Anda di halaman 1dari 103

PEMICU 5

Rani afriyanti
405160101
Struktur anatomi SST
Medulla Spinalis
• Terletak di dalam canalis vertebralis
• Seperti tabung silindris dengan sedikit
mendatar di saerah dorso ventral
Spinal Cord
• Panjang 40-45 cm • Fungsi: mengirimkan
• Diameter 1 cm pesan ke dan dari otak
• Berat sekitar 30gr (substansia alba) dan
berperan sebagai
pusat refleks
(substansia grisea)
• 31 pasang nervus
spinalis melekat pada
corda melalui
sepasang radix dan
keluar dari canalis
vertebralis melalui
foramen
intervertebralis
• Mirip kupu-kupu
• Kedua substansia grisea
dihubungkan oleh gray
commissure
• Proyeksi posterior  cornu
dorsalis (posterior)
• Proyeksi anterior  cornu
ventralis (anterior)
• Pada corda bagian thoracic dan
lumbar, terdapat pula cornu
lateralis
Radix
• Ventralis (anterior)
• Terbentuk dari akson sel
cornu anterior yang
terletak di substantia
grisea medula spinalis
• Dorsalis (posterior)
• Terjadi hubungan erat
dengan radix ventralis 
ganglion spinalis (ganglion
radix dorsalis)
Radix ventralis
• Berisi serabut saraf eferen
membawa rangsang motorik dan
keluar dari medulla spinalis dalam
alur dis sulcus venro lateralis
• Terbentuk dari axon sel2 cornu
anterior yg terletak di substantia
grisea MS
• Keluar dari durameter serabut ini
bergabung dengan radix dorsalis
dan membentuk serabut
campuran-sensorik dan motorik
Dermatoma

Netter FH. Atlas of Human Anatomy. 5th ed. Philadelphia, PA: Saunders/Elsevier; 2011.
Susunan Saraf Otonom
• Susunan saraf yang dapat mengatur, menyesuaikan dan mengkoordinir
berbagai aktivitas organ visceral tanpa disadari oleh kita.
• Ikut mengatur homeostasis tubuh  mengatur kontraksi otot polos, otot
jantung dan aktivitas dari berbagai kelenjar (mengatur DJ, TD, RR dan aktivitas
umum visceral)
• Tersusun dari bagian:
• Pusat
• Substantia grisea diencephalon dan tuber cinerium
• Mesencephalon dan medulla oblongata
• Cornu lateralis medulla spinalis
• Perifer
• Didalam jalan persarafan eferent ke ganglion otonom
• Dapat dibedakan denan adanya: serabut preganglioner (sususnan
saraf pusat – ganglion otonom) dan serabut postganglioner (ganglion
otonom – alat yang dipersarafinya)
Susunan Saraf Otonom
• Fungsinya bebas dan tidak dapat diatur atau diawasi oleh kesadaran
manusia
• Berdasarkan faal:
• Susunan sympathis
• Badan sel dari ganglion preganglioner susunan sympathis
terletak di dalam cornu lateralis substantia grisea medulla
spinalis Th 1 – L2/L3
• Panjang dan mempunyai synapsis di dalam ganglion para
vertebralis
• Serabut preganglioner bermielin dan tampak putih
• Susunan parasympathis
• Badan sel neuron preganglionernya terletak di dalam nuclei
batang otak dan cornu lateralis S2 – S4
Susunan Saraf Otonom
• Keluar sebagai bagian dari nervi cranialis atau bagian dari radix
ventralis nervus spinalis sacral
• Bagian dari cranial keluar dari batang otak bersama dengan saraf
– saraf otak dan berakhir di ganglion intramural atau ganglion
postganglioner
• Tidak melewati rami nervus spinalis  sehingga struktur
cutaneus tidak dipersarafi oleh serabut parasympathis
struktur histologi SST
Selubung serat saraf/selubung akson

Berdasarkan ada atau tidak adanya selubung mielin, serat saraf (akson)
di SSP dan SST dibagi menjadi:
1. Serat saraf bermielin
Pada SSP mielin dibentuk oleh sel oligodendroglia.
Pada SST mielin dibentuk oleh sel schwann.

2. Serat saraf tak bermielin


Pada SSP serat saraf ini hanya dilingkupi oleh Jaringan ikat (prosesus
sitoplasma dari oligodendroglia).
Pada SST hanya diselubungi oleh selubung sel schwann.
Selubung mielin
• Suatu lapisan yang melingkari akson secara konsentris & terdiri atas lipid &
neurokeratin.
• Dalam keadaan segar berwarna putih.
• Dengan Mikroskop cahaya  silinder yang terputus-putus, karena pada jarak 0,1
– 1,5 mm terdapat celah pada selubung yang dikenal sebagai nodus Ranvier
Pembentukan selubung mielin
• Hipotesa pembentukan
lamel-lamel mielin 
teori “Jelly Roll”.
Fungsi selubung mielin
• Sama seperti pada insulator pada kawat listrik. Arus listrik meloncat
dari nodus Ranvier yang satu ke nodus Ranvier berikutnya dengan
sangat cepat (saltatory conduction).

