Anda di halaman 1dari 90

Cara, Waktu dan Dosis

Pemberian Obat

Sadakata Sinulingga
Kusumo Hariyadi
Bagian Farmasi
Cara dan waktu pemberian obat
Tujuan pengajaran
Seusai mempelajari bab ini anda diharapkan
mampu ...
1. menjelaskan berbagai macam cara
pemberian obat yang tepat
2. menjelaskan hubungan antara cara dan
waktu pemberian obat yang tepat, agar
daya kerja maksimal
Pendahuluan
 Obat diberikan dalam bentuk sediaan tertentu
 Formulasi obat yang tepat sangat penting dalam
mencapai efek terapi yang optimal
 Bentuk sediaan berpengaruh thd absorpsi obat
 Obat yang bekerja sistemik baru memberikan
efek terapeutik sesudah diabsorpsi dan
mencapai kadar tertentu dalam kompartemen
tubuh
next
Nasib obat dalam tubuh, mulai masuk sampai
keluar melalui fase-fase :
 Disintegrasi

 Disolusi

 Absorpsi

 Distribusi

 Metabolisme

 Ekskresi
next
 Disintegrasi : sediaan obat hancur menjadi
partikel-partikel kecil, sehingga bahan obat
terbebaskan dari bentuk sediaannya (khusus
bentuk sediaan padat, suspensi dan emulsi)
 Disolusi : melarutnya obat dalam cairan
tubuh. Obat per oral larut dalam cairan GIT,
obat per rektal larut dalam cairan rektum.
Fase ini untuk : suspensi, pulveres, tablet,
kapsul, supositoria,tablet implantasi dan
suspensi untuk injeksi i.m.
next
 Bahan-bahan tambahan untuk pembuatan
sediaan obat berpengaruh thd :
- kecepatan disintegrasi
- kecepatan disolusi
- absorpsi obat melalui membran/mukosa
saluran cerna masuk ke peredaran sistemik
next
Cara /rute pemberian obat dan bentuk sediaan
obat berpengaruh terhadap :
 Cepat atau lambatnya obat mulai kerja (onset of
action)
 Lamanya obat bekerja (duration of action)

 Intensitas kerja obat

 Respon farmakologik yang dicapai

 Bioavailabilitas obat

 Dosis yang tepat untk memberikan respon tertentu


Bentuk sediaan obat

Cara dan waktu pemberian obat

Cara pemberian Waktu pemberian

Saat penggunaan
Jalur masuknya (pagi,siang,malam)
obat dalam tubuh Frekuensi pemberian

Lokal/sistemik Efek terapi optimal


Cara pemberian obat
Cara pemberian obat harus dengan
mempertimbangkan :
- tujuan terapi,
- sifat-sifat obat dan
- kondisi penderita
 Efek apa yang dikehendaki : sistemik atau
lokal
 Mulai kerja obat (onset of action) dan lama
kerja obat (duration of action) bagaimana
yang diinginkan.
next

 Keamanan relatif dari rute pemberian


yang bermacam-macam.
 Rute yang mana yang paling
menyenangkan bagi penderita.
 Kondisi penderita, apakah dapat
menelan atau tidak, bentuk sediaan
obat yang cocok.
Cara pemberian obat
 Cara pemberian obat melalui oral
 Cara pemberian obat bentuk sediaan
parenteral
 Cara pemberian obat bentuk sediaan
inhalasi
 Cara pemberian obat melalui membran
mukosa
 Cara pemberian obat melalui kulit
Cara pemberian obat melalui oral
Cara ini paling banyak diberikan, karena mudah
cara pemberiannya dan tidak merusak jaringan.

