PENDAHULUAN
Pada orang sehat olahraga merupakan suatu kebutuhan yang penting bagi
dirinya. Olahraga banyak memiliki manfaat bagi tubuh dan juga dapat
meningkatkan kualitas hidup mereka. Olahraga melatih fungsi alat-alat tubuh
secara bertahap agar tetap normal pada waktu bergerak dan dengan sendirinya
juga akan tetap normal pada waktu istirahat. Dengan melakukan olahraga
seseorang dapat meningkatkan derajat kesehatan yang dinamis dan berarti
meningkatkan kualitas hidup bagi orang itu sendiri.1
Pada zaman yang sudah maju dan penuh dengan kesibukan seperti saat ini
banyak orang yang tidak memperhatikan olahraga sebagai kebutuhan yang
penting bagi kesehatan mereka sehinggga banyak diantara mereka yang sudah
berusia lanjut menderita penyakit degeneratif yang disebabkan oleh kurangnya
latihan fisik atau olahraga.
Universitas Tarumanagara 1
21,76% pada tahun 2009. Kemudian pada tahun 2014 mengalami kenaikan
menjadi 24,96%. Dapat diartikan bahwa dari 100 penduduk indonesia yang
berusia di atas 10 tahun, hanya 25 orang yang berpartisipasi untuk berolahraga.4
Kapasitas vital paru adalah volume udara maksimal yang dapat dikeluarkan
dalam satu kali bernafas setelah inspirasi maksimal dengan nilai rerata volume =
4500 mL5. Dengan melakukan olahraga seseorang dapat meningkatkan kapasitas
vital paru mereka. Olahraga akan menyebabkan daya tahan dan kekuatan otot
pernafasan meningkat sehingga kemampuan mengembang paru-paru pun
bertambah. Selain itu, olahraga akan mengakibatkan peningkatan kemampuan otot
pernafasan untuk mengatasi resistensi aliran udara pernafasan. Hal ini
mengakibatkan peningkatan volume udara.6
Pada penelitian kali ini penulis ingin mengetahui apakah ada hubungannya
melakukan olahraga dengan fungsi paru pada mahasiswa fakultas kedokteran
Universitas Tarumanagara angkatan 2016.
Universitas Tarumanagara 2
2. Terdapat hubungan kapasitas vital paksa paru pada mahasiswa fakultas
kedokteran Universitas Tarumanagara angkatan 2016 yang berolahraga dan
yang tidak berolahraga.
3. Terdapat hubungan volume ekspirasi paksa 1 detik paru pada mahasiswa
fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara angkatan 2016 yang
berolahraga dan yang tidak berolahraga.
Universitas Tarumanagara 3
1.4 Tujuan Penelitian
Universitas Tarumanagara 4
1.5.2.3. Masyarakat makin menyadari bahwa betapa pentingnya berolahraga
dapat menjaga kesehatan tubuh mereka khususnya paru.
Universitas Tarumanagara 5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Universitas Tarumanagara 6
2.1.2.3. Olahraga Prestasi
Universitas Tarumanagara 7
Sport Medicine merekomendasikan 5-10 menit olahraga tipe calishtenic
dan 5-10 menit olahraga aerobik yang progresif.15
b. Conditioning
Melakukan olahraga aerobik sesuai dengan intensitas yang dinginkan.
