Oleh
NIM. 1830912320044
Pembimbing
BANJARMASIN
Maret, 2020
DAFTAR ISI
Halaman
COVER ........................................................................................................ i
DAFTAR ISI................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................38
ii
BAB I
PENDAHULUAN
lintas (KLL) dan trauma mekanik. Asfiksia sendiri merupakan suatu kondisi yang
darah. Hal ini terjadi oleh karena adanya gangguan pertukaran antara oksigen
trauma dan keracunan bahan kimiawi. Mekanisme kematian yang terjadi akibat
asfiksia terjadi sangat cepat, penurunan kesadaran dapat terjadi dalam waktu 40
Toksikologi berasal dari bahasa Yunani, toxicos dan logos, merupakan studi
mengenai perilaku dan efek yang merugikan dari suatu zat terhadap organisme/
berkaitan dengan bahaya toksik dari suatu zat terhadap manusia dan
1
2
penggunaan obat-obatan.2
kematian utama. WHO Global Health terbaru menunjukkan bahwa lebih dari
seluruh dunia. Hampir 60% dari kematian ini terjadi pada usia di bawah 30 tahun,
dan tenggelam merupakan penyebab utama kematian ketiga di dunia untuk anak-
anak berusia 5-14 tahun. Lebih dari 90% kematian akibat tenggelam terjadi di
TINJAUAN PUSTAKA
A. Asfiksia
1. Definisi
oksigen dan berlebihnya karbondioksida dalam darah. Hal ini terjadi oleh karena
kimiawi.1
2. Etiologi5
paru.
oleh:
Benda asing;
3
4
narkotika.
3. Epidemiologi
4. Klasifikasi
a. Sufokasi
Bekapan (smothering)
Asfiksia oleh bekapan atau sumbatan dari hidung dan mulut. Kejadian
seperti ini biasanya oleh karena pembunuhan atau bunuh diri, jarang
karena kecelakaan.
Tersedak (choking)
alamiah dapat trjadi pada seseorang dengan infeksi daerah epiglottis yang
hebat dengan akibat terjadi obstruksi jalan napas akibat epiglottis yang
dari benda mainan, koin uang logam. Sementara pada orang dewasa
Asfiksia mekanis
Pada asfiksia mekanis, tekanan dari luar tubuh yang dapat menghambat
kecelakaan. Asfiksia mekanis dapat dibagi menjadi tiga tipe, yaitu (1)
pergerakan dada atau perut atas, menyebabkan tidak bernapas; (2) asfiksia
seseorang berada pada posisi yang menghambat jalan napas dan sulit
untuk melepaskan diri (mis: leher tertekuk); (3) asfiksia tertindih orang
lain (riot-crush/ “human pile” death), sesuai dengan namanya, asfiksia ini
b. Strangulasi
Hanging
oleh tali atau benda pengikat lainnya yang dikencangkan oleh berat badan.
Ligature strangulation
dilakukan oleh kekuatan selain dari berat badan. Sebagian besar kasus dari
Manual strangulation
sumbatan jalan nafas dan hipoksia otak akibat kompresi pembuluh darah yang
ke otak.
c. Asfiksia khemis
Pada asfiksia khemis, inhalasi dari sejumlah gas yang mencegah pengikatan
oksigen pada tingkatan sel. Bahan kimia paling sering sebagai penyebab
adalah karbon monoksida, selain itu, hydrogen sianida dan hydrogen sulfide
5. Patofisiologi
Dari pandangan patologi, kematian akibat asfiksia dapat dibagi dalam dua
golongan, yaitu:
tipe dari asfiksia. Sel-sel otak sangat sensitif terhadap kekurangan O2. Bagian-
bagian otak tertentu membutuhkan lebih banyak O2, dengan demikian bagian
sini sel-sel otak yang mati akan digantikan oleh jaringan glial, sehingga pada
organ tubuh yang lain yakni jantung, paru-paru, hati, ginjal dan yang lainnya
meninggi. Karena oksigen dalam darah berkurang terus dan tidak cukup untuk
kerja jantung maka terjadi gagal jantung dan kematian berlangsung dengan
cepat.8,9
Keadaan ini didapati pada:8,9
dan korpus alienum dalam saluran nafas atau pada tenggelam karena
(traumatic asphyxia)
6. Pembagian Hipoksia
Hipoksia dapat diberi batasan sebagai suatu keadaan dimana sel gagal untuk
masuk aliran darah atau tidak cukup bisa mencapai aliran darah.
