Anda di halaman 1dari 58

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

BUKU MANUAL KETERAMPILAN KLINIS


SL605
SKILLS LAB KONTRASEPSI DAN LAKTASI
(SKILLS LAB CONTRACEPTION AND LACTATION)

INSERSI & EKSTRAKSI IUD

Semester 6
Tahun Ajaran 2020/2021
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
FAKULTAS KEDOKTERAN
Jl. Ir. Sutami 36 A Surakarta Tel/Fax (0271) 664178

BUKU MANUAL KETERAMPILAN KLINIS

KODE MATA KULIAH SL


SL605

JUDUL TOPIK
SKILLS LAB KONTRASEPSI DAN LAKTASI
(SKILLS LAB CONTRACEPTION AND LACTATION)

JUDUL SUBTOPIK
INSERSI & EKSTRAKSI IUD

TAHUN AJARAN 2020/2021

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
FAKULTAS KEDOKTERAN
2021

I
HALAMAN PENGESAHAN

Buku ini telah disahkan sebagai buku panduan untuk kegiatan pembelajaran di Program
Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

Pada tanggal :

Yang mengesahkan,
Dekan

Prof. Dr. Reviono, dr., Sp.P(K)

II
TIM PENYUSUN

Ketua:
Dr. Uki Retno Budihastuti, dr., Sp.OG(K)-FER

Sekretaris:
Anak Agung Alit Kirti, dr., MKM

Anggota:
Eriana Melinawati, dr., Sp.OG (K)-FER
Dr. Abdurrahman Laqif, dr., Sp.OG(K)-FER
Hafi Nurinasari, dr., Sp.OG,M.Kes.
Syah Rini Wisdayanti, dr. , Sp.OG, M.Kes.
Eric Edwin, dr., SpOG (K)-KFM
Asih Anggraeni, dr., SpOG (K)-Urogin

III
Abstrak

KONTRASEPSI merupakan topik pembelajaran skills lab yang diberikan untuk


mahasiswa semester 6. Pada modul ini diharapkan mahasiswa mengetahui jenis-jenis
kontrasepsi dan prinsip dasar pemilihan kontrasepsi; mengetahui cara kerja,
efektifitas, indikasi, kontraindikasi, kelebihan dan kekurangan dari tiap jenis
kontrasepsi, KB pada metode menyusui; dapat memberikan konseling tentang
pemilihan kontrasepsi; melakukan pemasangan serta pencabutan alat kontrasepsi
dalam rahim (AKDR) dan implant; serta menjelaskan dan menangani efek samping
kontrasepsidan merujuk jika diperlukan.Pembelajaran topik ini bersamaan dengan
pembelajaran topik manajemen laktasi dan terdiri dari sesi terbimbing dan sesi
mandiri. Keberhasilan kegiatan belajar mahasiswa diukur melalui evaluasi ketrampilan
dalam bentuk OSCE.

IV
KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji syukur ke hadirat Allah Yang Maha Kuasa, karena
dengan bimbingan-Nya pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan Buku
Buku Manual Keterampilan Klinis topik Kontrasepsi bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret Surakarta Semester 6. Buku Manual Keterampilan Klinis ini
disusun sebagai salah satu penunjang pelaksanaan Problem Based Learning di FK UNS.
Perubahan paradigma pendidikan kedokteran serta berkembangnya teknologi
kedokteran dan meningkatnya kebutuhan masyarakat menyebabkan perlunya dilakukan
perubahan dalam kurikulum pendidikan dokter khususnya kedokteran dasar di Indonesia.
Seorang dokter umum dituntut untuk tidak hanya menguasai teori kedokteran, tetapi
juga dituntut terampil dalam mempraktekkan teori yang diterimanya termasuk dalam
melakukan Pemeriksaan Fisik dan Keterampilan Terapeutik yang benar terhadap
pasiennya.
Keterampilan kontrasepsi ini dipelajari di semester 6 Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dengan disusunnya buku ini penulis berharap
mahasiswa kedokteran lebih mudah dalam mempelajari dan memahami kontrasepsi serta
bisa menjadi bekal kelak saat belajar di rotasi klinik maupun setelah menjadi dokter.
Dengan dasar kontrasepsi yang benar harapannya mahasiswa kelak dapat melakukan
keterampilan diagnostik dan terapeutik dengan benar pula.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
penyusunan buku ini. Penulis menyadari bahwa buku ini masih banyak kekurangannya,
sehingga penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk
perbaikan dalam penyusunan buku ini.
Terima kasih dan selamat belajar.

Surakarta, Januari 2021


Tim penyusun

V
DAFTAR ISI
Halaman Judul ................................................................................................ i
Halaman Pengesahan....................................................................................... iI
Tim Penyusun ................................................................................................ III
Abstrak .......................................................................................................... IV
Kata Pengantar................................................................................................ V
Daftar Isi ....................................................................................................... VI
RPS ................................................................................................................ VII
Tujuan pembelajaran ..................................................................................... IX
Lesson Plan................................................................................................... X
Daftar Keterampilan Klinis (SKDI 2012)............................................................ XI
KONTRASEPSI................................................................................................. 1
ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM.................................................................. 34
CHECKLIST PENILAIAN KETRAMPILAN.............................................................. 42
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 45
Lampiran......................................................................................................... 46

VI
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Identitas Mata Kuliah Identitas dan Validasi Nama Tanda Tangan


Kode Mata Kuliah : SL605 Dosen Pengembang RPS :dr. Anak Agung Alit Kirti,MKM
Nama Mata : Kontrasepsi dan
Kuliah Laktasi
Bobot Mata : 0.5 SKS Koord. Kelompok Mata Kuliah : Dr. Uki Retno Budihastuti,dr., SpOG-FER/
Kuliah (sks) Dr.Husnia Auliyatul Umma,Sp.A., M.Kes
Semester :(6)
Mata Kuliah :- Kepala Program Studi :Dr. Eti Poncorini Pamungkasari, dr., M.Pd
Prasyarat

Capaian Pembelajaran Lulusan (CPL)


Kode CPL Unsur CPL
CP 3 : Mampu melakukan ketrampilan berbagai kontrasepsi dan manajemen laktasi
CP 7 : Mampu melakukan manajemen laktasi
Mampu melakukan pemasangan dan pencabutan AKDR
CP Mata kuliah
(CPMK)
Bahan Kajian 1. Mahasiswa dapat melakukan massage payudara
Keilmuan 2. Mahasiswa dapat menjelaskan teknik perlekatan menyusui yang benar
3. Mahasiswa dapat melakukan identifikasi kelainan payudara terkait proses laktasi
4. Mahasiswa dapat mengajarkan hygiene terkait proses laktasi
5. Mengetahui jenis-jenis kontrasepsi dan prinsip dasar pemilihan kontrasepsi.
6. Mengetahui cara kerja, efektifitas, indikasi, kontraindikasi, kelebihan dan kekurangan dari tiap jenis kontrasepsi, KB
pada metode menyusui.
7. Dapat melakukan konseling tentang pemilihan kontrasepsi yang tepat bagi seorang pasien.
8. Dapat melakukan insersi dan ekstraksi IUD
9. Mahasiswa dapat memberikan kontrasepsi injeksi
10.Mahasiswa dapat melakukan penanganan komplikasi KB (IUD, pil, suntik)

VII
Deskripsi Mata Kontrasepsi dan manajemen laktasi merupakan topik pembelajaran skills lab yang diberikan untuk mahasiswa semester 6.
Kuliah Pada modul ini diharapkan mahasiswa mampu melakukan massage payudara, teknik perlekatan, kelainan proses laktasi,
hygiene proses laktasi, jenis-jenis kontrasepsi dan prinsip dasar pemilihan kontrasepsi; mengetahui cara kerja, efektifitas,
indikasi, kontraindikasi, kelebihan dan kekurangan dari tiap jenis kontrasepsi, KB pada metode menyusui; dapat
memberikan konseling tentang pemilihan kontrasepsi; melakukan pemasangan serta pencabutan alat kontrasepsi dalam
rahim (AKDR); serta menjelaskan dan menangani efek samping kontrasepsi dan merujuk jika diperlukan.Pembelajaran
subtopik ini bersamaan dengan pembelajaran subtopik manajemen laktasi dan terdiri dari sesi terbimbing dan sesi
responsi. Keberhasilan kegiatan belajar mahasiswa diukur melalui evaluasi ketrampilan dalam bentuk OSCE.