Keuntungan :
 Paling aman
 Murah
 Jika terjadi kesalahan dapat cepat teratasi,
misalnya dengan cara mengeluarkan isi perut
 Menghindarkan bahaya pemberian parenteral
Cara pemberian obat melalui oral
next

Kerugian :
 Kecepatan absorpsi bervariasi,

bergantung pada bioavailabilitas obat


 Fraksi obat diserap <100%

 First pass effects

 Onset lambat

 Durasi lebih lama


Cara pemberian obat melalui oral
next

Bentuk sediaan obat melalui oral

A. Bentuk Sediaan Cair

B. Bentuk Sediaan Padat


Cara pemberian obat melalui oral
bentuk sediaan cair
Bentuk sediaan cair

 Solutio :
- Obat berupa larutan dalam air,
- Obat terdispersi dalam air secara
molekuler, absorpsi baik,cepat melalui
dinding saluran cerna masuk ke
peredaran sistemik
- Onset of action relatif cepat.
next
 Emulsi :
- Kecepatan absorpsi bentuk emulsi
kurang dari solutio,kepindahan dari fase
minyak ke fase air adalah faktor
penghambat
- Onset of action lebih lama daripada
solutio
next
 Suspensi :
- Kecepatan absorpsi lebih lambat daripada
bentuk solutio, karena adanya partikel obat
dalam campuran air
- Total obat yang diabsorpsi sama dengan
solutio
- Onset of action lebih lama daripada solutio
Cara pemberian obat melalui oral
bentuk sediaan padat
Bentuk padat.
 Pulvis dan pulveres, kecepatan absorpsi
dipengaruhi oleh :
- obat mengalami fase disolusi dalam GIT,
- ada atau tidak adanya zat tambahan,
- besar atau kecilnya ukuran partikel,
- kelarutan bahan obat
next
 Kapsul :
- kecepatan absorpsi lebih lama daripada
bentuk serbuk (karena adanya cangkang
kapsul yang harus dihancurkan dulu)
- setelah isi kapsul terlepas, selanjutnya faktor
yang mempengaruhi = pulveres
- kapsul enteric coated =tablet enteric coated
next
 Tablet :
- Kecepatan absorpsi lebih lama daripada
bentuk serbuk.
- Kecepatan absorpsi dipengaruhi oleh
pembuatan tablet, kekerasan tablet,bahan
tambahan, ukuran partikel, disintegrasi dan
disolusi
- Untuk tablet sublingual, efeknya cepat, tidak
mengalami “first pass efect”, tidak mengalami
penurunan bioavailabilitas (karena tidak melalui GIT)
next
 Tablet long acting.
Tablet sustained release, prolonged action dan repeat
action : tablet oral yang daya kerjanya lama, bahan
obat diabsorpsi sebagian-sebagian
- Absorpsi awal, cukup untuk memberi respons
farmakologis, kadar dalam darah di atas kadar
minimum efektif
- Absorpsi selanjutnya, kecepatan absorpsi
sebanding dg kecepatan eliminasi obat
- Kadar dalam plasma (efektivitas obat) dapat
dipertahankan selama 12-24 jam
Secara parenteral
Bentuk sediaan obat parenteral :

A. Injeksi

B. Tablet implantasi
next

A. Bentuk sediaan injeksi

1. Intravena : obat langsung masuk ke


dalam vena, onset of action segera, tidak
ada fase absorpsi, bioavalabilitas 100 %,
obat dengan pelarut air.
2. Subkutan : onset of action obat dalam
pelarut air lebih cepat daripada dalam
sediaan suspensi
next