c. Cool down
Cool down yaitu waktu transisi dari level latihan menuju waktu istirahat
yang dianjurkan untuk dilakukan selama 5-10 menit untuk proses
pemulihan.16
2.1.4.1. Frekuensi
Universitas Tarumanagara 8
2.1.4.2. Intensitas
2.1.4.3. Time
2.1.4.4. Tipe
Universitas Tarumanagara 9
2.1.5. Kapasitas Vital Paru
Kapasitas vital paru adalah volume udara maksimal yang dapat dikeluarkan
dalam satu kali bernapas setelah inspirasi maksimal. Kapasitas vital paru
merupakan jumlah oksigen yang dapat dimasukkan ke dalam tubuh atau paru
ditentukan oleh kemampuan kembang kempisnya sistem pernapasan. Semakin
baik kerja sistem pernapasan berarti volume oksigen yang diperoleh semakin
banyak. Dada mengembang selama inspirasi, saat dinding dada bergerak ke atas
dan keluar dari pleura parietalis yang melekat dengan baik pada dinding dada,
pleura tersebut juga ikut terangkat. Pleura viseralis mengikuti pleura parietalis dan
volume interior torak terangkat. Paru-paru mengembang untuk mengisi ruang
tersebut dan udara dihisap ke dalam bronkhiolus.20
Dengan adanya kapasitas vital paru yang baik maka individu dapat
melakukan fungsi ventilasi pernafasan dengan baik agar membuat keadaan dan
kebugaran fisik yang baik, namun apabila tidak memiliki kapasitas vital paru yang
baik maka dapat mengganggu sistem pernafasan bahkan dapat mengakibatkan
sumbatan jalan nafas secara intermitten akibat dinding thoraks dan otot pernafasan
yang tidak bekerja dengan baik.22
Universitas Tarumanagara 10
Kapasitas vital paru besarnya ± 4600 ml, merupakan jumlah udara
maksimal yang dapat dikeluarkan dari paru, setelah mengisi paru secara maksimal
Peralatan yang dapat digunakan untuk mengukur volume udara yang masuk
dan keluar dari paru-paru adalah spirometer. Cara penggunaan spirometer cukup
mudah yaitu seseorang disuruh bernafas (menarik nafas dan menghembuskan
nafas) dimana hidung orang ditutup. Dari perbedaan tekanan udara yang diberikan
seseorang ketika bernafas menyebabkan tabung yang berisi udara akan bergerak
naik turun, sementara itu drum pencatat bergerak memutar (sesuai jarum jam)
sehingga alat akan mencatat grafik pernafasan (sinyal respirasi) sesuai dengan
tabung yang berisi udara.23
Universitas Tarumanagara 11
paru; mengukur efek fungsi paru pada individu yang mempunyai penyakit paru;
menilai risiko preoperasi; menentukan prognosis penyakit yang berkaitan dengan
respirasi dan menilai status kesehatan sebelum memulai program latihan.
Universitas Tarumanagara 12
sebaiknya tidak melanjutkan ekshalasi paksa berdasarkan alasan medis.Setelah
standar terpenuhi, tentukan nilai referensi normal FEV1 dan FVC pasien
berdasarkan jenis kelamin, umur dan tinggi badan (beberapa tipe spirometri dapat
menghitung nilai normal dengan memasukkan data pasien). Kemudian pilih 3
hasil FEV1 dan FVC yang konsisten dari pemerikssan spirometri yang selanjutnya
dibandingkan dengan nilai normal yang sudah ditentukan sebelumnya untuk
mendapatkan persentase nilai prediksi.25
Universitas Tarumanagara 13
Hasil spirometri normal menunjukkan FEV1 >80% dan FVC >80%.25
Universitas Tarumanagara 14
Hasil spirometri restriktif dengan penurunan TLC <80%.25
Universitas Tarumanagara 15
Tabel 2.3. Nilai Spirometri.
2.1.10. Cara Melakukan Spirometri
Prosedur yang harus dilakukan untuk spirometri, pertama pasien harus
menggunakan penjepit hidung agar pasien bernafas hanya dari mulut saja.
Selanjutnya untuk mengecek kapasitas vital pasien, pasien diminta untuk inspirasi
maksimal lalu dilakukan ekspirasi maksimal. Test ini dilakukan minimal 3 kali
untuk mencari hasil yang terbaik, dan tidak dilakukan lebih dari 8 kali. Pada saat
inspirasi maksimal maka otot inspirasi paksa yang terdiri dari musculus
sternocleidomastoideus dan scalenus akan berkontraksi, begitu juga saat ekspirasi
paksa otot intercostal interna dan otot perut akan berkontraksi, sehingga
melakukan test ini berulang-ulang akan melelahkan pasien.26
2.1.11. Paru
Universitas Tarumanagara 16
Gambar 2.6. Anatomi Paru.
