Anda di halaman 1dari 7

i menjadi beberapa tahap:

1. Perubahan Eksternal

Perubahan yang terjadi selama masa remaja dibagi menjadi beberapa tahap:

a. Tinggi Badan

Rata-rata anak perempuan mencapai tingkat matang pada usia antara 17 dan 18 tahun, rata-rata anak laki-laki kira-kira
setahun setelahnya. Perubahan tinggi badan remaja dipengaruhi asupan makanan yang diberikan, pada anak yang
diberikan imunisasi pada masa bayi cenderung lebih tinggi dipada anak yang tidak mendapatkan imunisasi. Anak yang
tidak diberikan imunisasi lebih banyak menderita sakit sehingga pertumbuhannya terlambat.

b. Berat Badan

Perubahan berat badan mengikuti jadwal yang sama dengan perubahan tinggi badan, perubahan berat badan terjadi
akibat penyebaran lemak pada bagian-bagian tubuh yang hanya mengandung sedikit lemak atau bahkan tidak
mengandung lemak.Ketidakseimbangan perubahan tinggi badan dengan berat badan menimbulkan ketidak idealan badan
anak, jika perubahan tinggi badan lebih cepat dari berat badan, maka bentuk tubuh anak menjadi jangkung (tinggi kurus),
sedangkan jika perubahan berat badan lebih cepat dari perubahan tinggi badan, maka bentuk tubuh anak menjadi gemuk
gilik (gemuk pendek).

c. Proposi Tubuh

Berbagai anggota tubuh lambat laun mencapai perbandingan yang tumbuh baik. Misalnya, badan melebar dan
memanjang sehingga anggota badan tidak lagi kelihatan terlalu pandang.

d. Organ Seks

Baik laki-laki maupun perempuan, organ seks mengalami ukuran matang pada akhir masa remaja, tetapi fungsinya belum
matang sampai beberapa tahun kemudian.

e. Ciri-ciri Seks Sekunder

Ciri-ciri seks sekunder yang utama, perkembangannya matang pada masa akhir masa remaja. Ciri sekunder tersebut antara
lain ditandai dengan tumbuhnya kumis dan jakun pada laki-laki, sedangkan pada perempuan ditandai dengan
membesarnya payudara.

2. Perubahan Internal

Perubahan yang terjadi dalam organ dalam tubuh remaja dan tidak tampak dari luar. Perubahan ini nantinya sangat
mempengaruhi kepribadian remaja. Perubahan tersebut adalah:

a. Sistem Pencernaan

Perut menjadi lebih panjang dan tidak lagi terlampau berbentuk pipa, usus bertambah panjang dan bertambah besar,
otot-otot diperut dan dinding-dinding usus menjadi lebih tebal dan kuat, hati bertambah berat dan kerongkongan
bertambah panjang.

b. Sistem Peredaran Darah

Jantung tumbuh pesat selama masa remaja, pada usia 17 atau 18, beratnya 12 kali berat pada waktu lahir. Panjang dan
tebal dinding pembuluh darah meningkat dan mencapai tingkat kematangan bilamana jantung sudah matang.

c. Sistem Pernafasan

Kapasitas paru-paru anak perempuan hampir matang pada usia 17 tahu; anak laki-laki mencapai tingkat kematangan baru
beberapa tahun kemudian.

d. Sistem Endokrin

Kegiatan gonad yang meningkat pada masa puber menyebabkan ketidak seimbangan sementara dari seluruh sistem
endokrin pada masa awal puber. Kelenjar-kelenjar seks berkembang pesat dan berfungsi, meskipun belum mencapai
ukuran yang matang sampai akhir masa remaja atau awal masa dewasa.

e. Jaringan Tubuh

Perkembangan kerangka berhenti rata-rata pada usia 18 tahun. Jaringan selain tulang, khususnya bagi perkembangan
otot, terus berkembang sampai tulang mencapai ukuran yang matang.
Pertumbuhan Fisik Remaja dengan Implikasinya terhadap Pendidikan :

Dalam batas-batas tertentu, proses pembelajaran dapat diselenggarakan sedemikian rupa sehingga dapat membantu
percepatan pertumbuhan fisik subjek didik. Dalam proses pembelajaran itu dapat diupayakan berbagai stimulus secara
sistematis, antara lain:

a. Menjaga kesehatan badan.

