Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA

PRAKTIKUM DARAH

Pelaksanaan : Rabu, 7 November 2018


Dosen : Erlix Purnama, S.Si, M.Si

Kelompok 5

Kusnul Kotimah 16030204059


Sausan Dina Abidah 16030204087
Dwi Ayulistiana 16030204092
Bagus Miftakhul Nashir 16030204095

PBU 2016

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2018
I. Judul
Praktikum Darah

II. Rumusan Masalah


Rumusan masalah dari praktikum ini adalah :
1. Bagaimana cara kerja enzim alpha amilase pada larutan kanji?
2. Bagaimana pengaruh suhu terhadap kerja enzim alpha amilase pada
larutan kanji?

III. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah :
1. Mengetahui cara kerja enzim alpha amilase pada larutan kanji.
2. Mengetahui pengaruh suhu terhadap kerja enzim alpha amilase pada
larutan kanji.

IV. Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah praktikum dapat di
1. H0 :
2. Ha:

V. Dasar Teori
1. Darah
Darah merupakan media cair yang terdiri dari komponen selular yaitu
sel - sel darah dan komponen cairan yang kaya akan protein yaitu plasma
darah (Schalm et al. 1975). Darah merupakan bagian dari sistem pada
manusia. Darah terdiri atas plasma dan sel-sel darah. Sebanyak 55%
adalah plasma dan 45% adalah sel-sel darah. Darah membawa banyak
zat penting yang diperlukan tubuh dalam jalur yang disebut “pembuluh
darah”. Kinerja darah diatur oleh jantung. Selain membawa zat yang
diperlukan oleh tubuh darah juga membawa hasil metabolisme untuk
kemudian dibawa ke ginjal dan organ ekskresi lainnya untuk dibuang.
Menurut Martini (2006) fungsi darah antara lain:
a. Mengedarkan sari makanan ke seluruh tubuh oleh plasma darah.
b. Mengangkut sisa oksidasi dari sel tubuh untuk dikeluarkan dari
tubuh yangdilakukan oleh plasma darah, karbon dioksida
dikeluarkan melalui paru-paru, ureadikeluarkan melalui ginjal.
c. Mengedarkan hormon yang dikeluarkan dari endokrin yang
dilakukan oleh plasma darah.
d. Mengangkut oksigen ke seluruh tubuh yang dilakukan oleh sel-sel
darah merah dengan bantuan Hb.
e. Membunuh kuman yang masuk ke dalam tubuh yang dilakukan
oleh sel darahputih.
f. Menutup luka yang dilakukan oleh keping-keping darah.
g. Menjaga kestabilan suhu tubuh.

Darah tersusun dari beberapa komponen yaitu sel – sel darah Sebanyak
45 % komposisi darah tersusun oleh sel – sel darah. Sel – sel darah
terbagi menjadi 3 macam yaitu :
a. Sel darah merah (eritrosit) Eritrosit merupakan sel yang tidak berinti
dan bersifat non motil. Eritrosit berbentuk bikonkaf yang bertujuan
untuk mempercepat pertukaran gas antara sel dengan plasma.
Eritosit mempunyai bentuk cakram dengan diameter 7,5 m dengan
ketebalan tepi 2 m. Tengah-tengah cakram tersebut lebih tipis
dengan ketebalan 1 m ( Hartadi et al., 2004). Pada orang dewasa,
eritrosit dibentuk di dalam sumsum tulang belakang, sedangkan
pada embrio/bayi, eritrosit dibentuk didalam hati dan limpa. Sel-sel
pembentuk sel darah merah ini disebut eritroblast. Sel-sel darah
merah mempunyai usia ± 120 hari. Setiap detik ada 3 juta sel darah
merah yang mati dan dibersihkan oleh hati dan limpa. Warna merah
pada eritrosit disebabkan oleh adanya hemoglobin. Hemoglobin
adalah suatu protein yang terdiri atas globin dan hemin yang
mengandung zat besi. Hemoglobin ini berfungsi sebagai pengikat
oksigen untuk disebarkan ke seluruh tubuh (Lestari, 2009).
b. Sel darah putih (leukosit) Leukosit atau sel darah putih merupakan
unit yang aktif dari sistem pertahanan tubuh. Leukosit mempunyai
bentuk yang tidak tetap (ameboid), tidak berwarna, memiliki inti,
bulat/cekung, jumlahnya pada orang normal kira-kira
6.0009.000/mm3 . Umur sel darah putih sekitar 12-13 hari. Leukosit
dibuat dalam sumsum tulang merah, limfe dan jaringan
retikuloendothelium. Fungsi dari leukosit yaitu untuk melindungi
tubuh dari infeksi. Leukosit merupakan sel yang bersifat fagosit. Jika
ada kuman atau benda asing yang masuk ke dalam tubuh, maka
leukosit akan mengeluarkan antibodi dan memakan zat asing
tersebut. Apabila leukosit ini kalah maka akan berubah menjadi
nanah (Guyton 1997). Macam – macam leukosit menurut Natalia et
al. yaitu :
1) Leukosit agranulosit terdiri dari monosit dan limfosit. Monosit,
dengan ciri-ciri inti bulat, besar, bersifat fagosit dan dapat bergerak
cepat. Sedangkan Limfosit memiliki ciri-ciri berinti satu, tidak dapat
bergerak, dan berfungsi untuk imunitas.
2) Leukosit granulosit terdiri dari netrofil, basofil, dan eosinofil.
Neutrofil merupakan leukosit darah perifer yang paling banyak. Sel
ini memiliki masa hidup singkat, sekitar 10 jam dalam sirkulasi.
Sekitar 50 % neutrofil dalam darah perifer menempel pada dinding
pembuluh darah. Neutrofil memasuki jaringan dengan cara
bermigrasi sebagai respon terhadap kemotaktik (Hoffbrand, 2006).
Eosinofil memiliki granula bewarna merah dengan pewarnaan asam,
ukuran dan bentuknya hampir sama dengan neutrofil, tetapi granula
dalam sitoplasmanya lebih besar, banyaknya kira-kira 24 %
sedangkan basofil memiliki granula bewarna biru dengan pewarnaan
basa, sel ini lebih kecil daripada eosinofil, tetapi mempunyai inti
yang bentuknya teratur, di dalam protoplasmanya terdapat granula-
granula yang besar, banyaknya kira-kira 0,5 % di sumsum merah
(Handayani, 2008).
c. Trombosit (Sel – sel darah pembeku) Trombosit memiliki bentuk
yang tidak tetap. Jumlah trombosit di dalam tubuh sekitar 200.000-
400.000/mm3, dibuat dalam sumsum tulang (megakariosit).
Trombosit berperan dalam proses pembekuan darah. Saat terjadi
luka, trombosit akan pecah dan terbentuk trombokinase, dengan
bantuan ion kalsiumdan vitamin K, trombokinase akan mengubah
protrombin (dalam plasma darah) menjadi trombin. Trombin yang
terbentuk akan mengubah fibrinogen menjadi fibrin (benang-benang
halus) yang akan menutup luka sehingga perdarahan berhenti
(Lestari, 2009). 2. Plasma darah Plasma merupakan cairan yang
menyertai sel-sel darah. Menurut Martini (2006), di dalam plasma
terkandung zat – zat sebagai berikut. a. Air sebanyak 92 % b. Protein
sebanyak 7 % yang terdiri dari : albumin yang berperan dalam
menjaga tekanan osmosis darah, globulin berperan dalam
pembuatan antibody, serta fibrinogen berperan dalam pembekuan
darah. c. Zat – zat lain 1 % yang terdiri dari : Gas (berupa O2, CO2
dan N2), nutrien (berupa lemak, glukosa, asam amino, vitamin),
garam mineral (NaCl, KCl, fosfat, sulfat, bikarbonat), dan zat sisa
(urea, kretinin, asam urat, bilirubin).

