Anda di halaman 1dari 54

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada orang sehat olahraga merupakan suatu kebutuhan yang penting bagi
dirinya. Olahraga banyak memiliki manfaat bagi tubuh dan juga dapat
meningkatkan kualitas hidup mereka. Olahraga melatih fungsi alat-alat tubuh
secara bertahap agar tetap normal pada waktu bergerak dan dengan sendirinya
juga akan tetap normal pada waktu istirahat. Dengan melakukan olahraga
seseorang dapat meningkatkan derajat kesehatan yang dinamis dan berarti
meningkatkan kualitas hidup bagi orang itu sendiri.1

Menurut UNESCO olahraga adalah setiap kegiatan fisik yang mengandung


sifat permainan dan perjuangan diri sendiri atau dengan orang lain, atau
konfrontasi dengan unsur-unsur alam.2 Olahraga melibatkan aktivitas fisik dimana
pengertian aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot
rangka yang memerlukan pengeluaran energi, terdapat 3 macam aktivitas fisik
yang terkait dengan kesehatan tubuh yaitu ketahanan (endurance), kelenturan
(flexibility), kekuatan (strength).3

Pada zaman yang sudah maju dan penuh dengan kesibukan seperti saat ini
banyak orang yang tidak memperhatikan olahraga sebagai kebutuhan yang
penting bagi kesehatan mereka sehinggga banyak diantara mereka yang sudah
berusia lanjut menderita penyakit degeneratif yang disebabkan oleh kurangnya
latihan fisik atau olahraga.

Padahal,begitu banyak manfaat yang bisa diperoleh dari berolahraga.


Namun,kesadaran untuk berolahraga itu masih kurang di kalangan masyarakat
pada saat ini. Dari data yang diperoleh dari BPS RI
,menunjukkan partisipasi penduduk dalam berolahraga dari tahun 2003 sebanyak
25,45% turun menjadi 23,23% pada tahun 2006 dan terus menurun menjadi

Universitas Tarumanagara 1
21,76% pada tahun 2009. Kemudian pada tahun 2014 mengalami kenaikan
menjadi 24,96%. Dapat diartikan bahwa dari 100 penduduk indonesia yang
berusia di atas 10 tahun, hanya 25 orang yang berpartisipasi untuk berolahraga.4

Kapasitas vital paru adalah volume udara maksimal yang dapat dikeluarkan
dalam satu kali bernafas setelah inspirasi maksimal dengan nilai rerata volume =
4500 mL5. Dengan melakukan olahraga seseorang dapat meningkatkan kapasitas
vital paru mereka. Olahraga akan menyebabkan daya tahan dan kekuatan otot
pernafasan meningkat sehingga kemampuan mengembang paru-paru pun
bertambah. Selain itu, olahraga akan mengakibatkan peningkatan kemampuan otot
pernafasan untuk mengatasi resistensi aliran udara pernafasan. Hal ini
mengakibatkan peningkatan volume udara.6

Berdasarkan penelitian terhadap beberapa atlet dengan cabang olahraga


diketahui bahwa nilai kapasitas vital paru pada orang yang terlatih adalah ±4,2
liter. Dimana atlet dengan nilai kapasitas vital paru lebih atau sama dengan 4,2
liter adalah pada cabang olahraga bola voli, renang, dayung, sepak bola, dan
terbang layang.7,8

Pada penelitian kali ini penulis ingin mengetahui apakah ada hubungannya
melakukan olahraga dengan fungsi paru pada mahasiswa fakultas kedokteran
Universitas Tarumanagara angkatan 2016.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka rumusan masalah
di buat dalam bentuk pertanyaan dan pernyataan masalah

1.2.1 Pernyataan masalah

1. Terdapat hubungan kapasitas vital paru pada mahasiswa fakultas kedokteran


Universitas Tarumanagara angkatan 2016 yang berolahraga dan yang tidak
berolahraga.

Universitas Tarumanagara 2
2. Terdapat hubungan kapasitas vital paksa paru pada mahasiswa fakultas
kedokteran Universitas Tarumanagara angkatan 2016 yang berolahraga dan
yang tidak berolahraga.
3. Terdapat hubungan volume ekspirasi paksa 1 detik paru pada mahasiswa
fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara angkatan 2016 yang
berolahraga dan yang tidak berolahraga.

1.2.2 Pertanyaan masalah

1. Apakah terdapat hubungan kapasitas vital paru pada mahasiswa fakultas


kedokteran Universitas Tarumanagara angkatan 2016 yang berolahraga dan
yang tidak berolahraga?
2. Apakah terdapat hubungan kapasitas vital paksa paru pada mahasiswa fakultas
kedokteran Universitas Tarumanagara angkatan 2016 yang berolahraga dan
yang tidak berolahraga?
3. Apakah terdapat hubungan volume ekspirasi paksa 1 detik paru pada
mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara angkatan 2016
yang berolahraga dan yang tidak berolahraga?

1.3 Hipotesis Penelitian

1. Terdapat hubungan kapasitas vital paru pada mahasiswa fakultas kedokteran


Universitas Tarumanagara angkatan 2016 yang berolahraga dibandingkan
dengan yang tidak berolahraga.

2. Terdapat hubungan kapasitas vital paksa paru pada mahasiswa fakultas


kedokteran Universitas Tarumanagara angkatan 2016 yang berolahraga
dibandingkan dengan yang tidak berolahraga.

3. Terdapat hubungan volume ekspirasi paksa 1 detik paru pada mahasiswa


fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara angkatan 2016 yang
berolahraga dibandingkan dengan yang tidak berolahraga.

Universitas Tarumanagara 3
1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum :


Diketahui pengaruh olahraga terhadap kesehatan fungsi paru di kalangan
mahasiswa kedokteran Universitas Tarumanagara.

1.4.2 Tujuan Khusus :

1. Diketahui hubungan kapasitas vital paru pada mahasiswa fakultas


kedokteran Universitas Tarumanagara angkatan 2016 yang
berolahraga dan tidak berolahraga
2. Diketahui hubungan kapasitas vital paksa paru pada mahasiswa
fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara angkatan 2016 yang
berolahraga dan yang tidak berolahraga.
3. Diketahui hubungan volume ekspirasi paksa 1 detik paru pada
mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara
angkatan 2016 yang berolahraga dan yang tidak berolahraga.

1.5 Manfaat penelitian

1.5.1 Bagi Peneliti


Menambah pengetahuan dan wawasan peneliti mengenai fungsi paru pada
orang yang berolahraga.

1.5.2 Bagi Masyarakat

1.5.2.1. Responden mengetahui fungsi paru mereka.


1.5.2.2. Responden mengetahui hubungan frekuensi olahraga mereka dengan
fungsi paru mereka.

Universitas Tarumanagara 4
1.5.2.3. Masyarakat makin menyadari bahwa betapa pentingnya berolahraga
dapat menjaga kesehatan tubuh mereka khususnya paru.

1.5.3 Bagi Ilmu Pengetahuan

1.5.3.1. Memberikan kontribusi dalam bidang pengetahuan khususnya ilmu


fisiologi mengenai paru dan olahraga.
1.5.3.2. Sebagai bahan pertimbangan untuk terus dilakukannya penelitian
mengenai pengaruh olahraga terhadap paru dan juga sebagai
referensi bagi peneliti yang lain dalam melakukan penelitian.

Universitas Tarumanagara 5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelusuran Literatur


2.1.1. Definisi Olahraga
Olahraga merupakan kegiatan jasmani yang dilakukan dengan maksud untuk
memelihara kesehatan dan memperkuat otot-otot tubuh. Kegiatan ini dalam
perkembangannya dapat dilakukan sebagai kegiatan yang menghibur,
menyenangkan atau juga dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan prestasi.9

2.1.2. Ruang lingkup Olahraga


Menurut UU no 3 tahun 2005, ruang lingkup olahraga dibagi menjadi 3.10

2.1.2.1. Olahraga Pendidikan

Yaitu olahraga yang dimaksudkan sebagai olahraga untuk proses


pendidikan, baik formal maupun nonformal, dengan tujuan umum “pelaku
olahraga” dapat mengembangkan potensi diri, meletakkan landasan moral,
mengembangkan sikap sportif dan jujur.10

2.1.2.2. Olahraga Rekreasi

Yaitu olahraga yang dimaksudkan untuk pemulihan kembali


kesehatan, kebugaran dan memiliki proporsi bermain paling tinggi.
Biasanya olahraga ini dilakukan ketika waktu luang. Tujuan dari olahraga
rekreasi ini adalah membangun hubungan sosial dan atau melestarikan dan
meningkatkan kekayaan budaya daerah dan nasional.11

Universitas Tarumanagara 6
2.1.2.3. Olahraga Prestasi

Yaitu olahraga yang membina dan mengembangkan olahragawan


secara terencana, berjenjang, dan berkelanjutan dalam rangka
meningkatkan harkat dan martabat bangsa.11

2.1.3. Jenis Olahraga


2.1.3.1. Olahraga Aerobik

Yaitu olahraga yang bergantung pada kapasitas atau ketersediaan


oksigen untuk membantu proses pembakaran sumber energi, sehingga
dibutuhkan juga kerja optimal dari organ tubuh seperti jantung, paru, dan
pembuluh darah untuk mengangkut oksigen sehingga pembakaran sumber
energi dapat berjalan dengan optimal. Olahraga aerobik yang rutin dapat
memberikan banyak manfaat seperti memelihara kesehatan jantung,
menurunkan tekanan darah, menurunkan kolesterol, menjaga berat badan,
dan meningkatkan fungsi paru pada orang yang mengalami obesitas.12,13

Berikut ini adalah tabel tipe-tipe olahraga aerobik.14


Tipe Keterangan Contoh

Tipe 1 Olahraga dengan naik-turunnya denyut Jalan, jogging, lari,


nadi relatif stabil bersepeda
Tipe 2 Olahraga dengan naik-turunnya denyut Senam, dansa, renang
nadi secara bertahap
Tipe 3 Olahraga dengan naik-turunnya denyut Sepak bola, basket, voli
nadi secara mendadak
Tabel 2.1. Tipe-tipe olahraga aerobik.