Kebiasaan hidup sehat, bersih, dan olahraga secara teratur akan dapat membantu menjaga kesehatan pertumbuhan
tubuh. Namun, bila ternyata masih juga terkena penyakit, haruslah segara diupayakan agar lekas sembuh.
Sebab kesehatan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan fisik.

b. Memberi makanan yang baik.

Makanan yang baik ialah makanan yang banyak mengandung gizi, segar, sehat, dan tidak tercemar oleh kotoran atau
penyakit. Baik buruknya makanan akan menentukan pula pertumbuhan anak.

Implikasinya bagi pendidikan adalah perlunya memperhatikan faktor berikut:

a) Menyediakan sarana dan prasarana

Faktor sarana dan prasarana ini jangan sampai menimbulkan gangguan kesehatan pada anak. Misalnya ruangan kelas,
tempat duduk dan meja, dan sebagainya.

b) Waktu istirahat

Istirahat sangat dibutuhkan untuk menghilangkan rasa lelah dan mengumpulkan tenaga baru, istirahat yang cukup sangat
diperlukan.

c) Diadakannya jam olahraga bagi siswa

Pelajaran olahraga sangat penting bagi pertumbuhan fisik anak karena dengan olahraga yang dijadwalkan secara teratur
oleh sekolah berarti pertumbuhan fisik anak akan memperoleh stimulasi secara teratur pula.

1. Permasalahan dalam pertumbuhan fisik sering disebabkan karena perasaan dan pikiran mengenai fisiknya. Remaja
yang banyak perhatiannya terhadap kehidupan kolektif, perilakunya akan banyak dipengaruhi oleh perilaku kelompoknya.
Kelompok remaja dapat terbentuk di sekolah seperti kelompok tim olahraga, tim kesenian, pramuka, dan sebagainya.
Kegiatan tersebut dapat memupuk pertumbuhan fisik remaja. Namun kadang kala remaja juga dapat terjerumus dalam
suatu kelompok yang membuat mereka menjadi remaja yang tidak baik menurut pandangan keluarga maupun
masyarakat, biasanya kegiatan yang bernilai negatif tersebut seperti ngebut, begadang, miras, dan semacamnya yang
mengganggu kesehatannya. Oleh karena itu, pengembangan program kelompok remaja ke arah kegiatan yang bernilai
positif oleh para guru di sekolah merupakan upaya positif untuk membantu para remaja dalam pertumbuhan fisik mereka.

2. Pengembangan kegiatan pramuka, penyelenggaraan senam kesegaran jasmani, dan pembiasaan hidup bersih perlu
diprogram sebagai kegiatan ko-kurikuler dan ekstrakurikuler di sekolah menengah. Pembentukan kelompok atas
bimbingan guru merupakan kegiatan yang dapat membentuk mereka untuk belajar secara bertanggung jawab. Maka pada
saat pembentukan kelompok belajar atas bimbingan guru dan atau orang tua, sesungguhnya mereka telah membentuk
remaja untuk belajar teratur dan bertanggung jawab. Di samping itu, baik guru maupun orang tua perlu membantu remaja
agar memahami keadaan fisik dan perubahan-perubahan yang dialami remaja, seperti memberikan pengarahan kepada
mereka berkaitan dengan pertumbuhan yang dialaminya.

Pengaruh Pertumbuhan Fisik terhadap Tingkah Laku

Perubahan fisik hampir selalu dibarengi dengan perubahan perilaku dan sikap.Keadaan ini seringkali menjadi sedikit parah
karena sikap orang-orang yang berbeda disekelilingnya dan sikapnya sendiri dalam menanggapi perubahan fisik itu.
Konsistendengan konsep dasar bahwa individu merupakan satu kesatuan psikofisik yang tidak dapat dipisah-pisahkan,
maka pertumbuhan fisik mempunyai pengaruh terhadap tingkahlaku. Dalam masa remaja, perubahan yang terjadi sangat
mencolok dan jelas sehingga dapat mengganggu keseimbangan yang sebelumnya sudah terbentuk. Perilaku
merekamendadak menjadi sulit diduga dan seringkali agak melawan norma sosial yang berlaku.