b. Respirasi Eksternal
Universitas Tarumanagara 17
CO2 dipertukarkan antara sel jaringan dan darah melalui proses difusi menembus
kapiler sistemik (jaringan).5
a. Otot Inspirasi
Universitas Tarumanagara 18
eksternal mengangkat iga dan selanjutnya sternum ke atas dan ke depan. Saraf
interkostalis mengaktifkan otot-otot interkostalis ini selama inspirasi.5
Universitas Tarumanagara 19
b. Otot Inspirasi Tambahan
Inspirasi dalam (lebih banyak udara yang dihirup) dapat dilakukan dengan
mengontraksikan diafragma dan otot interkostalis eksternal secara lebih kuat dan
dengan mengaktifkan otot inspirasi tambahan untuk semakin memperbesar rongga
toraks. Kontraksi otot-otot tambahan ini, yang terletak di leher, mengangkat
sternum dan dua iga pertama, memperbesar bagian atas rongga toraks.5
c. Otot-otot Ekspirasi
Pada akhir inspirasi, otot inspirasi melemas. Diafragma mengambil posisi
aslinya yang seperti kubah ketika melemas. Ketika otot interkostalis eksternal
melemas, sangkar iga yang sebelumnya terangkat turun karena gravitasi. Tanpa
gaya-gaya yang menyebabkan ekspansi dinding dada (dan karenanya, ekspansi
paru), dinding dada dan paru yang semula teregang mengalami rekoil ke ukuran
prainspirasinya karena sifat-sifat elastik mereka, seperti balon teregang yang
dikempiskan.5
d. Ekspirasi Paksa
Ekspirasi dapat menjadi aktif untuk mengosongkan paru secara lebih tuntas
dan lebih cepat daripada yang dicapai selama pernapasan tenang,misalnya
sewaktu pernapasan dalam ketika olahraga. Untuk menghasilkan ekspirasi paksa
atau aktif tersebut, otot-otot ekspirasi harus lebih berkontraksi untuk mengurangi
volume rongga toraks dan paru. Otot ekspirasi paling penting adalah (yang
mungkin tidak diduga sebelumnya) otot dinding abdomen. Sewaktu otot
abdomen berkontraksi terjadi peningkatan tekanan intra-abdomen yang
menimbulkan gaya ke atas pada diafragma, mendorongnya semakin ke atas ke
dalam rongga toraks daripada posisi lemasnya sehingga ukuran vertikal rongga
toraks menjadi semakin kecil. Otot ekspirasi lain adalah otot interkostalis internal
yang kontraksinya menarik iga turun ke arah dalam, mendatarkan dinding dada
dan semakin mengurangi ukuran rongga toraks; kerja ini tepat berlawanan dengan
otot interkostalis eksternal.5
Universitas Tarumanagara 20
Gambar 2.10. Anatomi otot respirasi.
Udara mengalir masuk dan keluar paru selama tindakan bernapas karena
berpindah mengikuti gradien tekanan antara alveolus dan atmosfer yang berbalik
arah secara bergantian yang ditimbulkan oleh aktivitas siklik otot pernapasan.
Terdapat tiga tekanan yang berbeda yang berperanan penting dalam ventilasi.5
Universitas Tarumanagara 21
atmosfer; udara terus mengalir hingga kedua tekanan seimbang
(ekuilibrium).
3. Tekanan intrapleura adalah tekanan di dalam kantong pleura. Tekanan ini,
yang juga dikenal sebagai tekanan intratoraks, adalah tekanan yang
ditimbulkan di luar paru di dalam rongga toraks. Tekanan intrapleura
biasanya lebih rendah daripada tekanan atmosfer, rerata 756 mm Hg saat
istirahat. Tekanan intrapleura tidak menyeimbangkan diri dengan tekanan
atmosfer atau intra-alveolus karena kantong pleura merupakan kantong
tertutup tanpa pembukaan sehingga udara tidak dapat masuk atau keluar
meskipun terdapat gradient tekanan berapa pun antara rongga pleura dan
atmosfer atau paru.