Olahraga aerobik mempunyai 3 bagian utama:


a. Warm up
Warm up atau biasa disebut dengan pemanasan adalah suatu aktivitas yang
ditujukan untuk meningkatkan temperatur tubuh sehingga memaksimalkan
performansi olahraga dan menghindari resiko cedera. American College of

Universitas Tarumanagara 7
Sport Medicine merekomendasikan 5-10 menit olahraga tipe calishtenic
dan 5-10 menit olahraga aerobik yang progresif.15

b. Conditioning
Melakukan olahraga aerobik sesuai dengan intensitas yang dinginkan.

c. Cool down
Cool down yaitu waktu transisi dari level latihan menuju waktu istirahat
yang dianjurkan untuk dilakukan selama 5-10 menit untuk proses
pemulihan.16

2.1.3.2. Olahraga anaerobik


Olahraga anaerobik adalah aktivitas fisik yang dilakukan dengan
intensitas tinggi dalam waktu singkat karena dalam keadaan tanpa oksigen.
Olahraga anaerobik memiliki manfaat untuk meningkatkan kekuatan
massa otot dan tulang, meningkatkan stamina, dan meningkatkan
kecepatan, kekuatan, dan laju metabolisme tubuh.17

2.1.4. Prinsip Olahraga


Olahraga memerlukan suatu perencanaan untuk menjaga, meningatkan atau
memperbaiki kondisi kesehatan. Perencanaan tersebut didasari oleh sebuah
prinsip dalam olahraga yaitu frekuensi, intensitas, time (waktu), dan tipe yang
biasa disingkat dengan F.I.T.T.18

2.1.4.1. Frekuensi

Frekuensi menunjukan seberapa sering seseorang melakukan


olahraga dalam satu waktu tertentu. Misalnya : 4 sesi seminggu atau 2
sesi seminggu.

Universitas Tarumanagara 8
2.1.4.2. Intensitas

Intensitas menunjukkan seberapa berat olahraga yang dilakukan


oleh seseorang. Terdapat skala intensitas 1-10, dimana skala 1 sebagai
minimum dan skala 10 sebagai maksimum. Moderate-Intensity
dimasukkan dalam skala 5-6 dan Vigorous-Intensity dimasukkan dalam
skala 7-8.

Berikut ini adalah tabel intensitas olahraga terhadap jantung.18


Intensitas Denyut jantung
Moderate-Intensity 55-65 % perkiraan denyut jantung maksimal

High-Intensity 65-75 % perkiraan denyut jantung maksimal

Tabel 2.2. Intensitas Olahraga.

2.1.4.3. Time

Menunjukkan waktu atau kapan olahraga dilakukan. Olahraga


yang paling baik biasanya dilakukan di pagi hari, ini dikarenakan pada
pagi hari terdapat irama sirkadian yang mengontrol hormon kortisol, dan
hormon glucoregulatory lainnya juga tinggi pada pagi hari. Selain itu
olahraga pada pagi hari juga meningkatkan regulasi glukosa, insulin, dan
oksidasi lemak. Pagi merupakan waktu yang ideal bagi proses metabolik
tubuh.19

2.1.4.4. Tipe

Tipe olahraga dibagi menjadi olahraga aerobik dan anaerobik.

American Heart Association merekomendasikan untuk melakukan aktivitas fisik


untuk menjaga kesehatan jantung selama 30 menit untuk olahraga aerobik
moderate-intensity selama 5 hari seminggu atau 25 menit untuk olahraga aerobik
vigorous-intensity selama 3 hari seminggu.12

Universitas Tarumanagara 9
2.1.5. Kapasitas Vital Paru

Kapasitas vital paru adalah volume udara maksimal yang dapat dikeluarkan
dalam satu kali bernapas setelah inspirasi maksimal. Kapasitas vital paru
merupakan jumlah oksigen yang dapat dimasukkan ke dalam tubuh atau paru
ditentukan oleh kemampuan kembang kempisnya sistem pernapasan. Semakin
baik kerja sistem pernapasan berarti volume oksigen yang diperoleh semakin
banyak. Dada mengembang selama inspirasi, saat dinding dada bergerak ke atas
dan keluar dari pleura parietalis yang melekat dengan baik pada dinding dada,
pleura tersebut juga ikut terangkat. Pleura viseralis mengikuti pleura parietalis dan
volume interior torak terangkat. Paru-paru mengembang untuk mengisi ruang
tersebut dan udara dihisap ke dalam bronkhiolus.20

Kapasitas vital paru merupakan suatu status kondisi fisiologis yang


berkaitan dengan kemampuan pengolahan udara pernapasan. Sebagaimana
dikemukakan oleh Pearce dalam Ad’dien (2011) bahwa : Kapasitas vital paru
diartikan sebagai besarnya volume udara yang diperoleh tubuh dari atmosfir pada
saat sedang inspirasi (menarik napas) serta dibandingkan dengan sejumlah udara
yang dikeluarkan pada saat ekspirasi (mengeluarkan napas). Dengan demikian
maka dapat dikatakan bahwa kapasitas vital paru erat kaitannya dengan kualitas
paru-paru. Umumnya telah mengetahui peranan penting dari paru-paru dan
dengan sendirinya pula kita menghendaki paru-paru sesehat mungkin. Upaya
untuk meningkatkan kemampuan kapasitas vital paru maka memerlukan suatu
latihan tertentu.21

Dengan adanya kapasitas vital paru yang baik maka individu dapat
melakukan fungsi ventilasi pernafasan dengan baik agar membuat keadaan dan
kebugaran fisik yang baik, namun apabila tidak memiliki kapasitas vital paru yang
baik maka dapat mengganggu sistem pernafasan bahkan dapat mengakibatkan
sumbatan jalan nafas secara intermitten akibat dinding thoraks dan otot pernafasan
yang tidak bekerja dengan baik.22

Universitas Tarumanagara 10
Kapasitas vital paru besarnya ± 4600 ml, merupakan jumlah udara

maksimal yang dapat dikeluarkan dari paru, setelah mengisi paru secara maksimal

dan mengeluarkannya sebanyak-banyaknya.5

2.1.6. Alat Ukur Fungsi Paru

Peralatan yang dapat digunakan untuk mengukur volume udara yang masuk
dan keluar dari paru-paru adalah spirometer. Cara penggunaan spirometer cukup
mudah yaitu seseorang disuruh bernafas (menarik nafas dan menghembuskan
nafas) dimana hidung orang ditutup. Dari perbedaan tekanan udara yang diberikan
seseorang ketika bernafas menyebabkan tabung yang berisi udara akan bergerak
naik turun, sementara itu drum pencatat bergerak memutar (sesuai jarum jam)
sehingga alat akan mencatat grafik pernafasan (sinyal respirasi) sesuai dengan
tabung yang berisi udara.23

Gambar 2.1. Spirometer.

2.1.7. Indikasi Spirometri

Indikasi spirometri dibagi dalam 4 manfaat.25

1. Diagnostik : evaluasi individu yang mempunyai gejala, tanda, atau hasil


laboratorium yang abnormal; skrining individu yang mempunyai risiko penyakit

Universitas Tarumanagara 11
paru; mengukur efek fungsi paru pada individu yang mempunyai penyakit paru;
menilai risiko preoperasi; menentukan prognosis penyakit yang berkaitan dengan
respirasi dan menilai status kesehatan sebelum memulai program latihan.

2. Monitoring : menilai intervensi terapeutik, memantau perkembangan penyakit


yang mempengaruhi fungsi paru, monitoring individu yang terpajan agen berisiko
terhadap fungsi paru dan efek samping obat yang mempunyai toksisitas pada paru.

3.Evaluasi kecacatan/kelumpuhan : menentukan pasien yang membutuhkan


program rehabilitasi, kepentingan asuransi dan hukum.

4. Kesehatan masyarakat : survei epidemiologis (skrining penyakit obstruktif dan


restriktif) menetapkan standar nilai normal dan penelitian klinis.

2.1.8. Kontraindikasi Spirometri

Kontraindikasi Spirometri terbagi dalam kontra indikasi absolut dan relatif.