Seberapa jauh perubahan pada masa remaja akan mempengaruhi perilakusebagaian besar tergantung pada kemampuan
dan kemauan anak remaja untuk mengungkapkan keprihatinan dan kecemasannya kepada orang lain sehingga dengan
begitu ia dapat memperoleh pandangan baru dan yang lebih baik. Dunbar dalam Hurlock (1992) menjelaskan, reaksi
efektif terhadap perubahan utama ditentukan olehkemampuan untuk berkomunikasi. Karena berkomunikasi merupakan
cara untuk mengatasi kecemasan yang selalu disertai tekanan.

Perubahan pada masa remaja sering mempengaruhi sikap dan perilakunya.Hurlock (1992) mengemukakan perubahan
yang terjadi, yaitu:

1. Ingin menyendiri 2. Bosan 3. Inkoordinasi 4. Antagonis Sosial

5. Emosi yang meninggi 6. Hilangnya Kepercayaan Diri


C. KOGNITIF PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)
Karakter Kognitif

Intelektual adalah orang yang menggunakan kecerdasannya untuk bekerja, belajar, membayangkan, mengagas, atau
menyoal dan menjawab persoalan tentang berbagai gagasan. Pertumbuhan otak mencapai kesempurnaan pada usia 12–
20 tahun secara fungsional, perkembangan kognitif (kemampuan berfikir) remaja dapat digambarkan sebagai berikut:

1. Secara intelektual remaja mulai dapat berfikir logis tentang gagasan abstrak.

2. Berfungsinya kegiatan kognitif tingkat tinggi yaitu membuat rencana, strategi, membuat keputusan-keputusan, serta
memecahkan masalah.

3. Sudah mampu menggunakan abstraksi-abstraksi, membedakan yang konkrit dengan yang abstrak.

4. Munculnya kemampuan nalar secara ilmiah, belajar menguji hipotesis.

5. Memikirkan masa depan, perencanaan, dan mengeksplorasi alternatif untuk mencapainya psikologi remaja.

6. Mulai menyadari proses berfikir efisien dan belajar berinstropeksi.

7. Wawasan berfikirnya semakin meluas, bisa meliputi agama, keadilan, moralitas, dan identitas (jati diri).

Karakteristik perkembangan intelektual remaja digambarkan oleh Keating (Syamsu Yusuf, 2004 : 195 - 196) sebagai
berikut:

1. Kemampuan intelektual remaja telah sampai pada fase operasi formal sebagaimana konsep Piaget. Berlainan dengan
cara berpikir anak-anak yang tekanannya kepada kesadaran sendiri di sini dan sekarang (here and now), cara berpikir
remaja berkaiatan erat dengan dunia kemungkinan (world of possibilities).

2. Melalui kemampuannya untuk menguji hipotesis, muncul kemampuan nalar secara ilmiah.

3. Mampu memikirkan masa depan dan membuat perencanaan dan mengeksplorasi berbagai kemungkinan untuk
mencapainya.

4. Mampu menyadari aktivitas kognitifnya dan mekanisme yang membuat proses kognitif tersebut efisien atau tidak
efisien.

5. Cakrawala berpikirnya semakin luas.

D. SOSIAL ATAU EFEKTIF PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)


1. SOSIAL

Pada masa remaja berkembang “social cognition”, yaitu kemampuan untuk memahami orang lain. Remaja memahami
orang lain sebagai individu yang unik, baik menyangkut sifat pribadi, minat, nilai-nilai, maupun perasaannya.

Pada masa ini juga berkembang sikap “conformity”, yaitu kecenderungan untuk menyerah atau mengikuti opini,
pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran atau keinginan orang lain (teman sebaya).

Apabila kelompok teman sebaya yang diikuti menampilkan sikap dan perilaku yang secara moral dan agama dapat
dipertanggung jawabkan maka kemungkinan besar remaja tersebut akan menampilkan pribadinya yang baik. Sedangkan,
apabila kelompoknya itu menampilkan dan perilaku yang melecehkan nilai-nilai moral maka sangat dimungkinkan remaja
akan melakukan perilaku seperti kelompoknya tersebut.

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial

Perkembangan sosial manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: keluarga, kematangan anak, status ekonomi
keluarga, tingkat pendidikan, dan kemampuan mental terutama emosi dan intelegensi.

