Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PENDAHULUAN

A. ANATOMI FISIOLOGI SISTEM HEMATOLOGI


Jumlah darah pada tubuh orang dewasa sebanyak kira-kira 1/13 dari berat badan atau sekitar
4-5 liter. Jumlah darah tersebut pada setiap orang berbeda-beda. Tergantung kepada umur,
ukuran tubuh, dan berbanding terbalik dengan jumlah jaringan adiposa pada tubuh. Darah
manusia adalah cairan jaringan tubuh. Fungsi utamanya adalah mengangkut oksigen yang
diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh. Darah juga menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi,
mengangkut zat-zat sisa metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun
yang bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit. Hormon-hormon dari sistem
endokrin juga diedarkan melalui darah.
Fungsi Darah Pada Tubuh Manusia :
1. Alat pengangkut air dan menyebarkannya ke seluruh tubuh
2. Alat pengangkut oksigen dan menyebarkannya ke seluruh tubuh
3. Alat pengangkut sari makanan dan menyebarkannya ke seluruh tubuh
4. Alat pengangkut hasil oksidasi untuk dibuang melalui alat ekskresi
5. Alat pengangkut getah hormon dari kelenjar buntu
6. Menjaga suhu temperatur tubuh
7. Mencegah infeksi dengan sel darah putih, antibodi dan sel darah beku8. Mengatur
keseimbangan asam basa tubuh, dll
Komposisi Bagian darah
Air 91%
Protein 3% (albumin, globulin, protombin dan fibrinogen)
Mineral 0,9% (natrium klorida, natrium bikarbonat, garam fosfat, magnesium,
kalsium dan zat besi)
Bahan Organik 0,1% (glukosa, lemak, asam urat, kreatinin, kolesterol dan asam
amino)
Bagian-bagian Darah
a. Plasma Darah
b. Macam-macam Sel Darah
1. Sel Darah Merah (eritrosit)
2. Sel Darah Putih (leukosit)
3. Sel Pembeku Darah (trombosit)/ Platelet
Plasma Darah
Pengertian Plasma Darah (Cairan Darah)
Plasma darah adalah cairan darah berbentuk butiran-butiran darah yang tidak berwarna dalam
darah Di dalamnya terkandung benang-benang fibrin / fibrinogen yang berguna untuk menutup
luka yang terbuka. Plasma darah juga mengandung berbagai macam zat organik, anorganik, dan
air. Komponen Penyusun Plasma Darah :Air : 91%, Protein plasma darah : 7%,Komponen lainya
Asam amino, lemak, glukosa, urea, garam,0,9% ,Hormon, antibody.0,1%
Senyawa atau zat-zat kimia yang larut dalam cairan darah antara lain sebagai berikut.
1) Sari makanan dan mineral yang terlarut dalam darah, misalnya monosakarida, asam lemak,
gliserin, kolesterol, asam amino, dan garam-garam mineral. Garam-garam mineral meliputi:
a. kation : Na+, K++, Ca++, Mg++
b. anion : Cl-, HCO3-, PO4-
2) Enzim, hormon, dan antibodi, sebagai zat-zat hasil produksi sel-sel.
3) Protein yang terlarut dalam darah (7%), molekul-molekul ini berukuran cukup besar sehingga
tidak dapat menembus dinding kapiler. Contoh:
a) Albumin (4%), protein plasma yang paling banyak mengikat banyak zat (sebagai contoh,
bilirubin, garam empedu, dan penisilin) untuk transportasi melalui plasma dan sangat berperan
dalam menentukan tekanan osmotik darah karena jumlahnya.
b) Globulin (2,7%), terdapat tiga subkelas; Globulin alfa (α), beta (β), dan gamma (γ);
1) Globulin alfa dan beta spesifik mengikat dan mengangkut sejumlah zat dalam plasma,
misalnya hormon tiroid, kolersterol, dan besi.
2) Banyak faktor yang berperan dalam proses pembekuan darah terdiri dari globulin alfa dan
beta.
3) Globulin alfa yang berperan penting dalam pengaturan keseimbangan garam di tubuh.
4) Globulim gamma adalah imunnoglobulin (antibodi), yang penting bagi mekanisme pertahanan
tubuh.
c) Fibrinogen (0,3%), berperan penting dalam pembekuan darah.
4) Urea dan asam urat, sebagai zat-zat sisa dari hasil metabolisme.
5) O2, CO2, dan N2 sebagai gas-gas utama yang terlarut dalam plasma.
Fungsi Plasma Darah
Peran Plasma darah sangatlah bervariasi yaitu
1. berfungsi mengangkut air
2. mengangkut mineral, ion ion misalnya ion karbonat
3. mengangkut sari-sari makanan ke seluruh jaringan tubuh.
4. mengangkut panas hasil oksidasi , sehingga panas tubuh kita bisa merata dan bisa
mempertahankan suhu tubuh itu (37o) dengan membuang panas yang berlebihan itu lewat
keringat
5. mengangkut hasil sisa oksidasi sel CO2 yang diangkut dalam bentuk HCO3 -
6. mengangkut hormon
7. mengangkut antibody / zat immun
8. mengangkut zat ekskresi dari jaringan tubuh ( urea) ke ginjal
Bagian plasma darah yang mempunyai fungsi penting adalah serum. Serum merupakan
plasma darah yang dikeluarkan atau dipisahkan fibrinogennya dengan cara memutar darah dalam
sentrifuge. Serum tampak sangat jernih dan mengandung zat antibodi. Antibodi merupakan
protein yang dapat mengenali dan mengikat antigen ( protein asing) tertentu. Antibodi ini
berfungsi untuk membinasakan protein asing yang masuk ke dalam tubuh. Protein asing yang
masuk ke dalam tubuh disebut antigen. Antigen adalah molekul Protein asing yang tidak dikenal
yang masuk ke plasma darah , adanya antigen maka akan terbentuk antibody ( Antibody
jumlahnya berbanding lurus dengan antigen yang ada) maka orang yang sakit karena adanya
kuman ( antigen asing) , dan bisa sehat dipastikan di tubuhnya (plasma darahnya) banyak
antibody special kuman tersebut sehingga ia sudah kebal terhadap kuman yang menyebabkan
penyakit tersebut.
Berdasarkan cara kerjanya, antibodi dalam plasma darah dapat dibedakan sebagai berikut.
1) Aglutinin : menggumpalkan antigen.
2) Presipitin : mengendapkan antigen.
3) Antitoksin : menetralkan racun.
4) Lisin : menguraikan antigen.
5) Netralisasi : antigenik menutup tempat yang toksik ( beracun)
Antigen yang terdapat dalam sel darah dikenal dengan nama aglutinogen, sedangkan antibodi
terdapat di dalam plasma darah dinamakan aglutinin. Aglutinogen membuat sel-sel darah peka
terhadap aglutinasi (penggumpalan). Adanya aglutinogen dan aglutinin di dalam darah ini
pertama kali ditemukan oleh Karl Landsteiner (1868–1943) dan Donath.
Di dalam darah terdapat dua jenis aglutinogen, yaitu aglutinogen A dan aglutinogen B.
Berdasarkan ada tidaknya aglutinogen dalam darah, Landsteiner membagi empat macam
golongan darah, yaitu darah golongan A, B, AB, dan O. Sistem penggolongan darah ini
dinamakan sistem ABO.
1. Sel Darah Merah (Eritrosit)
Berupa cakram kecil bikonkaf, cekung pada kedua sisinya, sehingga dilihat dari samping
namapak seperti dua buah bulan sabit yang saling bertolak belakang. Berdiameter 8 mikron, dan
mempunyai ukuran ketebalan sebagai berikut: pada bagian yang paling tebal, tebalnya 2 mikron,
sedangkan pada bagian tengah tebalnya 1 mikron atau kurang.
Volume rata-rata sel darah merah adalah sebesar 83 mikron kubik. Dalam setiapmillimeter kubik
darah terdapat 5.000.000 sel darah. Strukturnya terdiri atas pembungkus luar atau stroma, berisi
massa hemoglobin. Sel darah merah memerlukan protein karena strukturnya terbentuk dari asam
amino. Mereka juga memerlukan zat besi, sehingga untuk membentuk penggantinya diperlukan
diet seimbang yang berisi zat besi. Pembentukan sel darah merah. Sel darah merah di bentuk di
dalam sumsum tulang, terutama dari tulang pendek, pipih dan tak beraturan, dari jaringan
kanselus pada ujung tulang pipa dan dari sumsum dalam batang iga-iga dan dari sternum. Di
dalam sumsum tulang terdapat banyak sel pluripoten hemopoietik stem yang dapat membentuk
berbagai jenis sel darah. Sel-sel ini akan terus menerus direproduksikan selama hidup manusia,
walaupun jumlahnya akan semakin berkurang sesuai dengan bertambahnya usia.
Sel pertama yang akan dapat diketahui termasuk ke dalam rangkaian sel-sel darah merah dapat
disebut sebagai proeritroblas. Dengan rangsangan yang sesuai maka dari sel-sel stem ini dapat
dibentuk banyak sekali sel-sel. Sekali proeritroblas ini terbentuk, maka ia akan membelah
beberapa kali sampai akhirnya akan terbentuk 8 sampai 16 sel-sel darah merah yang matur. Sel-
sel baru dari generasi pertama ini disebut sebagai basofil eritroblas sebab dapat di cat dengan
zat warna basa; dan sel-sel ini pada saat ini akan mengumpulkan sedikit sekali hemoglobin.
Tetapi pada generasi berikutnya yang disebut sebagai polikromatofil eritroblas akan mulai
terbentuk cukup hemoglobin sehingga sel-sel ini mempunyai gambaran polikromatofil. Sesudah
