ILMU KESEHATAN
MATA
i
BUKU PANDUAN BELAJAR
Lingkup Hak
Cipta Pasal 1
1. Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan
prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa
mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Ketentuan
Pidana Pasal
113
1. Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf I untuk Penggunaan Secara
Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan / atau
pidana denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
2. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan / atau tanpa izin Pencipta atau pemegang
Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan / atau huruf h untuk
Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga)
i
ILMU KESEHATAN
ILMU KESEHATAN
MATA
i
ILMU KESEHATAN
SANGLAH DENPASAR
2017
i
BUKU PANDUAN BELAJAR
Tim Editor:
Putu Gede Sudira
Putu Wardani
Diterbitkan oleh:
Udayana University Press
Kampus Universitas Udayana Denpasar,
Jl. P.B. Sudirman, Denpasar - Bali Telp. (0361) 255128
unudpress@gmail.com http://udayanapress.unud.ac.id
Cetakan Pertama:
2017, xvi + 36 hlm, 15,5 x 23 cm
ISBN: 978-602-294-184-2
i
ILMU KESEHATAN MATA
PRAKATA
Januari, 2017
Tim Penyusun
v
ILMU KESEHATAN MATA
DAFTAR ISI
PRAKATA ........................................................................... v
DAFTAR ISI ........................................................................ vii
Cara Menggunakan Panduan Belajar ............................. viii
SKDI Ilmu Kesehatan Mata .............................................. x
Daftar Kompetensi Klinik ................................................. xiii
v
BUKU PANDUAN BELAJAR KOAS
CARA MENGGUNAKAN
PANDUAN BELAJAR
v
ILMU KESEHATAN MATA
i
BUKU PANDUAN BELAJAR KOAS
STANDAR KOMPETENSI
DOKTER INDONESIA
ILMU KESEHATAN
MATA
x
ILMU KESEHATAN MATA
x
oleh spesialis mata (operasi standar untuk katarak, operasi
x
BUKU PANDUAN BELAJAR KOAS
x
DAFTAR KOMPETENSI KLINIK
2 Konjungtivitis 4A
3 Pterigium 3A
4 Perdarahan subkonjungtiva 4A
5 Mata kering 4A
6 Blefaritis 4A
7 Hordeolum 4A
8 Chalazion 3A
9 Laserasi kelopak mata 3B
10 Trikiasis 4A
11 Dakrioadenitis 3A
12 Dakriosistitis 3A
13 Skleritis 3A
14 Episkleritis 4A
15 Keratitis 3A
16 Xerophtalmia 3A
17 Hifema 3A
18 Hipopion 3A
19 Iridosisklitis, iritis 3A
20 Hipermetropia ringan 4A
21 Miopia ringan 4A
22 Astigmatism ringan 4A
23 Presbiopia 4A
24 Anisometropia pada dewasa 3A
25 Buta senja 4A
26 Glaukoma akut 3B
27 Glaukoma lainnya 3A
x
BUKU PANDUAN BELAJAR KOAS
Inspeksi Pupil
4A
Pemeriksaan Fisik
Diagnostik (Pupil)
Penilaian Pupil dengan Reaksi Langsung
Terhadap Cahaya dan Konvergensi
4A
x
ILMU KESEHATAN
x
BUKU PANDUAN BELAJAR
x
BAB 1
MATA MERAH
1
BUKU PANDUAN BELAJAR KOAS
Mata merah
Definisi umumnya
Mata Merah terjadi karena pelebaran pembuluh
darah di mata. Mata yang merah mengindikasikan adanya
masalah pada mata, bisa masalah ringan ataupun serius yang
memerlukan penanganan lebih lanjut.
Penyebabmata
Penyebab Matamerah
Merahyang paling sering adalah karena
pelebaran pembuluh darah pada permukaan mata. Hal ini
biasanya disebabkan oleh:
1. Udara yang panas/kering
2. Paparan sinar matahari
3. Debu
4. Reaksi alergi
5. Influenza
6. Infeksi Bakteri atau virus
7. Batuk
2
ILMU KESEHATAN MATA
3
BUKU PANDUAN BELAJAR KOAS
Hanya
Kotoran Sering purulen Ringan -
refleksepifora
Pupil Fixed
N <N <N >N
Oval
<N>(pegal)
Tekanan N N >N+++
(sangat pegal)
a.konjungtiva-
Vaskularisasi Siliar pleksus siliar Episkleral
a posterior
4
ILMU KESEHATAN
5
BUKU PANDUAN BELAJAR
6
ILMU KESEHATAN
BAB 2
VISUS TURUN
1. Mampu mendiagnosis/
Tujuan Pembelajaran mengenali
Dokter Muda penurunan tajam
penglihatan yang mengancam penglihatan dan tidak
mengancam penglihatan.