• Kecepatan rambat saraf listrik pada saraf yang bermielin jauh lebih
cepat dibandingkan dengan saraf tanpa mielin.
Selubung saraf tepi
Jaringan ikat yang
membungkus saraf tepi
adalah:
1. Epineurium (jaringan ikat
fibrosa)
2. Perineurium (Jaringan ikat
padat kolagen)
3. Endoneurium (Jaringan
ikat longgar)
Ganglia
• Merupakan kumpulan neuron yang letaknya diluar SSP.
• Ada 2 macam ganglia:
• Ganglia Kranio-spinal (sensorik)
(terdiri atas saraf kranial dan saraf spinal)
• Ganglia autonom (berfungsi motorik)
(terbagi 2: Ganglion simpatis & parasimpatis)
Ganglion Spinalis
• Terletak pada akar saraf
posterior dari medula
spinalis.
• Sensoris.
• Pseudo-unipolar.
• Badan sel dikelilingi sel
satelit gepeng.
• Inti dan anak inti jelas.
• Ganglion dibungkus
jaringan ikat,
endoneurium.
Ganglia Otonom
• Sel ganglion berukuran lebih kecil daripada ganglion kraniospinal,
berbentuk multipolar, beberapa dendrit dan satu akson tak bermielin
• Disekitar perikarion terdapat beberapa sel kapsul.
• Akson tidak berkelompok membentuk berkas-berkas (pada ganglia
kraniospinal membentuk berkas)
Ganglion Simpatis
• Struktur serupa dengan
ganglia sensoris.
• Multipolar.
• Inti eksentrik.
• Sitoplasma mengandung
granula lipofusin coklat.
• Jumlah sel satelit lebih
sedikit.
Ganglia Parasimpatis
• Biasanya terletak di
dalam/dekat organ
efektor.
• Beberapa badan sel
mengelompok.
• Inti dan anak inti
besar, jelas.
• Sitoplasma basofilik.
Ganglia Ganglia
simpatis parasimpatis
Ujung saraf / Nerve endings
• Tiap serat saraf tepi, sensoris, motoris akhirnya berujung pada organ
perifer dengan satu atau beberapa cabangnya.
• Beberapa serat saraf bercabang sebagai ujung akhir saraf bebas
diantara sel jaringan.
Ujung akhir serat saraf
Ada 3 kelompok ujung akhir
saraf :
1. Yang berakhir pada otot
skeletal (motor endplate,
muscle spindel)
2. Yang berakhir pada epitel
(ujung akhir saraf bebas)
3. Yang berakhir pada jaringan
ikat (badan vater pacini,
Meissner)
Cakram motorik/Motor end plate
• Serat saraf yang keluar SSP
disebut serat eferen.
• Serat saraf eferen yang
menuju otot skelet adalah
serat saraf motorik &
efektornya adalah serat otot.
• Selubung mielin akson
menghilang sewaktu akson
bercabang seperti cakar ayam
mendekati serat otot rangka.
Badan Vater Pacini
• Bangunan ini bersifat sensoris.
• Terdiri atas lapisan fibroblas dan
ruangan berisi cairan jaringan
yang tersusun berlapis-lapis
dengan serat saraf tak bermielin
ditengahnya.
• Terdapat pada dermis dan
hipodermis kulit, genital eksterna,
putting payudara, payudara,
pankreas, otot.
• Fungsi: reseptor tekanan dan
getaran (mekanoreseptor)
Badan Meissner
• Bangunan ini terdiri atas
percabangan ujung serat
saraf sensoris yang
diselubungi sel schwann yang
tersusun secara horizontal
melingkar ke ujung.
• Terdapat pada: stratum
papilar dermis ujung jari
tangan dan kaki, telapak kaki,
tangan, bibir dan putting
payudara.
• Fungsi: reseptor rabaan halus
(mekanoreseptor)
Badan Ruffini
• Ujung reseptor membentuk jala-jala yang luas diantara serat-serat
jaringan ikat yang berbentuk lonjong.
• Terdapat pada: dermis, hipodermis kulit, khususnya ujung jari tangan
dan kaki.
• Fungsi: reseptor temperatur dan reseptor rabaan dan tekanan.
Muscle Spindel
• Terletak di antara otot rangka.
• Berfungsi: mengontrol gerakan otot.
• Setiap muscle spindel mengandung 2-12 serat otot skelet khusus
(serat intrafusal) yang terdapat dalam kapsul jaringan ikat yang
berjalan paralel dengan serat otot skelet biasa disekelilingnya (serat
ekstrafusal).
fisiologi SST
Neuromuscular junction dan neurotransmitter
SPINAL CORD

• Fungsi : mengirimkan pesan ke


dan dari otak (substansia alba)
dan berperan sebagai pusat
refleks (substansia grisea)

• 31 pasang nervus spinalis


melekat pada corda melalui
sepasang radix dan keluar dari
canalis vertebralis melalui
foramen intervertebralis
NERVI SPINALIS
• Terbentuk dr penggabungan radix
dorsalis dan radix ventralis
• Memiliki pangkal saraf motoris /
sinaps pertama saraf sensorisnya di
kornu anterior/posterior medulla
spinalis
• Terdiri dari 31 pasang segmen
• Pelebaran pada M.S. Di 2 tempat
• Daerah servikal : intumesentia
servikal  pleksus
servicobrachialis
• Daerah lumbal : intumesentia
lumbalis  pleksus
lumbosacralis
AFEREN
mengiriminformasimengenailingkun
RESEPTOR
ganinternaldanexternalkedalamSSP
ujungperiferaferen:reseptoryangme Mekanoreseptor
EFEREN
mberitahuSSPmengenaiperubahanya Termoreseptor
ngdapatdideteksi,ataurangsangan mengaturaktivitasototdankelenjar.
Nosiseptor
Potensialaksi Sistem saraf otonom mempersarafi
ReseptorElektromagnetik
otot jantung, otot polos dan
Kemoreseptor sebagian besar kelenjar eksokrin dan
Osmoreseptor sebagian kelenjar endokrin.
Photoreseptor Sistem saraf otonom dianggap
merupakan cabang involunter divisi
eferen perifer.
Otot-otot rangka dipersarafi oleh
sistem saraf somatik, yaitu cabang
volunter divisi eferen perifer.
Reseptor
• 1 jenis reseptor peka terhadap 1 jenis rangsangan
• Namun, sebagian reseptor dapat berespons lemah terhadap
rangsangan lain
Reseptor Keterangan
Fotoreseptor Cahaya
Mekanoreseptor Mekanis, cth: reseptor regang di otot, baroreseptor
Termoreseptor Suhu
Osmoreseptor Zat² terlarut dalam cairan tubuh
Kemoreseptor Zat kimia, cth: pada pengecap dan penghidu
Nosireseptor Kerusakan jar
Rangsangan >> pada semua reseptor juga dirasakan sbg
nyeri
• 2 jenis reseptor asetilkolin :
• Reseptor nikotinik: ditemukan pada semua ganglion
otonom (serat praganglion)
• Reseptor muskarinik: ditemukan di membran sel efektor.
(serat pascaganglion parasimpatis)
• 2 kelas reseptor adrenergik:
•α
• β (β1 dan β2)

