guidelines for Doctors Acting as Medical
Witnesses, terdapat dua jenis saksi medis
1. Saksi fakta diberikan oleh dokter yang memeriksa, merawat atau memberikan
penatalaksanaan sebuah kasus medik.
2. Saksi pendapat adalah saksi ahli yang independen yang diminta untuk
memberikan pendapat yang independen berdasarkan fakta-fakta dari kasus
tertentu yang sudah ada. Dalam hal ini dokter akan memberikan pendapat
sesuai dengan pengalaman dan keahliannya yang relevan

• Rahasia kedokteran tidak bersifat absolut dan dapat dibuka tanpa dianggap
melanggar etika maupun hukum, salah satunya pada keadaan memenuhi
permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan hukum. Dalam
hal ini dokter terpaksa membuka rahasia tanpa izin pasien karena adanya
dasar penghapusan pidana (straifuitsluitingsgroden) yang diatur dalam pasal
48 KUHP, pasal 50 KUHP, dan pasal 51 KUHP.
Pedoman Menjadi Saksi Ahli
1. Hanya menghadiri peradilan yang mengeluarkan panggilan tertulis untuk
perintah menghadap sidang.
2. Membawa file atau dokumen lengkap yang dibutuhkan di pengadilan
sesuai dengan instruksi yang diberikan.
3. Memperjelas apa bidang keahlian yang diharapkan saat persidangan.
4. Menanyakan dan memperjelas laporan tertulis apa yang dibutuhkan
peradilan.
5. Tinjau kembali file dan informasi yang relevan terkait kasus untuk
menyegarkan ingatan, memusatkan perhatian pada fakta-fakta penting dan
isu-isu untuk meningkatkan kredibilitas kesaksian.
6. Pastikan waktu untuk menghadiri persidangan
7. Menanyakan, apabila dibutuhkan, kapan pertemuan sebelum sidang bisa
dilakukan untuk mencari tahu dibawah kasus apa kesaksian ini dibutuhkan dan
siapa yang mengambil keputusan.
8. Menanyakan apakah terdapat saksi ahli lain yang juga dipanggil di persidangan
yang sama dan kapan waktu mereka ditunjuk untuk hadir. Hal ini untuk
mempersiapkan pertentangan pendapat apabila terdapat perbedaan
pemahaman di antara saksi. Sebagai saksi ahli yang diminta untuk memberikan
keterangan, boleh mengajukan waktu menghadiri persidangan yang berbeda dari
saksi ahli lainnya.
9. Mempersiapkan curriculum vitae dan dokumen lain yang berkaitan dengan
pendidikan, pelatihan, pengalaman dan pengetahuan yang terkait saat ini untuk
membuktikan kredibilitas keahlian saksi ahli.
10. Karena saksi ahli bertindak dibawah kode etik dan kerahasiaan, diperlukan
pemahaman yang jelas mengenai perlindungan pengadilan yang dapat diberikan
kepada saksi ahli dan bagaimana penyediaannya untuk menghindari pelanggaran
kode etik yang mungkin timbul selama memberikan kesaksian.
Dokter sebagai pembuat Visum et Repertum
• Sebelum dokter datang ke TKP maka ada beberapa hal yang perlu dicatat
• Siapa yang meminta datang ke TKP dan bagaimana permintaan tersebut sampai ke tangan
dokter, dimana TKP serta saat permintaan itu diajukan
• Dokter haruslah meminta informasi secara global tentang kasusnya, dengan demikian
dokter dapat membuat persiapan seperlunya
• Dokter wajib selalu mengingat motto “to touch as little as possible and to displace
nothing” ( ia tidak boleh menambah ataupun mengurangi benda-benda yang ada di TKP
tersebut )
• Di TKP dokter harus membuat foto dan sketsa yang mana harus disimpan dengan baik
oleh karena ada kemungkinan ia akan diajukan sebagai saksi di pengadilan
• Pembuatan foto atau sketsa itu harus memenuhi standar sehingga kedua belah pihak yaitu
dokter dan penyidik tidak akan memberikan penafsiran yang berbeda atas objek yang
sama
Sanksi Hukum Bila Menolak
• Pasal 216 KUHP : Barangsiapa dengan sengaja tidak menuruti
perintah/permintaan yang dilakukan menurut UU oleh pejabat yang tugasnya
mengawasi sesuatu, atau oleh pejabat berdasarkan tugasnya, demikian pula
yg diberi kuasa untuk mengusut atau memeriksa tindak pidana; demikian
pula barangsiapa sengaja mencegah, menghalangi, menggagalkan guna
menjalankan ketentuan diancam dengan pidana penjara paling lama 4 bulan
2 minggu atau denda paling banyak Rp. 9.000,00.
• Pasal 222 KUHP : Barangsiapa sengaja mencegah, menghalangi atau
menggagalkan pemeriksaan mayat untuk pengadilan, diancam dengan pidana
penjara paling lama 9 bulan pidana denda paling banyak Rp. 4.500,00.
Alasan Sah Tidak Menjadi Saksi Ahli
(Pasal 168 KUHAP)
• Keluarga sedarah atau dalam garis lurus keatas atau kebawah sampai
derajat ketiga dari terdakwa atau yang bersama-sama sebagai
terdakwa.
• Saudara dari terdakwa atau yang bersama-sama sebagai terdakwa,
saudara ibu atau bapak, juga mereka yang mempunyai hubungan
karena perkawinan dan anak-anak saudara terdakwa sampai derajat
ketiga.
• Suami atau istri terdakwa meskipun sudah bercerai atau yang bersama-
sama sebagai terdakwa.
Surat Keterangan Palsu
• 263 KUHP : membuat surat palsu atau memalsukan surat, pidana penjara
paling lama 6 tahun.
• 267 KUHP ay. 1: seorang dokter memberi surat keterangan palsu, pidana
penjara paling lama 4 tahun.
• 267 KUHP ay. 2: seorang dokter memberi surat keterangan palsu dengan
tujuan memasukkan seseorang ke rumah sakit jiwa, pidana penjara paling
lama 8 tahun 6 bulan.
Analisis kasus
• Luka tembak masuk jarak dekat:
• Kelim lecet: luka berbentuk bulat dikelilingi luka lecet pada perut bagian bawah
• Kelim tatto: disekelilingnya terdapat bintik-bintik berwarna hitam yang tidak hilang saat
dibersihkan
• Luka derajat 3 karena dapat membawa bahaya maut (KUHP pasal 90)
• Kekerasan tumpul yang bersifat melumpuhkan:
• Luka lecet dan memar-memar pada wajah, kedua pergelangan tangan, kedua paha, dan
kedua pergelangan kaki
• Dugaan pemerkosaan:
• Adanya laporan mengenai hal tersebut: korban datang tanpa pakaian dan ………….
• Perlu dibuktikan terlebih dahulu kebenarannya: tanda-tanda persetubuhan dan kekerasan
yang sifatnya melumpuhkan
PRO JUSTITIA Jakarta, 30 November 2018