7. Fase Asfiksia
merah dan penimbunan CO2 dalam plasma akan merangsang pusat pernapasan
di medulla oblongata.
b. Fase konvulsi. Akibat kadar CO2 yang naik maka akan timbul rangsangan
terhadap susunan saraf pusat sehingga terjadi konvulsi (kejang) yang akhirnya
c. Fase apneu. Pada fase ini, terjadi depresi pusat pernapasan yang lebih hebat.
Pernapasan melemah dan dapat berhenti, kesadaran menurun, dan akibat dari
relaksasi sfingter dapat terjadi pengeluaran cairan sperma, urine, dan tinja.
berhenti setelah kontraksi ototmatis otot pernapasan kecil pada leher. Jantung
masih berdenyut beberapa saat setelah pernapasan berhenti. Masa dari saat
Tardieu's spot terjadi karena peningkatan tekanan vena secara akut yang
jaringan longgar, seperti kelopak mata, dibawah kulit dahi, kulit dibagian
belakang telinga, circumoral skin, konjungtiva dan sklera mata. Selain itu juga
bisa terjadi di permukaan jantung, paru dan otak. Bisa juga terdapat pada
lapisan viseral dari pleura, perikardium, peritoneum, timus, mukosa laring dan
Ini merupakan tanda yang lebih tidak spesifik dibandingkan dengan petechiae.
plasma ke dalam ruang intersitium. Cairan plasma ini akan mengisi pada sela-
c. Sianosis
Merupakan wama kebiru-biruan yang terdapat pada kulit dan selaput lendir
yang terjadi akibat peningkatan jumlah absolut Hb tereduksi (Hb yang tidak
berikatan dengan O2). Ini tidak dapat dinyatakan sebagai anemia, harus ada
diikuti dengan kongesti pada wajah, seperti darah vena yang kandungan
tetap cairnya darah yang dapat terlihat pada saat autopsi pada kematian akibat
asfiksia adalah bagian dari mitologi forensik. Pembekuan yang terdapat pada
jantung dan sistem vena setelah kematian adalah sebuah proses yang tidak
B. Toksikologi
1. Definisi
merugikan berbagai efek samping yang merugikan dari berbagai agen kimiawi
Dalam kasus tindak pidana harus dibuktikan adanya perbuatan yang salah
(actua rheus) dan situasi batin yang melatarbelakangi tindakan tersebut (men
rhea). Motif keracunan harus ditentukan sebagai unsur men rhea, apakah timbul
(intentional).5
Secara umum, motif keracunan dapat dibedakan menjadi dua bentuk (tipe)
biasanya antara pelaku dan korban sudah saling kenal. Motivasi yang biasanya
dokter sangat sering membuat kasus tersebut menjadi kasus tersebut menjadi
pada korban.
Terjadi pada korban yang acak. Motivasi bentuk keracunan ini biasanya
benuk keracunan tipe ini bila racun yang dipakai sebagai alat untuk
menjalankan teror.
mendadak.
bila korban kooperatif atau alloanamnesis baik terhadap keluarga koban atau
a. Jenis racun;
f. Faktor yang menigkatkan efek letal zat yang digunakan seperti penyakit,
tanda-tanda mencurigakan pada tubuh korban seperti bau tertentu yang keluar dari
mulut atau saluran napas, warna muntahan dan cairan atau sekret yang keluar dari
mulut atau saluran napas, adanya tanda suntikan, dan tanda fenomena drainage.
Gejala-gejala dan perlukaan tertentu harus dicatat seperti kejang, pin point pupil
atau tanda gagal napas. Demikian juga terhadap luka-luka lecet sekitar mulut, luka
pemeriksaan seperti bau amandel pada keracunan sianida, bau pestisida atau bau
muntahan, sekret mulut dan hidung, darah serta urin. Bila racun per oral, analisis
isi lambung harus dilakukan secara visual, bau dan secara kimia. Skrening racun
Repertum Peracunan yang merupakan salah satu alat bukti sah di pengadilan.
