Kelompok A6
Gizela Yuanita (102012008)
Jonathan Rambang (102012072)
Lidya Marlien Kondobua (102012080)
Christina (102012287)
Andrew Logan (102012289)
Theresia Lolita Setiawan (102012355)
Abdul Azis (102012401)
Karin Lado (102012434)
Nur Asmalina Binti Azizan (102012511)
A6semester7@gmail.com
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No 6, Jakarta Barat 11510
KASUS
Suatu hari anda didatangi penyidik dan diminta untuk membantu mereka dalam
memeriksa suatu tempat kejadian perkara (TKP). Menurut penyidik, TKP adalah sebuah rumah
yang cukup besar milik seorang pengusaha perkayuan yang terlihat sukses. Tadi pagi si
pengusaha dan istrinya ditemukan meninggal dunia di dalam kamarnya yang terkunci di dalam.
Anaknya yang pertama kali mencurigai hal itu (pukul 08.00) karena si ayah yang biasanya
bangun untuk lari pagi, hari ini belum keluar dari kamarnya. Ia bersama dengan pak ketua RT
melaporkannya kepada polisi.
Penyidik telah membuka kamar tersebut dan menemukan kedua orang tersebut tiduran
ditempat tidurnya dan dalam keadaan mati. Tidak ada tanda-tanda perkelahian di ruang tersebut,
segalanya masih tertata rapi sebagaimana biasa, tutur anaknya. Dari pengamatan sementara tidak
ditemukan luka-luka pada kedua mayat dan tidak ada barang yang hilang. Salah seorang
penyidik ditelepon oleh petugas asuransi bahwa ia telah dihubungi oleh anak si pengusaha
berkaitan dengan kemungkinan klaim asuransi jiwa pengusaha tersebut.
PENDAHULUAN
Salah satu aspek Pancasila menyinggung tentang adanya keadilan. Untuk mengatur
danmenjaga keadilan diperlukan adanya hukum atau undang-undang yang mengatur segala
aspek kehidupan tidak terkecuali. Untuk menjunjung tinggi hukum tentunya peradilan
harus berjalan dengan baik. Agar berjalan dengan baik, peradilan bisa dibantu oleh aspek-aspek
lain diluar hukum, salah satunya adalah bidang kedokteran. Salah satu cabang ilmu kedokteran
yang membantu peradilan dalam rangka penegakkan hukum adalah ilmu kedokteran forensik.
Pihak yang menengani suatu kasus peradilan tentunya boleh meminta keterangan ahli
dari para ahli forensik ini. Objeknya sendiri bisa korban yang masih hidup maupun sudah
meninggal. Dengan adanya kedokteran forensik ini,nantinya akan para penegak hukum mampu
mempertimbangkan dan menjunjung tinggikeadilan. Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah
agar kami sebagai mahasiswa kedokteran mampu memahami berbagai aspek yang berhubungan
dengan ilmu kedokteran forensik dan nantinya mampu mempraktekan apa yang dipelajari, dan
memiliki kesadaran akan pentingnya penegakan keadilan mengingat keterangan ahli mampu
menjadi alat yang kuat dalam penegakkan peradilan.
PEMBAHASAN
Aspek Medikolegal
A. Keterangan Ahli
Kewajiban dokter untuk membuat Keterangan Ahli telah diatur dalam pasal 133 KUHAP.
Keterangan Ahli ini akan dijadikan sebagai alat bukti yang sah di depan sidang pengadilan (pasal
184 KUHAP).
Pengertian Keterangan Ahli adalah sesuai dengan pasal 1 butir 28 KUHAP: Keterangan
ahli adalah keterangan yang diberikan oleh seseorang yang memiliki keahlian khusus tentang hal
yang diperlukan untuk membuat terang suatu perkara pidana guna kepentingan pemeriksaan.
Keterangan ahli ini dapat diberikan secara lisan di depan sidang pengadilan (pasal 186
KUHAP), dapat pula diberikan pada masa penyidikan dalam bentuk laporan penyidik
(Penjelasan pasal 186 KUHAP), atau dapat diberikan dalam bentuk keterangan tertulis di dalam
suatu surat (pasal 187 KUHAP).1
Visum Et Repertum
Definisi
Visum et repertum adalah keterangan yang dibuat oleh dokter atas permintaan penyidik
yang berwenang mengenai hasil pemeriksaan medik terhadap manusia, baik hidup atau mati
ataupun diduga bagian dari tubuh manusia, berdasarkan keilmuannya dan di bawah sumpah,
untuk kepentingan peradilan.1
Peranan dan fungsi visum et repertum adalah untuk proses pembuktian suatu perkara
pidana terhadap kesehatan dan jiwa manusia. Visum et repertum menguraikan segala sesuatu
tentang hasil pemeriksaan medik yang tertuang di dalam bagian pemberitaan, yang karenanya
dapat dianggap sebagai pengganti barang bukti. Visum et repertum juga memuat keterangan atau
pendapat dokter mengenai hasil pemeriksaan medik tersebut yang tertuang di dalam bagian
kesimpulan.
Maksud pembuatan visum et repertum yakni sebagai salah satu barang bukti (corpus
delicti) yang sah di pengadilan karena barang buktinya sendiri telah berubah pada saat
persidangan berlangsung.
Ada 3 tujuan pembuatan visum et repertum, yaitu :
1. Memberikan kenyataan (barang bukti) pada hakim.
2. Menyimpulkan berdasarkan hubungan sebab akibat.
3. Memungkinkan hakim memanggil dokter ahli lainnya untuk membuat kesimpulan visum et
repertum yang lebih baru.1
Visum Et Repertum Jenazah
Jenasah yang akan dimintakan visum et repertumnya harus diberi label yang memuat
identitas mayat, di-lak dengan diberi cap jabatan, yang diikatkan pada ibu jari kaki atau bagian
tubuh lainnya. Pada surat permintaan visum et repertumnya harus jelas tertulis jenis pemeriksaan
yang diminta, apakah hanya pemeriksaan luar jenasah, ataukah pemeriksaan autopsi (bedah
mayat) (ps 133 KUHAP).2
Bila pemeriksaan autopsi yang diinginkan, maka penyidik wajib memberitahu kepada
keluarga korban dan menerangkan maksud dan tujuannya pemeriksaan. Autopsi dilakukan
setelah keluarga korban tidak keberatan, atau bila dalam dua hari tidak ada tanggapan apapun
dari keluarga korban (ps 134 KUHAP). Jenasah yang diperiksa dapat juga berupa jenasah yang
didapat dari penggalian kuburan (ps 135 KUHAP).2
Pihak yang Berwenang Meminta Keterangan Ahli
Menurut KUHAP pasal 133 ayat (1) yang berwenang mengajukan permintaan keterangan
ahli adalah penyidik. Penyidik pembantu juga mempunyai kewenangan tersebut sesuai dengan
pasal 11 KUHAP.1
Ketentuan mengenai pengertian dan pangkat penyidik serta penyidik pembantu diatur
dalam PP No 27 Tahun 1983:
Pasal 2 PP No 27 Tahun 1983
(1) Penyidik adalah Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia tertentu yang sekurangkurangnya berpangkat Pembantu Letnan Dua polisi (Ajun Inspektur Dua).
