Anda di halaman 1dari 65

ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS/ILMU KEDOKTERAN PENCEGAHAN

BUKU PANDUAN BELAJAR KOAS

Ilmu Kedokteran Komunitas/


Ilmu Kedokteran
Pencegahan (IKK-IKP)


BUKU PANDUAN BELAJAR KOAS

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta

Lingkup Hak Cipta


Pasal 1
1. Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan
prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa
mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Ketentuan Pidana
Pasal 113
1. Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf I untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana
dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan / atau pidana denda paling
banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
2. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan / atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak
Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan / atau huruf h untuk Penggunaan Secara
Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan / atau pidana
denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

ii
ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS/ILMU KEDOKTERAN PENCEGAHAN

BUKU PANDUAN BELAJAR KOAS

Ilmu Kedokteran Komunitas/


Ilmu Kedokteran
Pencegahan (IKK-IKP)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH
DENPASAR
2017

iii
BUKU PANDUAN BELAJAR KOAS

BUKU PANDUAN BELAJAR KOAS

Ilmu Kedokteran Komunitas/


Ilmu Kedokteran Pencegahan
(IKK-IKP)
Tim Penyusun:
AA. Sagung Sawitri
GN. Indraguna Pinatih
I Wayan Weta
Diah Paramita Duarsa
I Made Dharmadi
Luh Seri Ani
Komang Ayu Kartikasari
Nyoman Sutarsa
Putu Aryani
Putu Cintya Deny Yuliatni
Putu Ariastuti

Tim Editor:
Putu Gede Sudira
Ni Putu Wardani
IGA Harry Sundariyati
I Gde Haryo Ganesha
IGA Sri Darmayani
Kunthi Yulianti
Made Ratna Saraswati

Cover & Ilustrasi:


Repro

Design & Lay Out:


I Wayan Madita

Diterbitkan oleh:
Udayana University Press
Kampus Universitas Udayana Denpasar,
Jl. P.B. Sudirman, Denpasar - Bali Telp. (0361) 255128
unudpress@gmail.com http://udayanapress.unud.ac.id

Cetakan Pertama:
2017, xiv + 51 hlm, 15,5 x 23 cm

ISBN: 978-602-294-192-7

Hak Cipta pada Penulis.


Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang :
Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini
tanpa izin tertulis dari penerbit.

iv
ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS/ILMU KEDOKTERAN PENCEGAHAN

PRAKATA

P uji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang


Maha Esa, karena Buku Panduan Belajar Ilmu
Kedokteran Komunitas/ Ilmu Kedokteran Pencegahan ini dapat
terselesaikan.
Buku ini dibuat dengan tujuan sebagai pegangan bagi
mahasiswa pendidikan dokter tingkat profesi (koas) agar lebih
terarah dalam mengikuti proses belajar mengajar di Bagian Ilmu
Kedokteran Komunitas/ Ilmu Kedokteran Pencegahan, maupun
saat bertugas di bagian lain.
Buku ini mengacu pada Standar Kompetensi Dokter
Indonesia tahun 2012 yang berisi daftar kasus klinik dan
keterampilan klinik yang harus dikuasai oleh seorang
dokter muda. Pendekatan dalam buku ini menggunakan
pendekatanterhadap gejala klinis (symptom approached)dari keluhan
pada penyakit di bidang Ilmu Kedokteran Komunitas/ Ilmu
Kedokteran Pencegahan yang sering dijumpai. Berdasarkan
gejala yang didapatkan, maka dokter muda diajak untuk berpikir
secara sistematis dan komprehensif melalui melakukan proses
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang,
perumusan masalah atau diagnosis klinis, hingga menetapkan
menejemen terapi pada kasus tersebut.
Ucapan terima kasih kami haturkan kepada semua pihak
yang telah membantu tersusunnya buku ini, terutama kepada
Dekan, Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan,
Tim Pendidik Klinik,Department of Medical Education, dan Seluruh
Staf Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas/ Ilmu Kedokteran
PencegahanFakultas Kedokteran Universitas Udayana.


BUKU PANDUAN BELAJAR KOAS

Kami menyadari buku ini belumlah sempurna dan akan


terus mengalami perbaikan seiring perkembangan kemajuan
pendidikan kedokteran, utamanya di bidang Ilmu Kedokteran
Komunitas/ Ilmu Kedokteran Pencegahan, sehingga masukan
untuk perbaikan di masa yang akan datang sangat kami
nantikan. Akhirnya kami berharap semoga Buku Panduan ini
dapat memberikan manfaat utamanya bagi calon dokter umum
yang akan menjalankan kepaniteraan klinik di Bagian Ilmu
Kedokteran Komunitas/ Ilmu Kedokteran Pencegahan.
Januari, 2017

Tim Penyusun

vi
ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS/ILMU KEDOKTERAN PENCEGAHAN

DAFTAR ISI

Prakata .................................................................................... v
Daftar Isi ................................................................................. vii
Cara Menggunakan Panduan Belajar ................................ viii
SKDI Ilmu Kedokteran Komunitas/
Ilmu Kedokteran Pencegahan ............................................. x
Daftar Kompetensi Klinik .................................................... xii

Bab 1 :Dasar-Dasar Ilmu Kedokteraan Komunitas


dan Ilmu Kedokteran Pencegahan ..................................... 1

Bab 2 Identifikasi Masalah Kesehatan Masyarakat .......... 8

Bab 3 Program Program Kesehatan Di Puskesmas ......... 10

Bab 4 Kedokteran Keluarga ................................................. 20

Bab 5 Penyuluhan Kesehatan Masyarakat ........................ 31

Bab 6 Penelitian Kesehatan Masyarakat ............................ 47

Daftar Pustaka ....................................................................... 49

vii
BUKU PANDUAN BELAJAR KOAS

CARA MENGGUNAKAN
PANDUAN BELAJAR

B uku panduan belajar ini ditujukan untuk mempelajari


kasus klinis dan keterampilan klinik di bidang Ilmu
Kedokteran Komunitas/ Ilmu Kedokteran Pencegahansaat
bertugas stase di Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas/ Ilmu
Kedokteran Pencegahan. Kompetensi yang tercakup dalam buku
panduan ini adalah kompetensi minimum seorang dokter umum
yang harus anda kuasai saat anda belajar dan bertugas di rotasi
pendidikan klinik.
Buku ini tersusun atas5 (lima) bab, berdasarkan kasus
yang dapat ditangani seorang dokter umum. Setiap bab memuat
tujuan belajar, pertanyaan terkait kesiapan dokter muda, daftar
keterampilan/ prosedur klinik, dan algoritma kasus yang harus
dikuasai.
Hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan buku
panduan ini adalah :
1. Bacalah daftar kompetensi kasus klinis dan keterampilan
klinik yang harus Anda kuasai selama Anda belajar dan
bertugas di Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas/ Ilmu
Kedokteran Pencegahan. Daftar kompetensi ini juga dapat
Anda temukan di Buku Kerja Harian (buku log dokter
muda).
2. Pada setiap bab, bacalah tujuan belajar yang harus dicapai
saat mempelajari bab tersebut. Selanjutnya cobalah
memjawab pertanyaan-pertanyaan yang tersedia dengan
menggunakan prior knowledge anda. Apabila Anda
mengalami kesulitan saat menjawabnya, Anda dapat

viii
ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS/ILMU KEDOKTERAN PENCEGAHAN

menggunakan buku referensi yang dianjurkan, tercantum


pada bagian akhir buku ini. Setelah anda mampu
menjawab semua pertanyaan pertanyaan tersebut, mulailah
membaca algoritma kasus yang digunakan. Anda dapat
menggunakan referensi untuk mengklarifikasi algoritma
tersebut. Baca juga beberapa keterangan tambahan yang
terdapat pada algoritma kasus.
3. Kemudian bacalah daftar keterampilan yang diperlukan
untuk menangani kasus yang bersangkutan. Beberapa
prosedur penting yang belum Anda peroleh di Skill Lab
dijelaskan dalam buku ini.

Jika terdapat pertanyaan yang berkaitan dengan materi


yang ada dalam buku panduan belajar ini, dan anda kesulitan
mendapat jawabannya meskipun telah membaca referensi yang
ada, tanyakan dan diskusikan pada saat kegiatan pendidikan
klinik.

ix
BUKU PANDUAN BELAJAR KOAS

STANDAR KOMPETENSI
DOKTER INDONESIA ILMU KEDOKTERAN
KOMUNITAS/ILMU KEDOKTERAN
PENCEGAHAN

D alam melaksanakan praktek kedokteran, seorang


dokter harus mampu bekerja berdasarkan keluhan/
masalah pasien, melakukan pemeriksaan, menganalisisdata
klinis sehingga dapat membuat diagnosis yang tepat agar dapat
melakukan penatalaksanaan yang sesuai.Untuk itu diperlukan
pembelajaran dan pelatihan yang berkesinambungan.Agar
pembelajaran terarah maka dibuatlah standar minimal yang
harus dimiliki seorang dokter dengan diterbitkannya Standar
Kompetensi Dokter Indonesia.Diharapkan lulusan dokter dapat
memiliki keterampilan minimal sesuai yang telah ditetapkan.
Untuk mencapai kompetensi sesuai Standar Kompetensi Dokter
Indonesia diperlukan strategi pembelajaran dengan menerapkan
target. Target tingkat kompetensi dibagi menjadi 4, yaitu:

1. Tingkat kompetensi 1 (Knows)


Mampu mengetahui pengetahuan teroritis termasuk aspek
biomedik dan psikososial keterampilan tersebut sehingga
dapat menjelaskan kepada pasien/ klien dan keluarganya,
teman sejawat, serta profesi lainnya tentang prinsip, indikasi,
dan komplikasi yang mungkin timbul.Keterampilan ini
dapat dicapai mahasiswa melalui perkuliahan, diskusi,
penugasan, dan belajar mandiri, sedangkan penilaiannya
dapat menggunakan ujian tulis.
2. Tingkat Kompetensi 2 (Knows How)
Pernah melihat atau didemonstrasikan. Menguasai
pengetahuan teoritis dari keterampilan ini dengan


ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS/ILMU KEDOKTERAN PENCEGAHAN

penekanan pada clinical reasoning dan problem solving serta


berkesempatan untuk melihat dan mengamati keterampilan
tersebut dalam bentuk demonstrasi atau pelaksanaan
langsung pada pasien/ masyarakat.
3. Tingkat Kompetensi 3 (Shows)
Pernah melakukan atau pernah menerapkan di bawah
supervisi. Menguasai pengetahuan teori keterampilan ini
termasuk latar belakang biomedik dan dampak psikososial
keterampilan tersebut, berkesempatan untuk melihat
dan mengamati keterampilan tersebut dalam bentuk
demonstrasi atau pelaksanaan langsung pada pasien/
masyarakat, serta berlatih keterampilan tersebut pada alat
peraga dan/ atau standardized patient.
4. Tingkat kompetensi 4 (Does)
Mampu melakukan secara mandiri.Dapat memperlihatkan
keterampilannya tersebut dengan menguasai seluruh
teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah caramelakukan,
komplikasi, dan pengendalian komplikasi. 4A. Kompetensi
yang dicapai pada saat lulusdokter.