3. Intramuskular : onset of action bervariasi,


obat dengan pelarut air lebih cepat
diabsorpsi daripada dengan pelarut minyak
atau propilenglikol atau dalam bentuk
suspensi (kecepatan penyerapan obat dari
sediaan suspensi bergantung pada besar
kecilnya partikel yang tersuspensi).
next
B. Tablet implantasi
Implant adalah sistem di mana obat
dibebaskan secara terkontrol, ditanam
subkutan, efek obat lama karena
kecepatan absorpsi kurang dari 1 %
sehari, contoh susuk KB.
Cara pemberian secara inhalasi
1. Pemberian melalui rongga hidung atau
mulut
2. Disemprotkan ke dalam sistem
pernapasan
3. Untuk efek sistemik
4. Ukuran partikel dari suspensi
menentukan tingkat penetrasi
next
5. Memberikan efek lebih cepat
dibandingkan pemberian oral
(tanpa melalui first pass effects)
6. Sediaan yang mengandung obat mudah
menguap penggunaannya dengan alat
semprot mekanik.
Cara pemberian obat melalui
membran mukosa
1. Di mulut:
Sublingual (dibawah lidah)
Lozenges (tablet hisap)
Bukal (antara pipi dan gusi)
Mula kerja obat lebih cepat dibanding
pemberian oral
2. Di urogenital: efek lokal
Sediaan bacilla, bentuk batang
next

3. Di mata:
Efek lokal, untuk penyakit mata,
Bentuk salep, tetes mata,
Diserap melalui kornea mata.
4. Di telinga:
Efek lokal, obat tetes telinga
5. Di hidung : efek lokal, obat tetes hidung
6. Di vagina: efek lokal, sediaan ovula
next
7. Di rektum
 Efek lokal
Bentuk sediaan padat suppositoria (hemorrhoid)
bentuk sediaan cair enema (mengosongkan usus
besar atau untuk tes diagnostik dengan bubur
Barium Sulfat)
 Untuk efek sistemik
Bila pemberian oral tidak memungkinkan, misal :
 Penderita tidak dapat menelan/ tidak kooperatif
 Obat rusak karena asam lambung atau enzim
dalam saluran cerna
Cara pemberian obat melalui kulit

1.Absorpsi sistemik
Sediaan transdermal atau perkutan diberikan secara
topikal melalui kulit, jalurnya melalui dinding folikel
rambut, kelenjar keringat,kelenjar sebum,menembus
sel stratum corneum
Rute pemberian sediaan transdermal :
- Memberi pelepasan obat ke sistem tubuh melalui
kulit
- Dapat melepaskan obat selama beberapa jam
tanpa efek samping saluran cerna
- Tidak dipengaruhi first pass effects
next

2. Absorpsi lokal
 Pemilihan bentuk sediaan sebagian besar
tergantung pada keadaan luka penderita
akut atau khronis.
 Contoh :
Luka akut dipakai sediaan basah (lotion)
dan krem
Sub akut dan khronis dipakai sediaan
salep dan krim
Waktu Pemberian Obat
Efek terapetik optimal

Tepat waktu pemberian obat


(saat, lama dan frekuensi pemberian)
Tepat cara pemberian obat
Tepat dosis obat
Tepat bentuk sediaan obat
Tepat obat
next
a. Saat pemberian
1. Pagi hari : mane, pada resep ditulis mane atau disingka
m., misalnya pada pemberian obat pencahar dengan onset o
action cepat, contoh :
R/ Laxadine syr. 60 ml
S s dd CC I m
2. Tiap pagi : omni mane, pada resep umumnya disingkat
o.m., misalnya pada pemberian obat TBC, contoh :
R/ Rifampisin mg 300
mf pulv dtd XXX
S s dd p I o.m.
next
5. Sebelum makan : ante coenam, pada resep
disingkat a.c., misalnya pada pemberian obat
antasida, contoh :
R/ Antasida tab no. X
S t dd tab I ½ h.a.c.
6. Pada waktu makan/selama makan : durante
coenam, pada resep disingkat d.c. , misalnya untuk
obat yang membantu pencernaan, contoh :
R/ Vitazym kap. X
S t dd kap I d.c.
next
7. Sesudah makan : post coenam, pada resep
disingkat p.c., umumnya untuk obat-obat
yang mengiritasi lambung, contoh :
R/ Asam mefenamat no. X
S t dd kap I p.c.
next
b. Lama pemberian, tergantung dari
- tujuan terapi
- indikasi penyakit
- akibat yang ditimbulkan (resistensi, adiksi).
1. Diminum sepuasnya : ad libitum,disingkat ad lib.,
umumnya untuk penderita diare yang banyak
kehilangan cairan
R/ Pedialyte btl III
s ad lib
next
2. Jika perlu : untuk terapi simptomatik
digunakan pada saat tertentu dan jangka
pendek, ditulis p.r.n = pro renata
R/ Pondex cap no. X
s t dd cap I prn
Dosis Obat
Dosis Obat
Terapi Berhasil