(2) Dalam hal di suatu Sektor Kepolisian tidak ada pejabat penyidik sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) huruf a, maka Komandan Kepolisian yang berpangkat bintara di bawah
Pembantu Letnan Dua Polisi, karena jabatannya adalah penyidik.
Pasal 3 PP No 27 Tahun 1983
(1) Penyidik pembantu adalah :
a. Pejabat Polisi Negara RI tertentu yg sekurang-kurangnya berpangkat Sersan Dua polisi;
b. Pejabat PNS tertentu yg sekurang-kurangnya berpangkat Pengatur Muda (golongan II/a)
atau yang disamakan dengan itu.
Pasal 7 KUHAP
(1) Penyidik sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat (1) huruf a karena kewajibannya
mempunyai wewenang: mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya
dengan pemeriksaan perkara;
Pasal 79 UU Kesehatan
(1) Selain penyidik pejabat kepolisian negara Republik Indonesia juga kepada pejabat pegawai
negeri sipil tertentu di Departemen Kesehatan diberi wewenang khusus sebagai penyidik
sebagaimana dimaksud dalam UU No. 8 tahun1981 tetang Hukum Acara Pidana, untuk
melakukan penyidikan tindak pidana sebagaimana diatur dalam Undang-undang ini.
(2) Penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berwenang meminta bantuan ahli dalam
rangka pelaksanaan tugas penyidikan
Prosedur Medikolegal
1. Kewajiban dokter membantu peradilan
Pasal 133 KUHAP
(1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka,
keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia
berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman
atau dokter dan atau ahli lainnya.
(2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara
tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau
pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.
(3) Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah sakit
harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat tersebut dan
diberi label yang memuat identitas mayat, dilak dengan diberi cap jabatan yang
dilekatkan pada ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat.
Penjelasan Pasal 133 KUHAP
(2) keterangan yang diberikan oleh ahli kedokteran kehakiman disebut keterangan ahli,
sedangkan keterangan yang diberikan oleh dokter bukan ahli kedokteran kehakiman disebut
keterangan.
Keputusan Menkeh No. M.01PW.07-43 tahun 1982 tentang pedoman pelaksanaan
KUHAP.
Pasal 134 KUHAP
(1) Dalam hal sangat diperlukan dimana untuk keperluan pembuktian bedah mayat tidak
mungkin lagi dihindari, penyidik wajib memberitahukan terlebih dahulu kepada keluarga
korban.
5
(2) Dalam hal keluarga keberatan, penyidik wajib menerangkan sejelas-jelasnya tentang
maksud dan tujuan perlu dilakukannya pembedahan tersebut.
(3) Apabila dalam waktu dua hari tidak ada tanggapan apapun dari keluarga atau pihak yang
perlu diberitahu tidak diketemukan, penyidik segera melaksanakan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 133 ayat (3) undang-undang ini.
Pasal 137 KUHAP
(1) Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau dokter
atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan.
(2) Semua ketentuan tersebut di atas untuk saksi berlaku juga bagi mereka yang memberikan
keterangan ahli, dengan ketentuan bahwa mereka mengucapkan sumpah atau janji akan
memberikan keterangan yang sebaik-baiknya dan sebenar-benarnya menurut pengetahuan
dalam bidang keahliannya.
2. Bentuk bantuan dokter bagi peradilan dan manfaatnya
Pasal 138 KUHAP
Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali apabila dengan sekurangkurangnya ada alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana
benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya.
Pasal 184 KHAP
(1) Alat bukti yang sah adalah:
a. Keterangan saksi
b. Keterangan ahli
c. Surat
d. Petunjuk
e. Keterangan terdakwa
(2) Hal yang secara umum sudah diktahui tidak perlu dibuktikan
Pasal 186 KUHAP
Keterangan ahli ialah apa yang seorang ahli nyatakan di sidang pengadilan.
6
(2) Disamakan dengan pejabat tersebut di atas, setiap orang yang menurut ketentuan undangundang terus-menerus atau untuk sementara waktu diserahi tugas menjalankan jabatan
umum.
(3) Jika pada waktu melakukan kejahaan belum lewat dua tahun adanya pemidanaan yang
menjadi tetap karena kejahatan semacam itu juga, maka pidananya dapat ditambah
sepertiganya.
Pasal 222 KUHP
Barangsiapa
dengan
sengaja
mencegah,
menghalang-halangi
atau
menggagalkan
pemeriksaan mayat untuk pengadilan, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan
bulan atau pidana denada paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.
Pasal 224 KUHP
Barangsiapa yang dipanggil menurut undang-undang untuk menjadi, ahli atau juru bahasa,
dengan sengaja tidak melakukan suatu kewajiban yang menurut undang-undang ia harus
melakukannya:
1. Dalam perkara pidana dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 9 bulan
2. Dalam perkara lain, dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 6 bulan.2
Thanatologi
Dalam tanatologi dikenal beberapa istilah tentang mati, yaitu mati somatis (mati klinis),
mati suri, mati seluler, mati serebral, dan mati otak (mati batang otak).2
Mati somatis (mati klinis) terjadi akibat terhentinya fungsi ke tiga sistem penunjang
kehidupan, yaitu susunan saraf pusat, sistem kardiovaskular, dan sistem pernapasan, yang
menetap. Secara klinis tidak ditemukan refleks-refleks, EEG mendatar, nadi tidak teraba, denyut
jantung tidak terdengar, tidak ada gerak pernapasan, dan suara nafas tidak terdengar pada
auskultasi.2
Mati suri: terhentinya ketiga sistem penunjang kehidupan yang ditentukan dengan alat
kedokteran sederhana. Dengan peralatan kedokteran canggih masih dapat dibuktikan bahwa
ketiga sistem tersebut masih berfungsi.2
Mati seluler (mati molekuler): kematian organ atau jaringan tubuh beberapa saat setelah
kematian somatis. Daya tahan hidup masing-masing organ atau jaringan berbeda-beda, sehingga
terjadinya kematian seluler pada tiap organ atau jaringan tidak bersamaan.2
Mati serebral : kerusakan kedua hemisfer otak yang irriversible kecuali batang otak dan
serebelum, sedangkan kedua sistem lainnya yaitu sistem pernapasan dan kardiovaskuler masih
berfungsi dengan alat bantu.2
Mati otak (mati batang otak) adalah bila terjadi kerusakan seluruh isi neuronal
intrakranial yang irreversible termasuk batang otak dan serebelum. Dengan diketahuinya mati
otak (mati batang otak) maka dapat dikatakan seseorang secara keseluruhan tidak dapat
dinyatakan hidup lagi, sehingga alat bantu dapat dihentikan.2
Kematian adalah suatu proses yang dapat dikenal secara klinis pada seseorang berupa
tanda kematian, yaitu perubahan yang terjadi pada tubuh mayat. Perubahan tersebut dapat timbul
dini pada saat meninggal atau beberapa menit kemudian, misalnya kerja jantung dan peredaran
darah berhenti, pernapasan berhenti, refleks cahaya dan refleks kornea mata hilang, kulit pucat
dan relaksasi otot. Setelah beberapa waktu timbul perubahan pascamati yang jelas yang
memungkinkan diagnosis kematian lebih pasti. Tanda-tanda tersebut dikenal sebagai tanda pasti
kematian berupa lebam mayat (hipostasis atau lividitas pasca-mati), kaku mayat (rigor mortis),
penurunan suhu tubuh, pembusukan, mumifikasi dan adiposera.2
Tanda kematian tidak pasti:
-
Pernafasan berhenti, dinilai selama lebih dari 10 menit (inspeksi, palpasi, auskultasi).