Tempat pengeluaran Asetilkolin dan Norepinefrin


Asetilkolin Norepinefrin
•Ujung pascaganglion simpatis di •Sebagian besar ujung
kelenjar keringat dan sebagai pascaganglion simpatis
pembuluh darah di otot rangka •Medula adrenal
•SSP •SSP
SIMPATIS VS PARASIMPATIS
KARAKTERISTIK SARAF SIMPATIS SARAF PARASIMPATIS
Asal serat ganglion Daerah torakal & lumbal korda spinalis Otak & daerah sakral korda spinalis

Asal serat pasca ganglion Rantai ganglion simpatis/ gangglion kolateral Gangglion terminal ( di dalam/dekat organ
efektor)
Panjang & jenis serat •Serat pra-ganglion kolinergik pendek Serat pra-ganglion kolinergik panjang
•Serat pascaganglion adrenergik panjang (seb.besar) Serat pascaganglion adrenergik pendek
• serat pascaganglion kolinergik panjang ( bbrp)

Organ efektor yg dipersarafi Otot jantung, hampir semua otot polos, sebagian besar Otot jantung, sebagian besar otot polos,
kelenjar eksokrin, sebagian kelenjar endokrin sebagian kelenjar endokrin

Jenis reseptor untuk neurotransmitter , ₁ , ₂ Nikotinik, muskarinik

Dominansi Mendominansi dlm situasi darurat “ fight or flight “ ; Mendominansi dalam situasi yg tenang dan
mempersiapkan tubuh untuk aktivitas fisik yg rileks; mendorong aktivitas “ rumah tangga
memerlukan kekuatan besar umum” spt : pencernaan

Jenis lepas muatan Sering melepaskan muatan secara massal sistem Biasanya lebih melibatkan organ-organ tersendiri
keseluruhan; dpt melibatkan hanya organ-organ dan jarang melepaskan muatan secara massal
tertentu
SOMATIK VS AUTONOM
SIFAT SISTEM SARAF OTONOM SISTEM SARAF SOMATIK
Tempat asal Otak / tanduk lateral korda spinalis Tanduk ventral korda spinalis

Neuron di tempat asal di SSP – organ efektor Rantai dua-neuron ( pra-gangglion & Neuron tunggal ( neuron motorik )
pascagangglion )
Organ yg dipersarafi Otot jantung, otot polos, kelenjar eksokrin dan Otot rangka
sebagian kelenjar endokrin

Jenis persarafan Sebagian besar organ efektor dipersarafi Organ efektor hanya dipersarafi oleh neuron
secara ganda oleh kedua cabang sistem yg motorik
antagonistik ini ( simpatis & parasimpatis )

Neurotransmitter di organ efektor Mungkin asetilkolin (ujung parasimpatis) atau Hanya asetilkolin
norepinefrin ( saraf simpatis )

Efek pada organ efektor Stimulasi atau inhibisi hanya stimulasi


Jenis kontrol Dikontrol oleh bawah sadar (involunter); dpt Dikontrol oleh kesadaran (volunter); banyak
volunter dgn teknik umpan balik & latihan aktivitas yg dikontrol bawah sadar

Pusat yg lebih tinggi di otak yg ikut mengontrol Korda spinalis, medula, hipotalamus, korteks Korda spinalis, korteks motoris, nukleus basal,
frontalis serebelum, batang otak
kelainan saraf tepi dan
definisinya
Definisi LMN
• Adalah neuron yang menyalurkan impuls motorik pada bagian
perjalanan terakhir ke sel otot skeletal
• Macamnya
• α motor neuron
• Berukuran besar ( diameter 12-20 µ )
• γ motor neuron
• Berukuran kecil (diameter 2-8 µ )
Tanda – tanda gangguan Sensorik Motorik

UMN LMN
Refleks meningkat Refleks menurun
Refleks patologis Refleks patologis (-)
Tonus meningkat Tonus menurun
Arrophy disuse Atrophy
LETAK LESI: LETAK LESI:
Korteks motorik primer Motor neuron
Kapsula interna Radiks ventralis
Batang otak Pleksus
Medulla Spinalis Vasikulus
Saraf perifer
Motor and plate
Otot
TANDA DAN GEJALA LMN
• Lumpuh ringan (paresis)
• Lumpuh mutlak (paralisis)
• Atrofi otot
• Fasikulasi
• Hilangnya reflek fisiologis
N
E
U Kelainan pada kornu anterior Poliomielitis
R
O
M Kelainan pada radiks Radikulopati
U
S Peroneal Nerve Palsy
C Kelainan pada saraf tepi Bell’s palsy
U
L GBS
A
R Kelainan pada neromuscular junction Myasthenia Gravis

D Polimiositis
I Kelainan pada otot
S Dermatomiositis
E
A
S
E
Kelainan LMN
Carpal tunnel syndrome
Carpal Tunnel Syndrome
• Definisi: adalah kumpulan gejala khas dan • Phallen’s Test
tanda-tanda yang terjadi termasuk kompresi • Flick’s Test
saraf medianus dalam terowongan karpal
• Thenar Wasting
• Etiologi: • Pressure Test
• Herediter,Trauma,Pekerjaan, Infeksi • Luthy’s Test (Bottle Test)
Metabolik, Endokrin • Sensibility Test
• PP:
• Tanda&gejala • Pemeriksaan EMG
• Baal/mati rasa, rasa terbakar, • Pemeriksaan Radiologi
kesemutan, di jari2 dan telapak tangan
t.u malam hari
• Nyeri di telapak tangan, atau lengan
bawah selama dipergunakan
• Penurunan kekuatan cengkraman
• Kelemahan ibu jari
• Sensasi jari bengkak
• Kesulitan dlm membedakan sensasi
panas dan dingin
• PF
• Tinel’s Test
• Terapi
Konservatif :
• Istirahatkan pergelangan tangan
• NSAID
• Obat neuropatik
• Pemasangan bidai pd posisi netral
• Injeksi steroid dg triamcinolone / dexamethasone
• Vit B6 (piridoksin) 100-300 mg/hari
• Fisioterapi  perbaikan vaskularisasi pergelangan

