Pemberian Obat
Sadakata Sinulingga
Kusumo Hariyadi
Bagian Farmasi
Cara dan waktu pemberian obat
Tujuan pengajaran
Seusai mempelajari bab ini anda diharapkan
mampu ...
1. menjelaskan berbagai macam cara
pemberian obat yang tepat
2. menjelaskan hubungan antara cara dan
waktu pemberian obat yang tepat, agar
daya kerja maksimal
Pendahuluan
Obat diberikan dalam bentuk sediaan tertentu
Formulasi obat yang tepat sangat penting dalam
mencapai efek terapi yang optimal
Bentuk sediaan berpengaruh thd absorpsi obat
Obat yang bekerja sistemik baru memberikan
efek terapeutik sesudah diabsorpsi dan
mencapai kadar tertentu dalam kompartemen
tubuh
next
Nasib obat dalam tubuh, mulai masuk sampai
keluar melalui fase-fase :
Disintegrasi
Disolusi
Absorpsi
Distribusi
Metabolisme
Ekskresi
next
Disintegrasi : sediaan obat hancur menjadi
partikel-partikel kecil, sehingga bahan obat
terbebaskan dari bentuk sediaannya (khusus
bentuk sediaan padat, suspensi dan emulsi)
Disolusi : melarutnya obat dalam cairan
tubuh. Obat per oral larut dalam cairan GIT,
obat per rektal larut dalam cairan rektum.
Fase ini untuk : suspensi, pulveres, tablet,
kapsul, supositoria,tablet implantasi dan
suspensi untuk injeksi i.m.
next
Bahan-bahan tambahan untuk pembuatan
sediaan obat berpengaruh thd :
- kecepatan disintegrasi
- kecepatan disolusi
- absorpsi obat melalui membran/mukosa
saluran cerna masuk ke peredaran sistemik
next
Cara /rute pemberian obat dan bentuk sediaan
obat berpengaruh terhadap :
Cepat atau lambatnya obat mulai kerja (onset of
action)
Lamanya obat bekerja (duration of action)
Bioavailabilitas obat
Saat penggunaan
Jalur masuknya (pagi,siang,malam)
obat dalam tubuh Frekuensi pemberian
Keuntungan :
Paling aman
Murah
Jika terjadi kesalahan dapat cepat teratasi,
misalnya dengan cara mengeluarkan isi perut
Menghindarkan bahaya pemberian parenteral
Cara pemberian obat melalui oral
next
Kerugian :
Kecepatan absorpsi bervariasi,
Onset lambat
Solutio :
- Obat berupa larutan dalam air,
- Obat terdispersi dalam air secara
molekuler, absorpsi baik,cepat melalui
dinding saluran cerna masuk ke
peredaran sistemik
- Onset of action relatif cepat.
next
Emulsi :
- Kecepatan absorpsi bentuk emulsi
kurang dari solutio,kepindahan dari fase
minyak ke fase air adalah faktor
penghambat
- Onset of action lebih lama daripada
solutio
next
Suspensi :
- Kecepatan absorpsi lebih lambat daripada
bentuk solutio, karena adanya partikel obat
dalam campuran air
- Total obat yang diabsorpsi sama dengan
solutio
- Onset of action lebih lama daripada solutio
Cara pemberian obat melalui oral
bentuk sediaan padat
Bentuk padat.
Pulvis dan pulveres, kecepatan absorpsi
dipengaruhi oleh :
- obat mengalami fase disolusi dalam GIT,
- ada atau tidak adanya zat tambahan,
- besar atau kecilnya ukuran partikel,
- kelarutan bahan obat
next
Kapsul :
- kecepatan absorpsi lebih lama daripada
bentuk serbuk (karena adanya cangkang
kapsul yang harus dihancurkan dulu)
- setelah isi kapsul terlepas, selanjutnya faktor
yang mempengaruhi = pulveres
- kapsul enteric coated =tablet enteric coated
next
Tablet :
- Kecepatan absorpsi lebih lama daripada
bentuk serbuk.
- Kecepatan absorpsi dipengaruhi oleh
pembuatan tablet, kekerasan tablet,bahan
tambahan, ukuran partikel, disintegrasi dan
disolusi
- Untuk tablet sublingual, efeknya cepat, tidak
mengalami “first pass efect”, tidak mengalami
penurunan bioavailabilitas (karena tidak melalui GIT)
next
Tablet long acting.