Terhentinya sirkulasi, dinilai selama 15 menit, nadi karotis tidak teraba.
Kulit pucat, tetapi bukan merupakan tanda yang dapat dipercaya, karena mungkin terjadi
terlentang.
Pembuluh darah retina mengalami segmentasi beberapa menit setelah kematian. Segmensegmen tersebut bergerak ke arah tepi retina dan kemudian menetap.
gravitasi, mengisi vena dan venula membentuk bercak darah berwarna ungu (livide) pada bagian
terbawah tubuh kecuali bagian tubuh yang tertekan alas keras. Darah tetap cair karena adanya
aktivitas fibrinolisin yang berasal dari endotel pembuluh darah. Lebam mayat biasanya mulai
tampak pada 20-30 menit pascamati, makin lama intensitasnya bertambah dan menjadi lengkap
dan menetap setelah 8-12 jam. Sebelum waktu itu, lebam mayat masih hilang (memucat) pada
penekanan dan dapat berpindah jika posisinya diubah.
Memucatnya lebam mayat akan lebih cepat dan lebih sempurna apabila penekanan atau
perubahan posisi tubuh tersebut dilakukan dalam 6 jam pertama setelah mati klinis.
Tetapi walaupun setelah 24 jam, darah masih tetap cukup cair sehingga sejumlah darah
masih dapat mengalir dan membentuk lebam mayat di tempat terendah yang baru. Kadang
dijumpai bercak perdarahan berwarna biru kehitaman akibat pecahnya pembuluh darah. Menetap
nyalebam disebabkan oleh bertimbunnya sel-sel darah dalam jumlah cukup banyak sehingga
sulit berpindah lagi. Selain itu kekauan otot-otot dinding pembuluh darah ikut mempersulit
perpindahan tersebut.
Lebam mayat dapat digunakan untuk tanda pasti kematian ; memperkirakan sebab
kematian, misalnya lebam berwar namerah terang pada keracunan CO atau CN, warna
kecoklatan pada keracunan anililn, nitrit, nitrat, sulfonal ; mengetahui perubahan posisi mayat
yang dilakukan setelah terjadi lebam mayat yang menetap ; dan memperkirakan saat kematian.
Apabila pada mayat terlentang yang telah timbul lebam mayat belum menetap dilakukan
perubahan posisi menjadi telungkup, maka setelah beberapa saat akan terbentuk lebam mayat
baru di daerah perutdan dada.
Mengingat pada lebam mayat darah terdapat didalam pembuluh darah, maka keadaan ini
digunakan untuk membedakannya dengan resapan darah akibat trauma (ekstravasi). Bila pada
daerah tersebut dilakukan irisan dan kemudian disiram dengan air, maka warna merah darah akan
hilang atau pudar pada lebam mayat, sedangkan resapan darah tidak menghilang.
-
masih berjalan berupa pemecahan cadangan glikogen otot yang menghasikan energi. Energi ini
digunakan untuk mengubah ADP menjadi ATP. Selama masih terdapat ATP maka serabut aktin
10
dan miosin tetap lentur. Bila cadangan glikogen dalam otot habis, maka energi tidak terbentuk
lagi, aktin dan miosin menggumpal dan ototmenjadi kaku.
Kaku mayat dibuktikan dengan memeriksa persendian. Kaku mayat mulai tampak kirakira 2 jam setelah mati kilnis, dimulai dari bagian luar tubuh (otot-otot kecil) kearah dalam
(sentripetal). Teori lama menyebutkan bahwa kaku mayat ini menjalar kraniokaudal.
Setelahmatiklinis 12 jam kaku mayat menjadi lengkap, dipertahankan selama 12 jam dan
kemudian menghilang dalam urutan yang sama. Kaku mayat umumnya tidak disertai
pemendekan serabut otot, tetapi jika sebelum terjadi kaku mayat otot berada dalam posisi
teregang, maka saat kaku mayat terbentuk akan terjadi pemendekan otot.
Faktor-faktor yang mempercepat terjadinya kaku mayat adalah aktivtas fisik sebelum
mati, suhu tubuh yang tinggi, bentuk tubuh kurus dengan otot-otot keci dan suhu lingkungan
tinggi. Kaku mayat dapat dipergunakan untuk menunjukkan tanda pasti kematian dan
memperkirakan saat kematian.
Hal-hal yang perlu dibedakan dengan rigor mortis atau kaku jenazah adalah:
Cadaveric Spasmus, yaitu kekakuan otot yang terjadi pada saat kematian dan menetap
sesudah kematian akibat hilangnya ATP lokal saat mati karena kelelahan atau emosi yang
hebat sesaat sebelum mati.
Heat stiffening, yaitu kekakuan otot akibat koagulasi protein karena panas sehingga serabut
otot memendek dan terjadi flexi sendi. Misalnya pada mayat yang tersimpan dalam ruangan
dengan pemanas ruangan dalam waktu yang lama.
Cold stiffening, yaitu kekakuan tubuh akibat lingkungan yang dingin sehingga terjadi
pembekuan cairan tubuh dan pemadatan jaringan lemak subkutan sampai otot.
-
yang lebih dingin, melalul cara radiasi, konduksi, evaporasi dan konveksi. Grafik penurunan
suhu tubuh ini hampir berbentuk kurva sigmoid atau seperti huruf S. Kecepatan penurunan suhu
dipengaruhi oleh suhu keliling, aliran dan kelembaban udara, bentuk tubuh, posisi tubuh,
pakaian. Selain itu suhu saat mati perlu diketahul untuk perhitungan perkiraan saat kematian.