Pada akhir stase, kompetensi yang harus dimiliki seorang


Koas di Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas/ Ilmu Kedokteran
Pencegahan berdasarkan Standar Kompetensi Dokter Indonesia
tahun 2012:
1. Mampu melaksanakan program pelayanan kesehatan
masyarakat di Puskesmas.
2. Mampu menerapkan konsep-konsep kedokteran
keluarga.
3. Mampu menerapkan komunikasi efektif melalui
pendekatan kelompok.
4. Mampu menyusun karya ilmiah berdasarkan kaidah-
kaidah penelitian ilmiah di bidang kedokteran.

xi
BUKU PANDUAN BELAJAR KOAS

DAFTAR KOMPETENSI KLINIK

NO Daftar Kompetensi Keterampilan Klinik Target Kompetensi

Perencanaan dan pelaksanaan, monitoring dan evaluasi


1 4A
upaya pencegahan dalam berbagai tingkat pelayanan

2 Mengenali perilaku dan gaya hidup yang membahayakan 4A

Memperlihatkan kemampuan pemeriksaan medis di


3 4A
Komunitas
4 Penilaian terhadap risiko masalah kesehatan 4A

Memperlihatkan kemampuan penelitian yang berkaitan


5 4A
dengan lingkungan

Memeperlihatkan kemampuan perencanaan, pelaksanaan,


6 monitoring dan evaluasi suatu intervensi pencegahan 4A
kesehatan primer, sekunder dan tersier

Melaksanakan kegiatan pencegahan spesifik seperti


7 4A
vaksinasi pemeriksaan medis berkala dan dukungan sosial
Melakukan pencegahan dan penatalaksanaan kecelakaan
8 kerja serta merancang program untuk individu, lingkungan 4A
dan institusi kerja
9 Menerapkan 7 langkah keselamatan pasien 4A
Melakukan langkah-langkah diagnosis penyakit akibat kerja
10 dan penanganan pertama di tempat kerja, serta melakukan 4A
pelaporan PAK

Merencanakan program untuk meningkatkan kesehatan


11 4A
masyarakat termasuk kesehatan lingkungan
Melaksanakan 6 program dasar Puskesmas: 1).Promosi
kesehatan, 2). Kesehatan Lingkungan, 3) KIA termasuk KB,
12 4) Perbaikan Gizi Masyarakat, 5) Penanggulangan penyakit: 4A
Imunisasi, ISPA, Diare, TB, Malaria, 6) Pengobatan dan
penanganan kegawatdaruratan

xii
ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS/ILMU KEDOKTERAN PENCEGAHAN

13 Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut 4A

Menegakkan diagnosis holistik pasien individu dan keluarga


14 4A
dan melakukan terapi dasar secara holistik
4A
15 Melakukan rehabilitasi medik dasar

Melakukan rehabilitasi soaial pada individu, keluarga dan


16 4A
masyarakat.

Melakukan penatalaksanaan komprehensif pasien, keluarga


17 4A
dan masyarakat

Mengetahui penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan


18 4A
imunisasi dan pengendaliannya
Mengetahui jenis vaksin berserta
- Cara penyimpanan
- Cara distribusi
19 - Cara skrining dan konseling pada sasaran 4A
- Cara pemberian
- Kontraindikasi efek samping yang mungkin
terjadi dan upaya penanggulangannya
20 Menjelaskan mekanisme pencatatan dan pelaporan 4A

Merencanakan, mengelola, monitoring, dan evaluasi


21 asuransi pelayanan kesehatan misalnya BPJS, Jamkesmas, 4A
jampersal, askes, dll

xiii
BUKU PANDUAN BELAJAR KOAS

xiv
BAB 1
DASAR-DASAR ILMU KEDOKTERAN
KOMUNITAS DAN ILMU KEDOKTERAN
PENCEGAHAN

Tujuan Pembelajaran Dokter Muda


Tujuan Intruksional Umum
1. Mahasiswa mampu memahami ilmu dasar-dasar ilmu
kedokteran komunitas dan ilmu kedokteran pencegahan
dalam praktek kedokteran
Tujuan Intruksional khusus
1. Mahasiswa mampu memahami tentang dasar-dasar ilmu
kedokteran komunitas dan ilmu kedokteran pencegahan.
2. Mahasiswa mampu mengaplikasikan ilmu kedokteran
komunitas dan ilmu kedokteran pencegahan dalam praktek
kedokteran

Pertanyaan dan Kesiapan Dokter Muda


1. Apa yang dimaksud dengan ilmu kedokteran komunitas
dan ilmu kedokteran pencegahan?
2. Bagaimana diagnostik masalah dalam ilmu kedokteran
komunitas dan ilmu kedokteran pencegahan?
3. Apa definisi sehat dan sakit?
4. Bagaimana tahapan pencegahan dalam ilmu kedokteran
komunitas dan ilmu kedokteran pencegahan?

Materi
Kedokteran Komunitas
Istilah kedokteran Komunitas atau kesehatan Komunitas
merupakan perpaduan antara ilmu kesehatan masyarakat,


BUKU PANDUAN BELAJAR KOAS

kedokteran pencegahan dan Kedokteran Sosial dengan


tujuan dan ruang lingkup yang lebih luas yaitu dengan cara
mengorganisir seluruh kemampuan atau fasilitas yang tersedia
untuk menjaga, melindungi dan meningkatkan status kesehatan
masyarakat. Kedokteran Komunitas meliputi pelayanan
kesehatan, Kesehatan ibu dan anak, Keluarga Berencana, Sanitasi
Lingkungan, Laboratorium, Pendidikan Kesehatan, Hiperkes,
Usaha Perbaikan Gizi Keluarga, Kontrol terhadap penyakit
menular dan fasilitastempat-tempat untuk pelayanan tersebut.
Secara keseluruhan kedokteran komunitas merupakan
suatu kesatuan yang seimbang antara kuratif, preventive, promotif
dan rehabilitatif dalam memberikan pelayanan kesehatan pada
masyarakat, berbeda dengan cara yang lazim dilakukan oleh para
dokter yang bekerja di rmuah sakit atau praktek pribadi seperti
pada tabel berikut.

Tabel1. Perbedaan diagnosis klinik dan diagnosis komunitas

Spesifikasi Diagnosa Klinik Diagnosis Komunitas

Populasi Individu-individu Kelompok/grup masyarakat

Puskesmas, Rumah Sakit, Praktek dokter,


Tempat Desa, Kecamatan. Kabupaten, dst
dll

Peralatan Kedokteran Biostatistik


Alat
Diagnostik fisik Epidemiologi

Pengumpulan data
Anamnesis, Gejala Penyakit
Cara Diagnosis Distribusi dan frekuensi penyakit (who,
Laboratorium
when, where) Statitik vital, dll

Imunisasi
Medikamentosa
Penyuluhan dan promosi kesehatan
Radiologi
Tindakan/ Terapi Sanitasi lingkungan
Perawatan RS
Kontrol terhadap penyakit menular
Rawat jalan
Dan lain-lain


ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS/ILMU KEDOKTERAN PENCEGAHAN

Cara Pendekatan dalam Ilmu Kedokteran Komunitas


Dalam ilmu kedokteran komunitas diperlukan perangkat
tambahan disiplin ilmu epidemiologi, biostatistik, administrasi
dan manajemen, riset operasional serta sosiologi ilmu kedokteran,
selain ilmu pengetahuan mengenai medis dan kesehatan.
Dengan demikian terdapat suatu metode dan prosedur
khusus untuk mendiagnosis penyakit atau kesakitan yang
terjadi dimasyarakat karena menyangkut sekelompok orang
atau individu-individu yang menderita satu jenis penyakit yang
terjadi pada waktu dan tempat yang sama serta penularannya
yang dapat bersifat endemik, epidemik, sporadis dan pandemik.
Untuk menentukan “apakah sekelompok masyarakat itu
mempunyai masalah kesehatan atau tidak?” dapat dilakukan
dengan menggunakan metode dan prosedur yang disebut
Diagnosis Komunitas.

Konsep sehat
Sehat adalah kondisi normal seseorang yang merupakan
hak hidupnya. Sehat berhubungan dengan hukum alam yang
mengatur tubuh, jiwa dan lingkungan berupa udara segar,
sinar matahari, diet seimbang, bekerja, istirahat, tidur, santai,
kebersihan serta pikiran, kebiasaan dan gaya hidup yang baik.
Selama beberapa dekade, definisi sehat masih
dipertentngkan dan belum ada kata sepakat dari para ahli
kesehatan maupun tokoh masyarakat dunia. Akhirnya World
Health Organization (WHO) membuat definisi universal yang
menyatakan bahwa sehat adalah suatu keadaan kondisi fisik,
mental dan kesejahteraan sosial yang merupkan suatu kesatuan
dan bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan.

Definisi Sehat (WHO)


Sehat menurut WHO adalah sebagai berikut “ Health is a
state of complete physical, mental and social well-being and not
merely the absence of diseases or infirmity”.