2. Mampu mendiagnosis dan menentukan rencana
penatalaksanaan (baik yang harus dirujuk, ditangani
sementara atau ditangani secara definitif).
3. Mampu menjelaskan indikasi, prosedur dan kemungkinan
hasil pada pemeriksaan dan tindakan-tindakan pada
penurunan tajam penglihatan mata yang sering dilakukan
oleh spesialis mata (operasi standar untuk katarak,
operasi glaukoma, vitreo retina, strabismus, laser, lapang
pandangan, refraktometer dan koreksi visus).
4. Mampu melakukan penapisan kasus-kasus penurunan
penglihatan yang potensial menimbulkan gangguan
fungsi penglihatan.
5. Mampu menjelaskan dan merujuk pasien dengan penyakit
sistemik yang berpotensi menimbulkan gangguan
penglihatan (DM, hipertensi, proses intrakranial).
1. Pertanyaan
Keadaan apa dan
saja Kesiapan Dokter Muda
yang menyebabkan visus turun?
2. Bagaimana karakteristik pada masing-masing penyebab?
3. Bagaimana perjalanan visus turun tersebut?
4. Apa gejala-gejala lain yang menyertai/mendahului visus
turun?
7
BUKU PANDUAN BELAJAR
Definisimerupakan
Visus Penurunansebuah
Visus ukuran kuantitatif atau suatu
kemampuan untuk mengidentifikasi simbol simbol berwarna
hitam dengan latar belakang putih dengan jarak yang telah
distandarisasikan serta ukuran symbol yang bervariasi. Visus
20/20 adalah suatu bilangan yang menyatakan jarak dalam
satuan kaki yang mana seseorang dapat membedakan sepasang
benda (satuan lain dapat dinyatakan sebagai visus 6/6). 20
kaki dianggap sebagai tak terhingga dalam perspektif optikal.
Untuk alas an tersebut maka visus 20/20 dapat dianggap sebagai
performa nominal untuk jarak pengelihatan manusia.
Penurunan visus adalah apabila tajam pengelihatan
seseorang kurang dari 20/20 atau 6/6. Penurunan tajam
pengelihatan dapat disebabkan oleh organik maupun
anorganik. Kelainan anorganik disebabkan oleh kelainan
refraksi seperti:
1. Miopia (rabun jauh)
2. Hipermetropia (rabun dekat)
3. Presbiopia
4. Astigmatisme
8
ILMU KESEHATAN
9
BUKU PANDUAN BELAJAR
BAB 3
CARA PEMERIKSAAN
Teknik Pemeriksaan:
a. Pasien duduk menghadap optotipe Snellen dengan jarak 6
meter.
b. Pasang trial frame pada mata.
c. Satu mata ditutup dengan occluder.
d. Pasien diminta membaca huruf pada optotip Snellen
dimulai dari huruf yang terbesar sampai ke huruf
yang terkecil pada baris – baris selanjutnya yang
masih dapat terbaca.
1
ILMU KESEHATAN
1
ILMU KESEHATAN
1/ 300 proyeksi baik
1
BUKU PANDUAN BELAJAR
(1/ 300 PB). Jika dengan uji lambaian tangan, pasien masih
belum bisa melihat maka dilanjutkan dengan pemeriksaan
proyeksi sinar.
h. Senter diarahkan kedepan mata pasien yang akan
diperiksa dan pasien diminta menyatakan melihat sinar
atau tidak serta menyatakan arah datangnya sinar. Bila
pasien dapat melihat sinar maka visusnya 1/ ~ (LP) dan
bila mampu menyatakan arah datangnya sinar dengan
baik, maka visusnya 1/ ~ dengan proyeksi baik (GP). Bila
pasien dapat melihat sinar maka visusnya 1/ ~ (LP) dan
bila tidak mampu menyatakan arah datangnya sinar,
maka visusnya 1/ ~ dengan proyeksi buruk (BP). Bila
pasien tetap tidak dapat melihat sinar maka visusnya
adalah No light perception / NLP (buta total).
