Anda di halaman 1dari 24

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Darah

a. Definisi Darah

Darah adalah jaringan cair yang terdiri dari dua bagian. Bahan

intraseluluer adalah cairan yang disebut plasma dan didalamnya

terdapat unsur-unsur padat, yaitu sel darah merah. Volume darah secara

keseluruhan kira-kira merupakan satu perdua belas berat badan atau

kira-kira 5 liter. Sekitar 55 persennya adalah cairan, sedangkan 45

persen sisanya terdiri atas sel darah. Angka ini dinyatakan dalam nilai

hematokrit (Pearce,2009).

Darah adalah cairan berwarna merah pekat. Warnanya merah

cerah di dalam arteri (sudah dioksigenasi) dan berwarna merah ungu

gelap di dalam vena (deoksigenasi), setelah melepas sebagian oksigen

ke jaringan. Darah bersifat sedikit alkali dan pH-nya hanya sedikit

bervariasi sepanjang kehidupan karena sel-sel badan hanya bisa hidup

bila pH dalam batas normal. Jumlah darah sekitar 5% berat badan,

sehingga volume rata-ratanya adalah 3-4 liter (Watson,2002)

b. Karakteristik Darah

Pada umumnya karakteristik darah meliputi warna, viskositas,

pH, volume dan komposisinya (Tarwoto dan Wartonah, 2008).

6
1. Warna

Warna merah muda pada arteri menunjukkan bahwa banyaknya

oksigen yang berikatan dengan hemoglobin dalam sel darah merah.

Sedangkan warna merah tua pada vena dikarenakan kurangnya

oksigen yang berikatan dengan hemoglobin.

2. Viskositas

Tiga per empat viskositas darah lebih tinggi dibandingkan viskositas

air yaitu sekitar 1,048 sampai 1,066.

3. pH

pH darah bersifat basa dengan pH 7,35 sampai 7,45

4. Volume

Volume darah orang dewasa adalah sekitar 70 sampai 75 ml/kg berat

badan atau sekitar 4 sampai 5 liter darah.

5. Komposisi

Dua komponen utama penyusun darah adalah plasma darah dan sel

darah.

a. Plasma Darah

Plasma darah yaitu 55% bagian cair darah yang sebagian

besar terdiri dari 92% air, 7% protein, 1% nutrient, hasil

metabolisme, gas pernapasan, enzim, hormon-hormon, faktor

pembekuan dan garam-garam organik. Serum albumin

merupakan protein dalam plasma yg terdiri dari alpha – 1

globulin, alpha - 2 globulin, beta globulin, dan gamma globulin.

Selain itu fibrinogen, protombin dan protein esensial untuk

7
koagulasi juga merupakan protein dalam plasma. Serum albumin

dan gamma globulin sangat penting untuk mempertahankan

tekanan osmotik koloid, dan gamma globulin juga mengandung

antibodi (immunoglobulin) seperti IgM, IgG, IgA, IgD, dan IgE

untuk pertahanan tubuh terhadap mikroorganisme.

b. Sel-Sel Darah

Sel-sel darah yaitu bagian padat dari darah yang terdiri dari

45% eritrosit (sel darah merah), leukosit (sel darah putih), dan

trombosit atau platelet. Sel darah merah merupakan unsur

terbanyak yaitu sekitar 44% sedangkan sisanya 1% adalah sel

darah putih dan trombosit. Sel darah putih terdiri dari basofil,

eosinofil, neutrofil, limfosit dan monosit (Tarwoto dan Wartonah,

2008).

c. Susunan Darah

1. Eritrosit

a. Definisi

Sel-sel bulat, tidak berinti dan berwarna merah kebiruan

homogen, jumlahnya sangat banyak di seluruh lapang pandang.

Sel-sel ini yang memberi warna merah pada darah, sehingga

dinamai sel darah merah (SDM) atau eritrosit (Sodikin, 2012).

b. Fungsi

1. Sel-sel darah merah mentranspor oksigen ke seluruh jaringan

melalui pengikatan hemoglobin terhadap oksigen.

8
2. Hemoglobin sel darah merah berikatan dengan karbondioksida

untuk ditranspor ke paru-paru.

3. Sel darah merah berperan penting dalam pengaturan pH darah

karena ion bikarbonat dan hemoglobin merupakan buffer asam

basa (Sloane, 2004).