Daftar Referensi Saifuddin, AB, Adrianz, G, Wiknjosastro, GH, Waspodo, D, 2006, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo-POGI-IDAI-PERINASIA-IBI-Depkes RI-ADB-WHO-JHPIEGO, Edisi
1 Cetakan 4, Jakarta.
Saifuddin, AB, Affandi, B, Lu, ER, 2008, Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo- Jaringan Nasional Pelatihan Klinik Kesehatan Reproduksi (JNPKKR)- BKKBN-Depkes RI-JHPIEGO/STARH
Program, Edisi 1 Cetakan 3, Jakarta.
Saifuddin, AB, Danakusuma, M, Widjajakusumah, MD, Bramantyo, L, Wishnuwardhani, SD, 2007, Modul Safe Motherhood
dalam Kurikulum Inti Pendidikan Dokter di Indonesia, Konsorsium Ilmu Kesehatan Depdiknas-Depkes-WHO, Jakarta.
Wiknjosastro, GH, Madjid, OH, Adriaanz, G, dkk, 2018, Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal : Asuhan Esensial
Persalinan, Jaringan Nasional Pelatihan Klinik Kesehatan Reproduksi (JNPKKR)-POGI-USAID Indonesia-Health Service
Program (HSP), Edisi 3, Jakarta.

Penilaian*
Metode Pengalaman Teknik
Tahap Kemampuan akhir Materi Pokok Referensi Waktu Indikator/kode
Pembelajaran Belajar penilaian
CPL
/bobot
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Mampu melakukan Manajemen laktasi sda Kuliah Pengantar Kuliah Interaktif 100 CP 3 OSCE
1 manajemen laktasi menit CP 7
Insersi dan ektraksi IUD
Mampu melakukan Skills Lab Simulasi dan 100
pemasangan dan Terbimbing demonstrasi menit
pencabutan AKDR
Skills Lab Responsii Simulasi dan 2x 100
demonstrasi menit

VIII
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari keterampilan klinis tentang kontrasepsi ini diharapkan mahasiswa :
1. Mengetahui jenis-jenis kontrasepsi dan prinsip dasar pemilihan kontrasepsi.
2. Mengetahui cara kerja, efektifitas, indikasi, kontraindikasi, kelebihan dan kekurangan dari
tiap jenis kontrasepsi, KB pada metode menyusui.
3. Dapat melakukan konseling tentang pemilihan kontrasepsi yang tepat bagi seorang pasien.
4. Dapat melakukan insersi dan ekstraksi IUD
5. Mahasiswa dapat memberikan kontrasepsi injeksi
6. Mahasiswa dapat melakukan penanganan komplikasi KB (IUD, pil, suntik)

IX
LESSON PLAN
Sesi Terbimbing (Secara Daring)
Waktu Aktivitas Mahasiswa Instruktur Materi
15 menit Diskusi Diskusi materi/ Diskusi materi/ Sesi terbimbing diperuntukkan
materi/ pretest pretest topik Kontrasepsi dan laktasi
pretest sehingga buku manual yang
diperlukan yaitu
-subtopik Insersi & Ekstraksi
IUD
-subtopik Laktasi
60 menit Diskusi Diskusi materi Diskusi materi dan Buku manual untuk instruktur,
materi dan dan video video Video panduan keterampilan
video klinis
10 menit Feedback Feedback dan Feedback dan tanya Buku manual untuk instruktur,
dan tanya tanya jawab jawab Video panduan keterampilan
jawab klinis

15 menit Penutup Penutup Penutup Buku manual untuk instruktur,


Video panduan keterampilan
Pemberian Tanya jawsb Penjelasan tugas klinisPanduan video/
Tugas teknis tugas responsi dan tanya
jawsb teknis tugas Panduan pembuatan video
Panduan responsi skillslab
pembuatan video Panduan pembuatan
responsi skillslab video responsi
skillslab

Sesi Responsi 1 dan 2


Waktu Aktivitas Mahasiswa Instruktur Materi
5 menit Pendahulua Mengikuti pembukaan Membuka kegiatan -
n
85 menit Pemberian Memberikan umpan Pemberian umpan balik Hasil video
umpan balik untuk teman (penguatan keterampilan yang mahasiswa
balik dan sekelompok sudah bagus, koreksi langkah- sebagai tugas
diskusi langkah keterampilan yang responsi per
tugas video Refleksi masih kurang tepat untuk subtopik dan
responsi perbaikan mahasiswa ke cheklist
depan)
10 menit Evaluasi Refleksi Menjelaskan dan menutup Evaluasi :
sesi Refleksi dari
mahasiswa,
instruktur, dan
penutup

X
DAFTAR KETERAMPILAN KLINIS (SKDI 2012)

Daftar ketrampilan klinis pada subtopik ini berdasar SKDI 2012 :


Daftar Keterampilan Tingkat Ketrampilan
Konseling kontrasepsi 4A
Insersi dan ekstraksi IUD 4A
Laparoskopi, sterilisasi 2
Insersi dan ekstraksi implant 3
Kontrasepsi injeksi 4A
Penanganan komplikasi KB (IUD, pil, suntik, implant) 4A

XI
MATERI PEMBELAJARAN

KONTRASEPSI

A. DEFINISI KONTRASEPSI
Kontrasepsi ialah alat untuk mencegah terjadinya kehamilan, baik yang bersifat sementara
maupun yang permanen.

B. PRINSIP DASAR PEMILIHAN KONTRASEPSI


Kontrasepsi yang ideal mempunyai syarat-syarat sebagai berikut:
1. Dapat dipercaya
2. Tidak menyebabkan efek samping yang mengganggu kesehatan
3. Daya kerjanya dapat diatur menurut kebutuhan
4. Tidak menimbulkan gangguan sewaktu melakukan senggama
5. Tidak memerlukan motivasi terus-menerus
6. Mudah penggunaannya
7. Murah harganya
8. Dapat diterima penggunaannya oleh pasangannya

C. KONSELING

Klien harus memperoleh informasi yang cukup sehingga dapat memilih sendiri metode
kontrasepsi yang sesuai untuk mereka. Informasi tersebut meliputi pemahaman tentang
efektifitas relatif dari metode kontrasepsi, cara kerja, efek samping, manfaat dan kerugian
metode tersebut, gejala dan tanda yang perlu ditindak lanjuti, kembalinya kesuburan dan
perlindungan terhadap Infeksi Menular Seksual.
Konseling merupakan bagian penting dalam pelayanan Keluarga Berencana (KB). Melalui
konseling pemberi pelayanan membantu klien memilih cara KB yang cocok dan
membantunya menggunakan cara tersebut dengan benar. Hal-hal yang perlu diperhatikan
yaitu:
1. Seleksi klien sebelum pemberian suatu metoda kontrasepsi modern (misalnya
kontrasepsi oral, suntik, AKDR, atau implant).
2. Prinsip dan prosedur pencegahan infeksi yang benar pada pelayanan kontrasepsi.
3. Inform concent metode kontrasepsi yang digunakan.
Beberapa kondisi medis akan berisiko untuk ibu (dan janin) bila terjadi kehamilan :