Tabel 1. Berikut tabel pembeda eritrisoit, leukosit dan trombosit


(Pustaka pedia, 2009)
No Pembeda Eritrosit Leukosit Trombosit

1 Ukuran 7,5 m 5-9 m 2-4 m

2 Jumlah ± 5.000.000/mm3 ± 7.000/mm3 ± 300.000/mm3

3 Struktur Tanpa Nukleus, Mempunyai Tanpa Nukleus,


Mempunyai Nukleus, Tanpa Tanpa Hemoglobin
Hemoglobin Hemoglobin
4 Bentuk Cakram Bikonkaf Tidak Beraturan Tidak Beraturan
5 Tempat Sumsum Merah Sumsum Tulang Sumsum Tulang
Produksi Tulang Pipa dan dan Kelenjar Belakang
Tulang Pipih Limfa
6 Fungsi Membawa oksigen Fagosit Pembekuan Darah
dari paru-paru memakan
keseluruh tubuh kuman, limfosit
dan karbondioksida menghasilkan
dari seluruh antibodi untuk
jaringan tubuh ke membunuh
paru-paru kuman

2. Penggolongan Darah
Pada manusia, darah digolongkan dalam beberapa tipe menurut
keberadaan beberapa molekul pada permukaan sel darah merah dan
plasma darah. Penggolongan darah yang paling umum digunakan adalah
sistem ABO yang dicetuskan oleh Dr. Karl Landsteiner. Penggolongan
tersebut menggolongkan darah menjadi A, B, AB dan O. Hal tersebut
didasarkan pada keberadaan aglutinogen dan aglutinin. Aglutinogen
disebut juga antigen, merupakan gumpalan protein yang terletak pada
permukaan eritrosit. Sedangkan aglutinin atau yang disebut juga
antibodi terletak pada plasma darah. Tubuh memiliki mekanisme untuk
mengenal dan menandai dirinya sendiri sehingga saat ada sel asing yang
tidak dikenal masuk ke pembuluh darah sistem imun dapat bekerja
menghancurkan benda asing. Dalam hal tersebut antibodi bekerja
sebagai bagian dari sistem imun yang menargetkan antigen dalam sel
asing. Protein yang menyusun antibodi berbeda dan khusus sehingga
orang dengan golongan darah A memiliki antibodi yang berbeda dengan
golongan darah B (Goodenough and McGuire, 2014).
Sebagai contoh, orang dengan golongan darah A memiliki aglutinogen
A pada permukaan erotrositnya dan memiliki anti-B aglutinin pada
plasma darah. Sebaliknya orang dengan golongan darah B memiliki
aglutinogen B pada permukaan eritrositnya dan anti-B aglutinin pada
plasma darah. Sedangkan orang dengan golongan darah AB memiliki
kedua aglutinogen, yaitu A dan B pada permukaan eritrosit namun tidak
memiliki aglutinin. Sedangkan pada orang dengan golongan darah O
tidak terdapat aglutinogen namun terdapat anti-A dan anti-B aglutinin.