• B. Operatif
• Indikasi:
• Terapi konservatif dengan semua modalitas terapi gagal
• Atrofi otot tenar
• Gangguan sensorik yang berat
• Prognosis
• Dengan terapi konservatif prognosisi baik
• Jika dengan terapi konsevatif tidak membaik maka lakukan tindakan operatif
LMN Disease
Sindrom Letak kelainan (etio) gejala PENYAKIT SUSUNAN SARAF PERIFER
Sidrom lesi di kornu Infeksi viral Demam, lesu, sakit KORNU • Polio
anterius - tipe I (Brunhilde) kepala, keringat banyak, ANTERIO • Amyotrophic Lateral Sclerosis
- tipe II (Lansing) anoreksia, sakit R
(ALS)/MND
- tipe III (Leon) kerongkongan, muntah, • Spinal Muscular Atrophy Kugelberg
Lesi vaskular akibat diare, nyeri otot. Welander syndrome
arteriosklerosis dan sifilis Werdnig Hoffman syndrome
meningovaskular.
RADIKS • Guillain Barre syndrome :
Sindrom lesi selektif -Poliomelitis kronik Atrofi dan fasikulasi otot Poliradikulitis,Poliradikuloneuritis
merusak motoneuron -Keturunan tenar, hiptenar, dan • Trauma: avulsi radiks total / partial
dan jaras -Slow viral infection interosea. • HNP : iritasi / kompresi radiks
kortikospinal -Toksin di substansia grisea Hiperefleksi.
sentralis Ada reflex patologis PLEKSUS • Trauma

Sindrom lesi yang -Kornu anterius dan 2/3 medial Penyumbatan  bisa
SARAF • Polineuropati
PERIFER • Neuropati diabetika
merusak motoneuron funikulus anterolatiralis karena infark:
dan funikulus sumbatan a.spinalis anterior -Lumpuh LMN bilateral • Morbus Hansen: mononeuropati
anterolateralis (arteri tunggal m.s). -Perasaan nyeri, multipleks
suhu,perabaan hilang • Pressure neuropathy
-Kemampuan merasakan • Trauma
rangsang • Bell´s palsy / ggn n.VII perifer
gerak,getar,sikap dan OTOT • Dystrofia Muskulorum Progresiva
posisi tubuh masih ada. (DMP)
• Miositis
Sindrom lesi tunggal Lesi tunggal di pusat Lumpuh ke 2 otot lengan Atoni, Arefleksi, Atrofi, Refleks
di pusat substansia substansia grisea sentralis 
grisea. siringomelia  kista berisi patologik Negatif, Tidak ada
carian  hidromelia fasikulasi
Miastenia Gravis
• Myasthenia gravis disebabkan oleh terblokirnya transmisi neuromuskular yang
terkait dengan immune-mediated  penurunan jumlah reseptor nikotin
asetilkolin.

• Transmisi yang diblokir di banyak endplates menyebabkan berkurangnya


kekuatan kontraktil otot. Kekurangan ini tercermin pertama dalam otot okular
dan kranial yang keduanya paling aktif aktif dan memiliki AChRs paling sedikit
per unit motor.

• Gambaran utama miastenia gravis adalah kelemahan otot volunter (skeletal)


yang berfluktuasi, terutama yang dipersarafi oleh nukleus batang otak, yaitu
mata, pengunyahan, wajah, deglutitional, dan lingual.

• Gangguan serupa dapat terjadi pada pasien yang menerima penicillamine


untuk rheumatoid arthritis, sering terjadi ketika obat dihentikan.
Epidemiologi
• Perempuan lbh sering drpd laki-laki
• MG dapat terjadi pada semua usia. Puncak insiden wanita di dekade
ketiga kehidupan, sedangkan insiden laki-laki memuncak pada dekade
keenam atau ketujuh.
• MG neonatal transien terjadi pada bayi dari ibu myasthenic yang
memperoleh antibodi anti-AChR melalui transfer plasenta IgG.
Tanda & Gejala
• Onset biasanya perlahan, tetapi gangguan
ini terkadang terlihat apabila bersamaan
dgn infeksi, yang memperparah gejala.

• Eksaserbasi juga dapat terjadi pada


kehamilan atau sebelum periode
menstruasi.

• Gejala dapat diperburuk oleh quinine,


quinidine, procainamide, propranolol,
fenitoin, lithium, tetrasiklin, calcium
channel blockers, penicillamine, dan
antibiotik aminoglycoside, yang harus
dihindari atau digunakan dengan hati-hati.
Diagnosis
• Tes farmakologis yang paling umum digunakan untuk pasien dengan
ptosis jelas atau ophthalmoparesis adalah tes edrophonium
(Tensilon).
• Edrophonium diberikan secara intravena dalam dosis 10 mg (1 mL),
dimana 2 mg diberikan awalnya sebagai dosis uji dan sisanya 8 mg
sekitar 30 detik kemudian jika dosis tes dapat ditoleransi dengan baik.
• Atau, 1,5 mg neostigmine dapat diberikan secara intramuskular,
dengan respon yang berlangsung selama sekitar 2 jam
Diagnosis
• Deteksi antibodi anti-AChR merupakan tes yang cukup sensitif dan
sangat spesifik untuk diagnosis miastenia.
• Elektromiografi serat tunggal, menunjukkan peningkatan variabilitas
dalam interval antara dua potensial aksi serat otot dari unit motor
yang sama pada otot yang lemah secara klinis.
• Transmisi neuromuskular yang terganggu dapat dideteksi secara
elektrofisiologik oleh pengurangan respons otot terhadap stimulasi
supramaksimal berulang (pada 2 atau 3 Hz) saraf motoriknya, tetapi
temuan normal tidak mengesampingkan diagnosis.
• Tujuan tatalaksana untuk mengendalikan gejala (simtomatik),
mencegah progresifitas, dan mencegah komplikasi
• Obat-obat yang dapat digunakan :
• Acethylcholine inhibitor
• Memperlambat degradasi asetilkolin sehingga dapat berada di
neuromuskular junction lebih lama
• Piridostigmin bromida 30-120 mg/3-4 jam oral
• Biasanya untuk tatalaksana MG ringan ( MG IIA dan IIB)
• ES: konstriksi pupil, kolik, diare, saliva berlebih, berkeringat,
lakrimasi, sekresi bronkial berlebih, kram perut
− Kortikosteroid
• Prednison dosis awal 10-20 mg lalu dinaikkan perlahan 5-10mg/ minggu
diberikan 1x sehari selang 1 hari
• Maksimal dosis 120mg/ 6 jam oral lalu tappering off sampai dosis minimal
efektif
− Azatioprin
• Obat imunosupresif dosis 2-3 mg/kgBB/ hari oral selama 8 minggu
pertama
• Harus rutin melakukan pemeriksaan darah lengkap dan fungsi hati setiap
minggu
• Direkomendasikan untuk pemberian bersama dengan prednisolon
− Plasma exchange
• Tujuannya untuk menghilangkan antibodi reseptor dari sirkulasi
• Dipakai pada keadaan krisis miastenia dan sebelum operasi timektomi
− IVIG
• Dosis 400mg/kgBB/ hari selama 5 hari
− Timektomi
• Pengangkatan kelenjar timus dapat mengurangi gejala pada penderita
dengan timoma atau displasia kelenjar
• Tidak direkomendasi pada MG nontimoma terbatas okular dan MG
seronegatif
Prognosis
• Sebagian besar pasien dapat berhasil dengan perawatan obat.
• Morbiditas terjadi akibat gangguan intermiten kekuatan otot, yang
dapat menyebabkan aspirasi, peningkatan kejadian pneumonia, jatuh,
dan bahkan kegagalan pernafasan jika tidak diobati.
Polineuropati
Definisi
• Polineuropati akut yang disebabkan oleh reaksi autoimun terhadap saraf perifer
(UI)
• Polineuropati akut atau subakut yang dapat mengikuti penyakit infeksi ringan,
inokulasi, atau prosedur bedah atau dapat terjadi tanpa adanya presipitasi yang
jelas (Clinical Neurology)