1. Keluarga

Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan anak
termasuk perkembangan sosialnya. Kondisi atau tata cara kehidupan keluarga merupakan lingkungan yang yang kondusif
bagi sosialisasi anak. Didalam keluarga berlaku norma-norma kehidupan keluarga, dan dengan demikian pada dasarnya
keluarga merekayasa perilaku kehidupan anak.

Proses pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepribadian anak lebih banyak ditentukan oleh keluarga. Pola
pergaulan dan bagaimana norma dalam menempatkan diri terhadap lingkungan yang lebih luas ditetapkan dan diartikan
oleh keluarga.

2. Kematangan Anak
Bersosialisasi memerlukan kematangan fisik dan psikis. Untuk mampu mempertimbangkan dalam proses sosial, memberi
dan menerima pendapat orang lain, memerlukan kematangan intelektual dan emosional. Disamping itu, kemampuan
berbahasa ikut pula menentukan.

Dengan demikian, untuk mampu bersosialisasi dengan baik diperlukan kematangan fisik sehingga setiap orang fisiknya
telah mampu menjalankan fungsinya dengan baik.

3. Status Sosial Ekonomi

Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi atau status kehidupan sosial keluarga dalam lingkungan masyarakat.
Masyarakat akan mmandang anak, bukan sebagai anak yang independen, akan tetapi akan dipandang dalam konteksnya
yang utuh dalam keluarga anak itu. “Ia anak siapa”. Secara tidak langsung dalam pergaulan sosial anak, masyarakat dan
kelompoknya dan memperhitungkan norma yang berlaku didalam keluarganya.

4. Pendidikan

Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah. Hakikat pendidikan sebagai proses pengoperasian ilmu yang
normatif, akan memberikan warna kehidupan sosial anak didalam masyarakat dan kehidupan mereka dimasa yang akan
datang. Pendidikan dalam arti luas harus diartikan bahwa perkembangan anak dipengaruhi oleh kehidupan keluarga,
masyarakat dan kelembagaan. Penanaman norma perilaku yang benar secara sengaja diberikan kepada peserta didik yang
belajar di kelembagaan pendidikan (sekolah).

5. Kapasitas Mental, Emosi dan Intelegensi

Kemampuan berfikir banyak mempengaruhi banyak hl, seperti kemampuan belajar, memecahkan masalah, dan
berbahasa. Anak yang berkemampuan intelektual tinggi akan berkembang bahasa secara baik. Oleh karena itu,
kemampuan intelektual tinggi, kemampuan berbahasa baik, pengendalian emosional secara seimbang sangat
menentukan keberhasilan dalam perkembangan sosial anak.Sikap saling pengertian dan kemampuan memahami orang
lain merupakan modal utama dalam kehidupan sosial dan hal ini akan dengan mudah dicapai oleh remaja yang
berkemampuan intelektual tinggi.

Pada kasus tertentu, seorang jenius atau superior sukar untuk bergaul dengan kelompok sebayanya, karena pemahaman
mereka telah setingkat dengan kelompok umur yang lebih tinggi. Sebaliknya kelompok umur yang lebih tinggi (dewasa)
tepat “menganggap” dan “memperlakukan” mereka sebagai anak-anak.

6. Pengaruh Perkembangan Sosial Terhadap Tingkah Laku

Dalam perkembangan sosial anak, mereka dapat memikirkan dirinya dan orang lain. Pemikiran itu terwujud dalam refleksi
diri yang sering mengarah kepenilaian diri dan kritik dari hasil pergaulannya dengan orang lain. Hasil pemikiran dirinya
tidak akan diketahui oleh orang lain, bahkan sering ada yang menyembunyikannya atau merahasiakannya.

Pikiran anak saling dipengaruhi, oleh ide-ide dari teori-teori yang menyebabkan sikap kritis terhadap situasi dan orang
lain, termasuk kepada orang tuanya. Kemapuan obstraksi anak yang menimbulkan kemampuan mempersalahkan
kenyataan dan peristiwa-peristiwa dengan keadaan bagaimana yang semestinya menurut alam fikirannya.

