Anda di halaman 1dari 5

LEADING ARTICLE

DIAGNOSIS
DAN MANAJEMEN
TUMOR HIPOFISIS
Dr.dr. Renindra Ananda Aman Sp.BS
Divisi Neuro-onkologi, Departemen Bedah Saraf
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo

Tumor hipofisis atau adenoma hipofisis adalah jenis neoplasma delesi serta mutasi gen p53, yang dapat mempengaruhi tingkat
yang relatif sering muncul, yaitu antara 10-20% dari semua kejadian pertumbuhan dan agresivitas tumor.5
tumor intrakranial.1 Pada umumnya, tumor hipofisis bersifat jinak
dan menyebabkan gejala klinis akibat efek massa serta aktivitas Klasifikasi Tumor Hipofisis
sekresi hormonal, yang merupakan indikasi utama untuk tindakan Berdasarkan ukuran massa tumor, adenoma hipofisis dapat
operasi.2 Tumor hipofisis ditemukan secara kebetulan (incidental) dibedakan menjadi mikroadenoma (diameter <1 cm) dan
pada sekitar 10% pasien yang menjalani pemeriksaan pencitraan makroadenoma (diameter >1 cm). Tumor ini juga dapat
otak (radioimaging) untuk indikasi lain.3 Tumor ini juga merupakan diklasifikasikan berdasarkan presentasi klinis, kadar hormon serum
tumor tersering kedua secara histopatologi pada pasien berusia serta karakteristik pewarnaan imunohistokimia. Berdasarkan jenis
20-35 tahun berdasarkan Central Brain Tumor Registry of the tumor, adenoma hipofisis terbagi menjadi adenoma nonfungsional
United States (CBTRUS).4 Sebagian besar dari tumor jinak ini dan adenoma fungsional. Adenoma nonfungsional mencakup
tumbuh perlahan, namun terdapat beberapa faktor yang terlibat 30% dari seluruh kasus adenoma hipofisis. Istilah nonfungsional
dalam tumorigenesis, seperti kelainan G-protein, mutasi gen ras, digunakan karena jenis tumor ini tidak menyebabkan presentasi