Gambar 1. Antigen dan antibodi pada sistem ABO

Selain A dan B faktor golongan darah juga ditentukan oleh Rh. Rh


merupakan antigen yang terdapat pada eritrosit. Rh pertama kali
ditemukan pada darah monyet. Orang yang memiliki antigen Rh pada
eritrositnya digolongkan sebagai Rh+ sedangkan yang tidak memiliki
antigen Rh digolongkan sebagai Rh-. Sistem Rh memiliki peran yang
sangat penting dalam transfusi darah. Orang dengan Rh- hanya dapat
menerima donor dari Rh-. Hal tersebut dikarenakan dapat terbentuk
antibodi terhadap Rh pada tubuh penerima donor yang menyerang Rh
dari darah donor sehingga menyebabkan beberapa masalah serius pasca
donor yang membahayakan tubuh penerima donor (Goodenough and
McGuire, 2014). Antibodi Rh tidak terbentuk saat petama kali Rh-
bertemu dengan Rh+ melainkan saat kedua kalinya. Hal tersebut
dikarenakan antibodi membutuhkan waktu untuk dibentuk. Saat kedua
kali Rh- bertemu dengan Rh+ dalam tubuh penerima donor maka saat
itu antibodi Rh bereaksi.
Saat ini sistem Rh digunakan dalam diagnosis persiapan kelahiran pada
ibu hamil. Terbentuknya antibodi Rh dapat juga terjadi selama
kehamilan dengan kondisi ibu memiliki Rh- dan anak memiliki Rh+.
Normalnya darah ibu dan bayi tidak tercampur, namun jika terjadi
masalah yang menyebabkan kebocoran pembuluh darah sehingga darah
anak bercampur dengan darah ibu maka ibu akan mengeluarkan antibodi
terhadap anak yang dikandungnya. Namun antibodi tersebut tidak
bereaksi dengan anak petama yang dikandung melainkan pada anak
kedua pada kehamilan selanjutnya. Keadaan tersebut dapat membuat
antibodi ibu menyerang darah anak sehingga anak akan lahir dalam
keadaan anemia. Penyakit yang disebabkan oleh kejadian ini disebut
eritroblasis fetalis (Goodenough and McGuire, 2014).
3. Hemoglobin
Hemoglobin (Hb) adalah protein struktural yang terdapat dalam
eritrosit. Fungsi Hb adalah membantu pengukatan gas oksigen dan
karbondioksida (Sompi, 2015). Hb terdiri atas globin dan heme yang
terdiri atas cicin porfirin dengan satu atom besi. Globin terdiri atas

empat rantai polipeptida yaitu 2 rantai polipeptida alfa/(α)₂ dan 2 rantai

polipeptida beta/(β). Rantaipolipeptida alfa terdiri dari 141 asam amino


dan rantai polipeptida beta terdiri dari 146 asam amino. Hemoglobin
normal dalam darah orang dewasa terdiri dari Hb A (96-98%), Hb F

(0.5-0.8 %) dan Hb A₂ (1,53,2%) (Henry, 2001). Heme (ferro) yang

terikat pada oksigen disebut hemoglobin teroksigenasi atau

oksihemoglobin (HbO₂). Sedangkan heme (ferro) yang sudah

melepaskan oksigen disebut deoksihemoglobin. Heme juga dapat


mengikat karbonmonoksida (CO2), yaitu heme yang teroksidasi dari
ferro menjadi ferri atau methemoglobin, methemoglobin tidak mampu
lagi untuk mengikat oksigen (Koolman, 2005).
Fungsi Hemoglobin diantaranya:
a. Mengambil oksigen dari paru-paru kemudian dibawa ke seluruh
jaringan-jaringan tubuh untuk dipakai sebagai bahan bakar.
b. Mengatur pertukaran oksigen dengan karbon dioksida di dalam
jaringan-jaringan tubuh.
c. Membawa oksigen dari jaringan-jaringan tubuh sebagai hasil
metabolism ke paru-paru untuk di buang.

Penurunan Hb terjadi pada penderita: anemia penyakit ginjal, dan


pemberian cairan intra-vena (misalnya infus) yang berlebihan. Selain
itu dapat pula disebabkan oleh obat-obatan tertentu seperti antibiotika,
aspirin, antineoplastik (obat kanker), indometasin (obat antiradang).
Peningkatan Hb terjadi pada pasien dehidrasi, penyakit paru obstruktif
menahun (COPD), gagal jantung kongestif, dan luka bakar. Obat yang
dapat meningkatkan Hb yaitu metildopa (salah satu jenis obat darah
tinggi) dan gentamicin (Obat untuk infeksi pada kulit). Konsentrasi Hb
berfluktuasi pada pasien yang mengalami pendarahan dan luka bakar.
Konsentrasi Hb dapat digunakan untuk menilai tingkat keparahan
anemia, respons terhadap terapi anemia atau perkembangan penyakit
yang berhubungan dengan anemia.
Kebutuhan zat besi wanita lebih besar dibandingkan kebutuhan zat besi
pria karena wanita dengan usia produktif termasuk remaja, mengalami
haid setiap bulannya. Wanita juga cenderung mengurangi asupan
makanan bergizi agar supaya dapat menurunkan berat badannya (diet),
sehingga kebutuhan zat besi dalam tubuh tidak dapat terpenuhi dengan
baik (Wibowo, 2013). Kadar Hb yang turun dapat mengakibatkan
gejala awal anemia berupa badan lemah, lelah, kurang energi, kurang
nafsu makan, daya konsentrasi menurun, sakit kepala, mudah terinfeksi
penyakit, stamina tubuh menurun, dan pandangan berkunang-kunang
terutama bila bangkit dari duduk. Selain itu, wajah, selaput lendir
kelopak mata, bibir, dan kuku penderita tampak pucat (Zarianis, 2006).
Setiap gram hemoglobin murni mampu berikatan dengan 1,34 mililiter
oksigen. Oleh karena itu, hemoglobin pada seorang laki-laki normal
dapat membawa sebanyak 20 mililiter oksigen dalam bentuk gabungan
dengan hemoglobin per 100 mililiter darah, sedangkan pada perempuan
sebanyak 19 mililiter oksigen (Guyton, 2007).