Penurunan suhu tubuh akan lebih cepat pada suhu keliling yang rendah, lingkungan berangin
dengan kelembaban rendah, tubuh yang kurus, posisi terlentang, tidak berpakaian atau
berpakaian tipis, dan pada umumnya orang tua serta anak kecil.2
11
Toksikologi
Keracunan Arsen
Senyawa arsen dahulu sering digunakan sebagai racun untuk membunuh orang lain, dan
tidaklah mustahil dapat ditemukan kasus peracunan arsen di masa sekarang ini. Keracunan arsen
biasanya diakibatkan karena memakan/meminum makanan yang mengandung arsen. Kematian
akibat keracunan arsen sering tidak menimbulkan kecurigaan karena gejala keracunan akutnya
menyerupai gejala gangguan gastrointestinal yang hebat sehingga dapat didiagnosa salah sebagai
suatu penyakit.3
Arsen dapat masuk kedalam tubuh melalui mulut, inhalasi (pada debu arsen dan arsin)
dan melalui kulit. Setelah diabsorpsi melalui mukosa usus, arsen kemudian ditimbun dalam hati,
ginjal, kulit dan tulang. Pada keracunan kronik, arsen juga ditimbun dalam jaringan-jarinan lain,
misalnya kuku dan rambut yang banyak mengandung keratin yang mengandung disulfide.
Ekskresi terjadi dengan lambat melalui feses dan urin sehingga dapat terjadi akumulasi dalam
tubuh.
Arsen menghambat system enzim sulfhidril dalam sel sehingga metabolism sel dihambat.
Nilai ambang batas dalam air minum adalah 0,2 ppm. Pada orang dewasa, kadar normal dalam
urin 100 ug/L, rambut 0,5 mg/kg, dan kuku 0,5 mg/kg. kadar dalam rambut pada keracunan 0,75
mg/kg dan pada kuku 1 mg/kg atau lebih. Kadar dalam darah normal anak-anak 30 ug/L, urine
100 ug/24 jam. Takaran fatal As2O3 adalah 200-300 mg sedangkan untuk Arsin adalah 1:20.000
dalam udara.3
Pemeriksaan Kedokteran Forensik
Korban mati keracunan akut
Pada pemeriksaan luar ditemukan tanda-tanda dehidrasi. Pada pembedahan jenazah
ditemukan tanda-tanda iritasi lambung, mukosa berwarna merah, kadang-kadang dengan
perdarahan (flea bitten appearance). Iritasi lambung dapat menyebabkan produksi musin yang
menutupi mukosa dengan akibat partikel-partikel arsen dapat tertahan. Orpiment terlihat sebagai
partikel-partikel As berwarna kuning sedangkan As2O3 tampak sebagai partikel berwarna putih.
Pada jantung ditemukan perdarahan subendokard pada septum. Histopatologik jantung
menunjukkan infiltrasi sel-sel radang bulat pada miokard. Sedangkan pada organ lain
12
parenkimnya dapat mengalami degenerasi bengkak keruh. Pada korban meninggal perlu diambil
semua organ, darah, urin, isi usus, isi lambung, rambut, kuku, kulit dan tulang. Bahan-bahan
yang perlu diambil untuk pemeriksaan toksikologik pada korban hidup adalah muntahan, urin,
tinja, bilas lambung, darah, rambut dan kuku.3
Korban mati akibat Arsin
Bila korban cepat meninggal setelah menghirup arsin, akan terlihat tanda-tanda
kegagalan kardio-respirasi akut. Bila meninggalnya lambat, dapat ditemukan icterus dengan
anemi hemolitik, tanda-tanda kerusakan ginjal berupa degenerasi lemak dengan nekrosis fokal
serta nekrosis tubuli.
Korban mati akibat keracunan kronik
Pada pemeriksaan luar tampak keadaan gizi buruk. Pada kulit terdapat pigmentasi coklat,
keratosis telapak tangan dan kaki. Kuku memperlihatkan garis-garis putih (Mees lines) pada
bagian kuku yang tumbuh dan dasar kuku. Temuan pada pemeriksaan dalam tidak khas.
Pemeriksaan Laboratorium
Pada kasus keracunan As, kadar dalam darah, urin, rambut dan kuku meningkat. Nilai
batas normal kadar As adalah sebagai berikut:
ditemukan hingga 10-12 hari. Pada keracunan kronik, arsen dieksresikan tidak terus menerus
tergantung pada intake. Titik-titik basophil pada eritrosit dan lekosit muda mungkin ditemukan
pada darah tepi, menunjukkan beban sumsum tulang yang meningkat. Uji Kopro-porfirin urin
akan memberikan hasil positif. Kematian dapat terjadi akibat malnutrisi dan infeksi.
Pemeriksaan Toksikologik
-
Uji Reinsch:
13
Pengobatan
Keracunan Akut
Atasi syok dan dehidrasi, lakukan bilas lambug, walaupun sudah muntah-muntah, karena
sifat arsen yang melekat pada dinding lambung. Bilas lambung dengan FeSO4 sehingga terbentuk
Feri-arsenat yang larut dalam air, bilas berulang-ulang. Morfin dapat dipertimbangkan untuk
mengurangi nyeri. Walaupun haus, jangan diberi minum karena akan merangsang muntahmuntah selanjutnya. Antidotum arsen yaitu dimerkaprol, akan mengikat arsen menjadi tio-arsenat
dan diekskresikan melalui ginjal. Dosis 5 mg/kgBB IM, tiap 8 jam untuk hari 1 dan 2, dan tiap
12 jam untuk 12 hari berikutnya.4
Keracunan Arsen
Lakukan transfuse darah bila pasien tampak anemi berat. Beri oksigen untuk mengatasi
hipoksia. Monotiol/ditiol dapat mencegah hemlisis sel darah merah bila segera diberikan setelah
terkena racun. Antidotum dimerkaprol tidak efektif, tetapi Dimerkapto-propil-eter dapat
digunakan secara efektif. Berikan juga simptomatik.
