Anda di halaman 1dari 6

Klasifikasi Kaki Diabetes

Suatu klasifikasi yang dianjurkan oleh International Working Group on Diabetic Foot.
Adanya klasifikasi kaki diabetes yang dapat diterima semua pihak akan mempermudah
parapeneliti dalam membandingkan hasil penelitian dari berbagai tempat di muka bumi. Dengan
klasifikasi PEDIS akan dapat ditentukan kelainan apa yang lebih dominan, vascular, infeksi atau
neuropatik, sehingga arah pengelolaan pun dapat tertuju dengan lebih baik. Misalnya suatu ulkus
gangrene dengan critical limb ischemia tentu lebih memerlukan tindakan untuk mengevaluasi
dan memperbaiki keadaan vaskularnya dahulu. Sebaliknya kalua factor infeksi menonjol, tentu
pemberian antibiotic harus adekuat. Demikian juga kalua faktor mekanik yang dominan, tentu
koreksi untuk mengurangi tekanan plantar harus diutamakan.
Suatu klasifikasi lain yang juga sangat praktis dan juga sangat erat dengan pengelolaan
adalah klasifikasi yang berdasar pada perjalanan alamiah kaki diabetes

Stage 1
Stage 2
Stage 3
Stage 4
Stage 5
Stage 6

: Normal foot
: High risk foot
: Ulcerated foot
: Infected foot
: Necrotic foot
: Unsalvable foot

Untuk stage 1 dan 2, peran pencegahan primer sangat penting dan semuanya dapat
dikerjakan pada pelayanan kesehatan primer, baik oleh podiatrist maupun oleh dokter
umum/dokter keluarga.
Untuk stage 3 dan 4 kebanyakan sudah memerlukan perawatan di tingkat pelayanan
kesehatan yang lebih memadai umumnya sudah memerlukan pelayanan spesialistik.
Untuk stage 5, terlebih stage 6, jelas merupakan kasus rawat inap, dan jelas sekali
memerlukan suatu kerjasama tim yang sangat erat dimana harus ada dokter bedah, utamanya
dokter ahli bedah vascular/ahli bedah plastic dan rekonstruksi.
Untuk optimalisasi pengelolaan kaki diabetes, pada setiap tahap harus diingat berbagai
factor yang harus dikendalikan, yaitu:

Mechanical control-pressure control


Metabolic control
Educational control
Wound control
Microbiological control-infection control

Pada tahap yang berbeda diperlukan optimalisasi hal yang berbeda pula. Misalnya pada
stadium 1 dan 2 tentu saja faktor wound control dan infection control belum diperlukan,
sedangkan untuk stadium 3 dan selantutnya tentu semua faktor tersebut harus disertai
keharusan adanya kerjasama multidisipliner yang baik. Sebaliknya untuk stadium 1 dan 2,
peran usaha pencegahan untuk tidak terjadi ulkus sangat mencolok. Peran rehabilitasi medis
dalam usaha mencegah terjadinya ulkus dengan usaha mendistribusikan tekanan plantar kaki
memakai alas kaki khusus, serta berbagai usaha untuk non-weight bearing lain merupakan
contoh usaha yang sangat bermanfaat untuk mengurangi kecacatan akibat deformitas yang
terjadi pada kaki diabetes.
PENGELOLAAN KAKI DIABETES
Pengelolaan kaki diabetes dapat dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu pencegahan
terjadinya kaki diabetes dan terjadinya ulkus (pencegahan primer sebelum terjadi perlukaan
pada kulit) dan pencegahan agar tidak terjadi kecacatan yang lebih parah (pencegahan
sekunder dan pengelolaan ulkus/gangrene diabetic yang sudah terjadi).
Pencegahan Primer
Kiat-kiat Pencegahan Terjadinya Kaki Diabetes
Penyuluhan mengenai terjadinya kaki diabetes sangat penting untuk pencegahan kaki
diabetes. Penyuluhan ini harus selalu dilakukan pada setiap pertemuan dengan penyandang
DM, dan harus selalu diingatkan kembali tanpa bosan. Anjuran ini berlaku untuk semua
pihak terkait pengelolaan DM, baik pada ners, ahli gizi, ahli perawatan kaki, maupun dokter
sebagai dirigen pengelolaan. Pengelolaan kaki diabetes terutama ditujukan untuk pencegahan
terjadinya tukak, disesuaikan dengan keadaan resiko kaki. Berbagai usaha pencegahan
dilakukan sesuai dengan tingkat besarnya resiko tersebut. Peran ahli rehabilitasi medis
terutama dari segi ortotik sangat besar pada usaha pencegahan terjadinya. Bila sudah terdapat
deformitas (kategori 2 dan 5), perlu perhatian khusus mengenai sepatu/alas kaki yang
dipakai, untuk meratakan penyebaran tekanan pada kaki.
Pencegahan Sekunder
Pengelolaan Holistik Ulkus/Gangren Diabetik