Disamping itu pengaruh egoisentris sering terlihat, diantaranya berupa:

a. Cita-cita idealisme yang baik, terlalu menitik beratkan pikiran sendiri, tanpa memikirkan akibat lebih jauh dan tanpa
memperhitungkan kesulitan praktis yang mungkin menyebabkan tidak berhasilnya menyelesaikan persoalan.

b. Kemampuan berfikir dengan pendapat sendiri, belum disertai pendapat orang lain dalam penilaiannya.

c. Melalui banyak pengalaman dan penghayatan kenyataan serta dalam menghadapi pendapat orang lain, maka sikap
ego semakin berkurang dan diakhiri masa remaja sudah sangat kecil rasa egonya sehingga mereka dapat bergaul dengan
baik.

2. EFEKTIF
Emosi

Pada masa ini, tingkat karateristik emosional akan menjadi drastis tingkat kecepatannya. Gejala-gejala emosional para
remaja seperti perasaan sayang, marah, takut, bangga dan rasa malu, cinta dan benci, harapan-harapan dan putus asa,
perlu dicermati dan dipahami dengan baik. Sebagai calon pendidik dan pendidik kita harus mengetahui setiap aspek yang
berhubungan dengan perubahan pola tingkah laku dalam perkembangan remaja, serta memahami aspek atau gejala
tersebut sehingga kita bisa melakukan komunikasi yang baik dengan remaja. Perkembangan pada masa SMA (remaja)
merupakan suatu titik yang mengarah pada proses dalam mencapai kedewasaan. Meskipun sifat kanak-kanak akan sulit
dilepaskan pada diri remaja karena pengaruh didikan orang tua.

Psikolog memandang anak usia SMA sebagai individu yang berada pada tahap yang tidak jelas dalam rangkaian proses
perkembangan individu. Ketidakjelasan ini karena mereka berada pada periode transisi, yaitu dari periode kanak-kanak
menuju periode orang dewasa. Pada masa tersebut mereka melalui masa yang disebut masa remaja atau pubertas.
Umumnya mereka tidak mau dikatakan sebagai anak-anak tapi jika mereka disebut sebagai orang dewasa, mereka secara
riil belum siap menyandang predikat sebagai orang dewasa.

Ada perubahan-perubahan yang bersifat universal pada masa remaja, yaitu meningginya emosi yang intensitasnya
bergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikis, perubahan tubuh, perubahan minat dan peran yang diharapkan oleh
kelompok sosial tertentu untuk dimainkannya yang kemudian menimbulkan masalah, berubahnya minat, perilaku, dan
nilai-nilai, bersikap mendua (ambivalen) terhadap perubahan. Perubahan-perubahan tersebut akhirnya berdampak pada
perkembangan fisik, kognitif, afektif, dan juga psikomotorik mereka.

Jadi, emosi adalah pengalaman efektif yang disertai penyesuaian dari dalam diri individu tentang keadaan mental dan fisik
dan berwujud suatu tingkah laku yang tampak.

Emosi adalah warna efektif yang kuat dan di tandai oleh perubahan-perubahan fisik. Pada saat terjadi emosi seringkali
terjadi perubahan-perubahan pada fisik, antara lain berupa :

1) Reaksi elaktris kulit 2) Peredaran darah 3) Denyut jantung 4) Pernapasan

5) Pupil mata 6) Liur 7) Bulu roma 8) Pencernaan\

9) Otot 10) Komposisi darah

Karakteristik Perkembangan Emosi

Secara traadisional masa remaja di anggap sebagai periode badai dan tekanan”, suatu masa dimana ketegangan
emosi meninggi karena berada dibawah tekanan sosial dan mereka menghadapi kondisi baru, selama masa kanak-kanak
ia kurang mempersiapkan diri untuk menghadapi keadaan-keadaan itu. Tidak semua remaja mengalami masa badai dan
tekanan, namun benar juga bila sebagian besar remaja mengalami ketidakstabilan dari waktu ke waktu sebagai
konsekuensi usaha penyesuaian diri terhadap pola perilaku baru dan harapan sosial baru.

Pola emosi masa remaja adalah sama dengan pola emosi masa kanak-kanak. Jenis emosi yang secara normal
dialami adalah :

a. Cinta/Kasih Sayang b. Gembira c. Kemarahan dan Permusuhan

Dalam upaya memahami remaja, ada 4 faktor yang sangat penting sehubungan dengan rasa marah.

1) Adanya kenyataan bahwa perasaan marah berhubungan dengan usaha manusia untuk memiliki dirinya dan menjadi
dirinya sendiri.

