Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah

Darah adalah cairan di dalam tubuh yang berfungsi untuk mengangkut

oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh. Darah juga mensuplai

jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa metabolisme dan

mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan

mempertahankan tubuh dari serangan penyakit. Darah manusia berwarna merah

disebabkan oleh Hemoglobin (Hb) yang mengangkut protein pernapasan yang

mengandung besi dalam bentuk heme, yang merupakan tempat terikatnya

molekul-molekul oksigen. Darah terdiri dari 2 komponen yang cair disebut

plasma dan komponen padat yaitu sel-sel darah. Sel darah terdiri atas tiga jenis

yaitu eritrosit, leukosit dan trombosit. Eritrosit memiliki fungsi sangat penting

dalam tubuh, yaitu untuk mentransport O2 dan CO 2 antara paru paru dan jaringan

(Gunadi, 2016).

Hemoglobin merupakan suatu metal-protein pengangkut oksigen yang

mengandung besi dalam sel dalam darah manusia dan hewan. Molekul

hemoglobin terdiri dari globin, protein dan empat gugus heme, suatu molekul

organik dengan satu atom besi mempunyai dua fungsi pengangkutan penting

dalam tubuh manusia, yaitu pengangkutan oksigen ke jaringan dan pengangkutan


karbondioksida dan proton dari jaringan perifer ke organisasi respirasi (Rodwel

VW, 2010).

Faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin pada seseorang adalah

makanan, usia, jenis kelamin, suhu, udara, aktivitas, merokok, dan penyakit yang

menyertainya seperti anemia, leukemia, tuberkulosis. Komponen gizi yang

terdapat di dalam makanan untuk menyusun terbentuknya hemoglobin yaitu zat

Fe (zat besi) dan protein. Seseorang yang memiliki jenis kelamin perempuan

rentan mudah mengalami Hb rendah daripada laki laki. Nilai batas normal kadar

Hb menurut World Health Organization, 2001 yaitu untuk anak-anak yang

berumur 5-11 tahun <11,5 g/dL, umur 12-14 tahun < 12,0 g/dL. Sedangkan untuk

dewasa untuk perempuan >12,0 g/dL, untuk laki-laki > 13,0 g/dl (Oenzil F, 2014).

Salah satu faktor yang menyebabkan kadar Hb darah seseorang berbeda

adalah letak geografisnya. Semisal orang yang berada di dataran tinggi umumnya

memiliki kadar Hb tinggi karena rendahnya kadar oksigen yang berada di dataran

tinggi sehingga hal ini menyebabkan sel darah merah yang kegunaannya untuk

menghasilkan Hb lebih banyak agar dapat mendukung kebutuhan kapasitas

oksigen dalam darah. Berada di dataran tinggi akan menyebabkan hipoksia

tekanan yang dihasilkan dari tekanan parsial oksigen yang berkurang dan tubuh

akan merespon dengan proses aklimitasi. Dengan adanya tekanan aklimitasi maka

tubuh akan mengalami kekurangan oksigen sehingga menyebabkan terjadinya

suatu peningkatan kadar Hb untuk beradaptasi dengan keadaan rendah oksigen

(Munazir A. 2019).
Hipoksia pada ketinggian yang kronis menyebabkan peningkatan jumlah

sel darah merah dan kosentrasi Hb. Namun efek dari hipoksia inter maiten jangka

panjang belum sepenuhnya diketahui. Sesuai penelitian (Akunov A. 2018) kadar

Hb akan meningkat secara signifikan 0,068 g/dl setiap tahun akibat tinggal pada

daerah yang tinggi sehingga disimpulkan hubungan yang linier antara kadar Hb

dengan paparan tahunan hipoksia. Pada penelitian ini juga disebutkan hubungan

yang lemah antara kadar Hb dengan ukuran tinggi badan dan berat badan (Akunov

A, 2018).

Selain menyebabkan hipoksia, penurunan kadar Hb akan menyebabkan

anemia. Anemia adalah suatu kondisi dimana jumlah Hb dalam sel darah merah

mengalami penurunan, hal ini terjadi ketika kadar Hb yang disebabkan

kekurangan zat besi dan vitamin B12 dan faktor-faktor lainya. Penelitian yang di

rendah) dengan jumlah responden masing-masing 30 orang diketahui bahwa

perbedaan Hb yang signifikan dimiliki masyarakat yang bertempat tinggal di

dataran tinggi dan dataran rendah. Dalam penelitian ini, juga diketahui bahwa

populasi di dataran rendah memiliki kecenderungan anemia 70 % dan di dataran

tinggi sebanyak 13,3 % (Rosidah R. 2015).

Aktifitas fisik yang dilakukan oleh manusia akan berpengaruh terhadap

kenaikan atau penurunan kadar Hb dalam darah. Aktifitas yang berat seperti

dalam bidang pertanian bisa mempengaruhi faktor Hb seseorang karena terjadi

perubahan volume plasma, perubahan pH, dan hemolisis intravaskuler. Saat

melakukan aktifitas fisik seperti bekerja berat akan terjadi suatu peningkatan

aktifitas metabolik yang tinggi, asam yang di produksi berupa ion hidrogen dan
asam laktat bertambah semakin banyak, hal ini akan menyebabkan terjadinya

penurunan pH darah. Afinitas antara oksigen dengan hemoglobin akan terjadi

penurunan jika pH darah terjadi penurunan (Oenzil F, 2014).

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai gambaran profil hematologi pada petani yang berada di dataran tinggi

dan yang berada di dataran rendah.

B. Rumusan masalah :

Apakah terdapat perbedaan profil hematologi pada petani dan yang

tinggal di dataran tinggi dan dataran rendah eks Karesidenan Surakarta ?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui adanya perbedaan profil hematologi pada

petani yang berada di dataran tinggi dan dataran rendah eks

Karesidenan Surakarta.

D. Manfaat penalitian

1. Bagi institusi pendidikan

Sebagai sumber informasi untuk mengetahui perbedaan profil

hematologi pada petani yang tinggal di dataran tinggi dengan petani yang

tinggal di dataran rendah eks karesidenan Surakarta, sehingga dapat di

manfaatkan sebagai bahan perpustakaan dalam pengembangan ilmu

pengetahuan.
2. Bagi Peneliti

Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan

informasi kepada peneliti tentang perbedaan profil hematologi pada

petani yang berada di dataran tinngi dan di dataran rendah di eks

karesidenan Surakarta.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Darah

1.1 Pengertian darah

Darah merupakan kumpulan dari cairan sel-sel dan partikel yang

menyerupai sel, yang mengalir dalam arteri, kapiler, dan vena yang

mengirimkan oksigen dan za-zat gizi ke jaringan dan membawa

karbondioksida dan hasil lainnya (Kusumawardani, 2010).