Visum resmi penyidik (Pasal 133 KUHAP). Dalam Visum et Repertum peracunan
penilaian efek racun terhadap metabolisme dan gangguan fungsi organ yang
Meninggal
Pemeriksaan luar
Pada pemeriksaan luar untuk kasus keracunan, kemungkinan
didapatkan:
yang berasal dari muntahan, feses dan kadang-kadang jenis racun itu
sendiri.
Keadaan pupil mata dan jari tangan yang lemas atau mengepal.
Livor mortis yang khas, merah terang, cherry red atau merah coklat
Pemeriksaan dalam
Hiperemia
Warna kemerahan pada membran mukosa paling jelas terlihat
terdapat pada seluruh permukaan serta tidak berupa bercak, selain itu
keracunan.
Perlunakan
yang terdapat pada bagian yang lebih rendah dan mengenai seluruh
Ulserasi
Paling sering ditemukan ditemukan pada curvatura major
lambung dan harus dibedakan dengan tukak peptik yang paling sering
Perforasi
Perforasi juga bisa terjadi akibat tukak kronis, tetapi bentuk perforasi
jaringan sekitar.
Ditemukannya jenis racun pada darah, feses, urin atau dalam organ tubuh
merupakan bukti yang memastikan bahwa telah terjadi keracunan. Racun bisa
ditemukan dalam lambung, usus halus, dan kadang-kadang pada hati, limpa dan
Darah, yang berasal dari sentral (jantung), dan yang berasal dari perifer
dua, yang satu diberi bahan pengawet (NaF 1%), yang lain tidak diberi
bahan pengawet.
Bagian dari usus halus (duodenum dan jejunum) dengan isinya dengan
Otak diambil 500 gram, dan medulla spinalis, terutama pada keracunan
Uterus dan organ-organ yang berkaitan dengan uterus, jika ada kecurigaan
abortus kriminalis
Dalam pembuktian kasus keracunan sebagai tindak pidana, banyak hal yang
Terlebih lagi pada kasus tindak pidana yang memerlukan standar pembuktian
dengan tingkat kepercayaan yang lebih tinggi yaitu sampai tidak ada keraguan
yang beralasan;
f. Bila korban meninggal harus ditentukan sebab kematian korban adalah racun
lainnya.
yaitu:5
Saat ini, terdapat banyak bahan yang beredar di masyarakat yang dapat
obat yang terdapat pada korban, dan interval waktu antara onset gejala dan
kematian.
saat dilakukan autopsi. Spesimen dari sejumlah cairan tubuh dan organ
penting untuk mengambarkan afinitas obat dan racun terhadap jaringan tubuh.
dapat merusak atau melarutkan racun dan membuat deteksi menjadi tidak
b. Analisis toksikologi
beberapa faktor yaitu: jumlah spesimen yang tersedia, sifat dasar temuan racun
dan biotransformasi racun. Pada kasus keracunan dengan racun yang masuk
per oral, isi saluran cerna harus dianalisi pertama kali, ketika sejumlah residu
racun yang tak terabsorbsi masih ditemukan. Selanjutnya urin dapat dianalisis,
karena ginjal merupakan organ ekskresi utama untuk kebanyakan racun dan
racun dalam konsentrasi tinggi sering ditemukan pada urin. Setelah absorbsi
pada saluran cerna, obat atau racun pertama-tama dibawa ke hepar sebelum
memasuki sirkulasi sistemik, oleh karena itu, analisis pertama dari organ
dalam dilakukan pada hepar. Jika racun tertentu diduga atau diketahui terlibat
kasus serupa yang pernah dilaporkan pada literatur yang berkualitas atau kasus
mendadak yang terjadi pada seseorang maupun sekelompok orang, kematian yang
a. Koma hipoglikemik;
e. Meningitis;
g. Gejala withdrawal;
i. Syok neurogenik;
j. Gejala tak terduga dari penyakit tertentu seperti penyakit Lyme atau tumor
otak.
C. Tenggelam
1. Definisi
mempengaruhi fungsi jantung (refleks kardiak) dan bisa juga disebabkan karena
2. Mekanisme Tenggelam
spasme laring, asfiksia karena garggling dan choking, refleks vagal, fibrilasi
a. Refleks vagal
Kematian terjadi sangat cepat dan pada pemeriksaan post mortem tidak
b. Spasme laring
tanda-tanda asfiksia, tetapi parunya tidak didapati adanya air atau benda air.14
c. Pengaruh air yang masuk paru
Hipoksia dan asidosis serta efek multiorgan dari proses ini yang
saraf pusat dapat terjadi karena hipoksemia yang terjadi karena tenggelam
multiorgan.15
3. Klasifikasi Tenggelam
dibedakan atas tenggelam kering (dry drowning), tenggelam tipe basah (wet
drowning).14
penyelamatan diri saat tenggelam. Selain itu, air tidak teraspirasi masuk ke
cepat, merupakan akibat dari refleks vagal yang dapat menyebabkan henti
cardiac arrest).14
darah paru. Air tawar bergerak dengan cepat ke membran kapiler alveoli.
Jika ditinjau berdasarkan jenis air tempat terjadinya tenggelam, maka dapat
Air Tawar
Air tawar akan dengan cepat diserap dalam jumlah besar, sehingga
penurunan tekanan sistol dan dalam waktu beberapa menit terjadi fiberilasi
ventrikel. Jantung untuk beberapa saat masih berdenyut dan lemah, terjadi
Air asin
Pada tenggelam di air laut terjadi pertukaran eletrolit dari air asin ke
menimbulkan edema pulmo yang hebat dalam waktu yang singkat dna
a. Kecelakaan
korban jatuh ke laut, sungai ataupun danau. Pada anak-anak, kecelakaan sering
terjadi di kolam renang atau galian tanah berisi air. Faktor-faktor yang sering
menjadi penyebab kecelakaan antara lain karena mabuk atau serangan epilepsi
b. Bunuh diri
Peristiwa bunuh diri dengan menjatuhkan diri ke dalam air sering kali
terjadi. Terkadang tubuh pelaku diikat dengan pemberat agar supaya tubuh
c. Pembunuhan
Sidik jari.
Pemeriksaan gigi.
sudah meninggal pada saat tenggelam dapat diketahui dari hasil pemeriksaan.
Metode yang digunakan apakah orang masih hidup saat tenggelam ialah
pemeriksaan diatom. Metode ini bukan tanda pasti karena pada paru
seorang penyelam bisa jadi juga didapatkan diatom dalam parunya. Untuk
Benda asing dalam paru dan saluran pernafasan mempunyai nilai yang
menentukan pada mayat yang terbenam selama beberapa waktu dan mulai
Pada mayat yang segar, adanya air dalam lambung dan alveoli yang secara
fisik dan kimia sama dengan air tempat korban tenggelam mempunyai
bahwa korban sedang dalam keracunan alkohol pada saat masuk ke dalam
air.
drowning dan juga penyebab kematian lain seperti penyakit, keracunan atau
kekerasan, alkohol atau obat-obatan dapat ditemukan pada pemeriksaan luar atau
bedah jenazah.
saluran pernafasan, maka pemeriksaan diatom dari air tempat korban ditemukan
tempat lain.
Bila sudah ditentukan bahwa korban masih hidup pada masuk ke dalam
air. Maka perlu ditentukan apakah kematian disebabkan karena air masuk
terjadi dengan cepat, hal ini mungkin disebabkan oleh sudden cardiac
arrest yang terjadi pada waktu cairan melalui saluran napas atas. Beberapa
Bila tidak ditemukan air dalam paru- paru dan lambung, berarti kematian
terjadi seketika akibat spasme glotis yang menyebabkan cairan tidak dapat
masuk. Korban yang tenggelam akan menelan air dalam jumlah yang
makin lama makin banyak, kemudian menjadi tidak sadar dalam 2-12
menit (fatal period). Dalam periode ini, apabila korban dikeluarkan dari
air, masih ada kemungkinan dapat hidup bila upaya resusitasi berhasil.
a. Mayat dalam keadaan basah, mungkin berlumuran pasir, lumpur dan benda-
benda asing lain yang terdapat di dalam air, kalau seluruh tubuh terbenam
dalam air.
b. Schaumfilz froth merupakan busa halus pada hidung dan mulut. Teori
waktu air memasuki trakea, bronkus, dan saluran pernapasan lainnya, maka
terjadi pengeluaran sekret oleh saluran tersebut. Sekret ini akan terdorong
bendungan.
d. Kutis anserina atau goose flesh merupakan reaksi intravital, jika kedinginan,
maka muskulus erektor pili akan berkontraksi dan pori-pori tampak lebih
jelas. Kutis anserina biasanya ditemukan pada kulit anterior tubuh terutama
ekstremitas. Gambaran seperti kutis anserina dapat juga terjadi karena rigor
e. Washer woman’s hand. Telapak tangan dan kaki berwarna keputihan dan
karena mayat yang lama dibuang ke dalam air akan terjadi keriput juga.
f. Cadaveric spasm, merupakan tanda intravital yang terjadi pada waktu korban
berusaha menyelamatkan diri dengan cara memegang apa saja yang terdapat
dalam air.
g. Luka lecet akibat gesekan benda-benda dalam air. Luka lecet biasanya
dijumpai pada bagian menonjol, seperti kening, siku, lutut, punggung kaki
atau tangan. Puncak kepala mungkin terbentur pada dasar ketika terbenam,
tetapi dapat pula terjadi luka post-mortal akibat benda-benda atau binatang
dalam air.
Petekie dapat muncul pada kasus tenggelam, tetapi lebih sedikit daripada
gantung diri karena pada tenggelam tidak terjadi kematian secara mendadak
b. Lidah tampak keluar karena gas pembusukan yang mendorong pangkal lidah.
Hal ini juga dapat terjadi pada mayat yang mengalami pembusukan di darat.
c. Muka menjadi hitam dan sembab yang disebut tite de negre (kepala orang
negro).
d. Pugilistic attitude
e. Posisi lutut dan siku sedemikian rupa sehingga kaki dan tangan tampak
membengkok (frog stand). Ini disebabkan cairan dan gas yang terbentuk pada
persendian.
FeS. Ini dapat juga terjadi pada orang yang mati di darat.
adanya gas pembusukan. Pada wanita hamil dapat keluar anak yang
dikandung.
h. Bila lebih membusuk lagi, kulit ari akan mengelupas sehingga warna kulit
7. Pemeriksaan Dalam
Pada pemeriksaan bedah jenazah dapat ditemukan busa halus dan benda
besar atau menggelembung tetapi ringan, dan pinggir depan biasanya overlap di
depan hati. Namun, dapat ditemukan paru-paru yang biasa karena cairan tidak
masuk ke dalam alveoli atau cairan sudah masuk ke aliran darah (melalui proses
imbibisi). Paru berwarna merah jambu pucat dan dapat mengalami emfisema.
Ketika paru tersebut dipindahkan dari dada, paru tetap mempertahankan bentuk
normalnya dan cenderung tidak kolaps. Ketika memotong paru yang mengalami
emfisema kering akan terdengar bunyi krepitasi yang mudah dinilai. Setelah
sebelum dipotong dan cenderung berdiri tegak. Ketika jaringan dipotong dan
ditekan antara ibu jari dan keempat jari lainnya terdapat sedikit buih dan tidak ada
cairan dan gas, kecuali jika terdapat edema. Dengan demikian, paru tetap kering
seperti balon, lebih berat, sampai menutupi jantung. Pada pengirisan terdapat
banyak cairan, beratnya kadang melebihi 2.000 gram. Karena paru sangat edema
maka tepi depan paru overlap di depan mediastinum sehingga berbentuk seperti
mengkilap. Paru lembab dan konsistensinya seperti agar-agar dan hilang dengan
penekanan. Ketika paru dipindahkan dari tubuh dan ditempatkan pada meja
Ketika dipotong, tidak ada suara krepitasi yang terdengar dan bahkan tanpa
akan ditemukan paru dipenuhi cairan. Dengan demikian kasus tenggelam di air
Petekie yang sangat sedikit dapat ditemukan karena kapiler terjepit di antara
bercak Paltauf akibat robeknya penyekat alveoli (Polsin). Petekie subpleura dan
bula emfisema jarang ditemukan dan bukan merupakan tanda khas tenggelam,
benda-benda air seperti pasir, kerikil, lumpur, tumbuhan air dan lain-lain maka
Organ lain seperti otak, ginjal, hati, dan limpa dapat mengalami
pembendungan. Lambung dan usus halus dapat sangat membesar, berisi air dan
lumpur.16
8. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan diatom
Diatom merupakan alga (ganggang) bersel satu dengan dinding sel yang
terbuat dari silikat yang tahan panas dan asam kuat. Diatom dapat ditemukan
