ILMU
ILMU KESEHATAN MATA
KESEHATAN MATA
Buku ini dibuat sebagai pegangan bagi mahasiswa pendidikan
dokter tingkat profesi (koas) agar lebih terarah dalam mengi-
kuti proses belajar mengajar di Bagian Ilmu Kesehatan Mata,
maupun saat bertugas di bagian lain. Buku ini mengacu pada
Standar Kompetensi Dokter Indonesia tahun 2012 yang berisi
daftar kasus klinik dan keterampilan klinik yang harus dikuasai
oleh seorang dokter muda. Pendekatan dalam buku ini meng-
gunakan pendekatan terhadap gejala klinis (symptom ap-
proached) dari keluhan pada penyakit di bidang Ilmu Kesehatan
Mata yang sering dijumpai. Berdasarkan gejala yang didapat-
kan, maka dokter muda diajak untuk berpikir secara sistematis
dan komprehensif melalui melakukan proses anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, perumusan
masalah atau diagnosis klinis, hingga menetapkan menejemen
terapi pada kasus tersebut
Ketentuan Pidana
Pasal 113
1. Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf I untuk Penggunaan Secara
Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan / atau
pidana denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
2. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan / atau tanpa izin Pencipta atau pemegang
Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan / atau huruf h untuk Penggunaan
Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan /
atau pidana denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
BUKU PANDUAN BELAJAR DOKTER MUDA
ILMU KESEHATAN MATA
Tim Editor :
Ariesanti Tri Handayani
I Wayan Eka Sutyawan
IGA Made Juliari
I Made Dwi Trisna Putra
Ida Bagus Gede Diantika
Dicetak oleh:
89Printing.com
Diterbitkan oleh:
Penerbit Lontar Mediatama
Yogyakarta
ISBN : 978-602-5986-25-3
PRAKATA
Januari, 2020
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
PRAKATA ............................................................................................. v
DAFTAR ISI .......................................................................................... vii
CARA MENGGUNAKAN PANDUAN BELAJAR ....................... ix
STANDAR KOMPETENSI DOKTER ILMU KESEHATAN
MATA...................................................................................................... xi
DAFTAR KOMPETENSI KLINIK ..................................................... xiii
Program Studi Sarjana Kedokteran dan Profesi Dokter FK UNUD 2020 vii
Buku Panduan Belajar Dokter Muda Ilmu Kesehatan Mata
CARA MENGGUNAKAN
PANDUAN BELAJAR
STANDAR KOMPETENSI
DOKTER INDONESIA
ILMU KESEHATAN MATA
xii Program Studi Sarjana Kedokteran dan Profesi Dokter FK UNUD 2020
Buku Panduan Belajar Dokter Muda Ilmu Kesehatan Mata
2 Konjungtivitis 4A
3 Pterigium 3A
4 Perdarahan subkonjungtiva 4A
5 Mata kering 4A
6 Blefaritis 4A
7 Hordeolum 4A
8 Chalazion 3A
9 Laserasi kelopak mata 3B
10 Trikiasis 4A
11 Dakrioadenitis 3A
12 Dakriosistitis 3A
13 Skleritis 3A
14 Episkleritis 4A
15 Keratitis 3A
16 Xerophtalmia 3A
17 Hifema 3A
18 Hipopion 3A
19 Iridosisklitis, iritis 3A
20 Hipermetropia ringan 4A
21 Miopia ringan 4A
22 Astigmatism ringan 4A