Tablet sustained release, prolonged action dan repeat
action : tablet oral yang daya kerjanya lama, bahan
obat diabsorpsi sebagian-sebagian
- Absorpsi awal, cukup untuk memberi respons
farmakologis, kadar dalam darah di atas kadar
minimum efektif
- Absorpsi selanjutnya, kecepatan absorpsi
sebanding dg kecepatan eliminasi obat
- Kadar dalam plasma (efektivitas obat) dapat
dipertahankan selama 12-24 jam
Secara parenteral
Bentuk sediaan obat parenteral :
A. Injeksi
B. Tablet implantasi
next
3. Di mata:
Efek lokal, untuk penyakit mata,
Bentuk salep, tetes mata,
Diserap melalui kornea mata.
4. Di telinga:
Efek lokal, obat tetes telinga
5. Di hidung : efek lokal, obat tetes hidung
6. Di vagina: efek lokal, sediaan ovula
next
7. Di rektum
Efek lokal
Bentuk sediaan padat suppositoria (hemorrhoid)
bentuk sediaan cair enema (mengosongkan usus
besar atau untuk tes diagnostik dengan bubur
Barium Sulfat)
Untuk efek sistemik
Bila pemberian oral tidak memungkinkan, misal :
Penderita tidak dapat menelan/ tidak kooperatif
Obat rusak karena asam lambung atau enzim
dalam saluran cerna
Cara pemberian obat melalui kulit
1.Absorpsi sistemik
Sediaan transdermal atau perkutan diberikan secara
topikal melalui kulit, jalurnya melalui dinding folikel
rambut, kelenjar keringat,kelenjar sebum,menembus
sel stratum corneum
Rute pemberian sediaan transdermal :
- Memberi pelepasan obat ke sistem tubuh melalui
kulit
- Dapat melepaskan obat selama beberapa jam
tanpa efek samping saluran cerna
- Tidak dipengaruhi first pass effects
next
2. Absorpsi lokal
Pemilihan bentuk sediaan sebagian besar
tergantung pada keadaan luka penderita
akut atau khronis.
Contoh :
Luka akut dipakai sediaan basah (lotion)
dan krem
Sub akut dan khronis dipakai sediaan
salep dan krim
Waktu Pemberian Obat
Efek terapetik optimal
Tujuan :
Agar kadar obat yang dikehendaki dalam
darah dicapai lebih awal
Contoh :
Pemberian oral preparat sulfa, dosis awal
2 gram, diikuti dosis pemeliharaan 1 g/ 6
jam
Faktor-faktor yang mempengaruhi
dosis obat
Farmakokinetik: Absorpsi, Distribusi, dan
Eliminasi obat
Fisiologis Penderita: Umur, BB, Sex, Nutrisi
Kondisi patofisiologik: gangguan ginjal, CHF,
gangguan hati
Kondisi lingkungan: kebiasaan merokok, atau
penggunaan obat yang lain
Sasaran reseptor obat di tubuh penderita
Dosis Maksimum Obat
Dosis atau jumlah obat yang relatif masih
aman diberikan kepada penderita
Merupakan dosis terapi tertinggi untuk
mendapatkan efek optimal
Dosis Maksimum tertera dalam Farmakope
Indonesia adalah dosis untuk orang dewasa
Pada bayi dan anak-anak ada perhitungan
tersendiri
Pemberian dosis obat pada bayi
dan anak
Perbedaan komposisi tubuh dan kesempurnaan
pertumbuhan hati dan fungsi ginjal merupakan
sumber perbedaan yang potensial(bayi 0 - 2
th)
Perlu pertimbangan khusus untuk bayi yang
berumur kurang dari 4 minggu, karena
kemampuannya dalam meng “handle” obat-obat
sering berbeda dari bayi yang lebih dewasa.