Dalam pengelolaan kaki diabetes, kerjasama multidisipliner sangat diperlukan. Berbagai


hal yang harus ditangani dengan baik agar diperoleh hasil pengelolaan yang maksimal dapat
digolongkan sebagai berikut, dan semuanya harus dikelola bersama:

Mechanical control-pressure control


Metabolic control
Educational control
Wound control
Microbiological control-infection control
Untuk pengelolaan ulkus / gangren diabetik yang optimal, berbagai hal dibawah ini

merupakan penjabaran lebih rinci dari keenam aspek tersebut pada tingkat pencegahan
sekunder dan tersier, yaitu pengelolaan optimal ulkus/gangrene diabetik.
TERAPI FARMAKOLOGIS
Kalau mengacu pada berbagai penelitian yang sudah dikerjakan pada kelainan akibat
aterosklerosis di tempat lain (jantung, otak), mungkin obat seperti aspirin dan lain sebagainya
yang jelas dikatakan bermanfaat, akan bermanfaat pula untuk pembuluh darah kaki penyandang
DM. Tetapi sampai saat ini belum ada bukti yang cukup kuat untuk menganjurkan pemakaian
obat secara rutin guna memperbaiki patensi pada penyakit pembuluh darah kaki penyandang
DM.
Revaskularisasi
Jika memungkinkan kesembuhan luka rendah atau jikalau ada klaudikasio intermitten
yang hebat, tindakan revaskualarisasi dapat dianjurkan. Sebelum tindakan revaskularisasi
diperlukan pemeriksaan arteriografi untuk mendapatkan gambaran pembuluh darah yang lebih
jelas, sehingga dokter ahli bedah vascular dapat lebih mudah melakukan rencana tindakan dan
mengerjakannya.
Untuk oklusi yang panjang dianjurkan operasi bedah pintas terbuka. Untuk oklusi yang
pendek dapat dipikirkan untuk prosedur endovascular PTCA. Pada keadaan sumbatan akut
dapat pula dilakukan tromboarterektomi.
Dengan berbagai teknik bedah tersebut, vaskularisasi daerah distal dapat diperbaiki,
sehingga hasil pengelolaan ulkus diharapkan lebih baik. Paling tidak faktor vascular sudah lebih

memadai, sehingga kesembuhan luka tinggal bergantung pada berbagai faktor lain yang juga
masih banyak jumlahnya.
Terapi hiperbarik dilaporkan juga bermanfaat untuk memperbaiki vaskularisasi dan
oksigenisasi jaringan luka pada kaki diabetes sebagai terapi ajuvan. Walaupun demikian masih
banyak kendala untuk menerapkan terapi hiperbarik secara rutin pada pengelolaan umum kaki
diabetes.
Wound Control
Perawatan luka sejak pertama kali pasien dating merupakan hal yang harus dikerjakan
dengan baik dan teliti. Evaluasi luka harus dikerjakan secermat mungkin. Klasifikasi ulkus Pedis
dilakukan setelah debridemen yang adekuat. Saat ini terdapat banyak sekali macam dressing
(pembalut) yang masing-masing tentu dapat dimanfaatkan sesuai dengan keadaan luka, dan juga
letak luka tersebut. Dressing yang mengandung komponen zat penyerap seperti carbonated
dressing, alginate dressing akan bermanfaat pada keadaan luka yang masih produktif. Demikian
pula hydrophilic fiber dressing atau silver impregnated dressing akan dapat bermanfaat untuk
luka produktif dan terinfeksi. Tetapi jangan lupa bahwa tindakan debridemen yang adekuat
merupakan syarat mutlak yang harus dikerjakan dahulu sebelum menilai dan mengklasifikasikan
luka. Debridement yang baik dan adekuat tentu akan sangat membantu mengurangi jaringan
nekrotik yang harus dikeluarkan tubuh, dengan demikian tentu akan sangat mengurangi produksi
pus/cairan dari ulkus/gangren.
Berbagai terapi topical dapat dimanfaatkan untuk mengurangi mikroba pada luka, seperti
cairan salin sebagai pembersih luka atau yodine encer, senyawa silver sebaga bagian dari
dressing. Demikian pula berbagai cara debridemen non surgical dapat dimanfaatkan untuk
mempercepat pembersihan jaringan nekrotik luka, seperti preparat enzim.
Jika luka sudah lebih baik dan tidak terinfeksi lagi, dressing seperti hydrocolloid dressing
yang dapat dipertahankan beberapa hari dapat digunakan. Tentu saja untuk kesembuhan luka
kronik seperti pada luka kaki diabetes, suasana sekitar luka yang kondusif untuk penyembuhan
harus dipertahankan. Yakinkan bahwa luka selalu dalam keadaan optimal, dengan demikian
pnyembuhan luka akan terjadi sesuai dengan tahapan yang harus selalu dilewati dalam rangka
proses penyembuhan.