1
1. Hipertensi (tekanan darah >160/100 mmHg)
2. Diabetes; insulin dependent; dengan nefropati/ neuropati/ retinopati atau penyakit
vaskular lain atau >20 tahun telah mengidap diabetes.
3. Penyakit jantung iskemik.
4. Stroke
5. Penyakit jantung katup dengan hipertensi.
6. Karsinoma payudara.
7. Karsinoma endometrium atau ovarium.
8. Infeksi Menular Seksual.
9. HIV/AIDS
10. Sirosis hati dan hepatoma.
11. Penyakit trofoblas ganas.
12. Anemia sel sabit (Sickle cell Anemia)
13. Skistosomiasis dengan fibrosis hati.
14. Tuberkulosis.
Pada keadaan-keadaan tersebut perlu dipilihkan metode kontrasepsi yang lebih efektif dan
aman.
1. LANGKAH-LANGKAH KONSELING KB
a. Pemberi pelayanan memperkenalkan diri.
Beri sapa dan salam kepada klien secara
terbuka dan sopan.
b. Klien diminta menyebutkan identitas
c. Tanyakan kepada klien apa yang perlu
dibantu.
d. Tanyakan kepada klien informasi tentang
dirinya, termasuk :
 Riwayat reproduksi : riwayat kehamilan, riwayat abortus, jumlah anak hidup, kapan
menarche, kapan hari pertama haid terakir (HPMT), apakah haid teratur, apakah jumlah
darah haid banyak.
 Pengalaman kontrasepsi : pernah menggunakan kontrasepsi jenis apa, adakah efek
samping.
 Pengetahuan tentang KB.

2
 Tujuan dan kepentingan menggunakan KB.
 Harapan : berapa jumlah anak yang diharapkan, kapan ingin punya anak kembali.
 Keadaan kesehatan.
 Kehidupan keluarganya.
e. Tanyakan kepada klien mengenai pilihannya dan beritahu beberapa pilihan yang paling
sesuai untuk dirinya.
f. Bantulah klien menentukan pilihannya. Doronglah klien untuk mengajukan pertanyaan.
Tanyakan juga apakah pasangannya akan memberikan dukungan dengan pilihan tersebut.
Jika memungkinkan, diskusikan pilihan tersebut dengan pasangannya.
g. Jelaskan secara lengkap bagaimana menggunakan kontrasepsi pilihannya.
h. Yakinkan apakah klien sudah memahami semua penjelasan tersebut.
i. Jadwalkan kunjungan ulang untuk memastikan klien telah nyaman dengan metode yang
dipilihnya. Klien diinstruksikan untuk datang di luar jadwal bila terjadi masalah/ keluhan
berkaitan dengan metode pilihannya.

2. PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIS (INFORMED CONSENT)


Setiap pemakaian kontrasepsi harus memperhatikan hak-hak reproduksi individu dan
pasangannya, sehingga harus diawali dengan pemberian informasi yang lengkap. Informasi
yang diberikan harus selengkap-lengkapnya, jujur dan benar.
Jika kontrasepsi yang dipilih klien memerlukan tindakan medis, misalnya kontrasepsi
mantap, surat persetujuan tindakan medis (Informed consent) diperlukan. Yang dimaksud
dengan Informed consent adalah persetujuan yang diberikan oleh klien dan keluarganya
(dalam hal ini adalah pasangannya), dalam keadaan sadar dan sehat mental, atas dasar
informasi dan penjelasan mengenai tindakan medis yang akan dilakukan terhadap klien
tersebut.

3. PENAPISAN KLIEN
Tujuan :
a. Untuk menentukan apakah terdapat keadaan yang memerlukan perhatian khusus
(misalnya adanya kontraindikasi terhadap satu jenis kontrasepsi).
b. Untuk menentukan adakah masalah yang memerlukan pengamatan dan pengelolaan lebih
lanjut (misalnya penyakit diabetes atau hipertensi).

3
c. Untuk menentukan apakah pasien dapat ditangani sendiri atau perlu rujukan.

Klien diyakini tidak hamil jika :


a. Tidak senggama sejak haid terakhir.
b. Sedang memakai metode efektif secara baik dan benar.
c. Saat ini di dalam 7 hari pertama haid terakhir.
d. Dalam 4 minggu pasca persalinan atau 7 hari pasca abortus.
e. Menyusui dan tidak haid.

Untuk memastikan klien tidak hamil, lakukan test kehamilan dengan sensitivitas tinggi.
Jika tidak tersedia tes kehamilan yang sensitif, klien dianjurkan memakai kontrasepsi barier
sampai haid berikutnya.
Untuk menentukan klien aman untuk menggunakan kontrasepsi metode hormonal (pil
kombinasi, pil progestin, suntikan dan susuk), disusun daftar tilik (checklist) dengan
pertanyaan :
- Kehamilan
- Hari pertama haid terakhir 7 hari yang lalu atau lebih.
- Masih menyusui dan <6 minggu pasca persalinan.
- Perdarahan/ perdarahan bercak (spotting) di antara masa haid atau setelah senggama.
- Ikterus
- Nyeri kepala hebat atau gangguan visual.
- Nyeri hebat pada betis, paha atau dada atau edema tungkai.
- Tekanan darah sistolik >160 mmHg atau diastolik >90 mmHg.
- Terdapat massa atau benjolan pada payudara.
- Sedang minum obat anti kejang (epilepsi).
- AKDR (semua jenis pelepas tembaga dan progestin).
- Klien (atau pasangannya) mempunyai pasangan seks lain.
- Infeksi Menular Seksual (IMS).
- Penyakit radang panggul
- Haid banyak (lebih dari 1-2 pembalut tiap 4 jam) atau lama (>8 hari).
- Dismenore berat yang membutuhkan analgetik dan atau tirah baring.
- Gejala penyakit jantung valvular atau kongenital.

4
Jika jawaban dari sebagian besar pertanyaan di atas adalah TIDAK dan tidak terdapat
kehamilan, maka dapat diteruskan konseling kontrasepsi. Jika jawaban banyak yang YA,
berarti klien perlu dievaluasi sebelum keputusan terakhir dibuat.
Untuk menentukan klien aman untuk menggunakan kontrasepsi metode mantap
(tubektomi) disusun daftar tilik (checklist) dengan pertanyaan dalam tabel di bawah ini :
Tabel 1. Ceklis Penapisan Klien untuk metode Kontrasepsi Hormonal
Keadaan klien Dapat dilakukan pada Dilakukan di fasilitas rujukan
fasilitas rawat jalan
Keadaan umum Keadaan umum baik, tidak Terdapat diabetes tidak terkontrol,
terdapat penyakit jantung, riwayat gangguan pembekuan
paru atau ginjal. darah, terdapat penyakit jantung,
paru dan ginjal.
Keadaan emosional Tenang Cemas, takut
Tekanan darah < 160/100 mmHg ≥ 160/100 mmHg
Berat badan 35-85 kg <35 kg atau >85 kg
Riwayat operasi Bekas seksio sesaria (tanpa Operasi abdomen lainnya, terdapat
abdomen/ panggul perlekatan) perlekatan atau kelainan pada
pemeriksaan panggul
Riwayat radang Pemeriksaan dalam normal Terdapat kelainan pada
panggul, kehamilan pemeriksaan dalam
ektopik, apendisitis
Anemia Hb ≥ 8 g/dL Hb < 8 g/dL

Untuk menentukan klien aman untuk menggunakan kontrasepsi metode mantap


(vasektomi) disusun daftar tilik (checklist) dengan pertanyaan :
Tabel 2. Ceklis Penapisan Klien untuk metode Vasektomi
Keadaan klien Dapat dilakukan pada Dilakukan di fasilitas rujukan
fasilitas rawat jalan
Keadaan umum Keadaan umum baik, tidak Terdapat diabetes tidak terkontrol,
terdapat penyakit jantung, riwayat gangguan pembekuan
paru atau ginjal. darah, terdapat penyakit jantung,
paru dan ginjal.
Keadaan emosional Tenang Cemas, takut
Tekanan darah < 160/100 mmHg ≥ 160/100 mmHg
Berat badan 35-85 kg <35 kg atau >85 kg
Infeksi atau kelainan Normal Terdapat tanda infeksi atau ada
skrotum/ inguinal kelainan
Anemia Hb ≥ 8 g/dL Hb < 8 g/dL

5
Metode amenore laktasi dan sistem kalender tidak memerlukan penapisan klien. Untuk
klien yang ingin memakai kontrasepsi jangka panjang (suntikan, implant atau AKDR) dan sudah
lebih dari 6 bulan pasca persalinan, harus dilakukan pemeriksaan dalam dan tes kehamilan
untuk menyingkirkan kehamilan.