Universitas Tarumanagara 22
gerakan inspirasi biasa, tekanan intra-alveolus turun 1 mm Hg menjadi 759 mm
Hg. Karena tekanan intra-alveolus sekarang lebih rendah daripada tekanan
atmosfer, udara mengalir ke dalam paru mengikuti gradien tekanan ini. Udara
terus masuk ke paru hingga tidak ada lagi gradien yaitu, hingga tekanan intra-
alveolus setara dengan tekanan atmosfer. Karena itu, ekspansi paru tidak
disebabkan oleh udara masuk ke dalam paru, tetapi udara mengalir ke dalam paru
karena turunnya tekanan intra-alveolus yang disebabkan oleh ekspansi paru.
Sewaktu inspirasi, tekanan intrapleura menjadi 754 mm Hg karena paru yang
sangat terergang cenderung menarik paru lebih jauh lagi dari dinding dada. Pada
waktu ekspirasi, tekanan intra-alveolus meningkat sekitar 1 mm Hg di atas
tekanan atmosfer menjadi 761 mm Hg dan meninggalkan paru menuruni gradien
tekanannya. Aliran keluar udara berhenti ketika tekanan intra-alveolus menjadi
sama dengan tekanan atmosfer dan gradien tekanan tidak ada lagi.5
Universitas Tarumanagara 23
2.2 Kerangka Teori
Aerobik
Olahraga Anaerobik
Umur
Fungsi Paru
Riwayat Penyakit
Universitas Tarumanagara 24
2.3 Kerangka Konsep
Universitas Tarumanagara 25
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
Universitas Tarumanagara 26
3.4. Perkiraan Besar Sampel Penelitian
Z α = 1,96
Z β = 0,84
P1 = 0,60
P2 = 0,80
P = (( P1+P2 ))/2 = 0,70
Q = 1 – P = 0,30
Q1 = 1 – P1 = 0,74
Q2 = 1 – P2 = 0,54
2
𝑧𝛼√2𝑃𝑄 + 𝑧𝛽√𝑃1𝑄1 + 𝑃2𝑄2
𝑛=( )
𝑃1 − 𝑃2
2
1,96√2𝑥0,70𝑥0,30 + 0,84√(0,60𝑥0,40) + (0,80𝑥0,20)
𝑛=( )
(0,60 − 0,80)2
𝑛 = 81
3.5.2.Kriteria Eksklusi :
a. Sesak napas
b. Menderita Asma
Universitas Tarumanagara 27
3.6. Cara Kerja / Prosedur Kerja Penelitian
Variabel bebas adalah variabel yang jika berubah akan mengakibatkan perubahan
pada variabel lain.
Variabel tergantung adalah variabel yang berubah jika variabel bebas berubah.
Pada penelitian : Kapasitas vital paru, kapasitas vital paksa, dan volume ekspirasi
paksa satu detik
3.8. Definisi Operasional
Universitas Tarumanagara 28
Menurut Nursalam (2008) Definisi operasional adalah definisi berdasarkan
karateristik yang dapat diamati atau di ukur, dapat diamati artinya memungkinkan
penelitian untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat dalam suatu
obyek atau fenomena yang dapat diulang oleh orang lain.30
Klasifikasi Frekuensi
Fungsi paru yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kapasitas vital paru
,kapasitas vital paksa dan volume ekspirasi paksa dalam 1 detik
Universitas Tarumanagara 29
Skala ukur : Kategorik
2. Microtoise Statrumeter
3. Spirometer
4. Kuesioner
Data yang diperoleh dari hasil penelitian akan diolah dengan uji statistik chi-
square dengan cara membandingkan fungsi paru pada mahasiswa yang sering
berolahraga, jarang berolahraga dan tidak pernah berolahraga. Syarat untuk layak
uji dengan chi-square adalah tidak ada nilai expected yang kurang dari lima, bila
tidak memenuhi syarat uji chi-square maka digunakan uji alternatifnya yaitu uji
fisher. Data akan diolah dengan menggunakan program analisis statistik
komputer.