Kontraindikasi absolut meliputi: Peningkatan tekanan intrakranial, space
occupying lesion (SOL) pada otak, ablasio retina, dan lain-lain. Sedangkan yang
termasuk dalam kontraindikasi relatif antara lain: hemoptisis yang tidak diketahui
penyebabnya, pneumotoraks, angina pektoris tidak stabil, hernia skrotalis, hernia
inguinalis, hernia umbilikalis, Hernia Nucleous Pulposus (HNP) tergantung
derajat keparahan, dan lain-lain.25

2.1.9. Nilai Spirometri


Sebelum melakukan interprestasi hasil pemeriksaan terdapat beberapa
standar yang harus dipenuhi. American Thoracic Society (ATS) mendefinisikan
bahwa hasil spirometri yang baik adalah suatu usaha ekspirasi yang menunjukkan
(1) gangguan minimal pada saat awal ekspirasi paksa, (2) tidak ada batuk pada
detik pertama ekshalasi paksa, dan (3) memenuhi 1 dari 3 kriteria valid end-of-
test: (a) peningkatan kurva linier yang halus dari volumetime ke fase plateau
dengan durasi sedikitnya 1 detik; (b) jika pemeriksaan gagal untuk
memperlihatkan gambaran plateau ekspirasi, waktu ekspirasi paksa/ forced
expiratory time (FET) dari 15 detik; atau (c) ketika pasien tidak mampu atau

Universitas Tarumanagara 12
sebaiknya tidak melanjutkan ekshalasi paksa berdasarkan alasan medis.Setelah
standar terpenuhi, tentukan nilai referensi normal FEV1 dan FVC pasien
berdasarkan jenis kelamin, umur dan tinggi badan (beberapa tipe spirometri dapat
menghitung nilai normal dengan memasukkan data pasien). Kemudian pilih 3
hasil FEV1 dan FVC yang konsisten dari pemerikssan spirometri yang selanjutnya
dibandingkan dengan nilai normal yang sudah ditentukan sebelumnya untuk
mendapatkan persentase nilai prediksi.25

Gambar 2.2. Karakteristik spirometri yang dapat dinilai.

Universitas Tarumanagara 13
Hasil spirometri normal menunjukkan FEV1 >80% dan FVC >80%.25

Gambar 2.3. Normal Spirometri.

Hasil spirometri obstruktif dengan penurunan rasio FEV1; FVC <70%.25

Gambar 2.4. Spirometri obstruktif.

Universitas Tarumanagara 14
Hasil spirometri restriktif dengan penurunan TLC <80%.25

Gambar 2.5. Spirometri restriktif.

Tabel Penilaian pemeriksaan spirometri.25

Universitas Tarumanagara 15
Tabel 2.3. Nilai Spirometri.
2.1.10. Cara Melakukan Spirometri
Prosedur yang harus dilakukan untuk spirometri, pertama pasien harus
menggunakan penjepit hidung agar pasien bernafas hanya dari mulut saja.
Selanjutnya untuk mengecek kapasitas vital pasien, pasien diminta untuk inspirasi
maksimal lalu dilakukan ekspirasi maksimal. Test ini dilakukan minimal 3 kali
untuk mencari hasil yang terbaik, dan tidak dilakukan lebih dari 8 kali. Pada saat
inspirasi maksimal maka otot inspirasi paksa yang terdiri dari musculus
sternocleidomastoideus dan scalenus akan berkontraksi, begitu juga saat ekspirasi
paksa otot intercostal interna dan otot perut akan berkontraksi, sehingga
melakukan test ini berulang-ulang akan melelahkan pasien.26

2.1.11. Paru

Respirasi dibutuhkan manusia untuk memperoleh oksigen yang akan


digunakan untuk metabolisme sel dan mengeluarkan karbon dioksida hasil dari
metabolisme sel. Organ vital yang berperan dalam respirasi adalah paru. Paru
terletak di rongga toraks yang dibentuk oleh 12 pasang iga yang melekung dan
menempel pada sternum di bagian anterior dan vertebra torakalis pada bagian
posterior. Pada bagian bawah rongga toraks terdapat otot diafragma yang
memisahkan rongga toraks dari rongga abdomen. Paru sebelah kanan mempunyai
3 lobus dan dipisahkan oleh fissura obliqua dan fissura horizontalis. Sedangkan
paru kiri hanya mempunyai 2 lobus dan dipisahkan oleh fissura obliqua. Masing-
masing paru dipisahkan dari dinding toraks dengan kantong pleura yang
menghasilkan cairan intrapleura. Cairan intrapleura ini bertujuan untuk melumasi
permukaan pleura pada saat paru bergesekan dengan rongga toraks.5,24

Universitas Tarumanagara 16
Gambar 2.6. Anatomi Paru.

2.1.12. Proses Pernafasan


a. Respirasi Selular

Istilah respirasi selular merujuk pada proses-proses metabolik intrasel yang


dilaksanakan di dalam mitokondria, yang menggunakan O2 dan menghasilkan
CO2 selagi mengambil energi dari molekul nutrien.5

b. Respirasi Eksternal

Istilah respirasi eksternal merujuk ke seluruh rangkaian kejadian dalam pertukaran


O2 dan CO2 antara lingkungan eksternal dan sel tubuh. Respirasi eksternal
mencakup 4 langkah. Langkah (1) Udara secara bergantian dimasukkan ke dalam
dan dikeluarkan dari paru sehingga udara dapat dipertukarkan antara atmosfer
(lingkungan eksternal) dan kantong udara (alveolus) paru. Pertukaran ini
dilaksanakan oleh tindakan mekanis bernapas, atau ventilasi. Kecepatan ventilasi
diatur untuk menyesuaikan aliran udara antara atmosfer dan alveolus sesuai
dengan kebutuhan metabolik tubuh terhadap ambilan O2 dan pengeluaran CO2.
Langkah (2) O2 dan CO2 dipertukarkan antara udara di alveolus dan darah di
dalam kapiler pulmonal (pulmonal berarti “paru”) melalui proses difusi. Langkah
(3) Darah mengangkut O2 dan CO2 antara paru dan jaringan. Langkah (4) O2 dan

Universitas Tarumanagara 17
CO2 dipertukarkan antara sel jaringan dan darah melalui proses difusi menembus
kapiler sistemik (jaringan).5

Gambar 2.7. Respirasi external dan selular.


2.1.13. Otot Pernapasan

a. Otot Inspirasi

Otot-otot inspirasi utama – otot yang berkontraksi untuk melakukan inspirasi


sewaktu bernafas tenang – mencakup diafragma dan otot interkostalis eksternal.
Sebelum permulaan inspirasi, semua otot-otot respirasi berada dalam keadaan
relaksasi. Pada saat awitan inspirasi, kontraksi otot-otot inspirasi membuat rongga
toraks membesar. Otot inspirasi utama adalah diafragma, yang disarafi oleh saraf
frenikus. Diafragma dalam keadaan relaksasi berbentuk kubah yang menonjol ke
atas ke dalam rongga toraks. Ketika berkontraksi (pada stimulasi oleh saraf
frenikus), diafragma turun dan memperbesar volume rongga toraks dengan
meningkatkan ukuran vertikal (atas-ke-bawah). Dua set otot interkostalis terletak
di antara iga ( inter artinya “di antara”; kosta artinya “iga”). Otot interkostalis
eksternal terletak di atas otot interkostalis internal. Kontraksi otot interkostalis
eksternal, yang serat-seratnya berjalan ke bawah dan ke depan antara dua iga yang
berdekatan, memperbesar rongga toraks dalam dimensi lateral (sisi ke sisi) dan
anteroposterior (depan ke belakang). Ketika berkontraksi, otot interkostalis

Universitas Tarumanagara 18
eksternal mengangkat iga dan selanjutnya sternum ke atas dan ke depan. Saraf
interkostalis mengaktifkan otot-otot interkostalis ini selama inspirasi.5

Gambar 2.8. Aktivitas otot respirasi selama inspirasi dan expirasi.

Gambar 2.9. Aktivitas otot respirasi selama inspirasi dan expirasi.

Universitas Tarumanagara 19
b. Otot Inspirasi Tambahan

Inspirasi dalam (lebih banyak udara yang dihirup) dapat dilakukan dengan
mengontraksikan diafragma dan otot interkostalis eksternal secara lebih kuat dan
dengan mengaktifkan otot inspirasi tambahan untuk semakin memperbesar rongga
toraks. Kontraksi otot-otot tambahan ini, yang terletak di leher, mengangkat
sternum dan dua iga pertama, memperbesar bagian atas rongga toraks.5

c. Otot-otot Ekspirasi
Pada akhir inspirasi, otot inspirasi melemas. Diafragma mengambil posisi
aslinya yang seperti kubah ketika melemas. Ketika otot interkostalis eksternal
melemas, sangkar iga yang sebelumnya terangkat turun karena gravitasi. Tanpa
gaya-gaya yang menyebabkan ekspansi dinding dada (dan karenanya, ekspansi
paru), dinding dada dan paru yang semula teregang mengalami rekoil ke ukuran
prainspirasinya karena sifat-sifat elastik mereka, seperti balon teregang yang
dikempiskan.5

d. Ekspirasi Paksa
Ekspirasi dapat menjadi aktif untuk mengosongkan paru secara lebih tuntas
dan lebih cepat daripada yang dicapai selama pernapasan tenang,misalnya
sewaktu pernapasan dalam ketika olahraga. Untuk menghasilkan ekspirasi paksa
atau aktif tersebut, otot-otot ekspirasi harus lebih berkontraksi untuk mengurangi
volume rongga toraks dan paru. Otot ekspirasi paling penting adalah (yang
mungkin tidak diduga sebelumnya) otot dinding abdomen. Sewaktu otot
abdomen berkontraksi terjadi peningkatan tekanan intra-abdomen yang
menimbulkan gaya ke atas pada diafragma, mendorongnya semakin ke atas ke
dalam rongga toraks daripada posisi lemasnya sehingga ukuran vertikal rongga
toraks menjadi semakin kecil. Otot ekspirasi lain adalah otot interkostalis internal
yang kontraksinya menarik iga turun ke arah dalam, mendatarkan dinding dada
dan semakin mengurangi ukuran rongga toraks; kerja ini tepat berlawanan dengan
otot interkostalis eksternal.5

Universitas Tarumanagara 20
Gambar 2.10. Anatomi otot respirasi.