Darah merupakan komponen esensisal mahluk hidup, mulai dari

binatang sampai manusia. Dalam keadaan fisiologik, darah selalu berada

dalam pembuluh darah sehingga dapat menjalankan fungsinya sebagai :

pembawa oksigen, mekanisme pertahanan tubuh terhadap infeksi dan

mekanisme hemostasis (Made I. 2015).

Setiap orang rata-rata mempunyai 70 mL darah setiap kilogram berat badan,

atau kira-kira 3,5 L untuk orang dengan berat badan 50 kg. sebanyak 50-

60% darah terdiri atas cairan, sisanya berupa sel-sel darah. Komponen

cairan darah disebut plasma, yang mengandung 90% air, dan 10% sisanya

adalah bahan-bahan yang terlarut, misalnya ion-ion, glukosa, asam amino,


hormon, dan berbagai macam protein. Serum pada dasarnya sama dengan

plasma, tetapi tidak mengandung fibrinogen (yang merupakan faktor

koagulasi/pembekuan darah). Sel-sel darah terdiri dari eritrosit (sel darah

merah), leukosit (sel darah putih) yang terdiri dari beberapa jenis, dan

trombosit (platelet) (Kiswari. 2014).

1.2 Komposisi darah

Darah merupakan jaringan yang berbentuk cair, terdiri dari dua

bagian besar yaitu plasma yang merupakan bagian cairan dan bagian

korpuskuli yakni benda-benda darah yang terdiri leukosit, eritrosit, dan

trombosit (Hoffbrand, 2013). Plasma atau cairan darah berwarna kekuning-

kuningan yang 90% nya terdiri dari air dan sisanya adalah zat-zat yang larut

di dalamnya. Plasma berfungsi mengatur keseimbangan asam basa darah

untuk menghindari kerusakan jaringan (D’Hiru, 2013). Darah terdiri dari

dua bagian penting yaitu:

1.) Plasma darah

Plasma darah termasuk dalam kesatuan cairan ekstraseluler dengan

volumenya kira-kira 5% dari berat badan. Plasma merupakan bagian

darah yang encer tanpa sel-sel darah. Plasma darah terdiri dari atas air

91% bahan organic dan anorganik 9%.

2.) Sel darah

Sel darah terdiri dari tiga jenis antara lain :

a) Sel darah merah


Sel darah merah merupakan salah satu unsur yang di bentuk dalam

darah, pada manusia bentuk matur eritrosit normal adalah cakram

bikonkaf yang berwana kemerahan, tidak berinti, tetapi mengandung

beberapa organel dalam sitoplasmanya. Eritrosit merupakan sel

terbanyak dalam darah, umur eritrosit kira-kira 120 hari, sehingga

setiap 1% dari jumlah eritrosit mati dan digantikan dengan eritrosit

yang baru. Eritosit mengandung hemoglobin, yang berfungsi sebagai

pengangkut oksigen. Fungsi utama eritrosit adalah pertukaran gas.

Eritrosit membawa oksigen dari paru menuju jaringan tubuh dan

membawa karbondioksida dari jaringan tubuh ke paru

(Mengko,2013).

b) Sel darah putih

Sel darah putih merupakan korpuskulus darah tidak berwarna yang

mampu melakukan gerak amuboid yang berfungsi untuk melindungi

tubuh terhadap organisme yang menyebabkan penyakit dan dapat

diklasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu granular dan agranular

(Kiswari. 2014)

c) Keping darah / Trombosit

Trombosit merupakan partikel-partikel kecil yang di bentuk dari

pecahan sitoplasma megakarosit di sumsum tulang. Sel ini berfungsi

dalam respon hemostasis primer, dengan membentuk sumbat

trombosit pada lokasi luka kecil pembuluh darah. Apabila teraktifkan,


trombosit mengubah fosfolipid di permukaanya untuk dapat

berinteraksi dengan factor koagulasi sehingga mencetuskan

pembekuan darah pada lokasi luka jaringan. Trombosit hidup sekitar

10 hari (Bain, 2015).

1.3 Fungsi darah

Menurut Nair & Plate (2015) fungsi darah secara umum terdapat

tiga kategori, yaitu :

a. Transportasi

Eritrosit di dalam darah mengakut O2 dari paru-paru ke jaringan

tubuh dan membuang produk sisa metabolisme seluler dari jaringan

tubuh ke ginjal, hati, paru, dan kelenjar keringat untuk di keluarkan

dari tubuh. Darah juga mengangkut nutrient, hormon faktor

pembekuan, dan enzim melalui darah untuk mempertahankan

hemostasis.

b. Pengaturan

Darah mengatur pembekuan darah untuk menghentikan

perdarahan, suhu tubuh dengan meningkatkan atau menurunkan aliran

darah ke kulit untuk dilakukan pertukaran panas, dan keseimbangan

asam basa untuk mempertahankan pH darah dalam rentang normal

(7,35-7,45). Darah juga mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit

melalui fungsi ginjal.


c. Perlindungan

Darah melindungi tubuh dari bakteri dan virus (patogen) dengan

beberapa cara. Beberapa leukosit, misalnya neutrophil, menelan dan

merusak patogen ketika limfosit menghasil dan mensekresikan

antibodi ke dalam darah. Antibodi dalam darah penting dalam respon

inflamasi dan respon imun. Respon ini mencegah untuk kehilangan

darah, tanpa mengetahui apakah individu akan mengalami perdarahan

sehingga mengalami kematian. Pembekuan darah melibatkan

trombosit, fibrinogen protein plasma dan faktor pembekuan darah.

1.4 Hematopoesis

Hematopoesis merupakan proses pembentukan dan perkembangan

sel darah. Tempat utama terjadinya hematopoesis berada di yolk sac

(kantung kuning telur) kejadian ini terjadi pada minggu pertama gestasi.

Sejak usia enam minggu sampai bulan ke 6-7 masa janin, hati dan limpa

merupakan organ utama yang berperan dalam memproduksi sel darah

sampai sekitar 2 minggu setelah lahir. Sumsum tulang adalah tempat

yang paling penting dalam usia janin 6-7 bulan kehidupan janin dan

merupakan satu-satunya sumber sel darah baru selama masa anak dan

dewasa yang normal. Sel-sel yang sedang berkembang terletak diluar

sinus sumsum tulang dan sel yang matang di lepaskan ke dalam rongga

sinus. Proses ini terjadi pada masa prenatal (dalam kandungan) dan post

natal (setelah kelahiran) (Sulistyo, 2014).