BUKU PANDUAN BELAJAR KOAS

Menurut WHO, ada tiga komponen penting yang


merupakan satu kesatuan dalam definisi sehat yaitu:
1. Sehat Jasmani
Sehat jasmani merupakan komponen penting dalam
arti sehat seutuhnya, berupa sosok manusia yang
berpenampilan kulit bersih, mata bersinar, rambut tersisir
rapi, berpakaian rapi, berotot, tidak gemuk, nafas tidak
bau, selera makan baik, tidur nyenyak, gesit dan seluruh
fungsi fisiologi tubuh berjalan normal
2. Sehat Mental
Sehat mental dan sehat jasmani selalu dihubungkan satu
sama lain. Atribut seorang insan yang memiliki mental
yang sehat adalah sebagai berikut:
a. Selalu merasa puas dengan apa yang ada pada dirinya,
tidak pernah menyesal dan kasihan terhadap dirinya,
selalu gembira, santai dn menyenangkan serta tidak
ada tanda tanda konflik kejiwaan
b. Dapat bergaul dengan baik dn dpat menerima kritik
serta tidak mudah tersinggung dan marah, selalu
pengertian dan toleransi terhadap kebutuhan emosi
orang lain
c. Dapat mengontrol diri dan tidak mudah emosi serta
tidak mudah takut, cemburu, benci serta menghadapi
dan dapat menyelesaikan masalah secara cerdik dan
bijaksana.
3. Kesejahteraan sosial
Batasan kesejahteraan sosial yang ada di setiap tempat atau
negara sulit diukur dan sangat dan sangat tergantung pada
kultur, kebudayaan dan tingkat kemakmuran masyarakat
setempat. Dalam arti yang lebih hakiki, kesejahteraan sosial
adalah suasana kehidupan berupa perasaan aman damai
dan sejahtera, cukup pangan, sandang dan papan. Dalam
kehidupan masyarakat yang sejahtera, masyarakat hidup
tertib dan selalu menghargai kepentingan orang lain serta
masyarakat umum.


ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS/ILMU KEDOKTERAN PENCEGAHAN

4. Sehat Spiritual
Spiritual merupakan komponen tambahan pada definisi
sehat oleh WHO dan memiliki arti penting dalam keidupan
sehari-hari masyarakat. Setiap individu perlu mendapat
pendidikan formal maupun informal, kesempatan untuk
berlibur, mendengar alunan lagu dan musik, siraman
rohani seperti ceramah agama dan lainnya agar terjadi
keseimbangan jiwa yang dinamis dan tidak monoton.

Riwayat alamiah perjalanan penyakit


Sering disebut juga sebagai natural history of any diseases
yaitu riwayat alamiah perjalanan penyakit pada manusia yang
terdiri dari
1. Fase pra-patogenesis
Fase ini mulai terjadi gangguan keseimbangan antara agen
penyakit, manusia dan lingkungan, yaitu terbentuknya
kondisi lingkungan yang lebih menguntungkan agen
penyakit dan merugikan manusia.
Contohnya populasi udara akibat pembakaran hutan
oleh peladang atau petani pada musim kemarau
akan menimbulkan kabut asap tebal atau smog yang
menguntungkan agen penyakit dan merugikan manusia
2. Fase Patogenesis
Bila keadaan lingkungan yang menguntungkan agen
penyakit berlangsung terus menerus dalam waktu yang
cukup lama, maka mulai timbul gejala dan tanda klinis.
Manusia menjadi sakit, selanjutnya dapat menjadi sembuh
atau penyakit terus berlangsung sehingga menyebabkan
ketidakmampuan, cacat kronis atau kematian. Proses
perjalanan suatu penyakit bermula dengan adanya
gangguan keseimbangan antara agen penyakit, penjamu
dan lingkungan sampai terjadinya suatu kesakitan seperti
terlihat pada diagram berikut.


BUKU PANDUAN BELAJAR KOAS

Faktor penyebab kesakitan, kecaCatan, ketidakmampuan


dan kematian pada manusia

1. Trias epidemiologi
Seseorang bisa terserang sakit dipengaruhi oleh 3faktor
yaitu host, agent dan lingkungan seperti pada gambar
berikut

2. Model roda

Gambar diatas menunjukkan bahwa kondisi sehat atau sakit


seseorang dipengaruhi oleh faktor internl dan eksternal.


ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS/ILMU KEDOKTERAN PENCEGAHAN

3. Model Bloom

Berdasarkan teori bloom, status kesehatan seseorang


dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu faktor genetik, perilaku, pelayanan
kesehatan dan faktor lingkungan

Upaya Preventif
Tahapan usaha pencegahan terhadap perjalanan suatu
penyakit disebut level of prevention. Pada fase pra-patogenesis,
keseimbangan antara agen penyakit, manusia dan lingkungan
mulai terganggu, bila dibiarkan saja maka gejala penyakit akan
segera timbul dan perlu dilakukan tindakan preventif primer
berupa promosi kesehatan dan perlindungan spesifik agar orang
tersebut tidak menjadi sakit.
Pada keadaan usaha yang dilakukan tidak dapat
mencegah terjadinya penyakit dan memasuki fase patogenesis,
dilakukan tindakan preventif sekunder berupa diagnosis dini
dan pengobatan yang adequat agar penyakit dapat segera
sembuh. Jika tidak, penyakit akan berjalan kronis, menyebabkan
ketidakmampuan dan cacat sehingga agar dapat bertahan hidup
dilakukan tindakan preventif tersier berupa usaha rehabilitasi
serta mengurangi kecacatan atau ketidakmampuan.


BUKU PANDUAN BELAJAR KOAS

BAB 2
IDENTIFIKASI MASALAH KESEHATAN
MASYARAKAT

Tujuan Pembelajaran Dokter Muda

Tujuan Intruksional Umum


1. Mahasiswa mampu melaksanakan identifikasi masalah
kesehatan masyarakat di wilayah kerja puskesmas.

Tujuan Intruksional khusus


1. Mahasiswa mampu membaca data kesehatan masyarakat
di puskesmas.
2. Mahasiswa mampu merumuskan masalah kesehatan di
masyarakat/ puskesmas.

Pertanyaan dan Kesiapan Dokter Muda

1. Bagaimana akses masyarakat ke puskesmas?


2. Bagaimana profil demografi (kependudukan) wilayah
kecamatan??
3. Bagaimana infrastruktur puskesmas?
4. Bagaimana profil penyakit di wilayah kerja puskesmas?


ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS/ILMU KEDOKTERAN PENCEGAHAN

Algoritme Umum

Pengumpulan
Data

Pengolahan
Data

Penyajian Data

Pelaporan

Penjabaran Prosedur

1. Data yang dikumpulkan dapat berupa data primer maupun


sekunder. Metode pengumpulan data dapat dilakukan
dengan wawancara maupun observasi.
2. Data diolah secara deskriptif, maupun analitik.
3. Penyajian data dalam betuk narasi, tabel maupun grafik.
4. Laporan dibuat sesuai dengan format umum laporan.


BUKU PANDUAN BELAJAR KOAS

BAB 3
PROGRAM PROGRAM KESEHATAN
DI PUSKESMAS

Tujuan Pembelajaran Dokter Muda

Tujuan Intruksional Umum


1. Mahasiswa mampu melaksanakan progam-program
kesehatan yang direncanakan oleh puskesmas.

Tujuan Intruksional khusus


1. Mahasiswa mengetahui jenis program yang ada di
puskesmas.
2. Mahasiswa mampu melaksanakan program kesehatan
masyarakat di wilayah kerja puskesmas.

Pertanyaan dan Kesiapan Dokter Muda

1. Apa ukuran (indikator) untuk masalah kematian dan


kesakitan masyarakat?
2. Apa saja penyebab kematian pada ibu, anak, dan penduduk
secara umum?
3. Siapa penduduk sasaran program dan bagaimana cara
menentukan jumlah penduduk sasaran?
4. Bagaimana cara menghitung target?
5. Apa saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan yang termasuk
pencegahan primer, sekunder, dan tersier?
6. Dimana saja kegiatan tersebut dilaksanakan?

10
ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS/ILMU KEDOKTERAN PENCEGAHAN

Algoritme Umum

Program-program di Puskesmas:

1. Kesehatan Ibu dan Anak /KB7. Imunisasi


2. Gizi Masyarakat 8. Usaha Kesehtan Sekolah (UKS)
3. Kesehatan Lingkungan 9. Pembiyaan Kesehatan
4. Pencegahan Penyakit Menular 10. Upaya Kesehatan Lansia
5. Pelayanan Pengobatan 11. Asuransi Kesehatan
6. Prilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Input

Proses

Perencanaan Penyusunan Pelaksanaan Pengontrolan


organisasi

Output

Penjabaran Prosedur
1. Sebelum melaksanakan program puskesmas, diawali
dengan mengidentifikasi input dari program tersebut yang
terdiri dari 4 M yaitu Man, Money, Material, Method.
2. Proses kegiatan diawali dengan menyusun perencanaan,
kemudian menentukan siapa saja yang akan terlibat
termasuk uraian tugas dan tanggung jawab dari masing-
masing anggota.
3. Terakhir,akan dievaluasi output dari kegiatan program
yang sudah dilaksanakan.

11
BUKU PANDUAN BELAJAR KOAS

Materi
A. Program KIA
Kematian ibu hamil disebabkan oleh berbagai hal. Tabel
berikut menunjukkan penyebab kematian ibu saat hamil,
saat melahirkan dan masa nifas.

- Perdarahan Ante Partum


Saat HAMIL - Infeksi saat kehamilan
- Aborsi (ok KTD)

- Perdarahan post partum (misal ok anemia,


Saat MELAHIRKAN/ PASCA multigrande, malnutrisi)
MELAHIRKAN - Sepsis (misal ok ruptur uteri, persalinan macet)
- Keracunan kehamilan (pre eklamsia/eklamsia)

Saat MASA NIFAS Infeksi Tetanus

Sasaran dan target program KIA


• Penduduk Sasaran
Semua WUS, Ibu hamil, dan ibu menyusui
Menghitung : langsung atau estimasi
• Target
Misal: Cakupan K4 di Puskesmas A meningkat dari 80%
menjadi 100% pada tahun 2010

Tindakan Pencegahan dalam program KIA


Beberapa contoh tindakan pencegahan primer, skunder
dan tersier dalam pelaksanaan program KIA di Puskesmas.

12
ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS/ILMU KEDOKTERAN PENCEGAHAN

1. Penyuluhan Kespro
2. Imunisasi TT
PENCEGAHAN PRIMER 3. Pemberian tablet Fe kepada semua
ibu hamil
4. Layanan KB

1. Deteksi dini dan pengobatan tepat


anemia
2. Deteksi dini dan pengobatan tepat
PENCEGAHAN SEKUNDER
keracunan kehamilan dengan
mengukur BB dan TD secara
berkala, dll

Tidak dominan
PENCEGAHAN TERSIER
Misal: menangani kemandulan akibat infeksi

Indikator Keberhasilan

1. Peningkatan pengetahuan ibu dalam pola makan selama


Pencegahan hamil
Primer 2. Proporsi ibu yang mendapat TT
3. dll

1. Proprsi K1 dan K4
Pencegahan
2. Proporsi ibu hamil risiko tinggi
Sekunder
3. dll

Pencegahan 1. Proporsi wanita infertil yang ditanggulangi


Tersier 2. dll

13
BUKU PANDUAN BELAJAR KOAS

1. Man: jumlah bidan, jumlah kader

Indikator Input (3M) 2. Money: jumlah biaya operasional

3. Material: jumlah tablet Fe, kartu KMS ibu hamil, dll

Indikator Proses Frekuensi penyuluhan, frekuensi posyandu, rapat koordinasi, dll

Persentase K1 dan K4, persentase yang mendapatkan Fe dan


Indikator Output
TT, dll

Angka morbiditas ibu dan anak (misal perdarahan post partum,


Indikator Outcome
infeksi, dll)

Indikator Dampak MMR, IMR

B. PROGRAM KB

TUJUAN PROGRAM KB
1. Tujuan yang berkaitan dengan KESEHATAN  mencegah
kematian ibu (menurunkan MMR) dan kematian bayi/anak
(menurunkan IMR/CMR)
2. Tujuan yang berkaitan dengan KEPENDUDUKAN 
menekan laju pertumbuhan penduduk

Prevalensi Pemakaian KB
• Adalah pemakai kontrasepsi pada satu titik waktu disebut
Current User (CU) yaitu pasangan usia subur yang sedang
memakai alat kontrasepsi pada saat survei
• CU hanya lewat Survei Rumah Tangga dan tidak bisa lewat
laporan klinik

14
ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS/ILMU KEDOKTERAN PENCEGAHAN

Pola Pemakaian Kontrasepsi


• Yang penting adalah jumlah akseptor baru dan tingkat
kelangsungan pemakaian KB
• Cari tahu tentang sebaran jenis kontrasepsi yang tersedia
di puskesmas masing-masing.

Indikator Keberhasilan

Man: Jumlah PLKB


Indikator Input (3M) Money: Jumlah anggaran transport lapangan
Material: Jumlah alat kontasepsi, dll

Indikator Proses Frekuensi penyuluhan per bulan, jumlah hari buka klinik, dll

Tingkat pengetahuan PUS, jumlah akseptor tubektomi baru dalam


Indikator Output
satu tahun, dll

Indikator Outcome Tingkat kelahiran (crude birth rate)

Total fertility rate, tingkat pertumbuhan penduduk, angka kematian


Indikator Dampak
ibu, dll

C. PROGRAM GIZI
MASALAH-MASALAH KURANG GIZI

1. Kurang kalori dan protein


2. Kurang mineral:
u Kurang yodium (gondok endemik)
u Kurang Fe (anemia)
u Kurang fluor (karies gigi)
3. Kurang vitamin A

15
BUKU PANDUAN BELAJAR KOAS

FAKTOR-FAKTOR YANG ADA KAITAN DENGAN


MASALAH GIZI
Sumber yang kurang (kemiskinan, bencana, paceklik, dll)
disebut “kurang gizi”
Sumber cukup tapi tidak dimanfaatkan karena
ketidaktahuan, tradisi, dll disebut “salah gizi”

UKURAN BESARAN MASALAH GIZI


• Karena masalah gizi kebanyakan bersifat kronis →ukurannya
biasanya prevalensi (prevalensi KKP, prevalensi anemia,
prevalensi gondok endemik, dll)

KOMPONEN KEGIATAN PROGRAM GIZI SESUAI DENGAN


KONSEP PENCEGAHAN
Pencegahan primer
• Menjamin kesediaan pangan (bila sumber yang kurang)
• Subsidi pupuk
• Membuat percontohan pemanfaatan tanah pekarangan
untuk tanaman bergizi
• Edukasi
• Pemberian tablet Fe untuk semua ibu hamil atau semua
remaja perempuan
• Memberikan susu setiap hari kepada anak sekolah
• Memberikan vitamin A kepada semua balita
• Distribusi garam beryodium

Pencegahan sekunder
• Deteksi dini kurang gizi pada balita dengan menimbang
secara berkala lalu memberikan edukasi atau merujuk
yang mempunyai masalah gizi (gizi kurang, gizi buruk)
• Pemeriksaan kadar Hb secara berkala (pada ibu hamil,
perempuan remaja, dll)

16
ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS/ILMU KEDOKTERAN PENCEGAHAN

Pencegahan tersier
• Pembatasan ketidakmampuan dan rehabilitasi (medik,
fisik, sosial, psikologis, ekonomis) anak-anak yang IQ
rendah sebagai akibat kurang yodium, anak-anak yang
buta karena kurang vitamin A, dll)

PROGRAM PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR


(P2M)
PENGELOMPOKAN PENYAKIT MENULAR MENURUT
CARA PENULARANNYA
• Penyakit menular langsung
• Zoonosis
• Penyakit menular melalui vektor
• Penyakit menular melalui udara (air-borne diseases)
• Penyakit menular melalui makanan (food-borne diseases)
• Penyakit menular melalui air (water-borne diseases

Komponen kegiatannya agar dipilah-pilah sebagai berikut:


1. Kegiatan yang dilakukan dalam upaya untuk sumber
penularan (misalnya kuman TBC dalam tubuh manusia,
virus dengue pada penduduk yang terinfeksi, dll)
2. Kegiatan yang dilakukan pada cara/rantai penularan
3. Kegiatan yang dilakukan dalam upaya melindungi
penduduk yang at risk.

PRINSIP DASAR
Untuk masing-masing penyakit, kegiatan
penanggulangannya ada yang dominan di reservoir, di cara
penularan, dan ada yang dominan di penduduk yang at risk. Hal
ini tergantung dari:
u Kuman penyebabnya/ada tidaknya obat untuk membunuh
kuman di reservoir
u Perjalanan penyakit (proporsi asimtomatis, akut, kronis,
dst)

17
BUKU PANDUAN BELAJAR KOAS

u Apakah reservoirnya manusia atau binatang


u Cara penularan/ada tidaknya teknologi untuk intervensi
pada rantai penularan
u Ada tidaknya teknologi untuk melindungi penduduk sehat
(vaksin, dll).

PENYAKIT TBC

USAHA-USAHA YANG USAHA-USAHA USAHA-USAHA YANG


DITUJUKAN PADA YANG DITUJUKAN PADA DITUJUKAN PADA
CARA/RANTAI PENDUDUK YANG
RESERVOIR(tempat kuman hidup
PENULARAN : AT RISK:
dan berkembang biak, - Karena menular • Vaksinasi BCG.
misalnya, TBC: manusia) : melalui udara, tidak • Catatan: vaksin
Mencari penduduk yang banyak yang bisa BCG tidak efektif
terinfeksi sebanyak-banyaknya, dilakukan 100% dan karena
lalu diobati sampai sembuh • - Di laboratorium yang itu walaupun
sehingga tidak lagi bisa biasa membuat kultur cakupan BCG di
menularkan kepada orang lain TBC, biasanya Bali hampir
ruangannya disinari 100%, masih
dengan ultraviolet tetap dilaporkan
• - Kegiatan yang sedikit sekitar 1500
dampaknya antara lain kasus TBC per
penyuluhan kepada tahun. Ini yang
masyarakat agar dilaporkan.
rumahnya berisi ventilasi Kenyataannya
yang memadai dan ada pasti jauh lebih
sinar pagi (ultraviolet) tinggi.
yang masuk ke dalam Vaksin mampu
ruangan di rumahnya mencegah TBC yang
berat (TBC otak, TBC
milier, dll)

18
ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS/ILMU KEDOKTERAN PENCEGAHAN

PENYAKIT DBD

USAHA-USAHA YANG USAHA-USAHA USAHA-USAHA YANG


DITUJUKAN PADA YANG DITUJUKAN PADA DITUJUKAN PADA
CARA/RANTAI PENDUDUK YANG
RESERVOIR(tempat kuman hidup
PENULARAN : AT RISK:
dan berkembang biak,
misalnya, TBC: manusia) : • Disini banyak
kegiatan yang bisa • Karena belum ada
Tidak banyak yang bisa dilakukan yaitu vaksin, tidak
dilakukan disini karena: terhadap: a) nyamuk banyak yang bisa
disebabkan oleh virus. Selain dewasa, b) larva. c) dilakukan disini
itu, masa viremia juga amat tempat perindukan • Penyuluhan kepada
nyamuk masyarakat ada
pendek (hanya beberapa hari). • CATATAN: bukti- dampaknya tetapi
bukti menunjukkan tidak begitu
bahwa fogging signifikan.
nyamuk dewasa
tidak begitu efektif
karena a)
pencemaran
lingkungan, b)
kemungkinan
resisten, c)
sosiologis, dimana
penduduk tidak
senang bila asap
yang berminyak
masuk ke ruang
tidur mereka
sedangkan nyamuk
Aedes berada di
dalam ruangan
pada siang hari.
• Yang paling efektif
adalah PSN

19
BUKU PANDUAN BELAJAR KOAS

BAB 4
KEDOKTERAN KELUARGA

Tujuan Pembelajaran Dokter Muda

Tujuan Intruksional Umum


1. Mahasiswa mampu menerapkan konsep kedokteran
keluarga pada satu keluarga di wilayah kerja puskesmas.

Tujuan Intruksional khusus


1. Mahasiswa mengetahui konsep kedokteran keluarga.
2. Mahasiswa mampu menerapkan konsep kedokteran
keluarga di wilayah kerja puskesmas.

Pertanyaan dan Kesiapan Dokter Muda

Pertanyaan dan kesiapan dokter muda berdasarkan kasus


kronis yang ditemukan pada keluarga binaan, yaitu:
1. Apa saja keluhan, tanda dan gejala penyakit yang ada pada
kasus?
2. Apa yang ditemukan pada pemeriksaan fisik dari kasus
3. Apakah ada pemeriksaan penunjang dan apa hasilnya?
4. Faktor risiko apa saja yang ditemukan pada kasus?
5. Apa diagnosis kasus tersebut?
6. Apa terapi yang diberikan untuk kasus tersebut?
7. Apa intevensi yang dilakukan terhadap faktor risiko yang
ditemukan?

20
ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS/ILMU KEDOKTERAN PENCEGAHAN

Algoritme Umum

Memilih Keluarga
dan Kasus

Anamnesis

Pemeriksaan
fisik

Pemeriksaan
penunjang

Penentuan
diagnosis

Rencana terapi
dan intervensi

Penjabaran Prosedur

1. Memilih keluarga yang memiliki kasus penyakit kronis,


dimana manajemen penanganannya memerlukan
perubahan perilaku, kepatuhan, dan disiplin pasien.
2. Merencanakan terapi dan intervensi melalui pendekatan 6
prinsip kedokteran keluarga yaitu personal, komprehensif,
mengutamakan pencegahan, berkesinambungan,
koordinatif,kolaboratif, serta menimbang keluarga dan
komunitas.

21
BUKU PANDUAN BELAJAR KOAS

MATERI

Batasan
Dokter keluarga adalah dokter yang memberikan pelayanan
kesehatan strata 1 (primer) yang menerapkan prinsip-prinsip
pelayanan; personal, comprehensive, bersinambung, koordinatif
dan kolaboratif, mengutamakan pencegahan pada pasien dalam
satu kesatuan sebagai anggota keluarga dan masyarakat.

TUJUAN
Mahasiswa mampu melaksanakan pelayanan kesehatan
kepada pasien dengan keluarga sebagai unitnya (family as a unit
of care) secara:
1. Komprehensif: meliputi semua aspek tingkat pencegahan
(primer, sekunder, dan tertier). Upaya pencegahan tersebut
dilaksanakan sesuai dengan perjalanan alamiah penyakit
tersebut pada setiap anggota keluarga. Tentukan siapa
saja sasaran untuk pencegahan primer, sekunder maupun
tertsier pada masing-masing anggota keluarga!
2. Berkesinambungan: melakukan system monitoring
untuk meningkatkan kepatuhan pasien dalam perubahan
perilaku dan pengobatan. Misalnya menerapkan sistim
DOTS pada terapi TB, melakukan sweeping pada balita
gizi kurang yang tidak melakukan penimbangan di
posyandu, melakukan follow up untuk melihat kemajuan
atau perjalanan penyakit pasien, dsb.
3. Koordinatif dan kolaboratif: bekerjasana dan membagi
peran dengan pihak stakeholder terkait seperti; kelompok
professional (spesialis, analis, apoteker dsb). Pemuka/tokoh
masyarakat, termasuk keluarga pasien sendiri.
4. Mengutamakan pencegahan (primer): pada anggota
keluarga dan masyarakat yang berisiko (belum sakit).
Misalnya ada riwayat kontak (keluarga) dengan penderita
TB. Ada hubungan darah (keluarga) dengan penderita DM.

22
ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS/ILMU KEDOKTERAN PENCEGAHAN

dan kelompok berisiko lainnya.


5. Memberdayakan keluarga dan/atau masyarakat:
memberikan KIE menugaskan keluarga sebagai PMO.
mempromosikan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
yang sesuai.

Langkah-langkah Praktek Kedokteran Keluarga


1. Identifikasi masalah termasuk factor risiko
2. Identifikasi resource termasuk environment resources
3. Bagaimana memanfaatkan sumberdaya internal dan
environment yang dimiliki keluarga untuk mengatasi
masalah
4. Mengetahui struktur keluarga, sistim kekerabatan dan
proses pengambilan keputusan.
5. Mengetahui perilaku sehat/perilaku sakit
6. Melakukan intervensi (pelayanan kedokteran keluarga)
dan pemberdayaan keluarga sesuai dengan analisis situasi
(1-5 di atas)
a. Kalau ada anggota keluarga menderita penyakit
bagaimana tindakannya? Bila berpenyakit kronis
bagaimana tindakannya?
b. Preventive apa yang dilakukan pada anggota keluarga
yang berisiko?
c. Pemberdayaan/peran apa yang diberikan pada
keluarga sesuai dengan potensi yang dimilikinya
untuk terlibat secara aktif dalam rangka memecahkan
masalah di atas?

CONTOH-CONTOH KEGIATAN
Setting pelayanan kedokteran keluarga dapat dilakukan
melalui pelayanan di klinik dan dirumah keluarga, melalui
kunjungan rumah.

23
BUKU PANDUAN BELAJAR KOAS

1. Pelayanan secara personal umumnya juga bias


dilaksanakan di klinik
a. Pelayanan Kedokteran keluarga bertitik tolak pada masalah
kesehatan yang dikemukakan di klinik/puskesmas baik
di Poliklinik maupun KIA. Berdasarkan kasus tersebut
dilakukan kunjungan rumah untuk melihat risiko factor dan
dilanjutkan dengan PKM. Kasus bias berupa TB, anemia ibu
hamil, gizi anak, penyakit kronis lain (hipertensi, Morbus
Hansen), pasienreferal yang dirawat dirumah, kesehatan
lingkungan, dsb.

2. Kunjungan rumah dengan beberapa tujuan


2.1. Melakukan identifikasi masalah dan analisis situasi
a. Kunjungan rumah untuk mempelajari/mengidentifikasi
apakah lingkungan KK itu sehat (rumah, sampah,
limbah cair, air minum dan jaga) yang dapat merupakan
predisposisi factor kesehatan.
b. Kunjungan rumah untuk mengetahui akses penduduk
miskin terhadap pelayanan kesehatan dan pencegahan
c. Kunjungan rumah untuk mengidentifikasi perilaku hidup
bersih dan sehat yang dapat merupakan predisposisi
kesehatan/kesakitan
(merokok/tembakau, cuci tangan sebelum makan dll lihat buku
PHBS untuk keluarga).
d. Kunjungan rumah untuk mengetahui risiko penularan
TBC pada anggota keluarga yang lain.
e. Kunjungan rumah untuk mengetahui risiko terjadinya
penyakit yang sama dalam keluarga karena pola makan
(misalnya obsitas menu sehari-hari dalam keluarga)
f. Kunjungan rumah untuk mengetahui persepsi keluarga
terhadap penanganan suatu penyakit, missal ketersediaan
dana untuk kesehatan/pengobatan, peranan keluarga dalam
pengobatan/pengawasan dan pencegahan kekambuhan.

24
ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS/ILMU KEDOKTERAN PENCEGAHAN

2.2. Melakukan promosi kesehatan dan pencegahan penyakit


melalui pemberdayaan

• Pada saat kunjungan rumah, mahasiswa harus memberikan
KIE sehubungan dengan masalah yang dihadapi pada KK
yang dikunjungi sebagai reward.

1.2. Meningkatkan kepatuhan (compliance)da follow up


pengobatan:
• Kunjungan rumah untuk mengetahui kepatuhan
(compliance) pengobatan TBC (sekalian diskusi dengan
PMO-nya pasien)
• Kunjungan rumah untuk mengetahui alas an drop-out
akseptor KB, terutama akseptor yang termasuk kategori
miskin
• Kunjungan kerumah sebagai follow up pelaksanaan
pengobatan (penanganan diare, pengobatan TBC,
pengobatan lepra, dll)

CONTOH KASUS

Pendekatan dokter keluarga yang dilakukan oleh klinik


amertha, yayasan kerti praja terhadap pasien odha (orang dengan
hiv/aids)

1. PARIPURNA (KOMPREHENSIF)
• Yang dilakukan oleh klinik Amertha bukan hanya
menangani “penyakit AIDS” tetapi secara paripurna mulai
dari pencegahan primer, sekunder dan tersier.
• Klinik Amertha mempunyai 8 petugas lapangan untuk
member edukasi untuk meningkatkan pemakaian kondom
(primer). Dengan kata lain, klinik Amertha mempunyai
kepanjangan tangan di lapangan dalam upaya pencegahan
primer.

25
BUKU PANDUAN BELAJAR KOAS

• Klinik Amertha juga melakukan pengobatan IMS karena


bila kejadian IMS bias dibuat serendah mungkin maka ini
juga akan mencegah penularan HIV. Pemeriksaan berkala
(screening) IMS pada core POPULATION (PSK) dilakukan
setiap 2 tahun.
• Dalam pencegahan sekunder Klinik Amertha mempunyai
konselor yang “bergerak” di lapangan dan konselor yang
“statis” di klinik untuk memberikan layanan Voluntary
counseling and HIV testing (VCT). Ini adalah usaha early
detection and prompt treatment (pencegahan sekunder).
Orang-orang yang berperilaku risiko tinggi diberikan
konseling tentang test HIV. Test HIV dilayani atas
permintaan klien setelah diberikan konseling sebelumnya.
Konseling dilanjutkan sesudah test baik bagi mereka yang
dihasilnya negatip, terlebih lagi bagi yang positip.
• ODHA dengan CD4<200 diberikan profilaksis terhadap
infeksi opportunistic misalnya dengan kotrimoksasol
untuk mencegah PCP, INH untuk mencegah TBC.
• Bila hasilnya positip, layanan diberikan secara
berkesinambungan (kontinyu) dalam bentuk pemeriksaan
klinis (maupun CD4) secara berkala, dengan tujuan untuk
memantau perkembangan penyakitnya. Pembiayaan
pemeriksaan lab, dilakukan dengan berkoordinasi dengan
para donator (Rotary Club, dll)
• Selain prompt treatment medis, dukungan social dan
psikologis (support group) juga amat diperlukan oleh odha
ini diberikan dengan berkoordinasi dengan LSM lain (Bali
Plus, dll).
• Bila CD4<200 atau ada gejala klinis (yang berarti sudah
masuk fase AIDS), kemudian disiapkan layanan pengobatan
dengan ARV. Saat ini amat diperlukan dukungan keluarga
odha sebagai PMO. CATATAN:ARV harus diminum
seumur hidup dan bila odha lupa minum 3 kali saja
maka tingkat keberhasilan ARV turun dari 90% menjadi

26
ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS/ILMU KEDOKTERAN PENCEGAHAN

55% karena virus akan resisten. Bila virus resisten maka


bila menular pada orang lain, maka orang lain tersebut
juga akan resisten. Karena itu, layanan ARV betul-betul
memerlukan pendekatan holistik, Untuk mendapat ARV,
Koordinasi dilakukan dengan RS Sanglah.
• Bila ODHA memerlukan perawatan di RS, koordinasi
dilakukan dengan RS dan KPAD untuk memperoleh
keringanan biaya (misalnya biaya transfuse darah, dll).
• Bila ODHA meninggal dan keluarganya tidak ada, atau
jauh diluar Bali atau sangat miskin, koordinasi dilakukan
dengan LSM lain dan KPAD.

2. BERKESINAMBUNGAN
• Seperti telah diuraikan pada nomer-1 di atas bahwa layanan
pada ODHA dilakukan oleh Klinik Amertha sejak pasien
masih tampak sehat walafiat sampai mereka dikubur (bila
meninggal). Periode waktu ini bias berlangsung bertahun-
tahun.

3. KOORDINATIF & KOLABORATIF


• Seperti diuraikan di Nomer-1 di atas, bahwa untuk
memberikan pelayanan pada ODHA (pasien AIDS), Klinik
Amertha melakukan koordinasi dan kolaborasi dengan
banyak pihak, antara lain:
- Para educator di lapangan untuk melaksanakan
pencegahan primer.
- Dengan DKT dalam hal pemasaran social kondom.
- Dengan KPAD dalam hal bantuan kondom
- Dengan BLK dalam hal pemeriksaan/test HIV
- Dengan Prodia dalam hal pemeriksaan lab lain (CD4,
SGPT, SGOT, dll)
- Dengan Rotary Club untuk mendapatkan biaya-biaya
pemeriksaan Lab

27
BUKU PANDUAN BELAJAR KOAS

- Dengan LSM lain (Bali Plus, dll) dalam hal member


dukungan social, dan psikologis kepada ODHA
- Dengan keluarga ODHA untuk memberikan
dukungan kepatuhan pengobatan (sebagai PMO)
lihat contoh perjanjian dan tanda tangan PMO
- Dengan petugas lapangan untuk melakukan home
visit bila ada yang lupa minum obat atau member
konseling/perawatan di rumahnya
- Dengan RS untuk mendapatkan ARV
- Dengan LSM lain, KPAD, dll bila ada ODHA
meninggal dan terlantar
- Dengan pihak penjara (LP) bila da odha di LP
- Dengan KPAD, LSM lain dan masyarakat bila ada
stigma/diskriminasi terhadap ODHA
- KESIMPULAN: BANYAK SEKALI KOORDINASI
DAN KOLABORASI YANG PERLU DILAKUKAN
UNTUK CST (care, support dan treatment odha)

4. MENGUTAMAKAN PENCEGAHAN
• Pada penjelasan di atas, tampak dengan jelas bahwa yang
utama dilakukan oleh Klinik Amertha adalah upaya-upaya
prevention mulai dari education di lapangan dan di klinik,
layanan kondom, screening IMS, VCT, profilaksis OI
(opportunistic infection), dukungan psikologis dan social.

5. FAMILY & COMMUNITY ORIENTED


• Dari uraian-uraian di atas juga sudah jelas tampak bahwa
dalam penanganan ODHA, banyak melibatkan peran serta
keluarga dan masyarakat
• Bila suami HIV+, maka konseling harus ditawarkan
kepada istrinya dalam upaya untuk mencegah penularan
ke istri dan mencegah penularan dari ibu ke bayi dila si ibu
nantinya menjadi hamil.

28
ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS/ILMU KEDOKTERAN PENCEGAHAN

• Bila seseorang dijumpai mengalami IMS maka pasangan


seksualnya juga harus diberikan konseling agar tidak
terjadi fenomena pingpong.
• Dalam pengobatan ARV, 100% memerlukan dukungan
keluarga karena ARV harus diberikan seumur hidupnya
dan bila beberapa kali saja ARV lupa diminum maka virus
menjadi kebal dan pengobatan menjadi gagal. Bukan saja
pengobatan menjadi gagal, tetapi bila HIV yang kebal
tersebut menular kepada orang lain, maka orang lain tersebut
juga menjadi kebal terhadap ARV. KESIMPULAN: BILA
KEPATUHAN (ADDHERENCE ATAU COMPLIANCE)
TIDAK BISA TERLAKSANA MAKA KEKEBALAN HIV
AKAN MENJADI ANCAMAN GLOBAL
• Untuk itu, secara berkala dilakukan pertemuan dengan
ODHA dan PMO agar mereka bias saling member
dukungan untuk mengurangi kejadian lupa minum obat
• Dukungan masyarakat sekitar juga amat diperlukan
untuk menghindari stigma dan diskriminasi pada ODHA.
Bila terjadi stigma maka ODHA akan “sembunyi” dan ini
akan lebih menyulitkan upaya-upaya pencegahan. Karena
stigma maka mereka tidak berani test HIV. Bila tidak berani
test HIV maka kita dan juga mereka tidak tahu dirinya
sudah mengidap HIV. Mereka bias terus menularkan HIV-
nya.
• Pengurangan stigma baik pada ODHA maupun
keluarganya dilakukan oleh Klinik Amertha dengan
member penyuluhan-penyuluhan di banjar. Penyuluhan
juga dilakukan oleh LSM lain dan juga melalui media
(Koran, TV, radio, dll)

6. PERSONAL
Dari semua uraian di atas, dengan jelas kelihatan bahwa
yang dilakukan oleh Klinik Amertha adalah “mengobati pasien
sebagai person”, alias sebagai “manusia”

29
BUKU PANDUAN BELAJAR KOAS

Bukan “AIDS” nya saja yang dilihat. Bukan “IMS” nya saja
yang dilihat tetapi “manusianya” (baik aspek medis, psikologis,
social dan ekonomisnya). Bahkan juga keluarga, lingkungan dan
masyarakat di sekitarnya.

30
ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS/ILMU KEDOKTERAN PENCEGAHAN

BAB 5
PENYULUHAN KESEHATAN MASYARAKAT

Tujuan Pembelajaran Dokter Muda

Tujuan Intruksional Umum


1. Mahasiswa mampu melaksanakan penyuluhan kesehatan
bagi masyarakat.

Tujuan Intruksional khusus


1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi masalah untuk
penyuluhan kesehatan masyarakat.
2. Mahasiswa mampu menyusun proposal untuk penyuluhan
kesehatan masyarakat.
3. Mahasiswa mampu melaksanakan penyuluhan kesehatan
bagi masyarakat.
4. Mahasiswa mampu menyusun laporan penyuluhan
kesehatan bagi masyarakat.

Pertanyaan dan Kesiapan Dokter Muda

1. Masalah kesehatan apa yang sedang dihadapi oleh


masyarakat?
2. Siapa yang menjadi sasaran?
3. Materi penyuluhan apa yang sesuai dengan masalah
kesehatan yang sedang dihadapi oleh masyarakat?
4. Apaoutput yang diharapkan?

31
BUKU PANDUAN BELAJAR KOAS

Algoritme Umum

Identifikasi
masalah PKM

Penyusunan
proposal PKM

Pelaksanaan
PKM

Pengurusan
ijin PKM

Koordinasi dengan instansi


dan aparat terkait

Penyuluhan

Pelaporan

Penjabaran Prosedur

1. Penduduk sasaran yang diberikan harus dalam kelompok


bukan individu
2. Penduduk sasaran adalah penduduk yang belum sakit
seperti masyarakat umum, ibu balita, remaja, anak sekolah,
pasangan usia subur, wanita usia subur, dll
3. Metode PKM yang dipakai harus disesuaikan dengan
tujuan yang ingin dicapai
4. Penyuluhan kebanyakan dilakukan di luar gedung
puskesmas seperti balai banjar, sekolah, posyandu, dll.

32
ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS/ILMU KEDOKTERAN PENCEGAHAN

MATERI
PENYULUHAN KESEHATAN MASYARAKAT
Setiap program kesehatan dikembangkan dengan tujuan
untuk memecahkan masalah kesehatan.Masa-masa kesehatan
ini timbul bukan saia karena kuman penyakit, tetapi juga karena
perilaku manusianya.
Berjangkitnya muntah berak bukan saja karena kuman
Vibrio Cholera, tetapi karena kebiasaan orang mengunakan
sungai untuk buang air besar, gosok gigi, cuci makanan, dan lain
sebagainya.Oleh sebab itu Program Penanggulangan Masalah
Kesehatan harus mencakup aspek edukatip yang menangani
perilakunya dan aspek medis teknis yang melakukan penangan
epidemiologis.
Mengingat apa yang telah dikemukakan di atas, penyuluhan
Kesehatan kerananya merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari setiap program. Setiap petugas kesehatan yang berhubungan
langsung dengan masyarakat, dalam hal ini petugas Puskesmas,
mempunyai tugas penyuluhan.Untuk dapat melaksanakan
fungsinya dengan baik, setiap petugas Puskesmas harus memiliki
pengetahuan dan ketrampilan di bidang medis teknis serta di
bidang penyuluhan.

PENGERTIAN DAN KEBIJAKAN

1. PENGERTIAN
Penyuluhan Kesehatan merupakan suatu proses belajar
untuk mengembangkan pengertian yang benar dan
sikap yang positif dari individu atau kelompok terhadap
kesehatan agar yang bersangkutan menerapkan cara hidup
sehat sebagai bagian dari cara hidupnya sehari-hari atas
kesadaran dan kemauannya sendiri.

33
BUKU PANDUAN BELAJAR KOAS

2. KEBIJAKAN
2.1 Penyuluhan Kesehatan Masyarakat merupakan
tanggung jawab pemerintah dan masyarakat serta
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari setiap
program kesehatan.
2.2 Penggunaan berbagai saluran media komunikasi
ditingkatkan dengan memperhatikan kepentingan
keserasian dan keterpaduan informasi, melalui
koordinasi antar sector-sektor yang berkaitan.
2.3 Pengembangan penggerakan dan pembinaan
kemampuan masyarakat untuk berswasembada di
bidang kesehatan dilakukan melalui pendekatan
edukatif.
2.4 Penyuluhan kesehatan harus menjadi bagian integral/
tak terpisahkan dari setiap jenis dan tingkatan
pendidikan.
2.5 Pembinaan aparatur Penyuluhan Kesehatan
Masyarakat ditingkatkan agar mampu mengelola
program, mengadakan alih teknologi dan membina
penerapan teknologi penyuluhan yang tetap guna.
2.6 Dalam rangka peningkatan partisipasi masyarakat
pembinaan kelompok sasaran diutamakan bagi
golongan wanita dan generasi muda.

TUJUAN DAN SASARAN


- TUJUAN
Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menolong
diri sendiri dalam bidang kesehatan dengan melaksanakan
cara hidup sehat dan dapat berperanserta aktif dalam
upaya kesehatan.
- SASARAN
Sasaran dari kegiatan pokok program penyuluhan
kesehatan diserasikan dengan sasaran program kesehatan
yang ditunjang.

34
ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS/ILMU KEDOKTERAN PENCEGAHAN

KEGIATAN PENYULUHAN KESEHATAN


1. PUSKESMAS
Melaksanakan kegiatan penyuluhan di Puskesmas, tidak
sekedar merupakan kegiatan penyampaian informasi saja,
tetapi hendaknya merupakan suatu rangkaian kegiatanyang
terencana dan berkesinambungan. Oleh karena itu, kegiatan
penyuluhan kesehatan perlu dikembangkan berdasarkan
langkah-langkah poko sebagai berikut :
1. Mengenal dan menetapakan masalah
2. Analisa masalah secara edukatif
3. Menentukan sasaran penyuluhan
4. Menentukan tujuan penyuluhan
5. Menentukan strategi penyuluhan
6. Menentukan isi penyuluhan
7. Menentukan metode dan tempat penyuluhan
8. Menentukan media penyuluhan
9. Menyusun rencana jadwal pelaksanaan
10. Membuat rencana penilaian

Secara lebih terperinci, kesepuluh langkah poko tersebut


dapat diuraikan sebagai berikut :

LANGKAH 1
Mengenal dan menetapkan masalah :
Untuk dapat mengenal masalah kesehatan yang ada di
wilayah kerja puskesmas diperlukan data. Dalam garis besarnya
data yang diperlukan mencakup :

1.1 Data Umum anatara lain :


- keadaan geografis dan musim
- keadaan penduduk (jumlah, penyebaran, kepadatan)
- pendidikan (jumlah sarana pendidikan, tingkat
pendidikan)
- keadaan ekonomi
- dan lain-lain

35
BUKU PANDUAN BELAJAR KOAS

1.2 Data kesehatan antara lain meliputi :


- angka kesakitan
- angka kematian
- angka kelahiran
- keadaan gizi (berat dan tinggi badan anak)
- jenis-jenis penyakit tertentu
- dan lain-lain

1.3 Data perilaku anatara lain tentang :


- angka kunjungan ke puskesmas
- pola komunikasi
- pola kepemimpinan
- jumlah kader kesehatan
- pola makan
- kebiasaan buang air besar, dan lain-lain

Data-data tersebut diatas dapat diperoleh melalui :


- Statistik yang sudah ada, baik di kantor Kecamatan,
Kelurahan/Desa ataupun di Puskesmas sendiri.
- Laporan-laporan petugas lapangan.
- Pengamatan terhadap masalah kepercayaan, sikap,
tingkah laku berbagai kelompok masyarakat.
- Pembahasan bersama dengan teman-teman sekerja di
Puskesmas tentang masalah kesehatan.

Dari upaya pengumpulan data-data tersebut di atas, akan


diketahui beberapa masalah kesehatan yang ada di wilayah kerja
Puskesmas, misalnya :
- Banyaknya penderita muntah mencret (diare)
- Pertambahan penduduk yang terlalu cepat.
- Adanya endemi kolera dengan kadang-kadang timbul
wabah.
- dan lain-lain.

36
ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS/ILMU KEDOKTERAN PENCEGAHAN

Seringkali ditemukan lebih dari satu masalah.Dalam hal ini


perlu adanya upaya untuk menyusun prioritas masalah sehingga
permasalahan itu dalam diselesaikan secara bertahap.
Dalam menyusun prioritas masalah, tentu tidak asal
memilih saja. Hal ini harus dikerjakan berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan yang mantap. Dalam menyusun prioritas, dapat
dipergunakan pertimbangan-pertimbangan antara sebagai
berikut :

- Beratnya masalah :
Apakah masalah tersebut mengakibatkan kematian?
Kalau ya, apakah dalam waktu singkat?
Apakah masalah ini menimpa sebagian besar masyarakat
atau hanya sebagian kecil saja?
Dan sebagainya.

- Kelompok masyarakat yang diserang :


Kelompok masyarakat mana yang banyak diserang, apakah
hanya anak-anak BALITA, atau ibu-ibu atau golongan usia
produktip, dan sebagainya.

- Distribusi geografinya :
Apakah masalah ini terdapat merata di seluruh wilayah
atau hanya tempat-tempat tertentu saja.Dan sebagainya.

Jadi misalnya dari beberapa masalah kesehatan yang


ada, berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas,
muncullah masalah penyakit muntah mencret (diare) sebagai
prioritas yang pertama.

LANGKAH 2
Analisa masalah secara edukatif :
Masalah yang ditetapkan sebagai prioritas, merupakan masalah
yang akan ditanggulangi melalui kegiatan penyuluhan. Karena itu

37
BUKU PANDUAN BELAJAR KOAS

masalah ini dianalisa secara edukatif, agar kegiatan penyuluhan


yang akan dikembangkan benar-benar sesuai dengan kebutuhan
program (masalah kesehatan).
Analisa secara edukatif merupakan upaya penelitian terhadap
segi perilaku daripada masalah kesehatan.Ini merupakan langkah
penting dalam mengembangkan kegiatan penyuluhan, karena
tujuan penyuluhan pada dasarnya diarahkan pada perubahan
perilaku.
Beberapa hal pokok yang perlu diperhatikan dalam
melakukan analisa edukatif, adalah :

2.1 Mempelajari penyebab langsung :


Pelajari apa penyebab langsung dari satu masalah, misalnya
kolera oleh kuman, bukan oleh setan : buta ayam oleh kekurangan
vitamin A, bukan oleh ayam, dsb

.2. Mempelajari perilaku sebagai penyebab tidak langsung :


.2.1. Perilaku perorangan/masyarakat yang membantu
timbul dan meyebarnya masalah.
.2.2. Kelompok masyarakat yang berperilaku seperti yang
disebutkan pada 2.2.1
.2.3. Latar belakang perilaku yang membantu timbul
dan menyebarnya masalah : yaitu mengapa mereka
berperilaku demikian.
.2.4. Perilaku perorangan/masyarakat yang diharapkan
akan bias mengurangi timbul dan menyebarnya
masalah.
.2.5. Kelompok masyarakat mana yang diharapkan
berperilaku seperti yang disebutkan pada 2.2.4.
.2.6. Hambatan-hambatan yang akan dihadapi oleh
kelompok masyarakat yang bersangkutan untuk
merubah perilakunya saat ini menjadi perilaku yang
diharapkan.
.2.7. Hal-hal yang dapat membantu terjadinya perubahan
perilaku yang diharapkan.

38
ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS/ILMU KEDOKTERAN PENCEGAHAN

.3. Mempelajari keadaan sarana


.3.1. Sarana apa saja yang dimiliki oleh masyarakat yang
bias dipergunakan oleh masyarakat/perorangan
untuk terjadinya perubahan perilaku.
.3.2. Sarana apa saja yang ada pada institusi/lembaga
pemerintahan ataupun non pemerintah yang
bias dipergunakan oleh masyarakat untuk usaha
perubahan perilaku.

.4. Mempelajari keadaan ketenagaan


.4.1. Macam-macam kategori petugas kesehatan yang ada
di Puskesmas yang bias dimanfaatkan/dilibatkan
dalam penyuluhan.
.4.2. Tugas pokok masing-masing petugas
.4.3. Latihan yang pernah diterima di bidang penyuluhan
oleh masing-masing petugas

.5. Mempelajari pengalaman masyarakat terhadap program-


program kesehatan sebelumnya, dan bagaimana sikap
mereka terhadap pelayanan yang diberikan. Hal ini
penting untuk dikerjakan, karena melalui kegiatan ini
dapat dipelajari kelemahan dan kekuatan dari pengalaman
yang lalu.

.6. Mempelajari sosial budaya dan ekonomi masyarakat, yang


dalam garis besarnya meliputi :
.6.1. Tingkat pendidikan (bias baca, buta huruf, dll)
.6.2. Tingkat kemampuan ekonomi
.6.3. Norma-norma setempat
.6.4. dan lain-lain

LANGKAH 3.
Menentukan sasaran penyuluhan :
Sasaran program sasaran penyuluhan tidak selalu sama

39
BUKU PANDUAN BELAJAR KOAS

Missal : Sasaran program Immunisasi adalah anak-anak usia 3-14


bulan
Sasaran penyuluhan adalh ibu-ibu, tyerutama mereka
yang memiliki anak-anak BALITA

Karena itu sasaran penyuluhan perlu ditentukan dengan jelas,


agar penyuluhan yang dilaksanakan mencapai sasaran yang
diharapkan.

LANGKAH 4.
Menentukan tujuan penyuluhan :
Dalam mengembangkan tujuan penyuluhan, ada beberapa
persyaratan umum yang harus dipenuhi, anatara lain :
4.1. Tujuan harus jelas.
4.2. Tujuan harus dapat diukur.
4.3. Tujuan harus realistis (dapat dicapai).
4.4 tujuan harus dinyatakan dalam bentuk perilaku.

Karena harus dinyatakan dalam bentuk perilaku, maka


tujuan penyuluhan harus dituliskan dalam bentuk perubahan
dari aspek perilaku, yaitu pengertian/pengetahuan, sikap dan
tindakan dari sasaran yang dituju.

LANGKAH 5.
Menentukan strategi penyuluhan :
Menentukan, mendekatkan apa yang akan ditempuh dalam
mencapai tujuan penyuluhan, misalnya :
Tujuan penyuluhan ialah agar “Ibu-ibu BALITA”
menumbangkan anaknya setiap bulan secara teratur. Dalam hal
ini mungkin strategi yang diambil ialah mengembangkan dahulu
para pemuka masayrakat dan anak-anak sekolah yang kemudian
diharapkan akan bias membina para ibu-ibu BALITA agar mau
menimbangkan anaknya.