Rancangan aturan dosis

Mencapai respon terapeutik optimal


Dosis Tepat
Meminimal efek yang merugikan
next
Pengertian :
Dosis Obat

Jumlah obat yang diberikan kepada penderita dalam


satuan

Berat Isi Unit


(g, mg,mcg) (ml, liter) (IU)
next
Macam-macam dosis :
 Dosis Lazim

(Dosis Terapeutik = Dosis Medicinalis)


=> Efek terapi maksimal
=> Efek samping minimal
 Dosis Profilaksis

=> jumlah obat yang harus ada dalam tubuh


=> Jumlah obat dalam tubuh kekurangan =
gangguan fungsi kehidupan
next
 Dosis Toxica
=> lebih besar dari dosis terapeutik
=> golongan racun , berakibat keracunan
 Dosis Lethalis
=> dosis toxica yang dapat mengakibatkan
kematian
 Dosis Maksimum
=> Dosis terapi tertinggi yang boleh diberikan,
batas dosis yang relatif aman untuk
penderita
next
Pada keadaan tertentu :
Initial dose > maintenance dose

Tujuan :
Agar kadar obat yang dikehendaki dalam
darah dicapai lebih awal
Contoh :
Pemberian oral preparat sulfa, dosis awal
2 gram, diikuti dosis pemeliharaan 1 g/ 6
jam
Faktor-faktor yang mempengaruhi
dosis obat
 Farmakokinetik: Absorpsi, Distribusi, dan
Eliminasi obat
 Fisiologis Penderita: Umur, BB, Sex, Nutrisi
 Kondisi patofisiologik: gangguan ginjal, CHF,
gangguan hati
 Kondisi lingkungan: kebiasaan merokok, atau
penggunaan obat yang lain
 Sasaran reseptor obat di tubuh penderita
Dosis Maksimum Obat
 Dosis atau jumlah obat yang relatif masih
aman diberikan kepada penderita
 Merupakan dosis terapi tertinggi untuk
mendapatkan efek optimal
 Dosis Maksimum tertera dalam Farmakope
Indonesia adalah dosis untuk orang dewasa
 Pada bayi dan anak-anak ada perhitungan
tersendiri
Pemberian dosis obat pada bayi
dan anak
 Perbedaan komposisi tubuh dan kesempurnaan
pertumbuhan hati dan fungsi ginjal merupakan
sumber perbedaan yang potensial(bayi 0 - 2
th)
 Perlu pertimbangan khusus untuk bayi yang
berumur kurang dari 4 minggu, karena
kemampuannya dalam meng “handle” obat-obat
sering berbeda dari bayi yang lebih dewasa.
next
 Fungsi hepatik belum tercapai sampai minggu
ketiga
 Kekurangan enzim konyugasi
 Bayi baru lahir menunjukkan aktivitas ginjal
hanya 30-50% dari orang dewasa
 Susunan syaraf pusat (SSP) belum
berkembang sempurna pada bayi baru lahir
 Dosis obat yang diberikan kepada bayi
hendaknya berdasarkan atas pertimbangan
farmakokinetik
Cara menghitung dosis obat
untuk bayi dan anak
1. Berdasarkan perbandingan dengan dosis obat
orang dewasa
a) Menurut perbandingan umur (tidak untuk
semua obat)
b) Menurut perbandingan berat badan
c) Menurut perbandingan luas permukaan tubuh
2. Berdasarkan atas ukuran fisik anak secara
individual
a) Sesuai dengan BB anak (kg)
b) Sesuai dengan LPT anak (m²)
Perhitungan dosis menurut
I.perbandingan umur
 1.Rumus Young ( < 12 tahun)

