Anda di halaman 1dari 16

REFERAT

PENGGOLONGAN DARAH

Disusun oleh :
Tesa Agrawita

G4A014106

Pembimbing :

dr. Wahyu Djatmiko, Sp.PD

SMF ILMU PENYAKIT DALAM

RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARDJO


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2015

LEMBAR PENGESAHAN

Telah dipresentasikan dan disetujui referat dengan judul :


PENGGOLONGAN DARAH
Pada tanggal,

28 April 2015

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti


program profesi dokter di Bagian Ilmu Penyakit Dalam
RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo Purwokerto

Disusun oleh :
Tesa Agrawita

G4A014106

Mengetahui,
Pembimbing

dr. Wahyu Djatmiko, Sp.PD

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Darah merupakan komponen materi biologis yang esensial bagi makhluk hidup,
dimana setiap darah memiliki ciri khusus karena adanya perbedaan jenis karbohidrat dan
protein pada permukaan membrane sel darah merah, maka dari itu darah manusia
digolongkan menjadi beberapa golongan. Ada dua jenis penggolongan darah yang paling
penting yaitu penggolongan ABO yang ditemukan oleh Landsteiner pada tahun 1901 dan
rhesus (faktor Rh) yang ditemukan oleh Levine dan Stetson tahun 1939, dan sampai saat
ini sudah ditemukan 29 sistem penggolongan darah diantaranya golongan darah ABO,
Rhesus, P, MNS, Lutheran, Kell, Kidd, Duffy dan lain-lain. Penggolongan darah ABO
dan Rhesus adalah penggolongan yang paling bermakna dalam transfusi darah.
Transfusi darah adalah proses pemindahan darah atau komponen darah dari donor
ke resipien sebagai upaya pengobatan. Teknik transfusi darah ditemukan pada tanggal 3
Juni 1667, untuk pertama kalinya dalam sejarah kedokteran dan operasi, dokter asal
Perancis, Jean Baptist Denis berhasil melakukan transfusi darah. Keberhasilan operasi
transfusi darah pertama ini merupakan lompatan besar dalam ilmu kedokteran karena
sebelumnya, banyak sekali pasien yang harus kehilangan nyawanya akibat kekurangan
darah.
B. Tujuan Umum
Untuk mengetahui penggolongan darah ABO dan Rhesus
C. Tujuan Khusus
1. Untuk menngetahui sejarah dan metode penggolongan darah ABO dan Rhesus
2. Untuk mengetahui bahan-bahan darah atau komponen darah yang dapat
ditransfusikan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Darah adalah komponen esensial pada makhluk hidup yang dalam kondisi
fisiologis berada dalam pembuluh darah dan berfungsi sebagai pembawa oksigen,
mekanisme

pertahanan

tubuh

terhadap

infeksi

dan

mekanisme

hemostasis

(Gandasoebroto, 2007).
B. Fisiologi Darah
Darah memiliki dua komponen penyusun yaitu plasma dan sel darah. Plasma
darah merupakan bagian dari komponen darah yang berwarna kekuning-kuningan yang
jumlahnya sekitar 60% dari volume darah, sedangkan sel darah adalah komponen selluler
dari darah termasuk sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (Leukosit) dan kepingkeping darah (trombosit). Darah merupakan jaringan yang berbentuk cairan yang
mengalir ke seluruh tubuh melalui vena dan arteri yang memasok oksigen, dan bahan
makanan ke seluruh jaringan tubuh serta mengambil karbondioksida dan sisa
metabolisme dari jaringan.
Darah memiliki beberapa fungsi, diantaranya
a. Transportasi dari gas yang terlarut, nutrisi, hormone dan zat sisa metabolik, sebagai
alat pengangkut yaitu:
1.
Mengambil oksigen/ zat pembakaran dari paru-paru untuk diedarkan keseluruh
2.

jaringan tubuh.
Mengangkut karbon dioksida dari jaringan untuk dikeluarkan melalui paru-

3.

paru.
Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan dibagikan ke

4.

seluruh jaringan/ alat tubuh.


Mengangkat / mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh untuk

5.

dikeluarkan melalui ginjal dan kulit.


