PENDAHULUAN
Universitas Tarumanagara 1
mengikat ROS dan mempertahankan keseimbangan redoks intrasel dan menjaga
jaringan dari pengaruh stress oksidatif.12,13,16
Dari penelitian ini dapat diketahui lebih mendalam mengenai pengaruh
hipoksia sistemik terhadap kadar antioksidan khususnya glutation dalam hati dan
darah, dimana penelitian ini nantinya dapat digunakan sebagai dasar untuk
penelitian selanjutnya.
Universitas Tarumanagara 2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Universitas Tarumanagara 3
2.1.2 Hati
Hati adalah organ terbesar didalam tubuh, berat 1.200- 1.500 g serta
membentuk seperlima puluh berat badan dewasa total. Terlindung iga dalam
kuadran kanan atas, ia berbentuk seperti piramid yang apeksnya mencapai
xiphisternum, batas atas terletak sekitar setinggi puting susu. Terdapat dua lobus,
dexter yang sekitar enam kali ukuran sinister. 5
Fungsi hati bersangkutan dengan metabolisme tubuh, khususnya mengenai
pengaruhnya atas makanan dan darah. Hati merupakan pabrik kimia terbesar
dalam tubuh dalam hal bahwa ia menjadi pengantara metabolisme artinya ia
mengubah zat makanan yang diabsorpsi dari usus dan yang disimpan didalam
tubuh menjadi energi dalam bentuk ATP.5
Oleh karena hati merupakan organ yang bersifat aerobik maka viabilitasnya
bergantung pada ketersediaan oksigen. Konsumsi oksigen pada hati sekitar 100
sampai 150 mol O2 / jam/ gram berat hati. Hati mempunyai suplai darah ganda
yang berasal dari vena porta hepatika dan arteri hepatika dextra dan sinistra.
Akibat sistem aliran darah di jaringan hati bersifat satu arah dari vena porta dan
arteri hepatika ke arah vena sentralis, maka terbentuk gradien oksigen pada zona-
zona hati (zona 1, 2, 3) (gambar2.1). Hepatosit yang terdapat di daerah periportal
(zona 1) memiliki tekanan oksigen ± 50-55 mmHg dan menurun menjadi ± 40-45
mmHg di daerah perivenous / pericentral (zona 3). Metabolisme di zona 3 lebih
bersifat anaerob dibanding dengan zona 1 sehingga lebih rentan terhadap
hipoksia.27 Telah diketahui bahwa kondisi hipoksia menyebabkan konsumsi
oksigen dalam jaringan berkurang sehingga mengakibatkan penurunan fosforilasi
oksidatif pada mitokondria yang menyebabkan penurunan produksi ATP pada
sel.2,26
Universitas Tarumanagara 4
Gambar 2.1. Zona - zona hati (periportal, midzonal, dan pericentral) dan
arah aliran darah pada lobulus hati.
2.1.3 Darah
Darah merupakan cairan yang terdapat dalam tubuh yang berfungsi untuk
mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel tubuh. Selain mengangkut oksigen,
darah juga berfungsi untuk mengangkut hormon, nutrisi dan zat sisa metabolisme
dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri. Komponen darah
berupa sel darah (45%) yang tersuspensi didalam plasma (55%). Sel darah terdiri
dari sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan trombosit.
Universitas Tarumanagara 5
Sedangkan plasma darah sebagian besar terdiri dari air dan sisanya berupa protein,
mineral, hormon, antibodi, faktor pembekuan darah, dan nutrien.38
Darah berperan sebagai alat transportasi, khususnya oksigen (O2), yang
dibawa dari paru- paru dan diedarkan ke seluruh tubuh dan kemudian mengangkut
sisa pembakaran (CO2) dari jaringan untuk dibuang keluar melalui paru- paru.
Fungsi pertukaran O2 dan CO2 ini dilakukan oleh hemoglobin, yang terkandung
dalam sel darah merah.41
Eritrosit merupakan sel yang tidak memiliki inti dan organel sel, misalnya
mitokondria, lisosom atau aparatus Golgi. Pembentukan eritrosit diregulasi oleh
eritropoetin (Epo) yaitu suatu hormon glikoprotein yang merupakan regulator
utama produksi eritrosit sebagai respons terhadap penurunan oksigenasi jaringan.
Produksi Epo terutama terjadi di ginjal dan sebagian kecil di hati, tetapi semua sel
pada dasarnya memiliki kemampuan mentranskripsi gen Epo dalam kondisi
hipoksia.39,40
Universitas Tarumanagara 6
- Menghasilkan ROS lainnya tetapi tidak dapat
berdifusi jauh dari tempat asal
- Dihasilkan oleh H2O2 dengan adanya Fe2+ (reaksi
Radikal hidroksil fenton)
(OH˙) - Radikal intraseluler yang paling reaktif dalam
menyerang molekul biologis
- Dibentuk melalui reaksi dari nitrit oksida (NO)
Peroksinitrit (ONOO˙) dengan anion superoksida (O2-) yang merusak
molekul biologis
Radikal peroksida lipid - Suatu radikal organik yang terbentuk sewaktu
(RCOO˙) degradasi lemak
- Dihasilkan oleh makrofag dan neutrofil sewaktu
Asam hipoklorit
ledakan pernapasan yang menyertai proses
(HOCl)
fagositosis
Universitas Tarumanagara 7
Gambar 2.2. Reaksi Fenton. 6
Universitas Tarumanagara 8
dismutase (SOD), glutation (GSH), katalase dan vitamin antioksidan (vitamin E,
vitamin C, dan karotenoid).6
Hati merupakan organ yang memiliki konsentrasi GSH tertinggi daripada
organ yang lain. Konsentrasi GSH yg tinggi juga didukung oleh aktivitas HMP
shunt yang tinggi pada jaringan hati. 11,13
Universitas Tarumanagara 10
Glutation merupakan antioksidan penting yang dapat mengikat ROS dan
mempertahankan keseimbangan redoks intrasel dan menjaga jaringan dari stress
oksidatif. Glutation mengikat efek toksik dari ROS dengan menggunakan
glutation peroksidase, yaitu enzim yang mereduksi hidrogen peroksida (gambar
2.5) dan peroksida organik termasuk lipid peroksida.12,13,16 GSH pada mitokondria
merupakan suatu mekanisme pertahanan yang penting terhadap stress oksidatif
fisiologis maupun patologis.20
Universitas Tarumanagara 11
2.3 Kerangka Konsep
Sel normal
Hipoksia sistemik
dengan menggunakan
hypoxic chamber
Sel mengalami hipoksia
Universitas Tarumanagara 12
BAB 3
METODE PENELITIAN
Universitas Tarumanagara 13
Jadi jumlah ulangan sampel (n) yang dapat digunakan adalah empat ekor tikus
untuk tiap kelompok.