n
Da = X Dd mg
n + 12
Da = dosis anak Dd = dosis dewasa
 2. Rumus Dilling

n
Da = X Dd mg
20
next
3. Cowling Da =
n+1
x Dd mg
24

4.Gaubius
1
Da = x Dd mg (s/d 1 th)
12
1
Da = x Dd mg (s/d 1-2 th)
8
1
Da = x Dd mg (s/d 2-3 th)
6
Gaubius next
1
Da = x Dd mg (s/d 3-4 th)
4
1
Da = x Dd mg (s/d 4-7 th)
3
1
Da = x Dd mg (s/d 7-14 th)
2
2
Da = x Dd mg (s/d 14-20 th)
3
next
5.Augsberger 4n+20
Da = x Dd mg n= umur tahun
100

6. Fried 1/12n
Da = x Dd mg n= umur tahun
150

m
Da = x Dd mg m= umur bulan
150
Perhitungan dosis berdasarkan
2.perbandingan berat badan

2 . Berat badan anak dibandingkan dengan


berat dewasa 70 kg
W anak
1. Clark :Da = x Dd mg
W Dewasa W = BB/kg

1,5w+10
2.Augsberger Da = x Dd mg
100
next
3. Sagel :
13w+15
Da = x Dd mg (umur 0-20 mg)
100
8w+7
Da = x Dd mg (umur 20-52 mg)
100
3w+12
Da = x Dd mg (umur 1-9 tahun)
100
6w-16
Da = x Dd mg (umur 10-19 tahun)
100
Perhitungan dosis berdasarkan
3. LPT
Crawford-Terry-Rourke
perhitungan LPT
LPT anak anak berdasarkan
Da = x Dd mg monograph dari
LPT Dewasa TB dan BB

1.Denekamp
12n+13
Da = x Dd mg
100

n= LPT/m2
next
2. Sagel
19n+12
Da = x Dd mg (umur 0-20 mg)
100
11n+15
Da = x Dd mg (umur 20-52 mg)
100
4n+22
Da = x Dd mg (umur 1-12 tahun)
100
5n+10
Da = x Dd mg (umur 13-18 tahun)
100
n=LPT/m2
Cara menghitung dosis berdasarkan
perbandingan umur
Contoh
1. R/ Theophylin mg 20 DM 500mg/1500mg
Phenobarbital mg 10 DM 300mg/600mg
m.f.l.a.pulv.d.t.d.no.X
s.t.d.d.pulv.I
Pro: Marini (3 th)
Marini 3 th (gunakan rumus Young): n/n+12 x Dd mg
Dosis maksimum anak :
Theophylin, 1 x : 3/15 x 500 mg = 100mg
sehari : 3/15 x 1500 mg = 300 mg
Phenobarbital, 1 x : 3/15 x 300 mg = 60mg
sehari : 3/15 x 600 mg = 120 mg
next
Dosis pakai (%) untuk Marini 3 tahun :
Theophylin :
1x = 20mg/100mg x 100% = 20%
Sehari = 3x 20mg/300mg x 100% = 20%
Phenobarbital :
1x = 10mg/60mg x 100% =16,67%
Sehari = 3x 10mg/120mg x 100% =25%
next
2. R/ Aminofilin mg 100 DM 500mg/1500mg
Codein HCL mg 50 DM 60mg/ 300mg
m.f.l.a.pulv.no.X
s.b.d.d.pulv.I
Pro: Dandy (9 bulan)
Dandy 9 bulan, gunakan rumus Fried :
Dosis maksimum anak untuk:
Aminofilin, 1 x : 9/150 x 500mg = 30 mg
sehari : 9/150 x 1500mg = 90 mg
Codein HCl, 1 x : 9/150 x 60mg = 3,6 mg
sehari : 9/150 x 300mg = 18 mg
next
Dosis pakai (%) untuk bayi 9 bulan :
Aminofilin setiap bungkus beris100mg/10=10mg,maka:
sekali=10mg/30mg x 100% = 33,33%
sehari=2x 10mg/90mg x 100%=22,22%