D. JENIS-JENIS KONTRASEPSI
Metode kontrasepsi dibagi menjadi kelompok-kelompok yang meliputi:
1. Metode amenore laktasi
2. Keluarga berencana alamiah
3. Senggama terputus
4. Metode barier
5. Kontrasepsi kombinasi
6. Kontrasepsi progestin
7. AKDR atau IUD (Intra Uterine Device)
8. Implant
9. Kontrasepsi mantap

1. METODE AMENORE LAKTASI (MAL)


- Adalah metoda kontrasepsi dengan mengandalkan pemberian ASI sebagai usaha alamiah
untuk menjarangkan kehamilan.
- Cara kerja : penundaan/ penekanan ovulasi.
- Metode Amenore Laktasi efektif sampai 98% hingga 6 bulan pertama pasca persalinan
bila memenuhi persyaratan :
a. Ibu menyusui secara penuh (eksklusif).
b. Perdarahan sebelum 56 hari pasca persalinan dapat diabaikan (belum dianggap haid)
c. Bayi menghisap secara langsung.
d. Menyusui dimulai 30 menit sampai 1 jam setelah bayi lahir (Inisiasi Menyusu Dini).
e. Kolostrum diberikan kepada bayi.
f. Pola menyusui on demand dan dari kedua payudara.
g. Sering menyusui selama 24 jam (termasuk malam hari).
h. Hindari jarak menyusui lebih dari 4 jam.
- Keuntungan :

6
a. Efektifitas tinggi (sampai 98% bila persyaratan terpenuhi).
b. Segera efektif.
c. Tidak mengganggu senggama.
d. Tidak ada efek samping sistemik.
e. Tidak perlu pengawasan medis.
f. Tidak perlu obat atau alat.
g. Tanpa biaya.
h. Keuntungan nonkontrasepsi (untuk bayi dan ibu).
- Keterbatasan :
a. Perlu persiapan dan perawatan payudara sejak hamil agar dapat segera menyusui
dan produksi ASI baik.
b. Kesulitan dilaksanakan karena kondisi sosial (misalnya ibu harus bekerja dan
terpisah dari bayi lebih dari 6 jam).
c. Efektifitas tinggi hanya sampai 6 bulan dan bila persyaratan terpenuhi.
- Klien harus dibantu memilih metode lain, dengan tetap didorong untuk melanjutkan
pemberian ASI, bila :
a. Bayi sudah mendapat makanan tambahan.
b. Bayi menyusu tidak sering (on demand).
c. Haid sudah kembali.
d. Bayi telah berumur 6 bulan atau lebih.
- Instruksi yang harus diberikan kepada klien :
a. Seberapa sering harus menyusui : bayi disusui on demand (menurut kebutuhan bayi).
b. Tetap menyusui meski ibu/ bayi sedang sakit.
c. Sampai 6 bulan, bayi hanya diberi ASI saja. Jika ibu menambahkan makanan
tambahan/ susu formula, bayi akan kurang sering menghisap sehingga menyusui tidak
lagi efektif sebaga metode kontrasepsi.
d. Pengeluaran ASI harus disusukan, dan bukan dipompa.
e. Jika ibu mendapat haid, itu pertanda ibu subur kembali dan harus mulai menggunakan
metode KB yang lebih efektif.
f. Metode amenore laktasi hanya efektif sampai dengan 6 bulan setelah melahirkan.
Setelah 6 bulan harus diganti/ dilanjutkan dengan metoda yang lain.

7
g. Setelah bayi berusia 6 bulan, kembalinya kesuburan mungkin didahului haid, tetapi
dapat juga tanpa didahului haid.
h. Efek ketidaksuburan karena menyusui sangat dipengaruhi oleh aspek : cara menyusui,
frekuensi menyusui, lamanya setiap kali menyusui, jarak antara menyusui dan
kesungguhan menyusui.

2. KBA (KELUARGA BERENCANA ALAMIAH) – SISTEM KALENDER – PANTANG


BERKALA
- Adalah metoda kontrasepsi dimana pasangan secara sukarela menghindari senggama
pada masa subur ibu.
- Cara kerja :
a. Metode lendir serviks (Metode Ovulasi Billings/ MOB)
 Mengenali masa subur dan masa ketidaksuburan dengan memantau lendir serviks
yang keluar dari vagina. Pengamatan dilakukan sepanjang hari dan dicatat pada
malam harinya. Lendir diperiksa dengan jari tangan di luar vagina dan perhatikan
perubahan ”hari kering-basah”. Hari-hari subur ditandai dengan keluarnya lendir
serviks cukup banyak, jernih, licin, mulur sehingga pada hari-hari itu ibu
merasa ”lebih basah”. Pada hari-hari basah, pasangan diinstruksikan untuk
abstinensia.

Gambar 1. Metode Ovulasi Billings (MOB)

b. Metode suhu basal.


 Mengenali masa subur dengan mengukur suhu badan basal pada waktu yang
sama setiap pagi (sebelum bangkit dari tempat tidur) secara teliti menggunakan
termometer suhu basal yang dapat mendeteksi perubahan suhu sampai 0.1oC.

8
 Abstinensia mulai dari awal siklus haid sampai sore hari ketiga berturut-turut
setelah suhu berada di atas garis pelindung pada kurva suhu basal.
 Cara ini mempunyai kelemahan, yaitu kegagalan cukup tinggi (>20%) dan waktu
pantang yang lebih lama.
c. Metode Simtomtermal.
 Merupakan kombinasi kedua cara di atas.

- Syarat :
a. Siklus haid teratur.
b. Ibu harus tahu dengan pasti kapan masa suburnya.
- Keuntungan :
a. Efektif bila dipakai dengan tertib.
b. Tidak ada efek samping sistemik.
c. Tanpa biaya.
d. Manfaat nonkontrasepsi (meningkatkan keterlibatan suami dan komunikasi suami istri,
menambah pengetahuan reproduksi).
e. Dapat dipergunakan oleh klien dengan keyakinan (agama, filosofi), kebiasaan
(merokok) atau kondisi kesehatan tertentu tidak memungkinkan menggunakan
metode kontrasepsi yang lain (kurus/ gemuk, hipertensi sedang, varises, dismenorea,
sakit kepala sedang atau hebat, mioma uteri, endometritis, kista ovarii, anemia
defisiensi besi, hepatitis, malaria, trombosis).
- Keterbatasan :
a. Efektifitas tergantung kemauan dan disiplin pasangan suami istri.
b. Efektifitas sedang (9-20 kehamilan per 100 perempuan dalam tahun pertama
pemakaian).
c. Perlu pelatihan dan pencatatan dengan baik.
d. Ibu harus mampu mengenali masa subur dan menyediakan alat bantu (buku catatan,
termometer suhu basal).
e. Perlu abstinensia selama masa subur ibu.
f. Infeksi vagina membuat lendir serviks sulit dinilai.
g. Kecukupan tidur ibu dan aktifitas ibu di malam hari (misalnya bangun karena
menyusui) mempengaruhi suhu basal ibu keesokan harinya.