Universitas Tarumanagara 14
- Tissue grinder (Homogenizer), Wheaton Science, Millville, NJ-USA.
(Gambar 3.2)
- Alat bedah (minor set).
- Digital Oxygen meter, OX – 12B, No 05231, MIEI Shanghai, P.R. China.
- Spectrophotometer double beam, model UV.210 A, Hitachi, Jepang
- Alat sentrifugasi berkecepatan tinggi, model 20PR-5, Hitachi – Jepang.
- MaxiMix vortex mixer, thermolyne, USA.
- Micropipette semiotomatik ependorf, ukuran 20uL – 1000uL.
- Analytical and precision balances seri pioneer, OHAUS, NJ-USA.
- Alat keperluan laboratorium standart yang digunakan di laboratorium
Biokimia dan Biologi Molekuler: pencatat waktu, alat putar (rotator), rak
beserta tabung reaksi, pipet tetes, labu takar, labu erlenmeyer, gelas kimia,
spatula, botol semprot, batang pengaduk dan sendok logam.
Universitas Tarumanagara 15
3.6 Cara Kerja Penelitian
3.6.1 Cara Perlakuan pada Hewan Coba
Tikus dibagi menjadi tujuh kelompok perlakuan. Kelompok pertama adalah
kelompok kontrol tanpa perlakuan, sedangkan tujuh kelompok lainnya merupakan
kelompok perlakuan. Enam kelompok perlakuan (P2-P7) secara berurutan
dipaparkan hipoksia (8% O2, 92% N2), masing-masing selama 1 jam, 3 jam, 6
jam, 12 jam, 24 jam, 72 jam dalam sungkup yang disebut dengan Hypoxic
Chamber. Di lantai sungkup terdapat kipas angin (fan) yang dapat dikontrol dari
luar, sehingga sirkulasi udara berlangsung secara homogen. Disamping itu udara
ekspirasi yang mengandung CO2 dialirkan keluar melalui suatu pipa karet dan
ditangkap dengan suatu botol (water seal bottle) yang mengandung larutan
kalsium hidroksida jenuh (soda lime) dan selanjutnya melalui suatu pipa, botol
tersebut dihubungkan dengan udara-luar.
Pelaksanaan perlakuan pada semua kelompok (P2 s/d P7) dimulai dengan
tahap persiapan, yaitu optimasi kondisi sungkup. Sungkup dalam keadaan bersih
lantainya dilapisi dengan karpet plastik dan diatasnya dibubuhi serbuk gergaji
sehingga kondisinya menyerupai kandang alamiah. Pakan dan minuman disiapkan
secukupnya dan dimasukkan pada tempatnya masing-masing dalam sungkup.
Selanjutnya pintu sungkup ditutup, dihubungkan dengan tangki-gas serta
campuran gas dialirkan dengan kecepatan 3ml/menit selama 15 menit kemudian
akan diturunkan menjadi 2ml/menit pada saat kondisi telah stabil. Setelah itu, 4
tikus dalam setiap kelompok perlakuan yang sudah ditimbang, dimasukkan
dengan cepat dan waktu dicatat sebagai jam atau hari. Selama perlakuan kondisi
tikus dan sungkup diamati. Kadar oksigen sungkup dipertahankan dengan cara
diukur menggunakan oxygen meter yang dihubungkan di bagian atas sungkup.
Kondisi sungkup yang optimal ditandai dengan kadar oksigen dan kecepatan
aliran oksigen yang stabil. Sirkulasi udara yang baik ditandai dengan dinding
sungkup yang tidak bermbun dan gelembung udara CO2 dapat diamati dalam
botol yang mengandung larutan Ca(OH)2 atau soda lime.
Pada akhir masa perlakuan satu persatu tikus dikeluarkan dari sungkup dan
segera ditimbang. Tikus kemudian dipindahkan kedalam sungkup kecil yang
sudah dioptimasi sebelumnya. Dalam sungkup tersebut tikus dimatikan dengan
Universitas Tarumanagara 16
menggunakan eter. Setelah dimatikan, tikus dibedah dengan cara membuka
rongga dada dengan melakukan seksi pada midsternum kemudian sampel darah
diambil dengan menggunakan jarum semprit dari aorta, setelah itu dilakukan
pengambilan organ hati dari masing-masing tikus.