1
ILMU KESEHATAN
Teknik Pemeriksaan:
a. Setelah mendapatkan koreksi terbaik untuk penglihatan
jauh (BCVA) pasien diinstruksikan untuk membaca tulisan
pada Jaeger Chart pada jarak 33 cm.
b. Cek mata kanan terlebih dahulu, setelah itu cek mata kiri
baru kemudian cek dengan kedua mata terbuka. Catat
sampai angka berapa pasien dapat membaca dengan jelas
dan benar.
c. Apabila pasien tidak dapat membaca tulisan yang paling
kecil maka diberikan koreksi tambahan dengan lensa plus
hingga pasien dapat melihat dengan jelas seluruh tulisan
pada Jaeger Chart.
1. Tonometri Schiotz
Tonometer Schiotz merupakan alat praktis sederhana.
Pengukuran tekanan bola mata dinilai secara tidak langsung,
yaitu dengan teknik melihat daya tekan alat pada
kornea.Dengan tonometer schiotz dilakukan indentasi
(penekanan) terhadap permukaan kornea. Bila suatu beban
tertentu memberikan kecekungan pada kornea maka akan
terlihat perubahan pada skala schiotz. Makin rendah tekanan
bola mata makin mudah bola mata ditekan, yang pada skala
akan terlihat skala yang lebih besar, hal ini juga berlaku
sebaliknya.
Teknik pemeriksaan:
a. Jelaskan kepada pasien mengenai prosedur dan tujuan
dari pemeriksaan.
b. Cuci tangan sebelum melakukan pemeriksaan.
c. Melakukan kalibrasi tonometer sebelum penggunaan
1
BUKU PANDUAN BELAJAR
1
ILMU KESEHATAN
Catatan:
a. Letakkan telapak tonometer dengan beban 5,5 g pada
permukaan kornea.
b. Perhatikan pergeseran jarum penunjuk tonometer.
c. Bila jarum pada skala menunjukkan angka 2 atau kurang,
tambahkan beban menjadi 7,5 gr lalu ukur tekanan sekali
lagi.
d. Bila jarum skala masih menunjukan pada angka 2
atau kurang, tambahkan beban menjadi 10 gr. Ulangi
pengukuran.
e. Setelah jarum tonometer menunjukkan angka yang tetap,
baca nilai pada skala busur Schiotz yang berantara 0 – 15.
f. Hasil dicatat sebagai bacaan skala/bacaan beban, misalnya:
5/5,5, 8/7,5, 3/10
1
BUKU PANDUAN BELAJAR
2. Tonometri Digital
Tonometerdigitaladalahsalahsatucarapengukurantekanan
bola mata dengan menggunakan jari. Dasar pemeriksaannya
adalah dengan cara merasakan reaksi kelenturan bola mata
(balotement) dilakukan dengan bergantian dengan kedua jari
tangan.
Teknik pemeriksaan:
a. Jelaskan kepada pasien mengenai prosedur dan tujuan
dari pemeriksaan.
b. Cuci tangan sebelum melakukan pemeriksaan.
c. Pasien diinstruksikan untuk melirik ke bawah (tidak
menutup mata).
d. Pemeriksa dengan kedua telunjuknya menekan dan
merasakan tekanan balik (balotement) pada mata secara
bergantian.
1
ILMU KESEHATAN
Interpretasi:
a. N (Normal), N+1, N+2, N+3 yang berarti tekanan lebih
tinggi dibanding normal, dimana N+1<N+2.
b. Atau N-1, N-2, N-3 yang berarti tekanan bola mata lebih
rendah.
1
BUKU PANDUAN BELAJAR
1
ILMU KESEHATAN
2
BUKU PANDUAN BELAJAR
2
ILMU KESEHATAN
2
BUKU PANDUAN BELAJAR
e. Edema macula.
3. Pada Pembuluh darah retina
a. Perbandingan atau rasio arteri vena
b. Perubahan bentuk/pola arteri vena
c. Adanya mikroanerisma dari vena.
Funduskop
2
ILMU KESEHATAN
Segmen Posterior
E. Pemeriksaan Konfrontasi
Merupakan uji pemeriksaan lapang pandang yang
paling sederhana karena tidak memerlukan alat tambahan.