23 Presbiopia 4A
24 Anisometropia pada dewasa 3A
25 Buta senja 4A
26 Glaukoma akut 3B
27 Glaukoma lainnya 3A
xiii
Program Studi Sarjana Kedokteran dan Profesi Dokter FK UNUD 2020 xiii
Buku Panduan Belajar Dokter Muda Ilmu Kesehatan Mata
Inspeksi Pupil
4A
Pemeriksaan Fisik
Diagnostik (Pupil)
Penilaian Pupil dengan Reaksi Langsung
Terhadap Cahaya dan Konvergensi
4A
xiv
xiv Program Studi Sarjana Kedokteran dan Profesi Dokter FK UNUD 2020
Buku Panduan Belajar Dokter Muda Ilmu Kesehatan Mata
Inspeksi Lensa 4A
xv
xvi Program Studi Sarjana Kedokteran dan Profesi Dokter FK UNUD 2020
Buku Panduan Belajar Dokter Muda Ilmu Kesehatan Mata
BAB 1
MATA MERAH
Mata merah
Conjunctivitis Keratitis
Pendarahan
Anterior uveitis
subkonjunctiva
Episkleritis/
Acute glaucoma
skleritis
Endopthalmitis
Program Studi Sarjana Kedokteran dan Profesi Dokter FK UNUD 2020 3
Buku Panduan Belajar Dokter Muda Ilmu Kesehatan Mata
Keratitis/
Konjungtivitis Iritis akut Glaukoma akut
tukak kornea
Hanya
Kotoran Sering purulen Ringan -
refleksepifora
Pupil Fixed
N <N <N >N
Oval
<N>(pegal)
Tekanan N N >N+++
(sangat pegal)
a.konjungtiva-
Vaskularisasi Siliar pleksus siliar Episkleral
a posterior
BAB 2
VISUS TURUN
MATA TENANG
1. Glaukoma
• Primer
• Ablasio retina • Sudut terbuka dan sudut tertutup
• Pendarahan badan kaca
• Oklusi V. retina sentralis
• Sekunder
• Seroid •AMETROP
• Oklusi A. retina sentralis • Kongenital
2. Katarak • Myopia
• Neuritis optika
• Papilitis
• Kongenital
• Juvenil • Hipermetrop
• Neuritis retrobulbar
• Ishkemia optik neuripati akut
• Seilis
Primer • Afakia
• Gangguan jalur penglihatan
Komplikata
• Lokal • Astigmatisma
• Atromi papil, edema • Sistemis
papil, lesi papil Traumatika
• Lesi retrobulbar, lesi Sekunder
3.Retinopati
kiasma optik, traktus Diabetika
optik, lesi lobus oksipital • Non proliferatif
• Retinopati serosa sentral • Proliferatif
Hipertensi
Arteri sklerotik
Anemia
Korioretinitis
Degenerasi Macula
Reinitis Pigmentosa
BAB 3
CARA PEMERIKSAAN
A. Pemeriksaan Tajam Penglihatan
Teknik Pemeriksaan:
a. Pasien duduk menghadap optotipe Snellen dengan jarak 6
meter.
b. Pasang trial frame pada mata.
c. Satu mata ditutup dengan occluder.
d. Pasien diminta membaca huruf pada optotip Snellen
dimulai dari huruf yang terbesar sampai ke huruf
yang terkecil pada baris – baris selanjutnya yang
masih dapat terbaca.
10
11
(1/ 300 PB). Jika dengan uji lambaian tangan, pasien masih
belum bisa melihat maka dilanjutkan dengan pemeriksaan
proyeksi sinar.
h. Senter diarahkan kedepan mata pasien yang akan
diperiksa dan pasien diminta menyatakan melihat sinar
atau tidak serta menyatakan arah datangnya sinar. Bila
pasien dapat melihat sinar maka visusnya 1/ ~ (LP) dan
bila mampu menyatakan arah datangnya sinar dengan
baik, maka visusnya 1/ ~ dengan proyeksi baik (GP). Bila
pasien dapat melihat sinar maka visusnya 1/ ~ (LP) dan
bila tidak mampu menyatakan arah datangnya sinar,
maka visusnya 1/ ~ dengan proyeksi buruk (BP). Bila
pasien tetap tidak dapat melihat sinar maka visusnya
adalah No light perception / NLP (buta total).
12
Teknik Pemeriksaan:
a. Setelah mendapatkan koreksi terbaik untuk penglihatan
jauh (BCVA) pasien diinstruksikan untuk membaca
tulisan pada Jaeger Chart pada jarak 33 cm.
b. Cek mata kanan terlebih dahulu, setelah itu cek mata kiri
baru kemudian cek dengan kedua mata terbuka. Catat
sampai angka berapa pasien dapat membaca dengan jelas
dan benar.
c. Apabila pasien tidak dapat membaca tulisan yang paling
kecil maka diberikan koreksi tambahan dengan lensa plus
hingga pasien dapat melihat dengan jelas seluruh tulisan
pada Jaeger Chart.
1. Tonometri Schiotz
Tonometer Schiotz merupakan alat praktis sederhana.
Pengukuran tekanan bola mata dinilai secara tidak langsung, yaitu
dengan teknik melihat daya tekan alat pada kornea.Dengan
tonometer schiotz dilakukan indentasi (penekanan) terhadap
permukaan kornea. Bila suatu beban tertentu memberikan
kecekungan pada kornea maka akan terlihat perubahan pada skala
schiotz. Makin rendah tekanan bola mata makin mudah bola mata
ditekan, yang pada skala akan terlihat skala yang lebih besar, hal
ini juga berlaku sebaliknya.
Teknik pemeriksaan:
a. Jelaskan kepada pasien mengenai prosedur dan tujuan
dari pemeriksaan.
b. Cuci tangan sebelum melakukan pemeriksaan.
c. Melakukan kalibrasi tonometer sebelum penggunaan
13
14
Catatan:
a. Letakkan telapak tonometer dengan beban 5,5 g pada
permukaan kornea.
b. Perhatikan pergeseran jarum penunjuk tonometer.
c. Bila jarum pada skala menunjukkan angka 2 atau kurang,
tambahkan beban menjadi 7,5 gr lalu ukur tekanan sekali
lagi.
d. Bila jarum skala masih menunjukan pada angka 2 atau
kurang, tambahkan beban menjadi 10 gr. Ulangi
pengukuran.
e. Setelah jarum tonometer menunjukkan angka yang tetap,
baca nilai pada skala busur Schiotz yang berantara 0 – 15.
f. Hasil dicatat sebagai bacaan skala/bacaan beban, misalnya:
5/5,5, 8/7,5, 3/10
15
2. Tonometri Digital
Tonometer digital adalah salah satu cara pengukuran
tekanan bola mata dengan menggunakan jari. Dasar
pemeriksaannya adalah dengan cara merasakan reaksi
kelenturan bola mata (balotement) dilakukan dengan bergantian
dengan kedua jari tangan.
Teknik pemeriksaan:
a. Jelaskan kepada pasien mengenai prosedur dan tujuan
dari pemeriksaan.
b. Cuci tangan sebelum melakukan pemeriksaan.
c. Pasien diinstruksikan untuk melirik ke bawah (tidak
menutup mata).
d. Pemeriksa dengan kedua telunjuknya menekan dan
merasakan tekanan balik (balotement) pada mata secara
bergantian.
16
Interpretasi:
a. N (Normal), N+1, N+2, N+3 yang berarti tekanan lebih
tinggi dibanding normal, dimana N+1<N+2.
b. Atau N-1, N-2, N-3 yang berarti tekanan bola mata lebih
rendah.
17
18
19
20
21
e. Edema macula.
3. Pada Pembuluh darah retina
a. Perbandingan atau rasio arteri vena
b. Perubahan bentuk/pola arteri vena
c. Adanya mikroanerisma dari vena.
Oftalmoskop
22
Segmen Posterior
E. Pemeriksaan Konfrontasi
Merupakan uji pemeriksaan lapang pandang yang
paling sederhana karena tidak memerlukan alat tambahan.
Lapang pandang pasien dibandingkan dengan lapang pandang
pemeriksa. Pasien diinstruksikan untuk melihat gerak dan
jumlah tangan pemeriksa di arah:
Lateral : 90°
Caudal: 70°
Cranial: 55°
Medial: 60°
Pasien dan pemeriksa atau dokter berdiri berhdapan dengan
bertatapan mata pada jarak 60 cm. Pemeriksa memeriksa mata
kanan pasien dengan menggunakan mata kanannya dan
memegang funduskopi dengan tangan kanan. Pemeriksa
menggerakkan jari dari arah temporalnya dengan jarak yang sama
23
Tes Konfrontasi
24
Langkah-langkah:
1. Cuci tangan
2. Jelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan
3. Berikan instruksi kepada pasien dengan jelas dan sopan
4. Mintalah pasien duduk dihadapan petugas pada jarak
jangkauan tangan ( 30- 50 cm )
5. Mintalah pasien untuk memandang lurus kedepan
6. Arahkan senter pada bola mata dan amati pantulan sinar
pada kornea, kemudian gerakkan senter dengan
membentuk huruf H dan berhenti sejenak pada waktu
senter berada di lateral atas dan lateral bawah (mengikuti
six cardinal of gaze)
7. Amati posisi dan gerakan kedua bola mata selama senter
digerakkan
25
26
27
H. Pemeriksaan Fluoresein
Pemeriksaan fluoresein dilakukan untuk menilai adanya
defek pada kornea, caranya adalah
1. Mata ditetes pantocain 0.5% 1 tetes pada mata yang ingin
diperiksa
2. Zat warna fluoresein diteteskan pada mata yang ingin
diperiksa (1 tetes)
3. Zat warna yang diirigasi dengan menggunakan aqua
bides atau larutan garam fisiologik sampai airmata tidak
berwarna hijau lagi
4. Kornea dilihat dengan seksama dengan memakai lampu
biru apakah ada yang berwarna hijau atau tidak.
Intepretasi
- Bila terdapat warna hijau pada kornea berarti terdapat
defek pada epitel kornea
- Defek ini dapat dalam bentuk erosi kornea atau infiltrat
yang mengakibatkan kerusakan pada epitel kornea.
A. Pemeriksaan Fluoresein
Pemeriksaan fluoresein dilakukan untuk menilai adanya
defek pada kornea, caranya adalah
1. Mata ditetes pantocain 0.5% 1 tetes pada mata yang ingin
diperiksa
2. Zat warna fluoresein diteteskan pada mata yang ingin
diperiksa (1 tetes)
3. Zat warna yang diirigasi dengan menggunakan aqua
bides atau larutan garam fisiologik sampai airmata tidak
berwarna hijau lagi
4. Kornea dilihat dengan seksama dengan memakai lampu
biru apakah ada yang berwarna hijau atau tidak.
28
Intepretasi
- Bila terdapat warna hijau pada kornea berarti terdapat
defek pada epitel kornea
- Defek ini dapat dalam bentuk erosi kornea atau infiltrat
yang mengakibatkan kerusakan pada epitel kornea
Caranya :
1. Sediakan sebuah senter
2. Arahkan senter dari temporal kantus dengan posisi sejajar
pada mata
3. Nilai kedalaman bilik mata depan
29
Interpretasi:
- Bila Bilik Mata Depan dalam, maka iris akan terlihat datar
dan seluruh area iris akan teriluminasi.
- Bila Bilik Mata Depan dangkal, posisi iris akan kedepan
dan menghalangi cahaya, sehingga hanya sebagian kecil
iris teriluminasi
30
31
Number Normal Person with Red-Green Deficiencies Person With Total Color
of Plates Person Blindness and Weakness
1 12 12 12
2 8 3 X
3 5 2 X
4 29 70 X
5 74 21 X
6 7 X X
7 45 X X
8 2 X X
9 X 2 X
10 16 X X
11 Traceable X X
Protan Deutan
Strong Mild Strong Mild
12 35 5 (3)5 3 3(5)
13 96 6 (9)6 9 9(6)
Can trace two Purple Red
x
14 lines Purple (red) Red (purple)
32
DAFTAR PUSTAKA
33
34