Tikus kelompok kontrol (P1) dipelihara dalam kandang dengan kondisi
yang mirip dengan kelompok perlakuan, bedanya menggunakan udara atmosfir
sebagai sumber udara pernapasan. Pada hari ke-3, tikus tersebut ditimbang,
kemudian dimatikan dengan eter lalu dibedah untuk mengambil sampel darah dan
organ hati.7 Sisa tubuh yang tidak digunakan akan dijahit kembali lalu kemudian
dikubur.
Dibawah ini merupakan gambar skema diagram pemberian perlakuan pada
hewan coba.
P2 P3 P4 P5 P6 P7/P1
1 jam
3 jam
6 jam
12 jam
24 jam
72 jam
Universitas Tarumanagara 17
(homogenizer). Setelah itu, homogenat yang telah dibuat disentifugasi
menggunakan kecepatan 3500 rpm selama 10 menit untuk memisahkan
supernatan dengan pelet (struktur-struktur lebih besar yang setelah disentrifugasi
akan mengendap dibawah tabung sentrifuge). Setelah selesai disentrifugasi,
supernatan yang sudah terpisah dari pelet dapat diambil dan siap untuk digunakan.
Universitas Tarumanagara 18
3.8.2 Variabel Tergantung
Variabel tergantung pada penelitian ini adalah kadar GSH hati dan darah.
Universitas Tarumanagara 19
setiap parameter, dinyatakan dalam nilai rerata (average) ± SEM dan ditampilkan
dalam bentuk tabel dan grafik. Untuk data yang membandingkan 2 kelompok
yakni kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan, dilakukan Uji Mann-
Whitney. Sedangkan untuk menilai hubungan antar parameter digunakan uji
korelasi pearson dan regresi linear. Semua hasil uji statistik dalam penelitian ini
disajikan secara khusus dalam lampiran uji statistik.
Tikus penelitian
KELOMPOK KELOMPOK
PERLAKUAN KONTROL
(KELOMPOK I)
Kondisi hipoksia
(8% O2) Kondisi O2 normal.
Universitas Tarumanagara 20
3.13 Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Jadwal pelaksanaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Tahun 2013
Bulan
Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Menentukan topik
Studi literature
Proposal
Persetujuan proposal
Tahun 2014
Bulan
Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Persiapan alat dan bahan
Pengajuan kaji etik
penelitian
Pelaksanaan penelitian
Tahun 2015
Bulan
Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Pelaksanaan penelitian
Analisis data penelitian
Penyusunan dan
penyajian hasil penelitian
Publikasi
Universitas Tarumanagara 21
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Tabel 4.1 Hasil Analisa Gas Darah dan Hematologi Hewan Coba
Hipoksia
Parameter Normoksia 12 24 72
1 jam 3 jam 6 jam
jam jam jam
7.43± 7.42 ± 7.41 ± 7.40 ± 7.40 ± 7.39 ±
pH 7.43 ± 0.02
0.01 0.01 0.02 0.01* 0.03* 0.02*
pCO2, 39.2± 38.3± 36.4 ± 35.7 ± 32.5 ± 30.2 ±
40.7 ± 2.7
mmHg 2.2* 2.2* 3.3* 2.4* 3.6* 3.4*
pO2, 87.2± 72.3± 68.6 ± 57.3 ± 53.1 ± 48.7 ±
97.8 ± 4.8
mmHg 6.1* 5.2* 4* 3.1* 7.4* 2.6*
22.2± 20.4± 17.9 ± 21.4 ± 19.3 ± 18.2 ±
HCO3 24.8 ± 2.5
2.3* 1.7* 1.2* 1.1* 2.8* 2.1*
Sat O2, 89.7± 80.2± 71.3 ± 65.7 ± 54.7 ± 58.2 ±
95.8 ± 3.1
% 6.2* 5.5* 5.4* 8.6* 8.6* 5.4*
Hemoglobin 120.7 123.2 126.6 133.4 148.6 162.5
120.1 ± 1.6
, g/L ± 3.1 ± 3.7* ± 5.5* ± 3.9* ± 4.4* ± 5.2*
Hematokrit, 45.6± 47.1 ± 48.3 ± 51.2 ± 53.4 ± 55.8 ±
45.2 ± 2.5
% 3.6 5.1* 2.7* 2.6* 5.4* 4.3*
SDM, 6.8± 7.0 ± 7.2 ± 7.8 ± 8.15 8.3 ±
6.7 ± 0.1
/µL/1000 0.2 0.2 0.5* 0.5* ±0.4* 0.8*
Nilai rerata ± SEM, *perbedaan bermakna dibanding normoksia (P<0.05, Uji Mann-Whitney)
Universitas Tarumanagara 22
PO2, pCO2, serta saturasi O2 arteri telah mengalami penurunan sejak
perlakuan 1 jam sampai dengan perlakuan 72 jam hipoksia. Penurunan parameter
tersebut terjadi bermakna sejalan dengan lamanya perlakuan hipoksia. Kadar
HCO3 juga terlihat menurun secara bermakna sampai pada akhir perlakuan
hipoksia.
Sementara itu, konsentrasi hemoglobin (Hb), hematokrit (Ht), dan jumlah
sel darah merah (SDM) mengalami peningkatan sebagai akibat dari hipoksia.
Peningkatan konsentrasi Hb dan Ht yang bermakna baru mulai terlihat pada
perlakuan 3 jam hipoksia sedangkan jumlah sel darah merah mulai meningkat
secara bermakna pada perlakuan 6 jam hipoksia.
Grafik berikut ini menggambarkan pengaruh hipoksia sistemik terhadap
masing-masing parameter analisa gas darah.