JULY 2019 VOL. 32 ISSUE 2 medicinus 3


LEADING ARTICLE

klinis akibat hormon yang berlebihan (hipersekresi), sedangkan sleep apnea dan kardiomiopati)
adenoma fungsional berasal dari sel adenoma anterior hipofisis Adrenocorticotropic hormone (ACTH)
yang mengatur sekresi dan regulasi hormon peptida juga faktor • Penyakit Cushing yang ditandai dengan pertambahan berat
stimulasi.4 badan, obesitas sentripetal, moon face, hirsutisme, striae ungu,
mudah memar, miopati proksimal, gangguan perilaku, diabetes
Presentasi Klinis melitus, serta gangguan jantung sekunder
Gejala klinis pada kasus adenoma hipofisis umumnya timbul
akibat pengaruh massa tumor pada struktur di sekitarnya, Pengaruh Jenis kelamin
invasi tumor, serta gejala yang berkaitan dengan kadar hormon Prolaktinoma simptomatik lebih sering ditemukan pada wanita.
sistemik yang meningkat atau berkurang. Pada pasien dengan Penyakit Cushing juga lebih sering terjadi wanita (rasio wanita
makroadenoma hipofisis, gejala yang berkaitan dengan efek dibandingkan pria 3:1). Insiden akromegali setara untuk pria dan
massa tumor dan tekanan pada struktur di sekitarnya, serta pada wanita.
sebagian kasus invasi tumor dari struktur tersebut cenderung
menjadi presentasi klinis tersering. Kelainan fungsi penglihatan Pengaruh Usia
karena kompresi struktur saraf kranial II (nervus opticus) terjadi Sebagian besar adenoma hipofisis terjadi pada orang dewasa
pada 50-60% pasien makroadenoma hipofisis.4,5 muda, walaupun dapat dijumpai pula pada remaja dan kaum lanjut
usia. Akromegali biasanya didiagnosis pada rentang usia dalam
Sakit kepala termasuk gejala yang sering muncul, dapat bersifat dekade keempat dan kelima.
nonspesifik ataupun bersumber di daerah dahi sesuai dengan
distribusi saraf kranial V (nervus trigeminus). Penekanan pada Pemeriksaan Laboratorium
kelenjar hipofisis normal dapat menyebabkan hipopituitarisme. Prolaktinoma
Invasi tumor ke sinus kavernosus dapat menyebabkan • Terjadi peningkatan kadar prolaktin serum. Level prolaktin
gejala visual lain akibat cedera saraf kranial III, IV, VI seperti di atas 200 mg/l pada pasien dengan makroadenoma
ophthalmoplegia, diplopia, ptosis, maupun rasa baal atau nyeri merupakan landasan diagnostik prolaktinoma. Kadar prolaktin
pada wajah. Perluasan tumor ke dalam sinus sfenoid dapat di bawah angka tersebut pada makroadenoma mengarah pada
menyebabkan kebocoran cairan serebrospinal spontan lewat kemungkinan adanya hiperprolaktinemia sekunder akibat
hidung (rhinorrhea).5 kompresi pada tangkai hipofisis (stalk) atau hipotalamus (stalk
dysinhibition effect). Kadar prolaktin yang lebih besar dari
Selain gejala yang bersumber dari efek massa tumor atau invasi 2000 mg/l kemungkinan besar berasal dari prolaktinoma yang
tumor ke struktur di sekitarnya, disfungsi endokrin dapat terjadi invasi.6
akibat kelebihan produksi hormon dari tumor hipofisis (adenoma Abnormalitas Hormon Pertumbuhan
fungsional atau sekretoris), atau dari kompresi tangkai (stalk) • Kadar hormon pertumbuhan (growth hormone/GH) meningkat
pada kelenjar hipofisis normal. Manifestasi endokrinologis pada akromegali, namun dapat berfluktuasi secara signifikan.
bergantung pada kelebihan atau kekurangan produksi hormon Tes toleransi glukosa oral (TTGO) adalah tes definitif untuk
yang disebabkan oleh adanya tumor. Seringkali pasien dengan mendiagnosis akromegali; hasilnya positif apabila kadar GH
adenoma hipofisis akan datang dengan onset sakit kepala yang tidak bisa turun menjadi <1 μg/l setelah meminum 50-100 g
mendadak, penurunan fungsi penglihatan, serta disfungsi hormon glukosa. Kadar GH yang lebih besar dari 5 μg/l mengarah ke
yang merupakan akibat dari perdarahan mendadak atau infark akromegali.
di dalam tumor. Hal ini yang menyebabkan pembesaran ukuran • Kadar faktor pertumbuhan serum seperti insulin-like growth
tumor secara tiba-tiba dan cepat (pituitary apoplexia).4,5 factor 1 (IGF-1) adalah tes endokrin yang lebih praktis untuk
mendiagnosis akromegali. Kadar IGF-1 mencerminkan
Efek Klinis Produksi Hormon yang Berlebihan4,5 konsentrasi GH selama 24 jam sebelumnya.4,5
Hormon Prolaktin Penyakit Cushing
• Hipogonadisme, jika terjadi hiperprolaktinemia dalam jangka • Terjadi peningkatan kadar kortisol bebas dalam urin 24 jam
waktu lama, terutama pada pria • Tes dexamethasone dosis rendah bertujuan untuk menentukan
• Amenore, galaktorea dan infertilitas pada wanita nilai two-day baseline dari kadar kortisol serum dan urin. Pasien
• Penurunan libido dan impotensi pada pria diberikan empat dosis dexamethasone 0,5 mg dengan interval
• Osteoporosis enam jam. Supresi normal adalah kadar kortisol serum <138
Hormon pertumbuhan (growth hormone) nmol/l atau kadar kortisol urin <55 nmol/l. Jika kadar kortisol
• Gigantisme pada anak dan remaja meningkat secara abnormal, corticotrophin releasing factor
• Pada orang dewasa dapat terjadi akromegali (perubahan ukuran (CRF) dalam dosis 1 mg dapat diberikan untuk membedakan
tangan dan kaki, kulit wajah menjadi kasar, penonjolan dahi, antara penyakit Cushing dan penyebab hiperkortisolisme
prognathism, perubahan suara, diabetes melitus, hipertensi, lain (misalnya sindrom Cushing). Dengan adanya adenoma