9
Gambar 2. Metode KB alamiah – Pantang Berkala

- Yang tidak boleh menggunakan KBA :


a. Klien yang dari segi umur, paritas atau masalah kesehatan membuat kehamilan
menjadi suatu kondisi risiko tinggi.
b. Belum mendapat haid (kecuali MOB).
c. Siklus haid tidak teratur (kecuali MOB).
d. Pasangan tidak dapat bekerja sama (abstinensi) selama waktu tertentu.
e. Klien yang tidak suka menyentuh daerah genitalianya.
- Instruksi yang harus diberikan kepada klien :
Untuk menjamin keamanan pada awal belajar, pasangan diminta secara penuh tidak
bersenggama pada satu siklus haid untuk mengenali pola kesuburan dan ketidaksuburan.

10
3. SENGGAMA TERPUTUS (COITUS INTERUPTUS)
- Adalah metode KB tradisional di mana pria mengeluarkan penis dari vagina sebelum
ejakulasi.
- Cara kerja : sperma tidak masuk ke dalam vagina sehingga tidak terjadi pertemuan
antara sperma dengan ovum.
- Syarat : tidak memerlukan persyaratan tertentu.
- Efektifitas : angka kehamilan 4-18 kehamilan/ 100 perempuan/ tahun.
- Keterbatasan :
a. Efektifitas tergantung pada kesediaan pasangan untuk melaksanakannya.
b. Memerlukan motivasi kuat (terutama pihak suami).
c. Efektifitas jauh menurun bila sperma masih menempel pada penis sejak ejakulasi
terakhir.
- Yang boleh menggunakan metode koitus interuptus adalah pasangan yang :
a. Suami sanggup berpartisipasi aktif.
b. Motivasi kontrasepsi kuat.
c. Memerlukan kontrasepsi segera.
d. Memerlukan metode sementara, sambil menunggu metode yang lain.
e. Melakukan hubungan seksual yang tidak teratur.
f. Tidak dapat menggunakan metode yang lain.
- Yang tidak boleh menggunakan metode ini :
a. Suami dengan pengalaman ejakulasi dini.
b. Suami sulit melakukan metode ini.
c. Suami memiliki kelainan fisik atau psikologis.
d. Ibu dengan pasangan yang tidak kooperatif.
e. Pasangan yang kurang dapat berkomunikasi.
- Instruksi yang harus diberikan kepada klien :
a. Kerja sama dan saling perngertian.
b. Sebelum berhubungan, suami diminta mengosongkan kandung kemih dan
membersihkan ujung penis untuk menghilangkan sperma dari ejakulasi sebelumnya.
c. Dipastikan suami tidak terlambat mengeluarkan penis dari vagina.
d. Tidak dianjurkan pada masa subur.

11
4. METODE BARIER
a. Kondom
- Cara kerja : menghalangi pertemuan sperma dan ovum, mencegah penularan IMS.
- Efektifitas : cukup efektif, angka kegagalan 2-12 kehamilan/ 100 perempuan/ tahun.
- Penapisan klien pengguna kondom :
1) Merupakan metode pilihan sementara bila metode kontrasepsi pilihan harus
ditunda.
2) Motivasi kontrasepsi (terutama suami) cukup kuat.
3) Memerlukan kontrasepsi segera.
4) Memerlukan kontrasepsi tambahan.
5) Hanya ingin menggunakan kontrasepsi bila berhubungan.
6) Berisiko tinggi tertular/ menularkan IMS.
- Keterbatasan :
1) Cara penggunaan sangat mempengaruhi efektifitas.
2) Agak mengganggu hubungan seksual.
3) Kesulitan untuk mempertahankan ereksi.
4) Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual.
5) Beban psikologis : sungkan membeli kondom di tempat umum.
6) Tidak sesuai untuk pria yang :
 Pasangannya berisiko tinggi bila terjadi kehamilan.
 Alergi terhadap bahan dasar kondom.
 Menginginkan kontrasepsi jangka panjang.
 Tidak mau terganggu dengan berbagai persiapan sebelum melakukan
hubungan seksual.
- Instruksi yang harus disampaikan kepada klien :
1) Jangan menggunakan gigi atau benda tajam untuk membuka kemasan kondom.
2) Pemasangan kondom harus dilakukan sebelum penetrasi.
3) Kondom dilepas sebelum ereksi menghilang.

12
Gambar 3. Kontrasepsi Barier
b. Diafragma :
- Adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari lateks yang diinsersikan ke dalam
vagina sebelum berhubungan seksual sehingga akan menutupi serviks. Sering
diaplikasikan bersama spermisida. Bisa diinsersikan sampai 6 jam sebelum
berhubungan, sehingga tidak mengganggu hubungan seksual.
- Cara kerja : menahan sperma agar tidak mencapai saluran reproduksi bagian atas
(uterus dan tuba).
- Efektifitas : sedang, angka kegagalan 6-18 kehamilan/100 perempuan/tahun.
- Penapisan klien pengguna diafragma :
1) Tidak menginginkan/ terdapat kontraindikasi metode kontrasepsi hormonal
(misalnya perokok, usia >35 tahun) atau AKDR.
2) Menyusui dan memerlukan kontrasepsi segera.
3) Memerlukan proteksi terhadap IMS.
4) Merupakan metode sementara, sambil menunggu metode pilihannya.
- Keterbatasan :
1) Efektifitas tergantung pada cara penggunaan dan ketepatan pemasangan.
2) Perlu motivasi kuat (terutama isteri) dan pengertian suami.
3) Dapat menjadi penyebab infeksi.
4) Sampai 6 jam pasca hubungan seksual, alat masih harus berada di posisinya.
5) Tidak sesuai untuk klien yang :
 Berdasarkan umur dan paritas serta masalah kesehatan menyebabkan kehamilan
menjadi berisiko tinggi.
 Mengalami/ mempunyai riwayat ISK dan penyakit inflamasi pelvis.

13
 Tidak stabil secara psikis.
 Tidak suka menyentuh area genitalnya.
 Mempunyai riwayat Toxic Shock Syndrome.
 Menginginkan kontrasepsi jangka panjang.
 Dugaan alergi bahan diafragma atau spermisida.
- Efek samping :
1) Alergi bahan diafragma atau spermisida.
2) Nyeri karena tekanan terhadap rektum atau kandung kemih.
3) Infeksi.
4) Cairan vagina berlebihan dan berbau.
5) Toxic Shock Syndrome.

c. Spermisida :
- Cara kerja : menyebabkan membran sel sperma pecah, memperlambat gerakan
sperma, menurunkan kemampuan konsepsi.
- Dikemas dalam bentuk aerosol (semprot, busa), tablet vaginal, supositoria, dissolvable
film, atau krim.
- Penapisan klien pengguna spermisida : sama seperti klien pengguna diafragma.
- Kelebihan :
1) Efektif seketika.
2) Meningkatkan lubrikasi selama hubungan seksual.
- Keterbatasan :
1) Efektifitas kurang (3-21 kehamilan/100 perempuan/tahun), tergantung cara
penggunaan.
2) Perlu motivasi kuat dan berkelanjutan.
3) Harus menunggu 10-15 menit setelah aplikasi sebelum melakukan hubungan
seksual.
4) Efektifitas aplikasi hanya 1-2 jam.
5) Tidak sesuai untuk klien yang : (sama seperti diafragma).
- Efek samping :
1) Iritasi vagina.
2) Iritasi penis & tidak nyaman.

14
3) Rasa panas di vagina.
4) Kegagalan larut (tablet/ supositoria).