Selama proses inflamasi masih ada, proses penyembuhan luka tidak akan beranjak pada
proses selanjutnya yaitu proses granulasi dan kemudian epitelisasi. Untuk menjaga suasana
kondusif bagi kesembuhan luka dapat pula dipakai kasa yang dibasahi dengan salin. Cara
tersebut saat ini dipakai di banyak sekali tempat perawatan kaki diabetes. Berbagai sarana dan
penemuan baru dapat dimanfaatkan untuk wound control seperti: dermagrafi, apligraft, growth
factor, protease inhibitor dan sebagainya untuk mempercepat kesembuhan luka. Informasi
terbaru mengenai wound control memiliki beberapa teknik baru yang sangat membantu
khususnya pada neurophatic ulcers. Terapi hiperbarik oksigen telah digunakan namun efikasinya
masih minimal.
Microbiological Control
Data mengenai pola kuman perlu diperbaiki secara berkala untuk setiap daerah yang
berbeda, umumnya pada pasien didapatkan infeksi bakteri yang multiple, anaerob, dan aerob.
Antibiotik yang dianjurkan harus selalu disesuaikan dengan hasil biakan kuman dan
resistensinya. Untuk lini pertama pemberian antibiotik harus diberikan antibiotik dengan
spectrum luas, mencakup kuman gram negative dan positif (seperti misalnya golongan
sefalosporin), dikombinasikan dengan obat yang bermanfaat terhadap kuman anaerob (misalnya
metronidazole).
Pressure Control
Jika tetap dipakai untuk berjalan (kaki dipakai untuk menahan berat badan-weight
bearing), luka yang selalu mendapat tekanan tidak akan sempat menyembuh, apalagi bila luka
tersebut terletak dibagian plantar seperti luka pada kaki Charcot. Peran jajaran rehabilitasi medis
pada usaha pressure control ini juga sangat mencolok.
Berbagai cara untuk mencapai keadaan non wight-bearing dapat dilakukan antara lain:

Removable cast walker


Total contact casting
Felt padding
Temporary shoes
Crutches
Wheelchair
Cradled insoles
Electric carts

Berbagai cara surgical dapat dipakai untuk mengurangi tekanan pada luka seperti: 1)
Dekompresi uklus/gangren dengan insisi abses, 2) Prosedur koreksi bedah seperti operasi untuk
hammer toe, metatarsal head resection, Achilles tendon lengthening, partial calcanectomy.
Education Control
Edukasi sangat penting untuk semua tahap pengelolaan kaki diabetic. Dengan
penyuluhan yang baik, penyandang DM, ulkus/gangren diabetik maupun keluarganya diharapkan
akan dapat membantu dan mendukung berbagai tindakan yang diperlukan untuk kesembuhhan
luka yang optimal.
Rehabilitasi merupakan program sangat penting yang harus dilaksanakan untuk
pengelolaan kaki diabetikum dan kemudian segera setelah perawatan, keterlibatan ahli
rehabilitasi medis berlanjut sampai jauh sesudah amputasi, untuk memberikan bantuan bagi para
amputase mengindari terjadinya ulkus baru. Pemakaian alas kaki / sepatu khusus untuk
mengurangi tekanan plantar akan sangat membantu mencegah terjadinya ulkus baru. Ulkus yang
terjadi berikut memberikan prognosis yang lebih buruk dari yang pertama.
Daftar Pustaka:
Albert, Martine. (2011) The Role of Hyperbaric Oxygen Therapy in Wound Healing.Wound care
Canada Volume 6, Number 1, 2011.

Anda mungkin juga menyukai