Disusun Oleh :
Fryda Vanesia
406171031
Pembimbing :
Dr. dr. Noer Saelan Tadjudin, SpKJ
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena penulis telah diberi kesempatan untuk
menyusun referat dengan judul “Hubungan Koagulasi Darah dengan Lanjut Usia”. Adapun
tujuan penulisan referat ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang
“Hubungan Koagulasi Darah dengan Lanjut Usia”. Pada kesempatan kali ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada
1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan penulis kesehatan dan kesempatan
untuk dapat menjalani kepaniteraan klinik Ilmu Geriatri di Sasana Tresna Werdha
Ria Pembangunan Cibubur,
2. Direktur STW RIA Pembangunan Cibubur yang telah memberikan kesempatan
untuk mengikuti kegiatan kepaniteraan klinik Ilmu Geriatri di Sasana Tresna
Werdha Ria Pembangunan Cibubur,
3. Dr. dr. Noer Saelan Tadjudin, Sp.KJ, dokter pembimbing yang telah banyak
memberikan bimbingan serta pengajaran baik selama penulisan referat maupun
selama penulis mengikuti kepaniteraan klinik Ilmu Geriatri di Sasana Tresna
Werdha Ria Pembangunan Cibubur,
4. Keluarga yang selalu membantu dan memberikan dukungan dalam menjalani
kepaniteraan klinik Ilmu Geriatri di Sasana Tresna Werdha Ria Pembangunan
Cibubur,
5. Teman-teman dari Universitas Tarumanagara yang telah banyak membantu dalam
penulisan referat ini.
Walaupun penulis mendapat berbagai kesulitan dan hambatan, tetapi berkat bantuan,
dorongan, bimbingan serta motivasi-motivasi yang diberikan oleh banyak pihak, maka
penulis dapat menyelesaikan referat ini tepat pada waktunya. Akhir kata, semoga referat
ini dapat memberi manfaat bagi para pembaca.
BAB 1
PENDAHULUAN
Proses menjadi tua merupakan suatu kejadian yang alami dan setiap orang akan
mengalaminya, karena hal ini merupakan tahap akhir dalam sebuah perjalanan hidup1.
Masa dewasa akhir atau lanjut usia adalah periode perkembangan yang bermula pada usia
60 tahun yang berakhir dengan kematian. Masa ini adalah masa penyesuaian diri atas
berkurangnya kekuatan dan kesehatan, menatap kembali kehidupan, masa pensiun dan
penyesuaian diri dengan peran - peran sosial2. Menurut Martono & Pranarka menua adalah
suatu proses menurunnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri
atau mengganti diri, mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga dapat
bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita3.
Menurut Undang - Undang No.13 Tahun 1998 tentang Kesejahtaraan Lanjut Usia,
seseorang dikatakan lanjut usia apabila telah mencapai usia 60 tahun4.
Jumlah penduduk dunia bertambah dari sekitar 6,5 milyar di tahun 2006 menjadi 7
milyar di tahun 2012. Penambahan tersebut diikuti dengan peningkatan jumlah penduduk
berusia 60 tahun ke atas, yaitu sebesar 694 juta jiwa5. Di Asia, beberapa negara yang
mempunyai populasi lanjut usia terbesar adalah Jepang (21,5%), Hongkong (14,0%),
Singapura (10,8%) dan Cina (9,8%)6.
Jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia dari hasil sensus penduduk yang dilaksanakan
oleh Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan pada tahun 2000 UHH mencapai 67 tahun
dari populasi lanjut usia yang diperkirakan 17 juta orang. Pada tahun 2006 kurang lebih
sebesar 19 juta orang (8,90%), tahun 2010 diperkirakan sebesar 23,9 juta orang (9,97%)
dan tahun 2020 diperkirakan sebesar 28,8 juta orang (11,34%). Di Indonesia, proporsi
lanjut usia meningkat dari 4,7% (tahun 2002) menjadi 5,1% (tahun 2008) dan akan terus
meningkat mencapai 11,34% di tahun 2020 dari jumlah seluruh penduduk yang
diperkirakan sebesar 234.181.400 jiwa7.