kenal cara membuat api, manusia senantiasa terancam oleh asap yang mengandung
14
CO.Karbon monoksida merupakan senyawa yang tidak berbau, tidak berasa dan pada suhu
udara normal berbentuk gas yang tidak berwarna dan sedikit lebih ringan dari udara. (4)
Keberadaan gas CO akan sangat berbahaya jika terhirup oleh manusia karena gas itu akan
menggantikan posisi oksigen yang berikatan dengan hemoglobin dalamdarah. Afinitas CO yang
200-250 kali lebih besar dari afinitas oksigen terhadap Hb dan karboksi hemoglobin yang
terbentuk lebih stabil dibandingkan dengan oksi hemoglobin. Seperti ilustrasi gambar dibawah
ini:4
Karbon monoksida tidak mengiritasi tetapi sangat berbahaya (beracun) maka gas
CO dijuluki sebagai silent killer (pembunuh diam-diam). Jumlah CO yang diabsorbsi
oleh tubuh tergantung pada ventilasi semenit, durasi paparan, dan konsentrasi relatif karbon
monoksida di lingkungan ikatan CO dengan haemoglobin menimbulkan terjadinya
penurunan kapasitas oksigen terhadap haemoglobin dan penurunan pengiriman oksigen ke
sel. 4
Gambar2.Alur Masuk CO 5
Efek toksisitas utama adalah hasil dari hipoksia seluler yang disebabkan oleh
gangguan transportasi oksigen. CO mengikat hemoglobin secara reversible, yang
menyebabkan anemia relatifkarena CO mengikat hemoglobn 200-250 kali lebih kuat
daripada oksigen. Kadar HbCO 16% sudah dapat menimbulkan gejala klinis. CO yang
terikat hemoglobin menyebabkan ketersediaan oksigen untuk jaringan menurun.
Penelitian terakhir menunjukkan adanya pelepasan radikal bebas nitric oxide dari
platelet dan lapisan endothelium vaskuler pada keadaan keracunan CO pada konsentrasi
100 ppm yang dapat menyebabkan vasodilatasi dan edema serebri.
CO dieliminasi di paru-paru. Waktuparuhdari CO pada temperatur ruangan adalah 3
- 4 jam. Seratus persen oksigen dapat menurunkan waktu paruh menjadi 30 90 menit,
sedangkan dengan hiperbarik oksigen pada tekanan 2,5 atm dengan oksigen 100% dapat
menurunkan waktu paruh samapai 15-23 menit.
Jadi asphyxia dengan kegagalan pernapasan atau sirkulasi merupakan sebab
kematian dari kematian karbon atau kombinasi dari kedua hal tersebut di atas. 6
Gejala dan Tanda Keracunan Karbon Monoksida
16
Akibat / Efek
td / %
CO-Hb
<10
1020
2030
30-
(seringditafsirkansebagaibukansebabkeracunan)
Severe headache, nausea, vomiting, dizziness,
40-
pandangankabur
Confusion, ataxia, dyspneu
40
50
50-
60-
Derajatkomalebihdalam
70-
>80
60
70
80
Akan tetapi perlu diketahui untuk beberapa kasus, kadar COHb tidak berkorelasi
dengan tingkat keparahan gejala. Pada orang tua dan pada mereka yang menderita penyakit
berat seperti penyakit arteri koroner atau penyakit paru obstruktif kronik, kadar COHb 2030% sudah dapat bersifat fatal. Selain itu, pada studi yang dilakukan terhadap binatang,
tranfusi darah dengan kadar COHb yang tinggi namun dengan kadar CO bebas yang
minimal tidak menghasilkan gejala klinis atau gejalanya minimal. Hal ini mengidikasikan
bahwa adanya CO bebas yang terlarut dalam plasma berperan penting dalam menimbulkan
gejala pada intoksikasi karbon monoksida. 4
Walaupun keracunan gas CO tersebut dapat diatasi, namun keterlambatan
penanganan masalah ini dapat berakibat fatal karena otak dan jantung manusia organ tubuh
sangat vital yang paling peka terhadap kekurangan oksigen dalam darah.
Hubungan konsentrasi CO di udara, waktu pajanan dan akibatnya
%
Waktupajanan
Akibat / Efek
0,02
2-3 jam
Mungkin terdapat
0,04
1-2 jam
2 - 3 jam
jam
[CO]
0,08
headache frontal
Headache frontal
Headache, oksipital
Headache, dizziness,
nausea
2 jam
sadar
0,16
20 menit
Headache, dizziness,
nausea
2 jam
0,32
0,64
Kolaps, tidaksadar,
5-10 menit
30 menit
mungkin mati
Headache, dizziness
Tidak sadar dan
1-2 menit
10-15 menit
bahaya mati
Headache, dizziness
Tidak sadar dan
bahaya mati
Kecelakaan
Penyebab utama dari kematian monoksida karena struktur kebakaran dirumah
atau gedung lain, penyebab terbesar kematian pada kebakaran rumah tidak disebabkan
karena terbakar tapi karena menghirup asap. Keadaan fatal ini disebabkan karena
keracunan CO, walaupun gas-gas lain seperti sianida, phosgene dan acrolein sebagian
turut berperan. Kebanyakan korban dari kebakaran rumah, mati jauh dari pusat api, yang
mungkin terdapat pada ruangan berbeda atau lantai yang berbeda, karbon monoksida
pada jarak jauh dapat membunuh manusia walaupun sedang tidur atau terperangkap
pada saat didalam gedung. Sumber karbon monoksida kedua tersering yang bersifat fatal
adalah inhalasi asap knalpot mobil. Hal ini hampir semata-mata disebabkan karena
kerusakan pada mesin, meskipun kematian sudah pernah terjadi pada saat mobil terjebak
di salju. Beberapa kematian pernah terjadi ketika mesin sedang menyala, dan beberapa
lagi dengan kondisi jendela mobil terbukasebagian (2-4 inchi). 7
b.
Bunuh Diri
Sering di pakai untuk bunuh diri misalnya yaitu gas dapur, gas hasil pembakaran
kendaraan bermotor. Untuk keperluan ini biasanya dikombinasikandenganobattidur.Di
19
Maio dan Dana melaporkan tiga kasus kematian akibat menghirup karbon monoksida
dari gas kanlpot mobil ketika berada di luar ruangan. Konsentrasi karboksihemoglobin
korban berkisar dari 58% (pada karbon yang sudah membusuk) samapai 81%. Seluruh
korban ditemukan bergeletak dekat dengan pipa knalpot mobil. Dua meninggal karena
bunuh diri. Kasus ini menggambarkan kenyataan bahwa meskipun di luar ruangan,
kematian karena menghirup karbon monoksida dapat terjadi jika seseorang dekat
dengan sumber karbon monoksida dalam jangka waktu yang lama. 7
c.