Tabel 2. Rentang nilai normal kadar hemoglobin perempuan dan laki-laki


dewasa, anak-anak, dan ibu hamil (Depkes RI, 2008)
Kelompok Nilai rerata Hb (g/dL) Nilai SD Rerata 1SD
(g/dL) (g/dL)
Perempuan 13,00 1,72 11,28 – 14,72
dewasa
Laki-laki 14,67 1,84 12,83 – 16,51
dewasa
Anak-anak (≤ 12,67 1,58 11,09 – 14,25
14 tahun)
Ibu hamil 11,81 1,55 10,26 – 13,36

Kadar Hb dalam darah dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya:


a. Kecukupan besi dalam tubuh
Pada keadaan normal, seorang laki-laki dewasa mempunyai
kandungan besi 50 mg/KgBB, sedangkan perempuan dewasa yaitu
35 mg/KgBB (Sudoyono, 2009).
b. Metabolisme besi dalam tubuh
Metabolisme zat besi dalam tubuh terdiri atas beberapa proses yaitu,
penyerapan, pengangkutan, pemanfaatan, penyimpanan, dan
pengeluaran zat besi. Sebelum absorbsi, besi non heme direduksi
dari bentuk ferri (Fe3+) menjadi bentuk ferro (Fe2+) dengan bantuan
asam aksorbat agar mudah diserap, sedangkan besi heme langsung
di absorbsi. Sejumlah 50% mg zat besi dapat dimobilisasai untuk
keperluan tubuh dalam sehari, seperti untuk pembentukan
hemoglobin. Pengeluaran besi dari sel-sel yang sudah mati yaitu
melalui kulit, saluran pencernaan, ataupun yang keluar melalui urin
berjumlah 1 mg setiap hari yang disebut dengan kehilangan basal
(Iron bassal losses) (Sylvia, 2006).
c. Ketinggian dataran
Seseorang yang berada pada ketinggian tertentu membangkitkan
respon penyesuaian diri untuk menurunkan tekanan darah parsial
oksigen dan mengurangi saturasi oksigen dalam darah. Hal ini
terlihat nyata pada ketinggian di atas 1000 meter. Kadar hematokrit
dan hemoglobin seseorang meningkat secara berangsur-angsur pada
ketinggian yang semakin tinggi (Gibson, 2005).
d. Umur
Umur berpengaruh terhadap kadar dan aktivitas zat dalam darah.
Kadar hemoglobin jauh lebih tinggi pada neonates daripada dewasa.
Menururt Gibson (2005) Nilai median hemoglobin naik selama 10
tahun pada masa kanak-kanak selanjutnya akan meningkat pada
masa pubertas.
e. Jenis kelamin
Laki-laki kadar hemoglobin lebih tinggi daripada wanita. Hal ini
disebabkan masa otot pris relatif lebih besar dibandingkan wanita.
Sedangkan wanita mengalami menstruasi karena banyak darah yang
keluar dapat menyebabkan kadar hemoglobin rendah (Gibson,
2005).
f. Nutrisi dalam tubuh
Nutrisi sangat berkaitan dengan status gizi yang merupakan faktor
penentu produktivitas kerja. Tenaga kerja yang berstatus gizi idak
normal mempunyai gerakan lamban dan kurang lincah dalam
bekerja sehingga roduktivitas kerja rendah. Asupan Fe yang tidak
memadai akan menurunkan kadar Hb yang engakibatkan anemia.
Dampak seseorang yang anemia, kebugaran tubuh dan daya tahan
ubuh menurun sehingga mudah sakit, tidak semangat, dan tidakdapat
berkonsentrasi, sehingga akan lamban dalam bekerja yang dapat
menurunkan produktivitas kerja (Pramono, 2014).
g. Ras atau bangsa
Ras atau bangsa diketahui mempengaruhi kadar hemoglobin.
Individu dari keturunan Afrika mempunyai nilai hemoglobin 5-10
g/dL lebih rendah dari keturunan Kaukasian dengan mengabaikan
umur, pendapatan dan defisiensi besi (Gibson, 2005).
h. Variasi biologis individu
Variasi biologis individu akan mempengaruhi kadar hemoglobin.
Kadar hemoglobin cenderung lebih rendah pada saat sore hari
dibanding pagi hari (Gibson, 2005).
i. Infeksi dan berbagai situs penyakit
Infeksi parasit seperti Plasmodium falciparum menyebabkan kadar
hemoglobin rendah dengan pecahnya eritrosit dan tertekannya
produksi eritrosit (Gibson, 2005). Berbagai status penyakit juga
dapat memepengaruhi kadar hemoglobin. Kadar hemoglobin rendah
timbul pada infeksi kronik dan peradangan. Status penyakit kronik
ini meliputi HIV-AIDS, hemoglobinopathies dan infeksi karena
Schistosomiasis, Trichuriasis, dan Ascaris (Gibson, 2005).
4. Metode Pengukuran Hemoglobin
Pengukuran Hb paling sederhana adalah dengan menggunakan metode
sahli. Metode tersebut mengukur Hb dengan hidrolisis HCl menjadi
asam hematin yang berwarna coklat, warna yang terbentuk
dibandingkan dengan standart pada alat. Perubahan warna asam hematin
dibuat dengan cara pengenceran sehingga sama dengan warna standart
(Gandasoebrata, 2007). Pada metode sahli digunakan HCl karena HCl
dapat menjadi pengencer yang baguskarena HCl bekerja secara cepat
untuk hemolisis eritrosit. Sedangkan akuades digunakan sebagai
pengencer darah yang pekat sehingga warna darah yang diuji sama
dengan warna strandart. HCl dicampur dengan cara disedot dengan pipet
sedot dan dikeluarkan pada tabung reaksi sehingga HCl bercampur
dengan darah dan pembentukan asam hematin lebih rata dan homogen.
Setelah itu darah pada tabung alat didiamkan tiga menit sehingga semua
eritrosit hemolisis dan dapat mengeluarkan Hb dari eritrosit.
5. Donor Darah
Donor darah memiliki beberapa manfaat, antara lain :
a. Menjaga kesehatan jantung
Tingginya kadar zat besi dalam darah akan membuat seseorang
menjadi lebih rentan terhadap penyakit jantung. Zat besi yang
berlebihan di dalam darah bisa menyebabkan oksidasi kolesterol.
Produk oksidasi tersebut akan menumpuk pada dinding arteri dan
ini sama dengan memperbesar peluang terkena serangan jantung
dan stroke. Saat kita rutin mendonorkan darah maka jumlah zat besi
dalam darah bisa lebih stabil. Ini artinya menurunkan risiko
penyakit jantung.
b. Meningkatkan produksi sel darah merah
Donor darah juga akan membantu tubuh mengurangi jumlah sel
darah merah dalam darah. Tak perlu panik dengan berkurangnya
sel darah merah, karena sumsum tulang belakang akan segera
mengisi ulang sel darah merah yang telah hilang. Hasilnya, sebagai
pendonor kita akan mendapatkan pasokan darah baru setiap kali
kita mendonorkan darah. Oleh karena itu, donor darah menjadi
langkah yang baik untuk menstimulasi pembuatan darah baru.
c. Membantu menurunkan berat badan
Donor darah dapat menjadi salah satu metode diet dan pembakar
kalori. Sebab dengan memberikan sekitar 450 ml darah, akan
membantu proses pembakaran kalori kira-kira 650. Itu adalah
jumlah kalori yang banyak untuk membuat pinggang kita ramping.
d. Mendapatkan kesehatan psikologis
Orang yang rutin mendonorkan darah mendapatkan kebahagiaan
karena dapat memberikan hal yang terniali harganya.
e. Mendeteksi penyakit serius
Setiap kali kita ingin mendonorkan darah, prosedur standarnya
adalah darah kita akan diperiksa dari berbagai macam penyakit
seperti HIV, hepatitis B, hepatitis C, sifilis, dan malaria. Bagi yang
menerima donor darah, ini adalah informasi penting untuk
mengantisipasi penularan penyakit melalui transfusi darah.
Sedangkan untuk kita, ini adalah "rambu peringatan" yang baik
agar kita lebih perhatian terhadap kondisi kesehatan kita sendiri.
Menurut PMI dalam webnya pmi.or.id terdapat tata cara dalam donor
darah antara lain:
a. Mengambil formulir pendaftaran donor
b. Membaca pesan donor dan mengisi formulir donor yang berisi
tentang pertanyaan riwayat medis (inform consent) dan identitas
donor
c. Menandatangani formulir pendaftaran
d. Pemeriksaan pendahuluan yaitu penimbangan berat badan,
pemeriksaan Hb, dan golongan darah
e. Pemeriksaan dokter termasuk wawancara dan pemeriksaan tekanan
darah
f. Pengambilan darah dan sample darah
g. Pengambilan kartu donor
h. Istirahat (donor disediakan makanan pengganti)