2) Pertimbangan penting lainnya ialah ketika individu mencapai masa remaja, dan tidak hanya merupakan subjek
kemarahan yang berkembang ada sisa kemarahan dalam bentuk permusuhan yang meiputi sisa kemarahan masa lalu.

3) Sering kali perasaan marah sengaja disembunyikan dan seringkali tampak dalam bentuk samar-samar.

4) Kemarahan mungkin berbalik pada dirinya sendiri. Dalam beberapa hal, aspek ini merupakan aspek yang sangat
penting dan juga paling sulit dipahami.

d. Ketakutan dan kecemasan

Biehler (1972) membagi ciri-ciri emosional remaja menjadi dua rentang usia, yaitu usia 12-15 tahun dan 15-18 tahun.

Ciri-ciri emosional remaja usia 15-18 tahun :

1) “Pemberontakan” remaja merupakan pernyataan-pernyataan atau ekspresi dari perubahan yag universal dari masa
kanak-kanak ke dewasa.

2) Karena bertambahnya kebebassan mereka, banyak remaja yang mengalami konflik dengan orang tua mereka. Mereka
mungkin mengaharapkan simpati orang tua atau guru.

3) Siswa pada usia ini sering kali melamun, memikirkan masa depan mereka. Banyak diantaranya mereka terlalu tinggi
menafsir kemampuan mereka sendiri dan merasa berpeluang besar untuk memasuki pekerjaan dan memegang jabatan
tertentu.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi

Sejumlah penelitian tentang emosi menunjukkan bahwa perkembangan emosi remaja sangat dipengaruhi oleh faktor
kematangan dan faktor belajar (Hurlock, 1960:266). Kegiatan belajar turut menunjang perkembangan emosi remaja.
Metode belajar yang menunjang perkembangan emosi antara lain sebagai berikut:

a. Belajar dengan coba-coba b. Belajar dengan cara meniru c. Belajar dengan cara mempersamakan diri

d. Belajar melalui pengondisian e. Belajar di bawah bimbingan dan pengawasan


Pengaruh Emosi terhadap Tingkah Laku

Perasaan takut atau marah dapat menyebabkan seseorang mengalami gangguan emosi dan menjadi gemetar. Dalam
ketakutan, mulut menjadi kering, jantung berdetak cepat, dan lain-lain. Gangguan emosi juga dapat menjadi penyebab
seseorang kesulitan berbicara. Ketegangan emosional yang cukup lama mungkin menyebabkan seseorang gagap. Seorang
yang gagap sering dapat berbicara secara normal jika dalam keadaan rileks atau senang. Namun, jika dia dihadapkan pada
situasi-situasi yang menyebabkan kebingungan

Perilaku ketakutan, malu-malu atau agresif dapat disebabkan oleh ketegangan emosi atau frustasi. Karena reaksi kita
berbeda-beda terhadap setiap orang yang kita jumpai maka akan timbul emosi tertentu. Seorang siswa bisa saja tidak
senang kepada gurunya bukan karena pribadi guru, tetapi karena sesuatu yang terjadi pada situasi belajar di kelas. Jika ia
merasa malu karena gagal dalam menjawab soal tes lisan, pada kesempatan lain, ia mungkin menjadi takut ketika
menghadapi tes tertulis. Akibatnya, ia memutuskan untuk membolos, atau mungkin melakukan kegiatan yang lebih buruk
lagi, yaitu melarikan diri dari orangtua, guru, atau otoritas lain.

Moral

Karakteristik yang menonjol dalam perkembangan moral remaja adalah bahwa sesuai dengan tingkat perkembangan
kognisi yang mulai mencapai tahapan berfikir operasional formal, yaitu mulai mampu berpikir abstrak dan mampu
memecahkan masala-masalah yang bersifat hipotetis maka pemikiran remaja terhadap suatu permasalahan tidak lagi
hanya terikat pada waktu, tempat, dan situasi, tetapi juga pada sumber moral yang menjadi dasar hidup mereka
(Gunarsa,1988).