4 medicinus JULY 2019 VOL. 32 ISSUE 2


LEADING ARTICLE

hipofisis, sekresi kortisol meningkat melampaui baseline. pemberian terapi medikamentosa dapat menyebabkan tumor
• Tes dexamethasone dosis tinggi bertujuan untuk mengonfirmasi menjadi lebih padat dan lebih fibrotik, dengan demikian secara
diagnosis adenoma hipofisis. Dexamethasone dosis tinggi teknis lebih menantang untuk direseksi pada saat dilakukan
menyebabkan penekanan kelenjar hipofisis walaupun terdapat tindakan bedah mikro. Selain itu, beberapa data menunjukkan
adenoma. Supresi kortisol setelah pemberian dexamethasone bahwa bromocriptine dan octreotide dapat memberikan
dosis tinggi (8 mg) mengonfirmasi diagnosis adenoma radioresistensi relatif pada tumor yang menjalani radiosurgery.8,9,10
hipofisis. Jika kadar kortisol tidak berubah maka penyebab Akibatnya, banyak dokter menyarankan untuk menghentikan
peningkatan kortisol bukan karena adenoma hipofisis. kedua preparat ini 4-6 minggu sebelum tindakan bedah dilakukan.
• Terjadi peningkatan kadar ACTH dalam serum (>5,5 pmol/l Terapi dapat dimulai kembali satu minggu setelah radiosurgery.
pada jam 9 pagi dan >2.2 pmol/l pada tengah malam).
Terkadang pengambilan sampel ACTH dari sinus petrosal Manajemen Bedah
inferior dengan venografi serebral dapat bermanfaat dalam Tujuan dari prosedur operasi adalah (1) pengangkatan tumor
mengonfirmasi diagnosis. Inferior petrosal sinus sampling secara total, (2) dekompresi kiasma optikum dan saraf kranial II
(IPSS) dapat digunakan dalam kasus adenoma hipofisis yang (mata), (3) debulking tumor untuk cytoreduction, (4) menjaga atau
invasi ke sinus kavernosus.5 memperbaiki fungsi endokrin, dan (5) konfirmasi histologis.7
Dalam beberapa dekade terakhir telah dijumpai kemajuan dalam
Pemeriksaan Neuroradiologi bidang diagnostik, instrumen serta teknologi bedah. Kemajuan ini
Magnetic resonance imaging (MRI) adalah modalitas radioimaging membantu dokter spesialis bedah saraf dengan armamentarium
terpilih untuk mendiagnosis dan melihat karakteristik lesi hipofisis yang besar untuk mencapai tujuan bedah sekaligus juga
saat ini. Protokol standar untuk MRI hipofisis dan wilayah mengurangi komplikasi akibat tindakan bedah. Contoh dari
parasellar terdiri dari potongan sagital T1- dan T2-weighted kemajuan teknologi tersebut antara lain CT atau MRI intraoperatif,
dengan atau tanpa kontras intravena. Enhancement kontras neuronavigasi, USG Doppler untuk identifikasi arteri karotis
dapat membedakan adenoma dari kelenjar hipofisis yang tergeser interna, penggunaan pewarnaan indocyanine green intraoperatif
serta dapat mendeteksi invasi sinus kavernosus dan menunjukkan untuk membedakan margin tumor dan instrumentasi endoskopi
penyempitan arteri karotis interna (internal carotid artery/ endonasal (endoskopi 2D dan 3D).7
ICA) pars cavernosus, dan sangat membantu dalam diagnosis