Universitas Tarumanagara 30
3.12. Alur Penelitian
Observasi
Penetapan sampel
Pengukuran kapasitas
vital paru dengan
spirometri
Hasil penelitian
Universitas Tarumanagara 31
3.13. Jadwal Penelitian
Semester 5 Semester 6
Ags - Des 2017 Jan - Mar 2018 Apr - Jun 2018
Penyusunan
proposal
Pengumpulan
proposal
Perijinan lokasi
penelitian
Pengambilan dan
analisis data
Penyusunan
skripsi
Pengumpulan
skripsi
Universitas Tarumanagara 32
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan selama periode bulan Juni 2018 sampai bulan Oktober
2018 yang melibatkan populasi sebanyak 40 orang mahasiswa/mahasiswi
Universitas Tarumanagara. Sebelum dilakukan penelitian pertama sekali
dilakukan pemberitahuan kepada responden tentang tindakan apa saja yang akan
dilakukan atau inform consent terlebih dahulu dan diperoleh data untuk penelitian
antara lain nama, NIM (Nomor Induk Mahasiswa), usia, alamat, nomor
telepon/handphone, berat badan, tinggi badan, dan frekuensi olahraga. Setelah itu
dilakukan pengujian fungsi paru dengan menggunakan spirometri. Pengukuran
dilakukan satu kali kepada responden dan hasilnya akan dicetak oleh alat
spirometri untuk melihat hasil yang diperoleh selama penelitian. Karakteristik
responden ditampilkan pada Tabel 4.1.
Jenis Kelamin
Laki-laki 28 (70%)
Perempuan 12 (30%)
Olahraga 28 (70%)
Universitas Tarumanagara 33
FEV1% 77,91 ± 19,48 83,22
(30,81;100)
Normal 22 (55%)
Normal 9 (22,50%)
Normal 14 (35%)
Universitas Tarumanagara 34
FEV1% normal, dan sebanyak 18 (45%) orang mahasiswa/mahasiswi yang
memiliki nilai FEV1% < 80%. Untuk hasil kapasitas vital didapatkan rata-rata
adalah 73.12, standar deviasinya adalah 12.03, nilai mediannya adalah 72.50
dengan nilai minimum adalah 48, nilai maksimum adalah 107, sebanyak 9
(22.50%) orang mahasiswa/mahasiswi yang memiliki nilai kapasitas vital normal,
dan sebanyak 31 (77.50%) orang mahasiswa/mahasiswi yang memiliki nilai
kapasitas vital < 80%. Untuk hasil kapasitas vital paksa didapatkan rata-rata
adalah 77.35. standar deviasinya adalah 12.76, nilai mediannya adalah 75.50
dengan nilai minimum adalah 53, nilai maksimum adalah 106, sebanyak 14 (35%)
orang mahasiswa/mahasiswi yang memiliki nilai kapasitas vital paksa normal, dan
sebanyak 26 (65%) orang mahasiswa/mahasiswi yang memiliki nilai kapasitas
vital paksa < 80%.
Universitas Tarumanagara 35
mahasiswa/mahasiswi yang berolahraga sebanyak 28 orang, dan sebanyak 14
(50%) orang mahasiswa/mahasiswi yang berolahraga memiliki nilai FEV1% <
80% dari total total mahasiswa/mahasiswi yang berolahraga sebanyak 28 orang.
Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan fisher didapatkan p-value =
0.491 atau p-value > 0.05 yang bisa disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan
yang bermakna antara frekuensi olahraga terhadap nilai FEV1%.