Lapang pandang pasien dibandingkan dengan lapang pandang
pemeriksa. Pasien diinstruksikan untuk melihat gerak dan
jumlah tangan pemeriksa di arah:
Lateral : 90o
Caudal: 70o
Cranial: 55o
Medial: 60o
Pasien dan pemeriksa atau dokter berdiri berhdapan
dengan bertatapan mata pada jarak 60 cm. Pemeriksa
memeriksa mata kanan pasien dengan menggunakan mata
kanannya dan memegang funduskopi dengan tangan kanan.
Pemeriksa menggerakkan jari dari arah temporalnya dengan
jarak yang sama
2
BUKU PANDUAN BELAJAR
Tes Konfrontasi
2
ILMU KESEHATAN
Langkah-langkah:
1. Cuci tangan
2. Jelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan
3. Berikan instruksi kepada pasien dengan jelas dan sopan
4. Mintalah pasien duduk dihadapan petugas pada jarak
jangkauan tangan ( 30- 50 cm )
5. Mintalah pasien untuk memandang lurus kedepan
6. Arahkan senter pada bola mata dan amati pantulan
sinar pada kornea, kemudian gerakkan senter dengan
membentuk huruf H dan berhenti sejenak pada waktu
senter berada di lateral atas dan lateral bawah (mengikuti
six cardinal of gaze)
7. Amati posisi dan gerakan kedua bola mata selama senter
digerakkan
2
BUKU PANDUAN BELAJAR
2
ILMU KESEHATAN
2
BUKU PANDUAN BELAJAR
H. Pemeriksaan Fluoresein
Pemeriksaan fluoresein dilakukan untuk menilai adanya
defek pada kornea, caranya adalah
1. Mata ditetes pantocain 0.5% 1 tetes pada mata yang ingin
diperiksa
2. Zat warna fluoresein diteteskan pada mata yang ingin
diperiksa (1 tetes)
3. Zat warna yang diirigasi dengan menggunakan aqua
bides atau larutan garam fisiologik sampai airmata tidak
berwarna hijau lagi
4. Kornea dilihat dengan seksama dengan memakai lampu
biru apakah ada yang berwarna hijau atau tidak.
Intepretasi
- Bila terdapat warna hijau pada kornea berarti terdapat
defek pada epitel kornea
- Defek ini dapat dalam bentuk erosi kornea atau infiltrat
yang mengakibatkan kerusakan pada epitel kornea.
A. Pemeriksaan Fluoresein
Pemeriksaan fluoresein dilakukan untuk menilai adanya
defek pada kornea, caranya adalah
1. Mata ditetes pantocain 0.5% 1 tetes pada mata yang ingin
diperiksa
2. Zat warna fluoresein diteteskan pada mata yang ingin
diperiksa (1 tetes)
3. Zat warna yang diirigasi dengan menggunakan aqua
bides atau larutan garam fisiologik sampai airmata tidak
berwarna hijau lagi
4. Kornea dilihat dengan seksama dengan memakai lampu
biru apakah ada yang berwarna hijau atau tidak.
2
ILMU KESEHATAN
Intepretasi
- Bila terdapat warna hijau pada kornea berarti terdapat
defek pada epitel kornea
- Defek ini dapat dalam bentuk erosi kornea atau infiltrat
yang mengakibatkan kerusakan pada epitel kornea
Caranya :
1. Sediakan sebuah senter
2. Arahkan senter dari temporal kantus dengan posisi sejajar
pada mata
3. Nilai kedalaman bilik mata depan
3
BUKU PANDUAN BELAJAR
Interpretasi:
- Bila Bilik Mata Depan dalam, maka iris akan terlihat datar
dan seluruh area iris akan teriluminasi.
- Bila Bilik Mata Depan dangkal, posisi iris akan kedepan
dan menghalangi cahaya, sehingga hanya sebagian kecil
iris teriluminasi
3
ILMU KESEHATAN
3
BUKU PANDUAN BELAJAR
3
ILMU KESEHATAN
DAFTAR PUSTAKA
3
BUKU PANDUAN BELAJAR KOAS
3
ILMU KESEHATAN
3
BUKU PANDUAN BELAJAR KOAS
36
ILMU KESEHATAN