ANAK
Edisi Pertama
Cetakan Pertama
OKTA
WATANO
KINOO
VIQENOS
Seryanto I katan
Dokrer Anak Indonesia 2008
ISBN Kedokteran -
1-0
pengarang dilindungi undang-undang.
Cetakan
978-979.842
memperbanyak
Badan Penerbit
pertarna Mi
RESPLROLOGI,
1-3
lkatan Dokter Anak Indonesia
sebagian
IDA1
Puspanin*
atau seluruh
Jakarta, 2008
isi buku ini
nlembuat suatu buku ajar. Kami menyadari
melatui perdebatan yang cukup seru. Akan cetapi, berkat dedikasi yang
wcwb.
Jakarra,
rahmac dan karunia-Nya, kita telah mendapatkan kesehacan dan
tun~buh kembang anak dapat berlangsung secara optimal sesuai dengan porensi genetiknya.
Sesuai kata
OIeh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar penerbitan berikutnya lebih sempurna.
Akhirnya,
PP IDAI
Assalammu'alaikum
wr-wb.
Ungkapan puji dan syukur kepada Allah
kesempacan, sehingga buku Ajar Respirologi Anak ini dapat dicerbitkan. Terima kasih yang cidak terhingga kami ucapkan
kepada para anggota
waktu-dan pikiran yang
2008
H. Bambang Supriyatno,
under/overtreatmmt lnaupun
kasus respiracorik, sehingga anak mendapac pelayanan yang prima. Dengan demikian, kualitas
nlasih cerdapat kekurangan dalam buku ini.
espirologi penghargaan PP IDAI dan rasa dan semua terima pihak
sampailian tidak cerhingga kepada para anggota UKK R
kasih yang yang telah
nlendapackan balasan yang sesuai dari
Amin.
~assalammu'alaikum
SpA(K) Ketua
Buku
nak
Ajar Respirologi A
menlbantu
Sambutan Ketua
UKK Respirologi PP IDAI
sangat tinggi dari para anggoca, akhirnya buku ajar ini dapac diterbickan. Penerbican buku ajar ini diharapkan mampu
J uni
sangat berharga serca
terbitnya buku ajar ini. Semoga amal dan budi baik
sekaIi
pepatah bahwa tidak ada gading yang tak retak, kami pun rnenyadari
UKK Respirologi P P IDAI
Allah
lagi
Dr,
kanli
SW?; dan semoga buku ini bermanfaat bagi kita semua.
sepenuhnya
hidup anak dapat meningkat dan
UKK Respirologi
SWT selalu kica panjackart, karcna berkat
betapa perjuangan ini
atas berbagai usahanya untuk
nlenurunkan angka
sejawat
memakan
underlwerdiognosis
teman-ceman sejawat demi masa depan anak-anak Indonesia.
Jakarta, Juni 2008
Dr
terbic. Buku Ajar ini merupakan salah satu persentbahan dari Unit
turuc meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan anak Indonesia.
PP IDAI
Assalamuaiaikum
I Puji dan syukur
RESPIROLOGI PP
IDAI ANAK
ANAK
DAFTAR
--
I
.-
1.:
2.:'
5 1
-
ANATOMI DAN
PENDEKATAN
Darlious
ASMA
Epidemiologi
bediman, Muljono Wirjodiardjo
Respirologi Anak
Embriologi dan Tumbuh Kembang Sistem Respiratori Anatomi Sis tern Respiratori
FisioIogi Sistem Respiratori Mekanisme Pertahanan Sistem Respiratori
Landia Setiawati Anamnesis 5 1 Pemeriksaan
Daftar Isi
respiratori
ineversible1
SISTEM
RESPIlUTORLK ANAK
RESPLRATORlK
IDAI
iii iv V vi vii
xv xvii xxii
I
vii
diagnosis
viii
rersier
4.
TUBERKULOSIS
Diagnosis
Heda Melinda D Nataprawira
Pemcriksaan penunjang Diagnosis banding Alur diagnosis Serangan
Barnbang Supriyatno, Makmuri MS
TataIaksana Jangka Panjang
Noenoeng R ahajoe
~husus Asrna dengan Adi Utomo Suardi,
noktumal Pencegahan
Asma Oma Rosmayudi,
Epiderniologi
Cissy
klinis . Pemctiksaan penunjang
risiko Patogenesis
Yangtjik, Dwi
Gejala klinis Diagnosis Tatalaksana Prognosis
CROUP (Laringotrakeobronkitis Akut) Kiagus
Prognais Bronkitis Akut .
Roni Naning, Hadianto Ismangoen,
Bronkiolitis
Patofisiologi Diagnosis Tatalaksana Pencegahan Prognosis Pneumonia
MagdaIena Sidhartani Zain
Definisi Etiologi Epidemiologi
Mardjanis Said Eriologi
Otitu media akut Otitis media dengan
Enologi Faktor
4
- Terapi oksigen
Water
Avian.Influenza
Darmawan Budi
Pneumororaks Mardjanis Said,
Dadiyanco Prosedur
swab) Prosedur Terapeutik
'
Secyanco Peogantar
Etiologi
Epidemiologi Faktor risiko
Tatalabana Prognosis
Penularan
Parogenesis
Manifestasi klinis Pemeriksaan
penunjang Diagnosis
Pencegahan
jS3 Uji
(ungsi paru Uji
jarum halus Skin prick test Usapan
Pungsi p leura Bron kos kopi P engambilan
spucum Bilas
Induksi sputum Apirasi
tuberkulin
lambung
seakd drainage
tenggorok
Diagnosti k
TLNDAKAN
Ridwan
Nasriti Kaswandani, Diah Sri Wulandari
(pharingeal
M.
(WSD)
Daulay, Roni
PADA-PENYAKIT
Naning, Dwi Wastoro
RESPLRATORIK
8uk.u. Ajar
Respirologi
And k
Tabel 4.4.1
Tabel
Tabel 3.7.1
Tabel
Tabel 4.4.2
Tabel 4.4.3
Tabel
Tabel 4.4.7
Tabel
Tabel 4.4.9
Tabel 4.2.1
Tabel 4.2.2
Tabel 4.3.1
Tabel 4.4.4
Tabel
Tabel 4.5.4
Tabel 3.1.1
Tabel
Tabel
Tabel 3.4.2
TabeI
Tabel 3.6.2
Tabel
Tabel 4.5.2
Tabel 4.5.3
Tabel 5.6.1
Tabel 5.7.2
Tabel
Tabel 5.7.1
Buku Ajar
4.1.1
3.1.2
3.6.1
4.4.5
4.4.6
4.4.8
4.7.1
3.4.1
4.5.1
5.iO.
Respirologi
I
SupecfisiaIis Sebab-sebab
Perbandingan Dosis Harian uncuk Kortikosteroid Inhalasi Jenis Alat
Objektif EIA Risiko Sakit Tuberkulosis pada Anak yang Terinfeksi Tuberkulosis Risiko sakit tuberkulosis pada anak yang terinfe
ksi Tuberkulosis Tahapan Tuberkulosis
Petunju k WHO u ncuk diagnosis TB anak Sisrem skoring diagnosis Tuberkulosis anak Obat Antituberkulosis yang biasa
dipakai dan
MDR-TB Sistem
Temuan
Inceraksi Makrofag-kuman TB pada Tuberkulosis Lesi Tuberkulosis paru Bentuk klinis Tuberkulosis pada anak
~ a d a ana k
Penyebab batuk kronik berulang pada anak Frekuensi gejala dan tanda TB Paru sesuai
Asma Prevalens
di Indonesia Indeks
umur Diagnosis banding
TuberkuIosis di sarana kesehatan terbatas
cerhadap Tuberkulosis Infeksi Respiratorik
nlen&ut Pernbagian derajat penyakir
PNAA 2004. Penilaian derajac serangan
Perkiraan
Klasifikasi
dosisnya Dosis
Kombinasi pada Tuberkulosis Anak Dosis kombinasi cetap
Estimasi efek proteksi
nak Usia 0
P.kut A -5 Tahun, Hasil d i Negara
ari 17 Penelirian pada Masy arakat d
IFWpneumonia pada bayi dan balita di Indonesia yang dicatar pada SKRT 1992
Faringitis a kut Tidak ada
Daftat Obat Antituberkulosis Lini Kedua untuk
Rendah Angka kematian
prevalens Prevalens, berdasarkan insidens, SDKI. d an
tertinggi
. .
Kekerapannya Mikroorganisme penyebab
beberapa Insidens
negara Etiologi
tabel Perbandingan gambaran
epiglotitis dan Sindrom Croup Per bandingan antara
roup c D
S~dC iagnosis Banding Croup Etiologi Pneumonia pada anak sesuai dengan
Anak XV
Klinis uncuk Mengetahui Risiko
penilaian (Scoring System) gejala dan pemeriksaan penunjang
Knitis Berdasarkan
Subjektif dan
IWpneumonia pada anak di bawah 5 tahun d
i
InhaIasi Sesuai dengan Usia
individu berdasarkan
hasil
Daftar
positif palsu dan negatif palsu uji
pembesaran
Viral
Bacille
berdasarkan WHO
kelompok usia yang mempunyai
kIinis
Cmup dan
asma
-
Berpendapatan
asma pada anak
Calmette-Gum'n
Tabel
Kelenjar Limfe
scatus
tuberkul~sisn~a
Asnla
keIompok
kelompok
TuberkuIin Mancoux
i negara maju
r~sia d
Tabel 7.7.1
.
,Tabel 7.17.2
Tabel 6 .1
Tabel 6.2
Tabel 6.3
Tabel 6.4
Tabel 7.1.1
Tabel 7.1.3 TabeI 7.1.4
Tabel 7.17.3 TabeI 7.18.1
~abel'7.18.3.
TabeI 8.2.1
Tabel
Tabel 7.1
Tabel 7.18.2
Tabel
7.1.2
7.17.1
.S
Discase Control. Sel yang
HIV. Kriteria diagnosis berdasarkan lnternasional Neuroblascoma Staging System
rawat jalan. Kriteria Light Terapi
1) Tujuan terapi dan efek samping yang ditimbulkan Masalah-Masalah kesehatan BPD
resplratori-bawah yang menyebabkan gangguan obstruktif
deposisi Fak tor-faktor yang Mempengaruhi
aerosol ke dalam paru Perbandingan
Nebulizer, jet dan ultrasonik Kelebihan dan kekurangan alat terapi inhalasi Pemili han alat inhalasi Penyebab refluks pada bayi
1
Daftar Gambar
Ganlbar 1.1.4
Ajar.
Respirologi
1.3.9
.2.6
Acak
xvii
perp~nda han CO dipengaruhi oleh difusi, sedangkan perpindahan
Plechysmography. Tekanan di dalam mulut dianggap sama dengan cekanan di dalam paru. Grafik hubungan tekanan parsial gas
pemapasan
0, biasanya dipengaruhi oleh perfusi, namun dapat be
curbulen Spirome ter sederhana.
Vcntilasi dan perfusi pada bagian basal paru (A) dan apeks paru (B) . A) Dis tribusi rasio
ventilasi-perfusi pada orang normal. Perhaiikan distribusi yang sempitdan
tnya aktivitas pemapasan, te rjadi penurunan stimulus
interkostal, dan naik turunnya
waktu d i dalam kapilec paru. Perpindahan
Distribusi rasio ventilasi-perfusi pada pasien dengan bronkitis kronis dan
emfisema. Perhatikan adanya aliran
terbencuk Janin pada usia di ventral
Diagram yang menggambarkan perubahan volume udara paru pada pernapasan normal, inspirasi maksimal, dan ekspirasi
maksimal.
ventilasi- perfusi yang
Unsur dasar
disarnpaikan k e pusar
Tahap kanalikular. Anacomi
Skeiila percabangan bronkus Skema anacomi bronkus dan bronkiolus
pengembangan rangka dada pada saat ekspirasi dan inspirasi, rnenggam bar kan kontra ksi diafragma, fungsi otot
respons otoc-otot pemapasan. Dengan
Kurva
bahwa
Percumbuhan paru ke
dalani kanalis perikardioperitonealis dan penibentu kan cabang-cabang
Pengenlpisan
pipa. Pola aliran
A. Aliran laminar; B . Aliran
. Aliran rransisional dengan pembentukan pusaran pada percabangan; C
Perkenrbangan berbagai struktur paru pada 5 tahap perkembangan paru pranaral.
Aua~onli faring.
Anatonli
Anaconli pita suara
nonlinear;
respns
sensorik k e o tak
hidung
laring
usus depan.
gaslcairan di
sangat
sistern
dan
makshum
kchamilan 2 5 hari, divercikulum pernapasan
respons
rangka dada.
rendah.
meningka
regulasi
napas, kemudian
ventilasi terhadap
sehingga
darah menuju area paru dengan rasio
timbuI pada
tidak adanya pirau (shunt), B)
dalanl
N,O dipengaruhi oleh perfusi,
respirasi.
bran kus.
menimbulkan
PO,
lnformasi dari berbagai
menimbulkan
perubahan PO,
kurang dari 50
rubah jika
*
umpsn
dengan
terdapa;
balik
mrn Hg.
arteri
negatif. .