Codein HCl setiap bungkus berisi 50mg/10=5mg,maka:


sekali= 5mg/3,6mg x 100% =138,9%
sehari= 2x 5mg/18mg x 100%= 25%
Cara menghitung dosis berdasarkan
perbandingan berat badan

1. R/ Rifampisin mg 100 DM sehari1750mg


m.f.l.a.pulv.d.t.d.no.X
s.s.d.d.pulv.I m.a.c.
Pro: Faisal (3 th), berat badan 10 kg
W anak
Gunakan rumus Clark : Da = X Dd mg
D.M anak : W dws

Rifampisin: 10 kg/ 70kg x 1750mg=250mg/hari


Dosis pakai (%) : 100mg/250mgx 100%= 40%
next
2. R/ Eritromisin 1,5 DM 500mg/4000mg
m.f.l.a.susp. no. 60 ml
s.4.d.d.cth.I
Pro: Ganggas (7 kg)
Gunakan rumus Clark (BB dws=70kg)
W anak
Da= x Dd mg W= BB dlm kg
W Dewasa
Dosis maksimum anak untuk :
Eritromisin, sekali : 7/70 x 500mg = 50 mg
sehari : 7/70 x 4000mg = 400mg
next
1 cth = 5 ml, dalam 60 ml = 60/5 = 12 cth

Dalam 1 cth mengandung eritromisin


=1500/12 mg = 125 mg

Dosis pakai eritromisin :


1 x = 125/50 x 100% = 250 %
1 hari = 125x4/400 x 100% = 125%
melebihi dosis maksimum anak
Berdasarkan berat badan
individu
Contoh :
R/ Rifampisin 200 mg DM 25 mg/kg bb
mf pulv dtd no. XXX
s s dd p I mac
Pro : Farel (4 th), berat badan = 16 kg
Dosis maksimum anak 16 x 25 mg = 400 mg
maka dosis pakai = 200/400 x 100% = 50%
Kesimpulan menghitung dosis obat
untuk anak
o Perhitungan berdasarkan umur seringkali
tidak tepat, karena anak dengan umur yang
sama belum tentu berat badan sama dan LPT
sama

o Perhitungan berdasarkan perbandingan


berat badan dewasa tidak dapat diberlakukan
untuk semua obat, untuk obat-obat yang
sensitif bagi anak pemberian dosis harus
lebih kecil, sedangkan untuk obat dimana anak
lebih toleran, maka dosis harus lebih besar
next
o Perhitungan berdasarkan LPT dewasa
kurang akurat karena agak sulit menghitung
LPT anak

o Perhitungan berdasarkan ukuran fisik


dari individu (BB) anak lebih baik karena
lebih teliti sesuai dengan kondisi anak
Pemberian Dosis Obat Pada
Orang Usia Lanjut
Usia lanjut :
Terjadi perubahan fisiologis dan patologis dalam
hal komposisi tubuh:
 Jaringan lemak
 Proses metabolisme
 Konsentrasi obat bebas dalam tubuh karena ikatan
obat-protein plasma
 Laju filtrasi glomerulus ber kurang
 Waktu paruh eliminasi obat yang diekskresi lewat
ginjal lebih panjang, terjadi akumulasi obat dlm
tubuh
next
Perubahan konsentrasi obat dalam tbh