Perkembangan pemikiran moral remaja dicirikan dengan mulai tumbuh kesadaran akan kewajiban mempertahankan
kekuasaan dan pranata yang ada karena dianggap sebagai suatu yang bernilai, walau belum mampu mempertanggung
jawabkannya secara pribadi (Monks, 1988). Perkembangan moral remaja yang demikian, jika meminjam teori
perkembangan moral dari Kohlberg berarti sudah mencapai tahap konvensioanl. Pada akhir masa remaja seseorang akan
memasuki tahap perkembangan pemikiran moral yang disebut tahap pascakonvensional ketika orisinilitas pemikiran
moral remaja sudah semakin jelas. Pemikiran moral remaja berkembang sebagai pendirian pribadi yang tidak tergantung
lagi pada pendapat atau pranata yang bersifat konvensional.

Melalui pengalaman atau berinteraksi social dengan orang tua, guru, teman sebaya atau orang dewasa lainnya, tingkat
moralitas remaja sudah lebih matang jika dibandingkan dengan usia anak. Mereka sudah lebih mengenal tentang nilai-
nilai moral atau konsep-konsep moralitas, seperti kejujuran, keadilan, kesopanan, dan kedisiplinan.

Pada masa ini muncul dorongan untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat dinilai baik oleh orang lain. Remaja
berprilaku bukan hanya untuk memenuhi kepuasan fisiknya, tetapi psikologis (rasa puas dengan adanya penerimaan dan
penilaian positif dari orang lain tentang perbuatannya).

Dikaitkan dengan perkembangan moral dari Lawrence Kohlberg, menurut Kusdwirarti Setiono (Fuad Noshori, Suara
Pembaharuan, 7 Maret 1997) pada umunya remaja berada dalam tingkatan konvensional, atau berada dalam tahap ketiga
(berprilaku sesuai dengan tuntutan dan harapan kelompok), dan keempat (loyalitas terhadap norma atau peratutan yang
berlaku dan diyakininya).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kusmara (Mahasiswa PPB FIP IKIP Bandung) terhadap siswa kelas II SMA
Negeri 22 Bandung pada tahun 1995 ditemukan bahwa tingkatan moral mereka itu bersifat menyebar, yaitu pada tingkat
pra-konvensional (14%), konvensional (38%), dan pasca-konvensional (48%). Jumlah para siswa yang menjadi responden
penelitiannya sebanyak 120 orang.

Dengan masih adanya siswa SMU (remaja) pada tingkat pra-konvensional atau konvensional, maka tidaklah heran apabila
diantara remaja masih banyak yang melakukan dekadensi moral atau pelecehan nilai-nilai seperti tawuran, tindak
criminal, meminum minuman keras, dan hubungan seks di luar nikah.

Remaja berprestasi dan tawuran adalah dua hal berbeda yang merupakan cerminan moral yang dianut remaja.

Keragaman tingkat moral remaja disebabkan oleh factor penentunya yang beragam juga. Salah satu factor penentu atau
yang mempengaruhi perkembangan moral remaja itu adalah orangtua. Manurut Adamm dan Gullotta (183: 172-173)
terdapat beberapa hasil penelitian yang menunjukkan bahwa orangtua mempengaruhi nilai remaja, yaitu sebagai berikut
: 1. Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat moral remaja dengan tingkat moral orangtua (Haan, Langer &
Kohlberg, 1976).

2. Ibu-ibu remaja yang tidak nakal mempunyai skor yang lebih tinggi dalam tahapan nalar moralnya daripada ibu-ibu
yang anaknya nakal, dan remaja yang tidak nakal mempunyai skor lebih tinggi dalam kemampuan nalar moralnya daripada
remaja yang nakal (Hudgins & Prentice, 1973).

3. Terdapat dua factor yang dapat meningkatkan perkembangan moral anak atau remaja , yaitu :

a. Orangtua yang mendorong anak untuk berdiskusi secara demokratik dan terbuka mengenai berbagai isu, dan

b. Orangtua yang menerapkan disiplin terhadap anak dengan teknik berpikir induktif (Parikh, 1980)
E. PSIKOMOTORIK PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)
Perkembangan aspek psikomotorik

Kemampuan psikomotorik ini berkaitan dengan keterampilan motorik yang berhubungan dengan anggota tubuh atau
tindakan yang memerlukan koordinasi antara syaraf dan otak. Untuk jenjang Pendidikan SMA, mata pelajaran yang banyak
berhubungan dengan ranah psikomotor adalah pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan, seni budaya, fisika, kimia,
biologi, dan keterampilan. Dengan kata lain, kegiatan belajar yang banyak berhubungan dengan ranah psikomotor adalah
praktik di aula/lapangan dan praktikum di laboratorium. Dalam kegiatan-kegiatan praktik itu juga ada ranah kognitif dan
afektifnya, namun hanya sedikit bila dibandingkan dengan ranah psikomotor.