2. Leukosit

a. Definisi

Sel-sel yang berinti, dengan bentuk inti dan sitoplasma

bermacam-macam, yang dapat dijumpai di sana-sini dalam

lapang pandang. Sel-sel ini tidak memberi warna merah pada

darah, dinamai sel darah putih atau lekosit (Sodikin, 2012).

b. Fungsi

Lekosit berfungsi untuk melindungi tubuh terhadap invasi benda

asing, termasuk bakteri dan virus (Sloane, 2004).

3. Trombosit

a. Definisi

Kepingan – kepingan yang berasal dari sitoplasma megakariosit,

yaitu suatu sel besar berinti banyak yang terdapat dalam sumsum

tulang yang berfungsi melindungi pembuluh darah terhadap

kerusakan endotel akibat trauma – trauma kecil yang terjadi

sehari – hari dan mengawali penyembuhan luka pada dinding

pembuluh darah. (Evelyn P, 2002)

9
b. Fungsi

Trombosit berfungsi dalam hemostatis (penghentian perdarahan)

dan memperbaiki pembuluh darah yang robek (Sloane, 2004).

d. Fungsi Darah

1. Transportasi internal

Darah membawa berbagai macam substansi untuk fungsi

metabolisme seperti respirasi, nutrisi, sekresi, mempertahankan air

dan regulasi metabolism

2. Proteksi tubuh terhadap bahaya mikroorganisme yang merupakan

fungsi dari sel darah putih

3. Proteksi terhadap cedera dan perdarahan

Pencegahan perdarahan merupakan fungsi dari trombosit karena

adanya faktor pembekuan, fibrinolitik yang ada dalam plasma

4. Mempertahankan temperatur tubuh

Darah membawa panas dan bersirkulasi ke seluruh tubuh. Hasil

metabolisme juga menghasilkan energi dalam bentuk panas.

(Tarwoto dan Wartonah, 2008).

2. Pembuluh Darah Kapiler

a. Definisi Pembuluh Darah Kapiler

Pembuluh darah kapiler adalah pembuluh darah yang sangat kecil

disebut juga pembuluh rambut. Pada umumnya, kapiler meliputi sel-sel

jaringan karena secara langsung berhubungan dengan sel.

(Syaifuddin,2009).

10
Diameter kapiler hanya 5-10 mikrometer (diameter eritrosit),

dindingnya hanya terdiri atas endotel. Makin aktif suatu jaringan, makin

banyak kapilernya. Kapiler adalah tempat terjadinya pertukaran zat.

Komposisi darah kapiler adalah campuran dari darah arteri, darah vena,

cairan interstisiel dan intaseluler.

Pintu masuk ke pembuluh darah kapiler dilapisi oleh sfingter

yang terbentuk dari otot polos. Bila sfingter terbuka maka darah akan

memasuki kapiler akan tetapi bila tertutup maka darah langsung masuk

dari arteriole ke venolus dan tidak melalui kapiler. Kapiler membuka

dan menutup dengan kecepatan 6-12 kali/menit. (Syaifuddin,2009)

Pembuluh darah kapiler merupakan satu sel pembuluh yang

menghubungkan arteriola dan venula, membentuk jembatan antara

sirkulasi arteri dan vena. Darah di pembuluh darah kapiler adalah

campuran dari darah vena dan darah arteri. Dalam sirkulasi sistemik,

darah arteri memberikan oksigen dan nutrisi ke darah kapiler. Dinding

pembuluh darah kapiler yang tipis memungkinkan pertukaran oksigen

untuk karbondioksida dan limbah antar sel dan darah. Kemudian karbon

dioksida dan limbah terbawa dalam darah vena. Dalam sirkulasi paru,

karbon dioksida dikirim ke darah kapiler di paru-paru dan ditukar

dengan oksigen. (Tankersley,2012)

b. Fungsi Pembuluh Darah Kapiler

Fungsi pembuluh darah kapiler menurut Syaifuddin, adalah

sebagai berikut :

a. Sebagai penghubung antara pembuluh darah arteri dan vena.