Umur merupakan faktor resiko untuk berbagai penyakit kardiovaskular, terdapat
perubahan pada jumlah dan fungsi trombosit yang terlihat berhubungan dengan
bertambahnya usia. Hal ini disebabkan oleh perubahan pada jaringan hematopoetik,
komposisi darah dan kesehatan vaskular pada orang tua. Jumlah trombosit relatif stabil
Kepaniteraan Klinik Ilmu Geriatri
Sasana Tresna Werdha YKBRP – Cibubur
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 15 April-18 Mei 2019
Hubungan antara Koagulasi Darah dengan Usia Fryda Vanesia (406171031)
pada usia tengah (25-60 tahun) dan menurun pada usia yang lebih lanjut. Efek usia pada
fungsi trombosit tidak terlalu jelas. Perubahan terkait pada usia dalam trombosit terutama
berkaitan dengan penggunaan obat anti trombotik yang sering digunakan oleh orang lanjut
usia.8,9
Trombosit merupakan sel yang secara khusus merespon dengan cepat saat terjadi cedera
vaskular atau kerusakan endotel. Peran hemostatik trombosit diketahui memiliki fungsi
yang beragam dan dinamis yang memediasi respon inflamasi dan imun. Fungsi-fungsi
tersebut berkaitan dengan proses penyakit dan memengaruhi kerentanan terhadap
gangguan trombotik dan inflamasi, termasuk penyakit vaskular dan infeksi seperti sepsis.9
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
b. Usia lanjut dini (senescen) yaitu kelompok yang mulai memasuki masa usia lanjut dini
(usia 60-64 tahun)
c. Lansia berisiko tinggi untuk menderita berbagai penyakit degeneratif (usia >65 tahun)
2.2 Hemostasis
Hemostasis berasal dari kata haima (darah) dan stasis (berhenti), merupakan proses yang
amat kompleks, berlangsung terus menerus dalam mencegah kehilangan darah secara
spontan, serta menghentikan pendarahan akibat adanya kerusakan sistem pembuluh darah.
Proses ini mencakup pembekuan darah (koagulasi) dan melibatkan pembuluh darah,
agregasi trombosit (platelet) serta protein plasma baik yang menyebabkan pembekuan
maupun yang melarutkan bekuan. Pada hemostasis primer terjadi vasokonstriksi inisial
pada pembuluh darah yang cedera sehingga aliran darah di sebelah distal cedera terganggu.
Vasokonstriksi merupakan respon segera terhadap cedera, yang diikuti dengan adhesi
trombosit pada kolagen pada dinding pembuluh yang terpajan dengan cedera dengan
perantara faktor von Willbrand (vWF). Trombosit yang teraktivasi menyebabkan reseptor
trombosit Gp IIb/IIIa siap menerima ligan fibrinogen dan terjadi agregasi trombosit dan
membentuk plak trombosit yang menutup luka/trauma . Proses ini kemudian diikuti proses
hemostasis sekunder yang ditandai dengan aktivasi koagulasi melalui jalur intrinsik dan
jalur ekstrinsik. Faal hemostasis melibatkan sistem vaskuler, sistem trombosit, sistem
koagulasi dan sistem fibrinolisis.8
Sistem vaskuler, sistem trombosit, sistem koagulasi dan sistem fibrinolisis harus bekerja
sama dalam suatu proses yang berkeseimbangan dan saling mengontrol untuk mendapatkan
faal hemostasis yang baik. Kelebihan atau kekurangan suatu komponen akan menyebabkan
kelainan. Kelebihan fungsi hemostasis akan menyebabkan thrombosis, sedangkan
kekurangan faal hemostasis akan menyebabkan perdarahan. 8
Faktor Nama
I Fibrinogen
II Prothrombin
III Tromboplastin (faktor jaringan)
IV Ion kalsium (Ca2+)
V Proakselerin = globulin akselerator (Ac-glob)
VII Akseleator konversi prothrombin serum (SPCA), Prokonvertin
VIII Faktor antihemofilia (AHF), globulin antihemofilia (AHG)
IX Komponen trombroplastin plasma (faktor Christmas)
X Faktor Stuart, faktor Prower atau trombokinase
XI Anteseden tromboplastin plasma (PTA)
XII Faktor Hageman
XIII Faktor stabilisasi fibrin (FSF)
Tabel 1. Faktor pembekuan/koagulasi
A. Mekanisme Ekstrinsik
Mekanisme ekstrinsik sebagai awal pembentukan activator protrombin dimulai dengan
dinding pembuluh luar yang rusak, dan berlangsung melalui langkah-langkah, yaitu : 8
1. Pelepasan factor jaringan. Jaringan yang luka melepaskan beberapa factor yang disebut
factor jaringan atau tromboblastin jaringan. Faktor ini terutama terdiri dari fosfolipid
dari membrane jaringan dan kompleks lipoprotein yang mengandung enzim preteolitik
yang tinggi.
2. Aktivasi Faktor X- peranan factor VII dan factor jaringan. Kompleks lipoprotein dari
factor jaringan selanjutnya bergabung dengan factor VII dan bersamaan dengan
hadirnya ion kalsium, factor ini bekerja sebagai enzim terhadap factor X untuk
membentuk factor X yang teraktivasi.
3. Efek dari factor X yang teraktivasi dalam membantu aktifator protrombin-peranan
factor V. Faktor X yang teraktivasi segera berikatan dengan fosfolipid jaringan, atau
dengan fosfolipidtambahan yang dilepaskan dari trombosi, juga dengan factor V, yang
membentuk senyawa yang disebut activator protrombin. Kemudian senyawa ini
memecah prothrombin menjadi trombin, dan berlangsunglah proses pembekuan darah.
Pada tahap permulaan, factor V yang terdapat dalam kompleks activator protrombin
bersifat inaktif, tetapi sekali proses pembekuan darah ini dimulai dan thrombin mulai
terbentuk, kerja proteolitik dari thrombin akan mengaktifkan akselerator tambahan
yang kuat dalam mengaktifkan protrombin. Pada akhirnya, factor X yang teaktivasilah
yang menyebabkan pemecahan protrombin menjadi thrombin.
B. Mekanisme Intrinsik
Mekanisme kedua untuk pembentukan activator protrombin, dan dengan demikian juga
merupakan awal dari proses pembekuan, dimulai dengan terjadinya trauma terhadap darah
itu sendiri atau berkontak dengan kolagen pada dinding pembuluh darahyang rusak, dan
kemudian berlangsunglah serangkaian reaksi yang bertingkat. 8
1. Pengaktifan factor XII dan pelepasan fosfolipid trombosit oleh darah yang terkena
trauma. Trauma terhadap darah atau berkontaknya darah dengan kolagen pembuluh
darahakan mengubah dua factor pembekuan penting dalam darah: Faktor XII dan
Trombosit. Bila factor XII terganggu, misalnya karena berkontak dengan kolagen atau
dengan permukaan yang basah seperti gelas, ia akan berubah menjadi bentuk baru yaitu
sebagai enzim proteolitik yang disebut factor XII yang teraktivasi. Pada saat
bersamaan,trauma terhadap darah juga akan merusak trombosit akibat bersentuhan
dengan kolagen atau dengan permukaan basah,dan ini akan melepaskan fosfolipid
trombosit yang mengandung lipoprotein, yang disebut 3 faktor pembekuan selanjutnya.
2. Pengaktifan factor XI, Faktor XII yang teraktivasi bekerja secara enzimatik terhadap
factor XI dan juga mengaktifkannya, ini merupakan langkah kedua dalam jalur
Instrinsik. Reaksi ini memerlukan Kininogen HMW( berat molekul tinggi), dan
dipercepat oleh prekalikrein.
3. Pengaktifan factor IX oleh factor XI yang teraktivasi bekerja secara enzimatik terhadap
factor XI dan mengaktifkannya.
4. Pengaktifan factor X-peranan Faktor VIII. Faktor IX yang teraktivasi, yang bekerja
sama dengan factor VIII teraktivasi dan dengan Fosfolipid trombosit dan factor 3 dari
trombosit yang rusak, mengaktifkan factor X.
5. Kerja factor X teraktivasi dalam pembentukan aktivastor protrombin-peranan factor V.
Langkah dalam jalur instrinsik ini pada prinsipnya sama dengan langkah pada jalur
ekstrinsik. Artinya, Faktor X yang teraktivasi berbentuk suatu kompleks yang disebut
activator prothrombin.
Lintasan instrinsik dimulai dengan fase kontak dengan prekalikrein, kininogen dengan
berat molekul tinggi, faktor XII dan faktor XI terpajan pada permukaan pengaktif yang
bermuatan negatif. Kalau komponen dalam fase kontak terkait pada permukaan pengaktif,
faktor XII akan diaktifkan menjadi faktor XIIa pada saat proteolisis oleh kalikrein. Begitu
faktor XIIa mengaktifkan faktor XI menjadi XIa dan juga melepaskan bradikinin dari
kininogen dengan berat molekul tinggi. Faktor XIa dengan adanya ion Ca2+ mengakitfkan
faktor IX menjadi enzim serin protease, yaitu faktor IXa. Faktor ini selanjutnya
memutuskan ikatan Arg-Ile dalam faktor X untuk menghaasilkan faktor Xa. Reaksi
belakangan ini memerlukan perakitan komponen, yang dinamakan komplek tenase, pada
permukaan trombosit aktif, yaitu : Ca2+ dan faktor VIIIa disamping faktor IXa dan faktor
X. Faktor VIII diaktifkan oleh trombin dengan jumlah yang sangat kecil hingga terbentuk
faktor VIIIa, yang selanjutnya diinaktifkan oleh trombin dalam proses pemecahan
selanjutnya. 8
Lintasan ekstrinsik melibatkan faktor jaringan, faktor VII, X serta Ca2+ dan
meghasilkan faktor Xa. Faktor jaringan berinteraksi dengan faktor VII dan
mengaktifkannya. Faktor jaringan bekerja sebagai kofaktor untuk faktor VIIa untuk
mengaktifkan faktor X. Pada lintasan terakhir yang sama, faktor Xa yang dihasilkan oleh
lintasan intrinsik dan ekstrinsik, akan mengaktifkan protombin menjadi trombin yang
kemudian mengubah fibrinogen menjadi fibrin. Pengaktifan protombin terjadi pada
permukaan trombosit aktif dan memerlukan perakitan kompleks proetombinase yang
terdiri atas fosfolipid anionik platelet, Ca2+, faktor Va, faktor Xa dan protombin. Selain
mengubah fibrinogen menjadi fibrin, trombin juga mengubah faktor XIII menjadi faktor
XIIa. Faktor ini merupakan transglutaminase yang sangat spesifik dan membentuk ikatan
silang secara kovalen antar molekul fibrin dengan membentuk ikatan peptida antara gugus
amida residu glutamin dan gugus ε mino residu lisin, sehingga menghasilkan bekuan fibrin
yang lebih stabil dengan peningkatan resistensiterhadap proteolisis. 8
BAB 3
PEMBAHASAN
5.1 Hubungan Koagulasi Darah dengan Lansia
Penuaan dikaitkan dengan perubahan dalam banyak faktor koagulasi plasma yang
disimpan, disintesis, dan atau dilepaskan oleh trombosit. Misalnya, granula alfa trombosit
mengandung fibrinogen, faktor V, dan vWF dan setelah aktivasi ini dilepaskan dan
mediator lain ke sistemik. Fibrinogen berikatan dengan integrin αIIbβ3 yang teraktivasi
pada permukaan platelet, memungkinkan aktivasi dan agregasi platelet. Kadar fibrinogen
plasma meningkat dengan bertambahnya usia, dengan kenaikan kira-kira 10 mg/dL per
dekade pada subyek yang sehat. Peningkatan kadar fibrinogen berkorelasi dengan
peningkatan risiko stroke dan infark miokard. Dengan cara yang sama, kadar vWF juga
meningkat seiring dengan penuaan. vWF, yang diproduksi secara konstitutif dalam
megakaryocytes dan disimpan dalam trombosit, mengikat kolagen pada area endotelium
yang rusak atau sub endotelium, sehingga berkontribusi terhadap perkembangan plak
aterosklerotik. vWF juga berikatan dengan Faktor VIII, Tingkat Faktor VIII meningkat
seiring bertambahnya usia dan berhubungan dengan peningkatan risiko penyakit
kardiovaskular. 8 Komponen terkait platelet dari jalur fibrinolytic secara substansial diubah
pada orang yang lebih tua. Sebagai contoh, kadar plasma PAI-1, penghambat utama
fibrinolisis, meningkat seiring dengan penuaan. Sementara trombosit bukan satusatunya
sumber PAI-1, trombosit mensintesis, menyimpan, dan melepaskan sejumlah besar PAI-1
fungsional dengan cara yang bergantung pada sinyal. Obesitas juga dapat meningkatkan
kadar PAI-1, sehingga semakin meningkatkan risiko trombotik.1 Trombosit dan prekursor
trombosit (megakaryocytes) mensintesis dan atau menginternalisasi faktor-faktor ini dan,
sebagai tanggapan terhadap sinyal pengaktif (misalnya endotelium yang rusak, bakteri atau
racun bakteri, sitokin, dan agonis lainnya), dengan cepat melepaskannya ke dalam sirkulasi
sistemik. Dengan demikian, trombosit pada orang dewasa yang lebih tua mungkin "prima"
untuk berespon berlebihan, meningkatkan kerentanan terhadap hasil klinis yang merugikan
dalam pengaturan sindrom inflamasi vaskular dan sistemik akut. 8
Menurut Maris et al., 2008, penuaan fisiologis dikaitkan dengan peningkatan kadar
plasma dari banyak protein pembekuan darah dengan gangguan fibrinolisis. Ini mungkin
Kepaniteraan Klinik Ilmu Geriatri
Sasana Tresna Werdha YKBRP – Cibubur
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 15 April-18 Mei 2019
Hubungan antara Koagulasi Darah dengan Usia Fryda Vanesia (406171031)
menjadi perhatian besar mengingat hubungan yang diketahui antara penyakit vaskular dan
tromboemboli dan penuaan. Faktor pembekuan protromotik; konsentrasi plasma dari
beberapa faktor pembekuan yaitu faktor fibrinogen VII, faktor VIII, faktor Von Willebrand
(vWF) faktor IX, faktor XII meningkat dengan bertambahnya usia pada individu yang
sehat.11
Sebuah studi oleh Meade et al. (1977) dalam studi populasi subjek berusia 53-64 tahun
telah menunjukkan tingkat fibrinogen (300mg / dl) yang secara signifikan lebih tinggi
daripada yang ditemukan pada subjek yang lebih muda berusia 20 (250mg / dl). 12
Fibrinogen adalah molekul yang berperan dalam peradangan fase akut dan peningkatan
level fibrinogen mengacu pada interleukin-6 dan keduanya sangat terkait dengan penuaan
(Balleisen et al., 1985). Faktor vii tingkat plasma semakin meningkat dengan bertambahnya
usia dari rata-rata 95 unit / dl pada subjek berusia 20 tahun menjadi lebih dari 110 unit / dl
pada subjek di atas 50 tahun. Gangguan trombotik telah terbukti lebih sering pada subjek
dengan kadar faktor vii plasma yang lebih tinggi (Ershler, 1983) yang bertindak sebagai
kofaktor dalam aktivasi faktor X yang dipromosikan oleh faktor IXa, semakin meningkat
dengan usia yang mencapai rata-rata lebih dari 200 unit / dl pada subyek sehat di atas usia
enam puluh, tingkat faktor ix dan peptida aktivasi faktor X juga meningkat dengan
bertambahnya usia (Bauer et al., 1990)13,14,15
DAFTAR PUSTAKA
1 Papilia, Diane E et al. 2008. Human Development. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
2 Santrock, John W. 2006. Life Span Development. Jakarta: Erlangga.
3 Martono, HH & Pranarka, K (ed.) 2009. Buku Ajar Boedhi-Darmojo: Geriatri (Ilmu Kesehatan
Usia Lanjut), Edisi 4, Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
4 Republik Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 1998 tentang
Kesejahteraan Lanjut Usia 1998 www.bpkp.go.id/unit/hukum/uu/1998/13-98
5 WHO. 2002. Active Ageing: A Policy Framework.
6 Nuralita, Sari. 2009. Hubungan Karakteristik Individu, Kemandirian Fisik, dan asupan Zat Gizi
dengan Kejadian Obesitas pada Lanjut Usia di Panti Werdha Bina Mulia 01 Cipayung Jakarta
Timur.
7 BPS. 2009. Indikator Kesejahteraan Rakyat 2008. BPS, Jakarta
8 Durachim A, Astuti D. 2018. Buku Ajar Teknologi Laboratorium Medik: Hemostasis. Jakarta:
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
9 Obeagu EI, Nwachukwu BN, Igwe GD. Haemostasis and Aging: A Review. Int. J. Curr. Res.
Biosci. Plant Biol. 2015, 2(10): 68-77
10 Kementrian Kesehatan RI. 2013. Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di Indonesia. Jakarta.
11 Maris, D., Coppola, R., Provenzano, R., 2008. Hemostasis factors and aging. Exp. Gerontol.
43, 66-73.
12 Meade, T.W., North, W.R.S., Chakrabarti, R., Itaines, A.P., Stirling, Y., 1977. Population-
based distributions of haemostatic variables. Br. Med. Bull. 33, 283-288.
13 Balleisen, L., Bailey, J., Epping, P.H., Schulte, H., Loo, J., 1985. Epidemiological study on
factor VII, factor viii and fibrinogen in industrial population. Baseline data on the relation to
age, gender, body-weight, smoking, alcohol, pill using and menopause. Throm. Haemost. 45,
475-79.
14 Ershler, W.B., 1983. Intetleukin-6, a cytokine for gerontologist. J.A.M. Geriatr Soc. 41, 179
181.
15 Bauer, K.A., Kass, B.L., Cate, H.C., Hawiger, J.J., 1990. Rosenberg RD: factor ix is activated
in vivo by the tissue factor mechanism. Blood. 76, 731-36.