Epidemiologi
• Berhubungan dengan infeksi Campylobacter jejuni
• Laki-laki> perempuan
• AIDP: amerika utara, arab, eropa
• AMAN: amerika tengah, amerika selatan, bangladesh, jepang, meksiko
Patofisiologi
• 2/3 kasus dimulai dengan infeksi (antecendent infection) pd sal naps
atau GI
• 31% kasus SGB ditemukan Campylobacter jejuni pada analisis fesesnya
• Haemopillus influenza, Mycoplasma oneumonia,CMV,EBV,VZV reaksi silang
antibodi thd gangliosida
• Transfer gangliosida parenteral, pascavaksinasi influenza H1N1, adanya kelainan
autoimun lain yang diderita sebelumnya, penggunaan obat-obatan
imunosupresan, pascapembedahan
• Infeksi antesenden proses antibodi mimikri kemiripan struktur
antigen patogen dengan dinding sel tubuh antibodi dibentuk tubuh
dapat melemahkan untuk melemahkan patogen tsb dapat berikatan
dengan jar tubuh itu sendiri
pp
• Pungsi Lumbal peningkatan kadar protein CSS
• Radiologi
• Antibodi antiganglionsida

DD
• Miastenia gravis
• Periodik paralisis hipokalemia
• Botulisme
• Poliomielitis
• Mielopati akut

Komplikasi
• Sepsis
• Emboli paru
• disautonomia
tatalaksana
• Imunoterapi dalam 2 minggu pertama onset pada ps GBS disability
score >2 plasmafaresis dan imunoglobuin IV
• Plasmapheresis menurunkan waktu pemulihan & bisa menurunkan
kemungkinan sisa deficit neurologis. Sebaiknya diberikan saat awal &
diindikasikan untuk pasien dengan gannguan pernapasan yg
berprogresif cepat atau berat
• IV immunoglobulin (400mg/kg/hari selama 5 hari): tampak sama
efektif, sebaiknya digunakan pada anak & dewasa dgn instabilitas
kardiovaskular disbanding plasmapheresis.
• Terapi simptomatik: untuk mencagah gagal napas atau vascular collapse
Prognosis
Erasmus GBS Outcome Score (EGOS)
• Adanya riwayat diare sebelumnya
• Usia >60 tahun
• Nilai GBS disability score pada minggu kedua sejak onset

u/ menentukan probabilitas pasien SGB dapat berjalan mandiri enam


bulan setelah onset.
Semakin >>> nilai EGOS, maka semakin <<< kemungkinan pasien SGB
dapat berjala dala 6 bulan dari onset..
Tarsal Tunnel Syndrome
kompresi pada saraf tibialis posterior
yang menghasilkan gejala pada
sepanjang jalur saraf. Tarsal tunnel
syndrome mirip dengan carpal tunnel
syndrome, yang terjadi dipergelangan
tangan. Kedua gangguan timbul dari
kompresi saraf dalam ruang tertutup.

https://www.bodyheal.com.au
Etiologi
Massa jaringan lunak dapat berkontribusi pada kompresi neuropati saraf
posterior tibialis
• Lipomas
• Tendon sheath ganglia
• Neoplasms within the tarsal canal
• Nerve sheath and nerve tumors
• Varicose veins
Lain - lain :
Deformitas kaki, kalkaneus atau talus fraktur, eksostosis, koalisi talocalcaneal,
cedera olahraga atau tromboflebitis
Tanda dan gejala
• Kesemutan, rasa terbakar, atau sensasi mirip dengan sengatan listrik
• Mati rasa
• Nyeri (including shooting pain)
Gejala-gejalanya biasanya dirasakan di bagian dalam pergelangan kaki
dan / atau di atas bagian bawah kaki
kadang gejalamuncul tiba-tiba. Sering diperburuk dengan terlalu sering
berdiri dalam waktu yang lama, berjalan, berolahraga.
Pemeriksaan Fisik
• Nyeri
• Rasa baal
• Tinel test Perkusi dari saraf bagian distal dengan manifestasi berupa
parestesia.
nyeri yang menyebar dan parestesi sepanjang perjalanan dari saraf. dapat
timbul pada bagian posterior dari maleolus medial.
Gejala-gejala tersebut umumnya akan berkurang saat beristirahat, meskipun
tidak semua gejala tersebut hilang seluruhnya.
• Phalen test , yaitu kompresi saraf selama 30 detik, dengan timbulnya
kembali gejala-gejala tersebut
Pemeriksaan Penunjang
• MRI massa jaringan lunak dan lesi yang menempati ruang lain di
terowongan tarsal
• X ray mengevaluasi struktur kaki( patah tulang, massa tulang,
osteofit, dan koalisi subtalar joint)
• Elektromyographic (EMG) dan nerve conduction Velocity (NCV) 
mengevaluasi penyebab dari tarsal tunnel syndrome dan untuk
memastikan adanya neuropathy.
Tatalaksana
• Terapi konservatif
obat-obatan antiinflamasi, imobilisasi, dan steroid injeksi.
• Terapi bedah
diindikasikan ketika pengobatan konservatif gagal, gejala klinis
bertahan ≥6 bulan dan saat pemeriksaan fisik menunjukkan saraf
terjebak . Space-occupaying masses harusnya dihilangkan.
Non farmako
• Olahhraga stretching untuk
meningkatkan fleksibilitas otot
gastrocnemius
• Pada pasien dengan flat foot dilakukan
foot orthosis atau insole khusus untuk
mengurangi tekanan di nervus tibialis
• Membalut dengan posisi plantar flexi
pada pasien dengan valgus foot
• Farmako
• Sama dengan CTS
• Pembedahan
• Jika terapi konservatif tidak berhasil
• Saat pembedahan kaki dalam posisi supine
atau lateral
• tujuannya dekompresi pada bagian nervus
tibialis
• Setelah operasi, kaki harus diimobilisasi
dahulu dengan posisi sedikit inversi dengan
balut selama 3 minggu
Neuropati
Klasifikasi
• Mononeuropati simpleks: ggn satu saraf perifer
• Mononeuropati multipleks: ggn beberapa saraf secara random dan
tidak menjalar, jika ekstensif bisa mjd konfluen
• Polineuropati: ggn bbrp saraf secara bersamaan, biasanya simetris
dan kebanyakan pada bagian distal
• Aksonopati: ggn pd akson
• Mielinopati: ggn pd selubung mielin
• Neuronopati: ggn pd badan sel neuron di cornu anterior medulla spinalis, dorsal root
ganglia, ganglia simpatis atau ganglia parasimpatis