Universitas Tarumanagara 36
Tabel 4.2.3 Hubungan Frekuensi Olahraga terhadap Kapasitas vital paksa
Berolahraga 11 17 28 (70%)
(39,28%) (60,71%)
Universitas Tarumanagara 37
BAB 5
PEMBAHASAN
Universitas Tarumanagara 38
Dan penelitian yang dilakukan oleh Rozi K. Warganegara (2015) dengan judul
“Perbandingan Kapasitas Vital pada Berbagai Atlet Olahraga” dilakukan kepada
partisipan yang berprofesi sebagai atlet yang memiliki intensitas olahraga yang
berat dan dibedakan antara atlet yang selama latihan dominan menggunakan
ekstremitas atas dan yang dominan menggunakan ekstremitas bawah.
Universitas Tarumanagara 39
Dari ketiga tabel 4.2 bisa disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang
bermakna antara frekuensi olahraga terhadap FEV1%, kapasitas vital, dan
kapasitas vital paksa. Hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan penelitian Lillian
R. Benck (2017) pada penelitian “Hubungan antara Cardiorespiratory Fitness
dengan Kesehatan Paru pada Usia Dewasa muda Hingga Pertengahan”. Dimana
didapatkan peningkatan FEV1% dan kapasitas vital paksa setelah diberikan
latihan cardia fitness dengan cara memberikan latihan dalam sembilan tahap dua
menit yang dimana di setiap kenaikan tahap latihan diberikan peningkatan latihan.
Hasil p-value penelitian ini < 0.05 yang bisa disimpulkan bahwa terdapat
hubungan bermakna antara cardiorespiratory fitness dengan kesehatan paru pada
usia dewasa muda hingga pertengahan.
Hasil penelitian ini juga tidak sesuai dengan penelitian Rozi K. Warganegara
(2015) pada penilitian “Perbandingan Kapasitas Vital pada Berbagai Atlet
Olahraga” dimana pada hasil penilitian Rozi K. Warganegara (2015) didapatkan
hasil peningkatan kapasitas vital pada berbagai atlet dan peningkatan kapasitas
vital yang signifikan diperoleh atlet renang dikarenakan olahraga yg lebih
mengutamakan semua pergerakan otot-otot tubuh dan juga otot-otot pernafasan.
Hasil penelitian ini juga memiliki p-value < 0.05 yang bisa disimpulkan bahwa
terdapat hubungan bermakna kapasitas vital dengan olahraga pada berbagai atlet
olahraga.
Hasil penelitian ini juga tidak sesuai dengan penelitian Umang Vats dan
Prosenjit Patra (2015) pada penelitian “Efek Olahraga Aerobik Intensitas Sedang
pada Kapasitas Vital Paru dan Kualitas Hidup dengan Gaya Hidup yang Tidak
Tetap”. Dimana didapatkan peningkatan yang signifikan pada kapasitas vital
setelah diberikan latihan aerobik berupa treadmill kepada responden selama 3
minggu. Hasil penelitian ini juga memiliki nilai p-value < 0.05 yang bisa
disimpulkan terdapat hubungan bermakna efek olahraga aerobik terhadap
kapasitas vital.
Universitas Tarumanagara 40
Prosenjit Patra (2015) dan Rozi K. Warganegara (2015) yang dimana pada
penelitian mereka dilakukan kepada atlet dengan intensitas yang cukup lama di
bandingkan dengan mahasiswa Universitas Tarumanagara dikarenakan kesibukan
mahasiswa dalam menjalankan proses pendidikan sehingga waktu untuk
berolahraga tidak cukup. Hasil penelitian ini juga tidak sesuai di karenakan
terdapat mahasiswa yang merokok di lingkungan Universitas Tarumangara
sehingga menyebabkan penurunan fungsi paru pada mahasiswa Universitas
Tarumanagara.
Pada penelitian ini terdapat beberapa faktor yang bisa mempengaruhi hasil
penelitian seperti jenis kelamin, usia, dan status gizi responden. Penyakit yang
diderita oleh responden seperti asma dan kebiasaan merokok juga dapat
mempengaruhi hasil penelitian.
Universitas Tarumanagara 41
BAB 6
6.2 Saran
Universitas Tarumanagara 42
DAFTAR PUSTAKA
1. Giriwijoyo Santosa, H.Y.S. Fisiologi Tubuh Manusia pada Kerja dan Olahraga.
Ed. 1, Cet. 1. Jakarta: Rajawali Pers 2017. p. 32.