11
b. Tempat terjadinya pertukaran zat antara darah dan cairan jaringan.

c. Mengambil hasil dari kelenjar.

d. Menyerap zat makanan yang terdapat dalam usus.

e. Menyaring darah pada ginjal. (Syaifuddin,2009).

c. Struktur Pembuluh Darah Kapiler

Pembuluh darah kapiler adalah pembuluh darah yang sangat kecil

tempat arteri berakhir. Makin kecil arteriol makin menghilang ketiga

lapis dindingnya sehingga ketika sampai pada kapiler sehalus rambut,

dinding itu tinggal satu lapis saja, yaitu lapisan endotelium (tunika

intima). Lapisan yang sangat tipis itu memungkinkan limfe merembes

keluar membentuk cairan jaringan dan membawa air, mineral dan zat

makanan untuk sel, menyediakan oksigen dan menyingkirkan bahan

buangan termasuk karbondioksida. (Pearce,2009)

d. Lokasi Pengambilan Darah Kapiler

Lokasi pengambilan darah kapiler pada orang dewasa biasanya

digunakan ujung jari tengah atau jari manis karena pada lokasi tersebut

terdapat banyak pembuluh darah kapiler. Sedangkan lokasi

pengambilan darah kapiler untuk bayi dipakai daerah tumit.

Lokasi pengambilan darah kapiler untuk bayi umur kurang dari 6

bulan direkomendasikan adalah bagian medial atau lateral plantar

permukaan tumit. Sedangkan untuk bayi diatas 6 bulan sampai 12 bulan

direkomendasikan pada bagian ibu jari kaki sedangkan pada anak-anak

diatas 1 tahun sampai dewasa direkomendasikan pada jari ketiga atau

keempat (Robert dan Youngson, 2009)

12
Tusukan harus cukup dalam supaya darah mudah keluar, jangan

menekan-nekan jari untuk mendapat cukup darah. Darah yang diperas

keluar semacam itu telah bercampur cairan jaringan sehingga menjadi

encer dan menyebabkan kesalahan pemeriksaan (Depkes RI, 2004).

e. Kesalahan dalam Pengambilan Darah Kapiler

Kesalahan yang sering dilakukan dalam pengambilan darah

kapiler adalah sebagai berikut:

1. Mengambil darah dari tempat yang menyatakan adanya gangguan

peredaran seperti vasokonstriksi (pucat), vasodilatasi (radang,

trauma).

2. Tusukan yang kurang dalam.

3. Kulit yang ditusuk masih basah alkohol.

4. Tetes darah pertama dipakai untuk pemeriksaan.

5. Terjadi bekuan dalam tetes darah karena terlalu lambat bekerja.

(Gandasoebrata, 2010).

3. Hematokrit

a. Definisi Hematokrit

Hematokrit dalam kamus kedokteran Webster’s New World

(2010) didefinisikan sebagai jumlah volume darah merah terhadap

volume seluruh darah yang dinyatakan dalam % yang tergantung pada

jenis kelamin.

13
Hematokrit adalah perbandingan bagian dari darah yang

mengandung eritrosit terhadap volume seluruh darah yang dihitung

dalam % (Sutedjo,2009)

Pemeriksaan hematokrit merupakan salah satu metode yang

paling teliti dan simpel dalam mendeteksi derajat anemia atau

polisitemia. Nilai hematokrit juga digunakan untuk menghitung nilai

eritrosit rata-rata. Biasanya nilai itu ditentukan dengan darah vena atau

darah kapiler. (Gandasoebrata, 2010).

Ketika darah utuh disentrifus, partikel yang lebih berat akan turun

ke dasar tabung kapiler dan partikel endapan yang lebih ringan berada

diatasnya. Kemudian nilai hematokrit dapat segera diukur. Nilai normal

hematokrit berbeda dalam jenis kelamin. Pada laki-laki nilai

hematokritnya adalah 40%-48% sedangkan untuk wanita nilai

hematokritnya adalah 37%-43%.

b. Pemeriksaan Hematokrit

Pemeriksaan hematokrit dapat dilakukan dengan cara makro dan

mikro. Pada cara makro digunakan tabung wintrobe dengan panjang 9,5

cm, diameter 0,6 mm dan berskala 0-100. Sedangkan pada cara mikro

digunakan tabung kapiler dengan panjang 75 mm dan diameter 1,5 mm.

(Mahode,2011).

Pada metode makro, menggunakan sentrifus yang cukup besar,

untuk memadatkan sel-sel darah merah dan membutuhkan waktu ±30

menit. Sedangkan pada metode mikro menggunakan sentrifus

mikrohematokrit yang mencapai kecepatan yang jauh lebih tinggi,

14
maka dari itu lamanya pemusingan dapat diperpendek. (Gandasoebrata,

2010).