Lange clinical neurology. 9th ed. 2015.


Patofisiologi
• Kelainan vaskuler
→ ggn suplai nutrisi ke saraf → infark saraf
• Immune mediated neuropathy (humoral & cells)
→ merusak mielin → demielinasi
→ antibodi berikatan dg nodus Ranvier → konduksi listrik tdk terjadi
• Toxin difteri
→ merusak mielin di daerah dorsal root ganglia dan saraf sensorik dan motorik
di sekitarnya
• Herediter
→ kelainan pembentukan mielin
→ defek akson

Adam’s and Victor’s principles of neurology.


10th ed. 2014.
Patofisiologi demielinasi
• Segmental: kerusakan mielin pada daerah di sekitar akson yang
mengalami gangguan, akson masih intact
• Wallerian: kerusakan akson dan mielin di bagian distal akson yg
mengalami gangguan (dying forward)
• Axonal: kerusakan akson dan mielin dari bagian distal ke proksimal
(dying backward)

Adam’s and Victor’s principles of neurology.


10th ed. 2014.
Adam’s and Victor’s principles of neurology.
10th ed. 2014.
• Degenerasi wallerian & aksonal bisa menyebabkan atrofi otot
• Kerusakan segmental lebih mudah pulih krn hanya mengenai mielin &
akson masih intact
• Kerusakan wallerian & axonal butuh waktu bbrp bulan – tahun utk
pulih: perlu waktu utk regenerasi akson dahulu → reinervasi organ

Adam’s and Victor’s principles of neurology.


10th ed. 2014.
Anamnesis
• Onset: • AIDS
• Akut: • Riwayat penggunaan alkohol dan obat
• Mononeuropati: trauma
• Riwayat keluarga
• Polineuropati: inflamasi (Gullain Barre)
• Kronis:
• Mononeuropati: entrapment, trauma minor intermiten
• Polineuropati: herediter, metabolic neuropathy
• Usia:
• Nenonatal: mononeuropathy entrapment ak. birth injury
• Pekerjaan:
• Industrial toxins
• Posisi kerja → CTS
• Riwayat penyakit dahulu:
• Ggn metabolik → DM
• Neoplasma
• Ggn jar ikat

Lange clinical neurology. 9th ed. 2015.


tatalaksana
Tatalaksana Spesifik Penyakit • Duloxetine (60 mg 1x sehari), venlafaxine (dititrasi
hingga 75 mg 2-3x sehari), Pregabalin (150 mg),
• Tatalaksana penyebab penyakit bisa menghambat Phenytoin (300 mg/hari), carbamazepine (hingga
progresi/ mengobati neuropati 1200 mg/hari), mexiletine (600 – 900 mg/hari)
Bantuan Pernapasan
• Napas harus dimonitor, terutama pada AIDP/GBS,
CIDP & neuropati difterik
• Siapkan alat bantu napas jika forced vital capacity
mencapai 15 mL/kg, mean ispiratory foce
mencapai –40 mmHg, dyspnea atau saturasi
oksigen turun

Pencegahan Trauma
• Pencegahan ulkus decubitus, kontraktur sendi &
kompresi saraf perifer
• Ekstremitas dgn sensory loss dilindungi dari
trauma minor berulang, misalnya thermal injury
yg bisa merusak jaringan
Penatalaksanaan Nyeri
Peroneal Nerve Palsy
(Peroneal Mononeuropathy/ Zenker’s
Paralysis)
Definisi
= paralisis/kelumpuhan pada N. peroneal
communis yang menyebabkan pasien tidak
mampu dorsofleksi

• N. peroneal communis berasal dari sciatic


nerve (N. ischiadica) pada fossa poplitea
dan menerima persarafan dari L4, L5, serta
S1. Berjalan melewati lutut dan berjalan di
lateral caput fibula dan terbagi dua
menjadi N. peroneal profunda (deep) dan
N. peroneal superficial.
• N. peroneal profunda mempersarafi
dorsiflexor dari tumit dan kaki tapi tidak
untuk evertor-nya.
• N. peroneal superficial mempersarafi tumit
bagian evertor, juga kaki bawah bagian
anterolateral dan dorsum pedis.
 Keluhan nyeri dan gangguan sensori
pada lateral kaki bawah dan dorsum
pedis, dan juga kelemahan pada
dorsifleksor & evertor dari tumit.