Selain tata cara donor, pendonor memiliki syarat yang harus dipenuhi
antara lain:
a. Usia 17-60 tahun (usia 17 tahun diperbolehkan menjadi donor bila
mendapat izin tertulis dari orangtua)
b. Berat badan minimal 45 kg
c. Temperatur tubuh 36,6 – 37,5 derajat Celcius
d. Tekanan darah baik yaitu sistole = 110-160 mmHg, diastole = 70-
100 mmHg
e. Denyut nadi teratur yaitu sekitar 50-100 kali/menit
f. Hemoglobin perempuan minimal 12 gram, sedangkan untuk laki-
laki minimal 12,5 gram
g. Jumlah penyumbangan per tahun paling banyak 5 kali dengan jarak
penyumbangan sekurang-kurangnya 3 bulan
h. Calon donor dapat mengambil dan menandatangani formulir
pendaftaran, lalu menjalani pemeriksaan pendahuluan, seperti
kondisi berat badan, HB, golongan darah, dan dilanjutkan dengan
pemeriksaan dokter
Selain syarat terdapat larangan dalam donor darah antara lain:
a. Pernah menderita Hepatitis B
b. Dalam jangka waktu 6 bulan sesudah kontak erat dengan penderita
hepatitis
c. Dalam jangka waktu 6 bulan sesudah mendapat transfusi
d. Dalam jangka waktu 6 bulan sesudah tato/tindik telinga
e. Dalam jangka waktu 72 jam sesudah operasi gigi
f. Dalam jangka waktu 6 bulan sesudah operasi kecil
g. Dalam jangka waktu 12 bulan sesudah operasi kecil
h. Dalam jangka waktu 24 jam sesudah vaksinasi polio, influenza,
kolera, stetanus dipteria atau profilaksis
i. Dalam jangka waktu 2 minggu sesudah vaksinasi virus hidup
parotitis epidemica, measles dan tetanus toxin
j. Dalam jangka waktu 1 tahun sesudah injeksi terakhir imunisasi
rabies therapeutic
k. Dalam jangka waktu 1 minggu sesudah gejala alergi menghilang
l. Dalam jangka waktu 1 tahun sesudah transplantasi kulit
m. Sedang hamil dan dalam jangka waktu 6 bulan sesudah persalinan
n. Sedang menyusui
o. Ketergantungan obat
p. Alkoholisme akut dan kronis
q. Mengidap Sifilis
r. Menderita Tuberkulosis secara klinis
s. Menderita epilepsi dan sering kejang
t. Menderita penyakit kulit pada vena (pembuluh darah balik) yang
akan ditusuk
u. Mempunyai kecenderungan perdarahan atau penyakit darah,
misalnya thalasemia
v. Seseorang yang termasuk kelompok masyarakat yang berisiko
tinggi mendapatkan HIV dan AIDS (homoseks, morfinis, berganti-
ganti pasangan seks dan pemakai jarum suntik tidak steril)
w. Pengidap HIV dan AIDS menurut hasil pemeriksaan saat donor
darah