2.1.14. Hubungan antara tekanan di dalam dan di luar paru

Udara mengalir masuk dan keluar paru selama tindakan bernapas karena
berpindah mengikuti gradien tekanan antara alveolus dan atmosfer yang berbalik
arah secara bergantian yang ditimbulkan oleh aktivitas siklik otot pernapasan.
Terdapat tiga tekanan yang berbeda yang berperanan penting dalam ventilasi.5

1. Tekanan atmosfer (barometrik) adalah tekanan yang ditimbulkan oleh


berat udara di atmosfer pada benda di permukaan bumi. Pada ketinggian
permukaan laut tekanan ini sama dengan 760 mm Hg. Tekanan atmosfer
berkurang seiring dengan penambahan ketinggian di atas permukaan laut
karena lapisan-lapisan udara di atas permukaan bumi juga semakin
menipis. Pada setiap ketinggian terjadi perubahan kecil pada tekanan
atmosfer karena perubahan kondisi cuaca (yaitu, ketika tekanan barometrik
naik atau turun)
2. Tekanan intra-alveolus, yang juga dikenal sebagai tekanan intrapulmonal,
adalah tekanan di dalam alveolus. Karena alveolus berhubungan dengan
atmosfer melalui saluran napas penghantar, udara cepat mengalir menuruni
gradien tekannanya setiap kali tekanan intra-alveolus berbeda dari tekanan

Universitas Tarumanagara 21
atmosfer; udara terus mengalir hingga kedua tekanan seimbang
(ekuilibrium).
3. Tekanan intrapleura adalah tekanan di dalam kantong pleura. Tekanan ini,
yang juga dikenal sebagai tekanan intratoraks, adalah tekanan yang
ditimbulkan di luar paru di dalam rongga toraks. Tekanan intrapleura
biasanya lebih rendah daripada tekanan atmosfer, rerata 756 mm Hg saat
istirahat. Tekanan intrapleura tidak menyeimbangkan diri dengan tekanan
atmosfer atau intra-alveolus karena kantong pleura merupakan kantong
tertutup tanpa pembukaan sehingga udara tidak dapat masuk atau keluar
meskipun terdapat gradient tekanan berapa pun antara rongga pleura dan
atmosfer atau paru.

Gambar 2.11. Berbagai tekanan yang penting pada ventilasi.

Sebelum inspirasi, pada akhir ekspirasi sebelumnya, tekanan intra-alveolus sama


dengan tekanan atmosfer, sehingga tidak ada udara mengalir masuk atau keluar
paru. Sewaktu rongga toraks membesar selama inspirasi akibat kontraksi
diafragma, paru juga dipaksa mengembang untuk mengisi rongga toraks yang
lebih besar. Sewaktu paru membesar, tekanan intra-alveolus turun karena jumlah
molekul udara yang sama kini menempati volume paru yang lebih besar. Pada

Universitas Tarumanagara 22
gerakan inspirasi biasa, tekanan intra-alveolus turun 1 mm Hg menjadi 759 mm
Hg. Karena tekanan intra-alveolus sekarang lebih rendah daripada tekanan
atmosfer, udara mengalir ke dalam paru mengikuti gradien tekanan ini. Udara
terus masuk ke paru hingga tidak ada lagi gradien yaitu, hingga tekanan intra-
alveolus setara dengan tekanan atmosfer. Karena itu, ekspansi paru tidak
disebabkan oleh udara masuk ke dalam paru, tetapi udara mengalir ke dalam paru
karena turunnya tekanan intra-alveolus yang disebabkan oleh ekspansi paru.
Sewaktu inspirasi, tekanan intrapleura menjadi 754 mm Hg karena paru yang
sangat terergang cenderung menarik paru lebih jauh lagi dari dinding dada. Pada
waktu ekspirasi, tekanan intra-alveolus meningkat sekitar 1 mm Hg di atas
tekanan atmosfer menjadi 761 mm Hg dan meninggalkan paru menuruni gradien
tekanannya. Aliran keluar udara berhenti ketika tekanan intra-alveolus menjadi
sama dengan tekanan atmosfer dan gradien tekanan tidak ada lagi.5

Gambar 2.12. Perubahan volume paru dan tekanan intra-alveolus sewaktu


inspirasi dan ekspirasi.

Universitas Tarumanagara 23
2.2 Kerangka Teori

Futsal renang lari

Aerobik

Olahraga Anaerobik

Umur
Fungsi Paru

Riwayat Penyakit

Merokok Jenis Kelamin

Universitas Tarumanagara 24
2.3 Kerangka Konsep

Olahraga Kapasitas vital


paru,kapasitas
vital paksa, dan
FEV1

Variabel bebas Variabel terikat

: Hubungan yang diteliti

Universitas Tarumanagara 25
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dimana peneliti
akan mencari hubungan atara satu variabel dengan variabel lainnya. Pendekatan
yang digunakan pada penelitian ini adalah cross-sectional yaitu melakukan
observasi atau pengukuran variabel pada satu saat tertentu.

Metode ini dipilih untuk mengetahui hubungan antara frekuensi olahraga


terhadap kapasitas vital paru pada mahasiswa fakultas kedokteran Universitas
Tarumanagara angkatan 2016.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1. Tempat Penelitian

Penelitian akan dilakukan di kampus 1 gedung J lantai 4 fakultas kedokteran


Universitas Tarumanagara.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan pada selama bulan september 2018.

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1. Populasi target adalah mahasiswa Universitas Tarumanagara


3.3.2. Populasi terjangkau adalah mahasiswa Universitas Tarumangara
yang mengambil jurusan kedokteran.
3.3.3. Sampel Pada penelitian ini sampel akan dipilih dengan cara
stratified random sampling. Sampling akan diambil rata secara
terpisah sesuai dengan stratanya, pada hal ini strata yang dimaksud
adalah frekuensi olahraga.

Universitas Tarumanagara 26
3.4. Perkiraan Besar Sampel Penelitian
Z α = 1,96
Z β = 0,84
P1 = 0,60
P2 = 0,80
P = (( P1+P2 ))/2 = 0,70
Q = 1 – P = 0,30
Q1 = 1 – P1 = 0,74
Q2 = 1 – P2 = 0,54
2
𝑧𝛼√2𝑃𝑄 + 𝑧𝛽√𝑃1𝑄1 + 𝑃2𝑄2
𝑛=( )
𝑃1 − 𝑃2
2
1,96√2𝑥0,70𝑥0,30 + 0,84√(0,60𝑥0,40) + (0,80𝑥0,20)
𝑛=( )
(0,60 − 0,80)2

𝑛 = 81

3.5. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

3.5.1. Kriteria Inklusi :

a. Bersedia berpatisipasi sebagai subjek dalam penelitian

b. Mahasiswa yang berumur diatas 17 tahun

c. Sehat jasmani dan rohani

3.5.2.Kriteria Eksklusi :

a. Sesak napas

b. Menderita Asma

Universitas Tarumanagara 27
3.6. Cara Kerja / Prosedur Kerja Penelitian

Penelitian dilakukan di kampus 1 fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara


dimana populasi penelitian adalah para mahasiswa baik yang melakukan olahraga
maupun yang tidak melakukan olahraga.

1. Pengukuran berat badan dan tinggi badan dilakukan menggunakan


timbangan berat badan dan microtoise statrumeter.

2. Pengukuran IMT dengan menggunakan rumus

IMT = Berat Badan (Kg)


Tinggi Badan (m) X Tinggi Badan (m)

3. Pengukuran kapasitas vital paru, kapasitas vital paksa, volume ekspirasi 1


detik dengan menggunakan spirometer.

3.7. Variabel Penelitian

3.7.1. Variabel Bebas

Variabel bebas adalah variabel yang jika berubah akan mengakibatkan perubahan
pada variabel lain.

Pada penelitian : Frekuensi Olahraga

3.7.2. Variabel Tergantung

Variabel tergantung adalah variabel yang berubah jika variabel bebas berubah.

Pada penelitian : Kapasitas vital paru, kapasitas vital paksa, dan volume ekspirasi
paksa satu detik
3.8. Definisi Operasional

Menurut Widjojo (2007) definisi operasional adalah batasan pengertian yang


dijadikan pedoman untuk melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan misal
penelitian .29

Universitas Tarumanagara 28
Menurut Nursalam (2008) Definisi operasional adalah definisi berdasarkan
karateristik yang dapat diamati atau di ukur, dapat diamati artinya memungkinkan
penelitian untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat dalam suatu
obyek atau fenomena yang dapat diulang oleh orang lain.30

Menurut definisi operasional adalah definisi ketika variable-variabel


penelitian menjadi bersifat operasional.31

3.8.1. Frekuensi Olahraga

Definisi : Frekuensi adalah jumlah ulangan latihan dalam 1 minggu.