terjadi pembelahan lainnya atau selebihnya, maka akan terbentuk lebih banyak lagi hemoglobin
dan sel-sel ini lalu disebut sebagai ortokromatik eritroblas dimana warnanya sekarang dapat
menjadi merah oleh karena adanya hemoglobin. Akhirnya, bila sitoplasma dari sel-sel ini sudah
dipenuhi oleh hemoglobin sehingga mencapai konsentrasi ±34%, maka nukleus akan memadat
sampai ukurannya menjadi kecil dan terdorong dari sel. Pada saat yang sama retikulum
endoplasma akan mereabsorbsi. Dimana pada tahap ini sel tersebut disebut sebagai retikulosit
oleh karena masih mengandung sedikit bahan-bahan basofilik mengandung sisa-sisa Golgi,
mitokondria dan sedikit organela sitoplamik yang lain. Pada tahap retikulosit ini sel-sel tersebut
akan berjalan masuk ke dalam darah kapiler dengan cara diapedesis (terperas melalui pori-pori
membran). Bahan-bahan basofilik yang tesisa di dalam retikulosit tada dalam keadaan normalnya
akan menghilang dalam waktu satu sampai dua hari dan sel ini lalu disebut sebagai eritrosit
matur. Oleh karena waktu hidup eritrosit ini pendek, maka pada umumnya konsentrasi seluruh
sel-sel darah merah dalam darah itu pada keadaan normal jumlahnya kurang dari 1%.
Rata-rata panjang hidup darah merah kira-kira 115 hari. Sel menjadi usang, dan dihancurkan
dalam sistema retikulo-endotelia, terutama dalam limpa dan hati. Globin dari hemoglobin
dipecah menjadi asam amino untuk digunakan sebagai protein dalm jaringan-jaringan dan zat
besi dalam hem dari hemoglobin dikeluarkan untuk digunakan dalam pembentukan sel darah
merah lagi. Sisa hem dari hemoglobin diubah menjadi bilirubin (pigmen kuning) dan biliverdin
yaitu yang berwarna kehijau-hijauan yang dapat dilihat pada perubahan warna hemoglobin yang
rusak pada luka memar.
Konsentrasi sel-sel darah merah di dalam darah, pada pria normal jumlah rata-rata sel-sel darah
merah per millimeter kubik adalah 5.200.000 (± 300.000) dan pada wanita normal jumlahnya
4.700.000 (±300.000). Jumlah sel-sel darah merah ini bervariasi pada kedua jenis kelamin dan
pada perbedaan umur, pada ketinggian tempat seseorang itu tinggal akan mempengaruhi jumlah
sel darah merah.
Hemoglobin adalah molekul protein pada sel darah merah yang berfungsi sebagai media
transport oksigen dari paru paru ke seluruh jaringan tubuh dan membawa karbondioksida dari
jaringan tubuh ke paru paru.
Kadar normal hemoglobin
Kadar hemoglobin menggunakan satuan gram/dl. Yang artinya banyaknya gram hemoglobin
dalam 100 mililiter darah.
Nilai normal hemoglobin tergantung dari umur pasien :
1. Bayi baru lahir : 17-22 gram/dl
2. Umur 1 minggu : 15-20 gram/dl
3. Umur 1 bulan : 11-15 gram/dl
4. Anak anak : 11-13 gram/dl
5. Lelaki dewasa : 14-18 gram/dl
6. Perempuan dewasa : 12-16 gram/dl
7. Lelaki tua : 12.4-14.9 gram/dl
8. Perempuan tua : 11.7-13.8 gram/dl
Eritroposis
Pembentukan sel darah merah (eritroposis) adalah subyek pengaturan “feedback”. Eritroposis
diatur oleh suatu hormone glikoprotein yang beredar yang dinamakan eritropoeitin yang
dibentuk oleh kerja dari faktor ginjal pada globulin plasma. Hormone ini mempermudah
diferensiasi sistem sel menjadi proeritroblast. Kerapuhan sel darah merah.
Faktor penghambat pembentukan eritroposis adalah kenaikan sel darah merah dalam sirkulasi
yang mencapai nilai diatas normal sedangkan pembentukan eritroposis dirangsang oleh anemia,
hipoksia, dan kenaikan jumlah sel darah merah yang beredar adalah gambaran yang menonjol
dari aklimanisasi pada dataran tinggi.
Sel-sel darah merah, seperti sel-sel lainnya , mengkerut dalam larutan dengan tekanan osmotic
yang lebih tinggi dari tekanan osmotik plasma. Pada larutan yang tekanan osmotiknya lebih
rendah sel darah merah akan membengkak, menjadi cembung dan kemudian kehilangan
hemoglobinnya (hemolisis). Haemoglobin eritrosit yang hemolisis larut dalam plasma, member
warna merah pada plasma. Bila kerapuhan osmotiknya normal, sel darah merah mulai hemolisis
bila dimasukkan dalam larutan NaCl 0,48% dan pada larutan NaCl 0,33% hemolisis adalah
sempurna. Pada sferositosis herediterb(ikterus hemolitik congenital) sel-sel adalah sferositik
dalam plasma normal dan lebih banyak terjadi hemolisis daripada sel-sel normal pada larutan
natrium khlorida hipotonik (kerapuhan sel darah merah abnormal)
Sel darah merah juga dapat dilisiskan oleh obat-obatan dan infeksi. Mudahnya hemolisis sel
darah merah terhadap zat-zat ini meningkat pada defisiensi enzim glukosa 6-fosfat
dehidrogenase (G6PD) , yaitu enzim yang mengkatalisis langkah permulaan oksidasi glukosa
melalui heksosa monofosfat shunt. Jalan ini menghasilkan NAPDH, yang diperlukan pada
beberapa jalan untuk memperahankan kerapuhan sel darah merah. Defisiensi aktivasi G6DP
congenital dalam sel darah merah disebabkan adanya variant-variant enzim sering terjadi.
Sebenarnya defisiensi G6DP adalah abnormalitas enzim yang secara genetik paling sering
ditemukan pada manusia. Lebih dari 80 variant genetik G6DP telah ditemukan, 40 diantaranya
tidak menyebabkan penurunan aktivitas enzim yang banyak, tetapi lainnya menyebabkan
penurunan aktivitas dan peningkatan sensitivitas terhadap zat-zat hemolitik dan anemia
hemolitik. Defisiensi G6DP yang berat juga menghambat daya bunuh granulosit terhadap bakteri
dan merupakan predisposial terhadap infeksi berat.
2. Sel Darah Putih (Leukosit)
Rupanya bening dan tidak berwarna, bentuknya lebih besar dari sel darah merah, tetapi
jumlahnya lebih kecil. Leukosit merupakan unit yang mobil/aktif dari sistem pertahanan tubuh.
Sistem perthanan ini sebagian dibentuk di dalam sumsum tulang (granulosit dan monosit dan
sedikit limfosit) dan sebagian lagi di salam jaringan limfe (limfosit dan sel-sel plasma), tapi
setelah dibentuk sel-sel ini kana diangkut didalam darah menuju ke bermacam-macam bagian
tubuh untuk dipergunakan. Granulosit atau sel polimorfonuklear merupakan hampir 75% dari
seluruh jumlah sel darah putih. Mereka terbentuk dalam sumsum merah tulang. Sel ini berisi
sebuah nukleus yang berbelah banyak dan protoplasmanya berbulir. Karena itu disebut sel
berbulir atau granulosit. Kekurangan granulosit disebut granulositopenia. Sedangkan tidak
adanya granulosit disebut agranulositosis yang timbul setelah makan obat tertentu, termasuk
juga beberapa antibiotika.
Fungsi sel darah putih , granulosit dan monosit mempunyai peranan penting dalam perlindungan
badan terhadap mikroorganisme. Dengan kemampuannya sebagai fagosit (fago-saya makan),
mereka memakan bakteri-bakteri hidup yang masuk ke peredaran darah. Dengan kekuatan
gerakan amuboidnya ia dapat bergerak bebas di dalam dan dapat keluar pembuluh darah dan
berjalan mengitari seluruh bagian tubuh. Dengan demikian sel darah putih mempunyai fungsi :
1. Mengepung daerah yang terkena infeksi atau cedera
2. Menangkap organisme hidup dan menghancurkannya
3. Menyingkirkan bahan lain seperti kotoran-kotoran, serpihan kayu, benang jahitan (catgut),
dll dengan cara yang sama.
Sebagai tambahan granulosit memiliki enzim yang dapat memecah protein, yang memungkinkan
merusak jaringan tubuh, menghancurkan dan membuangnya. Dengan ini jaringan yang sakit atau
terluka dapat dibuang dan dimungkinkan sembuh.
Sebagai hasil kerja fagositik dari sel darah putih, peradangan dapat dihentikan sama sekali. Bila
kegiatannya tidak dapat berhasil dengan sempurna, maka dapat terbentuk nanah. Nanah berisi
“jenazah” dari kawan dan lawan. Fagosit yang terbunuh dalam perjuangannya melawan kuman
yang menyerbu masuk disebut sel nanah.
Klasifikasi leukosit. Ada lima jenis leukosit dalam sirkulasi darah, yang di bedakan berdasarkan
ukuran, bentuk nukleus, dan ada tidaknya granula sitoplasma. Sel yang mempunyai granula
sitoplasma disebut granulosit, dan sel yang tidak mempunyai granula disebut agranulosit.
Komponen Sel Darah Putih
Sel Sel /µL (rata- Kisaran normal Persen sel darah
rata) putih total
Sel darah putih 9000 4000-11000 ….
total
Granulosit 5400 3000-6000 50-70
Netrofil 275 150-300 1-4
Eosinofil 35 0-100 0,4
Basofil
Limfosit 2750 1500-4000 20-40
Monosit 540 300-600 2-8
Eritrosit 4,8 x 10⁶ …. ….
Wanita 5,4 x 10⁶ …. ….
Pria
Trombosit 300.000 200.000 – ….
500.000