Pembunuhan
Kasus keracunan CO karena pembunuhan jarang terjadinamun sebaiknya jangan
diabaikan. Karena korbansebelumnya dapat dibuat tidak sadar atau mabuk lalu dibunuh
oleh ibu yang memberi gas pada anaknya dan kemudian bunuh diri. Pola kematian pada
kasus CO harus dievaluasi dengan perhatian penuh karena tindakan bunuh diri dapat
dianggap sebagai kematian akibat kecelakaan atau kematian yang wajar. 7
Pemeriksaan Jenazah
a. Pemeriksaan luar
Khas warna lebam mayat merah terang (cherry red) baik permukaan tubuh,
membran mukosa, kuku jari, namun warna ini tidak sama di seluruh tubuh misal tubuh
bagian depan, leher dan paha berwarna lebih terang dibanding dengan yang lain. Warna
cherry red ini khususnya terdapat di daerah hipostasis post mortem dan menunjukkan
kejernihan kadar COHb telah melampaui 30%. Pada pemeriksaan warna cherry red ini
dibutuhkan pencahayaan yang baik karena tidak semua warna cherry red yang ditemukan
dalam pemeriksaan luar jenazah sebagai indikator pasti untuk menentukan adanya
keracunan gas karbon monoksida. Warna cherry red tidak akan ditemukan pada jenasah
yang diawetkan. 4
Pada keracunan gas karbon monoksida juga ditemukan pelepuhan kulit pada area
tertentu yang dikenal dengan pelepuhan barbiturat, misal pada betis, pantat, sekitar
pergelangan tangan dan lutut merupakan hasil edema kulit akibat koma yang lama, dimana
terdapat immobilitas total serta tidak adanya darah vena yang kembali dari gerakan otot.
20
Hal ini merupakan tanda spesifik pada keracunan gas CO akan tetapi karena sebagian besar
kematian karena gas CO relatif cepat maka pelepuhan ini jarang terjadi. 4
Eritema dan vesikel / bula pada kulit dada, perut, luka, atau anggota gerak badan,
baik di tempat yang tertekan maupun yang tidak tertekan. Kelainan tersebut disebabkan
oleh hipoksia pada kapiler-kapiler bawah kulit. 4
b. Pemeriksaan dalam
Tidak ditemukan perdarahan di rongga pleura pada keracunan CO, walau hal ini
sering dihubungkan dengan asfiksia. Inilah membedakan keracunan CO dan kehilangan
oksigen. Pada pemeriksaan dalam penting untuk diperhatikan dalam pengambilan sampel : 5
1. Pengambilan sampel darah --- lebih baik mengambil bahan dalam keadaan segar dan
lengkap, pengambilan darah dari jantung dilakukan secara terpisah dari sebelah kanan
dan sebelah kiri bila darah masih dapat ditemukan.
2. Pada korban yang meninggal, dapat diambil setiap saat sebelum terjadi proses
pembusukan sebab:
Post mortem tidak akan terjadi peruraian terhadap ikatan CO-Hb yang telah terjadi.
Warna cherry red seluruh organ dalam, otot, terkadang pulpa gigi dan sumsum tulang
2.
Bintik bintik perdarahan (tanda asphyxia) pada otot jantung, jaringan otak, conjunctiva,
endocard.
3.
4.
5.
Nekrosis otot
6.
7.
8.
9.
10.
11.
c. Pemeriksaan Penunjang
Tes kimia terhadap korban keracunan CO (Analisa darah):
1. Analisa kualitatif
Masukan darah korban 2-3 tetes dalam tabung reaksi I,encerkan dengan aquadest
sampai volume 15ml. Tabung reaksi II sebagai kontrol teteskan 2-3 tetes darah
orang sehat dewasa, encerkan seperti pada tabung reaksi I.
Darah normal (tabung reaksi II) kontrol segera berubah warna dari merah muda
menjadi coklat kehijauan dalam waktu kurang dari 30 menit, karena terbentuknya
alkali hematin.
Tes positif apabila perubahan warna tadi terjadi lebih dari 30 menit syarat darah
kontrol:
Katayama test
Pada darah normal terjadi perbuhan warna menjadi hijau, sedang darah korban
keracunan CO tetap berwarna merah muda seperti semula
Pemeriksaan spectroscopy
Penentuan dengan melihat spectrum dari COHb
22
2. Analisa kuantitatif:
Gettler Freimuth
Sebenarnya merupakan penentuan dengan cara semikuantitatif.Prinsip kerja:
Ion Palladium (Pd) akan diendapkan pada kertas saring warna hitam
Spectrophotometry
Merupakan cara terbaik untuk melakukan analisa konsentrasi gas karbon
Chromatography
Cara mengukur kadar COHb udara ekspirasi. Walaupun kurang akurat, akan
sangat menolong di lapangan. Sering digunakan untuk mengukur kadar COHb pada
petugas pemadam kebarakan setelah memadamkan api. Pengukuran dilakukan
dengan cara kromatografi, udara ditampung dalam kantong dan kadar CO ditentukan
dengan detector, perubahan ionisasi sesudah hidralasi katalik dengan Tometahne.
Teknik yang lebih canggih termasuk radioimmunassay (RIA), thin-layer
chromatography (TLC),serapan ultraviolet (UV), penyerapan inframerah
(IR),performance liquid chromatography (HPLC), dan kromatografi gas (GC). 7
d. Pemeriksaan Histopatologi
Pemeriksaan PA menunjukkan adanya area nekrotik dan perdarahan mikrokospis di
seluruh tubuh juga terjadi edema dan kongesti hebat pada otak, hati, ginjal dan limpa.
Penatalaksanaan
Perawatan sebelum tiba di rumah sakit
Memindahkan pasien dari paparan gas CO dan memberikan terapi oksigen dengan
masker nonrebreathing adalah hal yang penting. Intubasi diperlukan pada pasien dengan
penurunan kesadaran dan untuk proteksi jalan nafas. Kecurigaan terhadap peningkatan kadar
HbCO diperlukan pada semua pasien korban kebakaran dan inhalasi asa. Pemeriksaan dini
23
darah dapat memberikan korelasi yang lebih akurat antara kadar HbCO dan status klinis pasien.
Walaupun begitu jangan tunda pemberian oksigen untuk melakukan pemeriksaanpemeriksaan
tersebut. Jika mungkin perkirakan berapa lama pasien mengalami paparan gas CO. Keracunan
CO tidak hanya menjadi penyebab tersering kematian pasien sebelum sampai di rumah sakit,
tetapi juga menjadi penyebab utama dari kecacatan.
Perawatan di unit gawat darurat
Pemberian oksigen 100 % dilanjutkan sampai pasien tidak menunjukkan gejala dan
tanda keracunan dan kadar HbCO turun dibawah 10%. Pada pasien yang mengalami gangguan
jantung dan paru sebaiknya kadar HbCO dibawah 2%. Lamanya durasi pemberian oksigen
berdasarkan waktu-paruh HbCO dengan pemberian oksigen 100% yaitu 30 - 90 menit.
Pertimbangkan untuk segera merujuk pasien ke unit terapi oksigen hiperbarik, jika kadar HbCO
diatas 40 % atau adanya gangguan kardiovaskuler dan neurologis. Apabila pasien tidak
membaik dalam waktu 4 jam setelah pemberian oksigen dengan tekanan normobarik, sebaiknya
dikirim ke unit hiperbarik. Edema serebri memerlukan monitoring tekanan intra cranial dan
tekanan darah yang ketat. Elevasi kepala, pemberian manitol dan pemberian hiperventilasi
sampai kadar PCO2 mencapai 28 - 30 mmHg dapat dilakukan bila tidak tersedia alat dan tenaga
untuk memonitor TIK. Pada umumnya asidosis akan membaik dengan pemberian terapi
oksigen.