Cara Ukur : Responden mengisi kuesioner

Skala Ukur : Kategorik

Klasifikasi Frekuensi

Tidak berolahraga : tidak olahraga dalam 1 minggu

Berolahraga : ada melakukan olahraga dalam waktu 1 minggu

3.8.2. Fungsi Paru

Fungsi paru yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kapasitas vital paru
,kapasitas vital paksa dan volume ekspirasi paksa dalam 1 detik

Definisi : kapasitas vital adalah volume udara maksimal yang dikeluarkan


saat ekspirasi secara cepat, kapasitas vital paksa adalah volume
udara dikeluarkan saat ekspirasi paksa secara maksimal yang
sebelumnya inspirasi secara maksimal dan VEP 1 adalah volume
udara yang dihembuskan dalam detik pertama ekspirasi.

Cara ukur : Responden meniup alat spirometer

Alat ukur : Spirometer

Hasil ukur : Normal / Restriksi / Obstruksi / Mixed Pattern

Universitas Tarumanagara 29
Skala ukur : Kategorik

3.9. Instrumen Penelitian

Penelitian ini akan menggunakan

1. Timbangan Berat Badan

Untuk mengukur berat badan responden

2. Microtoise Statrumeter

Untuk mengukur tinggi badan responden

3. Spirometer

Untuk mengukur fungsi paru

4. Kuesioner

Untuk mengetahui nama, umur, frekuensi olahraga responden

3.10. Pengumpulan Data

Responden mengisi kuesioner berisi nama, umur dan frekuensi olahraga


responden. Data dikumpulkan dengan cara mengukur fungsi paru responden
dengan spirometer.

3.11. Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil penelitian akan diolah dengan uji statistik chi-
square dengan cara membandingkan fungsi paru pada mahasiswa yang sering
berolahraga, jarang berolahraga dan tidak pernah berolahraga. Syarat untuk layak
uji dengan chi-square adalah tidak ada nilai expected yang kurang dari lima, bila
tidak memenuhi syarat uji chi-square maka digunakan uji alternatifnya yaitu uji
fisher. Data akan diolah dengan menggunakan program analisis statistik
komputer.

Universitas Tarumanagara 30
3.12. Alur Penelitian

Observasi

Penetapan sampel

Sering olahraga Jarang olahraga Tidak olahraga

Pengukuran kapasitas
vital paru dengan
spirometri

Hasil penelitian

Universitas Tarumanagara 31
3.13. Jadwal Penelitian
Semester 5 Semester 6
Ags - Des 2017 Jan - Mar 2018 Apr - Jun 2018
Penyusunan
proposal
Pengumpulan
proposal
Perijinan lokasi
penelitian
Pengambilan dan
analisis data
Penyusunan
skripsi
Pengumpulan
skripsi

Universitas Tarumanagara 32
BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Karakteristik Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama periode bulan Juni 2018 sampai bulan Oktober
2018 yang melibatkan populasi sebanyak 40 orang mahasiswa/mahasiswi
Universitas Tarumanagara. Sebelum dilakukan penelitian pertama sekali
dilakukan pemberitahuan kepada responden tentang tindakan apa saja yang akan
dilakukan atau inform consent terlebih dahulu dan diperoleh data untuk penelitian
antara lain nama, NIM (Nomor Induk Mahasiswa), usia, alamat, nomor
telepon/handphone, berat badan, tinggi badan, dan frekuensi olahraga. Setelah itu
dilakukan pengujian fungsi paru dengan menggunakan spirometri. Pengukuran
dilakukan satu kali kepada responden dan hasilnya akan dicetak oleh alat
spirometri untuk melihat hasil yang diperoleh selama penelitian. Karakteristik
responden ditampilkan pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Karakteristik umum Responden

Karakteristik Jumlah Mean ; Median


Reapondem (persentase) Simpang Baku (min;max)
(%)

Usia 19,58 ± 1,19 19,50 (17;22)

Jenis Kelamin

Laki-laki 28 (70%)

Perempuan 12 (30%)

Frekuensi Mahasiswa yang Olahraga

Olahraga 28 (70%)

Tidak olahraga 12 (30%)

Universitas Tarumanagara 33
FEV1% 77,91 ± 19,48 83,22
(30,81;100)

Normal 22 (55%)

< 80% 18 (45%)

Kapasitas vital 73,12 ± 12,03 72,50 (48;107)

Normal 9 (22,50%)

< 80% 31 (77,50%)

Kapasitas vital 77,35 ± 12,76 75,50 (53;106)


paksa

Normal 14 (35%)

< 80% 26 (65%)

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan 40 responden yang ikut serta dalam


pengambilan data penelitian. Nilai rata-rata usia dari ke 40 responden yang ikut
seta dalam penelitian adalah 19.58 dan standar deviasinya adalah 1.19. Nilai
median dari usia seluruh responden adalah 19.50 dengan usia terendahnya adalah
17 tahun dan usia tertinggi adalah 22 tahun. Sebanyak 28 (70%) responden adalah
laki-laki dan sebanyak 12 (30%) adalah perempuan. Dari total 40 (100%)
responden sebanyak 28 (70%) yang berolahraga dan sebanyak 12 (30%) yang
tidak berolahraga.

Dari hasil pengukuran dengan menggunakan spirometri yang dilakukan


kepada 40 orang mahasiswa/mahasiswi Universitas Tarumanagara didapatkan
hasil FEV1% dengan rata-rata adalah 77.91, standar deviasinya adalah 19.48, nilai
mediannya adalah 83.22 dengan nilai minimum adalah 30.81, nilai maksimum
adalah 100, sebanyak 22 (55%) orang mahasiswa/mahasiswi yang memiliki nilai

Universitas Tarumanagara 34
FEV1% normal, dan sebanyak 18 (45%) orang mahasiswa/mahasiswi yang
memiliki nilai FEV1% < 80%. Untuk hasil kapasitas vital didapatkan rata-rata
adalah 73.12, standar deviasinya adalah 12.03, nilai mediannya adalah 72.50
dengan nilai minimum adalah 48, nilai maksimum adalah 107, sebanyak 9
(22.50%) orang mahasiswa/mahasiswi yang memiliki nilai kapasitas vital normal,
dan sebanyak 31 (77.50%) orang mahasiswa/mahasiswi yang memiliki nilai
kapasitas vital < 80%. Untuk hasil kapasitas vital paksa didapatkan rata-rata
adalah 77.35. standar deviasinya adalah 12.76, nilai mediannya adalah 75.50
dengan nilai minimum adalah 53, nilai maksimum adalah 106, sebanyak 14 (35%)
orang mahasiswa/mahasiswi yang memiliki nilai kapasitas vital paksa normal, dan
sebanyak 26 (65%) orang mahasiswa/mahasiswi yang memiliki nilai kapasitas
vital paksa < 80%.

4.2.Hasil Data Bivariat

Tabel 4.2.1 Hubungan Frekuensi Olahraga terhadap volume ekspirasi paksa


1 detik (FEV1%)

Frekuensi Olahraga FEV1% Total P

Normal < 80%

Tidak olahraga 8 4 12 (30%) 0.491


(66,66%) (33,33%)

Berolahraga 14 (50%) 14 (50%) 28 (70%)

Total 22 (55%) 18 (45%) 40 (100%)

Metode uji fisher

Berdasarkan tabel 4.2.1, dari 40 orang responden didapatkan sebanyak 8


(66.66%) orang mahasiswa/mahasiswi yang tidak berolahraga memiliki nilai
FEV1% normal dari total mahasiswa/mahasiswi yang tidak berolahraga sebanyak
12 orang, dan sebanyak 4 (33.33%) orang mahasiswa/mahasiswi yang tidak
berolahraga memiliki nilai FEV1% < 80% dari total mahasiswa/mahasiswi yang
tidak berolahraga sebanyak 12 orang . Sebanyak 14 (50%) orang
mahasiswa/mahasiswi yang berolahraga memiliki nilai FEV1% normal dari total

Universitas Tarumanagara 35
mahasiswa/mahasiswi yang berolahraga sebanyak 28 orang, dan sebanyak 14
(50%) orang mahasiswa/mahasiswi yang berolahraga memiliki nilai FEV1% <
80% dari total total mahasiswa/mahasiswi yang berolahraga sebanyak 28 orang.
Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan fisher didapatkan p-value =
0.491 atau p-value > 0.05 yang bisa disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan
yang bermakna antara frekuensi olahraga terhadap nilai FEV1%.