Current diagnosis & treatment neurology. 2nd Edition. Lange, McGraw-Hill. 2012.
Epidemiologi
• Kerusakan pada N. peroneal communis merupakan penyebab
tersering mononeuropati pada ekstremitas bawah
• Kelemahan dorsofleksi kaki (foot-drop) ditemukan pada 116 kasus
common peroneal neuropathy dilaporkan oleh Katirji & Wilbourn
• Mati rasa pada dorsum pedis juga dilaporkan pada banyak kasus

Current diagnosis & treatment neurology. 2nd Edition. Lange, McGraw-Hill. 2012.
Adams & Victor’s principles of neurology. 10th Edition. McGraw-Hill. 2014.
Etiologi
Lesi pada saraf peroneal  trauma atau kompresi pada caput fibula
Penyebab lesi pada N. peroneal communis :
• Tekanan selama operasi atau tidur atau dari tight plaster cast
• Kebiasaan menyilangkan kaki saat duduk dalam waktu yang lama
• Tight knee boots
• Penurunan berat badan pada pasien kanker atau AIDS meningkatkan insidensi cedera
kompresif
• Neuropati diabetikum
• Fraktur pada ujung atas fibula
• Kista Baker  sinovium yang meradang meluas sampai ruang retropopliteal dapat
mengompresi saraf

Current diagnosis & treatment neurology. 2nd Edition. Lange, McGraw-Hill. 2012.
Adams & Victor’s principles of neurology. 10th Edition. McGraw-Hill. 2014.
Pemeriksaan Penunjang
• Electrophysiologic studies (EPS)  membedakan
mononeuropati peroneal dan penyakit kornu anterior,
radikulopati lumbosakral, plexopathy lumbosakral,
cedera N. ischiadica, polineuropati asimetris, dan
miopati distal. Dapat juga melokalisasi tempat cedera
peronealnya.
• Elektromiografi
• MRI

Current diagnosis & treatment neurology. 2nd Edition. Lange, McGraw-Hill. 2012.
Garg, Ruchika (2012). "Footdrop in the Farmers in Punjab: A Retrospective Electrodiagnostic Study". Journal
of Clinical and Diagnostic Research.
Diagnosis Banding
• Radikulopati L5 – S1
• Kerusakan plexus lumbosacralis & N. ischiadica
• Miopati distal (distrofi miotonik) dan polineuropati generalisata
(Charcot-Marie-Tooth family)  dapat menyebabkan drop-foot

Current diagnosis & treatment neurology. 2nd Edition. Lange, McGraw-Hill. 2012.
Tatalaksana
• Murni suportif, harus dilindungi dari kerusakan
atau kompresi lebih jauh.
• Drop-foot  perlu brace sampai sembuh.
• Pemulihannya berlangsung spontan seiring
waktu & biasanya komplit kecuali pada
kerusakan berat yang dapat menyebabkan
degenerasi aksonal.
• Pasien harus menahan diri untuk tidak
menyilangkan kaki, berjongkok (squatting)
dalam waktu lama, atau duduk meringkuk
pada permukaan kursi yang keras.
• Surgical treatment  end-to-end anastomosis
pada laserasi akut

Current diagnosis & treatment neurology. 2nd Edition. Lange, McGraw-Hill. 2012.
Adams & Victor’s principles of neurology. 10th Edition. McGraw-Hill. 2014.
Prognosis
• Prognosis biasanya baik pada paralisis parsial
• Sama seperti mononeuropati yang lain, prognosis tergantung pada
derajat dan lamanya kerusakan aksonal, yang dapat ditelusuri melalui
riwayat penyakit, gejala klinis dan data elektrofisiologis.

Current diagnosis & treatment neurology. 2nd Edition. Lange, McGraw-Hill. 2012.
Adams & Victor’s principles of neurology. 10th Edition. McGraw-Hill. 2014.
Bell’s palsy
Bell’s palsy adalah kelemahan
wajah tipe LMN disebabkan
keterlibatan saraf fasialis idiopatik
diluar SSP,tanpa ada penyakit
neurologik lainnya.

suatu gangguan neurologi yang


disebabkan oleh kerusakan nervus
fasialis yang menyebabkan
kelemahan atau paralisis salah satu
sisi wajah
Etiologi
Penyebab tersering adalah virus herpes simplex tipe 1.
Penyebab lain yaitu :
1. Infeksi virus lain
2. Neoplasma : setelah pengangkatan tumor otak
3. Trauma : fraktur basal tengkorak,luka telinga
tengah,dan menyelam
4. Neurologis : sindrom Guillain Barre
5. Metabolik : kehamilan,DM,hipertiroidisme,dan
hipertensi
6. Toksik : alkohol,talidomid,tetanus,dan karbon
monoksida
Manifestasi klinik
Gejala pada sisi wajah ipsilateral
• Kelemahan otot wajah ipsilateral
• Kerutan dahi menghilang ipsilateral
• Tampak seperti orang letih
• Tidak mampu atau sulit mengedipkan mata
• Hidung terasa kaku
• Sulit berbicara
• Sulit makan dan minum
• Sensitif terhadap suara (hiperakusis)
• Salivasi yang berlebihan atau berkurang
• Pembengkakan wajah
• Berkurang atau hilangnya rasa kecap
• Nyeri di dalam atau disekitar telinga
• Air liur sering keluar
Gejala timbul saat terpapar suhu dingin  mati
rasa pada wajah

Gejala pada mata Ipsilateral


Sulit atau tidak mampu menutup mata
Ipsilateral
Air mata berkurang
Alis mata jauh
Kelopak mata bawah jatuh
Sensitif terhadap cahaya
Residual
Mata terlihat lebih kecil
Kedipan mata jarang atau tidak sempurna
Senyum yang asimetri
Spasme hemifacial pascaparalitik
Otot hipertonik
Sinkinesia
Berkeringat saat makan atau saat beraktifitas
Otot menjadi lebih flaksid jika lelah
Otot menjadi kaku saat letih atau kedinginan