3. Sel Pembeku Darah (Trombosit)/ Platelet


Trombosit merupakan benda-benda kecil yang mati yang bentuk dan ukurannya bermacam-
macam, ada yang bulat ada juga yang berbentuk lonjong, memilik warna putih. Pada orang
dewasa terdapat 200.000-300.000 trombosit per millimeter kubik.
Fungsinya memegang peranan penting dalam pembekuan darah. Jika banyaknya kurang dari
normal, maka apabila terdapat luka dan darah tidak segera membeku sehingga timbul
pendarahan yang terus menerus. Trombosit lebih dari 300.000 disebut trombositosis. Trombosit
yang kurang dari 200.000 disebut trombositopenia. Di dalam plasma darah terdapat suatu zat
yang turut membantu terjadinya peristiwa pembekuan darah, yaitu Ca2+ dan fibrinogen.
Fibrinogen mulai bekerja apabila tubuh mendapat luka.
Faktor pembekuan darah
Faktor 1 Nama
I Fibrinogen
II Protombin
III Tromboplastin
IV Kalsium
V Proakselerin, faktor labil, globulin akselerator.
VII Prokonvertin, SPCA, faktor sabil
VIII Faktor antihemofilia (AHF), faktor antihemofilia A, globulin
IX antihemofilia (AHG)
X Komponen tromboplastik plasma (PTC), faktor christmast, faktor
XI antihemofilia B.
XII Faktor Stuwart-plower
XIII Turunan tromboplastin plasma (PTA), faktor antihemofilia C.
HMW-K Faktor hagenan., faktor gelas
PRE-Ka Faktor penstabil fibrin, faktor laki-lorand
Ka Kininogen berberat molekul tinggi, faktor fitzgerald
PL Prekallikrein, faktor fletcher
Kallikrein
Fosfolipid trombosit.
1
faktor VI bukan merupakan faktor tersendiri dan dihilangkan.
Proses pembekuan darah
Pembekuan darah merupakan rangkaian proses yang terjadi pada jaringan tubuh, plasma darah,
dan trombosit. Bila darah ke luar dari pembuluh darah, maka akan segera membeku atau
menggumpal (koagulasi). Mekanismenya sebagai berikut:
Perhatikan proses pembekuan darah. Eritrosit ‘terjebak jala’ yang dibentuk oleh benang fibrin.
Peristiwa ini berfungsi mencegah kehilangan banyak eritrosit saat luka.
Untuk keperluan tertentu, misalnya dalam proses pengambilan darah dari donor, maka
pembekuan darah dapat dihindari dengan jalan:
1. Mendinginkan darah mendekati titik bekunya untuk menghalangi pembentukan trombin.
2. Memberi garam natrium oksalat atau natrium sitrat untuk mengendapkan ion Ca,
sehingga pengubahan protrombin menjadi trombin terhambat
3. Pemberian heparin atau dicumarol. Kedua zat tersebut merupakan zat anti koagulan atau
anti pembekuan darah
4. Mencegah persentuhan dengan permukaan yang kasar, jadi harus menggunakanjarum
yang tajam dan pipa atau gelas yang licin.
B. PENGERTIAN
Anemia gravis adalah anemia apabila konsentrasi Hb ≤ 7 g/dL selama 3 bulan berturut-turut
atau lebih. Anemia gravis timbul akibat penghancuran sel darah merah yang cepat dan hebat.
Anemia gravis dapat bersifat akut dan kronis. Anemia kronis disebabkan oleh anemia desisiensi
besi (ADB), stell cell anemia (sca), talasemia, spherocytosis, anemia aplastic dan leukemia.
Anemia gravis kronis juga terdapat pada infeksi kronis seperti tuberculosis (TBC) atau infeksi
parasite yang lama, seperti malaria, cacing, dan lainnya. Anemia gravis sering memebrikan
gejala serebral seperti tampak bingung, kesadaran menurun samapi koma, serta gejala-gejala
gangguan jantung-paru. Anemia adalah berkurangnya kadar Hb hingga di bawah sel normal
darah merah dan volume packed red bloods cells (hematocrit) per 100 ml darah (Price, 2008).
Kadar hemoglobin normal umumnya berbeda pada laki-laki dan perempuan.Untuk pria,anemia
biasanya didefinisikan sebagai kadar hemoglobin kurang dari 13,5 gr%dan pada wanita sebagai
hemoglobin kurang dari 12,0 gr%.Definisi ini mungkin sedikit berbeda tergantung pada sumber
dan referensi laboratorium yang digunakan (Proverawati Atikah,2011).
C. ETIOLOGI
Penyebab tersering dari anemia adalah kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk sintesis
eritrosit, antara lain besi, vitamin B12 dan asam folat. Selebihnya merupakan akibat dari
beragam kondisi seperti perdarahan, kelainan genetik, penyakit kronik, keracunan obat, dan
sebagainya.
D. MANISFESTASI KLINIS (TANDA DAN GEJALA)
Secara umum gejala klinis anemia yang muncul merefleksikan gangguan fungsi dari
berbagai sistem dalam tubuh antara lain penurunan kinerja fisik, gangguan neurologik (syaraf)
yang dimanfestasikan dalam perubahan perilaku, anorexia /9badan kurus krempeng), pica, serta
perkembangan kognitif yang abnormal pada anak. Sering pula terjadi adbnormalitas
pertumbuhan, gangguan fungsi dengan 5L (letih, lesu, lelah, lalai, dan lemah). Jika muncul
gejala 5L ini, bisa dipastikan seseorang terkena anemia. Gejala lain adalah munculnya sclera
(warna pucat pada bagian kelopak mata bawah). Anemia bisa menyebabkan kelelahan,
kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa melayang. Namun pada anemia berat, bisa
menyebabkan stroke atau serangan jantung.
E. KLASIFIKASI
Berdasarkan Sudoyo, et al (2010) anemia diklasifikasikan menurut beberapa hal, yaitu:
1. Klasifikasi menurut etiopatogenesisa)
1) Anemia karena gangguan pembentukan eritrosit dalam sumsum tulang
(1) Kekurangan bahan esensial pembentuk eritrosit
a. Anemia defisiensi besi
b. Anemia defisiensi asam folat
c. Anemia defisiensi vitamin B12
(2) Gangguan penggunaan (utilisasi) besi
a. Anemia akibat penyakit kronis
b. Anemia sideroblastik
(3) Anemia defisiensi vitamin B12
a. Anemia aplastic
b. Anemia mieloptisik
c. Anemia pada keganasan hematologi
d. Anemia diseritropoietikv)Anemia pada sindrom mielodisplastik
2) Anemia akibat hemoragi
(1) Anemia pasca perdarahan akut
(2) Anemia akibat perdarahan kronik
3) Anemia hemolitik
(1) Anemia hemolitik intrakorpuskular
a. Gangguan membran eritrosit (membranopati)
b. Gangguan enzim eritrosit (enzimopati): anemia akibat defisiensi G6PD
c. Gangguan hemoglobin(hemoglobinopati): thalassemia dan hemoglobinopati
struktural
(2) Anemia hemolitik ekstrakorpuskular
a. Anemia hemolitik autoimun
b. Anemia hemolitik mikroangiopatik
c. Lain-lain
4) Anemia dengan penyebab yang tidak diketahui atau dengan pathogenesis yang
kompleks
2. Klasifikasi berdasarkan gambaran morfologi
1) Anemia hipokromik mikrositer: bila MCV <80 fl dan MCH <27 pg
2) Anemia normokromik normositer: bila MCV 80-95 fl dan MCH 27-34 pg
3) Anemia makrositer: bila MCV >95 fl.
3. Klasifikasi berdasarkan derajat keparahan
Berikut adalah klasifikasi menurut WHO (2014)
Populasi Anemia
Non - Anemia Ringan Sedang Berat
Anak-anak usia 6 -59 11,0 atau lebih 10,0-10,9 7,0-9,9 < 7,0
bulan
Anak-anak usia 5 -11 11,5 atau lebih 11,0-11,4 8,0-10,9 < 8,0
tahun
Anak-anak usia 12 -14 12,0 atau lebih 11,0-11,9 8,0-10,9 < 8,0
tahun
Wanita tidak hamil(15 12,0 atau lebih 11,0-11,9 8,0-10,9 < 8,0
tahun keatas)
Wanita hamil 11,0 atau lebih 10,0-10,9 7,0-9,9 < 7,0
Pria (15 tahun keatas) 13,0 atau lebih 11,0-12,9 8,0-10,9 < 8,0
Sumber: WHO. 2014. WHA Global Nutrition Targets 2025: Low Birth Weight Policy
Brief.Switzerland.
F. PATOFISIOLOGI
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum tulang atau kehilangan sel
darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum tulang dapat terjadi akibat
kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak
diketahui . sel darah merah dapat hilang melalai perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada kasus
yang disebut terakhir, masalah dapat akibat efek sel darah merahyang tidak sesuai dengan
ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa faktor diluar sel darah merah
menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sistem fagositik atau dalam sistem
retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses ini bilirubin yang
sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel
darah merah (hemolisis) segera direpleksikan dengan meningkatkan bilirubin plasma
(konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera.
Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar hemoglobin
(Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah membawa makanan dan oksigen ke
seluruh organ tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan oksigen pun akan kurang. Akibatnya
dapat menghambat kerja organ-organ penting, Salah satunya otak. Otak terdiri dari 2,5 miliar sel
bioneuron. Jika kapasitasnya kurang, maka otak akan seperti komputer yang memorinya lemah,
lambat menangkap dan kalau sudah rusak, tidak bisa diperbaiki.
G. PATWAY