Tabel 4.2.2 Hubungan Frekuensi Olahraga terhadap Kapasitas Vital

Frekuensi Olahraga Kapasitas vital Total P

Normal < 80%

Tidak olahraga 1 11 12 (30%) 0.233


(8,33%) (91,66%)
Berolahraga 8 20 28 (70%)
(28,57%) (71,42%)
Total 9 31 40 (100%)
(22,50%) (77,50%)
Metode uji fisher

Berdasarkan tabel 4.2.2, dari 40 orang responden didapatkan sebanyak 1


(8.33%) orang mahasiswa/mahasiswi yang tidak berolahraga memiliki nilai
kapasitas vital normal dari total mahasiswa/mahasiswi yang tidak berolahraga
sebanyak 12 orang, dan sebanyak 11 (91.66%) orang mahasiswa/mahasiswi yang
tidak berolahraga memiliki nilai kapasitas vital < 80% dari total
mahasiswa/mahasiswi yang tidak berolahraga sebanyak 12 orang. Sebanyak 8
(28.57%) orang mahasiswa/mahasiswi yang berolahraga memiliki nilai kapasitas
vital normal dari total mahasiswa/mahasiswi yang berolahraga sebanyak 28 orang,
dan sebanyak 20 (71.42%) orang mahasiswa/mahasiswi yang berolahraga
memiliki nilai kapasitas vital < 80% dari total mahasiswa/mahasiswi yang
berolahraga sebanyak 28 orang. Berdasarkan hasil uji statistik dengan
menggunakan fisher didapatkan p-value = 0.233 atau p-value > 0.05 yang bisa
disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara frekuensi
olahraga terhadap nilai kapasitas vital

Universitas Tarumanagara 36
Tabel 4.2.3 Hubungan Frekuensi Olahraga terhadap Kapasitas vital paksa

Frekuensi Olahraga Kapasitas vital Total P

Normal < 80%

Tidak olahraga 3 (25%) 9 (75%) 12 (30%) 0,484

Berolahraga 11 17 28 (70%)
(39,28%) (60,71%)

Total 14 (35%) 26 (65%) 40 (100%)

Metode uji fisher

Berdasarkan tabel 4.2.3, dari 40 orang responden didapatkan sebanyak 3


(25%) orang mahasiswa/mahasiswi yang tidak berolahraga memiliki nilai
kapasitas vital paksa normal dari total mahasiswa/mahasiswi yang tidak
berolahraga sebanyak 12 orang, dan sebanyak 9 (75%) orang
mahasiswa/mahasiswi yang tidak berolahraga memiliki nilai kapasitas vital paksa
< 80% dari total mahasiswa/mahasiswi yang tidak berolahraga sebanyak 12 orang.
Sebanyak 11 (39.28%) orang mahasiswa/mahasiswi yang berolahraga memiliki
nilai kapasitas vital paksa normal dari total mahasiswa/mahasiswi yang
berolahraga sebanyak 28 orang, dan sebanyak 17 (60.71%) orang
mahasiswa/mahasiswi yang berolahraga memiliki nilai kapasitas vital paksa <
80% dari total mahasiswa/mahasiswi yang berolahraga sebanyak 28 orang.
Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan fisher didapatkan p-value =
0.484 atau p-value > 0.05 yang bisa disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan
yang bermakna antara frekuensi olahraga terhadap nilai kapasitas vital paksa.

Universitas Tarumanagara 37
BAB 5
PEMBAHASAN

5.1 Pembahasan Karakteristik Peneltian

Berdasarkan hasil penelitian yang tercantum pada tabel 4.1 menunjukkan


jumlah sampel sebanyak 40 orang dengan usia termuda adalah 17 tahun dan usia
tertua adalah 22 tahun. Hasil penelitian ini dilakukan di lingkungan kampus
Universitas Tarumanagara dengan batas usia mahasiswa pada rentang 15-25
tahun. Jumlah mahasiswa yang berolahraga adalah sebanyak 28 orang dan jumlah
mahasiswa yang tidak berolahraga adalah sebanyak 12 orang di Universitas
Tarumanagara. Jumlah mahasiswa yang memiliki nilai FEV1% yang normal
sebanyak 22 orang dan jumlah mahasiswa yang memiliki nilai FEV1% < 80%
sebanyak 18 orang di Universitas Tarumanagara. Jumlah mahasiswa yang
memiliki nilai kapasitas vital yang normal adalah sebanyak 9 orang dan jumlah
mahasiswa yang memiliki nilai kapasitas vital < 80% adalah sebanyak 31 orang di
Universitas Tarumanagara. Jumlah mahasiswa yang memiliki nilai kapasitas vital
paksa yang normal adalah sebanyak 14 orang dan yang memiliki nilai kapasitas
vital paksa < 80% adalah sebanyak 26 orang di Universitas Tarumanagara. Hasil
karakteristik penelitian yang dilakukan berbeda dengan penelitian yang dilakukan
oleh Lillian R. Benck (2017) dengan judul “Hubungan antara Cardiorespiratory
Fitness dengan Kesehatan Paru pada Usia Dewasa Muda Hingga Pertengahan”
dilakukan dengan melibatkan partisipan sebanyak sebanyak 3.332 orang dengan
rentang umur 18-30 tahun, memiliki risiko arteri koroner, dan partisipan di
berikan latihan dengan metode dalam sembilan tahap dua menit yang dimana di
setiap kenaikan tahap latihan diberikan peningkatan latihan . Penelitian yang
dilakukan oleh Umang Vats dan Prosenjit Patra (2015) dengan judul “Efek
Olahraga Aerobik Intensitas Sedang pada Kapasitas Vital Paru dan Kualitas
Hidup dengan Gaya Hidup yang Tidak Tetap” dilakukan dengan melibatkan
partisipan yang bekerja di perkantoran sebanyak 30 orang dengan gaya hidup
yang tidak tetap dan dengan diberikan intensitas latihan aerobik selama 3 minggu.

Universitas Tarumanagara 38
Dan penelitian yang dilakukan oleh Rozi K. Warganegara (2015) dengan judul
“Perbandingan Kapasitas Vital pada Berbagai Atlet Olahraga” dilakukan kepada
partisipan yang berprofesi sebagai atlet yang memiliki intensitas olahraga yang
berat dan dibedakan antara atlet yang selama latihan dominan menggunakan
ekstremitas atas dan yang dominan menggunakan ekstremitas bawah.

5.2 Pembahasan Data Bivariat

Berdasarkan hasil penelitian di tabel 4.2.1 menunjukkan hubungan frekuensi


olahraga terhadap FEV1% dengan hasil 8 orang mahasiswa yang tidak
berolahraga memiliki nilai FEV1% normal, 4 orang mahasiswa yang tidak
berolahraga memiliki nilai FEV1% < 80%, 14 orang mahasiswa yang berolahraga
memiliki nilai FEV1% normal, 14 orang mahasiswa yang berolahraga memiliki
nilai FEV1% < 80%, dan nilai p-value adalah 0.491 atau p-value > 0.05 bisa
disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan bermakna olahraga terhadap FEV1%
.

Tabel 4.2.2 menunjukkan hubungan frekuensi olahraga terhadap kapasitas vital


dengan hasil 1 orang mahasiswa yang tidak berolahraga memiliki nilai kapasitas
vital normal, 11 orang mahasiswa yang tidak berolahraga memiliki nilai kapasitas
vital < 80%, 8 orang mahasiswa yang berolahraga memiliki nilai kapasitas vital
normal, 20 orang mahasiswa yang berolahraga memiliki nilai kapasitas vital <
80%, dan nilai p-value adalah 0.233 p-value > 0.05 bisa disimpulkan bahwa tidak
terdapat hubungan bermakna olahraga terhadap kapasitas vital.

Tabel 4.2.3 menunjukkan hubungan frekuensi olahraga terhadap kapasitas vital


paksa dengan hasil 3 orang mahasiswa yang tidak berolahraga memiliki nilai
kapasitas vital paksa yang normal, 9 orang mahasiswa yang tidak berolahraga
memiliki nilai kapasitas vital paksa < 80%, 11 orang mahasiswa yang berolahraga
memiliki nilai kapasitas vital paksa normal, 17 orang mahasiswa yang berolahraga
memiliki nilai kapasitas vital paksa < 80%, dan nilai p-value adalah 0.484 atau p-
value > 0.05 bisa disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan bermakna olahraga
terhadap kapasitas vital paksa.

Universitas Tarumanagara 39
Dari ketiga tabel 4.2 bisa disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang
bermakna antara frekuensi olahraga terhadap FEV1%, kapasitas vital, dan
kapasitas vital paksa. Hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan penelitian Lillian
R. Benck (2017) pada penelitian “Hubungan antara Cardiorespiratory Fitness
dengan Kesehatan Paru pada Usia Dewasa muda Hingga Pertengahan”. Dimana
didapatkan peningkatan FEV1% dan kapasitas vital paksa setelah diberikan
latihan cardia fitness dengan cara memberikan latihan dalam sembilan tahap dua
menit yang dimana di setiap kenaikan tahap latihan diberikan peningkatan latihan.
Hasil p-value penelitian ini < 0.05 yang bisa disimpulkan bahwa terdapat
hubungan bermakna antara cardiorespiratory fitness dengan kesehatan paru pada
usia dewasa muda hingga pertengahan.

Hasil penelitian ini juga tidak sesuai dengan penelitian Rozi K. Warganegara
(2015) pada penilitian “Perbandingan Kapasitas Vital pada Berbagai Atlet
Olahraga” dimana pada hasil penilitian Rozi K. Warganegara (2015) didapatkan
hasil peningkatan kapasitas vital pada berbagai atlet dan peningkatan kapasitas
vital yang signifikan diperoleh atlet renang dikarenakan olahraga yg lebih
mengutamakan semua pergerakan otot-otot tubuh dan juga otot-otot pernafasan.
Hasil penelitian ini juga memiliki p-value < 0.05 yang bisa disimpulkan bahwa
terdapat hubungan bermakna kapasitas vital dengan olahraga pada berbagai atlet
olahraga.