7.48
pH darah
7.46
7.44
pH
7.42
7.40 * *
*
7.38
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7
Kelompok Perlakuan
Universitas Tarumanagara 23
50
PCO2 arteri
40 * *
PaCO2 (mmHg) * *
30 ** *
20
10
0
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7
Kelompok Perlakuan
120
PO2 arteri
100
*
PaO2 (mmHg)
80
* *
60 * * *
40
20
0
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7
Kelompok Perlakuan
Universitas Tarumanagara 24
28
HCO3
26
HCO3 (mmol/l) 24
22 *
*
20
*
*
18 * *
16
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7
Kelompok Perlakuan
120
Sat O2
100
*
*
Sat O2 (%)
80
* *
60 * *
40
20
0
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7
Kelompok Perlakuan
Universitas Tarumanagara 25
180
Hemoglobin
160
*
*
Hb (g/L) 140
*
* *
120
100
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7
Kelompok Perlakuan
Gambar 4.6. Pengaruh Hipoksia terhadap Hemoglobin
*Perbedaan bermakna dibanding normoksia (p<0,05 uji Mann-Whitney)
60
* * Hematokrit
50 * *
*
40
Ht (%)
30
20
10
0
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7
Kelompok Perlakuan
Gambar 4.7. Pengaruh Hipoksia terhadap Hematokrit
*Perbedaan bermakna dibanding normoksia (p<0,05 uji Mann-Whitney)
Universitas Tarumanagara 26
10
Sel darah merah
* *
8 *
SDM (/l/1000)
*
6
0
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7
Kelompok Perlakuan
Gambar 4.8. Pengaruh Hipoksia terhadap Jumlah Sel Darah Merah
*Perbedaan bermakna dibanding normoksia (p<0,05 uji Mann-Whitney)
1 0,046
2 0,102
4 0,156
5 0,198
10 0,450
Universitas Tarumanagara 27
0.5
0.2
0.1
0.0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Kadar GSH Standart
Universitas Tarumanagara 28
Kadar GSH meningkat terus secara berangsur sampai pada perlakuan 3 hari (P7)
yaitu 3,216 μg/ml.
4 P1: Kontrol
P2: 1 jam
P3: 3 jam
3.216* P4: 6 jam
Kadar GSH Hati (g/mL)
0
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7
Kelompok Perlakuan Hipoksia
Universitas Tarumanagara 29
4.4 Kadar GSH darah
Sama halnya dengan hati, kadar GSH pada darah juga dapat diukur dengan
menggunakan rumus persamaan yang didapat dari kurva standart GSH dan dicatat
dalam bentuk tabel (tabel 4.4) kemudian diplot kedalam bentuk grafik (gambar
4.11). Data selengkapnya disajikan pada lampiran-2. Pada penelitian, didapatkan
peningkatan yang bermakna kadar GSH pada darah sejak perlakuan hipoksia 1
jam (P2), yaitu 1,710 ug/mL, dibandingkan dengan kontrol (P1), yaitu 1,452
ug/mL.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan perbedaan kadar GSH dalam darah
dan dalam hati dimana kadar GSH darah lebih rendah daripada kadar GSH dalam
hati baik pada tikus kontrol maupun tikus yang diinduksi hipoksia. Perbandingan
kadar GSH yang terdapat pada hati dan darah dalam tiap kelompok perlakuan
dapat dilihat dalam grafik (gambar 4.12)
Kadar GSH hati tikus pada perlakuan 1 jam hipoksia (P2) sebesar 1,869
ug/mL sedangkan kadarnya pada darah hanya sebesar 1,452 ug/mL. Perbedaan
kadar GSH pada hati dan darah, dimana kadarnya pada darah lebih rendah
daripada hati, terlihat pada semua kelompok perlakuan. Dengan menggunakan uji
korelasi pearson, menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang kuat antara kadar
GSH darah dan hati (pearson r = 0,9917). Hasil pengujian statistik terdapat pada
lampiran uji statistik-5.
Universitas Tarumanagara 30
4 P1: Kontrol
P2: 1 jam
P3: 3 jam
Kadar GSH Darah (g/mL)
3.094*
P4: 6 jam
P5: 12 jam
3 2.801* P6: 24 jam
P7: 72 jam
2.273*
2.040*
2 1.855*
1.710*
1.452
0
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7
Kelompok Perlakuan Hipoksia
4 P1: Kontrol
P2: 1 jam
P3: 3 jam
P4: 6 jam
3
Kadar GSH (g/mL)
P5: 12 jam
P6: 24 jam
P7: 72 jam
0
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7
Kelompok Perlakuan
Gambar 4.12 Perbedaan Kadar GSH hati dan Darah. Uji korelasi pearson
menunjukkan korelasi kuat (pearson r = 0,9917)
Universitas Tarumanagara 31
BAB V
PEMBAHASAN
Universitas Tarumanagara 32
Hemoglobin yang meningkat dikarenakan oleh usaha tubuh untuk mengompensasi
terjadinya kondisi hipoksia dengan cara memproduksi hemoglobin sebanyak-
banyaknya agar transport O2 dapat ditingkatkan.