VI. Variabel
1. Variabel kontrol
2. Variabel manipulasi
3. Variabel respon

VII. Definisi Operasional Variabel


1. Variabel kontrol
2. Variabel manipulasi
3. Variabel respon

VIII. Bahan dan Alat


1. Bahan
- Tepung kanji : 6 ons
- Air : 1500 ml
- Reagen Fehling A : 15 cc
- Reagen Fehling B : 15 cc
- Yodium tincture : 0,5 cc
- Air liur : 5 ml
- Es batu : secukupnya
2. Alat
- Tabung reaksi : 10 tabung
- Rak tabung reaksi : 1 buah
- Penjepit tabung : 1 buah
- Termometer : 1 buah
- Bunsen : 1 buah
- Pipet panjang : 2 buah
- Pengaduk : 1 buah
- Beker gelas 50 cc : 1 buah
- Beker gelas 100 cc : 1 buah
- Gelas ukur 10 cc : 1 buah

IX. Cara kerja

X. Hasil dan Pembahasan


A. Hasil
Tabel 1. Hasil pengamatan praktikum data
Perlakuan
Kel. Hb Tekanan Darah Denyut Nadi
Golongan Darah
(%) Duduk Jalan Lari Duduk Jalan Lari
1. B+ 13 100/80 110/70 120/70 72 88 112
2. O+ 7,5 100/60 100/60 110/70 70 78 85
3. AB + 9,8 120/80 120/80 110/70 103 113 143
4. A+ 13 120/70 120/70 110/60 84 92 134
5. O+ 11 120/70 140/60 140/60 104 110 140
6. O+ 12,8 110/80 110/80 120/70 72 104 140

B. Pembahasan
Praktikum darah ini bertujuan untuk menentukan golongan
darah pada praktikan, mengukur kadar hemoglobin, mengukur tekanan
darah, serta menghitung denyut nadi pada seseorang.
1. Golongan darah
Pada praktikum penentuan golongan darah menggunakan
sistem penggolongan darah ABO menurut Dr. Karl Landsteiner.
Penggolongan tersebut menggolongkan darah menjadi A, B, AB dan
O yang didasarkan pada aglutinin dan aglutinogen pada darah.
Golongan darah A memiliki aglutinogen A pada permukaan
erotrositnya dan memiliki anti-B aglutinin pada plasma darah.
Sebaliknya orang dengan golongan darah B memiliki aglutinogen B
pada permukaan eritrositnya dan anti-B aglutinin pada plasma darah.
Sedangkan orang dengan golongan darah AB memiliki kedua
aglutinogen, yaitu A dan B pada permukaan eritrosit namun tidak
memiliki aglutinin. Sedangkan pada orang dengan golongan darah
O tidak terdapat aglutinogen namun terdapat anti-A dan anti-B
aglutinin.
Seseorang dengan golongan darah A dapat menerima
transfusi darah dari seseorang dengan golongan darah A, dan O;
serta dapat mendonorkan darah ke orang dengan golongan darah A,
dan AB. Namun golongan darah A tidak dapat menerima transfuse
dari golongan darah B. hal ini disebabkan karena golongan darah
memiliki aglutinin β (anti-B) sehingga nantinya akan terjadi
penggumpalan atau aglutinasi. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari
Abdul (2007), yang menyatakan bahwa jika jenis darah yang di
transfusikan tidak cocok maka terjadi penggumpalan sel darah
merah, yang akan berlanjut pada kerusakan masing-masing darah
tersebut.
Seseorang dengan golongan darah B dapat menerima
transfusi darah dari golongan darah B, dan O; dapat mendonorkan
darah ke seseorang dengan golongan darah B, dan AB.
Seseorang dengan golongan darah AB merupakan resipien
universal, dimana dapat menerima transfusi darah dari golongan
darah A, B, AB dan O; golongan darah AB hanya dapat
mendonorkan darah ke seseorang dengan golongan darah AB saja.
Seseorang dengan golongan darah O hanya dapat menerima
transfusi darah dari golongan darah O; golongan darah O merupakan
donor universal sehingga dapat mendonorkan darah ke semua
golongan darah (A, B, AB, dan O)
Transfusi atau donor darah juga ditentukan oleh rhesus (Rh)
yang dimiliki oleh pendonor dan penerima. Orang yang memiliki
antigen Rh pada eritrositnya digolongkan sebagai Rh+ sedangkan
yang tidak memiliki antigen Rh digolongkan sebagai Rh-. Orang
dengan Rh- hanya dapat menerima donor dari Rh-, begitu juga orang
dengan Rh+, hanya dapat menerima donor dari Rh+. Sehingga donor
darah berbeda rhesus tidak dapat dilakukan. Hal ini dikarenakan
dapat terbentuk antibodi terhadap Rh pada tubuh penerima donor
yang menyerang Rh dari darah donor sehingga menyebabkan
beberapa masalah serius pasca donor yang membahayakan tubuh
penerima donor (Goodenough and McGuire, 2014).