Hasil penelitian ini juga tidak sesuai dengan penelitian Umang Vats dan
Prosenjit Patra (2015) pada penelitian “Efek Olahraga Aerobik Intensitas Sedang
pada Kapasitas Vital Paru dan Kualitas Hidup dengan Gaya Hidup yang Tidak
Tetap”. Dimana didapatkan peningkatan yang signifikan pada kapasitas vital
setelah diberikan latihan aerobik berupa treadmill kepada responden selama 3
minggu. Hasil penelitian ini juga memiliki nilai p-value < 0.05 yang bisa
disimpulkan terdapat hubungan bermakna efek olahraga aerobik terhadap
kapasitas vital.

Perbedaan hasil penelitian ini disebabkan karena intensitas latihan yang


dilakukan mahasiswa Universitas Tarumanagara tidak sesuai dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Lillian R. Benck (2017), Umang Vats dan

Universitas Tarumanagara 40
Prosenjit Patra (2015) dan Rozi K. Warganegara (2015) yang dimana pada
penelitian mereka dilakukan kepada atlet dengan intensitas yang cukup lama di
bandingkan dengan mahasiswa Universitas Tarumanagara dikarenakan kesibukan
mahasiswa dalam menjalankan proses pendidikan sehingga waktu untuk
berolahraga tidak cukup. Hasil penelitian ini juga tidak sesuai di karenakan
terdapat mahasiswa yang merokok di lingkungan Universitas Tarumangara
sehingga menyebabkan penurunan fungsi paru pada mahasiswa Universitas
Tarumanagara.

5.2 Keterbatasan Penelitian

5.2.1 Keterbatasan jumlah responden

Keterbatasan penelitian yang saya lakukan menggunakan jumlah responden


sebesar 40 mahasiswa kedokteran angkatan 2016, sebaiknya jumlah responden
yang di ambil lebih banyak sehingga mewakili hasil penelitian.

5.2.2 Bias perancu

Pada penelitian ini terdapat beberapa faktor yang bisa mempengaruhi hasil
penelitian seperti jenis kelamin, usia, dan status gizi responden. Penyakit yang
diderita oleh responden seperti asma dan kebiasaan merokok juga dapat
mempengaruhi hasil penelitian.

5.2.3 Bias informasi

Pada penelitian ini terdapat ketidaksamaan persepsi penggunaan alat yang di


instruksikan oleh peneliti dengan persepsi yang dimiliki oleh responden sehingga
ketika penelitian dilakukan tidak sesuai dengan apa yang di intruksikan oleh
peneliti dan data yang di peroleh tidak sesuai dengan sebagaimana mesti nya.

Universitas Tarumanagara 41
BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan Penelitian

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap 40 orang mahasiswa


Universitas Tarumanagara, dapat disimpulkan beberapa hal berikut:
1. Tidak terdapat hubungan kapasitas vital paru pada orang yang berolahraga
dengan yang tidak berolahraga.
2. Tidak terdapat hubungan kapasitas vital paksa paru pada orang yang
berolahraga dengan orang yang tidak berolahraga.
3. Tidak terdapat hubungan volume ekspirasi paksa 1 detik paru pada orang
yang berolahraga dengan orang yang tidak berolahraga.

6.2 Saran

1. Penelitian selanjutnya menggunakan metode olahraga dengan intensitas


yang lebih.
2. Penelitian selanjutnya harus dilakukan di tempat yang memiliki polusi
yang rendah dan orang perokok di eksklusi pada kriteria penelitian.
3. Perlu penelitian dilakukan kepada orang yang memiliki latihan fisik yang
teratur.

Universitas Tarumanagara 42
DAFTAR PUSTAKA

1. Giriwijoyo Santosa, H.Y.S. Fisiologi Tubuh Manusia pada Kerja dan Olahraga.
Ed. 1, Cet. 1. Jakarta: Rajawali Pers 2017. p. 32.

2. Adi,B.S Peran Olahraga Sebagai Sumber Kekuatan Menghadapi Penyakit


Kanker. Jurnal PSPD FIP. Universitas Negeri Yogyakarta;2012

3. Rizky, M.S. Hubungan Aktivitas Fisik dan Tingkat Pendidikan Terhadap


Fungsi Kognitif. [Skripsi]. Universitas Sumatera Utara;2011

4. Kementrian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia. Penyajian data dan


informasi kepemudaan dan olahraga 2014. Jakarta; Kementrian Pemuda dan
Olahraga; 2015

5. Sherwood L. Fisiologi Manusia: dari sel ke sistem. Edisi 8. Belmont: Brook/


Cole Cencage Learning; 2013. p .504 - 505.

6. Guyton, And Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta. EGC;2008

7. Madina, D.S. Nilai Kapasitas Vital Paru dan Hubungannya dengan


Karakteristik Fisik pada atlet Berbagai cabang Olahraga. Universitas
Padjajaran. Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas padjajaran; 2007.

8. Yunus, F., Adriskanda, B., Setiawan, B.. Perbandingan Nilai Kapasitas Difusi
Paru antara Orang yang Terlatih dan Tidak Terlatih. Jurnal Respirologi
Indonesia; 200

9. Ramadhani, Y. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Olahraga


Dalam Perencanaan Sport Center di Semarang. [Skripsi]. Universitas
Diponegoro; 2008

10. Tim Jurusan POR. Pengembangan Olahraga Pendidikan di Jawa Barat.


Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan. 2003 (cited 2016 Sep 22).
Available from :
http://file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._OLAHRAGA/19610612198

Universitas Tarumanagara 43
7031SUCIPTO/PENGEMBANGAN_OLAHRAGA_PENDIDIKAN_DI_JA
WA_BARAT.pdf

11. Presiden Republik Indonesia. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 3


tahun 2005 tentang sistem keolahragaan nasional. (Cited 2016 Sep 22).
Available from :
https://portal.mahkamahkonstitusi.go.id/eLaw/mg58ufsc89hrsg/uu32005.pdf

12. Haskell WL, Lee IM, Pate EE, Powell KE, Blair SN, et al. Updated
recommendation for adults from the American College of Sports Medicine
and the American Heart Association. Circulation. 2007 (cited 2016 Sep
25);116 : Available from :
http://circ.ahajournals.org/content/circulationaha/early/2007/08/01/CIRCULA
TIONAHA.107.185649.full.pdf

13. Azad A, Gharakhanlou R, Niknam A, Ghanbari A. Effects of Aerobic


Exercise on Lung Function in Overweight and Obese Students. Tanaffos.
2011 (cited 2016 Sep 25);10(3): Available from :
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4153158/

14. Penggalih MHST, Niamila I. Perbedaan perubahan lemak tubuh dan berat
badan atlet balap sepeda pada berbagai intensitas latihan. Medikora. 2015
(cited 2016 Sep 25);14(2): Available from :
http://journal.uny.ac.id/index.php/medikora/article/view/7937

15. Duane V Knudson. Warm-up and Flexibility. In: T Jeff Chandler, Lee E
Brown. Conditioning for Strength and Human Performances. Amerika :
Lippincott Wiliams & Wilkins; 2008. p.166-181.

16. Costa PB, Medeiros HBDO, Fukuda DH. Warm-up, Stretching, and Cool-
down Strategies for Combat Sports. Strength and Conditioning Journal. 2011
(cited 2016 September 25);33(6): Available from :
https://www.researchgate.net/publication/232214628_Warm-
up_Stretching_and_Cool-down_Strategies_for_Combat_Sports

Universitas Tarumanagara 44
17. Suwarna AH, Widiyanto. Perbedaan Pola Tidur antara Kelompok Terlatih dan
Tidak Terlatih. Medikora. 2016 (cited 2016 Sep 25);15(1): Available from :
http://journal.uny.ac.id/index.php/medifora/article/view/10073/7898

18. Oberg E. Physical Activity Prescription: Our Best Medicine. Integrative


Medicine. 2007 (Cited 2016 Sep 27);6:5: Available from :
http://www.imjournal.com/resources/web_pdfs/popular/1007_oberg.pdf

19. Derave W, Mertens A, Muls E, Pardaens K, Hespel P. Effects of post-


absorptive and postprandial exercise on glucoregulation in metabolic
syndrome. Obesity. 2007 (cited 2016 September 27);15(3):
http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1038/oby.2007.548/pdf

20. Yunani, Puspitasari, D., Sulistiyawati, E. Perbedaan Kapasitas Vital Paru


Sebelum dan Sesudah Berenang Pada Wisatawan di Kolam Renang Taman
Rekreasi Kartini Rembang.. STIKES Karya Husada. Semarang. Jurnal
Keperawatan Medical Bedah; 2013.

21. Ad’dein.Perbandingan Pengaruh Latihan Antara Permainan Kastii Dengan


Permainan Benteng Terhadap Peningkatan Kesegaran Jasmani Dan Vital
Kapasitas Paru-ParuMurid SD Kecamatan Bacukiki Kota Pare-Pare. Jurnal
FIK. Universitas Negeri Makassar; 2011.

22. Pinzon, R. Hubungan Indeks Masa Tubuh Dengan Kapasitas Vital Paru-paru
Golongan Usia Muda. Buletin Penelitian Kesehatan; 1999.

