Anda di halaman 1dari 3

1.

Mengapa Deoxyhemoglobin memberikan warna biru dan hemoglobin


memberikan warna merah ?

Jawaban :
Darah manusia adalah cairan jaringan tubuh. Fungsi utamanya adalah
mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel – sel di seluruh tubuh. Darah juga
menyuplai tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat – zat sisa metabolisme, dan
mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan mempertahankan
tubuh dari berbagai penyakit. Darah merupakan unsur dalam tubuh manusia yang
memiliki peran dalam mekanisme kerja tubuh. Seluruh organ tubuh dihubungkan oleh
darah melalui pembuluh-pembuluh darah. oleh karena itu, darah dapat menjadi
cerminan keadaan tubuh, baik dalam keadaan sehat maupun sakit.
Darah terdiri dari dua komponen, yakni komponen cair yang disebut plasma dan
komponen padat yaitu sel-sel darah. Sel darah merah merupakan suatu suspensi sel
dan fragmen sitoplasma di dalam cairan yang disebut plasma. Fungsi utama dari darah
adalah mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh. Darah juga
menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa metabolisme, dan
mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan mempertahankan
tubuh dari berbagai penyakit. Masing-masing morfologisel mempunyai ukuran
(diameter). Darah terdiri dari sel darah dan plasma. Dalam sel darah terdiri dari
hemoglobin, eritrosit, 7 hematokrit (PCV), retikulosit, laju endap darah, trombosit,
lekosit dan hitung jenisnya dan hapusan darah tepi.
Darah manusia berwarna merah terang ketika terikat pada oksigen. Warna merah
pada darah disebabkan oleh hemoglobin, protein pernapasan (respiratory protein)
yang mengandung besi dalam bentuk heme, yang merupakan tempat terikatnya
molekul – molekul oksigen. Ketika oksigen dilepas maka warna eritrosit akan
berwarna lebih gelap, dan akan menimbulkan warna kebiru – biruan pada pembuluh
darah dan kulit.
Epstein, FH; Hsia, CCW (1998). "Fungsi Hemoglobin Pernapasan". Jurnal Kedokteran New England . 338 (4):
239–47. doi : 10.1056/NEJM199801223380407
2. Mengapa terjadi fiksasi darah pada lebam mayat ?

Jawaban :
Sirkulasi darah merupakan suatu proses kontinu pada individu hidup akibat aksi
pemompaan jantung. Ketika seseorang mati, sirkulasi terhenti sehingga darah mulai
bergerak menuju ke tempat yang lebih rendah karena adanya hukum gravitasi. Hal ini
yang menyebabkan warna merah ungu (livide) pada tubuh yang bergantung pada
posisi saat individu mati. Lebam mayat terjadi akibat terkumpulnya darah pada
jaringan kulit dan subkutan disertai pelebaran pembuluh kapiler pada bagian tubuh
yang letaknya rendah atau bagian tubuh yang tergantung. Keadaan ini memberi
gambaran berupa warna ungu kemerahan.
Setelah seseorang meninggal, mayatnya menjadi suatu benda mati sehingga darah
akan berkumpul sesuai dengan hukum gravitasi. Lebam mayat adalah perubahan
warna kulit berupa warna biru kemerahan akibat terkumpulnya darah di dalam vena
kapiler yang dipengaruhi oleh gaya gravitasi di bagian tubuh yang lebih rendah di
sepanjang penghentian sirkulasi. Lebam mayat terbentuk bila terjadi kegagalan
sirkulasi dalam mempertahankan tekanan hidrostatik yang menyebabkan darah
mencapai capillary bed dimana pembuluh-pembuluh darah kecil afferen dan efferen
salung berhubungan. Maka secara bertahap darah yang mengalami stagnansi di dalam
pembuluh vena besar dan cabang-cabangnya akan dipengaruhi gravitasi dan mengalir
ke bawah, ketempat-tempat terendah yang dapat dicapai. Mula-mula darah
mengumpul di vena-vena besar dan kemudian pada cabang-cabangnya sehingga
mengakibatkan perubahan warna kulit menjadi merah kebiruan.

BUKU AJAR KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL (Pedoman Bagi Mahasiswa


Kedokteran) dr.Abdul Gafar Parinduri,M.Ked(For),Sp.F

3. Mengapa lebam mayat lebih cepat terbentuk pada suhu panas ?


4. Mengapa terjadi excessive oksigenasi pada keracunan sianida ?
Sianida bersifat sangat letal karena dapat berdifusi dengan cepat pada jaringan
dan berikatan dengan organ target dalam beberapa detik. Sianida dapat berikatan dan
menginaktifkan beberapa enzim, terutama yang mengandung besi dalam bentuk Ferri
(Fe3+) dan kobalt. Kombinasi kimia yang dihasilkan mengakibatkan hilangnya
integritas struktural dan efektivitas enzim. Sianida dapat menyebabkan terjadinya
hipoksia intraseluler melalui ikatan yang bersifat ireversibel dengan cytochrome
oxidase a3 di dalam mitokondria. Cytochrome oxidase a3 berperan penting dalam
mereduksi oksigen menjadi air melalui proses oksidasi fosforilasi. Ikatan sianida
dengan ion ferri pada cytochrome oxidase a3 akan mengakibatkan terjadinya
hambatan pada enzim terminal dalam rantai respirasi, rantai transport elektron dan
proses osksidasi forforilasi.
Fosforilasi oksidatif merupakan suatu proses dimana oksigen digunakan untuk
produksi adenosine triphosphate (ATP). Gangguan pada proses ini akan berakibat
fatal karenan proses tersebut penting untuk mensintesis ATP dan berlangsungnya
respirasi seluler. Suplai ATP yang rendah ini mengakibatkan mitokondria tidak
mampu untuk mengekstraksi dan menggunakan oksigen, sehingga walaupun kadar
oksigen dalam darah norml tidak mampu digunakan untuk menghasilkan ATP.
Akibatnya adalah terjadi pergeseran dalam metabolisme dalam sel yaitu dari aerob
menjadi anaerob. Penghentian respirasi aerobik juga menyebabkan akumulasi oksigen
dalam vena. Pada kondisi ini, permasalahnya bukan pada pengiriman oksigen tetapi
pada pengeluaran dan pemanfaatan oksigen di tingkat sel. Hasil dari metabolisme
aerob ini berupa penumpukan asam laktat yang pada akhirnya akan menimbulkan
kondisi metabolik asidosis.

Beasley DM, Kaca WI. Keracunan sianida: patofisiologi dan rekomendasi pengobatan. Menduduki Med
(Lond) 1998; 48 :427–431. doi: 10.1093/occmed/48.7.427

Anda mungkin juga menyukai