Perhah
penya ki t.
reseptor
- Gambar 4.1.1
Gambar
Gambar 1.3.1
1
Gambar 2.2.1 Gambar
Ganlbar 2.2.3 Gambar 2.2.4 Gambar 2.2.5 Gambar
ambar 2.2.7 Gambar
2.2.6 G
2.2.8 Gambar
3.1.1
Gambar
3.1.2. Garnbar
3.1.3
Gambar 3.1
-4 Gambar 3.2.1
Gambar 3.2.2
Gambar
3.2.3
Gambar 3.2.4 Gambar 3.2.5 Gambar
3.2.6 Gambar 3.2.7 Gambar 3.2.8 Garnbar
3.2.9 Gambar 3 .3.1 Gambar
3.3.2
Gambar 3.4.1 Gambar 3.5.1 Gambar 3.5.2 Gambar 3.6.1. Gambar
4.2.1 Gambar
: Gambar 4.2.3
. Metered Dose
- . . Jet Nebuliser A
HIV Gambaran normal
Respons inflamasi oleh
ilustrasi proses presentasi antigen
lnteraksi
epiglotitis. Ultrasonic nebulizer
'. . Alur keadaan
tenggelam. . Virus Proses replikasi. Salah satu komponen
.
..
raphatori bawah.
CD8+ terlibat dalam mengatasi infeksi
exoqtosir,
laksana
setelah kejadian
molekul
Inhakr (MDI) , B.
tuberkulin dan perneriksaan interferon gamma.
kelainan
timus pada' foto- roentgen dada,
tahun dikaitkan dengan usia dan
keseluruhan memberi kesan gambaran sail sign.
penyebab
sel fagosi t terhadap aktivasi
HLA (MHC) Klas
Jumlah total
reflr~ks gastroesofagus.
sitoeoksisicas
T, destru ksi
pads' ana k
&- P owder Inhaler (DPI)
episode infeksi
.. . .
hrsahgka
melal ui jalur
kunlan
y ang
terinfe'ksi
jumlah episode
-
gfanule .
xi%
-
1
8.1.2 Gambar 8.1.3 Gambar 8.1.4 Gambar 8.1.5 Gambar 8.1.6 Gambar 8.1.7 Gambar 8.1.8 .
7.11.1 Gambar Gambar 7.1 1.2 Gambar 7.1 1.3
Gambar 7.1 1.4 Gambar 7.1 1.5
Gambar 7.12. I
Gambar
7.13.2
Gambar 7.13.3 Gambar 7.15. I Gambar 7.15.2 Gambar
7.15.3
Gambar
7.15.4 Gambar
7.15.5
Gambar 7.15.6
Gambar 7.16.1 Gambar
7.18.2 Gambar 7 .1.1 Garnbar
.18.3 Gambar 8
7.13.1 Gambar
7.17.1 Gambar 7.17.2
Gambar
7.17-3
Garnbar
7.17.4 Gambar 7.18.1 Gambar
Gambar8.1.9 Gambar 8.1.10 Gambar 8.1.1 1 Gambar
8.1.12
Universiry of
statis paru. Spirogram manuver
diIihat dari sisi kiri. Tumor mediastinurn sesuai lokasi.
veila cava superior
Pulmonal. Gambaran
keterlibatan siscem imun terhadap proses Hipercensi Pulmonal. Alur diagnosis
HE! Struktur dan posisi protein
sel. Gambaran mekanisme pertanahan saluran
napas alamiah. Gambaran rnikroskopik
saIuran napaspasien Fibrosis kisdk. Gambaran hipocesis patogenesis infeksi Pseudomonas aeruginosa
empiema. Struktur virus
H5Nl Skema pathogenesis Mekanisme timbulnya kejadian
kor
w-volume . S
- Spirogram manuver M
Komparcemen
tce Histopa
dan neuritic process. Foto toraks neuroblastoma
CT scan limfangiorna:
Insidens BPD p ada bayi dengan
n~ukus
CT scan toraks menunjukkan lokulasi pada efusi pleura kiri, dengan kemungkinan penyebabnya adalah
empiema. Menggambarkan perlunya akses interkoscal untuk intervensi VATS pada efusi pleura lokulasi
Miurniflackson Memorial Medical Center t ahun 1996 - 1998). Abnormalitas pembuluh darah
n~ukus diatasnya. Regulasi volume
napas Fibrosis kistik. Algoritme evaluasi dan pengobacan bronkiektasis.
Algoritma penatalaksanaan
Kurvauolurne-time. ,
Kupa
le thysmography. Penyuntikan
interpretasi hasil spirometri. P
tuberkulin Uji ruberkulin
ktif. Hubungan antara transport ion yang abnormal pada
Empiema.
Vol~lme
Bentuk kurva u ntuk berbagai
indeks obscruksi. Diagram spirometri normal.
AIgoritma
kurva; perhitungan derajat kecekungan
flo
tologi neuroblastorna, gambaran pseudorose
clan aorta
cara
mediastinurn
CL melaui mekanisme rranspor
lapisan P
Tlne.
Viral
-
W.
batas
epicel saluran
Capacity.
CFTR pada
jelas,campak aairan mengisi antara
pulmonal pada Hipercensi
berat
qtokine
badan lahir
napas beserca
membran
storm
ku~a.
aicibat virus influenza.
Baku. Ajar
< 1.500 g di
PC1 dan
epicel dan
Respi~ologi
a
t ion
salurau
lapisan
stasis
Anak ,
.:
:
Gambar 8.1.13 Gambar
8.1.14 Gambar 8.2.1
Gambar 8 .2.3 Garnbar
8.2.4 Gambar 8.2.5 Garnbar 8.2.6 Gambar 8.2.7 Gambar 8.2.8 Gambar
Ganlbar 8.2.10 Gambar 8.2.1
I Gambar
8.2.12 Gambar 8.2.13 Gambar
8.2.15 Gambar 8.2.16
Gambar
8.2.17 Gambar 8.2.18 Gambar
Gambar
Buku
8.2.9
8.2.14.
8.2.19
~&piro/&i Anak xxi
.
disintegn'n and
kukolriene
badan .
badan
l
broncbpulmorurry
risk of
p~esenting
Thm-acic
oJ South-East Asia Nation
Iahir
@
lymphoid
and
TechnoIogy for
Buku-Ajar
~espirologj.
Anak
Anak
xxiii
C-reactive protein : resepcor komplemen :
regulntor : Sindrorn
receptor 5 :
chlaro-fIuoro carbon : culture
medialed immunity :
lengkap :
.. :
wmia : childhood asthma prevention study : calcium channel blocker :
werentiation 8 : center for diseases con
uinu : central nervous system :
serebrospina1 : computed
tomopaphy scanning :
damage : dideoksisitidin : dideoksiinosin :
Dihydroxyphenylglycol :
:
trof : fibrosis kistik :
)rotein : case fatality rare :
anmIies :
karbondioksida : Chronic Obstructive Pulmonary Disease
cunle score :
in~ravascular coagulation :
deoxynbonucleotide acid :
wh inhaler : darah
branc o xygenation :
difjerentiatiun 4 : cluster
Pertusis Tetanus : Dengue shock syndrome : Epstein-Ban
virus :
,.
:
: continuous positive airway pressure
:
: dan kawan-kawan
:
:
nd d evelopment, and
atresia, retardation of growth a
dirsemimted
cluster
cystic
cellular
cytomegalo
&fie alveolar
&quama
directly observed treatment s
drj
epithelialgi-otuth
community acquired
chemokine cell
karbonmonoksida
cairan
Difteri
extracorporeal
extracellulir matrix . .
fihsis
perifer
of
oJ
fillrate
coloborna, heart anomalies,
tive interstitial
rransmem
mm
factor
-
brane
pwumonitis
hortcourse .
conduccnnce
choanai
genilal and ear
a
EIA :
tu berkulosic
EMB :
uolume ES AT : early target ETAC : early
capacicy G-6-PD : glucose -6-phosphate
pup g ag gamma
GT
:
associated t~ansferuse GCS :
ELIS
4 EMTU :
channel ERA :
antagorlist ERV : expiratory reserve
atopic child FDA FDC : food and LzdminiStrasion : fixed dose combination FEF : aliran ekspirasi punksi FEV
second FGF :
fibroblast growth factor FK UNSYIAH : Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala
Hasan Sadikin FNAB : fine needle aspiration biopsy FRC :
- : gamma
: Fakultas
: granulocyte
:
engme
enryme-linked
enryrne-linked
epithelial-mesench~ml
etamburol
endothelin receptor
finc
growth
Glasgow coma s cale
Gerakan
Mangunkusumo
FakuItas Kedokteran Universitas Sriwijaya
Asam
High-Eficiency Particulate
hypopnea index
tional residual capacity
secreroly antigenic
treatment of the
expiratoq volume in
Initiative for
diafragmatika kongenical
chorionic
glucurony
drug
Kedokteran Universicas
macrophage colony
immunoabsorbent assay
immunospot interferon gamma uncu k
godthropine
i
As
dehyd~ogennse
~rokhic
I
unil
stirnuloring
Pedjadjaranl
factor
Runla h Sa
jar
Buku A
Rumah Sakit
Respirologi
kit
Cipro
A~@K
KA IL IL-2R
IMT INH
I
iNOS IP-
IPAH IPD IRA IRV
iNO
ISPA I
ISMC
IU IUATLD
IV
IVP K
KDa KF
K,
Buku
-TAc
10
Ajai'
~espirolo~i
~nak'
vim : human
:
hipotalamus-hipofisis-adrenal : human
': isoniazid (isonikotinik hidrazil)
:
tip B : human
: heart rate : high r esolution computed tomography :
Hiper-reaktifiras bronkus :
corticostemid :
:
irnmunochroma10grajhic test : intensive care unit
synthe : interferon induced protein :
:
y :
: interleukin : interleukin 2 teseptor
jbw rate :
.inholed nitric oxide :
:
:
:
darurat : : interferon gamma
: Ikatan Dokter Anak Indonesia
: interferon
arterial hypertension
:
pneumococcul disease : infeksi
iespirarorik akut :
inspirato~ reserve volume . . :
chemokine : international unit : The
:
: indeks
AUe~gy in Children : infeksi
: interferon inducible
: kalium : kilo Dalton
'
.
-
: keratokonjungtivitis
: koefisien
' . ,
hernobhilus influenza
hipertensi
high resolution computed tomography
inspi~alory capacity
inhafed
intercellular adhesion molecule
inspisatory
inlunoglobulin
insraIasi gawat
Ilmu Kesehatan Anak
inducibk nitric oxide
Invasive
Ihputhic
Internarional Study
lntemtional
parainfluenza virus
irnmunodefliency
leucocyte
rnassa tubuh
saiuran pernapasan akut
puimannry
fillrasi
puImonal
antigen
rehe assay
Unh Against Tuberculosis and Lung Disease
T-cell
of.&thm a nd
fliktenularis
alfa
-.
-
.,
KIE
KIP1 KMS
KNAA KOM
MRT m-RNA M
MRmCDU
Rs MSG M
TBS MV M W
N2O Na
NaCI NBF
- NCHS
~r&icr . .
xxvi
: kompleks osceomeatal :
pascain~unisasi : Kartu menuju sehat : K
onsensus Nasional
-intracellulare :
IImu Kesehatan Anak
4
: Morbidity and
:
:
komunikasi, informasi, edukasi
keamanan d an kejadian ikutan
Iyrnphocytic interstitial
Kongres
major basic
monocyte
macrophage
multidrug
major
monokine induced
macmbhage
matrix
Mumps,
rnannose receptors
monosodium
maximal voluntary
nucfeotide binding
~ationai
ycobac terium auium
histoc~mnpatibil'ty
Measles,
~enier for Health
chemoattractan protein
inhaler
terpadu
Mmlity Weekly
Rubella
fold
by
urn
-
Asma Anak
net
N NEJM
F-nB NGT NHLBI NIH
NK
NKT
0, OAT
cells NNRTI
NO
N RTI NSAID
01 OR OSAS OT PA PA PAP TB
NRDS
NREM
POM PPD
PPMs PPOK
RANT=
RCT RDAI
REM REV
t !
t
SP SPID SSP
TB TB Tc-99m TCRS
TEE
TV UKK
UNAIDS UNICEF USA USG
uv VATER VATS
VC VD vif
vpr VSD VT
WHO WSD
YAPNAS 25-HETE .
jar
Buku A
nak
Respirologi A
metallogroreinase : total lung capacity :
Toll-lik receptors :
unit kerja koordinasi : United Nations Program on
HIVIAIDS : United Nations Children's
Sociery for Pediatrics Infection Disease : susunan saraf pusac :
badan : tuberkulosis :
Study :
T-heIper :
theophylline slow release :
t~ansthoraca1 biopsy : Tuberculin Unit
surfactan :
protein :
hildren Respiratory's
cechnecium : Tucson C
telinga-hidung- tenggorokan : tissue inhibitor of
Trimetoprim-Sulfamecoksazol : Tumor necrosis
jac~or : Toksoplasrna,
ks :
penitipan anak : thymic
uohrne :
uentricubr tachycardia : World Health Organization : . water sealed drainage : Yayasan Penyantung Anak - . :
lymplwpoierin :
tate o f America :
: United S
ultrasonografi :
ultraviolet :
!imb : video assisted thoracic
surgery :
capacity : volume ruang rugi
fisioIogis : virion : viral
infectivity
U
factor
: viral protein
:
:
:
R :
septa1 defect : ,
:
Sitomegalo, dan virus Herpes simple
Tempat
trawesaph.ageal
tidal
vertebra,
vital
tinggi
transforming growth Factor
thorax gas volume
ventridus
25-hyhxyeicotetraet10ic acid
botein
stromal
anorectal, cardiac,
Rubela, Virus
echocardiography
p
renal, radial, and
fund
Asma .