2. Hemoglobin

2.1 Pengertian Hemoglobin

Hemoglobin adalah suatu senyawa dengan Fe yang dinamakan conjugated

protein, sebagai intinya dan dengan rangka protoperphyrin dan globin

yang menyebabkan warna merah karena Fe ini. Hb berikatan dengan

karbondioksida menjadi karboxy hemoglobin dan warnanya merah tua.

Darah arteri berisi oksigen dan darah vena berisi karbondioksida

(Widayanti, 2010).

Hemoglobin yaitu pigmen merah dan dapat menyerap cahaya maksimum

pada panjang gelombang 540 nm. Jika sel darah merah dalam kosentrasi

tertentu mengalami lisis terjadi pembebasan Hb yang dapat diukur secara

spektrofotometris pada panjang gelombang 540 nm yang kosentrasinya

setara dengan densitas optis (Sacher, 2012).

Hemoglobin merupakan suatu protein yang kaya zat besi, memiliki afinitas

(daya gabung) terhadap O2 dan dengan O2 itu akan membentuk oksigen

Hb di dalam sel darah merah. Melalui fungsi ini oksigen dibawa dari paru-

paru ke jaringan seluruh tubuh (Pearce,2013).

2.2 Struktur Hemoglobin

Struktur Hb terdiri satu golongan heme dan globin yang terdiri dari 4

rantai polipeptida. Rantai polipeptida terdiri dari dua rantai α dan dua rantai β

dengan masing-masing rantai berikatan dengan satu grupe heme. Polipeptida


terdiri dari asam amino yang terikat menjadi rantai dengan urutan tertentu.

Sintetis Hb telah dimulai dalam tahap eritoblas dan terus berlangsung sampai

tingkat normoblas, kemudian dilanjutkan di dalam retikulosit meninggalkan

sumsum tulang dan masuk ke dalam aliran darah, maka retikulosit tetap

membentuk sedikit Hb selama beberapa hari berikutnya (Kosasih,2008).

2.3 Kadar Hemoglobin

Kadar Hemoglobin adalah ukuran pigmen respiratorik dalam butiran-

butiran darah merah. Jumlah Hb dalam darah normal adalah 15 gram setiap

100 ml darah dan jumlah ini disebut 100 % (Pearce, 2013). Batas normal

hemoglobin seseorang sulit ditentukan karena kadar hemoglobin bervariasi di

antara setiap suku bangsa. Namun WHO telah menetapkan batas kadar

hemoglobin normal berdasarkan umur dan jenis kelamin (Arisman, 2010).


Tabel 1. Kadar Hemoglobin normal

Kelompok Kadar Hb (g/dl)


Laki-laki dewasa 14,00-18,00

Wanita dewasa 12,00-16,00

Anak-anak 11,00-14,00

Bayi 16,00-25,00

2.4 Faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kadar Hb menurut Kiswari (2014)

adalah :

a) Aktifitas fisik

Aktifitas fisik sehari-hari dapat mempengaruhi kadar Hb, pada individu

yang melakukan latihan fisik secara rutin kadar Hbnya akan naik,

sedangkan akan di dapatkan menurun pada orang dengan aktivitas fisik

intinsitas berat yang dilakukan secara terus menerus seperti yang telah di

lakukan oleh para pekerja berat.

b) Usia dan jenis kelamin

Semakin tua usia seseorang, maka semakin berkurang kadar Hbnya.

Kemampuan produksi eritrosit mulai menurun, sehingga Hb akan

mengalami penurunan jumlahnya. Pada umumnya, pria mempunyai kadar

Hb yang lebih tinggi dari pada wanita. Hal ini di karenakan pengaruh

kandungan hormone pada pria dan wanita berbeda. Kadar Hb pada wanita
lebih rendah karena faktor aktivitasnya yang lebih sedikit dibandingkan

dengan aktivitas pada pria, selain wanita mengalami menstruasi.

c) Orang yang berada di dataran tinggi

Orang yang tinggal di dataran tinggi mengakibatkan respon penyesuaian

diri untuk menurunkan tekanan darah parsial O2 dalam darah. Hal ini

terlihat nyata pada ketinggian di atas 1000 m, kadar Hb seseorang akan

meningkat berangsur-angsur pada ketinggian yang semakin tinggi.

d) Gizi

Gizi merupakan faktor makanan yang dimakan oleh sesorang, gizi bisa

mempengaruhi kadar Hb naik atau turun bisa dilihat dari pola makannya.

Jika sesorang memakan makanan yang bergizi baik maka sesorang

tersebut akan bergizi baik, sebaliknya jika seseorang mempunyai pola

makan buruk maka kadar Hb pda sesorang tersebut akan buruk karena

asupan gizi kedalam tubuh tidak baik (Jamil, 2015).

e) Infeksi parasit

Infeksi parasite seperti plasmodium falciparum menyebabkan kadar Hb

rendah dengan pecahnya eritrosit dan tertekannya produksi eritrosit

(Zulaekah, 2007).

f) Penyakit

Berbagai status penyakit dapat mempengaruhu kadar Hb. Kadar Hb

rendah timbul pada infeksi kronik dan peradangan. Status penyakit kronik

ini meliputi HIN-AIDS, hemoglobinuphaties, dan infeksi karena cacing

seperti Triciuriasis, schistosomiasis, dan Ascaris (Jamil, 2015).


g) Peningkatan Kadar

 Polisitemia

 Dehidrasi

 Daerah dataran tinggi

 Luka bakar

 Penyakit paru-paru (Handayani W. 2013)

h) Penurunan kadar

 Anemia

 Perdarahan hebat

 Menstruasi

 Penyakit ginjal

 Talesemia mayor

 Sirosis hati (Hariwibiwo. 2013).

2.5 Metode pemeriksaan hemoglobin

Dalam pemeriksaan Hb dapat dilakukan dengan berbagai metode, yaitu :

1) Metode Cu Sulfat

Metode ini adalah tes kualitatif berdasarkan berat jenis. Metode ini

digunakan untuk penetapan kadar Hb, terkait untuk mendapatkan donor


yang cocok dan sehat. Prinsip dari metode ini adalah darah donor turun ke

dalam larutan kupri sulfat (Cu Sulfat). Jika Hb sama dengan atau lebih

dari 12,5 g/dL, maka darah akan tenggelam dalam waktu 15 detik, yang

berarti donor dapat diterima (Kiswari,2014). Berat jenis dari larutan Cu

sulfat adalah 1.053 (Depkes RI, diacu dalam Asih 2017).