2. Kadar hemoglobin
Pada praktikum kadar hemoglobin, semua sampel darah
diambil dari wanita dewasa dan diperoleh rata-rata kadar Hb sebesar
11%. Menurut WHO dalam Arisman (2002), menyatakan bahwa
kadar hemoglobin normal pada pria dewasa yakni sebesar 13%,
sedangkan pada wanita dewasa sebesar 12%. Hal ini menunjukkan
bawa kadar Hb pada pria lebih tinggi dibandingkan wanita. Lebih
tingginya kadar Hb pada pria dewasa disebabkan karena massa otot
pada pria relatif lebih besar dibandingkan wanita. Sedangkan wanita
mengalami menstruasi karena banyak darah yang keluar dapat
menyebabkan kadar hemoglobin rendah (Gibson, 2005).
Pada salah satu praktikan memiliki kadar hemoglobin yang
rendah dari batas normal, yakni sebesar 7, 5%. Hal ini menunjukkan
bahwa praktikan memiliki penyakit anemia sehingga kadar oksigen
pada darah juga rendah. Penderita anemia tidak dapat melakukan
donor darah ke orang lain, karena dapat menyebabkan kondisi
penderita anemia semakin parah sehingga cadangan zat besi pada
tubuh penderita anemia akan semakin turun. Selain itu, penerima
donor juga harus mengkonsumsi banyak cadangan zat besi agar tidak
terserang anemia setelah melakukan donor darah.
Besi dibutuhkan untuk produksi Hb, sehingga anemia karena
kekurangan besi akan menyebabkan terbentuknya sel darah merah
yang lebih kecil dan kandungan Hb yang rendah. Besi juga
merupakan mikronutrien essensil dalam memproduksi Hb yang
berfungsi mengantar oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh, untuk
dieksresikan ke dalam udara pernafasan (Zarianis, 2006)

3. Tekanan darah
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada saat praktikum,
tekanan darah diukur berdasarkan metode secara tidak langsung dan
pengukuran dilakukan pada lengan kanan bagian atas. Tekanan
darah masing-masing praktikan diukur dalam beberapa keadaan,
yaitu, pada saat posisi duduk, berbaring, dan berdiri.
Pada praktikum ini hanya dibahas faktor aktivitas. Apabila
dibandingkan dengan hasil pengukuran sebelum beraktivitas otot,
data menunjukkan bahwa tekanan darah setelah melakukan aktivitas
otot cenderung akan lebih tinggi dibandingkan tekanan darah
sebelum melakukan aktivitas apapun (kondisi praktikan saat duduk).
Pada percobaan tekanan darah, tekanan darah pada praktikan
diukur menggunakan Sphygmomanometer yang dilakukan pada
lengan bagian atas. Tekanan darah praktikan diuji dalam beberapa
keadaan, yaitu saat posisi duduk, berjalan, dan berlari. Berdasarkan
praktikum yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa tekanan
darah pada saat berlari lebih tinggi dibandingkan pada saat duduk.
Hal ini disebabkan karena pada saat beraktivitas, tubuh
memerlukan pasokan oksigen (O2) yang banyak akibat dari
metabolism sel yang cepat pula sehingga menghasilkan energi.
Sehingga peredaran darah dalam pembuluh darah akan semakin
cepat. Adanya vasodilatasi pada otot jantung dan otot rangka serta
vasokontriksi arteriol yang menyebabkan arteriol menyempit dan
kerja jantung tiap satuan waktu pun bertambah sehingga volume
darah pada arteriol akan meningkat dan tekanannya pun akan
meningkat.

4. Denyut nadi
Pada percobaan denyut nadi, diperoleh bahwa terjadi
peningkatan denyut nadi setelah melakukan aktivitas seperti berjalan
dan berlari dibandingkan dengan denyut nadi pada saat tidak
melakukan aktivitas atau duduk. Rata-rata denyut nadi saat kondisi
duduk yakni 84, saat berjalan 98, dan berlari 125. Hal ini termasuk
kedalam kondisi yang normal dan tidak mengindikasikan adanya
penyakit jantung. Menurut Lyrawati (2009), menyatakan bahwa
kecepatan jantung normal untuk usia dewasa yakni 60-100 BPM
(Beats Per Minute).

XI. Diskusi
1. Apakah kadar Hb tersebut sama untuk semua orang?
Jawab :
Tidak. Kadar hemoglobin pada tiap orang berbeda-beda.