5. KONTRASEPSI KOMBINASI
a. Pil kombinasi :
 Efektif dan reversibel.
 Kombinasi estrogen dan progesteron.
 Harus diminum setiap hari.
 Tidak dianjurkan pada ibu menyusui.
 Cara kerja :
- Menekan ovulasi
- Mencegah implantasi
Gambar 4. Pil Kombinasi
- Mengentalkan lendir serviks
- Mengganggu pergerakan tuba.
 Jenis :
1) Monofasik : terdiri atas 21 tablet mengandung hormon estrogen & progestin dalam
dosis sama, dengan 7 tablet plasebo.
2) Bifasik : terdiri atas 21 tablet mengandung hormon estrogen & progestin dengan 2
dosis berbeda, dengan 7 tablet plasebo.
3) Trifasik : terdiri atas 21 tablet mengandung hormon estrogen & progestin dengan 3
dosis berbeda, dengan 7 tablet plasebo.
 Kelebihan :
1) Efektifitas tinggi bila digunakan setiap hari (1 kehamilan/ 1000 perempuan/ tahun).
2) Efek samping sangat jarang.
3) Dapat dipakai semua ibu usia reproduksi, baik nullipara maupun multipara.
4) Dapat mulai diminum setiap saat bila yakin tidak hamil.
5) Dapat dipakai sebagai kontrasepsi darurat.
6) Tidak mengganggu hubungan seksual.
7) Siklus haid menjadi teratur, jumlah darah haid berkurang (mencegah anemia),
mengurangi keluhan saat haid.
8) Dapat digunakan jangka panjang selama masih ingin mencegah kehamilan.
9) Mudah dihentikan setiap saat.

15
10) Kesuburan segera kembali setelah penggunaan dihentikan.
11) Membantu mencegah : kehamilan ektopik, kanker ovarium dan endometrium,
kista ovarium, penyakit radang panggul, kelainan jinak pada payudara, dismenore,
akne.
 Keterbatasan :
1) Mahal dan membosankan karena harus dikonsumsi setiap hari.
2) Tidak dapat diberikan pada klien yang menyusui.
3) Efek samping :
- Depresi dan perubahan mood, sehingga mengurangi keinginan untuk
berhubungan seksual.
- Mual (terutama 3 bulan pertama).
- Perdarahan bercak (terutama 3 bulan pertama).
- Pusing, nyeri payudara.
- Peningkatan berat badan.
- Meningkatkan tekanan darah dan retensi cairan sehingga meningkatkan
risiko stroke dan trombosis.
 Kontraindikasi :
1) Hamil/ dicurigai hamil.
2) Menyusui.
3) Perdarahan pervaginam yang tidak diketahui sebabnya.
4) Penyakit hati akut.
5) Perokok, dengan usia > 35 tahun.
6) Riwayat penyakit jantung, stroke, atau hipertensi.
7) Riwayat gangguan faktor pembekuan darah.
8) Riwayat diabetes >20 tahun atau diabetes dengan komplikasi.
9) Kanker payudara/ dicurigai kanker payudara.
10) Migrain atau gejala neurologik fokal (epilepsi/ riwayat epilepsi).
11) Tidak dapat menggunakan pil secara teratur setiap hari.
 Waktu mulai menggunakan pil :
1) Setiap saat selagi haid.
2) Hari I-VII siklus haid.

16
3) Boleh menggunakan pada hari ke-8, tetapi perlu menggunakan metode lain
(misalnya kondom) mulai hari ke-8 sampai hari ke-14 atau tidak melakukan
hubungan seksual sampai menghabiskan paket pil tersebut.
4) Setelah melahirkan :
- Setelah 6 bulan pemberian ASI eksklusif
- Setelah 3 bulan dan tidak menyusui.
- Pasca abortus (segera, atau dalam waktu 7 hari).
5) Bila berhenti menggunakan kontrasepsi injeksi berganti pil kombinasi.
 Contoh preparat : Microgynon

b. Suntikan kombinasi :
 Kombinasi antara estrogen dan progesteron.
 Disuntikkan intramuskuler.
 Cara kerja : menekan ovulasi, atrofi endometrium sehingga mencegah implantasi,
mengentalkan lendir serviks, mengganggu pergerakan tuba sehingga transportasi
gamet terganggu.
 Contoh preparat : 25 mg Depo Medroxyprogesterone asetat dan 5 mg estradiol
sipionat / Cyclofem (disuntikkan 1 bulan sekali).
 Penapisan klien yang boleh menggunakan suntikan kombinasi :
1) Menyusui, pascapersalinan >6 bulan.
2) Pascapersalinan dan tidak menyusui.
3) Klien dengan anemia, nyeri haid hebat, haid teratur, riwayat kehamilan ektopik,
sering lupa menggunakan pil kontrasepsi.
 Kelebihan :
1) Sangat efektif (kehamilan 0.1-0.4 kehamilan per 100 perempuan/ tahun), terjadi
perubahan pola haid.
2) Merupakan kontrasepsi jangka panjang.
3) Risiko terhadap kesehatan kecil.
4) Tidak berpengaruh pada hubungan suami isteri.
5) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam.

17
6) Membantu mencegah : kanker ovarium dan endometrium, tumor jinak payudara
dan kista ovarium, mengurangi dismenorea dan jumlah darah haid, kehamilan
ektopik, radang panggul.
 Keterbatasan :
1) Terjadi perubahan pola haid (tidak teratur, spotting, perdarahan sela).
2) Mual, pusing, nyeri payudara (terutama pada suntikan pertama).
3) Tergantung pada pelayanan kesehatan.
4) Efektifitas berkurang bila diberikan bersama obat : antikejang (fenitoin, barbiturat),
tuberkulosis (rifampisin).
5) Dapat terjadi efek samping serius (serangan jantung, stroke, trombosis).
6) Penambahan berat badan.
7) Kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan setelah penghentian pemakaian.
 Kontraindikasi : (sama dengan kontraindikasi pil kombinasi).

6. KONTRASEPSI PROGESTIN
a. Suntikan Progestin :
 Kelebihan :
1) Sangat efektif (suntikan sesuai jadwal).
2) Efek jangka panjang.
3) Aman, tidak mengandung estrogen sehingga tidak berakibat buruk terhadap
jantung dan gangguan pembekuan darah.
4) Tidak menekan produksi ASI.
5) Dapat dipakai oleh semua perempuan dalam usia reproduksi.
6) Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri.
7) Membantu mencegah : kanker endometrium, kehamilan ektopik, tumor jinak
payudara, radang panggul.
 Cara kerja : menekan ovulasi, mencegah implantasi, mengentalkan lendir serviks,
mengganggu pergerakan tuba.
 Keterbatasan :
1) Kembalinya kesuburan lebih lambat karena lambatnya pelepasan obat dari deponya
(rata-rata 4 bulan).

18
2) Sering terjadi gangguan haid (siklus memendek/ memanjang, perdarahan banyak/
sedikit, spotting, amenore).
3) Tergantung pada sarana pelayanan kesehatan.
4) Peningkatan berat badan.
5) Penggunaan jangka panjang : perubahan profil lipid serum, sedikit menurunkan
kepadatan tulang, kekeringan pada vagina, menurunkan libido, gangguan emosi,
sakit kepala, jerawat.
 Indikasi :
1) Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dengan efektifitas tinggi.
2) Telah cukup anak, tapi belum menghendaki tubektomi.
3) Terdapat problem kesehatan yang menyebabkan tidak dapat memakai kontrasepsi
yang mengandung estrogen.
4) Sering lupa mengkonsumsi pil kontrasepsi.
5) Mendekati usia menopause yang tidak mau atau tidak boleh menggunakan pil
kontrasepsi kombinasi.
 Kontraindikasi :
1) Hamil atau dicurigai hamil (risiko kecacatan janin 7 per 100000 kelahiran).
2) Perdarahan pervaginam yang belum jelas sebabnya.
3) Kanker payudara/ riwayat kanker payudara.
4) DM dengan komplikasi.
5) Penyakit hati akut, penyakit jantung dan stroke.
 Instruksi yang harus diberikan kepada klien :
- Kapan harus kembali untuk mendapatkan suntikan.
- Bila klien tidak dapat kembali pada jadwal yang ditentukan, suntikan dapat
diberikan sampai 2 minggu sebelum jadwal atau sampai 2 minggu setelah jadwal
asal dipastikan tidak terjadi kehamilan.
- Diminta untuk memeriksakan diri jika : nyeri berat pada abdomen bagian bawah,
terjadi abses di tempat injeksi, sakit kepala berat dan berulang, penglihatan kabur,
perdarahan berat (2 kali lebih panjang dari masa haid atau 2 kali lebih banyak
dalam 1 periode masa haid), peningkatan/ penurunan berat badan yang berlebihan.
 Contoh preparat : Depo Provera (disuntikkan im 3 bulan sekali), Depo Noristerat
(disuntikkan im 2 bulan sekali)