8. Yunus, F., Adriskanda, B., Setiawan, B.. Perbandingan Nilai Kapasitas Difusi
Paru antara Orang yang Terlatih dan Tidak Terlatih. Jurnal Respirologi
Indonesia; 200
Universitas Tarumanagara 43
7031SUCIPTO/PENGEMBANGAN_OLAHRAGA_PENDIDIKAN_DI_JA
WA_BARAT.pdf
12. Haskell WL, Lee IM, Pate EE, Powell KE, Blair SN, et al. Updated
recommendation for adults from the American College of Sports Medicine
and the American Heart Association. Circulation. 2007 (cited 2016 Sep
25);116 : Available from :
http://circ.ahajournals.org/content/circulationaha/early/2007/08/01/CIRCULA
TIONAHA.107.185649.full.pdf
14. Penggalih MHST, Niamila I. Perbedaan perubahan lemak tubuh dan berat
badan atlet balap sepeda pada berbagai intensitas latihan. Medikora. 2015
(cited 2016 Sep 25);14(2): Available from :
http://journal.uny.ac.id/index.php/medikora/article/view/7937
15. Duane V Knudson. Warm-up and Flexibility. In: T Jeff Chandler, Lee E
Brown. Conditioning for Strength and Human Performances. Amerika :
Lippincott Wiliams & Wilkins; 2008. p.166-181.
16. Costa PB, Medeiros HBDO, Fukuda DH. Warm-up, Stretching, and Cool-
down Strategies for Combat Sports. Strength and Conditioning Journal. 2011
(cited 2016 September 25);33(6): Available from :
https://www.researchgate.net/publication/232214628_Warm-
up_Stretching_and_Cool-down_Strategies_for_Combat_Sports
Universitas Tarumanagara 44
17. Suwarna AH, Widiyanto. Perbedaan Pola Tidur antara Kelompok Terlatih dan
Tidak Terlatih. Medikora. 2016 (cited 2016 Sep 25);15(1): Available from :
http://journal.uny.ac.id/index.php/medifora/article/view/10073/7898
22. Pinzon, R. Hubungan Indeks Masa Tubuh Dengan Kapasitas Vital Paru-paru
Golongan Usia Muda. Buletin Penelitian Kesehatan; 1999.
23. Herman, D., Yunus, F., Harahap,F., Rasmin, M.Ambilan Oksigen Maksimal
dan Faal Paru Laki-laki Sehat Penyelam dan Bukan Penyelam. J Respiraso
Indonesia; 2011.
24. Sobotta J. Sobotta. 15th ed. Paulsen F, editor. Munich : Elsevier GmbH; 2011.
Universitas Tarumanagara 45
26. Rio FG, Calle M, Burgos F, Casan P, Campo FD, et al. Spirometry. Arch
Bronconeumol. 2013. (cited 2017 Sep 25);49(9): Available from :
http://www.archbronconeumol.org/en/spirometry/articulo/S15792129130013
41/
28. Vats Umang, Patra Prosenjit. Effect of Moderate Intensity Aerobic Exercises
on Vital Capacity And Quality of Life on Asymptomatic Subjects With
Sedentary Lifestyle. Research Scholar, HOD Department of Physiotherapy,
Dolphin (PG) Institute of Biomedical and Natural sciences Dehradun,
Uttrakhand India; 2015.
30. Nursalam. Konsep dan Penerapan Metode Pendidikan, Jakarta: EGC; 2008.
31. Wasis. Pedoman Riset Praktis untuk Profesi Perawat, Jakarta: EGC; 2008
Universitas Tarumanagara 46
Lampiran 1 : Lembar Penjelasan Sebelum Persetujuan
Universitas Tarumanagara 47
Pemeriksaan memerlukan waktu 10-20 menit
9. Apakah ada pihak lain yang dapat melihat data hasil pemeriksaan
saya?
Penelitian ini bersifat rahasia sehingga hanya peneliti yang mengetahui data hasil
pemeriksaan.
