Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN ANALISIS JURNAL

“GIZI OLAHRAGA”

Dosen Pembimbing:

Eki Aldapit, S.Or., M.Or

Disusun Oleh:

Nia Farenda (2185201003)

UNIVERSITAS MUHAMMADYAH KOTABUMI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI

TA 2022/2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Olahraga merupakan aktivitas yang populer dan banyak dilakukan oleh kalangan anak-
anak, ramaja, dewasa hingga orang tua. Menurut Abdulaziz, Dharmawan, & Putri (2016),
ada empat tujuan manusia melakukan kegiatan olahraga yaitu: 1) rekreasi yaitu manusia
melakukan olahraga hanya untuk mengisi waktu senggang dan melakukan dengan
gembira, santai tidak formal, baik tempat sarana maupun peraturan yang digunakan. 2)
pendidikan artinya olahraga yang dilakukan formal tujuannya untuk mencapai sasaran
pendidikan nasional melalui kegiatan olahraga yang telah disusun melalui kurikulum
tertentu. 3) mencapai tingkat kesegaran jasmani. 4) mencapai sasaran prestasi tertentu.
Menurut (American College of Sport Medicine, 2014), kebugaran fisik terbagi atas dua
komponen utama yakni komponen kebugaran fisik yang berkaitan dengan kesehatan,
terdiri dari, daya tahan kardiorespirasi (cardiorespiratory endurance), komposisi tubuh
(body composition), kekuatan otot (muscular strenght), daya tahan otot (muscular
endurance), dan kelenturan (flexibility), sedangkan komponen kebugaran fisik yang
berkaitan dengan keterampilan terdiri dari, kelincahan (agility), koordinasi
(coordination), keseimbangan (balance), daya ledak (power), waktu reaksi (reaction
time), kecepatan (speed).
Latihan fisik merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk meningkatkan atau
memelihara kebugaran tubuh. Latihan fisik dapat dibagi dalam berbagai macam bentuk.
Salah satu pembagian tersebut adalah berdasarkan pemakaian oksigen atau sistem energi
dominan yang digunakan dalam suatu latihan, yaitu latihan aerobik dan anaerobik.
Latihan aerobik adalah latihan yang menggunakan energi yang berasal dari pembakaran
oksigen. Contoh latihan aerobik adalah lari, jalan, lari di tempat, bersepeda, renang, dsb.
Latihan anaerobik adalah latihan yang menggunakan energi dari pembakaran tanpa
oksigen. Contoh latihan anaerobik adalah lari cepat jarak pendek, interval training, lari
seratus yard, renang sprint, serta bersepeda cepat.
Salah satu aspek kebugaran jasmani yang mempengaruhi pemain sepak bola adalah daya
tahan otot. Daya tahan otot adalah kemampuan otot atau sekelompok otot untuk
mempertahankan kontraksi berulang terhadap resistensi untuk jangka waktu yang lama.
Ini adalah salah satu komponen kebugaran otot, bersama dengan kekuatan otot dan daya
ledak (Quinn, 2018). Daya tahan otot erat kaitannya dengan kebugaran jasmani
seseorang. Pada permainan sepak bola, daya tahan otot diperlukan untuk menghindari
kelelahan berlebihan sehingga atlet mampu menjalani waktu pertandingan yang lebih
lama. Daya tahan otot yang baik dapat dicapai dengan beberapa cara, salah satunya yaitu
dengan meningkatkan aktivitas fisik dan melakukan latihan fisik atau olahraga
terprogram secara baik, benar, terukur dan teratur.
Faktor lain yang mempengaruhi daya tahan otot yaitu asupan nutrisi. Salah satu
kebutuhan makro nutrisi yang paling penting adalah protein. Berdasarkan sumbernya,
protein dibagi menjadi 2, yaitu protein hewani dan protein nabati. Bahan makanan yang
dijadikan untuk pemenuhan protein harian sebagai sumber protein nabati menurut
(Almatsier, 2004), salah satunya adalah semua jenis kacang-kacangan dan hasil
olahannya, seperti tempe, tahu, dan pindakas. Kedelai merupakan tanaman jenis kacang-
kacangan yang keberadaannya cukup banyak di Indonesia. Kacang kedelai ini juga
menjadi salah satu jenis sumber protein nabati yang mempunyai mutu atau nilai biologi
tertinggi.
Protein berfungsi untuk meningkatkan performa aerobik (daya tahan) otot lengan dan
kaki dengan meningkatkan massa otot tubuh. Protein yang membantu dalam proses
terbentuknya energi dan meningkatnya massa otot adalah karnitin. Karnitin disintesis
dari asam amino esensial yaitu lisin dan metionin. Di dalam mitokondria, karnitin
berperan untuk menghasilkan energi dan memiliki peran dalam peningkatan daya tahan
otot (Syafrizar & Welis, 2009). Ketika menjalani program latihan, mengkonsumsi
makanan atau minuman yang mengandung protein akan meningkatkan proses
pembakaran lemak membatasi penyerapan karbohidrat dalam tubuh, dengan
mengkonsumsi beberapa jenis bahan makanan yang mengandung protein seperti kacang-
kangan dan beberapa makanan lainnya akan menggantikan komponen glukosa yang
masuk ke tubuh dengan komponen asam amino yang nantinya akan sangat di manfaatkan
oleh otot untuk menambah massa otot dan meningkatkan kekuatan otot yang juga akan
berdampak pada daya tahan otot (Andrie, 2015 dalam Amrulloh. A.A, 2017).
Susu kedelai merupakan salah satu minuman olahraga yang baik dikonsumsi, terutama
selama pemulihan dari latihan ketahanan dan daya tahan olahraga. Berdasarkan
penelitian terdahulu, susu kedelai sepertinya menjadi minuman efektif setelah latihan,
yang dapat menghasilkan perubahan akut yang menguntungkan dalam metabolisme
protein. Konsumsi susu kedelai akut meningkatkan sintesis protein otot, sehingga
menyebabkan keseimbangan protein otot membaik. Ketika konsumsi susu kedelai setelah
latihan dikombinasikan dengan latihan ketahanan, peningkatan yang lebih besar dalam
hipertrofi otot telah diamati. Meskipun penelitian dengan susu kedelai terbatas, ada
beberapa bukti yang menunjukkan bahwa susu kedelai dapat menjadi minuman pasca
latihan yang efektif untuk kegiatan ketahanan (Roy, 2008).

1.2 Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:

1. Mengetahui Efektifitas Edukasi Hidrasi Dan Asupan Cairan Terhadap Status Hidrasi
Atlet Remaja
2. Mengetahui Serat Pangan (Dietary Fiber) Dan Manfaatnya Bagi Kesehatan Jenis Dan
Sumber Serat Pangan
3. Mengetahui Dampak Senam Aerobik Terhadap Daya Tahan Tubuh Dan Penyakit
4. Mengetahui Pengaruh Akut Susu Cokelat Dan Minuman Olahraga Komersial Sebagai
Minuman Pemulihan Pasca Latihan
5. Mengetahui Pengetahuan Doping Pelatih Panahan
6. Mengetahui Pengaruh Susu Kedelai Dan Latihan Fisik Terprogram Terhadap Daya
Tahan Otot
7. Mengetahui Hubungan Kebiasaan Konsumsi Susu Dan Status Gizi Dengan
Kebugaran Fisik Siswa

1.3 Manfaat

Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah:

1. Mahasiswa dapat mengetahui efektifitas edukasi hidrasi dan asupan cairan terhadap
status hidrasi atlet remaja
2. Mahasiswa dapat mengetahui mengetahui serat pangan (dietary fiber) dan manfaatnya
bagi kesehatan jenis dan sumber serat pangan
3. Mahasiswa dapat mengetahui mengetahui dampak senam aerobik terhadap daya tahan
tubuh dan penyakit
4. Mahasiswa dapat mengetahui mengetahui pengaruh akut susu cokelat dan minuman
olahraga komersial sebagai minuman pemulihan pasca latihan
5. Mahasiswa dapat mengetahui mengetahui pengetahuan doping pelatih panahan
6. Mahasiswa dapat mengetahui mengetahui pengaruh susu kedelai dan latihan fisik
terprogram terhadap daya tahan otot
7. Mahasiswa dapat mengetahui mengetahui hubungan kebiasaan konsumsi susu dan
status gizi dengan kebugaran fisik siswa
BAB II