19
b. Pil Progestin :
 Cocok untuk ibu menyusui.
 Tidak menurunkan produksi ASI.
 Sangat efektif pada masa laktasi.
 Cara kerja :
- Menekan sekresi gonadotropin
- Mencegah implantasi
- Mengentalkan lendir serviks
- Mengubah motilitas tuba
 Kelebihan :
1) Sangat efektif, dengan syarat : tidak lupa mengkonsumsi pil, tablet digunakan pada
saat yang sama setiap hari (malam hari).
2) Tidak mengganggu hubungan seksual
3) Tidak mempengaruhi produksi ASI
4) Kesuburan cepat kembali
5) Sedikit efek samping
6) Dapat dihentikan setiap saat
7) Tidak mengandung estrogen
8) Dapat menjadi kontrasepsi darurat
 Keterbatasan :
1) Harus dikonsumsi setiap hari pada saat yang sama
2) Efektifitas berkurang jika : lupa mengkonsumsi, interaksi dengan obat lain
(misalnya mukolitik, anti tuberkulosis, anti epilepsi)
3) Efek samping : gangguan haid, peningkatan/ penurunan berat badan, payudara
tegang, mual, pusing, dermatitis, jerawat, hirsutisme.
 Kontraindikasi :sama dengan kontraindikasi suntikan Progestin
 Instruksi untuk klien :
- Minum minipil pada saat yang sama setiap hari.
- Bila muntah dalam 2 jam setelah minum pil, minumlah pil yang lain atau gunakan
metode barier dalam 48 jam berikutnya.
- Bila terlambat minum lebih dari 3 jam, minumlah begitu ingat dan gunakan metode
barier selama 48 jam berikutnya.

20
- Bila lupa minum 1 atau 2 pil, minumlah segera pil yang terlupa dan gunakan
metode pelindung sampai akhir bulan.
- Periksakan diri bila : terlambat haid setelah beberapa bulan sebelumnya haid
teratur (kemungkinan kehamilan), nyeri perut hebat (kemungkinan kehamilan
ektopik), gangguan penglihatan, nyeri kepala hebat.
 Contoh preparat : 300 mcg Levonorgestrel (kemasan 35 pil), 75 mcg Norgestrel
(kemasan 28 pil).

1. KONTRASEPSI IMPLANT
 Efektif 5 tahun (Norplant) dan 3 tahun (Implanon)
 Aman dipergunakan pada masa laktasi.
 Cara kerja : menekan ovulasi, mencegah implantasi, mengentalkan lendir serviks,
pergerakan tuba terganggu
 Kelebihan :
1) Perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun).
2) Kesuburan cepat kembali setelah pencabutan.
3) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam.
4) Bebas estrogen.
5) Tidak mengganggu hubungan seksual.
6) Dapat dicabut setiap saat sesuai kebutuhan.
 Keterbatasan :
1) Efek samping : perih, bengkak, lebam dan nyeri di daerah insersi, perdarahan tak
teratur (spotting), amenorea.
2) Klien tidak dapat menghentikan sendiri penggunaan implant, membutuhkan tindakan
bedah minor untuk pencabutan.
3) Efektifitas menurun bila terjadi interaksi dengan obat lain (anti tuberkulosis, anti
epilepsi).
 Instruksi pasca pemasangan :
- Daerah insersi harus tetap kering dan bersih dalam 48 jam pertama.
- Hindari benturan, gesekan atau penekanan di daerah insersi.
- Balutan hingga 48 jam, plester hingga 5 hari sampai luka sembuh.
- Efek kontrasepsi timbul beberapa jam setelah pemasangan.

21
- Memeriksakan diri jika terjadi : ekspulsi batang implant, infeksi luka insisi, amenore
dengan nyeri perut bawah, perdarahan banyak, nyeri pada lengan, sakit kepala
hebat, penglihatan kabur, nyeri dada.
 Contoh preparat : Norplant (6 batang, dicabut setelah 5 tahun), Implanon (1 batang,
dicabut setelah 3 tahun), Implan-2 (dicabut setelah 2 tahun)

Gambar 5. Kontrasepsi Implant

2. ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR)


 Sangat efektif, reversibel, jangka panjang.
 Dapat dipakai oleh semua wanita usia reproduksi.
 Cara kerja :
- Menghambat kemampuan sperma masuk ke tuba.
- Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum masuk kavum uteri.
- Mencegah sperma dan ovum bertemu.
- Mencegah implantasi.
 Kelebihan :
- Sangat efektif (0.6-0.8 kehamilan/100 perempuan/tahun).
- Dapat segera efektif setelah pemasangan.
- Jangka panjang (TCu380A sampai 10 tahun)
- Tidak mempengaruhi hubungan seksual.
- Tidak ada efek samping hormonal.
- Tidak mempengaruhi produksi ASI.

22
- Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau abortus (bila tidak ada infeksi) atau
sebagai kontrasepsi darurat (1-5 hari setelah senggama yang tidak terlindungi).
- Tidak ada interaksi dengan obat.
 Keterbatasan :
1) Efek samping pemasangan : sakit dan kram 3-5 hari setelah pemasangan, perforasi
uterus.
2) Efek samping pemakaian :
- Haid lebih lama dan banyak.
- Spotting di antara menstruasi.
- Dismenorea.
- Benang terputus.
- Infeksi
3) Diperlukan prosedur medis yang kurang nyaman untuk pemasangannya.
4) Tidak dapat melepas AKDR sendiri bila ingin berhenti menggunakannya.
5) Kemungkinan ekspulsi spontan (terutama bila AKDR dipasang segera sesudah
melahirkan)
6) Klien harus memeriksa posisi benang dari waktu ke waktu.
 Kontraindikasi :
1) Hamil atau dicurigai hamil
2) Perdarahan pervaginam yang belum/ tidak diketahui sebabnya.
3) Infeksi genital
4) Wanita yang sering berganti pasangan.
5) Kelainan bentuk uterus bawaan.
6) Tumor rahim yang dapat mempengaruhi bentuk kavum uteri.
7) Penyakit trofoblas ganas.
8) Ukuran kavum uteri kurang dari 5 cm.
 Instruksi yang harus disampaikan kepada klien :
- Kembali kontrol 4-6 minggu setelah pemasangan AKDR.
- Memeriksa benang AKDR secara rutin, terutama setelah menstruasi, jika terjadi
spotting di antara menstruasi atau setelah senggama, keluhan kram perut bagian
bawah, nyeri saat senggama, pasangan merasakan tidak nyaman selama melakukan
hubungan seksual.