2) Metode Sahli

Metode sahli merupakan salah satu cara penetapan Hb secara

visual. Prinsip metode ini adalah darah di encerkan dengan larutan asam

klorida (HCL) sehingga Hb berubah menjadi asam hematin. Untuk

menentukan kadar Hb, darah dilakukan pengenceran dengan campuran

aquades sampai warnanya sama dengan warna standar (Kiswari,2014).

3) Metode CyanmetHb

Metode CyanmetHb memiliki keuntungan, yaitu kenyamanan dan

standard, dimana larutan mudah di dapat dan cukup stabil. Prinsip pada

metode ini adalah darah diencerkan dalam larutan kalium sianida.

Absorbansi larutan diukur dalam spektrofotometer pada panjang

gelombang 540 nm dan di bandingkan dengan larutan standard

hemoglobin sianida (HiCN). Metode ini sangat baik untuk pemeriksaan

laboratorium dan sangat di anjurkan untuk penetapan kadar Hb karena

hasilnya teliti dan menggunakan standar Hb yang bersifat stabil

(Gandasoebrata, 2010).

4) Metode POCT strip test


Metode POCT strip test Hb terdapat dua prinsip dan teknologi

yang dapat digunakan pada metode ini, yaitu Amperometic detection

merupakan metode deteksi yang menggunakan pengukuran arus listrik

yang di hasilkan pada sebuah reaksi elektrokimia. Prinsipnya ketika darah

di teteskan dalam strip, akan terjadi reaksi antara bahan kimia yang ada di

dalam darah dengan reagen yang ada di dalam strip. Reaksi ini akan

meghasilkan arus listrik yang besarnya setara dengan kadar bahan kimia

yang berada di dalam darah (Widagdho 2013, diacu dalam Firgiansah

2016).

Reflence (pemantulan) merupakan rasio antara jumlah total radiasi

(seperti cahaya) yang di pantulkan oleh sebuah permukaan dengan jumlah

total radiasi yang di berikan pada permukaan tersebut. Prinsip ini di

gunakan pada sebuah instrument POCT dengan membaca warna yang

terbentuk dari sebuah reaksi antara sampel yang mengandung bahan kimia

tertentu dengan reagen yang ada pada tes strip (Dameuli et al., 2018).

Reagen yang terdapat pada stirp tes akan menghasilkan warna dengan

intensitas tertentu yang berbanding lurus dengan kadar bahan kimia yang

terdapat di dalam sampel. Selanjutnya warna yang terbentuk dibaca oleh

alat dari arah bawah strip. Untuk menjaga kualitas hasil pada alat POCT

maka dapat dilakukan kalibrasi setiap 6 bulan sekali sesuai dengan

petunjuk yang di berikan, tergantung dari pabrik pembuatan (Kahar,2010)

5) Metode Cyanide-free (Hematologi Analyzer)


Prinsip dalam metode pemeriksaan ini adalah reagen pelisis Hb

melisiskan eritrosit dan merubah Hb yang dibebaskan melalui proses

kimia bebas sianida. Absorban diukur pada panjang gelombang 555 nm.

Absorban berbanding lurus dengan kosentrasi sampel (Abbot 2006, di acu

dalam asih 2017).

3. Eritrosit

3.1 Pengertian Eritrosit

Eritrosit di bentuk pertama kali di sumsum tulang yaitu dengan

nama pronormoblas. Pronormoblas adalah sel besar dengan sitoplasma

biru tua, memiliki inti dan nucleoli, serta kromatin yang sedikit

menggumpal. Pronormoblas menyebabkan terbentuknya suatu rangkaian

normoblas yang makin kecil melalui sejumlah pembelahan sel. Normoblas

mengandung Hb (berwarna merah muda) di dalam sitoplasma berwarna

biru pucat bersama dengan hilangya ribonucleid acid (RNA) dan

apparatus yang mensintetis protein dan kromatin inti yang semakin padat.

Inti keluar dari normoblas di lanjutkan ke sumsum tulang dan

menghasilkan stadium retikulosit (mengandung sedikit RNA ribosom)

serta mampu untuk mensintetis hemoglobin. Sel tersebut berukuran lebih

besar dari sel darah merah matur, berada di dalam sumsum tulang dan

beredar di darah tepi selama 1-2 hari serta di dalam limpa pada saat RNA

hilang seluruhnya, satu pronormoblas dapat menghasilkan 16 eritrosit

matur (Hoffbrand & Moss, 2018).


Eritrosit atau sel darah merah adalah elemen yang paling banyak

terbentuk dalam darah. Jumlah eritrosit dalam tubuh bervariasi sesuai jenis

kelamin dan usia pasien, tetapi ada sekitar 4,2 – 6,25 juta sel dalam satu

mililiter darah. Diameter sel darah merah normal adalah 6-8 um. Eritrosit

melakukan perannya dalam pembuluh darah dan tidak masuk jaringgan

dalam keadaan normal. Eritrosit bersikulasi tidak memiliki inti dan

berbentuk bikonkaf. Setiap sel darah memiliki masa hidup sekitar 120 hari

(Lieseke & Zeibig, 2017).

Fungsi utama sel darah merah adalah membawa oksigen dari paru-

paru ke seluruh tubuh, dan membawa karbondioksida dari jaringgan tubuh

ke paru-paru melalui hemoglobin. Penurunan eritrosit dapat terjadi pada

pasien leukimia, talasemia, hemolisis, lupus eritromatosus sistemik, dan

penurunan fungsi ginjal. Masa hidup sel darah merah pada pasien (Lieseke

& Zeibig, 2017).

Macam macam pemeriksaan eritrosit :

1) Metode manual (hemositometer)

Hitung sel darah merah secara manual dilakukan dengan

mengencerkan darah menggunakan larutan hayem dalam pipet

eritrosit, kemudian dimasukan ke dalam kamar hitung

(hemositometer). Jumlah eritrosit dihitung dalam volume

tertentu dengan menggunakan faktir konversi, dengan demikian

jumlah eritrosit permikroliter darah dapat dihitung, perhitungan


sel manual ini dapat digunakan ketika suatu sistem perhitungan

sel otomatis tidak berfungsi atau dalam situasi hitung sel terlalu

rendah untuk diukur. Kelemahan dari metode ini adalah

ketelitian untuk orang yang cermat dan telah mahir adalah 15

% sedangkan orang ceroboh yang tidak berpengalaman dapat

membuat kesalahan yang lebih besar (Gandasoebrata,2010).

2) Metode otomatis (flowcytometry)

Metode ini menggunakan prinsip flowcytometry untuk analisis

jenis-jenis sel eritrosit yang terdapat pada suatu populasi sel.

Sel eritrosit dilabel flowcytometry, dilewatkan celah sempit,

dilewatkan celah sempit, dan di pancarkan dalam sinar,

kelebihan dari metode ini hasil dibaca secara otomatis dan

langsung dapat di ketahui secara tepat namun harganya lebih

mahal (Ayuningtyas, 2018).

4. Hematokrit

4.1 Pengertian Hematokrit

Hematokrit merupakan pemeriksaan tidak langsung yang

memberikan informasi penting tentang kosentrasi sel darah merah pada

sirkulasi darah. Nilai Ht dari sampel dapat di artikan sebagai perbandingan

antara volume eritrosit dengan volume darah secara keseluruhan. Nilai

rujukan dari Ht adalah 42-52% pada laki-laki dan 37-47% pada wanita.
Ruangan yang di gunakan oleh sel darah merah bergantung pada ukuran

sel dan jumlah total sel yang ada. Jika terdapat sel darah merah yang

cukup dengan kosentrasi Hb normal dalam spesimen, Ht akan berada pada

kisaran yang normal. Namun, apabila sel darah merah berukuran kecil

dengan Hb yang kurang atau jumlah sel darah merah menurun, nilai Ht

akan di bawah nilai rujukan (Lieske & Zeibig, 2017).

Nilai hematokrit yang abnormal mengindikasikan kondisi patologis

yang sama dengan nilai eritrosit dan Hb yang abnormal. Peningkatan nilai

Ht terjadi pada eritrositosis, penyakit jantung kogenital, penyakit paru,

polisitemiavera, dan dehidrasi. Penurunan Ht terjadi pada anemia,

hemoglobinopati, sirosis, anemia hemolitik, hemoragik, kehamilan,

leukimia, penyakit ginjal (Kiswari.2014).

4.2 Metode pemeriksaan

Macam-macam metode:

1) Pemeriksaan secara konvensional

Pemeriksaan Ht dapat dilakukan dengan cara makro atau mikro.

Prinsip dari pemeriksaan tersebut adalah darah di campur dengan

antikoagulan tertentu kemudian di sentrifuge pada kecepatan dan

waktu tertentu, perbandingan volume eritrosit terhadap volume

spesimen darah dinyatakan dalam persen (%). Kekurangan dari metode

makro adalah waktu yang diperlukan untuk sentrifugasi relative lama

yaitu rata-rata 30 menit dan sampel darah yang di gunakan terlalu

banyak (Gandasoebrata, 2010).


2) Pemeriksaan cara otomatis

Prinsip menggunakan metode Full optic dengan flowcytometry

merupakan suatu teknik yang di gunakan untuk menganalisis jenis sel

yang terdapat pada suatu populasi sel. Analisis sel menggunakan

sebaran cahaya yang di tandai dengan hasil berupa warna yang

berbeda. Kelebihan dari metode ini hasil dibaca secara otomatis dan

dapat di ketahui secara cepat, namun kekurangan dari alat ini adalah

harganya yang mahal dan cara perawatanyya harus bagus

(Ayuningtyas,2018).

5. Petani

5.1 Pengertian

Petani dapat didefinisikan sebagai pekerjaan pemanfaatan sumber

daya hayati yang dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan,

bahan baku industri, atau sumber energy, serta untuk mengelola

lingkungan hidupnya guna memenuhi kebutuhan hidup dengan

menggunakan peralatan yang bersifat tradisional maupun modern. Secara

umum pengertian dari pertanian adalah suatu pekerjaan untuk bercocok

tanam, peternakan, perikanan dan juga kehutanan. Petani dalam hal yang

luas mencakup semua usaha kegiatan yang melibatkan pemanfaatan

mahluk hidup (termasuk tanaman, hewan, dan mikroba) untuk kepentingan

manusia (Hutabarat H. 2013).


Petani mempunyai aktivitas fisik yang sangat berat, aktifitas fisik

yang dilakukan petani seperti mencangkul, bercocok tanam, menebarkan

peptisida, serta terpapar oleh sinar matahari setiap siang sehingga dapat

menurunkan kadar Hb dalam darah (Munazir A, 2019).

Penyakit yang bisa menyerang petani seperti penyakit anemia

karena faktor kelelahan menyebabkan penyakit tersebut karena

kekurangan darah dan infeksi dari cacing, Infeksi ini termasuk keadalam

infeksi karena parasit pada petani yang jarang memakai alat perlindungan

diri saat bekerja, bisa menyababkan kemasukan parasit melalui kaki atau

kuku yang tidak di lindungi dan terpapar oleh peptisida yang bisa

menyebabkan ganguan pernafasan serta mempengaruhi kadar dalam darah,

karena paptisida bersifat racun bisa mempengaruhi kadar darah dalam

tubuh manusia (Wijaya, HN. 2016)

6. Dataran tinggi dan dataran rendah

Dataran tinggi merupakan suatu dataran yang terletak pada

ketinggian diatas 200m dpl. Dataran tinggi memiliki suhu rata-rata diatas

23-280C dan beriklim lembab contoh dataran tinggi yaitu, lereng gunung,

gunung, dataran tinggi Dieng. Sedangkan dataran rendah dalah hamparan

luas tanah dengan tingkatan ketinggian yang diukkur dari permukaan laut

adalah sampai dengan 200 mdpl. Istilah ini diterapkan pada kawasan

manapun dengan hamparan yang luas dan relative datar. Di dataran rendah
suhu pada siang hari bisa mecapai 35 0C dan pada keadaan malam hari bisa

mencapai 240C (Jamil, 2015).

7. Pengaruh tinggi rendah dataran dengan profil hematologi

Salah satu faktor yang menyebabkan kadar Hb darah seseorang

berbeda adalah letak geografisnya. Semisal orang yang berada didataran

tinggi umumnya memiliki kadar Hb tinggi karena rendahnya kadar

oksigen yang berada di dataran tinggi sehingga hal ini menyebabkan sel

darah merah yang kegunaannya untuk menghasilkan Hb lebih banyak agar

dapat mendukung kebutuhan kapasitas oksigen dalam darah. Berada di

dataran tinggi akan menyebabkan hipoksia tekanan yang dihasilkan dari

tekanan parsial oksigen yang berkurang dan tubuh akan merespon dengan

proses aklimitasi. Dengan adanya tekanan aklimitasi maka tubuh akan

mengalami kekurangan oksigen sehingga menyebabkan terjadinya suatu

peningkatan kadar Hb untuk beradaptasi dengan keadaan rendah oksigen

(Munazir A. 2019).

Selain menyebabkan hipoksia, penurunan kadar Hb akan

menyebabkan anemia. Anemia adalah suatu kondisi dimana jumlah Hb

dalam sel darah merah mengalami penurunan, hal ini terjadi ketika kadar

Hb yang disebabkan kekurangan zat besi dan vitamin B12 dan faktor-
faktor lainya. Penelitian yang di rendah) dengan jumlah responden

masing-masing 30 orang diketahui bahwa perbedaan Hb yang signifikan

dimiliki masyarakat yang bertempat tinggal di dataran tinggi dan dataran

rendah. Dalam penelitian ini, juga diketahui bahwa populasi di dataran

rendah memiliki kecenderungan anemia 70 % dan di dataran tinggi

sebanyak 13,3 % (Rosidah R. 2015).

B. Landasan Teori

Darah merupakan kumpulan dari cairan sel-sel dan partikel yang

menyerupai sel, yang mengalir dalam arteri kapiler, dan vena yang

mengirimkan oksigen dan zat-zat gizi jaringan dan membawa karbondioksida

dan hasilnya, setiap orang mempunyai 70 ml atau 3,5 per beratbadan 50 kg. 50-

60% darah berupa cairan dan sisanya sel. Darah mempunyai 2 komponen

utama yaitu plasma darah dan serum darah. Darah mempunyai fungsi yaitu

untuk transportasi, pengaturan, perlindungan, hematopoesis. Komposisi darah

terdiri dari plasma darah, sel darah, sel darah merah, sel darah putih. Didalam

sel darah merah terdapat eritrosit, hemoglobin dan hematokrit.

Hemoglobin merupakan suatu protein yang kaya zat besi, memiliki afinitas

terhadap O2 dan dengan O2 itu akan membentuk oksigen Hb di dalam sel darah

merah. Melalui fungsi ini oksigen dibawa dari paru-paru ke jaringan seluruh

tubuh.faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin adalah aktifitas fisik, usia

dan jenis kelamin, orang yang berada di dataran tinggi, gizi, infeksi parasit,

penyakit kronik. Peningkatan kadar hemoglobin disebabkan dehidrasi,


polisetemia, daerah dataran tinggi, luka bakar, penyakit paru. Sedangkan

penurunan di sebabkan oleh anemia, perdarahan hebat, menstruasi, penyakit

gagal ginjal, sirosis hati.

Eritrosit atau sal darah merah merupakan elemen yng paling banyak

terbentuk dalam darah. Jumlah eritrosit dalam tubuh bervariasi sesuai jenis

kelamin dan usia pasien, tetapi ada sekitar 4,2 – 6,25 juta sel dalam satu

mililiter darah. Diameter sel darah merah normal adalah 6-8 um. Eritrosit

melakukan perannya dalam pembuluh drah dan tidak masuk jaringan dalam

keadaan normal. Eritrosit bersikulasi tidak memiliki inti dan berbentuk

bikonkaf. Setiap sel darah memiliki maa hidup sekitar 120 hari. Fungsi utama

sel darah merah adalah membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh, dan

membawa karbondioksida dan jaringan tubuh ke paru-paru melalui hemoglobin

(Lieseke & Zeibig, 2017).

Hematokrit merupakan kadar sel darah merah dalam darah untuk

menunjukkan jumlah presentase jumlah sel darah merah terhadap volume

darah. Memberi informasi penting tentang konsentrasi sel darah merah pada

sirkulasi darah hematokrit mempunyai nilai normal pada laki-laki 42-52% dan

pada perempuan 37-47% nilai hematokrit yang abnormal mengindikasikan

kondisi patolois yang sama dengan nilai eritrosit dan Hb yang abnormal

(Kisuari, 2014)

Petani dapat di definisikan sebagai pekerja pemanfaatan sumber daya

hayati yang dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan dan bahan
baku industry, petani mempunyai aktivitas fisik yang sangat besar aktifitas

yang di lakukan petani seperti mencangkul, bercocok tanam, dan menebarkan

peptisida. Penyakit yang bisa menyerang petani seperti penyakit anemia dan

infeksi kecacingan.

Dataran tinggi adalah dataran yang terletak pada ketinggian diatas 700

meter diatas permukaan laut, dataran tinggi terbentuk karena adanya erosi dan

sedimentasi, sedangkan dataran rendah adalah hamparan luas tanah dengan

tingkat ketinggian yang diukur dari permukaan laut 200-300 meter, istilah

dataran rendah diterapkan pada kawasan manapun dengan hamparan yang luas

dan relatife datar dan berlawanan dengan dataran tinggi.


C. Kerangka pikir

Darah

Petani dataran tinggi Petani dataran rendah

Hemoglobin Hematokrit Eritrosit

 Suhu
 Aktifitas fisik
 Infeksi
penyakit

 Anemia
 Hipoksia

Hasil pemeriksaan
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik

dengan pendekatan cross sectional, yang merupakan jenis penelitian untuk

mengetahui adanya perbedaan kadar Hb, Hct dan Eritrosit pada petani yang

berada di dataran tinggi dengan petani yang berada di dataran rendah.

Penelitian observasional, yaitu penelitian untuk mencari perbedaan antara

variable bebas dan variable tergantung yang analisisnya untuk menentukan ada

tidaknya perbedaan antar variable, sehingga perlu di susun hipotesisnya.

Sedangkan pendekatan cross sectional adalah jenis pendekatan penelitian yang

menekankan pada waktu pengukuran atau observasi data variable independen

dan variable dependen hanya sekali waktu padasaat yang bersamaan, yang

artinya tiap subjek penelitian hannya di observasi sekali saja dan pengukuran

dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan

(Siswanto et al., 2013).

B. Waktu dan Tempat penelitian

1. Waktu Penelitian
Waktu penelitian akan dilakukan pada bulan Februari sampai Maret Tahun

2020

2. Tempat Penelitian

Tempat penelitian akan dilakukan di Laboratorium Hematologi Universitas

Setia Budi Surakarta.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan unit atau individu dalam ruang lingkup yang

ingin di teliti (Sugiyono, 2015). Populasi dalam penelitian ini adalah petani

yang berada di dataran tinggi dan dataran rendah di eks Karesidenan

Surakarta

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini terdiri dari 60 responden yang terbagi menjadi

30 petani yang berada di dataran tinggi dan 30 petani yang berada di

dataran rendah. Batas minimal sampel yang digunakan dalam penelitian

yaitu 30. Dan mempunya 2 kriteria yaitu kriteria inklusi dan eksklusi.

a.) Kriteria inklusi

1. Berjenis Kelamin laki-laki atau Perempuan

2. Berusia 20-50 tahun

3. Petani yang berada di dataran tinggi dan petani yang berada di

dataran rendah

4. Petani yang bersedia diambil sampel darahnya


5. Bersedia berpartisipasi dalam penelitian dan menyatakan dalam

lembar form

b.) Kriteria eksklusi

1. Memiliki riwayat kelainan Hematologi

2. Setelah tranfusi darah selama 3 bulan

3. Setelah opname atau menderita sakit dalam 1 bulan

3. Teknik Sampling

Teknik sampling merupakan suatu cara teknik tertentu untuk

mengambil sampel penelitian sehingga sampel tersebut sedapat mungkin

mewakili populasinya (Notoatmojo, 2012). Teknik untuk pengambilan

sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling dan quota

sampling. Purposive sampling adalah suatu teknik sampling, dimana

peneliti harus menentukan pengambilan sampel dengan cara menetapkan

ciri-ciri khusus sesuai dengan tujuan penelitian sehingga di harapkan dapat

menjawab suatu permasalahan penelitian (Sugiyono, 2015). Sedangkan

quota sampling, yaitu pengambilan sampel yang dilakukan dengan cara

menetapkan jumlah sampel yang diperlukan (Notoadmojo, 2012).

D. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas (Independent variable)


Variabel bebas dalam penelitian ini adalah petani yang berada di dataran

tinggi dan dataran rendah

2. Variabel terikat (Dependent variabel)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kadar Hb, Hct dan eritrosit

E. Definisi operasional

1. Petani yang berada di dataran tinggi dan dataran rendah

a. Definisi : orang yang bekerja dalam sektor pertanian yang tempat

bekerjanya berada di dataran tinggi dan dataran rendah.

b. Alat pengukuran : Kuisioner

c. Satuan :-

d. Nilai ukur :

1) Petani yang berumur 20 tahun sampai 50 tahun

2) Berat badan dan tinggi badan petani

3) Lama tinggal di daerah tersebut

4) Jenis kelamin laki-laki atau perempuan

2. Hemoglobin

a) Definisi : Hb adalah komponen utama dari eritrosit, merupakan protein

terkonjugasi yang berfungsi untuk transportasi oksigen dan

karbondioksida (Kiswari, 2014)


b) Alat pengukuran : Hematologi Analayzer

c) Satuan : g/dL

d) Nilai ukur :

1 Pria : 14-18 gr %

2 wanita : 12-16 gr %

3. Hematokri

a. Definisi : Hematokrit merupakan pemeriksaan tidak langsung yang

memberikan informasi penting tentang kosentrasi sel darah merah pada

sirkulasi darah. Nilai Ht dari sampel dapat di artikan sebagai

perbandingan antara volume eritrosit dengan volume darah secara

keseluruhan (Lieske & Zeibig, 2017).

b. Alat pengukuran : Hematologi Analayzer

c. Satuan : Persen (%)

d. Nilai ukur :

1. Pria dewasa : 38,8 – 50 %

2. Wanita dewasa : 34,9 – 44,5 %

3. Anak- anak : 33 – 38 %

4. Eritrosit

a. Definisi : eritrosit merupakan sel darah merah yang paling banyak

mengikat oksigen yang di perlukan oleh tubuh untuk oksidasi jaringan

yang berada di dalam tubuh (Kiswari, 2014)


b. Alat pengukuran : Hematologi Analayzer

c. satuan : mm3

d. Nilai ukur :

1. Pria : 4,7 - 6,1 juta

2. Wanita : 4,2 – 5,4 juta

3. Anak- anak : 4,0 – 55 juta

F. Alat dan Bahan

1. Alat :

a. Hematologi analayzer

b. Tabung EDTA

c. Alkohol swab

d. Tourniquet

e. Spuit 3 Ml

f. Kapas

g. plaster

h. Wadah Sampel

2. Bahan :

Sampel darah vena dengan antikoagulan EDTA


G. Prosedur Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Februari sampai Maret 2020 dengan

langkah penelitian sebagai berikut :

1. Skrining sampel

Pemilihan subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan bersedia ikut dalam

penelitian ini

2. Pengisian lembar persetujuan

Penjelasan tentang tujuan dan manfaat penelitian kepada subjek

penelitian, bagi yang setuju berpartisipasi dapat menandatangani lembar

persetujuan dan pemerikasan kadar Hb, Hct, dan jumlah Eritrosit dalam

darah.

3. Persiapan alat dan bahan

a. Alat

Alat – alat yang dilakukan dalam penelitian ini adalah alat hematologi

analayzer, tabung EDTA, alcohol swab, tourniquet, spuit 3 Ml, wadah

sampel, kapas dan plaster

b. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel darah vena

dengan antikoagulan EDTA.

4. Pengambilan darah vena

a. Identifikasi pasien dengan jelas

b. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan


c. Siapkan posisi pasien, bias dengan duduk atau berbaring

d. Siapkan alat yang akan digunakan

e. Lakukan hand hygiene, gunakan sarung tangan

f. Pasien kita suruh untuk menggengam tangan, agar vena mudah teraba

saat palpasi

g. Carilah vena, pilih tempat yang bias diambil atau vena yang mudah

diambil

h. Gunakan tourniquet beberapa inci diatas area tusukan, jangan biarkan

terpasang lebih dari 1 menit

i. Desinfeksi dengan alcohol 70% secara sirkuler selama 30 detik atau di

tunggu sampai kering

j. Fiksasi vena dibawah tempat tusukan dengan ibu jari serta jari tengah

dan jari telunjuk

k. Masukkan jarum kedalam pembuluh darah dengan ujung jarum

menghadap ke atas, ambil darah sebanyak 3 ml untuk pemeriksaan

hematologi analayzer

l. Lepaskan tourniquet segera setelah saat darah mulai masuk dalam

spuit, jangan mencabut jarum apabila masih terpasang tourniquet

m. Setalah sampel darah yang di perlukan untuk pemeriksaan cukup,

minta pasien untuk melepaskan kepalan tangan pelan – pelan

n. Letakkan kapas steril, taruh jarum kemudian tekan kapas atau kasa

steril di atas tempat penusukan untuk menghentikan perdarahan

o. Setelah perdarahan berhenti pakaikan plaster


p. Masukkan sampel dari spuit ke tabung EDTA kemudian tutup tabung,

dan homogenkan smapel darah dengan cara membolak balik tabung

secara pelan-pelan

q. Berilah label pada setiap tabung dengan identitas pasien

r. Buang jarum pada tempat pembuangan jarum (Tahono, et al. 2018)