Perkembangan psikomotorik yang dilalui oleh peserta didik SMA memiliki kekhususan yang antara lain ditandai oleh
perubahan-perubahan ukuran tubuh, ciri kelamin yang primer, dan ciri kelamin yang sekunder. Perubahan-perubahan
tersebut dikelompokkan dalam dua kategori besar, yaitu percepatan pertumbuhan dan proses kematangan seksual yang
bersifat kualitatif dan kuantitatif.
Perubahan-perubahan fisik tersebut merupakan gejala umum dalam pertumbuhan peserta didik SMA. Perubahan-
perubahan fisik tersebut bukan hanya berhubungan dengan bertambahnya ukuran tubuh dan berubahnya proporsi tubuh
saja, akan tetapi juga meliputi ciri-ciri yang terdapat pada kelamin primer dan sekunder. Perubahan-perubahan tersebut
pada umumnya mengikuti irama tertentu. Hal ini terjadi karena pengaruh faktor keluarga, gizi, emosi, jenis kelamin, dan
kesehatan.
Peubahan-perubahan yang dialami peserta didik SMA mempengaruhi perkembangan tingkah laku yang ditampakkan pada
perilaku yang canggung dalam proses penyesuaian diri mereka, isolasi diri dan kelompok dari pergaulan, perilaku
emosional, imitasi berlebihan, dan lain-lain

BAB 3
PENUTUP
KESIMPULAN
Jadi, masa SMA adalah masa dimana sudah mulai mencari jati dirinya dan berfikir tentang masa depannya dia mau jadi
apa. Banyak sekali perubahan fisik yang terjadi di masa SMA ini mulai dari perubahan ukuran tubuh, perubahan proporsi
tubuh, proses kematangan seksual,dan sebagainya.

Perkembangan kognitif (kemampuan berfikir) remaja dapat digambarkan sebagai berikut:

8. Secara intelektual remaja mulai dapat berfikir logis tentang gagasan abstrak.

9. Berfungsinya kegiatan kognitif tingkat tinggi yaitu membuat rencana, strategi, membuat keputusan-keputusan, serta
memecahkan masalah.

10. Sudah mampu menggunakan abstraksi-abstraksi, membedakan yang konkrit dengan yang abstrak.

11. Munculnya kemampuan nalar secara ilmiah, belajar menguji hipotesis.

12. Memikirkan masa depan, perencanaan, dan mengeksplorasi alternatif untuk mencapainya psikologi remaja.

13. Mulai menyadari proses berfikir efisien dan belajar berinstropeksi.

14. Wawasan berfikirnya semakin meluas, bisa meliputi agama, keadilan, moralitas, dan identitas (jati diri).

Pada masa remaja berkembang “social cognition”, yaitu kemampuan untuk memahami orang lain. Remaja memahami
orang lain sebagai individu yang unik, baik menyangkut sifat pribadi, minat, nilai-nilai, maupun perasaannya.

Pada masa ini juga berkembang sikap “conformity”, yaitu kecenderungan untuk menyerah atau mengikuti opini,
pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran atau keinginan orang lain (teman sebaya).

Kemampuan psikomotorik ini berkaitan dengan keterampilan motorik yang berhubungan dengan anggota tubuh atau
tindakan yang memerlukan koordinasi antara syaraf dan otak. Untuk jenjang Pendidikan SMA, mata pelajaran yang banyak
berhubungan dengan ranah psikomotor adalah pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan, seni budaya, fisika, kimia,
biologi, dan keterampilan. Dengan kata lain, kegiatan belajar yang banyak berhubungan dengan ranah psikomotor adalah
praktik di aula/lapangan dan praktikum di laboratorium. Dalam kegiatan-kegiatan praktik itu juga ada ranah kognitif dan
afektifnya, namun hanya sedikit bila dibandingkan dengan ranah psikomotor.

Anda mungkin juga menyukai