FARMAKOKINETIK

ADME
next
Absorpsi
Kecepatan absorpsi lebih lamban, karena :
1. sekresi asam lambung , menyebabkan laju
disolusi pada obat bentuk tablet dan kapsul
2. Perubahan mukosa GI dapat laju transpor
aktif dan laju absorpsi
3. Perubahan kecepatan pengosongan lambung
dan gerak usus serta aliran darah
mesentrik
next
Distribusipada usia lanjut

1. Perfusi sistemik total menurun, juga cardiac


output
2. Cairan total tubuh menurun
3. Volume distribusi menurun secara proporsional
4. Konsentrasi obat dalam tubuh relatif menjadi
lebih tinggi
5. Terjadi penurunan dari albumin, pada obat-
obat yang sebagian besar terikat protein
berakibat konsentrasi obat bebas dalam tubuh
(plasma) relatif lebih meningkat
next
Metabolisme,
1. Mengalami perubahan dlm kecepatan
metabolisme
2. Perbedaan antar individu dlm metabolisme
obat lebih terlihat pada orang usia lanjut
Ekskresi/eliminasi,
1. terjadi penurunan kecepatan filtrasi
glomeruli dengan 0.66%
2. transpor maksimum untuk sekresi aktif
menurun 0.62% setiap tahunnya
3. bertambah besar proporsi suatu obat yang
dieliminasi melalui ginjal, akan bertambah
lambat obat dikeluarkan dari tubuh.
Penderita penyakit khronis
next
pemberian obat kontinyu
interval dua dosis lebih pendek dari waktu
paruh eliminasi obat
akumulasi obat dalam tubuh
volume distribusi maupun kecepatan eliminasi
obat menurun
akumulasi lebih tinggi lagi
kadar obat dalam plasma kadar lebih tinggi
pada keadaan tunak
efek samping obat sering terjadi
Perhitungan dosis obat pada usia
lanjut
Rumus rumit

Berdasarkan pola MIC (Minimum Inhibitory Concentration)


yaitu konsentrasi minimal yang memberikan inhibisi
pertumbuhan mikroorganisme, khusus untuk antibiotika dan
pola kurva log dosis-respons dengan memperhitungkan jenis
kelamin,umur dan berat badan

Tidak praktis

klirens obat penderita harus diketahui


next
Contoh perhitungan dosis :
Klirens lithium ditentukan dalam suatu kelompok
penderita dengan rata-rata umur 25 tahun, di
dapat 41,5 ml/menit. Dalam suatu kelompok
penderita usia lanjut dengan rata-rata umur
63 tahun, klirens lithium adalah 7,7 ml/menit.
Berapakah prosentase dosis normal lithium
yang seharusnya diberikan kepada seorang
penderita yang berumur 65 tahun ?
Pemecahan :
next
Dosis harus proporsional dengan klirens,
oleh sebab itu :
7.7 x 100
Penurunan dosis (%) = = 18.5%
41.5

Dosis lithium untuk penderita yang berumur


65 tahun dapat dikurangi sekitar 20 %
dari dosis biasa tanpa mempengaruhi
kadar tunak dalam darah.
Dosis obat pada penderita obesitas
Penderita obesitas :
1. Akumulasi jaringan lemak besar dari
keperluan untuk fungsi tubuh normal

2. Obese > 20% BB ideal (Metropolitan Life


Insurance)

3. Mempunyai proporsi keseluruhan cairan


tubuh lebih kecil dibandingkan dengan berat
badan ideal
mempengaruhi volume ditribusi
next

Contoh :
Penelitian Abernethy dan kawan-kawan,
volume distribusi Antipirin,
pada penderita obesitas = 0.40 l/kg,
pada penderita dgn B.B ideal = 0.62 l/kg
memperlihatkan perbedaan bermakna
next
Masalah dalam pengobatan obesitas :