Kurang nutrisi, pajanan


Perdarahan/ hemolisis
toksik dan invasi tumor

Kegagalan sumsum tulang Kekurangan sel darah merah

Anemia Gravis

Kadar Hb menurun

Asupan makanan dan oksigen ke organ tubuh


berkurang

Ketidakseimbangan nutrisi Asupan oksigen ke jaringan Asupan oksigen ke otak


kurang dari kebutuhan berkurang menurun

Konpensasi Ketidakefektifan Penurunan kesadaran


jantung perfusi jaringan
perifer
Resiko jatuh
Gangguan Respirasi meningkat,
pertukaran gas nadi meningkat
Ketidakefektifan
perfusi jaringan
Ketidakefektifan serebral
pola napas

Metabolism anaerob meningkat

Kelemahan/ keletihan Penumpukan asam laktat

Intoleransi aktifitas Defisit perawatan diri


H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Pemeriksaan darah:
(1) Pemeriksaan darah lengkap meliputi hemoglobin, hematokrit, leukosit (White Blood
Cell / WBC), trombosit (platelet), eritrosit (Red Blood Cell / RBC), indeks eritrosit
(MCV, MCH, MCHC), Laju Endap Darah atau Erithrocyte Sedimentation Rate
(ESR), hitung Jenis Leukosit (Diff Count), Platelet Disribution Width (PDW) dan
Red Cell Distribution Width (RDW).
(2) Pemeriksaan darah rutin meliputi Hemoglobin (Hb), Hematokrit (Ht), Leukosit:
hitung leukosit (leukocyte count) & hitung jenis (differential count), hitung
trombosit / platelet count, laju endap darah (LED) / erythrocyte sedimentation rate
(ESR) dan hitung eritrosit (di beberapa instansi).
2) Aspirasi dan biopsy sumsum tulang. Unsaturated iron-binding capacity serum
3) Pemeriksaan diagnostic untuk menentukan adanya penyakit akut dan kronis serta sumber
kehilangan darah kronis.
I. PENATALAKSANAAN
1) Penatalaksaan Medis
(1) Transpalasi sel darah merah.
(2) Transfusi darah : sebaiknya diberikan packed red cell.Bila diperlukan
trombosit,berikan darah segar atau platelet concentrate.
(3) Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.
(4) Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.
(5) Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.
2) Penatalaksanaan Keperawatan
(1) Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan oksigen.
(2) Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.
J. KOMPLIKASI
1. Daya tahan tubuh kurang
2. Mudah terkena infeksi
3. Serangan jantung
4. Mudah lelah
5. Gagal Ginjal Akut