diferensial lesi sellar dan parasellar. Potongan koronal tipis pada Terdapat dua pendekatan operasi, yaitu operasi endonasal
T2-weighted memberikan visualisasi yang baik dari kompresi transsphenoidal dan operasi transkranial (kraniotomi). Operasi
pada kiasma optikum.7 endonasal transsphenoidal lebih banyak dipilih untuk terapi bedah
pada adenoma hipofisis.11,12 Kelebihan dari operasi endonasal
Tatalaksana Farmakologis dibanding operasi kraniotomi termasuk pendekatan yang invasif
Sebagian besar prolaktinoma memberikan respons yang baik minimal, secara anatomi lebih langsung mencapai sasaran, tidak
terhadap agonis reseptor dopamin seperti bromocriptine. ada kraniotomi atau luka operasi pada wajah, sedikit trauma
Pengobatan medikamentosa dapat memperbaiki fungsi pada otak dan struktur neurovaskular, devaskularisasi suplai
penglihatan, mengurangi gejala yang berhubungan dengan darah ke tumor dapat terjadi lebih cepat, serta struktur anatomi
hiperprolaktinemia (galaktorea, amenorea) dan menyebabkan yang relevan dapat tervisualisasi dengan baik. Selain itu secara
penyusutan tumor. Obat analog somatostatin seperti octreotide kosmetik pasien merasa lebih baik dan waktu pemulihan menjadi
dan antagonis reseptor hormon pertumbuhan, pegvisomant, dapat lebih singkat.7 Untuk lesi yang besar dengan ekstensi ke lateral
membantu dalam menurunkan kadar GH pascaoperasi dalam suprasellar, tindakan kraniotomi mungkin diperlukan untuk
kasus akromegali. Agonis dopamin juga telah digunakan untuk mendekompresi struktur saraf penglihatan serta reseksi lesi
terapi pada akromegali. Terapi penggantian hormon untuk kadar suprasellar yang berada lateral dari garis tengah.
hormon yang menurun atau bahkan tidak ada dapat dilakukan
sesuai kebutuhan. Hasil tindakan bedah dinilai secara radiologis dan melalui evaluasi
fungsi penglihatan. Untuk kasus mikroadenoma (diameter <10 mm)
Pada pasien dengan penyakit Cushing, preparat ketoconazole yang banyak ditemukan karena endokrinopati akibat gangguan
dapat diberikan untuk mengurangi produksi kortisol. Pengobatan sekresi hormon, maka tujuan pengobatan adalah memperbaiki
medikamentosa sangat berguna sebagai lini pertama terapi untuk disfungsi endokrin. Hal ini umumnya membutuhkan pengangkatan
adenoma hipofisis fungsional atau sebagai pengobatan tambahan tumor secara radikal. Hasil tindakan bedah dianggap memadai
dalam pendekatan multimodalitas. untuk adenoma fungsional apabila endokrinopati telah mengalami
perbaikan dan fungsi hipofisis yang normal dapat dipertahankan.
Perhatian khusus harus diberikan saat menggunakan terapi
ini untuk periode perioperatif, baik untuk tindakan bedah mikro Operasi endonasal transsfenoidal merupakan terapi dengan
maupun radiosurgery. Pengalaman klinis menunjukkan bahwa hasil yang sangat baik dengan tingkat keberhasilan yang tinggi

JULY 2019 VOL. 32 ISSUE 2 medicinus 5


LEADING ARTICLE

dalam mendekompresi saraf penglihatan. Komplikasi yang timbul ini dikonfirmasi melalui neuroimaging secara berkala dalam
akibat tindakan bedah relatif jarang, yang dapat berupa tersisa jangka panjang. Tujuan yang diinginkan adalah stabilisasi ukuran
tumor pascareseksi adenoma yang besar, diabetes insipidus (DI) tumor secara permanen. Akan tetapi sebagian besar tumor akan
yang bersifat sementara atau permanen, kebocoran cairan otak menunjukkan berbagai tingkat penyusutan ukuran tumor seiring
(rhinorrhea), defisiensi hormon serta gangguan penglihatan yang berjalannya waktu. Dengan demikian tujuan radiosurgery pada
menetap. adenoma hipofisis adalah untuk mengontrol pertumbuhan tumor
secara permanen, mempertahankan fungsi hipofisis, menormalkan
Komplikasi endokrin paling utama setelah operasi endonasal sekresi hormon pada kasus adenoma fungsional dan menjaga
transsphenoidal adalah hipopituitarisme. Semua pasien fungsi neurologis, terutama fungsi penglihatan. Walaupun begitu,
harus dinilai untuk kebutuhan terapi penggantian hormon terdapat risiko yang minimal untuk timbulnya late radiation-
selektif pascareseksi adenoma. Kegagalan untuk mencapai induced tumorigenesis serta cedera serebrovaskular pada arteri
remisi permanen terjadi pada setidaknya 5-15% dari seluruh karotis interna pada pasien yang menjalani radiosurgery. Gamma
kasus, bahkan di tangan ahli bedah berpengalaman.13 Tingkat Knife radiosurgery dapat memberikan dosis radiasi yang aman dan
keberhasilan menurun dan komplikasi secara signifikan meningkat efektif dengan mengambil jarak 1-5 mm antara tumor dan kiasma
bila dilakukan operasi yang kedua. optikum. Untuk kontrol tumor yang aman, pada umumnya dosis
marginal (dosis tepi tumor) diberikan sebesar 12 Gy. Pengalaman
Terapi Radiasi Fraksinasi dari berbagai pusat Gamma Knife dunia menyebutkan bahwa
Terapi radiasi fraksinasi dapat digunakan untuk pengobatan radiosurgery pada adenoma hipofisis memberikan hasil kontrol
adenoma hipofisis yang tidak dapat direseksi. Kontrol dari tumor tumor sebesar 90-100%.9,14,15,16,17,18
telah dilaporkan bervariasi antara 76-97%. Terapi radiasi fraksinasi
dianggap kurang berhasil dalam mengurangi hipersekresi hormon Kesimpulan
oleh adenoma nonfungsional yang aktif pada 38-70% kasus. Pasien dengan adenoma hipofisis paling baik ditangani melalui
Mungkin membutuhkan waktu bertahun-tahun sebelum efek pendekatan tim multidisiplin. Pendekatan multimodalitas sering
terapi sepenuhnya dapat terlihat.5 diperlukan termasuk tatalaksana farmakologis, tindakan bedah
mikro, stereotactic radiosurgery dan radioterapi fraksinasi. Reseksi
Komplikasi jangka panjang yang dapat timbul dari terapi radiasi tumor melalui operasi endonasal transsphenoidal tetap menjadi
fraksinasi (2-10 tahun) antara lain risiko hipopituitarisme pilihan utama untuk makroadenoma yang menekan kiasma optik
yang relatif tinggi (12-100%), neuropati optikum (1-2%) serta dan untuk upaya pengurangan kadar hormon berlebihan secara
berkembangnya tumor sekunder. Beberapa peneliti telah cepat.
melaporkan kemungkinan terjadinya penyakit serebrovaskular
pada pasien tumor hipofisis yang menjalani radioterapi. Pemberian Sekitar 30% pasien membutuhkan pengobatan tambahan setelah
external beam fractionated radiotherapy (EBRT) pada jaringan otak tindakan bedah mikro. Untuk residu tumor atau tumor rekuren,
yang normal di sekitar tumor pada pasien tumor jinak, berpotensi terapi radiasi fraksinasi merupakan terapi yang telah dilakukan
menimbulkan efek kognitif jangka panjang.5 sejak lama.19 Selain itu, untuk kasus dengan sisa tumor yang cukup
banyak atau tumor rekuren, tindakan radiosurgery sesi tunggal
Hadirnya teknik radioterapi terbaru seperti intensity modulated memberikan kontrol tumor dan kontrol endokrin yang lebih unggul
radiotherapy (IMRT) dapat lebih meminimalisasi daerah otak dalam waktu jangka panjang dibanding dengan tindakan bedah
normal yang terpapar radiasi dibandingkan dengan teknik mikro berulang. Stereotactic radiosurgery lebih unggul dalam
konvensional atau teknik konformal 3D standar. Namun lobus membatasi paparan radiasi di sekitar jaringan otak normal.
temporal bagian medial di ipsilateral maupun kontralateral, yang
terlibat erat dalam proses memori dan pembelajaran, masih sering Saat ini peran radiosurgery pada adenoma hipofisis adalah
tetap terpapar ketika distribusi radiasi beralih dari saraf optik dan sebagai terapi tambahan pascatindakan bedah mikro. Meskipun
kiasma optikum.5 demikian, radiosurgery dapat menjadi pilihan pada kasus yang
memiliki risiko medis lebih tinggi untuk dilakukannya anestesi
Stereotactic Radiosurgery umum atau bedah mikro, untuk pasien dengan keterlibatan tumor
Tujuan radiosurgery tidak jauh berbeda dengan reseksi tumor pada di sinus kavernosus, serta untuk pasien yang secara sadar tidak
tindakan bedah; yaitu menormalkan sindrom hipersekresi hormon memilih untuk menjalani prosedur bedah mikro.
tanpa terjadinya hipopituitarisme yang baru. Namun berbeda
dengan tindakan bedah, yang pada pemeriksaan neuroimaging
pascabedah diharapkan tumor menghilang atau tersisa sedikit,
tujuan dari stereotactic radiosurgery adalah melakukan kontrol
tumor secara permanen. Hal ini berarti tumor yang telah tumbuh
membesar, dihambat pertumbuhannya lebih lanjut dan kontrol