Secara klinis saraf lain kadan-kadang ikut teriritasi,


misalnya,rasa nyeri atau baal pada wajah yang bisa disebabkan
pada iritasi N V
Diagnosis
Pada inspeksi terlihat pendataran dahi dan
lipatan nasolabial pada sisi yang terkena. ketika
pasien diminta menaikkan alis mata sisi dahi yang
lumpuh terlihat datar.ketika pasien tersenyum
wajah menjadi menyimpang dan terdpata
lateralisasi ke sisi yang berlawanan dari yang
lumpuh. pada saat berusaha untuk menutup mata
bola mata seperti bergulir keatas pada sisi yang
lumpuh. hal ini disebut fenomena Bell.
Pemeriksaan penunjang
• Laboratorium
1. Titer lyme (IgM dan IgG), gula darah atau
hemoglobin A 1c (HbA1c), pemeriksaan titer serum
HSV
2. Pada MRI tampak peningkatan intensitas N VII atau
didekat ganglion genikulatum. Jika pasien memiliki
riwayat trauma, dapat dilakukan CT scan tulang
temporal.
• Lainnya
1. Uji untuk menilai fungsi saraf wajah : uji kecepatan
antar saraf dan EMG
Penatalaksanaan
Terapi Umum
Untuk menghilangkan penekanan dapat
diberikan Prednison dan antiviral sesegera mungkin.
Mulai pengobatan 7 hari sejak awitan. Istirahat
merupakan bagian dari terapi yang sangat penting .
Pemakaian kacamata lensa berwarna atau kacamata
hitam kadang diperlukan untuk menjaga mata tetap
lembab pada saat bekerja.
Rasa nyeri atau tidak nyaman kompres hangat akan
membantu.obat yang dapat menghilangkan rasa nyeri
ini diantaranya Gabapentin.
Dosis prednison
Dosis dewasa 1mg/Kg atau 60mg PO qd selama 7 hari diikuti tappering
off dengan total pemakaian 10 hari

Dosis anak 1mg/Kg PO qd selama 7 hari diikuti tappering off dengan


total pemakaian 10 hari

Kontra Indikasi Hipersensitivitas,diabetes berat yang tidak


terkontrol,infeksi jamur,ulkus peptikum,TBC,osteoporosis

Dosis Antiviral
Nama Obat Asiclovir, obat anti viral yang menghambat kerja
HSV1,HSV2,VZV.
Dosis Dewasa 400 mg PO 5 kali/hari selama 10 hari

Dosis Anak <2 tahun : belum dipastikan


> 2 tahun : 20 mg/kg PO selama 10 hari
Kontra Indikasi Hipersensitivitas, penderita gagal ginjal
Guillain barre syndrome
Definisi
• Merupakan kelompok penyakit yang di-mediasi imun yang menyebabkan
disfungsi motorik,sensorik dan autonom.
• Penyebab tersering paralisis akut dan subakut dan dapat terjadi pada anak-
anak & dewasa.
Etiologi
• Infeksi pada pernapasan
• Infeksi gastrointestinal oleh :
• Campylobacter jejuni (penyebab tersering)
• Pneumonia mikoplasma
• Infeksi virus
• Famili herpes: Cytomegalovirus (CMV), Epstein-Barr virus
(EBV), HIV, Hepatitis A dan B.
• Operasi dan trauma (belum diketahui penyebabnya)
Patfis
• Adanya infeksi virus  ↓ kadar supresor sel-T  kadar sel-T, sel-B dan limfosit
↑sel limfosit dan makrofag melakukan infiltrasi ke dalam membran basalis
serabut saraf kerusakan mielin dan degenerasi Wallerian inflamasi saraf
tepi terutama di daerah radiks saraf.
• Bukti-bukti bahwa imunopatogenesa merupakan mekanisme yang
menimbulkan jejas saraf tepi pada sindroma ini adalah:
1. Didapatkannya antibodi atau adanya respon kekebalan seluler terhadap
agen infeksious pada saraf tepi.
2. Adanya auto antibodi terhadap sistem saraf tepi
3. Didapatkannya penimbunan kompleks antigen antibodi dari peredaran
pada pembuluh darah saraf tepi yang menimbulkan proses demyelinisasi
saraf tepi.
3 FASE PERJALANAN KLINIS GBS
1) Fase progresif
o berlangsung 2-3 minggu, sejak timbulnya gejala awal sampai gejala menetap
o timbul nyeri, kelemahan progresif dan gangguan sensorik
o Terapi secepatnya akan mempersingkat transisi menuju fase penyembuhan, dan mengurangi
resiko kerusakan fisik yang permanen

2) Fase plateau
o tidak didapati baik perburukan ataupun perbaikan gejala
o Serangan telah berhenti, namun derajat kelemahan tetap ada sampai dimulai fase
penyembuhan
o Terapi ditujukan terutama dalam memperbaiki fungsi yang hilang atau mempertahankan
fungsi yang masih ada

3) Fase penyembuhan
o Sistem imun berhenti memproduksi antibody yang menghancurkan myelin, dan gejala
berangsur-angsur menghilang
o Terapi pada fase ini ditujukan terutama pada terapi fisik
o Kebanyakan penderita mampu bekerja kembali dalam 3-6 bulan
TIPE GBS
• Tipe demyelinasi (demyelinasi primer)
 selubung myelin yang menyelubungi akson rusak atau
hancurtransmisi sinyal saraf yang melaluinya akan
terganggu atau melambattimbul sensasi abnormal
ataupun kelemahan

• Tipe aksonal (demyelinasi sekunder)


 fase inflamasi yang beratApabila akson ini putus, sinyal
saraf akan diblok, dan tidak dapat ditransmisikan lebih
lanjuttimbul kelemahan dan paralisis pada area tubuh
yang dikontrol oleh saraf tersebut
 Paling sering terjadi setelah gejala diare

• Tipe campuran (merusak akson dan myelin)


 Paralisis jangka panjang
Komplikasi
• Dapat menjalar ke N. fasial, bilateral maupun unilateral
• Dapat mengenai otot faring, sehingga sukar menelan
• Dapat mengenai otot pernapasan
Prognosis
• Pada umumnya penderita mempunyai prognosa
yang baik tetapi pada sebagian kecil penderita
dapat meninggal atau mempunyai gejala sisa. 95%
terjadi penyembuhan tanpa gejala sisa dalam
waktu 3 bulan bila dengan keadaan antara lain:
• pada pemeriksaan NCV-EMG relatif normal
• mendapat terapi plasmaparesis dalam 4 minggu mulai
saat onset
• progresifitas penyakit lambat dan pendek
• pada penderita berusia 30-60 tahun

Anda mungkin juga menyukai