-
saluran
Behrman RE,
y ang monopodal (cabang
8uku Ajar
1.1.3).
mernbela h
dikotomi
respiratori
Kliegmx
mesenkiln
nak
Respirologi A
RM.
'pembentukan paru
- mesenkim, dan komunikasi molekular langsung antara fibroblas dan sel
hari, divertikulum pernapasan terbentuk di ventral
EGC, 2000.
Gambar
Gambar 1.1.2 Janin pada usia
Surnbcr: Sadlcr
1.1.3 Pertumbuhan paru ke dalam kanalis perikardioperitonealis dan pernbentu kan cabang-cabang bron kus.
antari mesenkim- ini dan
b'elum sepenuhnya diketahui. Namun, sekresi faktor-faktor pertumbuhan
Surnber: Sadler
Anatomi d
an
oleh fibroblas mesenkirnal yang
Interaksi antara mesenkim dan endoderm tunas bronkial adalah spesifik-organ.
saluran
melalui celah d i membran basal, dianggap sebagai mekanisme yang merangsang pembentukan cabang tersebut.
epicelium tunas bronkial, penting bagi kelanjutan pembentukan
usus depan.
EGC, 2000.
Mesenkim peribronkial atau
respiratori. Faktor-faktor yang membantu pembentukan cabang
Fisiologi
W.E mbriologi kedokteran
lW. Embriologi
Sistern
diinduksi
seIama
kedoklcran
Respiratcri
periode ernbrionik. Kontak yang dekat
oIeh steroid, interaksi
kehamilan 25
Langman. North Carolina,
Langrnan. North
spfunknopleura mempunyai
Carolina,
spesifik dengan
pem penting dalam
komponen aselular
cabang-cabang
endodema1
-
,3
servikal.
. , .
setelah pembuluh darah muncul, tunas bronkial dikelilingi oleh suatu pleksus pembuluh darah yang berasal dari aorta dan akan
somati k mayor. Pleksus vaskular ini berhubungan dengan arteri dan vena pulmonal untuk membentuk
pendukung'paru, terrnasuk pleura, septum paru, otot
napas. berasal dari mesenkim.
1 .l. 1.2 Periode
seluruh sistem saluran respiratori cerbentuk, termasuk bronkioli
perikardiunl dan
pseudoglandular
Menuju minggu ke-6 kehamilan, pada awal periode
memiliki hubungan yang erat dengan arteri dan vena pulmonal. Trakca dan
esofagus dan
menybabkan Bochdilek. Defek ini, yang merupakan organ-organ abdomen masuk ke
berupa, sel-sel tinggi-yang hampir penuh mengisi Iumen.
saIuran
ada waktu yang bersamaan,
akhirnya akan meningkatkan porsi pertukaran udara paru. P
neuroekc~dermal. Kelenjar mukus, kartilago, dan otot polos dapat dibedakan dengan
pleuropericor.eal, yang tumbuh dari
penyatuan ini,
cerjadi pe'mbentukan cabang saluran respiratori dan pembuluh darah paru. hipoplasia paru yang
sirkulasi paru yang lengkap pada minggu ke-7 kehamilan, namun sebagian hubunganny a dengan aorta a kan dipertahankan untuk
membentuk arteri bronkial. Seluruh sttuktur
menyerupai kelenjar eksokrin dengan stroma yang tebal dan
telah terbentuk dan
terjadin\a fistula trakeoesofageal.
Pada
h pengaruh kontrol
rnelapisi saluran respiratori berdiferensiasi mulai dari trakea dan bronkus
Sel-sel rersebut kemudian segera membentuk
6 kehamilan.
ke- 1
transversus, yaitu suatu lempeng jaringan
beru~a membran, akhirnya disisipi otot-oto t Iurik yang
Selama
p&tumbuhan epitelial
sekretorik (Clara), globular, dan neuroendokrin
abdomen dan mernbentuk
peitunibuhan
1.1.1.3 Periode kanalikular
usus depan sekarang telah terpisah akibat fusi progresif rigi
tangkai kuning telur. Bagian lateral diafragma dibentuk oleh
sept"rn transversus. Penyatuan ini
Pembuluh darah paru berasal dari mesenkim. Segera
Diaftagma dibentuk pada periode ini. Tendon
napas primirif. Fusi inkompiit rigi
beriod; ini, yaitu antara
lapisan epitel berlapis s emu yang mengandung
periode
bronkigl
biasanya terjadi di sebelah kiri, menyebabkan hernia diafragma
mengalir ke vena-vena
polos, kartilago, dan jaringan ikat yang meliputi saluran
dinding tubuh s ampai mereka menyatu dengan mesenterium
mesen kimal, sel pluripotensial yang
in?, saluran respiratori terus membentuk cabang hingga
berat
menjadi tampak lebih
Iehih
batas
ten~tama di
pesat
(banies) bagi pertumbuhan paru ke kaudal.
minggu
dalanl rongga pleura
daepada
(Kulchicsky) yang berasal dari
,jenis hernia diafragrna tersering,
mesodermal yang terletak di antara
menghilangkan hubungan antara toraks dan
sisi hernia.
epitelial ini menyebabkan
ke-16 dan
tribular, sementara
berzsal dari miotom
utama.
pertumbuhan
dukrus-duktus
pseudoglandular, paru
Diafiagma yang
sentralnya berasal dari
minggu ke-26-28 keharnilan.
Saluran respiratori
primitif yang
primitif dan
epitelial yang
sel-sel bersilia,
rnesenkimal.
lipatan
daerah
sempit-dilapisi epitel
Buku Ajar
mudah pada
.... ,
Akibamya
awalnya
distalpya
Respirologi
mengganggu
tumkuh dari
utanla
Akibatnya. .
kongenital
Kegagalan
di
mingsu
septum
ba\\-a
teru
Anak
potensial, sehingga pertukaran gas dalam jumlah terbatas mungkin tejadi
daerah mernbagi untu k membentuk pondasi struktural
ini menjadi lebih kuboid dan mulai menyerupai pneumosit tipe
hamilan (Garnbar 1.1.4).
Garnbar 1
Sel-sel kuboid melapisi bronkiolus respiratorius. B. Sakys
sakular. Pada saat ini, saluran respiratori terminal terus rnelebar dan membentuk
.'
kberapa sel m ulai rnenyerupai pneumosit tipe I , yaitu memiliki bany ak glikogen sitoplasrnik dan
sedikit retikulum endoplasmik.
bagian distal mesenkim bronkial membentuk jaringan yang lebih
2000.
e-26 dan ke-28
1.1.1.4 Periode sakular Di antara minggu k
-ke-22 ke
Sumber:
silindris yang disebut sakula. Permukaan dalam sakula yang awalnya
an geta h b ening atau mem b entu k sa k us terminalis (alveoli primitif).
endotel kapiler dara h d
herkernbang menjadi
mes&d& peribronkial serta rnemiliki
potensiaI basal yang
menjadi lebih
- . - .
1.1
..
hihgga* . . . . .
terlitlat
-
'pada minggu
hasil
halus,
&luF
selapis
~.
pehilitian
sebelum
rongga-udara
ada
membran
struktu~
denode
-
-
pada.
lahir
5:
.2 Adaptasi pernapasan pascanatal
Janin yang
cifasec yang analog dengan alveolus paru
pengacuran endokrin.
cersebut tidak ada, misalnya karena paru atau dada terkompresi (seperti pada hernia diafragma atau oligohidramnion) , atau jika
per
seperti beberapa
domba dan kuda, jumlah alveolus
banyak daripada jumlah alveolus manusia. Pada janin manusia, pembentukan septum sakula yang dimulai dengan munculnya
cransformasi paru dari organ sekretorik menjadi organ pertukaran gas, dan pembentukan
pulmonaI dan sistemik yang paralel.
Segera
Surfaktan paru akan menurunkan tegangan permukaan dengan membentuk satu
lapisan lipid hidrofobik di
krista sekunder terjadi dengan cepat, se hingga struktur
permanen (walaupun glukokortikoid mempercepac penipisan membran kapiler alveolar). Alveolarisasi juga dipengaruhi oleh
otoc respiratorik pada pernapasan janin, diperlukan
cerganggu (misalnya pada lesi korda spinalis), akan terjadi hipoplasia paru dengan j
meru~akan campuran heterogen fosfolipid dan protein yang disekresi
Hormon tiroid merangsang pembentukan septum, sementara glukokortikoid (pada tikus) menghambacnya secara
Regangan oleh cairan yang terdapat di dalam paru dan distensi
ha1
mengadakan pertukaran gas secara otonom, sehingga dibutuhkan perubahan
Perubahan
napas pertama kali, terbentuk interface cairan- udara di dalam paru. Jika tegangan permukaan yang
diturunkatl,
dapat'dilihat di
lapisan surfaktan, oleh karena itu diperlukan untuk
tempat penyimpanan surfaktan d alam subfase cairan).
badan Iamelar, pada minggu ki-24 kehamilan. Namun, lipid surfaktan (paling
dapat,-dydeteksi di dalam cairan amnion, sampai
terdapat jarak wakru antara pembentukan surfaktan dan sekresi. Persalinan
selalu ditemukan di ruang udara
reuptake dan mendaur ulang produk surfaktan, serta untuk membentuk
apoprotein dan lipid, oleh karena itu pemberian glukokortikoid prana tai dapat
SP-B,.SP-C) telah
tampaknya juga
1
menunjukkan bahwa
telah diisolasi, tapi
apoprotein
., .
6
.I
permukaan film yang melapisi
Wakcu dan kemajuan pembentukan septum alveolar dipengaruhi oleh
- - - Glukokortikoid meningkatkan
,
Surfakran paru
oleh'pneumosit tipe
hari
rnungkin
tersebut
tersebut meningkatkan penyebaran
dinding ruang udara akan cenderung melekat dan kolaps.
0 rninggu. Tiga apoprotein (SP-A,
bayi yang lahir sebelurn usia kehamilan 3
tadinya memiliki ketergantungan
mielin tubular
matur dapat dilihat pada minggu
setelah lahir. Pada spesies
setelah
daIam
penring.untuk
diidentifikasi di
melipuci produksi surfaktan di alveolus,
memperpendek jarak, waktu ini karena fosfolipid
me~u'runkan tegangan perrnukaan secara
fungsi dan regulasinya
organel sekretorik khas yang disebut
neonatus menarik
pads
saac lahir lebih
I1 ke dalam subfase sakula atau alveolus. Surfakcan awalnya
(stru ktur
ror~gga udara.
napas yang disebabkan
, .
Anatomi
cairan rangsang yang berhubungan dengan persalinan, sebab pembersihan
di dalam paru janin dapat
teIah berperan penting dalam sekresi cairan, sebab sekresi cairan tersebut-
terjadi sebelum alveolus atau bahkan
peran protagonistik dalam absorpsi cairan. Pneumosit
meIiputi.
dqn
Setelah kelahiran, sisa cairan dalam paru diserap
sistem limfatik.