6 medicinus JULY 2019 VOL. 32 ISSUE 2


LEADING ARTICLE

DAFTAR PUSTAKA
1. Sheehan JP, Starke RM, Mathieu D et al. Gamma Knife radiosurgery for the management of nonfunctioning pituitary

adenomas: a multicenter study, J Neurosurg 119:446–456, 2013

2. Lauren A. Lawrence, MD1, Andrew B. Baker, BS1, Shaun A. Nguyen, MD, MA1. Predictors of 30-day morbidity and mortality

in transnasal microscopic pituitary tumor excision, Int Forum Allergy Rhinol. 6:206–213, 2016

3. Chong BW, Kucharczyk W, Singer W, George S: Pituitary gland MR: a comparative study of healthy volunteers and patients

with microadenomas. Ajnr: American Journal of Neuroradiology 15:675-679, 1994

4. Kalra RR , Taussky P , Niazi T, Couldwell W. Pituitary Tumors: Genetics and Heritable Predisposition in M.A. Hayat (ed.),

Tumors of the Central Nervous System, Volume 10, 71© Springer Science+Business Media Dordrecht, 71-82, 2013

5. “Pituitary Tumors: Overview”, IRSA® (International RadioSurgery Association), 2004

6. Landolt AM: Cerebrospinal fluid rhinorrhea: a complication of therapy for invasive prolactinomas. Neurosurgery 11:395-

401, 1982

7. Khan OH, Zadeh G. Pituitary Tumors in Berstein M, Berger M (eds) Neurooncology: The Essentials, Thieme, 2015

8. Landolt AM, Haller D, Lomax N et al: Octreotide may act as a radioprotective agent in acromegaly. Journal of Clinical

Endocrinology & Metabolism 85:1287-1289, 2000

9. Landolt AM, Lomax N: Gamma knife radiosurgery for prolactinomas. Journal of Neurosurgery 93 Suppl 3:14-18, 2000

10. Landolt AM, Lomax N, Scheib S: Stereotactic radiosurgery for pituitary adenoma. Rochester, Futura, 2002

11. Ciric I, Rosenblatt S, Kerr W, Jr., Lamarca F, Pierce D, Baumgartner C: Perspective in pituitary adenomas: an end of the

century review of tumorigenesis, diagnosis, and treatment. Clinical Neurosurgery 47:99-111, 2000

12. Fahlbusch R, Thapar K: New developments in pituitary surgical techniques. Best Practice & Research Clinical

Endocrinology & Metabolism 13:471-484, 1999

13. Inder WJ, Espiner EA, MacFarlane MR: Outcome from surgical management of secretory pituitary adenomas in

Christchurch, New Zealand. Internal Medicine Journal 33:168-173, 2003

14. Hayashi M, Izawa M, Hiyama H et al. Gamma Knife radiosurgery for pituitary adenomas. Stereotactic & Functional

Neurosurgery 72 Suppl 1:111-118, 1999

15. Kim SH, Huh R, Chang JW et al: Gamma Knife radiosurgery for functioning pituitary adenomas. Stereotactic & Functional

Neurosurgery 72 Suppl 1:101-110, 1999

16. Kobayashi T, Kida Y, Mori Y: Gamma knife radiosurgery in the treatment of Cushing disease: long-term results. Journal

of Neurosurgery 97:422-428, 2002

17. Landolt AM, Haller D, Lomax N et al: Stereotactic radiosurgery for recurrent surgically treated acromegaly: comparison

with fractionated radiotherapy. Journal of Neurosurgery 88:1002-1008, 1998

18. Morange-Ramos I, Regis J, Dufour H et al: Gamma-knife surgery for secreting pituitary adenomas. Acta Neurochirurgica

140:437-443, 1998

19. McCord MW, Buatti JM, Fennell EM et al: Radiotherapy for pituitary adenoma: long-term outcome and sequelae.

International Journal of Radiation Oncology, Biology, Physics 39:437-444, 1997.

JULY 2019 VOL. 32 ISSUE 2 medicinus 7

Anda mungkin juga menyukai