K. Rencana Asuhan Klien dengan Anemia Gravis


Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluruh
(Boedihartono, 1994). Pengumpulan data klien baik subjektif maupun objektif pada gangguan
sistem reproduksi sehubungan dengan anemia tergantung pada penyebab dan adanya komplikasi
pada penderita. Pengkajian keperawatan anemia meliputi anamnesis riwayat penyakit,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik dan pengkajian psikososial.
1. Identitas Klien dan keluarga (penanggung jawab) :
1) Nama
2) Umur
3) Jenis kelamin
Biasanya wanita lebih cenderung mengalami anemia ,disebabkan oleh kebutuhan zat besi
wanita yang lebih banyak dari pria terutama pada saat hamil.
4) Pekerjaan
Pekerja berat dan super ekstra dapat menyebabkan seseorang terkena anemia dengan cepat
seiring dengan kondisi tubuh yang benar-benar tidak fit.
5) Hubungan klien dengan penanggung jawab
6) Agama
7) Suku bangsa
8) Status perkawinan
9) Alamat
10) Golongan darah
2. Keluhan Utama
keluhan utama meliputi 5L, letih, lesu, lemah, lelah lalai, pandangan berkunang-kunang.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari anemia, yang nantinya
membantu dalam membuat rencana tindakan terhadap klien. Ini bisa berupa kronologi
terjadinya penyakit tersebut sehingga nantinya bisa ditentukan apa yang terjadi.
(Ignatavicius, Donna D, 1995).
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab anemia. Penyakit-penyakit tertentu
seperti infeksi dapat memungkinkan terjadinya anemia. tulang
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit darah merupakan salah satu faktor
predisposisi terjadinya anemia yang cenderung diturunkan secara genetik (Ignatavicius,
Donna D, 1995).
6. Riwayat Psikososial
Merupakan respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan peran klien dalam
keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya baik
dalam keluarga ataupun dalam masyarakat (Ignatavicius, Donna D, 1995)
7. Riwayat Bio-psiko-sosial-spiritual
Pengkajian pasien dengan anemia (Doenges, 1999) meliputi :
a. Aktivitas / istirahat
Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas ; penurunan
semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah. Kebutuhan untuk tidur dan
istirahat lebih banyak.
Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat. Letargi, menarik diri,
apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan.
Ataksia, tubuh tidak tegak. Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda
lain yang menunujukkan keletihan.
b. Sirkulasi Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis,
menstruasi berat (DB), angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan). Riwayat endokarditis
infektif kronis. Palpitasi (takikardia kompensasi).
Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar, hipotensi
postural. Disritmia : abnormalitas EKG, depresi segmen ST dan pendataran atau depresi
gelombang T; takikardia. Bunyi jantung : murmur sistolik (DB). Ekstremitas (warna) : pucat
pada kulit dan membrane mukosa (konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan:
pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan). Kulit seperti berlilin,
pucat (aplastik, AP) atau kuning lemon terang (AP). Sklera : biru atau putih seperti mutiara
(DB). Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke kapiler dan vasokontriksi
kompensasi) kuku : mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia) (DB). Rambut :
kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban secara premature (AP).
c. Integritas ego
Gejala : keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, misalnya penolakan
transfusi darah.
Tanda : depresi.
d. Eleminasi
Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB).
Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi. Penurunan haluaran
urine.
Tanda : distensi abdomen.
e. Makanan/cairan
Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan produk
sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring).
Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia. Adanya penurunan berat badan. Tidak pernah puas
mengunyah atau peka terhadap es, kotoran, tepung jagung, cat, tanah liat, dan sebagainya
(DB).
Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan vitamin B12).
Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering, tampak kisut/hilang elastisitas
(DB). Stomatitis dan glositis (status defisiensi). Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir
dengan sudut mulut pecah. (DB).
f. Neurosensori
Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan berkonsentrasi.
Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata. Kelemahan, keseimbangan
buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ; klaudikasi. Sensasi manjadi dingin.
Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak mampu
berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina (aplastik, AP). Epitaksis :
perdarahan dari lubang-lubang (aplastik). Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa
getar, dan posisi, tanda Romberg positif, paralysis (AP).
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)
h. Pernapasan
Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.
i. Keamanan Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan pada
radiasi; baik terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi kanker. Tidak
toleran terhadap dingin dan panas. Transfusi darah sebelumnya. Gangguan penglihatan,
penyembuhan luka buruk, sering infeksi.
Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum. Ptekie dan
ekimosis (aplastik).
j. Seksualitas Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore (DB).
Hilang libido (pria dan wanita). Imppoten.
Tanda : serviks dan dinding vagina pucat.
8. Pemeriksaan Fisik
Memperbesar pengiriman oksigen ke organ-organ vital. Karena faktor-faktor seperti pigmentasi
kulit, suhu dan kedalaman serta distribusi kapiler memengaruhi warna kulit, maka warna kulit
bukan merupakan indeks pucatyang dapat diandalkan.Warna kuku, telapak tangan, dan membran
mukosa bibir serta konjungtiva dapat digunakan lebih baik guna menilai kepucatan. Pemeriksaan
fisik yang dikaji adalah pemeriksaan per sistem B1-B6 :
1) Sistem pernapasan B1 (Breathing) Dispnea (kesulitan berpanas), napas pendek, dan cepat
lelah waktu melakukan aktivitas jasmani merupakan manifestasi berkurangnya pengiriman
oksigen.
2) Sistem Kardiovaskuler B2 (Bleeding) Takikardia dan bising jantung menggambarkan beban
kerja dan curah jantung yang meningkat, pucat pada kuku, telapak tangan, serta membran
mukosa bibir dan konjungtiva. Keluhan nyeri dada bila melibatkan arteri koroner. Angina
(nyeri dada), khususnya pada klien usia lanjut dengan stenosis koroner dapat diakibatkan
karena iskemia miokardium. Pada anemia berat, dapat menimbulkan gagal jantung kongestif
sebab otot jantung yang kekurangan oksigen tidak dapat menyesuaikan diri dengan beban
kerja jantung yang meningkat
3) Sistem Neurologis B3 (Brain) disfungsi neurologis, sakit kepala, pusing, kelemahan dan
tinitus ( telinga berdengung )
4) Sistem Endokrine B4 (Bladder) Gangguan ginjal, penurunan produksi urine