5. Pengukuran kadar Hb, Hct dan eritrosit dengan mengunakan alat

hematologi analayzer

a. Petugas menyiapkan alat dan reagen (celpack dan stromatolaiser)

b. Kemudian menyambungkan kabel dengan aliran listrik dan stabilisator

c. Tekan tombol “ON” pada alat untuk menghidupkan tunggu sampai

tulisan “READY”

d. Lakukan control kualitas dengan bahan control

e. Masukan nama pasien

f. Homogenisasi darah sampel yang akan di periksa, letakkan di bawah

aspiration probe untuk dihisap

g. Lalu tekan tombol “STAR’’ maka sampel akan terhisap

h. Tarik sampel dari bawah aspiration probe, setelahterdengar bunyi “beep”

2 kali

i. Hasil pemeriksaan akan tampil pada layar

j. Kemudian cetak hasil pemeriksaan dengan printer yang sudah

tersambung dengan alat

k. Bila pemeriksaan telah selesai alat dimatikan (Roos, et al, 2018)


H. Teknik pengumpulan data

Sumber data pada penelitian ini adalah data primer dari responden di

lapangan yang diperoleh dari pengambilan pengambilan darah yang

dilakukan 1 kali pada setiap responden dan pemeriksaan kadar Hb, Hct dan

Eritrosit pada petani yang berada di dataran tinggi dan dataran rendah di

daerah eks Karesidenan Surakarta.

I. Kontrol kualitas internal

1. Akurasi ketepatan

Akurasi atau ketepatan adalah kemampuan untuk menggambarkan

kedekatan nilai pengukuran dengan nilai benar (true value). Ketepatan

menunjukan seberapa dekatnya antara nilai suatu hasil dengan nilai hasil

sebenarnya (Vis & Huisman, 2016).

Akurasi (ketepatan) dan imakurasi (ketidak tepatan) dipakai untuk

menilai adanya kesalahan acak, sistematik atau kedua-duanya (total).

Nilai akurasi dapat digunakan untuk menunjukan kedekatan hasil

terhadap nilaisebenarnya yang telah ditentukan oleh suatu metode standar.

Akurasi dapat digunakan untuk menilai hasil dari pemeriksaan bahan

control dan dihitung nilai biasanya seperti rumus berikut (Depkes

RI,2008)

(x−NA)
d %=
NA

Keterangan :
x : Rata-rata hasil pemeriksaan bahan control

NA : Nilai aktual/ sebenarnya dari bahan control

d% : dapat nilai positip atau negative

Ketidaktepatan (inakurasi) suatu pemeriksaan umumnya lebih mudah

dinyatakan daripada ketepatan (akurasi). Ketepatan pemeriksaan di

pengaruhi oleh spesifitas metode pemeriksaan dan kualitas larutan

standar. Metode pemeriksaan yang memiliki spesifitas analitis tinggi

harus dipilih agar hasil pemeriksaan tepat (sukroni et al., 2010).

2. Presisi (ketelitian)

Presisi adalah kemampuan untukmendapatkan hasil yang sama

pada setiap pengukuran pengulangan pemeriksaan sampel. Presisi yang

tepat atau dikenal sebagai reproduktifitas atau pengulangan biasanya

terdiri dari suatu putaran tungga dari 30 pengukuran dan di laporkan

sebagai koefisien variasi (KV). Koefisien variasi didasarkan pada

pengukuran tunggal yang diulang setiap hari selama 20 Hari dan

berpengaruh dengan kesalahan acak. kontrol kualitas yang stabil dapat

digunakan untuk mendapatkan KV (Vis & Huisman, 2016).

Ketelitian adalah kesesuaian dari hasil pemeriksaan laboratorium

yang diperoleh apabila pemeriksaan dilakukan berulang. Ketelitian

dipengaruhi kesalahan acak yang tidak dapat dihindari. Presisi biasanya

dinyatakan dalam nilai koefisien variasi (KV) yang dihitung dengan

rumus berikut (Depkes,2004; Sukroni et al ., 2010).


(SDxNA )
KV %=
X
Keterangan :

KV : Koefisien

SD : Standar devisiasi (simpangan baku)

X : Rata-rata hasil berulang

Semakin kecil nilai KV (%) maka semakin teliti system atau metode

tersebut dan sebaliknya. Suatu pemeriksaan umumnya lebih mudah dilihat

ketidaktelitian (impresisi) daripada ketelitian (presisi) (Donoseputro &

Suhendra, 1995).

Standar devisiasi (SD) adalah suatu ukuran dari nilai hasil

pemeriksaan secara seri pada sampel yang terdistribusi sama, sedangkan

KV adalah SD yang dinyatakan dalam persen (%) terhadap nilai rata-rata.

Nilai SD dan KV diperolehbahan kontrol dari (serum kontrol) merupakan

bahan yang digunakan untuk memantau ketepatan hasil suatu pemeriksaan

di laboratorium, atau untuk mengawasi kualitas hasil pemeriksaan sehari-

hari. Semakin kecil penyimpangan yang diukur dari SD atau KV, maka

semakin dekat hasil pemeriksaan satu sama lainya dari satu pemeriksaan

berulanguntuk mendapatkan hasil yang valid (Depkes, 2008).

Simpangan baku menunjukan derajat penyebaran data hasil

pemeriksaan disekitar rerata. Rumus SD adalah sebagai berikut :

SD= √∑ ¿¿ ¿¿
Keterangan:

↋ : Penjumlah

X1 : nilai individu pada sampel

X : mean sampel

n : Junlah sampel

J. Teknik analisis data


Data yang telah terkumpul dianalisis secara statistic menggunakan

perhitungan computer untuk data yang terdistribusi normal memakai mean

dan SD, jika data tidak terdistribusi normal memakai median, nilai

maksimum dan minimum. Selanjutnya dilakukan uji normalitas data dengan

uji Shapiro wilk, jika data terdistribusi normal dilakukan uji t (Independen

sampel t-test) untuk membedakan kadar Hb, Hct, dan eritrosit pada petani

yang berada di dataran tinggi dan petani yang berada di dataran rendah.

Anda mungkin juga menyukai