Mengedarkan hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar endokrin yang dilakukan
oleh plasma darah.

b. Regulasi dari pH dan komposisi dari cairan intersisial.

Sebagai pengatur regulasi yaitu : Mempertahankan PH dan konsentrasi elektrolit


pada cairan interstitial melalui pertukaran ion-ion dan molekul pada cairan
interstitial.
c. Restriksi dari kehilangan cairan pada daerah yang luka.
d. Pertahanan melawan toxin dan patogen.
Darah Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit dan racun dalam
tubuh dengan perantaraan leukosit dan antibodi untuk mempertahankan tubuh
terhadap invasi mikroorganisme dan benda asing (leukosit) dan proses homeostatis
(trombosit).
e. Termoregulasi (pengatur suhu tubuh)
Menyebarkan panas keseluruh tubuh, darah mengatur suhu tubuh melalui
transport panas menuju kulit dan paru-paru.
Pada orang dewasa dalam keadaan fisiologik semua hemopoesis (pembentukkan sel
darah) terjadi pada sumsum tulang. Dalam keadaan patologik, seperti pada mielofibrosis,
hemopoesis terjadi di luar sumsum tulang, terutama di lien, disebut sebagai hemopoesis
ekstramoduler. Untuk kelangsungan hemopoesis diperlukan:
1. Sel induk hematopoietic (hematopoietic stem cell)
Sel induk hemopoetik ialah sel-sel yang akan berkembang menjadi sel-sel
darah, termasuk sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), butir pembeku
(trombosit), dan juga beberapa sel dalam sumsum tulang seperti fibroblast. Sel induk
yang paling primitive disebut sebagai pluripoten (totipoten) stem cell.
2. Lingkungan mikro (microenviromentment) sumsum tulang
Lingkungan mikro sumsum tulang adalah substansi yang memungkinkan sel
induk tumbuh secara kondusif. Lingkungan mikro sangat penting dalam hemopoesis
karena berfungsi untuk berikut :
a.
Menyediakan nutrisi dan bahan hemopoesis yang dibawa oleh peredaran darah
b.

mikro dalam sumsum tulang.


Komunikasi antar sel (cell to cell communication), terutama ditentukan oleh

c.

adanya adhesion molecule.


Menghasilkan zat yang mengatur hemopoesis : hematopoetic growth factor,

cytokine, dan lain-lain.


3. Bahan-bahan pembentuk darah, Bahan-bahan yang diperlukan untuk pembentukan
darah adalah :
a. Asam folat dan vitamin B12 : merupakan bahan pokok pembentukan inti sel.
b. Besi : sangat diperlukan dalam pembentukan hemoglobin
c. Cobalt, magnesium, cu, zn

d. Vitamin lain : vitamin C, B kompleks, dan lain-lain.


4. Mekanisme regulasi
Mekanisme regulasi sangat penting untuk mengatur arah dan kuantitas pertumbuhan
sel dan pelepasan sel darah yang matang dari sumsum tulang ke darah tepi sehingga
sumsum tulang dapat merespon kebutuhan tubuh dengan tepat. Produksi komponen
darah yang berlebihan ataupun kekurangan (defisiensi) sama-sama menimbulkan
penyakit.

C. Jenis Komponen Darah


1) Sel darah putih (leukosit)
Sel darah putih atau leukosit berfungsi sebagai sistem imunitas tubuh. Leukosit
bersifat amoeboid (bentuk tidak tetap), tidak berwarna dan memiliki inti. Jumlah
normal leukosit dalam tubuh sekitar 5.000-10.000 sel/mm3. Apabila jumlahnya
melebihi nilai normal disebut keadaan leukositosis dan apabila jumlahnya kurang dari
nilai normal disebut leukopenia (Sloane, 2004).
Leukosit terdiri dari 2 bagian utama yaitu granular dan agranular. Leukosit
granular terdiri dari neutrofil, basofil dan eosinofil, sedangkan leukosit agranular
terdiri dari limfosit dan monosit (Sloane, 2004).

Gambar 1. Jenis komponen sel darah putih


2) Sel darah merah (eritrosit)
Sel darah merah atau eritrosit memiliki bentuk bulat gepeng dengan kedua
permukaannya cekung dan tidak memiliki inti. Nilai normal eritrosit sekitar 4,5-5.5

juta sel/uL. Eritrosit mengandung hemoglobin yang berfungsi untuk mengikat


oksigen dan mengandung zat besi (Fe). Eritrosit dapat hidup selama 120 hari. Sel
darah yang kekurangan zat besi disebut dengan kondisi anemia, dan keadaan darah
kekurangan oksigen disebut sianosis.

Gambar 2. Gambaran morfologi sel darah merah


3) Trombosit
Trombosit berfungsi sebagai faktor pembekuan darah dan hemostasis. Nilai normal
trombosit dalam darah sekitar 150.000 sampai dengan 300.000/ml dan masa hidupnya
sekitar 1-2 minggu.

Gambar 3. Gambaran mikroskopis trombosit

D. Penggolongan Darah
Golongan darah adalah ciri khusus darah dari suatu individu karena adanya
perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah.
Dengan kata lain, golongan darah ditentukan oleh jumlah zat (kemudian disebut antigen)

yang terkandung di dalam sel darah merah. Ada dua jenis penggolongan darah yang
paling penting, yaitu penggolongan ABO dan Rhesus (faktor Rh).
1) Golongan Darah ABO
Golongan darah pada manusia bersifat herediter yang ditentukan oleh alel
ganda. Golongan darah seseorang dapat mempunyai arti yang penting dalam
kehidupan. Sistem penggolongan yang umum dikenal dalam sistem ABO. Pada tahun
1900 dan 1901 Landstainer menemukan bahwa penggumpalan darah (Aglutinasi)
kadang-kadang terjadi apabila eritrosit seseorang dicampur dengan serum darah
orang lain. Pada orang lain lagi, campuran tersebut tidak mengakibatkan
penggumpalan darah. Berdasarkan hal tersebut Landstainer membagi golongan darah
manusia menjadi 4 golongan, yaitu: A, B, AB, dan O. Dalam hal ini di dalam eritrosit
terdapat antigen atau aglutinogen, sedangkan dalam serumnya terkandung zat anti
yang disebut sebagai antibodi atau aglutinin. Dikenal 2 macam antigen yaitu dan ,
sedangkan zat antinya dibedakan sebagai anti A dan anti B. Antigen dan antibodi
yang dikandung oleh darah seseorang dengan golongan darah tertentu adalah sebagai
berikut:

Tabel 1. Antigen dan Antibodi yang dikandung oleh darah seseorang


Golongan
A
B
AB
O

Antigen

maupun

Zat anti
B
A
A+B
-

Tabel 2. Pewarisan golongan darah kepada anak


Ibu/Ayah
O
A
B
AB
O
O
O, A
O, B
A, B
A
O, A
O, A
O, A, B, AB A, B, AB
B
O, B
O,A,B,AB
O,B
A, B, AB
AB
A, B
A, B, AB
A, B, AB
A, B, AB
Golongan darah sistem ABO dibagi berdasarkan struktur antigen permukaan
eritrosit, yang disebut juga sebagai aglutinogen, dimana golongan darah A memiliki
antigen permukaan A. Antigen A tersusun dari 1 molekul fukosa, 2 molekul

galaktosa, 1 molekul N-asetil galaktosamin, dan 1 molekul N-asetil glukosamin.


Golongan darah B memiliki antigen permukaan B. Antigen B ini sedikit berbeda
dengan antigen A, di mana antigen ini tersusun dari molekul N-asetil galaktosamin
digantikan oleh 1 molekul galaktosa. Golongan darah AB memiliki dua macam
antigen permukaan, yang merupakan kombinasi dari antigen A dan antigen B.
Golongan darah O semula dianggap tidak memiliki antigen permukaan, namun
terbukti bahwa golongan darah O masih memiliki ikatan karbohidrat pada permukaan
eritrositnya yang terdiri atas 1 molekul fukosa, 1 molekul N-asetil glukosamin, dan 2
molekul galaktosa. Gugus ini tidak bersifat imunogenik, sehingga anggapan
golongan darah O tidak memiliki antigen permukaan masih bisa diterima.
Antigen permukaan eritrosit dapat merangsang pembentukan suatu
imunoglobulin M (IgM), yang disebut juga sebagai aglutinin. Antibodi IgM ini
semula diduga terdapat secara alamiah, namun ada penelitian yang menunjukkan
bahwa antibodi tersebut baru terbentuk pada waktu bayi sebagai akibat sensitisasi
dari makanan dan infeksi.
Pada masa neonatus, terjadi kolonisasi bakteri flora normal usus yang
mengekspresikan antigen menyerupai antigen permukaan eritrosit A dan B. Hal ini
mendorong sistem imunitas bayi untuk membuat antibodi IgM sesuai dengan antigen
yang tidak dimiliki permukaan eritrosit bayi tersebut. Karena itulah orang dengan
golongan darah A memiliki anti-B, orang bergolongan darah B memiliki anti-A, dan
yang bergolongan darah O memiliki keduanya. Orang dengan golongan darah AB
tidak memiliki antibodi IgM ini. Karena antibodi IgM ini mampu menimbulkan
aglutinasi hebat yang dapat menyumbat pembuluh darah inilah transfusi dengan
golongan darah inkompatibel sangat berbahaya.
2) Penggolongan Darah Faktor Rhesus
Golongan darah menurut sistem Rh, K. Landsteiner dan A. S. Wiener pada
tahun 1940 menemukan antigen baru lagi yang dinamakan faktor Rh (singkatan dari
kata Rhesus, ialah sejenis kera di India yang dulu banyak dipakai untuk penyelidikan
darah orang). Golongan darah dibedakan atas dua kelompok, yaitu: Golongan darah
Rh positif (Rh+) ialah orang yang memiliki antigen Rh dalam eritrositnya sehingga
waktu darahnya dites dengan anti serum yang mengandung anti Rh maka eritrositnya

menggumpal, golongan darah Rh negatif (Rh -) ialah orang yang tidak memiliki
antigen Rh di dalan eritrositnya, sehingga eritrositnya tidak menggumpal pada waktu
dites (Suryo, 2001).
Faktor rhesus terdiri atas beberapa variasi yaitu c, d, dan e yang masingmasing bisa positif (c,d,e) atau negatif (c,d,e). Yang paling berisiko adalah rhesus
negatif jenis "d". Sel darah Rh(d) negatif ini bila bertemu dengan sel darah Rh(d)
positif akan memproduksi antibodi yang dapat menghancurkan sel-sel darah merah.
Inilah yang terjadi bila ada ketidaksesuaian antara ibu dengan Rh negatif dan
janin/bayi dengan Rh positif. Selain jenis "d", rhesus negatif lainnya yaitu Rh(c) dan
Rh(e) tidak akan berdampak buruk pada janin.
Bila seorang ibu yang Rh+ mengandung embrio bergolongan Rh- atau Rh+,
kemungkinan anaknya akan lahir dengan selamat, dalam arti tidak terjadi gangguan
darah karena faktor Rh, tetapi pada ibu yang bergolongan darah Rh- :
1.

Bila mengandung embrio Rh-, embrio tidak akan mengalami gangguan


apapun dan mungkin lahir dengan selamat

2.

bila mengandung embrio Rh+, kemungkinan kandungan pertama akan lahir


dengan selamat, artinya tidak mengalami gangguan karena sistem Rh ini.
Tetapi pada waktu bayi ini lahir dalam rahim ibu kemungkinan akan
tertinggal antigen Rh yang dapat ikut peredaran darah ibu, sehingga dalam
tubuh ibu akan terbentuk zat anti Rh.
Apabila bayi bergolongan Rh+ berada dalam kandungan ibu bergolongan RH-,

dimana darah ibu sudah terbentuk zat anti Rh +, maka tubuh bayi akan kemasukan zat
anti Rh+, dan anak itu akan menderita penyakit kuning atau anemia berat sejak lahir
yang disebut erythroblastosis foetalis (sel darah merahnya tidak dapat dewasa)
(Leveno, 2009)
3) Cara Pemeriksaan Golongan Darah
Alat :
a. Kartu tes golongan darah (jika tidak ada bisa diganti object glass)
b. Kapas
c. Alkohol 70 %
d. Lancet

e. Tusuk gigi
Bahan
a.
b.
c.
d.

Serum alfa
Serum beta
Serum alfa beta (tidak harus ada)
Serum anti Rhesus

Cara Kerja
a. Siapkan kartu uji atau object glass yang telah di beri nomor 1 4
b. Sterilkan salah satu ujung jari dengan kapas yang telah dibasahi dengan alkohol
70%
c. Tusukkan lancet dengan hati-hati dan mantap ke ujung jari yang telah steril, lalu
tekanlah ujung jari hingga darah keluar
d. Teteskan darah pada kartu uji atau object glass sebanyak 4 kali pada tempat yang
berbeda sesuai nomor
e. Teteskan serum alfa sebanyak 1 tetes pada sampel darah pertama, lalu aduklah
dengan gerakan memutar menggunakan tusuk gigi. Amatilah apa yang terjadi.
f. Lakukan langkah nomor 5 untuk serum beta, serum alfa-beta, dan serum anti
Rhesus

Gambar 4. Contoh hasil penggolongan darah ABO dan Rhesus


E. Transfusi Darah
Transfusi darah adalah pemindahan atau pemberian darah dari donor ke dalam
peredaran darah penerima melalui pembuluh darah vena. Donor yang dimaksud adalah
orang yang sehat dan penerima adalah orang yang sakit (Hassan, 2007). Transfusi dapat

menjadi penyelamat nyawa, tetapi juga dapat menimbulkan komplikasi yang berbahaya
sehingga harus dilakukan dengan indikasi yang kuat dan jelas agar manfaat yang
diperoleh lebih besar dibandingkan dengan resikonya (Haroen, 2009).
Secara garis besar, transfusi darah diberikan dengan tujuan sebagai berikut.
1. Untuk mempertahankan dan mengembalikan volume peredaran darah yang
normal, misalnya pada oligemia karena perdarahan, trauma bedah atau kombustio.
2. Untuk mengganti kekurangan komponen seluler atau kimia darah, seperti anemia,
trombositopenia, hipoprotrombinemia, hipofibrinogenemia, dan lain-lain (Hassan,
2007).
Jenis transfusi darah dibagi menjadi beberapa jenis berikut:
1. Whole Blood
Pada 510 ml whole blood (wb) mengandung :
a. 450ml darah donor
b. 63ml antikoagulan
c. Hb sekitar 12g/ml
d. Hematocrit 35-45%
e. Tanpa platelet
f. Tanpa faktor koagulasi
Dilihat dari masa penyimpanannya whole blood dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Darah segar (fresh blood): darah yang disimpan kurang dari 6 jam,
mengandung trombosit dan faktor pembeku.
b. Darah yang disimpan (strored blood): darah yang sudah disimpan lebih dari 6
jam.
Indikasi:
1) Penggantian sel darah merah pada perdarahan akut dengan hipovolemi
2) Pertukaran transfusi
3) Pasien yang membutuhkan transfuse sel darah merah, dimana tidak tersedia PRC
di daerahnya
Kontra indikasi
Risiko overload cairan volume pada pasien anemia kronik dan gagal jantung
Syarat:
1) Golongan darah harus cocok sesuai ABO dan RhD
2) Tidak boleh menambahkan obat dalam darah
3) Selesaikan transfuse dalam 4 jam setelah permulaan pemberian
2. Komponen darah
II.
Komponen darah seluler
a. Preparat sel darah merah
1) Packed Red Cell/ PRC

Pada 1 unit PRC mengandung :


a) 150-200 ml Plasma telah dibuang
b) Hb sekitar 20g/100ml (tidak lebih dari 45g per unit)
c) Hematocrit 55-75%
Indikasi:
a) Penggantian Sel darah merah pada pasien anemis
b) Gunakan bersamaan dengan cairan pengganti kristaloid atau koloid
pada perdarahan akut
2) Washed red cell= leucocyte-platelete and plasma poor RBC
Preparat ini berguna untuk mencegah reaksi febris. Dapat diberikan untuk

III.

AIHA dan untuk mengurangi sensitisasi terhadap antigen leukosit.


b. Konsentrat trombosit (platelet concentrate)
Preparat ini dipakai untuk mengurangi keadaan trombositopenia berat.
c. Konsentrat granulosit (granulocyte concentrate)
Dipakai untuk leucopenia berat dengan netrofil <0,5x109/L
Komponen plasma
a. 5% albumin solution = plasma protein fraction
Dipakai untuk pergantian volume plasma pada luka bakar, kedaruratan abdomen
dan trauma jaringan luas
b. Fresh frozen plasma (plasma segar dibekukan)
Mengandung plasma dan factor kuagulasi labil (factor V dan factor VIII), dibuat
dari donor tunggal sehingga resiko penularan hepatitis rendah.
c. Cryopresipitate
Mengandung F.VIII (80-100 unit), faktor von Willebrand, F.XIII, fibronectin dan
fibrinogen. Digunakan untuk hemifili A, penyakit von Willebrand, sumber
fibrinogen pada acute defibrination syndrome.
d. Lyophilized (freeze-dried) factor VIII concentrate
Untuk terapi hemofili A, terbuat dari pooled plasma sehingga ada risiko
penularan HIV dan hepatitis.
e. Lyophilized (freezed-dried) factor IX prothrombin complex
Mengandung protrombim, F.IX, VII dan X, dipakai untuk mengatasi hemofili B
f. Fibrinogen
Dipakai untuk mengatasi DIC.
g. Immunoglobulin (gamma globulin) (Bakta, 2007).

F.

BAB III
KESIMPULAN
1. Darah adalah komponen esensial pada makhluk hidup yang dalam kondisi fisiologis
berada dalam pembuluh darah yang tersusun oleh plasma dan sel darah merah
2. Sampai saat ini sudah ditemukan 29 sistem penggolongan darah diantaranya golongan
darah ABO, Rhesus, P, MNS, Lutheran, Kell, Kidd, Duffy dan lain-lain.
3. Penggolongan darah ABO ditentukan oleh antigen dan antibody yang terkandung dalam
darah.
4. Penggolongan darah Rhesus ditentukan oleh faktor Rh, dan dibedakan menjadi Rh- dan
Rh+ .
5. Jenis transfusi darah ada whole blood, komponen darah, dan komponen plasma

DAFTAR PUSTAKA
Bakta, I Made. 2007. Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta: EGC
Harmono, M.Tamtoro. 2009. Pencegahan dan Penanganan Komplikasi Transfusi Darah dalam
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi V. Jakarta : Interna Publishing.
Haroen, Harlinda. 2009. Darah dan Komponen : Komposiss, Indikasi dan Cara Pemberian dalam
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi V. Jakarta : Interna Publishing.
Hassan, Rusepno, et al. 2007. Buku Kuliah 1 Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : FKUI.
Leveno, Kenneth J et al. Obstetri Williams: Panduan Ringkas Edisi 21. Jakarta: EGC 2009.
Palang

Merah

Indonesia.

Pelayanan

Transfusi

Darah,

2002

http://www.palangmerah.org/pelayanan transfusi.asp.
Sloane, Ethel. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta : EGC.
Suryo. 2001. Genetika Manusia Cetakan Kesembilan. UGM Press. Yogyakarta