5) Sistem Eliminasi B5 (Bowel) Penurunan intake nutrisi disebabkan karena anoreksia,
nausea, konstipasi atau diare, serta stomatitis (sariawan lidah mulut) Sistem Muskuluskeletal
B6 (Bone) Kelemahan dalam melakukan aktivitas
a. Gambaran Umum
1) Kesadaran penderita: apatis, sopor, koma, gelisah, komposmentis tergantung pada keadaan
klien.
2) BB sebelum sakit
3) BB saat ini
4) BB ideal
5) Status gizi
6) Status Hidrasi
7) Tanda-tanda vital:
a) TD
b) Nadi
c) Suhu
d) RR
b. Pemeriksaan head toe toe
1) Kepala : Tidak ada gangguan yaitu, normo cephalik, simetris, tidak ada penonjolan, tidak ada
nyeri kepala.
2) Leher : Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada penonjolan, reflek menelan ada.
3) Muka : Wajah terlihat menahan sakit, lain-lain tidak ada perubahan fungsi maupun bentuk.
Tak ada lesi, simetris, tak oedema.
4) Mata : Tidak ada gangguan seperti konjungtiva tidak anemis (karena tidak terjadi
perdarahan)
5) Telinga : Tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. Tidak ada lesi atau nyeri tekan.
6) Hidung : tak ada pernafasan cuping hidung.
7) Mulut dan Faring : Tak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan, mukosa mulut
tidak pucat.
8) Thoraks : Tak ada pergerakan otot intercostae, gerakan dada simetris.
9) Paru
Inspeksi ; Pernafasan meningkat, reguler atau tidaknya tergantung pada riwayat penyakit
klien yang berhubungan dengan paru.
Palpasi ;Pergerakan sama atau simetris, fermitus raba sama.
Perkusi ;Suara ketok sonor, tak ada erdup atau suara tambahan lainnya.
Auskultasi ; Suara nafas normal, tak ada wheezing, atau suara tambahan lainnya seperti
stridor dan ronchi.
10) Jantung
Inspeksi; Tidak tampak iktus jantung.
Palpasi; Nadi meningkat, iktus tidak teraba.
Auskultasi ;Suara S1 dan S2 tunggal, tak ada mur-mur.
11) Abdomen
Inspeksi; Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia.
Palpasi; Tugor baik, tidak ada defands muskuler, hepar tidak teraba.
Perkusi; Suara thympani, ada pantulan gelombang cairan.
Auskultasi ; Peristaltik usus normal  20 kali/menit.
12) Inguinal-Genetalia-Anus Tak ada hernia, tak ada pembesaran lymphe, tak ada kesulitan
BAB.
13) Ekstremitas
9. Pemeriksaan Diagnostik
a. Jumlah darah rutin. Sampel darah yang diambil dari urat di lengan dinilai untuk darah
hitungan. Anemia terdeteksi jika tingkat hemoglobin lebih rendah daripada normal.
b. Mungkin ada lebih sedikit sel darah merah daripada normal. Di bawah mikroskop sel
mungkin tampak kecil dan pucat daripada biasanya dalam kasus besi kekurangan anemia.
c. Ukuran kecil disebut microcytic anemia. Dalam vitamin B12 folat kekurangan sel mungkin
tampak pucat tetapi lebih besar daripada ukuran mereka biasa. Ini disebut macrocytic anemia.
d. Feritin toko-feritin adalah protein yang toko besi. Jika tingkat darah feritin rendah
menunjukkan rendah besi toko dalam tubuh dan membantu mendeteksi besi kekurangan
anemia.
e. Tes darah termasuk berarti sel volume (MCV) dan lebar distribusi sel darah merah (RDW).
f. Retikulosit adalah ukuran dari sel muda. Ini menunjukkan jika produksi RBC tingkat normal.
g. Vitamin B12 dan folat tingkat dalam darah-ini membantu mendeteksi jika anemia jika karena
kekurangan vitamin ini.
h. Analisis sumsum tulang untuk mendeteksi sel dewasa terlalu banyak seperti yang terlihat
dalam aplastic anemia atau kanker darah. Kurangnya besi dalam sumsum tulang juga
menunjuk ke arah besi kekurangan anemia.
I. DIAGNOSA MEDIS
Diagnosa 1 : Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
Definisi : Penurunan sirkulasi darah ke perifer yang dapat mengganggu kesehatan
Batasan karakteristik
Subjektif : Perubahan sensasi
Objektif :
1. Perubahan karakteristik kulit
2. Bruit
3. Perubahan tekanan darah pada ekstremitas
4. Klaudikasi
5. Kelambatan penyembuhan
6. Nadi arteri lemah
7. Edema
8. Tanda human positif
9. Kulit pucat saat elevasi, dan tidak kembali saat diturunkan
10. Diskolorasi kulit
11. Perubahan suhu kulit
12. Nadi lemah atau tidak teraba
Faktor yang berhubungan
1. Perubahan afinitas hemoglobin terhadap oksigen
2. Penurunan konsentrasi hemoglobin dalam darah
3. Keracunan enzim
4. Gangguan pertukaran
5. Hipervolemia
6. Hipoventilasi
7. Hipovolemia
8. Gangguan transport oksigen melalui alveoli dan membrane kapiler
9. Gangguan aliran arteri atau vena
10. Ketidak sesuaian antara ventilasi dan aliran darah
Diagnosa 2 : Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral
Definisi : Penurunan oksigen yang mengakibatkan kegagalan pengiriman nutrisi ke jaringan pada
tingkat perifer
Batasan karakteristik
1. Perubahan status mental
2. Perubahan perilaku
3. Perubahan respon motorik
4. Perubahan reaksi pupil
5. Kesulitan menelan
6. Kelemahan atau paralisis ekstremitas
7. Paralisis
8. Ketidaknormalan dalam berbicara
Faktor yang berhubungan
1. Perubahan afinitas hemoglobin terhadap oksigen
2. Penurunan konsentrasi hemoglobin dalam darah
3. Keracunan enzim
4. Gangguan pertukaran
5. Hipervolemia
6. Hipoventilasi
7. Hipovolemia
8. Gangguan transport oksigen melalui alveoli dan membrane kapiler
9. Gangguan aliran arteri atau vena
10. Ketidaksesuaian antara ventilasi dan alirn darah
Diagnosa 3 : Ketidakefektifan pola nafas
Definisi : Inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi adekuat
Batasan Karakteristik :
Subjektif : Dispnea, Napas pendek
Objektif :
1. Perubahan ekskursi dada
2. Mengambil posisi tiga titik tumpu
3. Bradipnea
4. Penurunan tekanan inspirasi dan ekspirasi
5. Penurunan ventilasi semenit
6. Penurunan kapasitas vital
7. Napas dalam (dewasa VT500 ml pada saat istirahat, bayi 6-8 ml/kg)
8. Peningkatan diameter anterior posterior
9. Napas cuping hidung
10. Ortopnea
11. Fase ekpirasi memanjang
12. Pernapasan bibir mencucu
13. Takipnea
14. Rasio waktu
15. Penggunaan otot bantu asesorius untuk bernapas
Faktor yang berhubungan :
1. Ansietas
2. Posisi tubuh
3. Deformitas tulang
4. Deformitas dinding dada
5. Penurunan energi dan kelelahan
6. Hiperventilasi
7. Sindrom hipoventilasi
8. Kerusakan musculoskeletal
9. Imaturitas neurologis
10. Disfungsi neuromuscular
11. Obesitas
12. Nyeri
13. Kerusakan persepsi atau kognitif
14. Kelelahan otot-otot pernapasan
15. Cedera medula spinalis
Diagnosa 4 : Gangguan pertukaran gas
Definisi : Kelebihan atau defisit oksigenasi dan atau eliminasi karbondioksida pada membran
elveolar-kapiler
Batasan karakteristik :
1. Diaforesis
2. Dipsnea
3. Gangguan penglihatan
4. Gas darah arteri abnormal
5. Gelisah
6. Hiperkapnia
7. Hiposemia
8. Nafas cuping hidung
9. Penurunan CO2
10. Pola pernafasan abnormal
11. Sakit kepala saat bangun
12. Somnolen
13. Takikardi
Faktor yang berhubungan :
1. Ketidakefektifan ventilasi-perfusi
2. Perubahan membran alveolar-kapiler
Diagnosa 5 : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Definisi : Asupan nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolic
Batasan karakteristik : Penggunaan diagnosis ini hanya jika terdapat satu diantara tanda NANDA
berikut :
1. Berat badan kurang dari 20 % atau lebih dibawah berat badan ideal untuk tinggi badan dan
rangka tubuh