PEMBAHASAN

A. EFEKTIFITAS EDUKASI HIDRASI DAN ASUPAN CAIRAN TERHADAP


STATUS HIDRASI ATLET REMAJA

Gambaran Umum

Sekolah Sepak Bola Universitas Diponegoro ( SSB UNDIP) berdiri pada


tanggal 19 Oktober 1999. Lokasi SSB berada di jalan Haji Soedharto, SH, Tembalang
tepatnya di stadion UNDIP Tembalang. Hingga saat ini jumlah siswa yang mengikuti
sekolah sepak bola di UNDIP berjumlah 120 siswa dengan jumlah pelatih sebanyak
12 orang yang terdiri 9 kelompok yaitu U16, U15,U14,U13, U12, U11 U10, U9,
Pelatih khusus penjaga gawang, dan pelatih fisik. Frekuensi latihan setiap kelompok
umur, masing-masing sebanyak 4 kali dalam satu minggu. Dengan waktu latihan
pada hari minggu yaitu pukul 06.30-08.30 WIB sedangkan pada hari selasa, rabu,
kamis dan sabtu latihan dimulai pada pukul 14.30-17.00 WIB. Namun dari hasil
observasi selama pengambilan data, beberapa siswa tidak rutin mengikuti latihan 4x
dalam seminggu. Subjek penelitian penelitian berusia antara 12 - 15 tahun dan
seluruh subjek penelitian sebanyak 28 siswa merupakan siswa laki-laki. Sebagian
besar usia subjek penelitian adalah 12 tahun yaitu sebesar 35,7% dengan rata-rata
usia 13,4 tahun dan usia termuda adalah 12 tahun dan usia tertua adalah 15 tahun.
Seluruh subjek penelitian masih bersekolah di Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Analisa Deskriptif

Dari hasil penelitian didapatkan hasil adanya perbedaan yang signifikan antara
pengetahuan, asupan dan status hidrasi atlet sebelum diberikan edukasi dan setelah
diberikan edukasi yang dapat dilihat pada setelah dilakukan edukasi gizi seluruh
subjek penelitian mempunyai pengetahuan baik. Hasil status hidrasi subjek
penelitian, didapatkan hasil bahwa hanya terdapat dua status hidrasi yaitu
digolongkan menjadi well hydrated dan minimal dehydration.
Pertanyaan yang ada pada kuesioner terdiri dari pertanyaan mengenai
dehidrasi, hidrasi, kebutuhan cairan atlet dalam periode latihan dan kompetisi,
kebutuhan tentang sport drink serta zat ergogenic. Dari beberapa pertanyaan yang
diajukan sebelum subjek penelitian diberikan edukasi, pertanyaan yang banyak salah
adalah mengenai tanda-tanda seseorang terkena dehi- drasi dan kebutuhan air saat
latihan maupun kompetisi. Setelah mendapat edukasi didapat hasil adanya
peningkatan pengetahuan pada setiap aspek pertanyaan. Aspek pertanyaan yang
lebih banyak peningkatan adalah pertanyaan mengenai tanda-tanda dehidrasi dan
kebutuhan cairan atlet periode latihan dan kompetisi.
Dalam penelitian ini tidak ada subjek peneli- tian dengan status hidrasi
significant dehydrated dan seriously dehydrated. Berdasarkan hasil penelitian
sebelum maupun setelah edukasi data status hidrasi hanya terdiri dari well hydrated
dan minimal dehydrartion. Setelah diberi edukasi subjek penelitian mempunyai
status hidrasi yang baik. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Kavous
dan Wolinsky , tentang edukasi untuk meningkatkan status hidrasi atlet remaja yang
menyatakan bahwa mengonsumsi cairan dalam jumlah cukup atau sesuai dengan
kebutuhan tubuh maka akan memiliki status hidrasi baik, sedangkan asupan
cairannya tidak memenuhi kebutuhan dapat mengalami dehidrasi.

Adanya perbedaan signifikan antara pengetahuan sebelum dan setelah


mendapat edukasi (p=0,000). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
Kavoruras,dkk dari Harokopio University, Yunani pada 92 atlet remaja tentang
intervensi edukasi pada asupan cairan untuk meningkatkan status hidrasi dan
meningkatkan penampilan olahraga pada atlet remaja tahun 2011 menyatakan bahwa
edukasi dapat mempengaruhi pengetahuan subjek penelitian.6 Sebelum diberikan
edukasi sebanyak 89,3% asupan cairan subjek penelitian termasuk kurang, sedangkan
setelah diberikan edukasi, sebanyak 10,7% asupan cairan subjek penelitian masih
termasuk kurang. Hal ini menunjukkan bahwa adanya perubahan perilaku pada
sebagian subjek penelitian dalam konsumsi cairan saat latihan sesuai kebutuhannya.
Terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan cairan sebelum dan setelah
mendapat edukasi (p=0,000). Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian
Kavoruras,dkk dari Harokopio yang menyatakan bahwa edukasi dapat meningkatkan
asupan cairan pada atlet.6 Dalam penelitian ini, peneliti mengalami kesulitan dalam
referensi video yang digunakan sebagai media edukasi masih kurang dan sifatnya
memuat informasi asupan cairan kurang spesifik untuk atlet remaja. Sedangkan
kelemahan dalam penelitian ini adalah waktu pemberian edukasi yang terlalu singkat
yaitu satu minggu dengan 3x pemutaran video dan slide ppt tentang hidrasi dan
asupan cairan serta dalam penelitian ini subjek penelitian tidak terdapat kelompok
perlakuan dan kontrol.

B. SERAT PANGAN (DIETARY FIBER) DAN MANFAATNYA BAGI


KESEHATAN

JENIS DAN SUMBER SERAT PANGAN

Komposisi kimia serat pangan bervariasi tergantung dari komposisi dinding sel
tanaman penghasilnya. Pada dasarnya komponen-komponen dinding sel tanaman terdiri
dari selulosa, hemiselulosa, pektin, lignin, mucilage yang kesemuanyanya termasuk
dalam serat pangan. Serat pangan terbagi menjadi dua kelompok, yaitu : Serat pangan
larut (soluble dietary fiber), termasuk dalam serat ini adalah pektin dan gum merupakan
bagian dalam dari sel pangan nabati. Serat ini banyak terdapat pada buah dan sayur, dan
serat tidak larut (insoluble dietary fiber), termasuk dalam serat ini adalah selulosa,
hemiselulosa dan lignin, yang banyak ditemukan pada seralia, kacang-kacangan dan
sayuran. Secara skematis komponen serat pangan dalam berbagai bahan pangan dapat
dilihat pada Tabel 1.

Sayuran dan buah-buahan adalah merupakan sumber serat pangan yang paling
mudah dijumpai dalam menu masyarakat. Sebagai sumber serat sayuran dapat
dikonsumsi dalam bentuk mentah atau telah diproses melalui perebusan. Kadar serat
pangan beberapa sayuran, buah-buhan, kacang-kacangan dan produk olahannya terlihat
pada Tabel 2. Sumber serat pangan selain dari sayuran dan buah-buahan, penelitian
Robert E. Kowalski dalam Anik Herminingsih (2010), juga dapat berasal dari dedak
padi yang telah distabilisasi ditemukan mengandung serat pangan 33,0 – 40,0%

MANFAAT SERAT PANGAN UNTUK KESEHATAN

Sayur-sayuran dan buah-buahan adalah sumber serat pangan yang sangat mudah
ditemukan dalam bahan makanan. Sayuran dapat dikonsumsi dalam bentuk mentah
maupun setelah melalui proses perebusan. Sedangkan buah-buahan Indonesia
merupakan negara yang kaya akan aneka macam buh-buahan. Akan tetapi dari hasil
penelitian menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi serat masyarakat Indonesia masih
jauh dari kebutuhan serat yang dianjurkan yaitu 30 gram/hari, konsumsi serat rata-rata
antara 9,9 – 10,7 gram/hari (Jahari dan Sumarno, 2002 dalam Olwin Nainggolan dan
Cornelis Adimunca 2005).
Lebih lanjut dijelaskan bahwa perhatian kita terhadap peranan serat pangan
terhadap kesehatan mulai muncul setelah para ahli membandingkan tingginya kejadian
kanker kolon di negara industri maju yang konsumsi seratnya rendah dibandingkan
dengan negara berkembang terutama yang konsumsi seratnya tinggi (seperti di
pedalaman Afrika). Beberapa peneliti dan penulis Olwin Nainggolan dan Coenelis
Adimunca, (2005); Sutrisno Koswara (2010); Tensiska (2008); Jansen Silalahi dan Netty
Hutagalung (2010); Anonim (2010a); Anonim (2010b); Anik Herminingsih, 2010),
mengemukakan beberapa manfaat serat pangan (dietary fiber) untuk kesehatan yaitu :

1. Mengontrol berat badan atau kegemukan (obesitas)


Serat larut air (soluble fiber), seperti pektin serta beberapa hemiselulosa mempunyai
kemampuan menahan air dan dapat membentuk cairan kental dalam saluran
pencernaan. Sehingga makanan kaya akan serat, waktu dicerna lebih lama dalam
lambung, kemudian serat akan menarik air dan memberi rasa kenyang lebih lama
sehingga mencegah untuk mengkonsumsi makanan lebih banyak.Makanan dengan
kandungan serat kasar yang tinggi biasanya mengandung kalori rendah, kadar gula
dan lemak rendah yang dapat membantu mengurangi terjadinya obesitas.

2. Penanggulangan Penyakit Diabetes

Serat pangan mampu menyerap air dan mengikat glukosa, sehingga mengurangi
ketersediaan glukosa. Diet cukup serat juga menyebabkan terjadinya kompleks
karbohidrat dan serat, sehingga daya cerna karbohidrat berkurang. Keadaan tersebut
mampu meredam kenaikan glukosa darah dan menjadikannya tetap terkontrol.
Mencegah Gangguan Gastrointestinal

Konsumsi serat pangan yang cukup, akan memberi bentuk, meningkatkan air dalam
feses menhasilkan feces yang lembut dan tidak keras sehingga hanya dengan
kontraksi otot yang rendah feces dapat dikeluarkan dengan lancar. Hal ini
berdampak pada fungsi gastrointestinal lebih baik dan sehat.

3. Mencegah Kanker Kolon (Usus Besar)

Penyebab kanker usus besar diduga karena adanya kontak antara sel-sel dalam usus
besar dengan senyawa karsinogen dalam konsentrasi tinggi serta dalam waktu yang
lebih lama. Beberapa hipotesis dikemukakan mengenai mekanisme serat pangan
dalam mencegah kanker usus besar yaitu konsumsi serat pangan tinggi maka akan
mengurangi waktu transit makanan dalam usus lebih pendek, serat pangan
mempengaruhi mikroflora usus sehingga senyawa karsinogen tidak terbentuk,
serat pangan bersifat mengikat air sehingga konsentrasi senyawa karsinogen
menjadi lebih rendah.

4. Mengurangi Tingkat Kolesterol dan Penyakit Kardiovaskuler


Serat larut air menjerat lemak di dalam usus halus, dengan begitu serat dapat
menurunkan tingkat kolesterol dalam darah sampai 5% atau lebih. Dalam saluran
pencernaan serat dapat mengikat garam empedu (produk akhir kolesterol)
kemudian dikeluarkan bersamaan dengan feses. Dengan demikian serat pangan
mampu mengurangi kadar kolesterol dalam plasma darah sehingga diduga akan
mengurangi dan mencegah resiko penyakit kardiovalkuler.

PENGARUH MERUGIKAN SERAT PANGAN

Di samping memberikan pengaruh yang menguntungkan bagi kesehatan,


serat pangan diketahui juga memberikan pengaruh yang merugikan. Adapun
pengaruh yang merugikan serat pangan dilaporkan Leveile (1977) dan Espinosa-
Nava, (1982) dalam Deddy Muchtadi (2001); yaitu sebagai penyebab
ketidaktersediaan (unavailability) beberapa zat gizi seperti vitamin-vitamin larut
dalam lemak (terutama vitamin D dan E), serta mempengaruhi aktivitas enzim-
enzim protease. Dilaporkan Jansen Silalahi dan Netty Hutagalung (2010) selain
mengurangi absopsi zat gizi juga menyebabkan flatulen, juga memberikan pengaruh
yang cukup besar terhadap penyerapan mineral dan dapat menyebabkan defisiensi
mineral sehingga meningkatkan resiko osteoporosis pada orang usia lanjut (Tensiska
(2008).

C. DAMPAK SENAM AEROBIK TERHADAP DAYA TAHAN TUBUH DAN


PENYAKIT

PEMBAHASAN

Dari hasil analisis Mann Whitney U Test ditemukan bahwa tingkat daya
tahan tubuh terhadap penyakit anggota yang mengikuti senam aerobik dan
daya tahan tubuh terhadap penyakit anggota yang tidak mengikuti senam
aerobik berbeda secara signifikan. Tingkat daya tahan tubuh terhadap
penyakit anggota yang mengikuti senam aerobik lebih tinggi dibandingkan
tingkat daya tahan tubuh terhadap penyakit anggota yang tidak mengikuti
senam aerobik. Dari temuan itu menunjukkan bahwa senam aerobik bisa
menjadikan daya tahan tubuh terhadap penyakit peserta yang mengikuti
senam aerobik lebih tinggi, dari yang tidak mengikuti senam aerobik
Hasil temuan penelitian ini didukung pernyataan Muninjaya (1999) yang
menyam- paikan konsep terjadinya penyakit, bahwa faktor host (tuan rumah),
agent (bibit penyakit) Dengan Z=-3,803 dan P<0,05 dan rerata sebesar dan
environment (lingkungan) akan selalu 84,80 untuk yang mengikuti
pelatihan, sedang mengadakan interaksi. Interaksinya bersifat dinamis
artinya ketiga faktor tersebut saling mempengaruhi satu sama lain. Apabila
terjadi gangguan keseimbangan pada proses interaksi tersebut, tuan rumah
dirugikan sehingga tuan rumah akan j atuh sakit. Gangguan
keseimbangan interaksi juga dapat terjadi kalau faktor lingkungan
memberikan kesempatan kepada bibit penyakit untuk berkembang
sehingga akan merugikan (mengganggu) kesehatan tuan rumah, atau daya
tahan tuan rumah yang menurun akibat faktor internal tuan rumah sehingga
bibit penyakit mendapat peluang yang besar (lebih mudah) untuk
mengganggu kesehatan tuan rumah. Hal ini menunjukkan bahwa daya tahan
tubuh terhadap penyakit memegang peranan penting dalam kehidupan. Daya
tahan tubuh yang baik bisa diperoleh dengan melakukan senam aerobik.
Dengan melakukan senam aerobik tubuh akan menjadi sehat dan kuat.
Menurut Surasetja (1983) menyampaikan bahwa tubuh manusia yang sehat dan
kuat dapat membentuk antibodi dengan lebih giat daripada tubuh yang
lemah. Dengan banyaknya antibodi maka tubuh akan tahan terhadap
berbagai penyakit, sehingga tingkat daya tahan tubuh terhadap penyakitnya
meningkat.

Hasil penelitian ini didukung oleh hasil


penelitian yang dilakukan Lee, Sesso & Pattenbarger (1999) yang
menyimpulkan bahwa aktivitas fisik menekan serendah mungkin penyakit
kanker paru-paru pada manusia. Aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur
akan memberi ketahanan pada tubuh terhadap penyakit, tidak hanya penyakit
ringan saja seperti pusing, batuk dan pilek tetapi tentunya juga penyakit yang
berat seperti yang disampaikan oleh Fox & Kirby (1987) yang menyampaikan
bahwa latihan fisik yang dilakukan secara teratur mempunyai potensial
untuk meningkatkan kemampuan kardiovaskuler yang penga- ruhnya
signifikan terhadap bahaya penyakit kardiovaskuler. Daya tahan tubuh
terhadap penyakit memegang peranan penting dalam kehidupan, salah satu hal
yang dapat menunjang kesehatan tubuh adalah memperkuat sistem daya
tahan tubuh, karena sistem daya tahan tubuh yang baik akan memperkuat
tubuh dari gangguan penyakit. Ketahanan tubuh dari penyakit yang baik bisa
diperoleh dengan melakukan pelatihan senam aerobik.
Hasil penelitian ini didukung oleh pernyataan Murtiwi (2001) yang
menyatakan bahwa senam aerobik bermanfaat meng- hindari penumpukan
lemak di tubuh. Timbunan lemak yang berlebih di perut memunculkan
berbagai penyakit. Misalnya diabetes, hipertensi, stroke, jantung koroner,
kadar asam urat tinggi dan tumor. Dari pernyataan di atas memperjelas pada
kita bahwa orang yang kurang gerak mudah kena penyakit beresiko tinggi.
Orang yang memiliki banyak timbunan lemak di perut lebih mudah
mengalami resistensi (tubuh tidak peka) terhadap insulin (hormon pengatur
kadar gula darah). Lemak-lemak yang menumpuk ini berperan memunculkan
plak-plak dalam bentuk pembuluh darah sehingga menyem- pitkan pembuluh
darah yang mengakibatkan penyakit hipertensi, jantung koroner dan stroke.
Untuk mengatasi hal tersebut menurut Sedyawan adalah dengan melakukan
latihan senam secara teratur.

Hasil penelitian ini didukung pula oleh Kushartanti (2002) yang


menyampaikan bahwa latihan fisik dapat mengurangi stres dan akibat stres
dengan jalan meningkatkan kadar eninefirin di otak. Stres akan
mempermudah timbulnya penyakit melalui penekanannya terhadap sistem
imunitas (kekebalan) tubuh. Orang yang bergembira mempunyai kadar
epinefirin yang tinggi (terlihat pada penderita psikosis manik depresif).

Latihan fisik meningkatkan aliran darah ke otak sehingga menambah


suplai oksigen ke otak dan keadaan ini akan memperbaiki suasana hati.
Latihan fisik akan menurunkan kadar garam di otak dengan jalan pengeluaran
keringat. Penurunan kadar garam di otak akan memperbaiki suasana hati.
Lebih jauh disampaikan oleh Kushartanti bahwa joging, bersepeda, renang
dan senam aerobik akan meningkatkan HDL kolesterol (kolesterol baik) dan
menurunkan LDL kolesterol (kolesterol jahat) sehingga dapat mencegah
penyakit jantung. Kadar glukosa darah penderita diabetes mellitus akan
menurun dengan latihan fisik pada intensitas sedang. Dengan demikian
bahwa latihan fisik termasuk di dalamnya senam aerobik akan mengakibatkan
orang tidak mudah kena penyakit.

D. PENGARUH AKUT SUSU COKELAT DAN MINUMAN OLAHRAGA


KOMERSIAL SEBAGAI MINUMAN PEMULIHAN PASCA LATIHAN PADA
PROGRAM INTERVAL TRAINING (STUDI PADA SEKOLAH SEPAK
BOLA UNIVERSITAS DIPONEGORO)

Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari 2016 dengan subjek penelitian
adalah 10 siswa Sekolah Sepak Bola Universitas Diponegoro yang memenuhi
kriteria penelitian. Karakteristik subjek penelitian ditampilkan dalam tabel berikut.

Pengukuran Indeks Kelelahan Pemberian Air Mineral, Susu Cokelat dan


Minuman Olahraga Komersial

Hasil uji One Way ANOVA pada nilai indeks kelelahan antar kelompok
menunjukkan adanya perbedaan bermakna (p =0.044). Uji Post-hoc Fisher
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nilai indeks kelelahan pasca latihan interval
yang bermakna (p = 0.046) antara kelompok air mineral dengan kelompok minuman
olahraga. Perbedaan nilai indeks kelelahan yang bermakna (p = 0,021) juga
didapatkan antara kelompok susu cokelat dengan kelompok minuman olahraga.
Perbedaan nilai indeks kelelahan antara kelompok air mineral dengan kelompok susu
cokelat menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna (p = 0.723).

PEMBAHASAN

Masa pemulihan merupakan waktu yang dibutuhkan seseorang untuk


mengembalikan energi tubuh, memperbaiki jaringan otot yang rusak setelah
berolahraga, dan memulai suatu proses adaptasi tubuh terhadap olahraga.13 Penelitian
ini menilai masa pemulihan dengan membandingkan nilai indeks kelelahan antara
kelompok yang diberi air mineral sebagai kontrol, kelompok yang diberi susu
cokelat, dan kelompok yang diberi minuman olahraga.

Susu cokelat dapat mempercepat masa pemulihan pasca olahraga karena susu
cokelat mengandung rasio karbohidrat dan protein yang ideal sebagai minuman
pemulihan sehingga dapat membantu mengisi ulang glikogen yang habis pasca
latihan.11 Selain itu kandungan lemak pada susu cokelat juga dipercaya dapat
meningkatkan konsentrasi asam lemak bebas pada sirkulasi darah selama siklus
kelelahan.10

Penelitian ini didasari oleh beberapa penelitian sebelumnya, salah satunya adalah
penelitian yang dilakukan Jason R. Karp et al yang menyatakan bahwa susu cokelat
merupakan minuman pemulihan yang efektif di antara dua latihan yang
melelahkan.11 Penelitian oleh Kevin Thomas et al juga menyatakan bahwa susu
cokelat merupakan minuman pemulihan yang efektif setelah latihan daya tahan yang
lama pada latihan berulang dengan intensitas rendah-sedang.10 Kedua penelitian
tersebut merupakan pengaruh susu cokelat sebagai minuman pemulihan pada latihan
aerob, sedangkan penelitian ini meneliti tentang pengaruh susu cokelat pada latihan
anaerob. Kedua penelitian tersebut dijadikan dasar karena terbatasnya penelitian
tentang pengaruh susu cokelat sebagai minuman pemulihan pada latihan anaerobik.
Salah satu penelitian yang didapatkan oleh peneliti mengenai pengaruh susu cokelat
sebagai minuman pemulihan pada latihan anaerobik adalah penelitian yang
dilakukan oleh Katie Kitzke.9

Hasil penelitian menunjukkan terdapat sedikit perbedaan nilai indeks kelelahan pada
kelompok susu cokelat dibanding dengan kelompok kontrol dimana nilai indeks
kelelahan pada kelompok susu cokelat lebih kecil dibanding dengan kelompok
kontrol. Perbedaan ini apabila diuji dengan statistik menunjukkan hasil yang tidak
bermakna sehingga tidak dapat disimpulkan apakah pemberian susu cokelat secara
akut dapat mempercepat masa pemulihan pasca latihan pada program interval
training atau tidak. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh
Katie Kitzke yang meneliti tentang pengaruh susu cokelat sebagai minuman pasca
latihan pada performa anaerobik lanjutan untuk kelincahan, kecepatan, dan power.
Hasil uji statistik pada penelitian ini menunjukkan hasil yang tidak bermakna untuk
ketiga variabel tersebut.9

Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan pengaruh susu cokelat sebagai


minuman pemulihan pada jenis latihan aerobik dan anaerobik dimana pada latihan
anaerobik, susu cokelat dapat dijadikan sebagai minuman pemulihan yang efektif
sedangkan pada latihan anaerobik tidak didapatkan hasil yang bermakna.. Belum ada
sumber yang menjelaskan mengenai mekanisme mengapa susu cokelat sebagai
minuman pemulihan hanya berpengaruh pada latihan aerobik namun tidak
berpengaruh pada latihan anaerobik. Hal ini mungkin disebabkan karena terdapat
beberapa mekanisme yang mempengaruhi cepat atau lambatanya masa pemulihan.
Mekanisme tersebut meliputi pengaruh regulasi asam-basa pada pembuatan energi,
perbedaan kecepatan resintesis PCr, dan metabolisme glikolitik selama latihan
intensitas tinggi.39 Peningkatan asam laktat darah dan H+ akan menurunkan pH
darah sehingga akan mempengaruhi masa pemulihan disebabkan karena penurunan
pH darah dapat memisahkan Ca2+ dari troponin, membantu pembentukan
crossbridge, serta menurunkan kapasitas pembuatan energi.14 Latihan anaerobik
adalah latihan yang menggunakan energi dari pembakaran tanpa oksigen kemudian
menghasilkan asam laktat sebagai hasil akhirnya sedangkan pada latihan aerobik
menggunakan energi dari pembakaran oksigen sehingga hasil akhir berupa air dan
karbonmonoksida.1 Hal ini tentu saja menyebabkan waktu pemulihan yang berbeda
antara latihan aerobik dan anaerobik. Latihan anaerobik mengandung asam laktat
darah yang lebih tinggi dibanding dengan latihan aerobik sehingga waktu pemulihan
pasca latihan anaerobik akan lebih lama dibanding dengan latihan aerobik.

Selain susu cokelat, minuman olahraga juga dipercaya dapat mempercepat masa
pemulihan. Hal ini disebabkan karena minuman olahraga dapat mempercepat
rehidrasi, mengurangi stres fisiologis latihan, serta memasok karbohidrat sebagai
substrat yang digunakan selama latihan sehingga dapat membantu proses pemulihan
pasca latihan.15 Penelitian oleh Moreno et al yang meneliti tentang pengaruh
minuman isotonik terhadap pengaturan sistem otonom selama dan setelah latihan
menunjukkan bahwa minuman isotonik dapat mempercepat masa pemulihan yang
ditunjukkan dengan penyembuhan yang lebih cepat pada variabilitas detak jantung
(heart rate variability).

Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan nilai indeks kelelahan yang


bermakna antara kelompok minuman olahraga dan kelompok kontrol. Minuman
olahraga menunjukkan nilai indeks kelelahan yang lebih besar dibanding dengan
kelompok kontrol. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian oleh Isadora Lessa
Moreno yang menyebutkan bahwa minuman isotonik dapat mempercepat masa
pemulihan ditunjukkan dengan penyembuhan yang lebih cepat pada variabilitas
detak jantung (heart rate variability).
Salah satu hal yang bisa menyebabkan minuman olahraga menunjukkan nilai indeks
kelelahan yang lebih besar dibanding dengan kelompok kontrol juga dapat
dikarenakan terjadinya kelelahan mental pada subjek. Hal ini disebabkan karena
penelitian ini menggunakan subjek yang sama selama tiga kali perlakuan dan
minuman olahraga komersial diberikan pada minggu terakhir perlakuan. Pengalaman
latihan sprint yang subjek lakukan sebelumnya mengakibatkan terjadinya kelelahan
mental sebelum perlakuan. Penelitian yang dilakukan oleh Samuele M. Marcora et al
menunjukkan bahwa kelelahan mental dapat membatasi daya tahan latihan pada
manusia. Subjek yang mengalami kelelahan mental mengalami kelelahan yang lebih
cepat dibanding dengan subjek yang tidak mengalami kelelahan mental. Penelitian
ini juga tidak mengontrol aktivitas yang dilakukan oleh subjek sebelum perlakuan
dilakukan. Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan dalam 3 waktu yang
berbeda sehingga aktivitas sebelum perlakuan dilakukan juga berpengaruh terhadap
performa subjek. Perbandingan nilai indeks kelelahan antara kelompok susu cokelat
dan kelompok minuman olahraga berdasarkan uji statistik menunjukkan perbedaan
yang bermakna. Kelompok susu cokelat memiliki nilai indeks kelelahan lebih kecil
dibanding dengan kelompok minuman olahraga sehingga dapat disimpulkan bahwa
pemberian susu cokelat secara akut lebih mempercepat masa pemulihan pasca
latihan pada program interval training dibanding dengan pemberian minuman
olahraga komersial secara. Penelitian mengenai perbandingan antara pemberian susu
cokelat dan minuman olahraga pada performa anaerob memang masih terbatas,
namun penelitian yang dilakukan oleh Jason R. Karp yang meneliti tentang pengaruh
susu cokelat sebagai minuman pemulihan pasca latihan pada latihan daya tahan
aerob menunjukkan bahwa susu cokelat merupakan minuman yang lebih efektif
dibandingkan dengan minuman pengganti cairan komersial dan minuman pengganti
karbohidrat.11 Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa baik pada latihan aerob dan
anaerob, susu cokelat merupakan minuman pemulihan yang lebih baik dibandingkan
dengan minuman olahraga komersial.

Kandungan yang berbeda antara susu cokelat dan minuman olahraga menjadi alasan
perbedaan pengaruh kedua minuman tersebut. Perbedaan kandungan antara susu
cokelat dan minuman olahraga dimana susu cokelat memiliki rasio karohidrat :
protein yang ideal sebagai minuman pemulihan yaitu antara 3:1 dan 4:1 sedangkan
pada minuman olahraga hanya mengandung karbohidrat sebesar 21,9 mg. Penelitian
oleh Paul Goldberg mengatakan bahwa rasio karbohidrat dan protein yang ideal akan
mempercepat restorasi glikogen dan membantu memperbaiki jaringan otot setelah
latihan.21 Kandungan Na+ dan K+ pada kedua jenis minuman juga berbeda. Saat
olahraga, tubuh juga akan kehilangan elektrolit yang dibutuhkan dalam tubuh.
Kandungan Na+ dan K+ pada kedua minuman ini akan membantu mengganti
elektrolit yang hilang sehingga keseimbangan tubuh akan tetap terjaga. 18 Kedua
minuman ini diberikan pada subjek dengan volume yang sama yaitu 250 ml sehingga
kedua minuman ini memiliki fungsi rehidrasi yang sama.
E. PENGETAHUAN DOPING PELATIH PANAHAN DKI JAKARTA

HASIL DAN PEMBAHASAN


Teknik pengumpulan data dilakukan dengan memberikan kuesioner yang
berbentuk pernyataan dengan Skala Guttman. Skala pengukuran dengan tipe ini
akan didapat jawaban yang tegas, yaitu ya-tidak; benar-salah; pernah-tidak
pernah; positif-negatif. Selain itu dapat dibuat dalam bentuk pilihan ganda, juga
dapat dibuat dalam bentuk checklist. Jawaban dapat dibuat skor tinggi satu dan
sekor rendah nol. Untuk kategori uraian tentang alternatif jawaban dalam angket,
penulis menetapkan kategori untuk setiap butir pernyataan yaitu, Ya = 1, Tidak =
0, sedangkan kategori untuk setiap butir pernyataan negatif, yaitu Ya = 0, Tidak
= 1. meliputi retensi cairan, hiperglikemik, perubahan mood, infeksi sistemi
(akibat penurunan daya imun) dan gangguan pada jaringan otot dan tulang
contoh: osteoporosis, mengendurnya jaringan lunak dan kelemahan otot

F. PENGARUH SUSU KEDELAI DAN LATIHAN FISIK TERPROGRAM


TERHADAP DAYA TAHAN OTOT

HASIL DAN PEMBAHASAN


1.1 Karakteristik Sampel
Penelitian dengan sampel 16 anak ini tentunya memiliki karakteristik yang
berbeda dari usia, tinggi badan, berat badan, IMT, dan daya tahan otot awal mereka.
Dalam penelitian ini, peneliti menganggap semua sampel dengan keadaan awal yang
sama, sehingga peneliti menguji dengan t test yang nantinya akan menunjukan
bahwa antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol mempunyai keadaan fisik
yang sama.

Tabel menunjukkan rata-rata karakteristik sampel antara kelompok eksperimen


dan kelompok kontrol. Hasil tersebut dikonsultasikan dengan tingkat signifikan α
5% (0,05), dan pada masing-masing hasil p > 0,05 sehingga dalam penelitian ini
peneliti menganggap semua sampel mempunyai keadaan fisik yang sama. Peneliti
membandingkan dengan uji t, yaitu uji pembanding antara kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol, sehingga menghasilkan rerata antara usia, tinggi badan, berat
badan, IMT, daya tahan wall squat, dan daya tahan sit up yang sama antara
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

1.2 Hasil Pola Konsumsi Gizi

Penelitian yang dilakukan dengan pemberian asupan protein yang ada dalam susu
kedelai untuk meningkatkan daya tahan otot siswa SSB Cakar Mas Berbah tentunya
harus menganalisis asupan protein lain selain dari susu kedelai yang diberikan oleh
peneliti untuk menghitung jumlah protein yang diasup di luar jalannya penelitian,
sehingga peneliti menganjurkan para responden menulis menu makanan 24 jam
dalam lembar foodrecall, sehingga peneliti dapat menghitung dengan mudah asupan
protein yang telah dikonsumsi oleh responden dengan akurat. Berikut adalah tabel
yang akan disajikan mengenai rata-rata asupan gizi yang dikonsumsi oleh
responden:

Tabel hasil konsumsi gizi di atas menunjukkan bahwa adanya peningkatan rata-
rata, terutama pada peningkatan protein kelompok eksperimen yang disebabkan oleh
pemberian susu kedelai selama 8 minggu. Hasil protein yang di peroleh kelompok
eksperimen pada minggu 1 yaitu 51 g/hari dan minggu 8 yaitu 56 g/hari, sedangkan
pada kelompok kontrol jumlah protein pada minggu 1 yaitu 44 g/hari dan minggu 8
yaitu 46 g/hari. Hal tersebut berarti pemberian susu kedelai efektif untuk
meningkatkan jumlah asupan protein untuk meningkatkan daya tahan otot.

1.3 Hipotesis

Uji Hipotesis dilakukan untuk mengetahui benar atau tidaknya hipotesis


dalam penelitian ini.
Hipotesis dalam penelitian ini yaitu:

H0: Susu kedelai dan latihan fisik terprogram tidak mempengaruhi daya tahan otot
siswa SSB Cakar Mas Berbah usia 9-12 tahun.
H1: Susu kedelai dan latihan fisik terprogram mempengaruhi daya tahan otot
siswa SSB Cakar Mas Berbah usia 9-12 tahun.

1.3.1 Peningkatan Daya Tahan Otot

Berikut adalah tabel yang akan disajikan mengenai peningkatan daya tahan
otot siswa Sekolah Sepak Bola (SSB) Cakar Mas Berbah yang telah diberi
perlakuan yaitu latihan fisik terprogram dan pemberian susu kedelai untuk
kelompok perlakuan dan air mineral pada kelompok kontrol.

Perbandingan daya tahan otot kelompok eksperimen antara pretest dan posttest
menunjukan pada wall squat p = 0,00 dan pada sit up p = 0,00. Hasil tersebut
dikonsultasikan dengan tingkat signifikan α 5% (0,05). Karena dari masing-masing
hasil di tabel atas menunjukan < 0,05 maka dapat disimpulkan daya tahan otot dari
kelompok eksperimen masing-masing pretest dan posttest berdistribusi ada
perbedaan.

Perbandingan daya tahan otot yang telah disajikan pada tabel di atas
menunjukkan bahwa nilai p pada kelompok kontrol yaitu p = 0,00 pada wall squat
dan p = 0,00 pada sit up. Hasil tersebut dikonsultasikan dengan tingkat signifikan α
5% (0,05). Karena dari masing-masing hasil di tabel atas menunjukan < 0,05 maka
dapat disimpulkan daya tahan otot dari kelompok kontrol masing-masing pretest
dan posttest berdistribusi ada perbedaan, hal tersebut menunjukan bahwa hipotetsis
(H1) diterima karena perbedaan yang signifikan.

Pada tabel di atas menunjukkan bahwa peningkatan daya tahan otot pada
kelompok eksperimen lebih tinggi dibanding kelompok kontrol, hal tersebut dapat
dilihat pada hasil peningkatan daya tahan otot pada kelompok eksperimen yaitu
24,26% pada tes wall squat dan 36,01% pada tes sit up, sedangkan pada kelompok
kontrol yaitu 13,39% pada tes wall squat dan 15,57% pada tes sit up.

1.3.2 Perbandingan Daya Tahan Otot


Dari hasil perbandingan kenaikan daya tahan otot antara kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol menunjukkan antara kedua kelompok p = 0,02 pada wall
squat dan p = 0,00 pada sit up dapat dilihat dari hasil pada tes wall squat dan tes sit
up menunjukan p < 0,05 yang berarti ada perbedaan. Hal tersebut diartikan susu
kedelai berpengaruh terhadap daya tahan otot baik sit up maupun daya tahan otot
wall squat, dan keduanya sama-sama mengalami peningkatan daya tahan otot yang
disebabkan oleh latihan fisik terprogram, tentunya kelompok eksperimen
mengalami peningkatan yang lebih tinggi dibanding kelompok kontrol, sehingga
dapat disimpulkan bahwa pemberian susu kedelai dan latihn fisik terprogram
mempengaruhi daya tahan otot siswa Sekolah Sepak Bola (SSB) Cakar Mas
Berbah.

PEMBAHASAN

Pada penelitian yang dilakukan oleh Deden Saeful. A (2013) menunjukan


bahwa pemberian protein yang terkandung dalam susu sapi murni dan susu kedelai
untuk meningkatkan massa otot yang tentunya berpengaruh pada recovery otot dan
daya tahan otot lebih dapat dilihat hasil peningkatan kelompok dengan susu kedelai
dibandingkan kelompok dengan susu sapi murni, hal ini menjadi acuan oleh peneliti
bahwa susu kedelai lebih berpengaruh untuk meningkatkan daya tahan otot.

Selain itu, pada penelitian yang dilakukan oleh Abdul Aziz Al Karimi A.
(2017) juga menunjukkan bahwa pemberian susu kedelai terhadap atlet Karate Kota
Tegal mampu meningkatkan daya tahan otot secara signifikan. Hal ini ditunjukkan
dengan perbandingan peningkatan daya tahan otot atlet, baik perbandingan
peningkatan daya tahan otot antar kelompok eksperimen dan kontrol maupun
perbandingan daya tahan otot antar kelompok keseluruhan.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa daya tahan otot rata-rata pada
kelompok eksperimen pada tes wall squat sebesar p = 0,00 dan pada sit up sebesar p
= 0,00, sedangkan pada kelompok kontrol p = 0,00 pada wall squat dan p = 0,00
pada sit up. Perbandingan peningkatan daya tahan otot antar kelompok menunjukan
bahwa p
= 0,01 pada wall squat dan p = 0,00 pada sit up. Hasil tersebut dikonsultasikan
dengan tingkat signifikan α 5% (0,05), dapat terlihat masing-masing tes menunjukan
p < 0,05 sehingga dapat disimpulkan baik dari daya tahan otot wall squat maupun sit
up ada perbedaan, dan terlihat data yang signifikan dapat menunjukan perbandingan
antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Memberikan gambaran bahwa
pemberian susu kedelai dan latihan fisik terprogram memberikan pengaruh pada
daya tahan otot yang dapat dilihat dalam tabel yang telah disajikan sebelumnya
dengan pre-test dan post-test.

Sampel pada kelompok eksperimen diberikan susu kedelai sebanyak 400 ml


selama 8 minggu dan aktivitas berupa latihan fisik terprogram yang dilakukan 3 kali
dalam 1 minggu diperoleh hasil tes wall squat dan sit up lebih banyak dibanding
kelompok kontrol. Rata-rata pada tes daya tahan otot pada tes wall squat yaitu 22,12
detik pada kelompok eksperimen dan 18,58 detik pada kelompok kontrol, sedangkan
pada tes sit up yaitu 31,13 kali/menit pada kelompok eksperimen dan 24,63
kali/menit pada kelompok kontrol. Pada dasarnya susu kedelai baik dikonsumsi
untuk meningkatkan daya tahan baik itu daya tahan otot maupun imunitas.
Pemberian susu kedelai dapat menambah imunoglobulin sehingga pada saat
melakukan aktivitas fisik lebih bertahan lama (Fihiruddin, 2013).

Peneliti telah menambahkan tambahan protein setiap hari pada kelompok


eksperimen berupa susu kedelai sebanyak 400 ml. Susu kedelai yang berasal dari
olahan biji kedelai sebesar 66,4 gram tersebut mengandung 10,96 gram protein,
sehingga dari rata-rata 50,7 g/hari pada kelompok eksperimen asupan protein
responden bertambah dengan 10,96 menjadi 61,66 g/hari, tetapi dalam sajian tabel
food recall 24 jam, ada kemungkinan asupan protein dari luar susu kedelai menurun,
hasil dari rata-rata asupan protein post test yaitu 50,7 g/hari, sehingga sudah
memenuhi kapasitas anjuran asupan protein untuk melakukan latihan yaitu kurang
lebih 10-15 % dari jumlah energi yang dikonsumsi.

Latihan fisik yang diberikan secara serentak dan dengan intensitas yang sama
tetapi dengan perlakuan pemberian nutrisi yang berbeda akan menghasilkan daya
tahan otot yang berbeda juga, hal ini dikarenakan protein yang terbukti bagus untuk
penambahan massa otot dan juga daya tahan otot terkandung dalam susu kedelai
dengan jumlah yang banyak, yaitu sebanyak 30,90 gram dalam 100 gram biji kedelai
(Budimarwanti, 2007 dalam Amrulloh, 2017).
G. HUBUNGAN KEBIASAAN KONSUMSI SUSU DAN STATUS GIZI DENGAN
KEBUGARAN FISIK SISWA SDN TOTOSARI I DAN SDN TUNGGULSARI I
DI SURAKARTA

1. HASIL DAN PEMBAHASAN

Responden pada penelitian ini adalah siswa kelas IV dan V SDN Totosari I dan
SDN Tunggulsari I Surakarta dengan rentang usia 9-12 tahun. Responden yang
paling banyak persentasenya adalah responden dengan usia >10-11 tahun
sebesar 55,4% Pada penelitian ini juga menunjukkan bahwa antara responden
laki-laki dan perempuan persentasenya tidak terlalu berbeda juah, yaitu sebesar
51,4% responden laki-laki dan 48,6% responden perempuan. Pendapatan
keluarga responden rata-rata adalah rendah yaitu sebesar 51 responden
(68,9%).
Berdasarkan hasil penelitian kebiasaan konsumsi susu anak sekolah
dasar termasuk dalam kategori jarang mengonsumsi susu yaitu sebesar 54,1%,
bahkan lebih dari seperempatnya (28,4%) termasuk dalam kategori tidak
pernah mengonsumsi susu. Berdasarkan hasil penelitian, dalam satu minggu
terakhir dengan Food Frequency, siswa mengonsumsi susu dengan frekuensi 3-
4 kali dalam seminggu. Kebiasaan mengonsumsi susu yang rendah ini
kemungkinan besar disebabkan oleh keterbatasan ekonomi keluarga, karena
berdasarkan data karakteristik keluarga tampak bahwa sebagian besar
pendapatan keluarga termasuk ke dalam kategori rendah.

Berdasarkan hasil penelitian status gizi menunjukkan bahwa sebagian


besar status gizi anak sekolah dasar termasuk dalam kategori status gizi normal
sebesar 59 responden (79,7%). Persentase status gizi sangat kurus, kurus,
gemuk dan obesitas lebih rendah jika dibandingkan dengan status gizi normal,
akan tetapi jika tidak ditangani dengan benar status gizi anak sekolah yang
tidak normal dikhawatirkan akan meningkat.

Berdasarkan penelitian kebugaran fisik menunjukkan bahwa sebagian


besar tingkat kebugaran fisik siswa sekolah dasar adalah buruk yaitu sebesar 56
responden (75.7%) dan kebugaran fisik siswa yang termasuk dalam kategori
sangat baik sebesar 3 responden (4.1%). Kebugaran fisik pada anak-anak
memegang peranan penting terhadap proses pertumbuhan dan
perkembangannya, hal tersebut bagi pelajar dibutuhkan untuk meningkatkan
kemampuan belajar pada siswa sekolah.
1.1 Hubungan Kebiasaan Konsumsi Susu dengan Kebugaran Fisik

Susu merupakan salah satu bahan pangan yang diperlukan bagi


tubuh karena mempunyai kandungan zat gizi yang lengkap dan seimbang
Kebiasaan minum susu secara rutin akan memberikan dampak positif bagi
kesehatan. Distribusi kebiasaan konsumsi susu subjek penelitian dengan
kebugaran fisik dapat dilihat pada hasil penelitian menunjukkan bahwa
baik kelompok yang tidak pernah mengonsumsi susu maupun yang jarang
dan sering, sebagian besar kebugaran fisiknya dalam kategori buruk.
Apabila dilihat dari hasil kebugaran fisik yang diatas rata-rata dan sangat
baik, maka total persentase tertingginya pada kelompok yang mempunyai
kebiasaan sering mengonsumsi susu. Jumlah rata- rata konsumsi susu
dalam sekali minum pada subjek yang memiliki kategori jarang yaitu 26
gram per sekali konsumsi dalam satu hari dan pada subjek dengan kategori
sering rata-rata 36 gram dalam sekali konsumsi.
Indonesia termasuk kedalam kategori konsumsi susu yang rendah,
hal ini dikarenakan kesalahpaham masyarakat dalam menilai bahwa susu
merupakan makanan yang mahal dan mewah. Masyarakat merasa bahwa
meminum susu bukanlah proiritas utama, sehingga boleh diabaikan.
Sebagian masyarakat menilai bahwa minum susu dapat menyebabkan
kegemukan, sehingga harus dihindari. Susu memberikan kontribusi terhadap
total konsumsi lemak dan asupan lemak jenuh (Elwood, 2004). Analisis uji
hubungan kebiasaan konsumsi susu dengan kebugaran fisik dapat dilihat
pada hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata kebiasaan konsumsi
susu dalam penelitian ini 4.15 kali/hari dan untuk nilai rata-rata jarak
tempuh lari pada kebugaran fisik siswa sekolah dasar adalah 1448 meter.
Hasil analisis uji Rank Spearman’s menunjukkan bahwa p value 0,48 yang
berarti tidak terdapat hubungan antara kebiasaan konsumsi susu dengan
kebugaran fisik siswa sekolah dasar.

Penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Fitriani (2007)


bahwa tingkat kebugaran fisik pada kelompok sarapan pada anak usia 9-12
tahun lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok yang minum susu.
Konsumsi makanan dan minuman yang tinggi karbohidrat dapat
meningkatkan daya tahan tubuh. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh Fitranti (2015), konsumsi susu rendah lemak dapat meningkatkan
nilaii VO2max. Kandungan lemak dalam susu yang sering dikonsumsi oleh
subjek rata-rata adalah tinggi. Faktor yang mempengaruhi kebugaran fisik
antara lain adalah umur, jenis kelamin, tipe tubuh, genetik, konsumsi
pangan dan aktivitas fisik (Karim, 2002).
3.3 Hubungan Status Gizi Dengan Kebugaran Fisik

Menurut Almatsier (2004), status gizi adalah keadaan tubuh sebagai


akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Status gizi yang baik
didapatkan apabila tubuh memperoleh zat-zat gizi yang cukup sehingga
pertumbuhan fisik, perkembangan otak dan kemampuan kerja dan kesehatan
meningkat .
Status gizi merupakan gambaran dari asupan zat giziyang dikonsumsi
oleh seseorang, sedangkan aktivitas fisik berhubungan dengan penggunaan
zat gizi sebagai sumber energi yang diperoleh dari asupan makanan. Status
gizi dan aktivitas fisik adalah salah satu faktor yang berperan penting dalam
mencapai kebugaran fisik yang baik bagi seseorang, khususnya bagi anak usia
sekolah yaitu usia 6-12 tahun. Kesehatan pada anak dapat dipengaruhi oleh
kebugaran (Azizin, 2014). Distribusi status gizi subjek penelitian dengan
kebugaran fisik dapat dilihat pada hasil penelitian menunjukkan bahwa
sebagian besar anak dengan status gizi normal memiliki kebugaran fisik
kategori buruk sebesar (78.0%). Pola konsumsi yang baik, istirahat yang
cukup dan olahraga teratur merupakan cara untuk mendapatkan kebugaran
fisik yang baik. (Ortega, 2008). Kebugaran fisik dapat menunjang aktivitas
fisik pada seseorang. Mempertahankan kebugaran fisik yang baik dapat
dilakukan dengan cara mengatur pola hidup yang teratu berolahraga dan
menghindari makanan yang tidak sesuai dengan tubuhnya (Ortega, 2008).

Hasil analisis uji Pearson Product Moment menunjukkan bahwa p


value 0,030 yang berarti terdapat hubungan antara status gizi dengan
kebugaran fisik siswa sekolah dasar. Koefisien korelasi dari penelitian ini
adalah -0.254. Nilai negatif menggambarkan hubungan yang saling
keterbalikan, yang berarti semakin tinggi nilai status gizi (z-score IMT/U)
semakin rendah kebugaran fisik siswa sekolah dasar. Penelitian ini sejalan
dengan penelitian Azizin (2014) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan
antara status gizi dengan kebugaran fisik. Penilaian status gizi mengukur
dimensi tubuh dengan indeks berat badan terhadap tinggi badan (BB/TB).
Dimensi tubuh yang semakin besar atau obesitas dapat mempengaruhi gerak
tubuh dalam melakukan aktivitas fisik menjadi kurang maksimal (Azizin,
2014).
Kebugaran fisik memegang peranan penting dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan pada anak, hal tersebut dibutuhkan untuk
meningkatkan kemampuan belajar (Giriwijoyo, 2012). Menurut Haryono
(2002), faktor-faktor yang mempengaruhi kebugaran fisik salah satunya
adalah gizi atau makanan. Berkaitan dengan status gizi yang di dalamnya
meliputi pemenuhan gizi makanan dengan kemampuan melaksanakan tugas
sehari-hari yang memerlukan adanya kebugaran fisik, maka dapat dikatakan
bahwa status gizi mempunyai hubungan dengan kebugaran fisik. Melakukan
tugas sehari-hari dengan baik diperlukan adanya energi sebagai penggerak,
sehingga dapat dikatakan bahwa untuk mendapatkan kebugaran fisik
diperlukan gizi, sebaliknya keberadaan gizi mampu meningkatkan kebugaran
fisik.
Tingkat kebugaran fisik yang optimal tidak hanya diperoleh dengan
melakukan olahraga yang teratur, istirahat yang cukup dan memelihara
kesehatan saja, tetapi juga harus diimbangi dengan pemenuhan gizi yang
terkandung di dalam makanan yang dikonsumsinya, hal ini akan
mempengaruhi aktifitas seseorang dan juga akan berpengaruh terhadap tingkat
kebugaran fisik. Makanan atau gizi merupakan salah satu faktor yang perlu
diperhatikan dalam meningkatkan kebugaran fisik (Rismayanthi, 2012).

2. PENUTUP

Kebiasaan konsumsi susu anak Sekolah Dasar Totosari 1 dan Tunggulsari


1 termasuk dalam kategori jarang (52,7%). Status gizi pada anak sebagian besar
dalam kategori normal (79,7%). Kebugaran fisik pada anak sebagian besar
termasuk dalam kategori buruk (75.7%). Menurut uji statik Rank Spearman’s
tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan konsumsi susu dan
kebugaran fisik siswa. Menurut uji Pearson Product Moment terdapat hubungan
antara status gizi dan kebugaran fisik siswa.

Pihak sekolah diharapkan untuk menyediakan susu di kantin-kantin


sekolah agar para siswa dapat lebih mudah dalam mengonsumsi susu di sekolah.
Anak-anak sekolah dasar diharapkan dapat lebih sering mengonsumsi susu dan
juga lebih memperhatikan status gizi dan kebugaran fisik, karena berdasarkan
hasil penelitian masih banyak anak yang jarang mengonsumsi susu dan memiliki
kebugaran fisik yang buruk. Bagi peneliti selanjutnya perlu adanya penelitian
yang lebih mendalam berkaitan dengan faktor lain yang mempengaruhi
kebiasaan konsumsi susu, status gizi dan kebugaran fisik siswa sekolah dasar.
BAB III
ANALISI DATA

Jurnal 1:
Terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan cairan sebelum dan setelah
mendapat edukasi (p=0,000). Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian
Kavoruras,dkk dari Harokopio yang menyatakan bahwa edukasi dapat meningkatkan
asupan cairan pada atlet.6 Dalam penelitian ini, peneliti mengalami kesulitan dalam
referensi video yang digunakan sebagai media edukasi masih kurang dan sifatnya
memuat informasi asupan cairan kurang spesifik untuk atlet remaja. Sedangkan
kelemahan dalam penelitian ini adalah waktu pemberian edukasi yang terlalu singkat
yaitu satu minggu dengan 3x pemutaran video dan slide ppt tentang hidrasi dan
asupan cairan serta dalam penelitian ini subjek penelitian tidak terdapat kelompok
perlakuan dan kontrol. Edukasi tentang hidrasi dan asupan cairan efektif meningkatan
status hidrasi atlet remaja di Sekolah Sepak Bola Universitas Diponegoro (SSB
UNDIP).
Jurnal 2:
Serat pangan, dikenal juga sebagai serat diet atau dietary fiber, merupakan bagian dari
tumbuhan yang dapat dikonsumsi dan tersusun dari karbohidrat yang memiliki sifat
resistan terhadap proses pencernaan dan penyerapan di usus halus manusia serta
mengalami fermentasi sebagian atau keseluruhan di usus besar. Jadi serat pangan
merupakan bagian dari bahan pangan yang tidak dapat dihirolisis oleh enzim-enzim
pencernaan. Sayur-sayuran dan buah-buahan merupakan sumber serat pangan yang
sangat mudah ditemukan dalam bahan makanan. Akhir-akhir ini adanya perubahan
pola konsumsi pangan di Indonesia menyebabkan berkurangnya konsumsi sayuran
dan buah-buahan hasil penelitian dan kajian diikuti juga terjadinya pergeseran atau
perubahan pola penyakit penyebab mortalitas dan morbiditas di kalangan masyarakat,
ditandai dengan dengan perubahan pola penyakit-penyakit infeksi menjadi penyakit-
penyakit degeneratif dan metabolik. Secara nyata dialami masyarakat perkotaan yang
sebagian masyarakatnya begitu mobil dan sibuk cenderung mengkonsumsi makanan
siap saji, dan terjadi pergeseran pola makan dari tinggi karbohidrat, tinggi serat dan
rendah lemak ke pola konsumsi rendah karbohidrat dan rendah serat, tinggi lemak dan
tinggi protein. Hal inilah yang menyebabkan tingginya kasus penyakit-penyakit
seperti jantung koroner, kanker kolon (usus besar), dan penyakit degeneratif lainnya
di Indonesia.
Meskipun tidak mengandung zat gizi, serat pangan menguntungkan bagi kesehatan
yaitu berfungsi mengontrol berat badan atau kegemukan (obesitas), penanggulangan
penyakit diabetes, mencegah gangguan gastrointestinal, kanker kolon, serta
mengurangi tingkat kolesterol darah dan penyakit kardiovaskuler. Meskipun serat
pangan memberikan efek positif terhadap kesehatan, namun juga memberikan efek
negatif, sehingga serat pangan tidak boleh dikonsumsi secara berlebihan, sebagai
acuan kebutuhan serat yang dianjurkan yaitu 30 gram/hari.
Jurnal 3:
bahwa daya tahan tubuh terhadap penyakit memegang peranan penting dalam
kehidupan, salah satu hal yang dapat menunjang kesehatan tubuh adalah memperkuat
sistem daya tahan tubuh dari gangguan penyakit. Ketahanan tubuh dari gangguan
penyakit yang baik bisa diperoleh dengan melakukan aktivitas fisik atau olahraga.
Tubuh yang sehat dan kuat dapat membentuk antibodi dengan lebih giat daripada
tubuh yang lemah. Dengan banyaknya zat antibodi maka tubuh akan tahan terhadap
berbagai penyakit, sehingga daya tahan tubuhnya akan meningkat. Berdasarkan uraian
diatas dapat diketahui bahwa status kesehatan atau daya tahan tubuh terhadap
penyakit seseorang, menurut Teori Blum bisa dipengaruhi oleh faktor perilaku, faktor
lingkungan, faktor pelayanan kesehatan dan faktor keturunan.
Untuk menyusun angket daya tahan tubuh terhadap penyakit
Jurnal 4:
Uji One Way ANOVA nilai indeks kelelahan antar kelompok menunjukkan adanya
perbedaan bermakna (p =0.044). Didapatkan perbedaan nilai indeks kelelahan yang
bermakna (p = 0.046) antara kelompok air mineral dengan kelompok minuman
olahraga. Perbedaan nilai indeks kelelahan yang bermakna (p = 0,021) juga
didapatkan antara kelompok susu cokelat dengan kelompok minuman olahraga.
Perbedaan nilai indeks kelelahan antara kelompok air mineral dengan kelompok susu
cokelat menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna (p = 0.723). Pemberian
susu cokelat dan minuman olahraga komersial memiliki pengaruh akut terhadap masa
pemulihan pasca latihan pada program interval training.

Jurnal 5:
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah bahwa tingkat pengetahuan
Doping pelatih panahan DKI Jakarta sebesar 39,43% masih dalam kategori kurang,
56,34% kategori cukup, dan 4,23% dalam kategori baik. Dari hasil penelitian yang
telah dilakukan maka peneliti memberikan saran perlu diberikan edukasi pengetahuan
tentang Doping kepada pelatih panahan DKI Jakarta.

Jurnal 6:
Berdasarkan analisis penulis Simpulan dalam penelitian ini adalah pemberian asupan
protein yang terkandung dalam susu kedelai dengan takaran 400 ml dan efektif dalam
meningkatkan daya tahan terutama daya tahan otot dengan diimbangi latihan fisik
terprogram.Saran yang diberikan dalam penelitian ini adalah Sebagai salah satu
alternatif mengkonsumsi susu kedelai sebelum dilakukannya latihan fisik terprogram
dapat meningkatkan daya tahan otot, tetapi akan lebih terlihat hasilnya jika melakukan
pemberian lebih lama dari waktu yang diberikan pada penelitian ini; dan ) Bagi
penelitian selanjutnya, hasil dari penelitian ini bisa digunakan sebagai acuan dasar
untuk penelitian yang relevan, dengan memperhatikan kelemahan dari penelitin ini.

Jurnal 7:
Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan faktor utama dalam melaksanakan
pembangunan nasional. Sumber daya manusia yang meliputi sehat, cerdas dan fisik
yang tangguh serta produktif dapat dihasilkan dari gizi yang baik. Faktor gizi
memegang peranan penting dalam mencapai SDM berkualitas. Konsumsi pangan
yang baik adalah salah satu faktor untuk terciptanya sumber daya manusia yang
berkualitas. Konsumsi pangan yang baik salah satunya dapat dilihat dari kebiasaan
mengonsumsi susu. Berdasarkan studi pendahuluan terhadap 32 siswa sekolah dasar
didapatkan hasil kebiasaan konsumsi susu dengan persentase jarang minum susu
sebesar 84,4%, diketahui siswa yang memiliki status gizi tidak baik ada 40,62%.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan konsumsi susu
dan status gizi dengan kebugaran fisik siswa sekolah dasar. Penelitian ini
menggunakan desain cross sectional, sebanyak 74 siswa yang dipilih dengan cara
stratified random sampling. Data kebiasaan konsumsi susu didapatkan melalui
wawancara dengan metode FFQ, data satus gizi didapatkan dari pengukuran
antropometri berat badan dan tinggi badan, sedangkan data kebugaran fisik
didapatkan dengan metode cooper test yaitu lari 12 menit. Hasil penelitian ini
menunjukkan kebiasaan konsumsi susu pada anak sekolah dasar termasuk dalam
kategori jarang (52,7%), status gizi anak sekolah dasar sebagian besar termasuk
dalam kategori normal (79,7%), dan kebugaran fisik siswa sekolah dasar termasuk
dalam kategori buruk (75,7%). Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada
hubungan antara kebiasaan konsumsi susu dan kebugaran fisik. Terdapat hubungan
antara status gizi dengan kebugaran fisik.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2001. The Definition of Dietary Fibre. Cereal Foods World 46:pp. 89-148. http://
www.aaccnet.org/Dietary Fiber/pdfs/ dietfiber.pdf
Anonim, 2010a. Fungsi Utama Serat. http:// female.kompas.com, Selasa, 16 Maret 2010
11:48
Anonim, 2010b. 5 Manfaat (Serat Pangan) Daun Pepaya. http://blog.khoulah-agency.com
Anik Herminingsih, 2010. Manfaat Serat dalam Menu Makanan.Universitas Mercu Buana,
Jakarta.
Deddy Muchtadi, 2001. Sayuran Sebagai Sumber Serat Pangan untuk Mencegah Timbulnya
Penyakit Degeneratif. Jurnal Teknol. dan Industri Pangan, Vol. XII, No. 1 Th 2001.
Feri Kusnandar, 2010. Mengenal Serat Pangan. http:/ /itp.fateta.ipb.ac.id.
Jansen Silalahi dan Netty Hutagalung, 2010 . Komponen-komponen Bioaktif dalam Makanan
dan Pengaruhnya Terhadap Kesehatan. Jurusan Farmasi. Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Sumatera Utara, Medan
Olwin Nainggolan dan Cornelis Adimunca, 2005. Diet Sehat Dengan Serat. Cermin Dunia
Kedokteran No. 147, 2005 Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Sutrisno Koswara, 2010. Serat Makanan Membuat Usus Nyaman. www.ebookpangan.com
Tensiska, 2008. Serat Makanan. Jurusan Teknologi Industri Pangan. Fakultas Teknologi
Industri Pertanian. Universitas Padjadjaran, Bandung
Fox, E.l., Kirby,T.E & Fox, A.R. 1987. Bases of Fitness. New
York: Macmullan Publishing Company Fox,E.l.,Bowers, R.W & Foss, M.L. 1993.The
Physiological
Bases for Execise and Sport. Fifth Edition. Dubuque,
Iowa Brown & Benchmark Publishers
Giam, C.K. & Teh, K.C. 1993. Sport Medice: Exercise and Fatness. Singapore PC:
Publishing PTE Ltd
Hodder & Stronghton. 1997. Sport Therapy: An Introduction to The Theory and Practise.
Musselburg. Scotprint Ltd
Kushartanti. W. 2002. Tanggulangi Stress dengan Latihan Fisik. Makalah. Yogyakarta: UNY
Lee, J.M., Sesso, H.D. & Pattenbarger, R.S. 1999. Physical Activity and Risk of Lungcantex.
International Journal Of Epidemiology. 28: 620 – 625
Lumenta, B. 1989. Penyakit. Citra Alam dan Budaya.
Yogyakarta: Kanisius
Masrum. 1992. Metodologi Penelitian Analisis Kuantitatif. Yogyakarta: Lembaga Pendidikan
Doktor UGM
Muhajir. 2007. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan.
Bandung: Yudhistira
Mukholid, A. 2007. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Surakarta: Yudhistira
Murninjaya, Gde. A. A. 1999. Manajemen Kesehatan. Jakarta:
Kedokteran EGE
Murtiwi, A.S. 2001. Jawa Pos. Minggu 30 September Noerhadi, P.A., M. Priyonoadi. B &
Sukamti. E.R. 1997.
Pengaruh Latihan Beban dan Latihan Aerobik terhadap Penurunan Lemak Tubuh dan
Peningkatan Kesegaran Kardiorespirasi. Laporan Penelitian. Yogyakarta: FPOK UNY
Notoatmojo, S. 1993. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan.
Yogyakrta: Andi Offset
Pallock, M.L. & Wilmore, J.H. 1990. Exercise in Health and Discase: Evaluation and
Rehabilitation. Second Edition. Philadelphia: Saunders
Pizzorno, J. 1998. Total Wellness (Terj. Sehat dan Bebas Penyakit). Jakarta: Gramedia
Putranto, K.H. 1986. Kesehatan Lingkungan. Jakarta: FKM UI Soekarno, W.K., B.M.W. &
Noerhadi, M. 1996. Dasar-Dasar
Latihan Senam Aerobik. Yogyakarta L FPOK IKIP Sumosardjuno, S. 1987. Petunjuk Praktis
Kesehatan Olahraga.
Jakarta: Pustaka KGU
Sutrisno, H. 1995. Analisis untuk Instrumen. Yogyakarta: Andi Offset
Walmore, J.H & Costill, D.L. 1979. Physiology of Sport and Exercise. Champaigne: Human
Kunetic Publisher Inc

Anda mungkin juga menyukai