Terapi oksigen hiperbarik
Terapi oksigen hiperbarik (HBO) masih menjadi kontroversi dalam penatalaksanaan
keracunan gas CO. Meningkatnya eliminasi HbCO jelas terjadi, pada beberapa penelitian
terbukti dapat mengurangi dan menunda defek neurologis, edema serebri, perubahan patologis
sistem saraf pusat. Secara teori HBO bermanfaat untuk terapi keracunan CO karena oksigen
bertekanan tinggi dapat mengurangi dengan cepat kadar HbCO dalam darah, meningkatkan
transportasi oksigen intraseluler, mengurangi aktifitas-daya adhesi neutrofil dan dapat
mengurangi peroksidase lipid.(7,9) Saat ini, indikasi absolut terapi oksigen hiperbarik untuk
kasus keracunan gas CO masih dalam kontroversi. Alasan utama memakai terapi HBO adalah
untuk mencegah defisit neurologis yang tertunda. Suatu penelitian yang dilakukan perkumpulan
HBO di Amerika menunjukkan kriteria untuk HBO adalah pasien koma, riwayat kehilangan
kesadaran , gambaran iskemia pada EKG, defisit neurologis fokal, test neuropsikiatri yang
24
abnormal, kadar HbCO diatas 40%, kehamilan dengan kadar HbCO >25%, dan gejala yang
menetap setelah pemberian oksigen normobarik.
Keracunan Sianida
Pemastian diagnosis keracunan CN dilakukan dengan pemeriksaan toksikologis terhadap
isi lambung dan darah. Antara uji yang dapat dilakukan adalah:
1. Uji kertas saring
Kertas saring dicelupkan ke dalam larutan asam pikrat jenuh, dan dibiarkan hingga
lembab. Teteskan satu tetes isi lambung atau darah korban, diamkan sampai agak
mengering. Teteskan Na2CO3 10% 1 tetes. Uji positif bila terbentuk warna ungu.
Kertas saring dicelup ke dalam larutan KCl, dikeringkan dan dipotong-potong kecil.
Kertas dicelupkan ke dalam darah korban dan bila positif warna akan berubah menjadi
merah terang karena terbentuk sianmethemoglobin.8
Pada keracunan sianida dengan uji kertas saring pada kedua jenazah didapatkan hasil
positip. Kertas saring menjadi berwarna ungu pada tes dengan Na2CO3 10% manakala kertas
saring menjadi merah terang pada tes dengan KCl.
2. Reaksi Schonbein-Pagenstecher ( Reaksi Guajacol).
Masukkan 50 mg isi lambung atau jaringan ke dalam botol Erlenmeyer. Kertas saring
dengan panjang 3-4 cm dan lebar 1-2 cm dicelupkan ke dalam larutan guajacol 10%
dalam alcohol dan keringkan. Lalu celupkan kedalam larutan 0.1 CuSo4 dalam air dan
kertas saring digantungkan di atas jaringan dalam botol. Bila isi lambung alkalis,
tambahkan asam tatrat untuk mengasamkan agar KCN mudah terurai. Botol dihangatkan.
Bila reaksi positif akan terbentuk warna biru-hijau pada kertas saring. Reaksi ini tidak
spesifik. Hasil positif semu didapatkan bila isi lambung mengandung klorin, nitrogen
oksida atau ozon.8
Pada tes terhadap kedua jenazah dengan Reaksi Schonbein-Pagenstecher ( Reaksi
Guajacol), terbentuk warna biru-hijau pada kertas saring. Ini menunjukkan hasil positip dan
kemungkinan ada keracunan sianida.
3. Reaksi Prussian Blue ( Biru Berlin)
25
Isi lambung atau jaringan didestilasi dengan destilator. 5 ml destilat + 1 ml NaOH 50% +
3 tetes FeSO4 10% rp +3 tetes FeCl3 5%, panaskan sampai hamper mendidih lalu
dinginkan dan tambahkan HCl pekat tetes demi tetes sampai terbentuk endapan Fe(OH)3,
teruskan sampai endapan larut kembali dan terbentuk biru berlin.4
Tes Reaksi Prussian Blue ( Biru Berlin) pada kedua jenazah menunjukkan hasil positip.
4. Gettler Goldbaum
Dengan menggunakan 2 buah flange dan di kedua piringan dijepitkan kertas saring
Whatman No 50 yang digunting sebesar flange. Kertas saring dicelupkan ke dalam
larutan FeSO4 10% rp selama 5 menit. Keringkan lalu dicelupkan dalam larutan NaOH
20% selama beberapa detik. Letakkan dan jepitkan kertas saring di antara kedua flange.
Hasil positif bila terjadi perubahan warna pada kertas saring menjadi biru.8
Tes Gettler Goldbaum pada kedua jenazah memberikan hasil positip karena adanya
perubahan warna kertas saring menjadi warna biru.
Interpretasi Temuan
lendir, sedikit lebih ringan dari udara sehingga mudah menyebar. Pada korban yang sudah
meninggal tidak lama setelah keracunan gas CO, dapat ditemukan lebam mayat berwarna merah
muda terang (cherry pink colour), yang akan tampak jelas apabila kadar COHb mencapai 30%.
Jaringan otot, visera dan darah berwarna merah terang, selain itu tidak ditemukan tanda khas
lainnya.Kadang ditemukan tanda asfiksia dan hiperemia visera.Pemeriksaan toksikologi darah
dapat ditemukan adanya COHb.2
Kelainan pada visera yang dapat diamati yaitu:
1. Otak
Pada substansia alba dan korteks kedua hemisfer otak, globus palidus dapat ditemukan
petekiae. Pemeriksaan mikroskopik pada otak memberi gambaran pembuluh-pembuluh halus
yang mengandung trombi hialin, nekrosis halus dengan ditengahnya terdapat pembuluh darah
yang mengandung trombi hialin dengan perdarahan disekitarnya (ring hemorrhage), nekrosis
halus yang dikelilingi oleh pembuluh-pembuluh darah yang mengandung trombi, ball
26
hemorrhage yang terjadi karena dinding arteriol menjadi nekrotik akibat hipoksia dan
memecah.
2. Miokardium
Perdarahan dan nekrosis yang paling sering di muskulus papilaris ventrikel kiri, serta bercakbercak perdarahan atau bergaris-garis seperti kipas berjalan dari tempat insersio tendinosa ke
dalam otot pada bagian ujung muskulus papilaris.Kadang ditemukan perdarahan pada otot
ventrikel terutama di subperikardial dan di subendokardial.