2. Asupan makanan kurang dari kebutuhan metabolik, baik kalori total maupun zat gizi tertentu
3. Kehilangan berat badan dengan asupan makanan yang adekuat
Subjektif :

1. Kram abdomen
2. Nyeri abdomen
3. Menolak makan
4. Melaporkan perubahan sensasi rasa
5. Merasa cepat kenyang setelah mengonsumsi makanan

Objektif :
1. Pembuluh kapiler rapuh
2. Diare
3. Kehilangan rambut yang berlebihan
4. Bising usus hiperaktif
5. Membran mukosa pucat
6. Tonus otot buruk
7. Kelemahan otot yang berfungsi untuk menelan atau mengunyah

Faktor yang berhubungan

1. Penyakit kronis
2. Kesulitan mengunyah atau menelan
3. Faktor ekonomi
4. Intoleransi makanan
5. Hilang nafsu makan
6. Mual dan muntah
7. Gangguan psikologis

J. RENCANA KEPERAWATAN
Tujuan & Kriteria
Dx Intervensi (NIC) Rasional
Hasil (NOC)
Ketidakefek Setelah dilakukan 1. Monitor TTV 1. Memantau status
tifan perfusi asuhan selama… jam 2. Monitor AGD, ukuran hemodinamik guna
jaringan ketidakefektifan pupil, ketajaman, menentukanperencanan
cerebral perfusi jaringan kesimetrisan dan dan tindakan
cerebral teratasi reaksi keperawatan yang baik.
dengan kriteria hasil: 3. Monitor adanya 2. Mengetahui AGD
1. Tekanan systole diplopia, pandangan maka akan
dan diastole dalam kabur, nyeri kepala mengetahui seberapa
rentang yang 4. Tinggikan kepala 30- besar oksigen yang
diharapkan 45o tergantung pada masuk ke otak, pupil
2. Tidak ada kondisi pasien dan menggambarkan
ortostatikhipertensi order medis fungsi otak
3. Komunikasi jelas 5. Pantau atau catat status 3. Mengethui adanya
4. Menunjukkan neurologis sesering peningkatan
konsentrasi dan mungkin dan intrakranial
orientasi bandingkan keadaan 4. Menurunkan tekanan
5. Pupil seimbang dan normalnya. arteri dengan
reaktif 6. Kolaborasi pemberian meningkatkan
6. Bebas dari aktivitas oksigen, sesuai drainase dan
kejang indikasi. peningkatan
7. Tidak mengalami sirkulasi serebral.
nyeri kepala 5. Mengetahui
kecenderungan
tingkat kesadaran
dan potensial
6. peningkatan TIK dan
mengetahui lokasi,
luas, dan kemajuan
atau resolusi
7. kerusakan sistem
syaraf pusat
8. Menurunkan hipoksia
yang dapat
menyebabkan
vasodilatasi
serebral dan tekanan
meningkat atau
terbentuknya edema.