23. Herman, D., Yunus, F., Harahap,F., Rasmin, M.Ambilan Oksigen Maksimal
dan Faal Paru Laki-laki Sehat Penyelam dan Bukan Penyelam. J Respiraso
Indonesia; 2011.

24. Sobotta J. Sobotta. 15th ed. Paulsen F, editor. Munich : Elsevier GmbH; 2011.

25. Uyainah, Anna., Amin, Zulkifli., Thufeilsyah, Feisal. Departemen Ilmu


Penyakit Dalam FKUI/RSCM Divisi Respirologi dan Perawatan Penyakit
Kritis, Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM. Jurnal
spirometri;2014.

Universitas Tarumanagara 45
26. Rio FG, Calle M, Burgos F, Casan P, Campo FD, et al. Spirometry. Arch
Bronconeumol. 2013. (cited 2017 Sep 25);49(9): Available from :
http://www.archbronconeumol.org/en/spirometry/articulo/S15792129130013
41/

27. Warganegara K. Rozi. The Comparison of Lung Vital Capacity In Various


Sport Athlete. Fakultas Kedokteran Universitas Lampung; 2015.

28. Benck R. Lillian. Association between Cardiorespiratory Fitness and Lung


Health from Young Adulthood to Middle Age. American Journal of
Respiratory and Critical Care Medicine; 2017.

28. Vats Umang, Patra Prosenjit. Effect of Moderate Intensity Aerobic Exercises
on Vital Capacity And Quality of Life on Asymptomatic Subjects With
Sedentary Lifestyle. Research Scholar, HOD Department of Physiotherapy,
Dolphin (PG) Institute of Biomedical and Natural sciences Dehradun,
Uttrakhand India; 2015.

29. Hs Widjojo. Pengukuran Kepribadian di Perguruan Tinggi, Jakarta: Grasindo;


2007.

30. Nursalam. Konsep dan Penerapan Metode Pendidikan, Jakarta: EGC; 2008.

31. Wasis. Pedoman Riset Praktis untuk Profesi Perawat, Jakarta: EGC; 2008

Universitas Tarumanagara 46
Lampiran 1 : Lembar Penjelasan Sebelum Persetujuan

LEMBAR PENJELASAN SEBELUM PERSETUJUAN

1. Apa dasar dilakukan penelitian ini?


Dasar penelitian ini dilakukan sebagai syarat untuk memenuhi tugas akhir
pendidikan (skripsi) saya, Haraka Nabda Patria, untuk memperoleh gelar sarjana
kedokteran (S.ked) di fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta.

2. Apa tujuan penelitian ini?


Penelitian kali ini bertujuan untuk mengukur kapasitas vital paru pada mahasiswa
fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara yang berolahraga maupun yang
tidak berolahraga berdasarkan spirometri di Universitas Tarumanagara.

3. Bagaimana cara penelitian ini dilakukan?


Penelitian ini dilakukan dengan cara memeriksa kapasitas vital paru pada
mahasiswa fakultas kedokterandi Universitas Tarumanagara yang sudah bersedia
mengikuti penelitian dengan menggunakan spirometri.

4. Apa itu pemeriksaan spirometri? Mengapa pemeriksaan ini harus


dilakukan?
Pemeriksaan spirometri merupakan sebuah alat untuk menguji fungsi paru yang
bertujuan untuk membantu mengevaluasi terkait dengan sistem respirasi serta
untuk mendeteksi kelainan riwayat penyakit dahulu.

5. Apa risiko yang mungkin timbul dari pemeriksaan spirometri?


Pusing, sesak napas, sakit dada.

6. Berapa waktu yang saya butuhkan untuk melakukan penelitian ini?

Universitas Tarumanagara 47
Pemeriksaan memerlukan waktu 10-20 menit

7. Mengapa saya harus ikut serta dalam penelitian ini?


Sebagai mahasiswa mereka harus mengetahui kesehatan paru mereka karena
seiring bertambahnya umur, kesehatan paru semakin menurun dikarenakan
berbagai faktor dan untuk mengurangi dampak tersebut mereka perlu mengetahui
bahwa olahraga penting bagi kesehatan paru mereka.

8. Bagaimana dengan data hasil pemeriksaan diri saya nantinya?


Apakah saya akan mendapatkan data hasil pemeriksaan diri saya?
Data hasil pemeriksaan yang asli tentu akan disimpan oleh peneliti dan anda akan
mendapatkan fotokopi hasil spirometri tersebut untuk arsip pribadi anda.

9. Apakah ada pihak lain yang dapat melihat data hasil pemeriksaan
saya?
Penelitian ini bersifat rahasia sehingga hanya peneliti yang mengetahui data hasil
pemeriksaan.

10. Berapa biaya yang harus saya keluarkan untuk ikut serta dalam
penelitian ini?
Tidak ada biaya yang dibebankan kepada anda jika anda ikut serta dalam
penelitian ini.

11. Jika saya melakukan pemeriksaan seperti ini di luar secara mandiri,
berapa biaya yang harus saya keluarkan?
Biaya pemeriksaan spirometri sekitar ± Rp. 250.000,00 belum termasuk biaya
administrasi rumah sakit dan konsultasi dokter.

12. Siapakah yang harus saya hubungi jika saya masih mempunyai
pertanyaan lain tentang penelitian ini?
Anda dapat menghubungi saya, Haraka Nabda Patria, sebagai peneliti
Alamat: jl. Tawakal ujung raya No.26, Grogol, Jakarta Barat
HP: 081270235520

Universitas Tarumanagara 48
Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

Setelah membaca dan memahami penjelasan di atas, saya yang bertanda tangan di
bawah ini

Nama :
Usia :
Alamat :
No.telp/hp :
Berat Badan :
Tinggi Badan :
Riwayat Olahraga dan Berapa Kali :

Menyatakan bersedia untuk mengikuti penelitian berjudul “HUBUNGAN


OLAHRAGA DENGAN FUNGSI PARU PADA MAHASISWA FAKULTAS
KEDOKTERAN ANGKATAN 2016 UNIVERSITAS TARUMANAGARA
PERIODE SEPTEMBER 2018” dengan sukarela tanpa ada paksaan dari pihak
manapun. Saya dapat mengundurkan diri dari penelitian ini sewaktu-waktu tanpa
sanksi dari pihak manapun.

Jakarta, 2018

( )

Universitas Tarumanagara 49
Jakarta, 2 Juli 2018
Kepada Yth.
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Dr. dr. Meilani Kumala, MS, Sp. GK (K)
Di tempat

Dengan Hormat,
Sehubungan dengan kegiatan Penelitian Skripsi berjudul “Hubungan Olahraga Dengan
Fungsi Paru Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Angkatan 2016 Universitas
Tarumanagara Periode September 2018” yang saya lakukan, maka saya membutukan
alat untuk menguji fungsi paru. Oleh karena itu, saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Haraka Nabda Patria
Prog. Studi : Pendidikan Dokter
Fakultas : Kedokteran
P. Tinggi : Universitas Tarumanagara
NIM : 405150178
Memohon kesediaan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara untuk dapat
meminjamkan alat untuk menguji fungsi paru berupa 1 buah Spirometri pada tanggal 23
Juli – 30 September 2018. Demikian permohonan ini saya sampaikan, atas kesempatan
dan perhatiannya saya ucapkan terima kasih.

Mengetahui, Pemohon,

dr. Susy Olivia Lontoh, M. Biomed Haraka Nabda Patria


NIK. 10401003 NIM. 405150178

Universitas Tarumanagara 50
Jakarta, 11 November 2017

Kepada Yth.
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Dr. dr. Meilani Kumala, MS, Sp. GK (K)
Di tempat

Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Haraka Nabda Patria
Prog. Studi : Pendidikan Dokter
Fakultas : Kedokteran
P. Tinggi : Universitas Tarumanagara
NIM : 405150178
Sehubungan dengan kegiatan Penelitian Skripsi berjudul “Hubungan Olahraga Dengan
Fungsi Paru Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Angkatan 2016 Universitas
Tarumanagara Periode September 2018” yang saya lakukan, maka saya mohon untuk
dibuatkan surat izin penelitian di kampus 1 Universitas Tarumanagara .
Demikian permohonan ini saya sampaikan, atas kesempatan dan perhatiannya saya
ucapkan terima kasih.

Mengetahui, Pemohon,

dr. Susy Olivia Lontoh, M. Biomed Haraka Nabda P


NIK. 10401003 NIM. 405150178

Universitas Tarumanagara 51
Lampiran 3 : Foto Saat Melakukan Pemeriksaan Spirometri

Universitas Tarumanagara 52
Universitas Tarumanagara 53
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. DATA PRIBADI
1. Nama : Haraka Nabda Patria
2. NIM : 405150178
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Tempat, Tanggal Lahir : Padang, 4 Agustus 1997
5. Agama : Islam
6. Status : Belum Menikah
7. Pendidikan Terakhir : SMA
8. Alamat : Jl. Lapau Manggis No 2 Padang, Sumbar
9. No. Telepon : 081270235520
10. Email : haraka.patria@gmail.com

B. DATA PENDIDIKAN
1. 2003-2009 : SD Yos Sudarso Padang
2. 2009-2012 : SMP Adzkia Padang
3. 2012-2015 : SMA Don Bosco Padang
4. 2015-Sekarang : Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Universitas Tarumanagara 54

Anda mungkin juga menyukai