2. Faktor apa yang mempengaruhi kadar tersebut?


Jawab :
Kadar hemoglobin pada tiap orang berbeda. Hal ini dapat dipengaruhi
dari faktor kandungan zat besi dalam tubuh, metabolisme zat besi dalam
tubuh, umur, jenis kelamin, ras atau bangsa, penyakit yang dimiliki oleh
tiap individu, ketinggian daratan, serta nutrisi yang dimiliki dalam tubuh
seseorang (Gibson, 2005)

3. Selain metode sahli, metode lain yang dapat dipakai dalam pengukuran
kadar Hb ini?
Jawab :
Metode yang dapat digunakan untuk mengukur kadar hemoglobin dalam
darah selain metode sahli yakni dengan menggunakan metode
Cyanmethemoglobin. Prinsip dasar dalam metode ini adalah
hemoglobin darah diubah menjadi hemoglobin sianida dalam larutan
kalium ferrisianida dan kalium sianida. Absorbsi larutan 8 diukur
dengan panjang gelombang 540 mikrometer dengan satuan gram/dl.
Alat dan bahan yang digunakan adalah alat tabung reaksi, pipet Hb 20
mikrom, fotometer, Reagen Cyanmed (Agus, 2012).

4. Apa maksud dari tekanan darah systole dan tekanan darah diastole?
Jawab :
Tekanan darah sistolik merupakan jumlah tekanan terhadap dinding
arteri setiap waktu jantung berkontraksi atau menekan darah keluar dari
jantung. Tekanan diastolik merupakan jumlah tekanan dalam arteri
sewaktu jantung beristirahat (LeMone dan Burke, 2008)

5. Apakah tekanan darah ini sama pada orang-orang yang berusia sama?
Jawab :
Tidak sama. Karena tiap orang memiliki mekanisme kerja jantung yang
berbeda, dapat disebabkan karena aktivitas fisik tiap hari serta gangguan
atau penyakit yang dimilikinya sehingga dapat mempengaruhi tekanan
darah
6. Faktor-faktor apa yang dapat mempengaruhi perbedaan besarnya
tekanan darah ini? Mengapa manset harus dipasang di lengan kanan?
Jawab :
Faktor yang dapat mempengaruhi perbedaan besarnya tekanan darah
adalah curah jantung, tekanan pembuluh darah perifer dan volume atau
aliran darah (Muttaqin, 2012)
Pemeriksaan pada lengan atas hasilnya lebih akurat karena lokasinya
lebih jauh dari jantung dibanding dari lengan kiri sehingga suaranya
tidak terlalu bising. Dengan demikian dapat menentukan tekanan darah
sistolik dan tekanan darah diastolic dengan tepat dan mendapat hasil
yang akurat.

7. Dapatkah manset dipasang di tempat lain?


Jawab :
Bisa. Namun hasil pengukuran tekanan darah yang didapatkan akan
menjadi tidak akurat karena pemasangan manset pada lengan kanan atas
memiliki lokasi yang lebih jauh dari jantung sehingga suaranya tidak
terlalu bising dan hasil yang diperoleh lebih akurat

8. Adakah macam tekanan darah lain?


Jawab :
Ada. Macam dari tekanan darah yakni hipotensi, normal, prehipertensi,
hipertensi tingkat 1, hipertensi tingkat 2, serta hipertensi tingkat darurat
(William Wilkins, 2007)

9. Adakah teman saudara yang Rh negatif?


Jawab :
Tidak ada. Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan, didapat bahwa
semua praktikan memiliki darah dengan rhesus +

10. Apakah golongan darah seseorang dapat berubah? Apa sebabnya?


Jawab :
Dapat berubah. Hal ini dapat disebabkan oleh penyakit, seperti
contohnya adalah keganasan hematologi atau leukemia mieloblastik
dimana terjadi kehilangan A antigen

XII. Simpulan
DAFTAR PUSTAKA
Anna Poedjiadi, 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Penerbit UI-Press: Jakarta

Amir, Zubaidah. 2013. Perspektif Gender dalam Pembelajaran Matematika.


Diakses melalui http://ejournal.uin.suska.ac.id/index.php/marwah/article
/view/511 tanggal 23 Oktober 2018

Bird, T. 1994. Kimia Fisik untuk Universitas. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Fessenden, R.J. dan Fessenden, J.S. 1992. Kimia Organik Jilid 2. Jakarta : Penerbit
Erlangga.

Gaman, P.M & K.B. Sherrington. (1994). Ilmu Pangan, Pengantar Ilmu Pangan,
Nutrisi dan Mikrobiologi. Universitas Gadjah Mada press. Yogyakarta.

Guyton A. C., Hall J. E. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta :
EGC. P. 208 – 212, 219 – 223, 277 – 282, 285 – 287.

Harper, et al. 1980. Biokimia (Review of Physiological Chemistry). Edisi 17. EGC:
Jakarta

Hold, K.M., Boer, D.D., Zuidema, J., Maes, R.A.A. 1999. “Saliva as an Analytical
Tool in Toxicology”. International Journal of Drug Testing Vol 1.hal.1-36.

Judoamidjojo, R.M., E.G. Said dan L. Hartoto. 1989. Biokonversi. Bogor :


Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Pendidikan Tinggi.
Pusat Antar Universitas Bioteknologi, Institut Pertanian Bogor.

Lauralee, Sherwood. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem (Human


Physiology: From cells to systems) Edisi II. Jakarta:EGC.

Matthews, K. R. ; Homer, D. B. ; Thies, F. ; Calder, P. C., 2000. Effect of whole


linseed (Linum usitatissimum) in the diet of finishing pigs on growth
performance and on the quality and fatty acid composition of various tissues.
Br. J. Nutr., 83 (6): 637-643

Mustaqim. (2012). Uji Identifikasi Karbohidrat . http://nizamora.blogspot.com


/2012/09/ uji-identifikasi-karbohidratedisi.html. Diakses 21 Oktober 2018

Suhartono. 1989. Enzim dan Bioteknologi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Winarno, F. G. 1996. Teknologi Pengolahan Rumput Laut. Jakarta : Pusat Sinar


Harapan.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai