Penyunting :
Damayanti Rusli Sjarif
Klara Yuliarti
Penyunting :
Damayanti Rusli Sjarif
Klara Yuliarti
Tim Penyusun:
Damayanti Rusli Sjarif
Klara Yuliarti
Bambang Tridjaja
Putri Maharani T. M.
Mira Irmawati
Ade Rachmat Yudiyanto
Dwi Lestari Pramesti
Hartono Gunardi
Ahmad Suryawan
Disusun oleh:
Ikatan Dokter Anak Indonesia
Data yang dipublikasi oleh WHO, UNICEF, dan World Bank tahun 2021
menunjukkan bahwa stunting merupakan jenis malnutrisi yang paling banyak
ditemukan pada balita, yaitu 144 juta balita stunting di seluruh dunia, sebanyak
53% berada di Asia. Stunting didefinisikan sebagai perawakan pendek akibat
kekurangan gizi kronik. Stunting mendapat perhatian khusus secara global
karena merupakan pertanda adanya kekurangan gizi untuk pertumbuhan otak
yang mengakibatkan penurunan fungsi kognitif serta terjadinya perubahan
program metabolisme zat gizi makro yang mengakibatkan akumulasi lemak
yang berdampak meningkatnya risiko Penyakit Tidak Menular (PTM) seperti
diabetes, obesitas, penyakit jantung koroner, dan lain-lain. Kedua dampak
terakhir mempunyai konsekuensi jangka panjang bagi negara, yaitu rendahnya
kualitas sumber daya manusia yang berpotensi menghambat kemampuan
suatu bangsa untuk bebas dari kemiskinan.
Indonesia, pada tahun 2022, adalah negara ke-4 penyumbang balita
stunting terbesar setelah India, Nigeria, dan Pakistan. Dampak pada kualitas
kognitif terlihat dari data OECD tahun 2018 yang menunjukkan bahwa
remaja Indonesia menempati urutan ke-71 dari 77 negara untuk Skor Sains,
Matematika, serta Membaca. Tingginya angka stunting berdampak pada
Human Capital Index Indonesia yang menunjukkan bahwa seorang bayi yang
lahir di Indonesia hanya mampu mengembangkan 53% potensinya di bawah
rerata ASEAN. Hal ini tentu mengusik dokter spesialis anak yang amanahnya
adalah mengantarkan semua anak mencapai tumbuh kembang optimal.
Stunting merupakan bagian dari perawakan pendek, suatu penyakit
yang merupakan kompetensi dokter spesialis anak, baik untuk diagnosis
maupun tata laksana, agar tidak overdiagnosis dan overtreatment. Sejak
diumumkan tentang kondisi stunting pada tahun 2007, penanganan stunting
tidak pernah melibatkan dokter apalagi dokter spesialis anak. Oleh sebab
itu, tidak mengherankan jika penurunan angka stunting sangat lambat. IDAI
terlibat dalam pencegahan stunting secara nyata dalam penyusunan naskah
ilmiah antropometri anak dan remaja yang mendasari terbitnya Permenkes
No. 2 tahun 2020 yang secara resmi mewajibkan pengukuran panjang/tinggi
badan balita dalam pemantauan pertumbuhan di masyarakat. Selanjutnya,
IDAI terlibat menulis naskah ilmiah Pangan untuk Keperluan Medis Khusus
(PKMK) bagi Anak dan Remaja yang mendasari terbitnya Permenkes No. 29
tahun 2019 tentang intervensi terapi PKMK pada stunting akibat penyakit.
iii
Peraturan pemerintah tentang kompetensi dokter layanan primer serta dokter
spesialis anak dalam tata laksana malnutrisi cegah stunting, spesifikasi alat
antropometri, dan puncaknya adalah terbitnya Permenkes tahun 2022 tentang
Panduan Nasional Praktik Klinis (PNPK) Stunting serta ditetapkannya IDAI
sebagai tim pakar stunting mulai dari tingkat kabupaten/kota sampai pusat
dalam Program Audit Stunting BKKBN.
Untuk mempermudah sejawat dokter spesialis anak dalam menjalankan
perannya sebagai tim pakar stunting di wilayah kerjanya masing-masing,
maka Satgas IDAI 2021-2024 menyusun buku Petunjuk Teknis Berbasis
Bukti: Diagnosis dan Tata Laksana Stunting Secara Komprehensif untuk
Dokter Spesialis Anak. Buku ini berisi petunjuk praktis yang dapat diterapkan
dalam praktek sehari-hari sehingga wajib dimiliki oleh semua anggota IDAI.
Untuk memudahkan pemahaman, buku ini akan disertai dengan pelatihan
penerapan pada kasus stunting yang akan diawali di Pelatihan Pra PIT IKA
menata laksana balita berisiko atau dengan stunting, dapat berkonsultasi
dengan dokter spesialis anak konsultan secara luring maupun daring.
Kami menyadari bahwa buku ini belum sempurna dan membutuhkan
asupan dari sejawat agar semakin memudahkan penguasaan tata laksana
stunting bagi semua dokter spesialis anak.
Wassalam
iv
Daftar Isi
vi Petunjuk Teknis Berbasis Bukti: Diagnosis dan Tata Laksana Stunting Secara Komprehensif untuk Dokter Spesialis Anak
SINOPSIS