 Deviasi yang besar dari komposisi tubuh


 Perbedaan daya larut dari obat dalam lemak
 Distribusi obat antara jaringan lemak dan air
tubuh
Contoh : benzodizepine (lipofil) pada
penderita obese menyebabkan distribusi
obat dalam tubuh meningkat, => t ½
eliminasi lbh lama
next
 Obat-obat seperti digoksin dan gentamisin
sangat polar dan cenderung terdistribusi
dalam air daripada ke dalam jaringan lemak,
pada penderita obesitas perhitungan dosis
obat didasarkan pada lean body mass atau
berat badan tanpa lemak (BBTL)

 Obat-obat daya larut dalam lemak besar


misalnya Thiopental, perhitungan dosis
didasarkan pada berat badan nyata (BBN)
next
Perhitungan berat-badan ideal
menurut Ritschel :

BB ideal = ( T -100)x 0,9 (kg)


T = tinggi/cm
next
Perhitungan BBTL dilakukan tiga tahap:
1.Tahap pertama, penentuan kepadatan tubuh
dengan rumus:
DB=1,02415-0,00169.BSF+0,00444.H-0,0013.ASF
(g/ml)
2.Tahap kedua, perhitungan prosentase lemak
dengan rumus:
4,570
% lemak = ( - 4,142).100
DB
next
3. Tahap ketiga, perhitungan BBTL,
dengan rumus :
BBTL = BBN.(100-% lemak) Kg
Keterangan:
DB = Densitas (kepadatan) tubuh (g/ml)
BSF = Skinfold thickness on back
(subscapular) (mm)
ASF = Abdominal skinfold thickness (mm)
BBTL= berat badan tanpa lemak
BBN = berat badan nyata
Soal

1.Hitunglah dosis pemakaian obat pada


anak umur 5 tahun (gunakan rumus
Young) pada resep dibawah ini
R/ Eritromisin mg 250
mf pulv dtd no X
s 3 dd p I
Pro : Ermien
Dosis maksimum dewasa : 1 x : 500 mg
1 hr : 4000 mg
2. Hitunglah dosis pemakaian obat pada resep
dibawah ini (Gunakan rumus Cowling)
R/ Efedrin HCl 0, 2
Mf pulv no. X
s 2 dd p I

Pro : Dena (6 th)


Dosis maksimum dewasa Efedrin HCl :
1 x : 60 mg
1 hr : 150 mg
3. Hitunglah dosis pemakaian pada resep
dibawah ini (gunakan rms Young dan Dilling)
R/ Teofilin mg 200
Luminal mg 40
mf pulv dtd no. X
s 2 dd p I
Pro : Toni (2 th)
DM dewasa Teofilin : 1x : 500 mg,1 hr :1000 mg
Luminal: 1x : 300 mg, 1 hr: 600 mg
4. Hitunglah dosis pemakaian obat pada resep
dibawah ini (gunakan rms Fried)
R/ Ampisilin 2
kodein 0, 1
mf susp ad 50 ml
s 3 dd cth 1

Pro : Kinan (1,5 th)


Latihan
 Bimbi, 10 tahun (BB = 30 kg) menderita infeksi
tenggorokan, batuk dan pilek dan diberi obat
untuk sekali minum : Amoksisilin 70 % dari DM
anak (DM dws 0,5/4)
Parasetamol tablet 1/2
Efedrin HCl 60% dari DM anak (DM dws 60
mg/150 mg). Tulis resep untuk 5 hari dan hitung
jumlah obat yang diberikan dengan aturan
pakai 3 x 1 seharinya
Latihan
 Yogi 5 tahun sakit diberi oba teofilin dan CTM.
Dosis yang diberikan :
Teofilin 1 x 50% dari DM anak (DM dws 500
mg/1000 mg)
CTM 50% dari DM anak (DM dws -/40 mg)
Hitung jumlah obat yang diberikan dan tulis
resep untuk lima hari, aturan pakai 2 x satu
bungkus pagi dan sore sesudah makan

Anda mungkin juga menyukai