3. Kulit
Eritema dan vesikel/bula pada kulit dada, perut, muka, atau anggota gerak badan, baik di
tempat yang tertekan maupun yang tidak tertekan.
4. Paru
Pneumonia hipostatik paru mudah terjadi karena gangguan peredaran darah, dapat terjadi
trombosis arteri pulmonalis.
5. Ginjal
Nekrosis tubuli ginjal yang tampak seperti payah ginjal.1
Keracunan Sianida (CN)
Sianida merupakan racun yang sangat toksik karena garam sianida dalam takaran kecil
sudah cukup untuk menimbulkan kematian pada seseorang dengan cepat.Kematian akibat
keracunan CN umumnya terjadi pada kasus bunuh diri dan pembunuhan.
Pada korban yang sudah meninggal, pemeriksaan luar jenazah dapat tercium bau amandel
yang patognomnik untuk keracunan CN, sianosis pada wajah dan bibir, busa keluar dari mulut,
dan lebam mayat berwarna merah terang.Kadang ditemukan lebam mayat dengan warna birukemerahan, livid karena tergantung dari keadaan dan derajat keracunan.
Pada pemeriksaan bedah jenazah, dapat tercium bau amandel yang khas ketika membuka
rongga dada, perut dan otak serta lambung apabila racun melalui mulut.Darah, otot, dan
penampang organ tubuh dapat berwarna merah terang.
Pemeriksaan laboratorium dengan uji kertas saring dikatakan positif bila warna berubah
menjadi merah terang ketika kertas dicelupkan ke dalam darah korban. Reaksi SchonbeinPagenstecher (reaksi Guajacol) tidak spesifik dan bila hasil positif akan terbentuk warna biruhijau pada kertas saring. Reaksi Prussian Blue (Biru Berlin) dikatakan positif bila terbentuk biru
berlin. Cara Gettler Goldbaum dikatakan positif apabila terjadi perubahan warna pada kertas
saring menjadi biru.2
27
Kadar tertinggi Pb terdapat dalam tulang, ginjal, hati dan otak. Pada darah apabila
ditemukan kadar> 100g/100ml berarti telah terjadi keracunan.2
Keracunan Alkohol
Kelainan yang ditemukan pada korban meninggal tidak khas, mungkin ditemukan tanda
asfiksia.Seluruh organ menunjukkan tanda perbendungan, darah lebih encer, berwarna merah
gelap.Mukosa lambung menunjukkan tanda-tanda perbendungan, kemerahan dan tanda
inflamasi.
Kasus keracunan alkohol kronik yang meninggal, jantung dapat memperlihatkan fibrosis
interstisial, hipertrofi serabut otot jantung, otot jantung menghilang, hialinisasi, edema dan
vakuolinisasi serabut otot jantung.
Untuk korban meninggal, diagnosis pasti melalui pemeriksaan kadar alkohol dalam otak,
hati atau organ lain atau cairan tubuh seperti cairan serebrospinalis.2
Keracunan Metil Alkohol
Tanda-tanda yang ditemukan pada jenazah tidak khas.Pada pemeriksaan luar mungkin
hanya tercium bau khas dan tanda-tanda asfiksia.Pada pembedahan jenazah dapat ditemukan
perbendungaan alat-alat dalam, perdarahan pada permukaan paru dan mukosa alat dalam dan
bintik-bintik perdarahan pada selaput otak (meningen).Pada pemeriksaan histopatologik dapat
dijumpai degenerasi bengkak keruh pada hati dan ginjal serta edema otak. Dalam urin dapat
ditemukan metil alkohol dan asam formiat sampai 12 hari setelah keracunan.2
Keracunan Insektisida Golongan Hidrokarbon Terklorinisasi
Pada keracunan kronik, dilakukan biopsi lemak tubuh yang diambil pada perut setinggi
garis pinggang minimal 50 gram dan dimasukkan ke dalam botol bermulut lebar dengan penutup
dari gelas dan ditimbang dengan ketelitian sampai 0.1 mg.2
Keracunan Insektisida Golongan Inhibitor Kolinesterase
Pada korban yang meninggal tidak ditemukan tanda-tanda khas.pada kasus keracunan
akut hanya ditemukan tanda-tanda asfiksia, edema paru dan perbendungan organ-organ tubuh.
Mungkin tercium bau zat pelarut misalnya bau minyak tanah.2
29
Keracunan Narkotika
Pada pemeriksaan jenazah, ditemukan bekas-bekas suntikan yang terdapat pada lipat
siku, lengan atas, punggung tangan dan tungkai. Bila bekas suntikan tidak ditemukan, maka
mungkin korban menggunakan cara lain misalkan sniffing (menghirup), ack-ack (menghisap
rokok yang dicampur heroin), chasing the dragon (menghisap uap yang dihasilkan dari
pemanasan heroin).
Pembesaran kelenjar getah bening setempat terutama daerah ketiak disertai dengan
adanya bekas suntikan, menandakan bahwa korban pecandu kronis.Lepuh kulit (skin-blister)
biasanya terdapat pada kulit di daerah telapak tangan dan kaki, dan biasanya terdapat pada
kematian karena penyuntikan morfin/heroin dalam jumlah besar.
Pada jangka waktu 3-12 jam akan dijumpai narcotic lungs. Kelainan ini khas, bermakna
dan dapat dipakai untuk menegakkan diagnosis.Makroskopik paru sangat mengembang, lebih
berat, trakea berisi busa halus sampai ke cabang-cabangnya, penampang dan permukaan paru
memperlihatkan berbagai gambaran dengan gambaran lobuler yang paling
menonjol.Mikroskopik terlihat edema, kongesti, dan sebukan makrofag yang tetap menonjol,
perdarahan alveolar, intrabronkial dan subpleural serta sebukan sel polimorfonuklear (PMN).
Dalam bronkiolus tampak benda-benda asing, deskuamasi sel-sel epitel serta mukus.2
30
Penutup
Kesimpulan
Pada kasus ini masih sangat diperlukan data tambahan mengenai hasil pemeriksaan
jenazah untuk dapat menentukan penyebab kematian pasangan suami istri tersebut. Pemeriksaan
yang dilakukan misalnya pemeriksaan toksikologi karena diduga kematian disebabkan oleh
keracunan, selain itu perlu juga dilakukan pemeriksaan organ dalam untuk memastikan penyebab
kematian.
Daftar Pustaka
1
1994; h. 1-25.
Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Indonesia.
Pedoman teknik pemeriksaan dan interpretasi luka dengan orientasi medikolegal atas
Singapore, 2004.
Sentra Informasi Keracunan Badan POM, Pedoman Penatalaksanaan Keracunan Untuk
Rumah Sakit, Karbon Monoksida, Jakarta, 2001.
31
32