H+ dihasilkan di
rincian molekularnya
Fjsiologi
diharnbat oleh
binatang percobaan mengakibatkan terjadinya
norsi permukaan ruang. udara yang
Sistem
tidaldsedikic berpengaruh terhadap sintesis apoprotein
kompatibeVsesuai dengan pernapasan-udara. Oleh karena
sakula terbentuk. Sebaliknya, sel-sel alveolar
Respiratori
P-adrenergik dan agen lainnya
Elemen selular yang bertanggung jawab terhadap sekresi
napas pada bayi dari ibu diabetik, dan sedikit
Na-channel-block&
daIam ruang udara paru dengan bantuan
belum diketahui. Protein surfaktan A adalah
dan D
tersebut melibatkan gen apoprotein dan gen
jarak waktu yang cukup antara
termasuk famili gen
sekretorik.
mengatur produksi dan pelepasan
nniiloride,
SeIama kehamilan;
asinus, karena
lebiti
peran penting dalam imuni tas paru,
tip
retapi t idak oleh
tersebut menjelaskan
selama
11 mungkin
besar pada
figosicosis dan
hipoplasia paru.
P bukanlah
beberapa
drainase
masalah infeksi yang
mungkin memainkan
cairan
pompa
neonatus,
PMocker.
jam
.macur tidak.
kaya ion
satu-satunya.
simkin oleh
kemoraksis,
tiroid
ke.
tingginya
daripada
:dan
juga
Cl',
-
'buIan pertama
orang dewasa, dan kemampuan metaboliknya tampaknya telah
\ menyolok adalah
napas dan
'- sistemik. Perubahan resistensi ini
arteriosus yang akan mernisahkan sirkulasi paru dengan sirkulasi sisternik. Tekanan oksigen arterial kemudian meningkat secara
tajam dan menjadi homogen
berfusi menjadi satu sistem yang lebih
kompartemen berkembang lebih proporsional satu sama lainnya. Walaupun terdapat sedikit
beradaptasi dengan baik untuk melakukan transpor ion
.,
awal kehidupan telah diklon dan
Channel apikal yang sensirif-amiloride ini bertanggung
kapilerra bertambah lebih cepat daripada volume ruang udara-yang nand akan meningkat
volun~e alveolus yang sudah ada. Permukaan alveolus dan kapiler membesar secara
tubohnya lebih tinggi cenderung memiliki yang Iebih
percobaan yang tidak memiliki channel ini
'
setelah
resistensi-tinggi menjadi resistensi-rendah, sehingga
i vaskular paru yang disebabkan oleh ekspansi jaringan paru, dan relaksasi otot
pulmonal akibat peningkatan konsentrasi oksigen alveolar serta mungkin karena pelepasan vasodilator
dara h paru.
pembulu h
1
proporsional pada permukaan dan volume komparcemen yang terlibat dalam
ubahan ini terjadi terutama melalui proses pembentukan septum alveolar. Proses ini terutama aktif pada awal
nlasa bayi dan, berlawanan dengan yang
di~akini sebelumnya, menjadi lengkap dalam 2 tahun pertama kehidupan, bukan 8 tahun pertama.
kompleks, bukan hanya karena perkembangan septum baru, tetapi
pemznjangan dan pelipatan
keIahiran, sistem
1-ena baru berkembang di dalam sistem sirkulasi
lapisan medial arteri
pertany aan mengenai apakah alveolus baru masih dapat dibentuk, sebagian besar
beberap tubuh. Resistensi vaskular paru terus
minggu pertama se telah kelahiran, melalui proses-remodeling s tru ktural otot-otot
-3 Perkembangan pascanatal
Perkembangan paru pascanaral dapar dibagi menjadi 2 fase, bergantung pada laju
I'
t
Sejumlah
intraasinus. Selama fase
lebih cepat daripada
jawab terhadap absorpsi namum dan air pada permukaan rongga
setelah kelahiran, terdapat per tambahan yang tidak
chnnnel Na epirel atau
uclnrporler dan
kapiIer ganda yang ada di septum 'alveolar janin
padat. Pada waktu yang sama, cabang-cabang
kedua, seluruh
endogen. Selanjutnya, terjadi penutupan foramen
b-sar. Namun, ukuran
aliran darah paru dapat mengakomodasi aliran
struktur-s
i
akcif.
volume jaringan
channel yang penting bagi cranspor air dan laruran pada
terjadi akibac kombinasi gaya mekanis
diidentifikasi pada dekade yang
berubah dari sistem dengan
asinus dan otot-otot mulai muncul di dalam
nlenurun secara bertahap
pertumbuhan terjadi melalui pertambahan
truktur alveolar yang sudah ada. Segera
EnaC.
mengalami edema paru dan
Konfigurasi r uang
akhi: paru dan ukuran
padat. Per
hse pertama yang terjadi
'
~ e r t u karan gas.
selama
udzra mcnjadi semakin
-
Buku Ajar
arteri dan
lalu. Yang paling
kehidupan; tikus
ovaIe
mati
ssinui individu
pardel dengan
Hespirologi
pada
juga karena
dan duktus
jalan
plos arceri
balik vena
ridak lama .
Ji seluruh
tiingga 18
Volun~e
dinding
setelah
Anak. . .
1
,:
i
juga dipengaruhi oleh faktor-faktor certentu,
aktivitas individu dan derajat oksigenasi (altitude), yang memungkinkan adaptasi
struktur dan fungsi paru yang l ebih baik. Faktor yang sama mungkin juga
penyakit dan
&.a?%idZi
Daftar
1235-8. 2. Sadler
pustaka
1.
Saunders Company;
tmsd
hidung, kemudian dilanjutkan dengan
-
mm of
carc: Pulmonary anatomy, Physiology, Evaluation and
terdiri dari nasofaring yaitu bagian yang
napasan
allurn of
yhnoldal
hidung, terdapat tahanan sebesar
respiratoti primer pada s aat
hni
orofaring dan
lipat l ebih
lebih dari
langsung
i mukosa.
'
Epiglotis
laring Kartilago Krikoid
.
Gambar
r sebagai kantung ranchke. Diantara atap nasofaring dan
dl?isahkan oleh otot
atas, belakang dan lateral,
nssofatin? dibencu k dari basis sphenoid dan
tomi termasuk bagian faring. Ke anterior berhubungan dengan rongga
dinding faring. Pada
dimulai dari
nasofaring n~erupakan gangguan yang sering timbul, sedangkan bagian belakang berbatasan dengan ruang
rsrda~at jaringan
lidah
Laring terletak setinggi
: . 256.
conril palatina serca
acas.
n~elindungi saluran respiratori bawah (gambar
Sumbcr: Rajagopal, Paul
kumpulan
-
-.
(113 posterior
dinding
hidung
y ang secara ana
Iimfoid yang disebut adenoid. Orofaring yang merupakan bagian kedua faring,
Nasofaring merupakan suatu rongga dengan
1.2.3 Anatomi
nlembranosa dari palatum Iunak. Yang termasuk bagian orofaring
tulang
lipatan faringoepiglotika kearah posterior, inferior
melalui koana dan tepi belakang septum nasi, sehingga
laceral nasofaring terdapat
dinding posterior faring. Laringofaring merupakan bagian
rawan yang disatukan olah ligamen dan ditutupi oleh ocot dan
J.
lidah),
AppIied anatomy and physiology of the
servikaf ke-6, berperan pada proses fonasi dan sebagai
laring.
retrofaring. fasia pre
vaIekuIa, palacurn, uvula,
dapar dijumpai sisa jaringan
orifisium tuba eustakius. Atap
airway and breaching.
1.2.3). Organ ini
vertebralis dan,
dinding
dinding kaku di
Lipatan Ariepiglotika Tuberkulum Epiglotis
Kartilago T iroid Pita suara Ventrikel
0 s Hioid
setelah nasofaring,
lateral faring
dinding posterior
cerhaclap
Irtdian
otot-oroc
enlbrionik yang
cerdiri dari
Buku Ajar
J.
Ameirh
sumbalan
esofagus
rermaak
Respt-ologi
adzilh
k2r-l~
23:1:$9(4)::!
farkg
tc:lng
:\embrzn
segmcn
disebu
hidung
uncck
dasir
yar.?
Ar.3 k
dzn
cm. Trakea
i Anatomi d an
IGambar 1.2.4
1 Pada bagian
i serta memiliki mukosa yang berwarna
rawan
! paling bawah dari
berbentuk ' I dasar
Ariepigloti ka 7. Tuberkulum kuneiforrnis 8. Tuberkulum Kornikulata 9. Cincing trakea
Lipatan
kartilago Tiroid dan
merupakan tulang
aphk). T iroid
sekitar 9- 15
meny&upai
J. Anaesth
2005;49(4):25
tuiang
kolaps. Adanya serac elastin longitudinal pada trakea, menyebabkan trakea dapat
brokuc rerdiri dari tulang
kelenjar serosa. Bronkus kemudian akan bercabang menjadi bagian yang
I posterior yang tertutup oleh otoc.
1;
yang
utma
Gambar
yayg terletak pada bagian posterior mengandung reseptor yang berperan pada
.2.5). Bronkus utama kiri
dart kiri (gambar 1
memiliki rongga yang lebih sempit dan lebih horizontal bila dibandingkan dengan bronkus utama kiri. Hal
menyebabkan benda asing lebih
halus yaitu bronkiolus (gambar 1 .2.6). Bronkiolus
Intervenrioa. Surnber:
Orlando regional health care, education and development.
menyempit sesuai dengan irama pernapasan. Trakea mengandung
dalamnya pernapasan.
Trakea terbagi menjadi 2 bronkus utama, yaitu bronkus utama kanan
namun cidak mengandung kelenjar serta
terdiri dari 15-20
Brmkus
sensitif
Bcyond the
1.2.5 Skema percabangan bronkus
rawan dan dilapisi oleh
terhadap stimulus
b.dsics of
mudah masuk ke paru kanan daripada kiri. Trakea dan
kartilago hialin yang
rapirarory care:
dindingnya tidak mengandung jaringan tulang
mekanik dan kimia.
Bencuk
Pulmonary anatomy, Physiology, Evaluation and
epiteI bersilia yang mengandung mukus dan
2005.
berbentuk menyerupai huruf C dengan bagian
tersebuc dapat mencegah trakea untuk
dilapisi oleh epitel bersilia
Otot trakea
reguiasi kecepacan dan
k
A
Sunlbcr: Clinical
4C44.8
surfa ktan. Aleveolus memiliki
kecil, bentuknya
berakhir. pada suatu struktur yang menyerupai kantung, yang dikenal dengan nama alveolus.' Alveolus
surfakcan, dan pori-pori pada
pm. Pertukaran gas terjadi secata difusi
-
Daftar
http://www.orlandohealth.com/~f%2Ofo1derfiyond%2OBasi~%2OResp.~f- 2. Clinical anatomy and physiology of the
2005;49(4):25 1-256.
Anatomi
yaitu sel tipe
3.
4.
1.
Physiology, Evaluation and Intervention. Orlando regional health care,
1 yang membentuk struktur
D60F-4C4 4-8 I B5-9
Picard
hjagopal, Paul
Beyorld the basics of
dindingnya.
Alveolus berdiameter
185-9
dart
pustaka
oIeh pembuluh darah kapiler.
natomy. Cambridge University Press. www.cambridge.org.
J. A
Fisiologi
y ang
anatomy and physiology of
sferikal dan adanya tegangan permukaan. Namun
Sistem
J. Applied anatomy and physiology
14B4B 18
anatomi bronkus dan bronkiolus
respintow care: Pulmonary anatomy,
Respin t ori
terdiri dari
18CF/O/ReSpiratoryrypdf
kecenderungan untuk
0,I mm dengan
dinding alveolus dan
lhc chest and lung.
pasif dengan
ches~ and lung.
Alveo1,us mengandung 2 tipe sel
lapisan
dikenai dengan nama
educarion and development.
ol the
epitet dan matriks
l~cc~:llwcb.u~its.nc.zn~Wr~~o11Ivres/C~9@6C-D6L'F-
keteba'lan
ko!aps karena ukurannya yang
yang y ang rnenghasilakn
seI tipe 2
ainvay and breathing. Indian
dinding hanya 0.1
ha1
utama,
1.
Anaesrh
2Wj.
Pergerakan udara
masuk-keluar paru dan tekanan yang menyebabkan pergera kan Paru adalah struktur
I
Anatomi dan
dinding dada
Guyton AC, Hall JE. Pulmonary ventilation. Dalam:
Edisi
F~.@[~-crc'.SkiSi
ke-LO. Philadelphia. WB
(paru
"telanjang") akan mengkerut karena gaya
elastis yang dapat
aespiratori
Dalam keadaan istirahat, yaitu pada saat tidak ada kontrabi otot, rusuk AB dan DC lunglai
ke bawah dan volume rongga dada sebanding dengan luas ABCD. Pada saat inspirasi terjadi kontraksi otot inspir'asi yang
B dan D
menyebabkan rusuk A C terangkat ke
, .
atas dan volume rongga dada sebanding dengan luas
lac$:' dengan adanya
Catatan:
GERAKAN RUSUK d an VOLUME R ONGGA DADA
Saundcrs
ABiCiD dan masih dapat
Company,
kolaps atau
kontraksi diafragma. .
2000.