10. Berapa biaya yang harus saya keluarkan untuk ikut serta dalam
penelitian ini?
Tidak ada biaya yang dibebankan kepada anda jika anda ikut serta dalam
penelitian ini.
11. Jika saya melakukan pemeriksaan seperti ini di luar secara mandiri,
berapa biaya yang harus saya keluarkan?
Biaya pemeriksaan spirometri sekitar ± Rp. 250.000,00 belum termasuk biaya
administrasi rumah sakit dan konsultasi dokter.
12. Siapakah yang harus saya hubungi jika saya masih mempunyai
pertanyaan lain tentang penelitian ini?
Anda dapat menghubungi saya, Haraka Nabda Patria, sebagai peneliti
Alamat: jl. Tawakal ujung raya No.26, Grogol, Jakarta Barat
HP: 081270235520
Universitas Tarumanagara 48
Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan
Setelah membaca dan memahami penjelasan di atas, saya yang bertanda tangan di
bawah ini
Nama :
Usia :
Alamat :
No.telp/hp :
Berat Badan :
Tinggi Badan :
Riwayat Olahraga dan Berapa Kali :
Jakarta, 2018
( )
Universitas Tarumanagara 49
Jakarta, 2 Juli 2018
Kepada Yth.
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Dr. dr. Meilani Kumala, MS, Sp. GK (K)
Di tempat
Dengan Hormat,
Sehubungan dengan kegiatan Penelitian Skripsi berjudul “Hubungan Olahraga Dengan
Fungsi Paru Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Angkatan 2016 Universitas
Tarumanagara Periode September 2018” yang saya lakukan, maka saya membutukan
alat untuk menguji fungsi paru. Oleh karena itu, saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Haraka Nabda Patria
Prog. Studi : Pendidikan Dokter
Fakultas : Kedokteran
P. Tinggi : Universitas Tarumanagara
NIM : 405150178
Memohon kesediaan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara untuk dapat
meminjamkan alat untuk menguji fungsi paru berupa 1 buah Spirometri pada tanggal 23
Juli – 30 September 2018. Demikian permohonan ini saya sampaikan, atas kesempatan
dan perhatiannya saya ucapkan terima kasih.
Mengetahui, Pemohon,
Universitas Tarumanagara 50
Jakarta, 11 November 2017
Kepada Yth.
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Dr. dr. Meilani Kumala, MS, Sp. GK (K)
Di tempat
Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Haraka Nabda Patria
Prog. Studi : Pendidikan Dokter
Fakultas : Kedokteran
P. Tinggi : Universitas Tarumanagara
NIM : 405150178
Sehubungan dengan kegiatan Penelitian Skripsi berjudul “Hubungan Olahraga Dengan
Fungsi Paru Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Angkatan 2016 Universitas
Tarumanagara Periode September 2018” yang saya lakukan, maka saya mohon untuk
dibuatkan surat izin penelitian di kampus 1 Universitas Tarumanagara .
Demikian permohonan ini saya sampaikan, atas kesempatan dan perhatiannya saya
ucapkan terima kasih.
Mengetahui, Pemohon,
Universitas Tarumanagara 51
Lampiran 3 : Foto Saat Melakukan Pemeriksaan Spirometri
Universitas Tarumanagara 52
Universitas Tarumanagara 53
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. DATA PRIBADI
1. Nama : Haraka Nabda Patria
2. NIM : 405150178
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Tempat, Tanggal Lahir : Padang, 4 Agustus 1997
5. Agama : Islam
6. Status : Belum Menikah
7. Pendidikan Terakhir : SMA
8. Alamat : Jl. Lapau Manggis No 2 Padang, Sumbar
9. No. Telepon : 081270235520
10. Email : haraka.patria@gmail.com
B. DATA PENDIDIKAN
1. 2003-2009 : SD Yos Sudarso Padang
2. 2009-2012 : SMP Adzkia Padang
3. 2012-2015 : SMA Don Bosco Padang
4. 2015-Sekarang : Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Universitas Tarumanagara 54