40
ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS/ILMU KEDOKTERAN PENCEGAHAN

LANGKAH 6.
Menetukan isi penyuluhan :
Fungsi utama pemberian pesan kesehatan, adalah untuk
membantu masyarakat mengembangkan pengertian, sikap
dan kemampuan untuk membuat keputusan dan melakukan
tindakan yang tepat seperti yang diharapkan dan ditetapkan
dalam tujuan penyuluhan.Karena itu, isi pesan penyuluhan harus
dikembangkan atas dasar tujuan yang ingin dicapai, dengan
mempertimbangkan keadaan sasaran dan situasi yang dihadapi.
Pesan itu sendiri hendaknya mudah dipahami oleh sasaran serta
mudah untuk diingat.Karenanya pesan janganlah berbelit-belit.

Agar pesan mudah difahami, maka dianjurkan agar pesan :


- singkat,
- benar,
- lengkap,
- jelas.

LANGKAH 7.
Menetukan metode tepat dan waktu penyuluhan :
Keberhasilan mencapai tujuan penyuluhan anatara lain
ditentukan pula oleh cara penyampaian pesan yang tepat, karena
itu memilih cara penyampaian yang benar dan tepat, merupakan
suatu keharusan dalam mengembangkan kegiatan penyuluhan.

Memilih dan menerapkan cara penyuluhan atau metode


penyuluhan yang tepat, tergantung kepada tujuan apa yang
ingin dicapai oleh penyuluhan yang akan dilaksanakan. Dalam
memilih cara penyuluhan, tersedianya tenaga dan fasilitas perlu
dipertimbangkan pula.

41
BUKU PANDUAN BELAJAR KOAS

TUJUAN UNTUK PENGETAHUAN SIKAP TINDAKAN/KETRAMPILAN


PERUBAHAN

1. Ceramah 1. Diskusi kelompok 1. Latihan sendiri


2. Kuliah 2. Tanya jawab 2. Bengkel kerja
3. Tugas baca 3. Role playing 3. Demonstrasi
4. Seminar 4. Film/slide 4. Eksperimen
5. Symposium 5. Video tape
6. Konperensi 6. Radio
7. Curah pendapat 7. Bimbingan dan penyuluhan

Khusus tentang tempat serta waktu penyuluhan dapat


disesuaikan dengan kebutuhan dan keadaan. Dalam hal ini
penyuluhan dapat dilaksanakan pada :
- Ruang tunggu
- Selama pendaftaran
- Selama pemeriksaan
- Selama pengobatan
- Pada waktu minta nasehat.

LANGKAH 8
Menentukan media penyuluhan :
Media penyuluhan, merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari cara penyampaian/metode penyuluhan yang
baik.

Media penyuluhan berguna untuk :


1. Menimbulkan minat belajar
2. Membantu sasarn untuk mengerti lebih baik
3. Membantu sasarn untuk mengingat lebih baik
4. Membantu mengatasi masalah kesulitan bahasa

Skema dibawah ini, membantu lebih menjelaskan tentang


peranan alat peraga bagi proses belajar mengajar.

42
ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS/ILMU KEDOKTERAN PENCEGAHAN

PERANAN ALAT PERAGA

1. BELAJAR SENDIRI

2. BELAJAR DARI LINGKUNGAN

3. BELAJAR DARI MELIHAT/MENDENGAR

4. BELAJAR MENIRU DARI APA YANG DILIHAT DAN DIDENGAR

5. BELAJAR DENGAN GURU

6. BELAJAR DENGA GURU, ALAT-ALAT


PERAGA, PENGALAMAN DLL

Dari skema tersebut di atas terlihat jelas, bahwa ruang


lingkup hasil yang diperoleh dari cara belajar sendiri (no.1)
terbatas sekali (sedikit sekali) bila disbanding dengan hasil yang
diperoleh dari cara belajar dari lingkungan (no.2), misalnya.
Demikian selanjutnya, cara belajar no.2 memberikan hasil yang
lebih kecil bila dibandingkan dengan cara belajar no.3.
Sampai pada akhirnya, skema ini mengambarkan bahwa
cara belajar dengan guru, alat peraga, pengalaman (no.6)
memberikan hasil yang maksimal.
Dengan demikian memilih media yang tepat, merupakan
hal yang akan membantu mempermudah untuk mencapai tujuan
penyuluhan.
Sebagai pedoman dasar dalam memilih media penyuluhan,
dapatdipergunakan pertimbangan di mana media tersebut akan
dipergunakan, atau di mana penyuluhan akan dilakukan.

Sebagai contoh :
Di rumah : - Flash-card
- Flipchart
- Buku cerita gambar

43
BUKU PANDUAN BELAJAR KOAS

- Model
- Leaflet
Di Instansi: - papan tulis
- Flanelgraph
- Poster
- Chart
- Boneka/wayang
- Kotak gulungan gambar (Scroll-Box picture)
- Flipchart
- Flashcard
- Model
- Buku cerita gambar
- Leaflet

Di masyarakat :
- Poster
- Leaflet
- Pamphlet
- Flipchart
- Flanelgraph
- Spanduk
- Sticker
- Boneka/wayang

LANGKAH 9.
Menyusun rencana pelaksanaan :
Setelah pokok-pokok kegiatan penyuluhan ditetapkan,
termasuk waktu, tempat dan pelaksanaannya maka dapat disusun
rencana-rencana pelaksanaan yang mencantumkan dalam suatu
daftar sebagai berikut :

Sasaran Alat
No Waktu Kegiatan Tujuan Isi Metode Pelaksanaan Ket
Jenis Jumlah Peraga

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

44
ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS/ILMU KEDOKTERAN PENCEGAHAN

LANGKAH 10.
Membuat rencana penilain
Dalam membuat rencana penilain, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan antara lain
1. Apa yang akan dinilai, apakah tujuan penyuluhan atau
penilaian terhadap proses pelaksanaan penyulihan.
Baik penilaian terhadap hasil ataupun proses untuk
mencapai hasil harus didasarkan atas indicator (tolak
ukur) yang jelas.
2. Kapan penilaian akan dilakukan
Dalam hal ini dapat ditempuh beberapa cara penilaian :

2.1. Penilaian rutin :


Biasanya dilakukan dalam bentuk progress report
yang sejalan dengan pelaksanaan program itu sendiri
2.2. Penilaian berkala :
Misalnya setiap triwulan atau 6 bulan sekali.
2.3. Penilaian khusus :
Yaitu penilaian yang dilakukan pada tiap saat yang
diperlukan.
2.4. Penilaian akhir :
Yaitu penilaian yang dilakukan pada akhir suatu program.
3. Yang melakukan penilaian, dapat berasal dari pihak luar
atau pihak yang menyelenggarakan program itu sendiri.
4. Cara penilaian dapat dilakukan dengan berbagai cara
seperti :
- pengamatan/observasi
- survey
- tanya jawab dan pertemuan
- pertanyaan dan check-list
- catatan laporan
- test sikap, pengetahuan dan ketrampilan
- fotografi, film
- pertemuan staf

45
BUKU PANDUAN BELAJAR KOAS

Pada dasarnya kesepuluh langkah tersebut diatas,


merupakan pedoman pokok dalam mengembangkan kegiatan
penyuluhan kesehatan.
Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang
cara penyusunan rencana penyuluhan kesehatan, pada halaman
berikut ini dilampirkan suatu contoh.

46
ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS/ILMU KEDOKTERAN PENCEGAHAN

BAB 6
PENELITIAN KESEHATAN MASYARAKAT

Tujuan Pembelajaran Dokter Muda

Tujuan Intruksional Umum


1. Mahasiswa mampu melaksanakan penelitian kesehatan
bagi masyarakat

Tujuan Intruksional khusus


1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi masalah penelitian
kesehatan masyarakat
2. Mahasiswa mampu menyusun proposal penelitian
kesehatan masyarakat
3. Mahasiswa mampu menyusun alat ukur/kuesioner
penelitian
4. Mahasiswa mampu melaksanakan pengumpulan data
penelitian
5. Mahasiswa mampu menganalisis data penelitian
6. Mahasiswa mampu menginterpretasikan hasil penelitian
7. Mahasiswa mampu menyusun laporan penelitian

Pertanyaan dan Kesiapan Dokter Muda

1. Apakah pertanyaan penelitian?


2. Siapa subyek penelitian?
3. Apa metode sampling yang dilakukan?
4. Metode penelitian yang akan dilakukan?
5. Apa metode pengumpulan data yang dipakai?
6. Apa analisis data yang akan dilaksanakan?

47
BUKU PANDUAN BELAJAR KOAS

Algoritme Umum

Identifikasi masalah
penelitian

Penyusunan proposal
penelitian

Penyusunan alat
ukur penelitian

Pengurusan
ijin penelitian

Pengumpulan data

Analisis data

Pelaporan

Penjabaran Prosedur
1. Penelitian dibuat mengikuti tahapan penelitian mulai
dari identifikasi masalah penelitian, penyusunan
proposal penelitian, pengumpulan data, analisis data, dan
pelaporan

48
ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS/ILMU KEDOKTERAN PENCEGAHAN

Daftar Pustaka

1. Nasution. 1995. Metode Research (Penelitian Ilmiah. Edisi


II. Penerbit Bumi Aksara.Jakarta
2. Goh Lee Gan, Azrul Azwar. Sugito Wonodirekso. 2004.
A Primer On Family Medicine Practice. Singapore
International Foundation. Penang Road Singapore
3. Alo Liliweri. 2007.Dasar Dasar Komunikasi Kesehatan.
Penerbit Pustaka Belajar. Yogyakarta
4. Rosmary McMahon, Elizabeth Barton, Maurice Piot. 1999.
Manajemen Pelayanan Kesehatan Primer. Penerbit Buku
EGC. Jakarta.
5. Budiman Chandra. 2009. Ilmu Kedokteran Pencegahan dan
Komunitas. Penerbit buku kedokteran EGC. Jjakarta

49
BUKU PANDUAN BELAJAR KOAS

50
ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS/ILMU KEDOKTERAN PENCEGAHAN

51

Anda mungkin juga menyukai