diakses

di

Anda mungkin juga menyukai

  • WKD 2023
    WKD 2023
    Dokumen5 halaman
    WKD 2023
    'Tesa Agrawita'
    Belum ada peringkat
  • Contoh Lamaran Kerja Umum
    Contoh Lamaran Kerja Umum
    Dokumen1 halaman
    Contoh Lamaran Kerja Umum
    Rikky Prianggara
    Belum ada peringkat
  • Lembar Kegiatan Pembelajaran
    Lembar Kegiatan Pembelajaran
    Dokumen1 halaman
    Lembar Kegiatan Pembelajaran
    'Tesa Agrawita'
    Belum ada peringkat
  • PAEDAGOGIK
    PAEDAGOGIK
    Dokumen7 halaman
    PAEDAGOGIK
    'Tesa Agrawita'
    Belum ada peringkat
  • Ucapan Ultah Islami
    Ucapan Ultah Islami
    Dokumen1 halaman
    Ucapan Ultah Islami
    'Tesa Agrawita'
    Belum ada peringkat
  • DHF Referat
    DHF Referat
    Dokumen32 halaman
    DHF Referat
    'Tesa Agrawita'
    Belum ada peringkat
  • Checklist Berkas Iship
    Checklist Berkas Iship
    Dokumen2 halaman
    Checklist Berkas Iship
    'Tesa Agrawita'
    Belum ada peringkat
  • Mataaaa Tesa
    Mataaaa Tesa
    Dokumen26 halaman
    Mataaaa Tesa
    'Tesa Agrawita'
    Belum ada peringkat
  • Presus Coxitis
    Presus Coxitis
    Dokumen24 halaman
    Presus Coxitis
    'Tesa Agrawita'
    Belum ada peringkat
  • Presus Coxitis
    Presus Coxitis
    Dokumen24 halaman
    Presus Coxitis
    'Tesa Agrawita'
    Belum ada peringkat
  • Radio
    Radio
    Dokumen15 halaman
    Radio
    'Tesa Agrawita'
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Reading
    Jurnal Reading
    Dokumen12 halaman
    Jurnal Reading
    'Tesa Agrawita'
    Belum ada peringkat
  • Katarak Senilis
    Katarak Senilis
    Dokumen9 halaman
    Katarak Senilis
    'Tesa Agrawita'
    Belum ada peringkat
  • TURP
    TURP
    Dokumen17 halaman
    TURP
    supergirl2123
    Belum ada peringkat
  • Turp Uro
    Turp Uro
    Dokumen15 halaman
    Turp Uro
    'Tesa Agrawita'
    Belum ada peringkat
  • 20 Ucapan Menyambut Bulan Suci Ramadhan
    20 Ucapan Menyambut Bulan Suci Ramadhan
    Dokumen4 halaman
    20 Ucapan Menyambut Bulan Suci Ramadhan
    'Tesa Agrawita'
    Belum ada peringkat
  • Ortopedi
    Ortopedi
    Dokumen12 halaman
    Ortopedi
    'Tesa Agrawita'
    Belum ada peringkat
  • Golongan Darah
    Golongan Darah
    Dokumen11 halaman
    Golongan Darah
    'Tesa Agrawita'
    Belum ada peringkat
  • Bedah Saraf
    Bedah Saraf
    Dokumen13 halaman
    Bedah Saraf
    'Tesa Agrawita'
    Belum ada peringkat
  • Bedah Saraf
    Bedah Saraf
    Dokumen13 halaman
    Bedah Saraf
    'Tesa Agrawita'
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Reading
    Jurnal Reading
    Dokumen12 halaman
    Jurnal Reading
    'Tesa Agrawita'
    Belum ada peringkat
  • Golongan Darah
    Golongan Darah
    Dokumen11 halaman
    Golongan Darah
    'Tesa Agrawita'
    Belum ada peringkat
  • Kesi
    Kesi
    Dokumen2 halaman
    Kesi
    'Tesa Agrawita'
    Belum ada peringkat
  • BAB I Referat MH
    BAB I Referat MH
    Dokumen2 halaman
    BAB I Referat MH
    'Tesa Agrawita'
    Belum ada peringkat
  • Borang OPE Tesa
    Borang OPE Tesa
    Dokumen7 halaman
    Borang OPE Tesa
    'Tesa Agrawita'
    Belum ada peringkat
  • Borang OPE Tesa
    Borang OPE Tesa
    Dokumen7 halaman
    Borang OPE Tesa
    'Tesa Agrawita'
    Belum ada peringkat
  • 7 Anova
    7 Anova
    Dokumen53 halaman
    7 Anova
    'Tesa Agrawita'
    Belum ada peringkat
  • Lap Fis Nss
    Lap Fis Nss
    Dokumen26 halaman
    Lap Fis Nss
    'Tesa Agrawita'
    Belum ada peringkat
  • 7 Anova
    7 Anova
    Dokumen53 halaman
    7 Anova
    'Tesa Agrawita'
    Belum ada peringkat