Guyton
kempis seperti balon karet. Paru
A C Hall
_. . .
..
JE, penyunting.
dirnaksirnalkan
elastisnya (elastic recoil),
Textbmk of
-
tanpa
..
adaIah
napas,
jar
Buku A
mengkerut akibat
0
Sen~entara i tu
hanya bagian
nak
Respirologi A
cukup
cerangkatnya
1
recap
merupakan 10% dari
jang ,
rekoil.
Compliance p aru Derajat
;ranspulmonal disebut compliance.
ompliance paru dipengaruhi ole h gaya-gaya elastisitas paru, yang cerdiri dari: 1) gaya elastisitas jaringan paru, dan 2)
mi. C
gaya elastisitas yang ditimbulkan oleh tegangan pernrukaan cairan yang
larutan salin. Berarti dapat disimpulkan bahwa
113 dari total gaya elastisicas paru, sedangkan gaya tegangan
permukaan
luar paru, dan merupakan gaya elastisitas paru yang menyebabkan paru mengempis pada setiap pernapasan
rata-rata adalah 200
yang
pern~ukaan jauh lebih
nlenunjukkan bahwa tekanan pleura yang dibutuhkan untuk mengembangkan paru yang terisi udara adaiah
~ranspuln~onal sebesar 1 cm
kali lebih besar daripada cekanan yang dibutuhkan untuk mengembangkan paru yang terisi
213-nya.
Surfaktan; tegangan permukaan, dan kolapsnya alveolus
Prinsip
tlornral. Hal ini dibukcikan dengan percobaan yang
nlenyebabkan kolapsnya paru, hanya merupakan
Anatomi
,-Pada saat permukaan air bersinggungan dengan udara, molekul-molekul air di
permukaan mempunyai gaya
eIastisitas tegangan permukaan.
Surfaktan dan efeknva terhadap
mengkerudmengecil,, sehingga udara terdorong keluar dari alveolus
peimukaan air
kontraktil yang kuat. H al inilah yang mempertahankan bentuk sebuah tetesan air.
i dalam alveolus,
Penerapan prinsip ini dalam alveolus paru adalah sebagai berikut. D
tePanEan permukaan. Surfaktan
mempunyai granula- granula dan
mengecillmengkeru t . Molekul-mole kul air yang mengelilingi
melalui bronkus d an' menyebatikan kolapsnya alveolus. Keseluruhan gaya tersebu t
elastis paru, yang disebut sebagai gaya
majemuk dari beberapa fosfolipid, protein, dan ion.
dipaImimlphosgharidykhoIine,
menufunkan tegangan permukaan air. Surfaktan disekresi
ml udara setiap cm
berjalinan di
dan
lainnya. Gaya elastisitas jaringan paru terutama ditimbulkan oleh serat elastin dan kolagen
nrengembangnya paru setiap unit kenaikan tekanan
:eEanEan permukaan
Fisiologi
CompIiance t otal kedua paru pada manusia dewasa normal,
permukaan air juga
adalih
permukaan te tesan air membentuk suatu membran
betisi
Sirtern
dalanl jaringan paru. Gaya elastisitas yang ditimbulkan oleh tegangan
selalu . berusaha
suatu
inkIusi Iipid. Surfaktan adalah campuran
melapisi bagian dalam alveolus dan rongga udara
kornpleks, dan merupakan
Respi;aton'
19
H20 tekanan transpulmonal. Berarti, setiap kenaikan tekanan
permukaan di dalam alveolus merepresentasikan
seluruh
H20, volume paru bertambah sebesar 200
agen yang
tarik-menarik yang kuat satu sama Iain. Akibatnya, luas
sel
Kornponen yang paling
spontan. Tekanan ini disebut
apoprotein
senan tiasa berusaha untuk
permukaan alveolus.
bekerja
ga,ya elastisitas jaringan paru yang cendetung
alitif di dalarn air, yaitu
213 dari
oIeh sel epitel 'alveolar cipe
surfaktan, dari ion
menghasilbn gaya
seturuh gaya elastisitas paru
Sel ini
penting-idalah
juga sebagai tekanan
hontrakcil
~iga
fosfolipid-'
Falsium. ,,
I1
. . Resistensi saluran
,.
Keterangan:
esentials.
=
pipa. A. Aliran laminar;
Edisi ke-5.
kebanyakanmcabang
sa'ngat
beicabang, aliran
Raltimore,
kecil (nilai Re
William
sifat
&
.lapat ditencukan dengan
I
ekspirasi te
rnelawap
penyelam
dad 4) perubahan
simpatis (misalnya oleh
tekanari
I) volume paru, 2 ) otot
-
inspirasi
penyakic
konsenuasi
elasksitai
konpaksi
qadi akibat
-
diberi
yarig
dipat
.I
tabhung
paru
j.tot:otot
a .-
gas
metode sederhana, yaicu spirometri. Suatu
tersebut dapat menjadi
lebih besar daripada upaya inspirasi, misalnya pada
co~npliancr paru.
1.3.1.3 Volume dan kapasitas paru
Ventilasi paru dapat dipelajari dengan
tersusun dari sebuah silinder yang dimasukkan secara terbalik ke dalam sebuah
wadah berisi air sehingga silinder mengapung. Silinder ini berisi gas respirasi, biasanya
udzra biasa acau oksigen. Dengan se buah
diperiksa. Silinder juga dihubungkan dengan
rerurama pada orang
resisrance w ork akan meningkat jika terdapat fibrosis paru, sedangkan airway resistance work akan
nleningkac pada
paya ekspirasi ini kadang-kadang dapac
kspirasi napas dan resistensi jaringan paru meningkat (kontraksi o tot-otot ekspirasi) . U
ventilasi paru hanya 3-5% d ari energi total yang
berat, jurnlah
kertas yang diletakkan pada silinder lain yang bepucar. Pada saat seseorang menghembuskan
resiscensi jalan
cara mengukur volume udara yang masuk-keluar paru. Pengukuran ini dapat dilakukan dengan suatu
membuat gambaran grafik pada
napzs, silinder a kan bergerak naik dan turun sehingga terbentuk grafik pada kertas.
dinding dada. 3)
2) T issue
penyakit yang menirnbulkan obstruksi jalan
napas betkali-kali
spiromete~ sederhana
struktur
Airway
daIam napas pada saat
paru.
Jika
napas. Pada pernapasan yang
lipat pada waktu ekspirasi. Pada keadaan normal, energi yang dibutuhkan untuk berlangsungnya
y ang mengalami peningkatan resistensi jalan
terdapat kelainan atau
resistance w ork: tenaga yang dibutuhkan untuk
energi yang dibutuhkan dapat rneningkat
resistonce work: t enaga yang dibutuhkan untuk mengatasi resistensi
sangat meningkat. Compliance work dan tissue
~ergerakan udara masuk ke
pipa,
dapzt dilihat pada Gambar
siIinder
beradsulit akibat adanya
penyakit paru, ketiga
aIat
dihubungkar. ke mulu t orang yang akan
napas atau menarik
asma, yang
pencatat yang dilengkapi dengan pena untu
diperlukan oleh cubuh. Namun pada
se hingga dibu
nlenyebabkan peningkacan
1.3.3. Spirometer ini
napas acau penu
' hingga 50 kali
Hespiratori 25
macam volume paru, yang jika semuanya dijumlahkan hasilnya sama dengan volume maksimum paru yang mengembang.
Keempat volume paru
masih dapat masuk ke paru pada saat inspirasi maksimum; jumlahnya biasanya sekitar 3000 ml. 3. Volume cadangan e kspirasi
,
. Kapasitas vital
ml). 3
ml.
Kapasitas paru Untuk
lebih volume paru dijumlahkan.
mI). 4 . Kapasitas paru total
'i
daripada
-.
Penentuan kapasitas residu f
'(FRc), volume residu (RV), dan kapasitas paru
I
mI. 4. Volume residu (residual volume): volume udara yang rersisa di
Hasil penjumlahan volume paru ini disebut kapasicas paru. Pada Gambar 1.3.3, di sebelah kanan,
penting- Uraiannya adalah sebagai berikut. I. Kapasitas inspirasi
mengembangny a paru sampai maksimum. 2 , Kapasitas residu fungsional
Volume paru Pada Gambar
2. Volume
voIume dan kapasitas paru juga
Kapasitas residu
nilainya
I. Volume tidal
--
.sebesar mungkin.
cidal dan volume cadangan ekspirasi. Kapasitas ini merupakan jumlah maksimum udara yang dapat dikeluarkan dari paru oleh
seseorang yang
cambahan yang dapat dikeluarkan dari paru
volu~ne cadangan ekspirasi dengan volume residu.
setelall ekspirasi pa ksa; jumlahnya sekitar
Ilasil penjumlahan volume tidal dengan volume cadangan inspirasi. Jumlahnya kira-kira 3500
jumIah udara yang 'dapat diinspirasi
umla h udara yang tersisa d i paru pada akhir ekspirasi
rzsidu. merupakan volume maksimurn udara dalam paru
setelah
da? diekspirasi p ada setiap pernapasan normal; jumla hnya kira-kira 5 00
I100
nlenguraikan berbagai kejadian dalam suatu siklus paru, biasanya dua
Pada
berubah secara bermakna pada
laki-laki. Pada orang' yang ukuranny a tubu hnya lebih besar
meIakukan inspirasi maksimal
cadangan inspirasi
perempuan,
1.3.4, di sebelah kiri, dapat
fungsional, yaitu
(lidnl volume): volume udara yang diinspirasi
total
(viral capacity): volume
(TLC)-metode dilusi helium
(inspisatory capacity) :
( t o ~ l lung capacity): kapasitas
seluruh-
seteIah ekpirasi normal, dan
Iebih besar.
(inspiratoq reserve uolume) :
setelah ekspirasi maksimum; jumla hnya biasanya Lira- kira
(expiratoq reserve volume) :
finctional residual capacity) : hasil
voIume udara yang tersisa di dalam paru pada akhir
voluAL
~ngsional
tersebut adalah sebagai berikut.
1
dap_at
ZOO
beberapa peny
(jumIahnya kira-kira 4600
cadangzn
dilihac
normal (kira-kira 2300
dan kapasitas
dilihac berbagai kapasitas paru yang
ml.
Fapasicas ini merupakan j
empat
y ang
inspirasi ditambah volume
yang
akit par u. Spirome t er tida k dapat
penring untuk diketahui , karena
melakukan ekspirasi
nlenyebabkan
vital ditarnbah volume
: . . . . .
volunle udara
ml,
volunle udara
paru ini 20-25% lebih kecil
dikembangkan dengan upaya
nlerupakan
Buku-Ajar
penjumlahan
dalan~ paru
clan
tan~ba han yang
Respir~logi Anak
atlet is,
atau
maksimal
niIai
1
n
E
I
Keterangan: FRC = kapasicas residu fungsional Ci (initial) helium di spirometer Cf
.?.kfi-!,&Y
Plethysmography
diekspirasi ke dalam spirome ter. Padahal, RV merupa kan setengah dari FRC.
Pengukuran FRC s ecara tidak
LC juga dapat dicentukan
n~engurangkan FRC dengan volume cadangan ekspirasi (ERV) . T
berasal dari FRC. dan volume FRC ini dapat dihitung melalui derajat pengenceran
nlenggunakan
mengukur kapasitas ini secara Iangsung karena volume residu tidak dapat
konsen~rasin~a juga
Vi
dengan menambahkan kapasitas inspirasi ( IC) dengan F RC. Untuk
dibuac sedemikian rupa sehingga pasien hanya dapat bernapas melalui
yang dihubungkan ke
sebagai berikut.
Pleehysmogr&y adalah
cara rnerekam perubahan tekanan
paw. Ruangan juga- dihubungkan dengan alac yang
udardgas. Pasien ditempatkan di dalam sebuah ruangan ( box) khusus yang tertutup. Pasien dud uk di dalam sebuah
daIam ruangan (Gambar 1.3.5).
,, = konsencrasi akhir
s,, = volume awal
= konsentrasi awal
ceIah ditentukan. Sebelum bernapas dengan
::$w=vFRC-
::
.. . ,
:
nletode dilusi helium. Caranya adalah sebagai berikuc.
(initial) spirome ter
Jika FRC
r
3.$:
,. .
,.:.;;
-,
..
muluc.
.,.
dan
2$?$,.A
relah dihitung, RV dapat ditentukan dengan
us:
&
MelaIui
metode pengu
(fiml)
heIium di spiiomerer
pipa
...
. .
. ,
tekanan gas
uncuk segera
teltutup yang
sebuah
helium
di
dengai
daIam
pipa
di-
Jengan
volume gas dalam ruangan), . nilai
Gambar
Mo_ri*.'i crash course:
1.3.5 Plethysmography. T ekanan di dalam mulut dianggap sama dengan tekanan
Sumber:
su hu yang konstan, volume gas berbanding terbalik dengan tekanan. Dapat
dilihat pada persamaan berikut.