Universitas Tarumanagara 33
dengan penelitian yang dilakukan oleh Asni E et.al, yang menemukan bahwa
hipoksia selain menimbulkan peningkatan terhadap konsentrasi ROS, juga akan
meningkatkan pembentukan antioksidan dalam sel.36
Hasil uji korelasi pearson memperlihatkan korelasi negatif antara nilai pO2
darah arteri dengan kadar GSH hati (pearson r = -0,9205) serta kadar GSH darah
(pearson r = -0,9316), artinya makin rendah pO2, makin tinggi kadar GSH hati
maupun darah. PO2 yang rendah memberikan petunjuk bahwa oksigenasi darah
arteri tidak cukup sedangkan peningkatan kadar GSH diduga karena mekanisme
kompensasi terhadap pembentukan ROS yang diinduksi hipoksia. Hipoksia
menyebabkan penurunan pemakaian oksigen pada kompleks IV mitokondria
sehingga menyebabkan akumulasi elektron pada kompleks sebelumnya.
Akumulasi seperti ini akan meningkatkan produksi ROS pada kompleks III
sehingga menginduksi terbentuknya GSH.12
Pada uji korelasi pearson antara kadar GSH hati dan darah didapatkan
korelasi positif yang kuat (pearson r = 0,9917) dan uji regresi linear (r2 = 0,9835),
artinya apabila kadar GSH hati meningkat, maka kadar GSH darah juga
meningkat meskipun lebih rendah daripada kadar GSH hati. Hal ini disebabkan
karena GSH lebih banyak diproduksi di dalam hati.
Pada penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan sehingga dapat
berpengaruh kepada hasil penelitian, yaitu hanya dilakukan penelitian mengenai
kadar GSH sehingga untuk mengetahui pengaruh hipoksia yang lebih mendalam,
diperlukan pemeriksaan parameter stress oksidatif yang lain selain GSH yakni
MDA, katalase, dan SOD. Selain itu, durasi penelitian ini tergolong singkat,
dimana perlakuan hipoksia yang paling lama hanya berlangsung sampai 72 jam
sehingga diperlukan durasi hipoksia yang lebih lama agar dapat
mempresentasikan kadar GSH yang sebenarnya.
Universitas Tarumanagara 34
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Kadar GSH hati dan darah meningkat secara bertahap sejalan dengan
lamanya paparan hipoksia
2. Kadar GSH hati lebih tinggi daripada kadar GSH dalam darah
3. Peningkatan kadar GSH merupakan mekanisme kompensasi terhadap
paparan hipoksia
6.2 Saran
1. Dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh hipoksia terhadap
kadar GSH
2. Dilakukan penelitian petanda stress oksidatif yang lain seperti MDA,
katalase, dan SOD untuk mengetahui pengaruh hipoksia terhadap hati
dan darah
Universitas Tarumanagara 35
DAFTAR PUSTAKA
1. Ganong WF. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 22. Jakarta: EGC;2008
2. Nugroho PW. Aktivitas spesifik katalase jaringan hati tikus yg diinduksi
hipoksia hipobarik akut berulang [skripsi]. Fakultas Kedokteran. Jakarta:
Universitas Indonesia; 2009.
3. Zainuri M, Wanandi SI. Aktivitas spesifik manganese superoxide dismutase
(MnSOD) dan katalase pada hati tikus yang diinduksi hipoksia sistemik:
hubungannya dengan kerusakan oksidatif. Media litbang kesehatan 2012
Juni;22:87-5
4. Halliwell B, Gutteridge JMC. 2007. Antioxidant Defences Endogenous and
Diet Derived. In Free radicals in biology and medicine. 4th ed. London:
Oxford. University Press;:79-186.
5. Pearce EC. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta: Gramedia;2005
6. Marks DB, Marks AD, Smith CM. Biokimia kedokteran dasar: sebuah
pendekatan klinis. Jakarta: EGC; 2000.
7. Ferdinal F. Model gagal jantung eksperimental pada tikus yang diinduksi
hipoksia kronik dan perubahan ekspresi gen BNP-45 pada tingkat translasi.
Ebers Papyrus 2009 April;15:9-9
8. Sherwood L. Fisiologi manusia. Edisi 2. Jakarta: EGC; 2001.
9. Giaccia AJ, Simon MC, Johnson R. The biology of hypoxia: the role of
oxygen sensing in development, normal function, and disease. Genes and
Development 2004; 18: 2183-94.
10. Giordano FJ. Oxygen, oxidative stress, hypoxia and heart failure. J. Clin.
Invest. 2005; 115: 500-8.
11. Halliwell B, Gutteridge JMC. Oxygen is a Toxic Gas: An Introduction to
Oxygen Toxicity and Reactive Species. In: Halliwell B & Gutteridge JMC
editor. Free Radicals in Biology and Medicine. 4th ed. London: Oxford
University Press, 2007; 21-22.
12. Haddad JJ. Oxygen sensing mechanism and the regulation of redox-
responsive transcription factors in development and pathophysiology. Respir
Res. 2002; 3: 26-53.
13. Smith C, Marks A, Lieberman M. Basic Medical Biochemistry. A Clinical
Approach. 2nd ed.Maryland: Lippincott Williams & Wilkins, 2005; 842-861.
14. Hanafiah KA. Rancangan Percobaan: Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2005.
15. Ellman GL. Tissue sulfhydryl groups. Arch of Bioch & Biophys. 1959; 82:
70-77.
16. Hermes-Lima M. Oxygen in Biology and Biochemistry: Role of Free
Radicals. In: Storey KB, editor. Functional Metabolism: Regulation and
Adaptation. New Jersey: Wiley–Liss, Inc. Hoboken, 2004; 319-368.
17. DeLeve, L., and Kaplowitz, N. (1991) Glutathione metabolism and its role in
hepatotoxicity. Pharmacol. Ther. 52, 287–305
18. Meister, A. (1988) Glutathione. In The Liver: Biology and Pathobiology,
Second Edition (Aria, I. M., Jakoby, W. B., Popper, H., Schachter, D., and
Shafritz, D. A., eds) pp. 401–417, Raven Press, New York
Universitas Tarumanagara 36
19. Peng XX, Currin RT, Thurman RG, et al. Protection by pentoxifylline against
normothermic liver ischemia/reperfusion in rats. Transplantation
1995;59:1537–1541.