dalam air tawar, air laut, air sungai, air sumur, dan udara. Diatom dan elemen
aliran darah melalui kerusakan dinding kapiler pada waktu korban masih
hidup dan tersebar ke seluruh jaringan. Di sisi lain, jika sebuah mayat
secara pasif, tidak ada aliran sirkulasi darah yang mungkin terjadi, sehingga
(secara teori) tidak mungkin ada diatom yang dapat ditemukan pada organ-
dilakukan dengan mengambil dari jaringan perifer paru sebanyak 100 gram,
masukkan ke dalam labu Kjeldahl dan tambahkan asam sulfat pekat sampai
jaringan paru terendam, diamkan lebih kurang setengah hari agar jaringan
nitrat pekat sampai terbentuk cairan jernih, dinginkan dan cairan dipusing
dalam centrifuge.16
bila pada jaringan paru ditemukan diatom cukup banyak, 4-5/LPB atau per 10-
20 per satu sediaan atau pada sumsum tulang cukup ditemukan hanya satu.16
permukaan paru disiram dengan air bersih, lalu iris bagian perifer, ambil
sedikit cairan perasan dari jaringan perifer paru, taruh pada gelas obyek, tutup
dengan kaca penutup dan lihat dengan mikroskop. Selain diatom dapat pula
kasus-kasus yang jelas-jelas tenggelam pada air yang banyak diatom dan telah
banyak hasil positif palsu yang dikatakan terjadi karena alasan teknis dari
karena itu tes ini jadi sangat tidak realibel sehingga teknik ini seharusnya
b. Pemeriksaan Elektrolit
klorida pada darah yang berasal dari ruang-ruang jantung adalah salah satu tes
kadar klorida pada sampel darah yang berasal dari ventrikel jantung kanan dan
kiri dapat bernilai diagnostik hanya jika analisa yang dilakukan adalah segera
sekitar 17 mEq/L atau lebih pada kasus tenggelam di air tawar dapat
Menurut Gettler, pada kasus tenggelam di air tawar, kadar serum klorida
di darah yang berasal dari jantung kiri lebih rendah dari jantung sebelah
Selain itu, tes lain, tes Durlacher juga dapat digunakan untuk
menentukan perbedaan dari berat jenis plasma dari jantung kanan dan kiri.
Bila pada pemeriksaan ditemukan berat jenis jantung kiri lebih tinggi
Ketika air tawar memasuki paru-paru, natrium plasma turun dan kalium
meningkat cukup tinggi dan kalium hanya meningkat ringan. Pada tenggelam
pada air tawar, konsentrasi natrium serum dalam darah dari ventrikel kiri lebih
rendah dibandingkan ventrikel kanan. Namun, angka ini dapat bervariasi, ini
disebabkan ketika post mortem dimulai maka difusi cairan dapat mengubah
tingkat natrium dan kalium yang sebenarnya. Oleh karena itu Simpson
KESIMPULAN
penyebab kematian terbanyak ketiga setelah kecelakaan lalu lintas dan trauma
merugikan berbagai efek samping yang merugikan dari berbagai agen kimiawi
drowning) adalah keadaan gangguan fisiologi tubuh akibat tenggelam, tetapi tidak
terjadi kematian.
37
DAFTAR PUSTAKA
1. Rey NEK, Mallo JF, Kristanto EG. Gambaran kasus kematian dengan asfiksia
di bagian kedokteran forensik dan medikolegal RSUP Prof. Dr. R. D Kandou
Manado periode 2013 - 2017. J e-Clinic. 2017;5(2):200–5.
3. WHO. Drowning [Internet]. 2020 [cited 2020 Mar 21]. Available from:
https://www.who.int/health-topics/drowning#tab=tab_1
4. WHO. Drowning [Internet]. 2020 [cited 2020 Mar 21]. Available from:
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/drowning
10. Novita G. Tanda kardinal asfiksia yang ditemukan pada visum et repertum
kasus gantung diri di departemen forensik Rsup Dr. Muhammad Hoesin
Palembang pada tahun 2011-2012. Universitas Muhammadiyah Palembang;
2014.
13. Shepherd R. Simpson’s forensic medicine. 12th Ed. New York: Oxford
University Press; 2003.
14. Dahlan S. Ilmu kedokteran forensik pedoman bagi dokter dan penegak hukum.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro; 2000.
38
39
18. Sauko P, Bernard K. Knight’s forensic pathology. 3rd Ed. London: Oxford
University Press; 2004.