&lam paru
dalarn-ruangan
Dcngan menganggap
dengan
normal, pasien diminta untuk
mengembang,
(Ppl) dan tekanan awal gas di dalam ruangan
AV
respintory
2bw
*&-
-:;;y?By$;;;;-;.:$<;y+,.,-fl.L2*
PBl diketahui,
=
EIsevier Science Limited,
ini.
VbI +
(nilainya . .
*
aliran gas yang rnasuk ke dalarn paru. Volume
&~*?~k$t*&:;;g~!7!;3-
AV (AV
menghiryp
~~~'~gJ~fs"~~~~i+&@t~~~
&kit).
dengan
(VRI) diketahui, tekanan awal gas di dalarn paru
adalah
(PRI).
volume
napas. Hal ini akan menyebabkan paru
-*
Dalam:
demikian.
:
BI&U Ajar
-!
pn!.untin,o.
:
*- ,
..-;.
nak
Respiroiogi A
bahwa pada
pern2pasan
sebanding
gas
1-olume
adatah bany aknya udara baru yang sampai di area pertukaran gas tersebut. Pada pernapasan normal, udara pada pernapasan tidal
Boyle, didapatkan sebagai berikut:
Karena
<
atau
anatomis dan fisiologis ini hampir sama, karena
Vo1,ume udara ruang rugi pada laki-laki dewasa
inspirasi, ada sebagian udara yang hanya mengisi ruang rugi tersebut.
mengisi
sedikitnya
:dan
PL,,
Dengan prinsip hukum
kecepatar, yang
Siscem ventilasi
respiratori ini disebut sebagai ruang rugi
Kadang-kadang, beberapa alveolus tidak
ruang rugi
Fisicl b gi
Pu, dan
saIuran respiratori sampai bronkiolus terminalis,
laring, trakea, bronkus dan bronkiolus, serra bronkiolus
rugi. Ruang rugi
difusi.
aIiran darah yang
y ang terletak paling dekat dengan peredaran darah paru, secara
,Sia*$
senlenit
AV relah
fisiologis. Pada orang normal, ruang rugi
OIeh karena itu, udara pernapasan dapar masuk
jumlah udara yang
harnpir
menir. Volume tidal normal
Difusi ini terjadi akibac pergerakan kinetik
,?~sp;tdtorr
sangat cinggi.
aIveolar bertujuan untuk
adaIah
dikecahui, maka
selurub alveolus pada paru normal
inasuk dan
anatomis bersama dengan ruang rugi
menit. O leh karena itu, volume
memperdarahinya:-
berperan
MeIalui proses ini, udara dari
space
keluar dari
ssngat
VLl dapat dihitung.
daIam pertukaran gas adalah
berfu;l'&i
anatomis
singkat (kurang dari satu detik).
Alveolui
rnuda adalah 150
1
dengan baik
(anatomical
yaG
VL1 ini
berfungsi dengan baik. I
rcspirasi
ieperti ini
&ad space). Pada
,
kareda tidak
hingga alveolus
hI. Volume ini
sen~enit
dianggap
ada
-.
-
i 1.3.2.1 Difusi
Di dalam paru, terjadi pertukaran gas antara alveolus dan darah melalui proses
berikut.
I
-
Nantun
VD
nlenentu kan konsentrasi oksigen dan karbondioksida di
Difusi.adalah
- Difusi akan terjadi sampai konsentrasi di kedua
1:
kecepatan
dal;'
rriembrai
berikut: .
I ,equilibrium).
(AY,
difusi'wux,
~enyakitkelainan paru tertentu, alveolus yang nonfungsional dapat
prgerakan molekul secara acak (gerak Brown) dengan ketentuan sebagai
rnelnlui rnembran
kelarutari
tinggi.
menit dikalikan dengan jumlah udara baru yang
remenit adalah volume
lix/mer.it, rnaka
berat
sehingga ruang rugi fisiologis
tempat yang memiliki konsentrasi
J)'
berkngsung dan ha1 ini disebut keseirnbangan
rnolekul
~atu
(solubility)
'
namun
'kt
atas.
diljra'ikan
zit
vencilasi alveolar
niklalui
nlenit
;at dalam membran (S),
beibanding terbalik dengan
(dmol).
salah satu parameter u tama untu k
_500
seciap
dalanl alveolus. Tidak
rota1 udara baru
perrarna kali
persarnaan . . . .
nkrnbran
ml, ruang rugi normal adalah 150
Ringkasnya dapar dilihat pada
menit. Nilainya
n~enjadi 1 0 kali lebih besar
tempat
= 12 x (500-150) = 4200
sebanding dengan area
oleh Fick. Menuru
rendah ke
.. .
-
yang'rnemaruki
dan
:
--
ketebalan rnembran
sanla
perbedaan konsentrasi
~uku
ternpat yang
dinamis (dynamic
jar
semua
t
nak I
Res~irologi A
hukurn Fick,
altleolus
permukaan
mllmenit.
nlemiliki
sangat
difusi.
(t)
I'
1;
!:
I
1:
I/
//
!I
! i I
!
-karena itu, jumlah ambilan
berat molekul. Persamaannya dapac dirumuskan sebagai berikut:
Perfusion a nd diffusion limitation Pada area pertukaran gas, gas berpindah melewati membran dan kemudian masuk ke
dalam aliran darah. Berarti terjadi 2 proses, yaitu
menlbran kapiler alveolus, dan 2)
Ambilan gas oleh darah bergantung pada kelarutan gas dan ikatan kimia gas di dalam darah (misalnya ikatan dengan
hemoglobin). Jika ikatan kimianya
komponen . darah, perpindahan gas k e dalam darah akan disertai peningkatan tekanan
Nilainya konstan untuk membran tertentu dan
fisien ini sebanding dengan kelarucan gas dibagi dengan akar kuadrac
adalah dalanl darah, gaya yang mendorong perpindahan tersebuc
tekanan parsial gas. Dengan demikian, kecepatan difusi gas melalui mernbran alveolus bergantung pada pcrbedaan tekanan
parsial gas d i dalam
Anatomi
rnenggunakad koefisien difusi (K) . Nilai K ditentukan
kuat', perpindahan gas ke dalam darah hanya disertai sedikit peningkatan tekanan parsial- gas arterial
dan darah, s ehingga
perbedaan konsencrasi. Maka persamaannya
yang besar.
Kelarutan
pengikatan kimia o leh komponen darah. Oleh karena itu, perpindahan
N,O ke dalam d arah berlangsung
cepat.
pads kecepatan
cont~h-gq yang perpindahannya ditentukan oleh
Akibatnya, terjadi
dao
(Pa) .
Persamaan ini dapac disederhanakan dengan
m
Karena gas dalam alveolus berdifusi melalui membran dan kemudian
S
J = dengan
aliran-darah di dalarn kapiler paru.
Fisiologj,S~~~.
SebaIiknya, jika gas hanya
sangat
perfusi darah di dalam kapiler paru.
gaya
=-
T
N 2 0 di dalam
lambat dan tekanan parsial gas di dalam darah
,
o1eh
ya,ng diperlukan untuk
R~sp2don
zat yang berdifusi dan membran yang digunakan.
penurunan
N20 oleh darah
perfusinya
darah
gradien tekanan
sedikidtidak diikat secara kimiawi oleh
rendah, dan gas ini tidak mengalami
aiveolus
zat
K
(pe4fiion limited ).
nlenjadi se bagai berikut:
N20
berlan&ungny a
tertentu. Koe
hampir
merupakan
(PA) dan di dalam darah
1) difusi melalui
parsial gas
seluruhnya
difusi
ialah-satu
jb&
antarial$iolus
meningkag
bergantung
menurun.
p-arsial
(P,), bukan
larur di
sangat
,.Oleh
raja saat darah
bergantung pada kecepatan difusinya
yang
(difiion limited).
Gambar 1.3.6 Grafik hubungan tekanan parsial gas pernapasan dengan waktu di dalam kapiler paru. Perpindahan
N,O dipengaruhi oleh perfusi, perpindahan CO dipengaruhi oleh difusi, sedangkan perpindahan
sehingga tekanan parsial gas di dalam darah meningkat dengan
selalu terdapac gaya yang cukup untuk berlangsungnya difusi (karena besarnya gradien tekanan parsial antara alveolus dan
darah). Maka, petpindahan gas ini dari alveolus
berfusion limited), karena tekanan parsial arterialnya
perfusi, namun dapat beru bah jika t erdapat penya kit.
crash course: respiratory system. London,
sekitar 75 ml,
kesein~bangan dengan tekanan parsial
n~endorong cerjadinya difusi.
bsrgantung pada difusinya
Sumbcr:
ini dapat mempertahankan agar wakcu difusi menjadi cukup walaupun aliran darah
istirahat.
Perpindahan karbondioksida Difusi gas diuraikan di dalam hukum Graham, yang menyatakan bahwa keceparan difusi dua
gas yang
dalanl cairan bergantung pada kelarutan gas dalarn cairan dan berbanding
Kapasitas'difusi gas Telah diuraikan bahwa kecepatan difusi
menjadi tidak terlalu b esar. Pada olahraga
sangat meningkat. Akan tetapi, nilainya tetap cidak akan sama dengan pada keadaan
molekul. Karbondioksida dapat berdifusi 2 0 kali lebih cepat daripada oksigen, padahal
peningkatan a liran darah terhadap waktu yang dibutuhkan untuk difusi
berat, volume seluruh kapiler paru dapat meningkat hingga 200
terbalik dengan akar kuadrac
Berarti, perbedaan keceparan difusi ini disebabkan o leh tingginya kelarutan karbondioksida.
Pada keadaan normal, perpindahan
J = K.A. P,)/c.
Namun, karena area pertukaran gas dan ke tebalan sawar gas-darah tidak dapat diukur,
DL adalah kapasitas difusi paru, yaitu kemudahan difusi gas ke dalam darah (kecepatan ambilan gas dibagi dengan perbedaan
tekanan parsial alveolus dengan darah).
ireversibel dengan hemoglobin
adalah gas yang
(pefiion limited).
rnempengaruhi perbedaan tekanan parsial alveolus dengan
konsentrasi pada
an
Anatomi d
kecepatan
adalah me tode
menarik
'
single-breath. P ada
cocok digunakan untuk
napas sebanyak satu kali rnenggunakan- udara yang dicampur dengan
~isiologi
perfirsi kapiler paru tidak terlalu
dan tidak diambil
berbeda, yang
kecepstan
daiah. Selain icu,
Sistem
metode yang digunakan untuk mengukur
terbalik dengan akar
Respiratori
dihsi dihitung dengan
rnetode ini, pasien
berada pada temperatur dan tekanan yang sama, berbanding
oleh
menahan
rnengukur
jaringan.
karbnmonoksida diikat
napas
-
kapasit&-hifusi. ,
kuadrar
karbon dioksida ditentukan oleh perfusinya
U) dapat dihitung dengan
din!&& untuk
oleh
rumus berikut:
selarna
wen; itu,
berat
berat
kira-kira 10 detik.
rnelakukan
nlolekulnya sama.
secara .
karbonrnoio~ida
k~cepatan ' difusi
sangat cepac,
.- .
ikpirasi
,-
runlus
Setelah
-
sehingga
derigah
33
cara ini, jumlah karbonmonoksida yang masuk ke dalam darah selama 10 detik dapat dikecahui, dan kecepatan perpindahan gas
dapat dihitung.
ini diikat secara reversibel oleh
sanm dengan cekanan parsial di dalam kapiler paru. Perfusi juga
gangguan difusi gas yang
ringan.
1.3.2.2 Hubungan ventilasi-perfusi
Konsep dasar Uncuk
perhsi (aliran darah) di dalarn paru harus seimbang. Situasi ideal ini dapat tercapai jika seluruh alveolus memperoleh ventilasi yang
sama dengan komposisi gas dan tekanan yang
serca seluruh kapiler paru di
y ang sama. Sayangnya,
ha1 ini tidak mungkin tercapai karena ventilasi dan perfusi cidak pernah seragam d i seluruh paru.
Tekanan parsial oksigen di
udara e kspirasi. Volume paru juga diukur menggunakan
Nilai kecepatan difusi yang
perpindahan gas ke kapiler paru.
spesifik yang dilakukan pada pasien dengan
banyak
alveoIus menentukan jumlah oksigen yang dipindahkan ke dalam darah. Dua faktor yang mempengaruhi tekanan parsial oksigen
di
alveolus adalah sebagai berikut: 1) besarnya ventilasi (yaitu penambahan oksigen ke dalam
perfusi menenrukan konsentrasi oksigen di dalam komparremen alveolus.