20. Garcia-Ruiz C, Fernández-Checa JC. Mitochondrial glutathione:
hepatocellular survival-death switch. J Gastroenterol Hepatol 2006;21:S3–6.
[PubMed: 16958667]
21. Mittler, R.; Vanderauwera, S.; Suzuki, N.; Miller, G.; Tognetti, V.B.;
Vandepoele, K.; Gollery, M.; Shulaev, V.; Van Breusegem, F. ROS
signaling: the new wave? Trends Plant. Sci. 2011, 16, 300–309.
22. Desikan, R.; Hancock, J.; Neill, S. Reactive Oxygen Species as Signalling
Molecules.
23. Kaplowitz N, Aw TY, Ookhtens M. The regulation of hepatic GSH. Ann Rev
Pharm Toxicol 1985;25:714–744.
24. Hwang C, Sinsky AJ, Lodish HF. Oxidized redox state of glutathione in the
endoplasmic reticulum. Science 1992;257:1496–1502. [PubMed: 1523409]
25. Meredith MJ, Reed DJ. Status of the mitochondrial pool of glutathione in the
isolated hepatocyte. J Biol Chem 1982;257:3747–3753. [PubMed: 7061508]
26. Kumar V, Abbas AA, Fausto N, editors. Robins and cotran pathologic basis
of disease. 7th ed Philadelphia: Elsevier Saunders; 2005. P. 11-24, 74-5.
27. Stroka D, Candinas D. Hypoxia-Inducible factor-1 Signaling System. In
dufour J-F, Clavien P-A, Trautwein C, Graf R: Signaling Pathways in Liver
Disease Part II. Springer-Berlin Heidelberg. 2005; Chapter 26; pp311-323.
28. Wanandi SI, Dewi S, Paramita R. Peran protein Hypoxia Inducible Factor-1α
(HIF-1α) terhadap regulasi gen manganase superoxide dismutase (MnSOD)
pada induksi hipoksia sistemik. Fakultas kedokteran. Jakarta: Universitas
Indonesia; 2007
29. Hendrawan S. Ekspresi gen Hypoxia Inducible Factor-1α (HIF-1α) dan
apoptosis pada jantung yang diinduksi hipoksia sistemik. Fakultas
kedokteran. Jakarta: Universitas Indonesia; 2008
30. Akerboom TPM, Sies H. Assay of glutathione, glutathione disulfide, and
glutathione mixed disulfides in biological samples. Methods Enzymol
1981;77: 373-382.
31. Srigondo B. Jumlah ulangan dalam percobaan, dalam rancangan percobaan.
Semarang: Universitas Diponegoro Press;1981.
32. Lu S. Regulation of hepatic glutathione synthesis: current concepts and
controversies. The Faseb Journal. 1999 Jul;13:1169-1183.
33. Wanandi SI, Dewi S, Paramita R. Ekspresi relatif mRNA HIF-1α pada
jantung, otak, dan darah tikus selama induksi hipoksia sistemik. Makara
Sains. 2009 Nov; 13:185-188.
34. Asni E, Harahap IP, Prijanti AR, Wanandi SI, Jusman SW, Sadikin M.
Pengaruh hipoksia berkelanjutan terhadap kadar malondialdehid, glutation
tereduksi dan aktivitas katalase ginjal tikus. Majalah Kedokteran Indonesia.
2009 Des; 59:595-600.
35. Taylor CT, Pouyssegur JP. Oxygen, Hypoxia, and Stress. Ann NY Acad Sci
2007;1113:87-94.
36. Kerr ME, Bender CM, Monti EJ. An introduction to oxygen free radicals.
Heart Lung. 1996 May-Jun;25(3):200-9; quiz 10-1.
Universitas Tarumanagara 37
37. Mari M, Morales A, Colell A, Ruiz CG, Fernandez JC. Mitochondrial
Glutathione, a Key Survival Antioxidant. Mary Ann Liebert, Inc. 2009;
11:2685-2700
38. Hoffbrand V, Moss P. Essential Haematology. 6th ed. John Willey & Sons;
2011
39. Fisher JW, Koury S, Ducey T, Mendel S. Erythropoietin production by
interstitial cell of hypoxic monkey kidneys. British Journal of Haematology
1996 October; 95(1):27-32
40. Jelkmenn W. Erythropoietin after a century of research: younger than ever.
Eur J Haematol 2007; 78(3):183-205
41. Behnke BJ, Barstow TJ, Kindig CA, McDonough P, Musch TI, Poole DC.
Dynamics of oxygen uptake following execise onset in rat skeletal muscle.