Ketidakefek Setelah dilakukan 1. Awasi tanda vital, 1. Memberikan


tifan tindakan keperawatan kaji pengisian informasi
perfusi selama .....jam kapiler, warna tentangderajat/keadekuatan
jaringan diharapkan kulit/membran perfusi jaringan dan
perifer tercapainya mukosa membantu menetukan
keefektifan perfusi 2. Tinggikan kepala kebutuhan intervensi.
jaringan perifer pada tempat tidur 2. Meningkatkan
dengan kriteria hasil : sesuai toleransi ekspansi paru dan
1. Menunjukkan memaksimalkan oksigenasi
perfusi adekuat, 3. Catat keluhan rasa untuk kebutuhan seluler.
pengisian kapiler dingin, pertahankan 3. Vasokonstriksi
baik (cafillary suhu lingkungan dan menurunkan sirkulasi
refill <2 detik), tubuh hangat sesuai perifer. Kebutuhan rasa
haluaran urine indikasi hangat harus seimbang
adekuat 4. Kaji respon verbal dengan kebutuhan untuk
2. Ekstremitas hangat dan gangguan menghindari panas
RR dan denyut memori berlebihan pencetus
nadi klien dalam 5. Kolaborasi vasodilatasi.
batas normal (RR pemeriksaan 5. Dapat
pada anak = 20-30 laboratorium mengindikasikan gangguan
x/menit), (nadi misalnya Hb/Ht, serebral akibat hipoksia.
anak usia 1-2 thn AGD, eritrosit
= 80-130 x menit, 6. Mengidentifikasi
usia 2-6 thn = 75- defisiensi dan kebutuhan
120 x/menit, 6-12 pengobatan/respon terhadap
thn = 75- terapi.
110x/menit) TD
normal anak usia
1-6 thn 96-100/65
mmHg, usia 8-12
115/60).
3. Saturasi oksigen
normal (95-100%)
4. Kulit tidak pucat,
membran mukosa
lembab.
5. Edema
ekstremitas tidak
ada.
Ketidakefek Setelah dilakukan 1. Posisikan pasien 1. Untuk
tifan tindakan keperawatan semi fowler memaksimalkan
pola selama .... jam pasien potensial ventilasi
nafas menunjukkan 2. Auskultasi suara 2. Memonitor
keefektifan pola nafas, catat hasil kepatenan jalan
nafas, dengan kriteria penurunan daerah napas
hasil: ventilasi atau ada 3. Memonitor respirasi
1. Frekuensi, irama, tidak adanya suara dan keadekuatan
kedalaman nafas tambahan oksigen
pernapasan dalam 4. Menjaga
batas normal 3. Monitor pernapasan keadekuatan
2. Tidak dan status oksigen ventilasi
menggunakan otot- yang sesuai 5. Meningkatkan
otot bantu 4. Mempertahankan ventilasi dan asupan
pernapasan jalan napas paten oksigen
3. Tanda Tanda vital 5. Kolaborasi dalam 6. Menjaga aliran
dalam rentang pemberian oksigen oksigen mencukupi
normal terapi kebutuhan pasien
6. Monitor aliran 7. Monitor
oksigen keadekuatan
pernapasan
7. Monitor kecepatan, 8. Melihat apakah ada
ritme, kedalaman dan obstruksi di salah
usaha pasien saat satu bronkus atau
bernafas adanya gangguan
8. Catat pergerakan pada ventilasi
dada, simetris atau 9. Memonitor keadaan
tidak, menggunakan pernapasan klien
otot bantu pernafasan

9. Monitor pola nafas:


bradypnea,
tachypnea,
hiperventilasi,
respirasi kussmaul,
respirasi cheyne-
stokes dll
Gangguan Setelah diberikan 1. Posisikan pasien 1. Melancarkan
pertukar asuhan keperawatan semifowler untuk pernapasan klien
an gas ...jam, diharapkan memaksimalkan 2. Mengetahui factor
gangguan pertukaran ventilasi udara penyebab batuk dan
gas teratasi, dengan 2. Catat dan monitor gangguan pernapasan
kriteria hasi dalamnya pernapasan 3. Memenuhi kebutuhan
1. Klien mampu dan batuk oksigen dalam tubuh
mengeluarkan 3. Berikan terapi 4. Mengetahui status
secret oksigen, sesuai respirasi klien lancar
2. RR klien normal kebutuhan ataukah ada gangguan
20-30 x/menit 4. Monitor status 5. Mengecek adanya
3. Irama pernapasan respiratory dan gangguan pernapasan
teratur oksigenasi 6. Mendeteksi adanya
4. Kedalaman 5. Monitor frekuensi, gangguan system tubuh.
inspirasi normal ritme, kedalaman 7. Mendeteksi adanya
5. Oksigenasi pasien pernapasan. gangguan respirasi dan
adekuat 6. Monitor tekanan kardiovaskuler
6. AGD dalam batas darah, nadi, 8. Untuk mengetahui
normal (pH = temperature, dan tekanan gas darah (O2
7,35-7,45, PaCO2 status respirasi, dan CO2) sehingga
35-45 mmHg, Pa 7. Monitor adanya kondisi pasien tetap
O2= 80-100 sianosis pada central dapat dipantau.
mmHg, SpO2 = dan perifer
95-100%, HCO3= 8. Pantau gas darah
22-26 mEq/L, arteri (AGD)
%Met Hb < 2,0
%, CO Hb < 3,0
% , Base Excess -
2,0 s/d 2,0 mEq/L,
CaO2= 16-22 ml
O2/dL
7. Tanda-tanda
sianosis tidak ada
8. Capitary refill
pada jari-jari
dalam rentang
normal

5. Setelah dilakukan 1. Kaji status nutrisi 1. Pengkajian penting


asuhan keperawatan pasien dilakukan untuk
selama ...jam 2. Timbang berat badan mengetahui status
diharapkan pasien jika nutrisi pasien sehingga
pemenuhan kebutuhan memungkinan dapat menentukan
pasien tercukupi dengan teratur intervensi yang
dengan kriteria hasil : 3. Jaga kebersihan diberikan.
1. Intake nutrisi mulut, anjurkan 2. Dengan menimbang
tercukupi untuk selalu berat badan dapat
2. Asupan makanan memperhatikan oral memantau peningkatan
dan cairan hygiene. dan penrunan status
tercukupi 4. Anjurkan pasien gizi.
3. Penurunan makan sedikit demi 3. Mulut yang bersih dapat
intensitas sedikit tapi sering. meningkatkan nafsu
terjadinya mual 5. Diskusikan dengan makan
muntah keluarga dan pasien 4. Makan sedikit demi
4. Penurunan pentingnya intake sedikit dapat
frekuensi nutrisi dan hal-hal meningkatkn intake
terjadinya mual yang menyebabkan nutrisi.
muntah. penurunan berat 5. Membantu memilih
5. Pasien mengalami badan. alternatif pemenuhan
peningkatan berat nutrisi yang adekuat.
badan
REFERENSI
Ahern, N. R & Wilkinson, J. M. (2011). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9 Edisi Revisi.
Jakarta: EGC.

Doenges, Marilynn. E. (2002). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.


Mansjoer, A dkk. (2007). Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius

Moorhed,et al. (2013). Nursing Outcomes Classifications (NOC) 5th Edition. Missouri: Mosby
Elsevier
Price, Sylvia A, (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta

http://dokumen.tips/documents/laporan-pendahuluan-anemia-gravis.html

Anda mungkin juga menyukai