Rasio v entilasi-perfusi Rasio ventilasi-perfusi adalah perbandingan antara ventilasi alveolar semenit (V,) dan aliran darah paru
dari alveolus
I/rr~enit. Maka, rasio
ha[-hal di bawah ini: penebalan
alveolitis fibrosa), edema
<
(a.
venrilasi-perhsi normalnya adalah sebagai
V, biasanya adalah
tempat berlangsungnya difusi gas (misalnya pada
dinding alveolus mendapatkan
rendah dapac disebabkan oleh
he~noglobin, sehingga tekanan parsial
g& yang efisien, ventilasi (aliran gas) dan
nlelapisi bagian
di datam kapiler paru (yaitu pemindahan oksigen
(misaInya pada
4,2 Vmenit, sedangkan Q biasanya adalah
merupakan tes
sensicif dan dapac
n~engukur kapasitas difusi
perftisi darah dengan
meccde
benkut:
nlen~pengaruhi
n~enunjukkan
elium. Dengan
dilusi h
Buku Ajar
vetla tidak
disebabkan oleh
sama pula,
karetla gas
Respirologi Anak
junllah
kecepatan
5,O
an tara bagian apeks paru dan bagian basal paru. ,
an
Anatomi d
memintas paru secara komplit (rnisalnya pada cransposisi
nlembuang karbondioksida dengan baik. Oleh karena icu,
rendah). Variasi regional ini terjadi karena posisi paru yang tegak
nilai rasio
Fisiologi
mengalami pernirauan (shunted) tidak dapat
PCO, darah menyebabkan vencilasi
mengalami
nlemberikan perfusi pada daerah paru yang tidak
Sistem
.Respiratori
kejenuhardsaturated (sesuai kurva disosiasi
jika sirkulasi paru
menurun. Penurunan
akan sedikit meningkatkan
memintas
PO2 dan peningkatan
PCOL alveolus ini akan
arah basal p aru akibac
'(bypass) proses ventilasi dengan
lurus pada saat
PO2 dan
pehbuluh darah
PCO:
POz
sisremik, maka
n~emperoleh
vencilasi-perfusi yang
al\leolus
rendah dan
PC02-n!-a
n~enurunkan
pengaru h
#
Gambar 1.3.7
Surnber:
coursc: respiratory
Uqsio
rendah (pada bagian basal paru) 1. Pengaruh terhadap konsen trasi karbondioksida
Karbondioksida
lagi.
2. Pengaruh terhadap konsentrasi oksigen Oksigen berdifusi dari alveolus ke
rendah.
Rasio
I.
P,COZ yang lebih
36. .
taplstabil. Difusi hanya akan . te
P,.C02, sehingga difusi tidak dapat terjadi
karbondioksida tidak dapat dibuang dengan
aIveolus hingga tercapai nilai
ventilasi tida k terjadi,
ya&g diambil dan kemudian dimetabolisme oleh darah tidak sepenuhnya
tiingg2 tercapai nilai
sampai
seluruhnya Kaibondiokiida
dibuang; karbondioksida di
udarz:
Pengaruh terhadap
B low ventilation
perfvsion
increases
jadi sampai tercapai keseimbangan antara
erfusion and gas transport.
Jelleries A, Turley A. P
ventilasi-perfusi
daiam alveolus berkurang
ventilasi-perfusi
V/Q =
system. London,
baru yang memasuki paru. Oksigen di alveolus akan berkurang konsenrrasinya
terc-apai keseimbangan
PACO2 akan meningkat dengan c epat sampai
ratio
PAC02
lung
0.5
VentiIasi dan
10
Elsevier
yang berdifusi dari darah hampir
berdihsi dari darah ke alveolus,
ko~kitrasi- karbondioksida
Sciencc Limited,
P,O,
tinggi
perfusi pada bagian basal paru (A) dan
01 l ung
high
ljaiig
IOW
konsentrasinyz hingga tercapai nilai
PACOz yang tinggi dan te
(pa'da'bagian apeks paru)
sehingga-nilai
P,02
base apex
POCO, l ow
rendah dan
2002.
d a i ~ h , tetapi karena ventilasinya
Dalam:
C02 removed due lo
high venlilotion
V/Q =
jcffcferies A.
P;Oz juga menjadi
PACOz dan
cepac. Akibatnya,
'
daripada di
besar jika
1 terlalu
I
sehingga PO, arteri menjadi
I apeks paru karena
i
' 2.
! Oksigen yang berdifusi
-
.rasio ventilasi-perfusi sampai dengan 10. Namun, area, paru
berkurnngnya fungsi pertukaran gas (pengambilan 0, dan pembuangan
grravicasi, sebagian besar darah akan mengalir ke bagian basal paru yang
konsentrasi gas-gas ekspirasi di apeks dan basal paru lebih seragam karena variasi ventilasi yang
P,Or menjadi lebih tinggi.
Pengaru h ketidakseimbangan rasio ventilasi-perfusi terhadap pertukaran
ventilasi-periusi Sebelumnya
paru. Adanya ketidakseimbangan rasio ventilasi-perfusi paru ini menyebabkan
melalui vena perifer, kemudian dilakukan pengukuran konsentrasi gas-gas
di sini. Hasil pengukurannya kernudian
sangat berbeda. Contohnya pada pasien dengan bronkitis
d e w a n rasio ventilasi-perfusi . yang tinggi ini t idak
krada pada posisi
POz di bagian apeks
busi rasio ventilasi-perfusi Distribusi rasio ventilasi-perfusi pada pasien dengan
memberikan
distribusi rasio ventilasi-perfusi pada orang normal. Perhatikan bahwa rasio ventilasi-perfusi
1.3.8. B ). Perhatikan bahwa
veitiiasi-perfusi berada nilai normal,
$<ntitasi- perfusi
menytbabkan penurunan
hipoksernia . arteri,
gas
Distri
i udara ekspirasi. Teknik pemeriksaan ini terlalu
tersebut di arteri dan d
msio ventilasi- perfusi (Garnbar 1.3.8 A).
Gambar 1 .3.8 A menunjukkan hasil pemeriksaan
nilai sekitar
.
berbeda.
- .
penyakit'
penyakit paru dapat dinilai dengan
niiskin,
kelarutan berbeda-beds
,. .
COJ. Jika
diperb2harui
akanmengalaini'
edsema
'
sebagian besar
dai
oksigei
pap
menlpunyai
dingan
areaxi&
,.
lain,
rnenuju
ini
amba bar
seseorang
.. ,
rasi?
polanpa dapat
deniari'nilai
berada pada
PO1
-.
ridak
-3.8 A) Distribusi rasio ventilasi-perfusi pada orang normal. Perhatikan distribusi yang sempit dan t idak adanya
Wilkins, 1995.
Ketidakseimbangan
Garnbar 1
perfusi pada pasien dengan bronkitis kronis dan ernfisema. Perhatikan adanya aliran darah menuju area paru dengan rasio
ventilasi-perfusi yang
Sumher:
'Nilliams
peningka tan ventilasi. Peningkatan vent-ilasi ini biasanya
Area paru dengan rasio
ventilasi-perf u si sebagai penyebab retensi C O, Pasien dengan ketidakseimbangan ventilasi-perfusi akan mengalami
hipoksemia arteri,
Namun, p ada pasien
namun-
me
vihtilaii ini
ventilasi-perfusi yang tinggi ini disebut sebagai ruang rugi alveolar.
38 .
rangsang kemoresepror
Wmt
&
'yarig
PCO, arterinya tetap normal. Hal ini terjadi katena peningkatan
JB.
ha$a
efektif
Ventilation-pedusion
disebut
mampiu'
"ntuk
sebiiai
Hubungan
dzn rnenyebabkan
Rasio
mengembali kan
ventilasi-perfusi
Rasio
memperiahankan
rc!ationships. Dalam:
'veitilasi
ventllasl-perfusi
ventilasi-perfusi
yang
WO, arteri rnenjadi normal.
) Distribusi rasio ventilasi-
pirau (shunt), B
Respiracov physiology-rhc
percuma'
PCO, normal di alveolus, peningkatan
(wnrted
sangat
essentials.
ventilation).
jar
Buku A
rendah.
Edisi
nak
R?spirologi A
ke-5.
CO, akan
Bal~imore.
-
MIN
.V
Kontrol sentral
Kemoreseptor, Paru-paru .
Otot pernapasan .. . dan reseptor lainnya
Gambar 1.3.9 Unsur dasar sistem regulasi respirasi. Informasi dari berbagai
reseptor
· disampaikan ke pusat napas, kemudian menimbulkan respons otot-otot
pernapasan. Dengan meningkatnya aktivitas pernapasan, terjadi penurunan stimulus
sensorik ke otak sehingga menimbulkan umpan balik negatif. Sumber: West JB. Control of
ventilation. Dalam: Respiratory physiology-the essentials. Edisi ke-5. Balcinore, Willianis & Wilkins, 1995.
-
"':
"-1=
-
-----I-
-
FI..--
1. Sistem Saraf Pusat (SSP) Proses pernapasan otomatis yang normal bersumber
dari impuls yang dikeluarkan oleh bacang otak. Namun, korteks dapat mengambil
alih pusat kendali ini jika diperlukan pernapasan secara sadar (voluntary).
• Batang otak
Periodisitas inspirasi dan ekspirasi dikendalikan oleh neuron yang terletak
edula. Keduanya disebut sebagai 'pusat napas". Tiga kelompok neuron
di pons dan m
utamanya adalah sebagai berikut. a) Pusat respirasi medula
Pusat ini terletak di formasio retikularis, yaitu di bawah lantai ventrikel ke-4, dan
terdiri atas 1) area inspirasi di bagian dorsal, dan 2) area ekspirasi di bagian
ventral. Banyak pendapat yang menyebutkan bahwa area inspirasi berperan
membangkitkan impuls intrinsik inspirasi. Telah dibuktikan bahwa jika seluruh scimulus aferen
dihilangkan, area ini akan mengeluarkan aksi potensial berulang dan menimbulkan impuls
ke diafragma dan dan oror-ocor pernapasan lainnya. Area ekspirasi tidak aktif pada
pernapasan normal yang tenang. Hal ini terjadi karena pada pernapasan normal, inspirasi
terjadi akibat otot-otot pernapasan (terutama diafragma) dan diikuti oleh relaksasi pasif
dinding dada. Namun, pada pernapasan yang kuac/paksa, misalnya pada waktu
berolahraga, area ekspirasi
menjadi aktif sehingga ekspirasi terjadi secara aktif. b) Pusat
apneustik
Pusat apneustik terletak di pons bagian bawah. Pada binatang percobaan, jika batang otak
dipotong di atas lokasi ini, akan terlihat apnea inspirasi yang panjang dan diselingi oleh
upaya ekspirasi. Tampaknya, impuls dari pusat ini mempunyai efek membangkitkan
area inspirasi di medula sehingga aksi porensial yang timbul
akan memanjang. Peran pusat apneustik ini pada manusia masih belum diketahui.
c) Pusat pneumotaksik
Lokasinya terletak di pons bagian atas. Area ini berperan menghambat inspirasi dan
mengatur volume serta frekuensi inspirasi. Hal ini ditunjukkan pada percobaan binatang
dengan stimulasi listrik langsung terhadap pusat ini. Beberapa
peneliti meyakini bahwa peran pusat ini adalah sebagai pengatur irama respirasi
ing), sebab, jika pusat ini tidak ada, irama respirasi yang
· yang sangat teliti (fine tun
normal masih dapat ditemukan. . Korteks
Pernapasan dapat dikendalikan secara sadar (voluntary ), yaitu apabila korteks
mengambil alih fungsi kendali batang otak dalam batas tertentu. Pengurangan PCO:
arteri menjadi setengah nilai sebelumnya mudah dilakukan dengan hiperventilasi.
Pengurangan PCO, ini akan meningkatkan pH darah, sehingga dapat timbul alkalosis
· yang menyebabkan kejang (tetani) berupa kontraksi otot-otot tangan dan kaki
(spasme karpopedal)..
.
.
.
-
'
-
-
"
.'
nak
Buku Ajar Respirologi A
Bagian lain otak Bagian lain otak, seperti sistem limbik dan hipotalamus, dapat
mengubah pola pernapasan, misalnya pada keadaan yang dipengaruhi
oleh emosi seperti marah atau takut.
Peningkatan P,CO, dalam waktu yang lama akan menyebabkan pH CSS kembali ke nilai
normal. Hal ini dijelaskan sebagai berikue. Karbon dioksida di sel-sel glia akan terlarut menjadi
ion hidrogen dan bikarbonat (dikatalisis oleh enzim karbonik anhidrase). Ion hidrogen akan
didapar (buffer) o leh protein intraselular, sedangkan bikarbonat akan berdifusi ke dalam CSS.