Respir Physiol & Neurobiol 2002; 133:229-39
Universitas Tarumanagara 38
LAMPIRAN
Absorban Arsorban
Kelompok Perlakuan Sampel Kadar
A B rata-rata
Tikus 1 0,076 0,080 0,078 1,864
Tikus 2 0,071 0,067 0,069 1,659
P1 Normoksia
Tikus 3 0,075 0,073 0,074 1,773
Tikus 4 0,072 0,076 0,074 1,773
Universitas Tarumanagara 39
Lampiran 2: Tabel Hasil Serapan serta Kadar GSH Darah
Absorban Absorban
Kelompok Perlakuan Sampel Kadar
A B rata-rata
Tikus 1 0,061 0,064 0,063 1,520
Tikus 2 0,053 0,058 0,056 1,361
P1 Normoksia
Tikus 3 0,057 0,055 0,056 1,373
Tikus 4 0,066 0,062 0,064 1,555
Universitas Tarumanagara 40
Lampiran Uji Statistik-1. Analisis Statistik Gas Darah dan Hematologi
Universitas Tarumanagara 41
4.Nilai Rerata & Uji Mann-Whitney untuk Perbedaan HCO3
Col. Stats P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7
Mean 24,8 22,2 20,4 17,9 21,4 19,3 18,2
Std. Deviation 0,497 0,258 0,141 0,408 0,424 0,141 0,294
Std. Error 0,248 0,129 0,071 0,204 0,212 0,071 0,147
P1 P1 P1 P1 P1 P1
Mann-whitney test vs vs vs vs vs vs
P2 P3 P4 P5 P6 P7
P value 0,0286 0,0286 0,0286 0,0286 0,0286 0,0286
Are medians signif. different?
Yes Yes Yes Yes Yes Yes
(P < 0.05)
Two- Two- Two- Two- Two- Two-
One- or two-tailed P value?
tailed tailed tailed tailed tailed tailed
Universitas Tarumanagara 42
7. Nilai Rerata & Uji Mann-Whitney untuk Perbedaan Hematokrit
Col. Stats P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7
Mean 45,2 45,6 47,1 48,3 51,2 53,4 55,8
Std. Deviation 0,497 0,216 0,408 0,949 0,483 0,294 0,245
Std. Error 0,248 0,108 0,204 0,474 0,242 0,147 0,123
P1 P1 P1 P1 P1 P1
Mann-whitney test vs vs vs vs vs vs
P2 P3 P4 P5 P6 P7
P value 0,2454 0,0286 0,0286 0,0286 0,0286 0,0286
Are medians signif. different?
ns Yes Yes Yes Yes Yes
(P < 0.05)
Two- Two- Two- Two- Two- Two-
One- or two-tailed P value?
tailed tailed tailed tailed tailed tailed
8. Nilai Rerata & Uji Mann-Whitney untuk Perbedaan Sel Darah Merah
Col. Stats P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7
Mean 6,7 6,8 7 7,2 7,8 8,15 8,3
Std. Deviation 0,216 0,163 0,141 0,183 0,216 0,129 0,258
Std. Error 0,108 0,082 0,071 0,091 0,108 0,065 0,129
P1 P1 P1 P1 P1 P1
Mann-whitney test vs vs vs vs vs vs
P2 P3 P4 P5 P6 P7
P value 0,6573 0,0545 0,0286 0,0286 0,0286 0,0286
Are medians signif. different?
ns ns Yes Yes Yes Yes
(P < 0.05)
Two- Two- Two- Two- Two- Two-
One- or two-tailed P value?
tailed tailed tailed tailed tailed tailed
Universitas Tarumanagara 43
Lampiran Uji Statistik-2. Kadar GSH Hati dan Darah
1. Nilai Rerata & Uji Mann-Whitney untuk Perbedaan Kadar GSH hati
Col. Stats P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7
Mean 1,767 1,869 1,994 2,168 2,557 3,003 3,216
Std. Deviation 0,084 0,015 0,083 0,269 0,245 0,168 0,527
Std. Error 0,042 0,007 0,042 0,135 0,122 0,084 0,263
P1 P1 P1 P1 P1 P1
Mann-whitney test vs vs vs vs vs vs
P2 P3 P4 P5 P6 P7
P value 0,0796 0,0294 0,0294 0,0294 0,0294 0,0294
Are medians signif. different?
Ns Yes Yes Yes Yes Yes
(P < 0.05)
Two- Two- Two- Two- Two- Two-
One- or two-tailed P value?
tailed tailed tailed tailed tailed tailed
2. Nilai Rerata & Uji Mann-Whitney untuk Perbedaan Kadar GSH Darah
Col. Stats P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7
Mean 1,452 1,710 1,855 2,040 2,273 2,801 3,094
Std.
0,100 0,098 0,023 0,081 0,115 0,071 0,090
Deviation
Std. Error 0,050 0,049 0,012 0,041 0,058 0,035 0,045
P1 P1 P1 P1 P1 P1
Mann-whitney test vs vs vs vs vs vs
P2 P3 P4 P5 P6 P7
P value 0,0286 0,0286 0,0286 0,0286 0,0286 0,0286
Are medians signif. different?
Yes Yes Yes Yes Yes Yes
(P < 0.05)
Two- Two- Two- Two- Two- Two-
One- or two-tailed P value?
tailed tailed tailed tailed tailed tailed
Universitas Tarumanagara 44
Lampiran Uji Statistik-3. Korelasi antara Tekanan O2 arteri dan Kadar
GSH Hati
2. Grafik Regresi Linear antara Tekanan O2 arteri dan Kadar GSH Hati
4.0
3.5
y = - 0.0289x + 4.372
Kadar GSH Hati (g/mL)
2.5
2.0
1.5
1.0
0.5
0.0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120
PaO2 arteri (mmHg)
Universitas Tarumanagara 45
3. Uji Regresi Linear antara Tekanan O2 arteri dan Kadar GSH Hati
A
Linear reg.