Pemeriksaan hematokrit metode makro bahan yang digunakan

adalah darah vena. Sedangkan pemeriksaan hematokrit metode mikro

dapat menggunakan darah kapiler dan darah vena. Pada pemeriksaan

hematokrit baik metode makro maupun metode mikro terdapat lapisan

Buffy coat yang letaknya diantara lapisan sel darah merah dan plasma.

Lapisan ini terdiri dari leukosit dan trombosit yang berwarna kelabu

kemerahan atau keputih-putihan. Dalam keadaan normal tingginya

lapisan buffy coat 0,1 mm sampai dengan 1 mm. Tinggi 0,1 mm kira-

kira sesuai dengan 1000 leukosit/mm3. Tinggi buffy coat yang masih

dalam range normal belumlah berarti benar, misalnya kalau ada limfosit

yang pada umumnya lebih kecil dari granulosit. Oleh karena itu

tingginya lapisan buffy coat merupakan perkiraan saja terhadap ada

tidaknya leukositosis. (Dacie and Lewis,2010).

c. Macam-Macam Cara Pemeriksaan Hematokrit

1. Pemeriksaan hematokrit dengan cara konvesional

Pemeriksaan hematokrit dapat dilakukan dengan cara makro

dan cara mikro dengan prinsip pemeriksaan yaitu dimana darah

dengan antikoagulan disentrifus pada kecepatan tertentu dan dalam

waktu tertentu. Perbandingan volume eritrosit terhadap volume

spesimen darah dinyatakan dalam %.

Kekurangan dalam melakukan pemeriksaan hematokrit cara

konvensional metode makro adalah waktu yang diperlukan untuk

15
sentrifugasi rata-rata 30 menit dan sampel darah yang digunakan

juga cukup banyak. Sedangkan kelebihannya adalah tidak perlu

menutup salah satu ujung tabung dengan nyala api, karena disini

menggunakan tabung wintrobe (Gandasoebrata,2010).

Kekurangan dalam melakukan pemeriksaan hematokrit

dengan cara konvensional metode mikro adalah penutupan ujung

tabung kapiler yang tidak rapat, karena hal tersebut dapat

menyebabkan kebocoran tabung kapiler saat disentrifus. Sehingga

dapat menyebabkan nilai hematokrit menurun. Sedangkan

kelebihannya adalah tekniknya lebih sedehana, sampel yang

digunakan sedikit dan nilai hematokrit dari tabung kapiler sangat

sahih (variabilitasnya hanya 1-2%) (Mahode, 2011).

2. Pemeriksaan hematokrit dengan cara otomatis (Hematology

Analyzer)

Pemeriksaan hematokrit dengan hematology analyzer

menggunakan sysmex KX-21. Pada sysmex KX-21 menggunakan 3

detector block dan 2 jenis reagen untuk analisis darah. Pada

pemeriksaan hematokrit menggunakan sysmex KX-21 reagen yang

digunakan adalah cell pack yang berfungsi untuk pengenceran atau

diluents, stromatolyzer dan cell clean yang memiliki prinsip yaitu

metode deteksi berdasarkan tinggi pulsa eritrosit. Dimana nilai

hematokrit didapat dari perbandingan antara volume eritrosit dengan

volume darah keseluruhan dinyatakan dalam %.

16
Pemeriksaan dengan cara ini memiliki keterbatasan yaitu :

1. Jika terdapat bekuan akan menyebabkan nilai hematkrit

rendah palsu.

2. Jika terdapat leukositosis (> 100.000/µl) akan

menyebabkan nilai hematokrit tinggi palsu.

3. Jika terdapat eritrosit abnormal akan mempengaruhi nilai

hematokrit.

Kekurangan pemeriksaan hematokrit dengan cara otomatis

menggunakan hematology Analyzer adalah kurang efisien dari segi

dana dan membutuhkan sampel darah yang lebih banyak. Sedangkan

kelebihannya adalah hasil pemeriksaan akan dibaca secara otomatis

dan hasil pemeriksaan dapat langsung diketahui secara tepat dan

mempunyai derajat ketepatan yang tinggi.

d. Faktor yang Mempengaruhi Pemeriksaan Hematokrit

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pemeriksaan

hematokrit sebagai berikut :

1. Faktor Intrinsik

Faktor-faktor didalam pasien yang dapat mempengaruhi hasil

pemeriksaan laboratorium.

a. Keadaan Patologis

1. Eritrosit

Faktor ini sangat penting pada pemeriksaan hematokrit karena

eritrosit merupakan sel yang diukur dalam pemeriksaan.