Hiperkapnia juga menyebabkan sel-sel glia menurunkan metabolisme anaerob sehingga
produksi asam lakrar berkurang. Akibatnya, bikarbonat dapat dengan bebas berditusi ke
CSS. Difusi bikarbonat dari dalam darah ke CSS ini menyebabkan kemoreseptor menjadi
tidak sensitif terhadap peningkatan P.CO2. Contohnya dapat dilihat pada pasien dengan
penyakit paru kronik dan retensi CO, dalam waktu yang lama. Pada keadaan ini, ventilasi
cidak meningkat walaupun P, CO, tinggi.
Kemoreseptor sentral ini sangat aktif dan berperan penting dalam mempertahankan
respirasi. Sekitar 80% dari seluruh dorongan pernapasan merupakan hasil stimulasi terhadap
kemoreseptor ini. Reseptor ini dapat ditekan oleh obat-obatan, seperti opiat dan barbicurac.
Perifer Kemoreseptor perifer terletak di badan karotid (carotid bodies ), yaicu di
bifurkasio arteri karotis komunis, dan di badan aortik (aortic bodies), yaitu di atas dan di
bawah arkus aorta. Pada manusia, yang berperan penting dalam pernapasan adalah
badan karotid.
Badan karotid mengandung dua jenis sel, yaitu sel glomus (tipe I) dan sel
sustentakular (tipe II). Sel tipe I banyak mengandung dopamin dan berhubungan dengan
serat aferen menuju batang otak. Sel cipe II adalah sel-sel pendukung (struktural dan metabolik),
serupa dengan sel-sel glia di sistem saraf pusar. Badan karotid memiliki sangat kaya akan
suplai darah arteri maupun vena, sehingga sangat peka terhadap perubahan
konsentrasi O, darah. Mekanisme kerjanya masih belum diketahui dengan pasti, tetapi
banyak ahli fisiologi berpendapac bahwa sel glomus distimulasi oleh hipoksia dan
melepaskan transmiter yang kemudian memberikan sinyal melalui serat aferen menuju ke
batang ocak. Kemoreseptor perifer ini sensitif terhadap P, Ozx P,CO2, pH, aliran darah, dan
temperatur. .. Badan karotid disuplai oleh sistem saraf otonom. Sensitivitas badan karotid
Lerhadap hipoksia dipengaruhi oleh aliran darah yang diatur oleh sistem saraf otonom tersebut.
Mekanismenya adalah sebagai berikut: 1) vasokonstriksi akibat kerja simpatis,
meningkatkan sensitivitas terhadap hipoksia, dan 2) vasodilatasi akibat kerja parasimpatis,
menurunkan sensitivitas terhadap hipoksia. Pada P.O2 yang rendah (<50 mmHg), penurunan
P,O2 yang lebih jauh akan sangat meningkatkan ventilasi. Namun, pada P,O, yang tinggi
(sekitar 100 mmHg), perubahan · tekanan oksigen hanya memberikan sedikit pengaruh
terhadap ventilasi (Gambar 1.3.10)...
42
jar Respirologi A
Buku A nak
..
75
:
:
:
SSP
Pao paco
B
Respons meks
50 100 500
PO2 Arteri (mmHg) Gambar 1.3.10 Kurva
nonlinear; respons ventilasi terhadap perubahan PO, arteri.
Perhatikan bahwa respons maksimum timbul pada PO, kurang dari 50 mm Hg.
Suniber: West JB. Control of ventilation. Dalam: Respiratory physiology-the essentials. Edisi ke-5.
Baltimore, illiams & Wilkins, 1995.
b) Reseptor iritan
Reseptor iritan terletak di antara sel-sel epicel saluran napas. Reseptor ini discimulasi
oleh partikel yang terinhalasi (seperti asap rokok dan debu), gas-gas yang berbau
merangsang, peningkatan aliran udara, serta udara dingin. Impuls yang diterima oleh
reseptor berjalan ke nervus vagus melalui serat bermielin. Bentuk responsnya adalah mulai
dari refleks batuk, konstriksi laring, bronkokonstriksi, sampai hiperpnea. Mediator
kimiawi yang berperan dalam reaksi alergi juga dapat menstimulasi reseptor ini (hal ini
yang mungkin turut berperan pada terjadinya peningkatan ventilasi pada asma).
).
Reseptor ini cepat memberikan respons terhadap stimulus (rapidly adapring
c) Reseptor Juksta-kapiler U)
Reseptor ini disebut juksta-kapiler karena terletak di dinding alveolus, dekat
dengan kapiler. Reseptor ini distimulasi oleh pengembangan paru yang sangat
besar, pengempisan paru secara paksa, edema pembuluh darah paru,
peningkatan volume c airan interstisial di dinding alvelolus, serta mediator kimiawi
seperti histamin dan capsacin. Impuls berjalan ke nervus vagus melalui saraf
aferen tak-bermielin. Reseptor i ni cepat memberikan respons (rapidly adapting)
terhadap stimulus. Responsnya dapat berupa penutupan laring, pernapasan.
cepat dangkal, bradikardia, dan hipdrensi. Reseptor ini juga berperan dalam
terjadinya dispnea pada pasien gagal jantung atau pasien dengan penyakit interstisial
paru.
--
--
--
-
d) Reseptor lainnya
• Reseptor di hidung dan saluran respiratori-atas. . . . .
Hidung, nasofaring, laring, dan trakea memiliki reseptor yang berespons
terhadap stimulus mekanis dan kimiawi. Reseptor ini merupakan perluasan dari
reseptor iritan yang telah disebutkan di atas. Responsnya yang timbul dapat berupa
bersin, batuk, dan bronkokonstriksi. Spasme laring dapat timbul jika laring
terangsang
-..
-I-:-
-
-
.-.-
-
---
44 .
jar Respirologi Anak .
· Buku A
--
..
..
9
1
I
bronkodilator. Beberapa percobaan juga membukcikan bahwa terdapat penurunan
sensitivitas pusat napas pada pasien ini.
Respons peningkaran ventilasi terhadap kenaikan PCO, terutama
berasal dari k emoreseptor sentral, yang berespons terhadap peningkatan konsentrasi H*
pada cairan ekstraselular otak. Respons tambahan berasal dari kemoreseptor
perifer, yang timbul akibat peningkatan PCO2 arteri dan penurunan pH.
1
:
:..
i
Alveolar POZ
.:
enit)
Ventilasi pulmonal (L/m
. ego
-------Banner
L
20
30
mbomen
0 50
halaman 4
Respons terhadap oksigen Pada suatu percobaan dilakukan hal berikut. Subyek percobaan
diberi gas inspirasi berkadar Ozrendah, dan PCO, dibuat konstan sekitar 36 mmHg. Hasilnya,
ventilasi tidak meningkat walaupun PO, diturunkan sampai sekitar 50 mmHg. Namun, jika
PCO, dinaikkan, nilai PO2 yang kurang dari 100 mmHg akan menyebabkan peningkatan :
ventilasi. Kombinasi kedua stimulus ini (peningkatan PCO, dan penurunan O.). akan :.
meningkatkan respons ventilasi.
Karena PO, dapat diturunkan tanpa terjadi peningkatan ventilasi,
scimulus : berupa hipoksemi hanya sedikit berperan dalam regulasi ventilasi. Namun, di
daerah . dataran tinggi, stimulus hipoksia akan sangat meningkatkan ventilasi.
...-.
-.
-.
Sin.-
R
I
-
-L
-1
--
-
46
.
jar Respirologi An
Buku A a
k
Pola pernapasan abnormal Seseorang dengan hipoksemia sering
mengalami pola pernapasan abnormal yang disebut pernapasan Cheyne-Stokes.
Pola ini ditandai dengan periode apnea selama 10-20 detik yang diselingi dengan
periode hiperventilasi selama waktu yang hampir sama, serra volume ridal yang
meningkat secara bertahap dan kemudian menurun. Pola ini sering ditemukan pada
orang yang berada di dataran tinggi, terutama ketika tidur pada malam hari.
Pola ini
juga didapatkan pada pasien dengan penyakit jantung berat acau
kerusakan b acang orak.
Daftar pustaka
1. Guyton AC, Hall JE. Pulmonary ventilation. Dalam: Guyton AC, Hall }E, penyunting. Textbook of
medical physiology. Edisi ke-10. Philadelphia: WB Saunders Company: 2000. h. 437–43. 2.
Jefferies A, Turley A. Perfusion and gas transport. Dalam: Jefferies A, Turley A, penyunting.
Mosby's
, Jefferies A, Turley
crash course: respirarory system. London: Elsevier Science Limited; 2002. h. 59–71
A. Ventilation and gas exchange. Dalam: Jefferies A, Turley A, penyunting. Mosby's crash course:
respiratory system. London: Elsevier Science Limited; 20 02. h. JI-58. West JB. Control of ventilation.
Dalam: Respiratory physiology-the essentials. Edisi ke-5. Baltimore: Williams & Wilkins; 1995. h.
117–32. West JB. Diffusion. Dalam: Respiratory physiology-the essentials. Edisi ke-5.
Baltimore: Williams & Wilkins; 1995. h. 21-30. West JB. Ventilation. Dalam: Respiratory
physiology-the essentials. Edisi ke-5. Balsimore: Williams &
est JB. Ventilation-perfusion relationships. Dalam: Respiratory
Wilkins; 1995. h. 11-20. 7. W
physiology-the essentials. Edisi ke-5.
Baltimore: Williams & Wilkins; 1995. h. 51–70.
48.
Buku A
jar Respirologi Anak
selimut mukus (mucous blan ket) menuju faring dengan kecepatan kira-kira 10
mn/menit di dalam trakea. Di area respiratorik paru, permukaan sel secara bertahap menjadi
kuboid, dan akhirnya menjadi raca (selapis tipis sel); sel bersilia dan sel goblec biasanya tidak
ada.
Penghangatan dan pelembaban 25 % udara inspirasi terjadi di trakea dan bronkus
besar. Gagalnya pelembaban akan menyebabkan udara kering masuk hingga saluran
respiratori-distal. Partikel berukuran 1-5 mm mengendap 'di lapisan mukus trakeobronkial,
sehingga hanya partikel berukuran 1 mm atau lebih kecil yang mencapai bronkiolus respiratorik
dan ruang udara, sebagian akan dideposit dan sebagian besar dikeluarkan melalui ekspirasi.
Sekret saluran respiratori terutama berasal dari sel-sel mukosa (glikoprotein)
dan serosa pada kelenjar submukosa yang bermuara ke epitel permukaan; sel gobler dan sel
Clara-masing-masing merupakan sel penghasil sekret khas pada epitel bronkus dan
bronkiolus; transudasi dari rongga vaskular; cairan alveolar-merupakan unsur fosfolipid yang
terbanyak ditemukan pada mukus trakeobronkial. Sekret ini mengandung kira-kira 95% air.
Pada masa bayi, terdapat ventilasi alveolar kolateral yang semakin banyak,
yaitu dengan terbentuknya pores
of Koln di antara alveolus, yang memungkinkan
gas masuk dari satu lobulus ke lobulus lainnya, bahkan mungkin ke segmen paru lain. Selain itu
juga terdapat komunikasi bronkio-alveolar, yang dikenal sebagai canals of Lambert.
Hubungan hubungan anatomis ini mungkin bermanfaai untuk mencegah atau memperlambac
terjadinya atelekcasis.
Fisiolog
Anatomi dan i Sistem Respiratori
49:
Antibodi utama pada sekret pernapasan adalah IgA sekretorik, yang
dihasilkan oleh sel plasma di submukosa saluran respiratori. Dua molekul IgA bersama dengan
suatu polipeptida yang dihasilkan oleh epitel respiratorik, membentuk IgA sekretorik yang
sangat resisten terhadap digesti oleh enzim proteolitik yang dikeluarkan oleh bakteri yang
lisis atau sel yang mati. IgA dapat menetralisasi virus dan toksin tertentu serta membantu
melisiskan bakteri. IgA juga dapat mencegah substansi antigenik masuk ke permukaan epitelial.
Pada bulan pertama kehidupan, jumlah IgA sekretorik paru mencapai jumlah yang sama seperti
pada dewasa. IgG dan IgM juga ditemukan pada sekret saluran respiratori jika cerjadi
inflamasi paru.
Pada sekret saluran respiratori terdapat lisozim, laktoferin, dan interferon yang juga
berfungsi sebagai mekanisme pertahanan pada sekresi pernapasan. Selain itu, terdapat pula
IgE, yang memiliki peran penting dalam reaksi alergi.
Daftar pustaka
1. Haddad GG, Perez-Fontan JJ. Defense mechanisms and metabolic functions of the lung. Dalam:
Behman RE, Kliegman RM, Jenson HB, penyunting. Nelson textbook of pediatrics. Edisi ke-16.
Philadelphia: WB Saunders Company; 2000. h. 1252- 3.
TILDLILI PEP.-Pamu
50
Buku Ajar Respirologi Anak