Kadar GSH Hati (ug/mL)
Y
1 Best-fit values
2 Slope -0.02892 ± 0.005492
3 Y-intercept when X=0.0 4.372 ± 0.3915
4 X-intercept when Y=0.0 151,1
5 1/slope -34,57
6 95% Confidence Intervals
7 Slope -0.04304 to -0.01481
8 Y-intercept when X=0.0 3.365 to 5.378
9 X-intercept when Y=0.0 123.5 to 230.0
10 Goodness of Fit
11 r² 0,8473
12 Sy.x 0,2439
13 Is slope significantly non-zero?
14 F 27,74
15 DFn, DFd 1.000, 5.000
16 P value 0,0033
17 Deviation from zero? Significant
18 Data
19 Number of X values 7
20 Maximum number of Y replicates 1
21 Total number of values 7
22 Number of missing values 0
4. Uji Korelasi Pearson antara Tekanan O2 arteri dan Kadar GSH Hati
A
Correlation
Kadar GSH Hati (ug/mL)
Y
1 Number of XY Pairs 7
2 Pearson r -0,9205
3 95% confidence interval -0.9884 to -0.5455
4 P value (two-tailed) 0,0033
5 P value summary **
6 Is the correlation significant? (alpha=0.05) Yes
7 R squared 0,8473
Universitas Tarumanagara 46
Lampiran uji statistik-4. Korelasi antara Tekanan O2 arteri dan Kadar GSH
Darah
2. Grafik Regresi Linear antara Tekanan O2 arteri dan Kadar GSH Darah
4.0
y = - 0.0304x + 4.284
3.5 r2 = 0,8678
Kadar GSH Darah (g/mL)
3.0
2.5
2.0
1.5
1.0
0.5
0.0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120
PaO2 arteri (mmHg)
Universitas Tarumanagara 47
3. Uji Regresi Linear antara Tekanan O2 arteri dan Kadar GSH Darah
A
Linear reg.
Kadar GSH Darah (ug/mL)
Y
1 Best-fit values
2 Slope -0.03043 ± 0.005312
3 Y-intercept when X=0.0 4.284 ± 0.3787
4 X-intercept when Y=0.0 140,8
5 1/slope -32,86
6 95% Confidence Intervals
7 Slope -0.04409 to -0.01678
8 Y-intercept when X=0.0 3.310 to 5.257
9 X-intercept when Y=0.0 117.7 to 199.8
10 Goodness of Fit
11 r² 0,8678
12 Sy.x 0,2359
13 Is slope significantly non-zero?
14 F 32,83
15 DFn, DFd 1.000, 5.000
16 P value 0,0023
17 Deviation from zero? Significant
18 Data
19 Number of X values 7
20 Maximum number of Y replicates 1
21 Total number of values 7
22 Number of missing values 0
4. Uji Korelasi Pearson antara Tekanan O2 arteri dan Kadar GSH Darah
A
Correlation
Kadar GSH Darah (ug/mL)
Y
1 Number of XY Pairs 7
2 Pearson r -0,9316
3 95% confidence interval -0.9901 to -0.5979
4 P value (two-tailed) 0,0023
5 P value summary **
6 Is the correlation significant? (alpha=0.05) Yes
7 R squared 0,8678
Universitas Tarumanagara 48
Lampiran uji statistik-5. Korelasi antara Kadar GSH Darah dan Kadar GSH
Hati
2. Grafik Regresi Linear antara Kadar GSH Darah dan Kadar GSH Hati
4.0
y = 0.9539x + 0.2929
r2 = 0.9835
3.5
Kadar GSH Hati (g/mL)
3.0
2.5
2.0
1.5
1.0
0.5
0.0
0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 4.0
Kadar GSH Darah (g/mL)
Universitas Tarumanagara 49
3. Uji Regresi Linear antara Kadar GSH Darah dan Kadar GSH Hati
A
Linear reg.
Kadar GSH Hati (ug/mL)
Y
1 Best-fit values
2 Slope 0.9539 ± 0.05523
3 Y-intercept when X=0.0 0.2929 ± 0.1239
4 X-intercept when Y=0.0 -0,3071
5 1/slope 1,048
6 95% Confidence Intervals
7 Slope 0.8119 to 1.096
8 Y-intercept when X=0.0 -0.02555 to 0.6114
9 X-intercept when Y=0.0 -0.7501 to 0.02340
10 Goodness of Fit
11 r² 0,9835
12 Sy.x 0,08014
13 Is slope significantly non-zero?
14 F 298,3
15 DFn, DFd 1.000, 5.000
16 P value < 0.0001
17 Deviation from zero? Significant
18 Data
19 Number of X values 7
20 Maximum number of Y replicates 1
21 Total number of values 7
22 Number of missing values 0
4. Uji Korelasi Pearson antara Kadar GSH Darah dan Kadar GSH Hati
A
Correlation
Kadar GSH Hati (ug/mL)
Y
1 Number of XY Pairs 7
2 Pearson r 0,9917
3 95% confidence interval 0.9427 to 0.9988
4 P value (two-tailed) P<0.0001
5 P value summary ***
6 Is the correlation significant? (alpha=0.05) Yes
7 R squared 0,9835
Universitas Tarumanagara 50
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Data Pribadi
1. Nama : Yurike Indah Pratiwi
2. NIM : 405120174
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Tempat, Tanggal Lahir : Palopo, 20 April 1995
5. Agama : Buddha
6. Status : Belum Menikah
7. Pendidikan Terakhir : SMA
8. Alamat : Jl. Boulevard Perumahan Lily B9 Makassar
9. No. Telpon : 087841903835
10. Email : yurikeip@yahoo.com
B. Data Pendidikan
1. 2000 – 2006 : SD Alvent Palopo
2. 2006 – 2009 : SMP Katolik Rajawali Makassar
3. 2009 – 2012 : SMA Katolik Rajawali Makassar
Universitas Tarumanagara 51