VISUM ET REPERTUM
No: 6/VI/2018

Atas permintaan tertulis dari kepolisian Republik Indonesia daerah


Jakarta Barat melalui suratnya tanggal 28 November 2018, Nomor:
R/15x/I/RESKRIM yang ditandatangani oleh ***, Nrp. 40515080, pangkat
Inspektur Polisi Satu dan diterima oleh dr.***, NIP: 40515008, dokter umum
yang bekerja di RSU Jakarta menerangkan bahwa pada tanggal 28 November
telah menerima dan melakukan pemeriksaan luar terhadap korban bernama
***, umur 25 tahun, jenis kelamin perempuan, pekerjaan ***,
kewarganegaraan Indonesia, agama ***, alamat Jalan Taman. S Parman No 1,
Grogol, Jakarta Barat. Diduga korban mengalami kekerasan dan tindakan
kejahatan susila. Korban di temukan dalam keadaan telanjang dan terdapat
genangan darah di TKP.
HASIL PEMERIKSAAN
1. Korban seorang perempuan, usia 25 tahun
2. Tidak berpakaian
3. Kepala/leher :terdapat tanda kekerasan tumpul berupa luka lecet dan memar pada
wajah
4. Dada : tidak ditemukan tanda kekerasan tumpul maupun tajam
5. Perut : ditemukan tanda kekerasan tajam berupa luka berbentuk bulat dikelilingi luka
lecet pada perut bagian bawah dan sekelilingnya terdapat bintik hitam yang tidak
hilang saat dibersihkan. Pada luka ditemukan anak peluru berukuran 5,6mm.
6. Punggung : tidak ditemukan tanda kekerasan tumpul maupun tajam
7. Alat kelamin luar : belum dilakukan pemeriksaan
8. Anggota gerak atas : ditemukan tanda kekerasan tumpul berupa lecet dan memar
pada kedua pergelangan tangan
9. Anggota gerak bawah : ditemukan tanda kekerasan tumpul berupa lecet dan memar
pada kedua paha dan pergelangan kaki
KESIMPULAN

Pada Korban Perempuan berusia dua puluh lima tahun ini, telah ditemukan luka
terbuka akibat kekerasan tumpul yang telah menimbulkan penyakit, dan bahaya
maut bagi korban.

Demikianlah keterangan tertulis ini saya buat dengan sebenar-benarnya, dengan


mengingat sumpah sewaktu menerima jabatan sebagai dokter.

Jakarta, 30 November 2018

dr. ***
NIP: 405150008
Daftar pustaka
• Sampurna B, Samsu Z, Siswaja T. Peranan ilmu forensik dalam penegakan hukum.
Sebuah pengantar. 2008.
• Bagian Kedokteran Forensik. Ilmu kedokteran forensik. 1st Ed. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 1997
• James JP, Jones R, Karch SB, Manlove JSimpson’s Forensic Medicine. 13th ed. New
York: CRC Press; 2011.
• Saukko P, Knight B. Knight’s Forensic Pathology. 3rd ed. UK: Edward Arnold Publisher;
2004

Anda mungkin juga menyukai