Hematokrit dapat meningkat pada polisitemia yaitu

17
peningkatan jumlah sel darah merah dan nilai hematokrit dapat

menurun pada anemia yaitu penurunan kuantitas sel-sel darah

merah dalam sirkulasi.

2. Viskositas darah

Efek hematokrit terhadap viskositas darah adalah makin besar

prosentase sel darah maka makin tinggi hematokritnya dan

makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah,

pergeseran inilah yang menentukan viskositas. Oleh karena

itu, viskositas darah meningkat secara drastis ketika

hematokrit meningkat.

3. Plasma

Pada pemeriksaan hematokrit plasma harus pula diamati

terhadap adanya hemolisis. Keadaan fisiologis atau

patofisiologis pada plasma dapat mempengaruhi pemeriksaan

hematrokrit.

b. Dehidrasi

Hematokrit dapat meningkat apabila tubuh kehilangan cairan

tetapi tanpa kehilangan eritrosit, seperti pada dehidrasi akibat

keringat berlebihan atau diare berat (Sherwood, 2001)

c. Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik atau olah raga akan menurunkan volume plasma

yang dapat menyebabkan hemokonsentrasi sehingga terjadi

peningkatan nilai hematokrit (Riswanto, 2013)

18
d. Trauma

Trauma dengan luka perdarahan akan menyebabkan penurunan

nilai hematokrit. Hal ini terjadi karena perpindahan cairan tubuh

kedalam pembuluh darah yang menyebabkan pengenceran darah

(Riswanto, 2013)

e. Ketinggian

Penurunan tekanan oksigen pada ketinggian yang lebih tinggi

menyebabkan tubuh menghasilkan lebih banyak eritrosit untuk

memenuhi kebutuhan oksigen tubuh. Semakin bertambah

ketinggian semakin besar peningkatan sehingga nilai hematokrit

akan memiliki rentang nilai normal lebih tinggi pada ketinggian

yang lebih tinggi (Riswanto, 2013)

f. Jenis Kelamin

Jenis kelamin memiliki pengaruh yang menentukan konsentrasi

komponen darah. Perbedaan kadar dan aktivitas tercermin dalam

nilai normal antara laki-laki dan perempuan. Nilai normal

hematokrit lebih tinggi untuk laki-laki daripada perempuan

(Riswanto, 2013)

g. Umur

Umur berpengaruh terhadap kadar dan aktivitas zat dalam darah.

Jumlah eritrosit dan kadar hematokrit lebih tinggi pada neonatus

daripada dewasa.

19
h. Obat-obatan

Pengaruh obat-obatan seperti antibiotik (kloramfenikol dan

penisilin) dan obat radioaktif dapat menurunkan kadar hematokrit

(Purwaningsih, 2010)

i. Vitamin

Mengkonsumsi vitamin penambah darah yang banyak

mengandung zat besi dengan kombinasi vitamin C dan sorbitol

dapat menyebabkan peningkatan penyerapan zat besi didalam

tubuh, sehingga terjadi peningkatan eritropoesis yang

menyebabkan peningkatan jumlah eritrosit dan nilai hematokrit

(M. Faruq, 2010)

j. Alkohol

Alkohol secara langsung dapat merusak sumsum tulang sehingga

menimbulkan gangguan pembentukan eritrosit dan anemia

(Bacman and Ames, 2008)

k. Merokok

Efek dari nikotin dan tar dalam rokok dapat menyebabkan

kerusakan pada sumsum tulang dan denaturasi hemoglobin oleh

karbondioksida (CO) sehingga dapat menyebabkan penurunan

jumlah eritrosit dan nilai hematokrit (Sailaja Y R, 2003)

2. Faktor Ekstrinsik

Faktor-faktor diluar pasien yang dapat mempengaruhi hasil

pemeriksaan laboratorium, mencakup seluruh proses meliputi tahap

pra analitik, analitik dan pasca analitik.