next
Fungsi hepatik belum tercapai sampai minggu
ketiga
Kekurangan enzim konyugasi
Bayi baru lahir menunjukkan aktivitas ginjal
hanya 30-50% dari orang dewasa
Susunan syaraf pusat (SSP) belum
berkembang sempurna pada bayi baru lahir
Dosis obat yang diberikan kepada bayi
hendaknya berdasarkan atas pertimbangan
farmakokinetik
Cara menghitung dosis obat
untuk bayi dan anak
1. Berdasarkan perbandingan dengan dosis obat
orang dewasa
a) Menurut perbandingan umur (tidak untuk
semua obat)
b) Menurut perbandingan berat badan
c) Menurut perbandingan luas permukaan tubuh
2. Berdasarkan atas ukuran fisik anak secara
individual
a) Sesuai dengan BB anak (kg)
b) Sesuai dengan LPT anak (m²)
Perhitungan dosis menurut
I.perbandingan umur
1.Rumus Young ( < 12 tahun)
n
Da = X Dd mg
n + 12
Da = dosis anak Dd = dosis dewasa
2. Rumus Dilling
n
Da = X Dd mg
20
next
3. Cowling Da =
n+1
x Dd mg
24
4.Gaubius
1
Da = x Dd mg (s/d 1 th)
12
1
Da = x Dd mg (s/d 1-2 th)
8
1
Da = x Dd mg (s/d 2-3 th)
6
Gaubius next
1
Da = x Dd mg (s/d 3-4 th)
4
1
Da = x Dd mg (s/d 4-7 th)
3
1
Da = x Dd mg (s/d 7-14 th)
2
2
Da = x Dd mg (s/d 14-20 th)
3
next
5.Augsberger 4n+20
Da = x Dd mg n= umur tahun
100
6. Fried 1/12n
Da = x Dd mg n= umur tahun
150
m
Da = x Dd mg m= umur bulan
150
Perhitungan dosis berdasarkan
2.perbandingan berat badan
1,5w+10
2.Augsberger Da = x Dd mg
100
next
3. Sagel :
13w+15
Da = x Dd mg (umur 0-20 mg)
100
8w+7
Da = x Dd mg (umur 20-52 mg)
100
3w+12
Da = x Dd mg (umur 1-9 tahun)
100
6w-16
Da = x Dd mg (umur 10-19 tahun)
100
Perhitungan dosis berdasarkan
3. LPT
Crawford-Terry-Rourke
perhitungan LPT
LPT anak anak berdasarkan
Da = x Dd mg monograph dari
LPT Dewasa TB dan BB
1.Denekamp
12n+13
Da = x Dd mg
100
n= LPT/m2
next
2. Sagel
19n+12
Da = x Dd mg (umur 0-20 mg)
100
11n+15
Da = x Dd mg (umur 20-52 mg)
100
4n+22
Da = x Dd mg (umur 1-12 tahun)
100
5n+10
Da = x Dd mg (umur 13-18 tahun)
100
n=LPT/m2
Cara menghitung dosis berdasarkan
perbandingan umur
Contoh
1. R/ Theophylin mg 20 DM 500mg/1500mg
Phenobarbital mg 10 DM 300mg/600mg
m.f.l.a.pulv.d.t.d.no.X
s.t.d.d.pulv.I
Pro: Marini (3 th)
Marini 3 th (gunakan rumus Young): n/n+12 x Dd mg
Dosis maksimum anak :
Theophylin, 1 x : 3/15 x 500 mg = 100mg
sehari : 3/15 x 1500 mg = 300 mg
Phenobarbital, 1 x : 3/15 x 300 mg = 60mg
sehari : 3/15 x 600 mg = 120 mg
next
Dosis pakai (%) untuk Marini 3 tahun :
Theophylin :
1x = 20mg/100mg x 100% = 20%
Sehari = 3x 20mg/300mg x 100% = 20%
Phenobarbital :
1x = 10mg/60mg x 100% =16,67%
Sehari = 3x 10mg/120mg x 100% =25%
next
2. R/ Aminofilin mg 100 DM 500mg/1500mg
Codein HCL mg 50 DM 60mg/ 300mg
m.f.l.a.pulv.no.X
s.b.d.d.pulv.I
Pro: Dandy (9 bulan)
Dandy 9 bulan, gunakan rumus Fried :
Dosis maksimum anak untuk:
Aminofilin, 1 x : 9/150 x 500mg = 30 mg
sehari : 9/150 x 1500mg = 90 mg
Codein HCl, 1 x : 9/150 x 60mg = 3,6 mg
sehari : 9/150 x 300mg = 18 mg
next
Dosis pakai (%) untuk bayi 9 bulan :
Aminofilin setiap bungkus beris100mg/10=10mg,maka:
sekali=10mg/30mg x 100% = 33,33%
sehari=2x 10mg/90mg x 100%=22,22%
FARMAKOKINETIK
ADME
next
Absorpsi
Kecepatan absorpsi lebih lamban, karena :
1. sekresi asam lambung , menyebabkan laju
disolusi pada obat bentuk tablet dan kapsul
2. Perubahan mukosa GI dapat laju transpor
aktif dan laju absorpsi
3. Perubahan kecepatan pengosongan lambung
dan gerak usus serta aliran darah
mesentrik
next
Distribusipada usia lanjut
Tidak praktis
Contoh :
Penelitian Abernethy dan kawan-kawan,
volume distribusi Antipirin,
pada penderita obesitas = 0.40 l/kg,
pada penderita dgn B.B ideal = 0.62 l/kg
memperlihatkan perbedaan bermakna
next
Masalah dalam pengobatan obesitas :