20
a. Tahap Pra Analitik

1. Pengambilan sampel

a. Darah Kapiler

Pengambilan dari ujung jari yang terlalu ditekan-tekan

menyebabkan cairan jaringan keluar dan tercampur dengan

darah, sehingga darah menjadi encer dan mengakibatkan

kadar hematokrit menjadi lebih rendah (Gandasoebrata,

2010). Tetesan pertama harus dibuang apabila memakai

darah kapiler karena tercampur cairan interstisial. Nilai

hematokrit darah kapiler lebih rendah dibandingkan darah

vena (Wirawan, 2011)

b. Darah Vena

Mengenakan ikatan pembendung terlalu lama atau terlalu

keras mengakibatkan hemokonsentrasi sehingga nilai

hematokrit akan lebih tinggi (Gandasoebrata, 2010).

2. Persiapan sampel

a. Sampel yang digunakan sesuai dengan jenis pemeriksaan

b. Volume sampel mencukupi untuk dilakukan pemeriksaan

3. Pemakaian antikoagulan

Pada pemeriksaan hematokrit digunakan dua macam

antikoagulan yaitu Heparin dan Ethylen Diamine Tetra

Acetate (EDTA).

21
a. Heparin

Heparin merupakan antikoagulan yang normal terdapat

dalam tubuh. Zat ini tidak mempunyai pengaruh osmosis

terhadap sel-sel darah, oleh karena itu dapat digunakan

pada pemeriksaan hematokrit. Pemeriksaan hematokrit

metode mikrokapiler biasanya menggunakan tabung

mikrokapiler yang telah dilapisi oleh antikoagulan heparin

pada bagian dalam tabung (Subroto, 2010)

b. EDTA (Ethylen Diamine Tetra Acetate)

EDTA adalah jenis antikoagulan yang paling sering

digunakan dalam pemeriksaan laboratorium hematologi.

EDTA sebagai garam natrium atau kaliumnya. Garam-

garam mengubah ion kalsium dari darah menjadi bentuk

yang bukan ion. Jika menggunakan EDTA lebih dari 2 mg

per ml darah maka nilai hematokrit menjadi lebih rendah

dari yang sebenarnya. (Gandasoebrata,2010).

4. Identitas sesuai dengan data pasien

b. Tahap Analitik

1. Metode pemeriksaan

Penetapan nilai hematokrit dapat dilakukan dengan cara

makro dan mikro. Pada cara makro digunakan tabung

wintrobe, sedangkan pada cara mikro digunakan tabung

kapiler (Wirawan, 2006). Metode pemeriksaan secara mikro

sering digunakan karena cepat dan mudah dibandingkan

22
dengan metode makro yang membutuhkan sampel lebih

banyak dan waktu yang lama (Sacher dan Richard, 2010).

2. Pemusingan / sentrifugasi

Penempatan tabung kailer pada sentrifus yang kurang tepat

dan penutup yang kurang rapat dapat menyebabkan hasil

pembacaan hematokrit tinggi palsu. Kecepatan putar sentrifus

dan pengaturan waktu dimaksudkan agar eritrosit memadat

secara maksimal. Oleh karena itu harus diatur secara tepat.

Pemakaian sentrifus mikrohematokrit dalam waktu yang lama

mengakibatkan alat menjadi panas sehingga mengakibatkan

hemolisis dan nilai hematokrit menjadi rendah palsu.

3. Dempul (Penutup tabung mikrokapiler)

Penutupan tabung kapiler yang tidak rapat akan menyebabkan

kesalahan dikarenakan pengaruh sentrifuge yang cepat

sehingga sel darah merah dapat keluar dari tabung (Barbara A

Brown, 2004)

4. Suhu dan waktu penyimpanan sampel

Bahan pemeriksaan sebaiknya segera diperiksa, tetapi jika

dilakukan penundaan pemeriksaan, sampel disimpan pada

suhu ruang dapat ditunda selama 6 jam.

5. Gelembung udara

23
Adanya gelembung udara dalam tabung mikrokapiler akan

mengakibatkan kesalahan pada pembacaan nilai hematokrit

(Lewis Sir Jhon, 2001)

c. Tahap Pasca Analitik

1. Pembacaan Hasil

Lapisan buffy coat tidak turut dibaca pada penetapan

hematokrit metode mikro. Skala pembaca harus dilihat

dengan sudut pandang tegak lurus terhadap mata untuk

menghindari kesalahan pembacaan hasil (Wirawan, 2011).

2. Pencatatan dan Pelaporan Hasil

Pencatatan dan pelaporan harus sesuai dengan hasil yang

diperoleh dari pemeriksaan hematokrit.

e. Sumber Kesalahan pada Pemeriksaan Hematokrit

1. Waktu pemeriksaan yang ditunda terlalu lama menyebabkan terjadi

perubahan morfologi sel darah.

2. Kesalahan tidak mengocok sampel secara homogen, terutama bila

tidak memiliki alat pengocok otomatis (nutator) maka

dikhawatirkan sampel tidak homogen .

3. Alat bekerja tidak teliti dan tidak tepat dikarenakan tidak

melakukan kalibrasi secara berkala.

4. Volume sampel sedikit. Untuk alat jenis open tube maka, penyebab

salahnya saat memasukkan sampel pada jarum sampling alat, misal

ujung jarum tidak masuk penuh pada darah atau darah terlalu sedikit

24
dalam tabung sehingga saat dimasukkan jarum tidak terendam

seluruhnya.

5. Alat rusak atau keadaan alat yang kotor.

6. Tidak mengikuti petunjuk operasional alat

(Kustiani Fitri, 2016)

f. Nilai Rujukan Hematokrit

1 Pria : 40 – 54%

2 Wanita : 37 – 47%

3 Wanita hamil : 30 – 46%

4 Anak : 31 – 45%

5 Balita : 35 – 44%

6 Bayi : 29 – 54%

7 Neonatus : 40 – 68%

(Chernecky C.C dan Berger B.J, 2008)

g. Masalah Klinis

1. Peningkatan Nilai Hematokrit

Ht tinggi (>50%) dapat ditemukan pada berbagai kasus yang

menyebabkan kenaikan Hb, antara lain penyakit Addison, luka

bakar, dehidrasi/diare, diabetes mellitus, dan polisitemia. Ambang

batas adalah Ht>60%.

2. Penurunan Nilai Hematokrit

Ht rendah (<30%) dapat ditemukan pada anemia, sirosis hati, gagal

jantung, perlemakan hati, hemolisis, pneumonia, dan overhidrasi.

Ambang batas adalah Ht<15%. (Hardjoeno, 2007).

25
h. Manfaat Pemeriksaan Hematokrit dalam Klinik

Pemeriksaan hematokrit berhubungan dengan beberapa penyakit yaitu

1. Demam Berdarah Dengue (Dengue Haemorrhagic Fever,

selanjutnya disingkat DHF) ialah penyakit yang terdapat pada anak

dan dewasa yang disebabkan oleh virus dan disebarkan oleh

nyamuk Aedes aegypti. Patofisiologi utama yang menentukan berat

penyakit ini adalah meningkatnya permeabilitas pembuluh darah

sehingga mengakibatkan kebocoran plasma ke ekstrak vaskuler

melalui kapiler yang rusak. Hal tersebut menyebabkan volume

plasma menurun dan nilai hematokrit meningkat. Peningkatan

hematokrit sampai 20% atau lebih dianggap sebagai bukti definitif

adanya penigkatan permeabilitas pembuluh darah dan kebocoran

plasma. Jadi, apabila terjadi peningkatan hematokrit dapat segera

dilakukan pemberian cairan intravena atau infus yang bertujuan

untuk mengembalikan volume cairan intravaskuler ketingkat yang

normal.(Hadinegoro dan Satari,2005)

2. Anemia adalah penurunan kuantitas sel-sel darah merah dalam

sirkulasi, abnormalitas kandungan hemoglobin sel darah merah atau

keduanya. Anemia dapat mengakibatkan penurunan nilai

hematokrit dan hemoglobin. (Corwin, 2009)

3. Polisitemia adalah peningkatan jumlah sel darah merah. Polisitemia

vera ditandai dengan peningkatan jumlah trombosit dan granulosit

serta sel darah merah, dan diyakini sebagai awal terjadinya

abnormalitas sel. (Corwin,2009)

26
Di dalam sirkulasi darah polisitemia vera didapati peninggian nilai

hematokrit yang menggambarkan terjadinya peningkatan

konsentrasi eritrosit terhadap plasma.(Sudoyo, et.al, 2009)

4. Diare berat adalah buang air besar (defekasi) dengan feses

berbentuk cairan atau setengah cairan (setengah padat), dengan

demikian kandungan air pada tinja lebih banyak dari biasanya

27
B. Kerangka Teori

Gambar 2.1 Kerangka Teori

28
C. Kerangka Konsep

Volume Nilai
Darah Hematokrit

D. Hipotesa

Ada perbedaan volume darah terhadap nilai hematokrit dengan tabung

mikrokapiler

29

Anda mungkin juga menyukai