23
- TCu380A dilepas setelah 10 tahun, atau lebih awal jika dikehendaki.
- Kembali ke klinik bila : tidak dapat meraba benang AKDR, merasakan bagian yang
keras dari AKDR, AKDR terlepas, terjadi gangguan siklus haid, terjadi pengeluaran
cairan vagina berlebihan/ berbau/ berwarna abnormal, terjadi infeksi.
 Contoh : Progestin-releasing IUD (Mirena), Copper-Releasing IUD (Nova T), TCu-380A
(Andalan)

Gambar 6. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

3. KONTRASEPSI MANTAP
a. Tubektomi :
- Sangat efektif dan permanen.
- Tindakan pembedahan aman dan sederhana, tidak ada efek samping.
- Mekanisme kerja : oklusi tuba (mengikat dan memotong/ memasang cincin)
sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum.
- Jenis : Mini laparotomi, laparoskopi
b. Vasektomi :
- Sangat efektif dan permanen.
- Tidak ada efek samping.
- Tindakan bedah aman dan sederhana.
- Efektif setelah 20 kali ejakulasi (3 bulan).
- Cara kerja : oklusi vas deferens sehingga transportasi sperma terhambat dan proses
fertilisasi tidak terjadi.

24
E. KONTRASEPSI UNTUK WANITA BERUSIA LEBIH DARI 35 TAHUN
 Memerlukan kontrasepsi yang aman dan efektif karena kelompok usia ini akan mengalami
peningkatan morbiditas dan mortalitas jika mereka hamil.
Tabel 4. Kontrasepsi Untuk Wanita Berusia Lebih Dari 35 Tahun
Metode Kontrasepsi Pertimbangan
Pil kombinasi/ suntikan kombinasi  Sebaiknya tidak digunakan untuk wanita >35
tahun yang perokok.
 Perokok berat (>20 batang/ hari) jangan
menggunakan pil/ suntikan kombinasi.
 Pil kombinasi dosis rendah dapat berfungsi
sebagai terapi sulih hormon pada masa
perimenopause.
Kontrasepsi Progestin (Implant,  Dapat digunakan pada masa perimenopause
suntikan Progestin, pil Progestin) (40-50 tahun).
 Dapat digunakan wanita >35 tahun dan
perokok.
 Implant dapat digunakan untuk wanita >35
tahun yang menginginkan kontrasepsi jangka
panjang tapi belum siap untuk kontrasepsi
mantap.
AKDR  Dapat digunakan wanita >35 tahun yang
tidak terpapar infeksi saluran reproduksi dan
infeksi menular seksual (IMS).
 AKDR Cu dan Progestin sangat efektif, tidak
perlu tindak lanjut, dan efek jangka panjang
(TCu 380A efektif sampai 10 tahun).
Kondom  Merupakan satu-satunya metode kontrasepsi
yang dapat mencegah infeksi saluran
reproduksi dan IMS.
 Perlu motivasi tinggi dari pasangan.
Kontrasepsi Mantap Sangat tepat untuk pasangan yang benar-benar
sudah tidak menginginkan tambahan anak lagi.

F. KONTRASEPSI PASCA PERSALINAN


 Konseling tentang kontrasepsi pascapersalinan sebaiknya diberikan waktu asuhan antenatal
maupun pascapersalinan.
 Klien pascapersalinan dianjurkan untuk :
- Memberi ASI eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan, selanjutnya ASI tetap diberikan
sampai anak berusia 2 tahun.

25
- Tidak menghentikan ASI untuk mulai suatu metode kontrasepsi.
- Dipilih metode yang tidak mempengaruhi produksi ASI.
 Pada klien pascapersalinan yang tidak menyusui, masa infertilitas rata-rata sekitar 6 minggu.
Pada klien yang menyusui, masa infertilitas pasca persalinan lebih lama, namun kembalinya
kesuburan tidak dapat diperkirakan.
 Menyusui secara eksklusif merupakan metode kontrasepsi sementara yang cukup efektif
selama klien belum mendapat haid. Efektifitas dapat mencapai 98% akan tetapi hanya
efektif untuk 6 bulan pasca persalinan.
 Efektif bila menyusui lebih dari 8 kali sehari dan bayi mendapat cukup asupan per laktasi
(produksi ASI adekuat).
 Waktu mulai kontrasepsi pasca persalinan tergantung pada status menyusui. Metode yang
langsung dapat digunakan adalah spermisida, kondom atau koitus interuptus.

Persalinan 3 minggu 6 minggu 6 bulan


Metode Amenore Laktasi
AKDR
Sterilisasi
Kondom/spermisida
Kontrasepsi Progestin
KB Alamiah
Kontrasepsi kombinasi
Gambar 7. Waktu yang dianjurkan untuk memulai kontrasepsi pada wanita menyusui

 Pada klien menyusui :


- Klien menyusui tidak memerlukan kontrasepsi pada 6 minggu pasca persalinan.
- Jika klien ingin menggunakan kontrasepsi jenis lain, perlu dipertimbangkan metode yang
tidak mempengaruhi produksi ASI.
- Misal : ibu pasca persalinan 8 minggu, menyusui, ingin mengikuti kontrasepsi, sebaiknya
tidak memilih pil/ suntikan kombinasi. Bila tetap ingin menggunakan kontrasepsi
kombinasi sebaiknya ditunggu hingga 8-12 minggu pasca persalinan.
 Klien tidak menyusui :
- Klien tidak menyusui biasanya kembali mendapat haid dalam 4-6 minggu
pascapersalinan, 30%nya merupakan siklus berovulasi, sehingga kontrasepsi harus mulai
pada waktu atau sebelum hubungan seksual pertama pasca persalinan.

26
- Karena masalah pembekuan darah (kecenderungan koagulasi) masih terjadi pada 2-3
minggu pasca persalinan, maka kontrasepsi kombinasi tidak boleh dimulai sebelum 3
minggu pasca persalinan.
- Kontrasepsi Progestin dapat segera dimulai pasca persalinan.

Persalinan 3 minggu 6 minggu 6 bulan


AKDR
Sterilisasi
Kondom/ spermisida
Kontrasepsi Progestin
KB alamiah
Kontrasepsi kombinasi
Gambar 8. Waktu yang dianjurkan untuk memulai kontrasepsi pada wanita tidak menyusui

27
Tabel 5. Metode Kontrasepsi Pasca Persalinan
Metode Kontrasepsi Waktu Pascapersalinan Ciri-ciri Khusus Catatan
MAL  Mulai segera pasca persalinan.  Manfaat kesehatan bagi ibu dan bayi.  Harus benar-benar ASI eksklusif.
 Efektifitas tinggi sampai 6 bulan  Memberikan waktu untuk memilih  Efektifitas berkurang jika bayi
pasca persalinan/ belum mendapat metode kontrasepsi yang lain. mulai mendapat makanan
haid. tambahan.
Kontrasepsi Kombinasi  Jika menyusui :  Selama 6-8 minggu pascapersalinan,  Kontrasepsi kombinasi
- Jangan dipakai sebelum 6-8 kontrasepsi kombinasi akan merupakan pilihan terakhir pada
minggu pasca persalinan. mengurangi ASI. klien menyusui.
- Sebaiknya tidak dipakai dalam 6  Selama 3 minggu pasca persalinan  Dapat diberikan pada klien
minggu-6 bulan pasca persalinan. kontrasepsi kombinasi meningkatkan dengan riwayat preeklamsia atau
risiko masalah pembekuan darah. hipertensi dalam kehamilan.
 Jika klien tidak mendapat haid dan
 Jika pakai MAL, tunda sampai 6 sudah melakukan hubungan seksual,  Sesudah 3 minggu pasca
bulan. mulailah kontrasepsi kombinasi persalinan tidak meningkatkan
 Jika tidak menyusui, dapat dimulai setelah yakin tidak terjadi kehamilan. risiko pembekuan darah.
3 minggu pasca persalinan.
Kontrasepsi Progestin  Sebelum 6 minggu pasca  Selama 6 minggu pertama pasca  Perdarahan ireguler dapat
persalinan, klien menyusui jangan persalinan, progestin mempengaruhi terjadi.
menggunakan kontrasepsi tumbuh kembang bayi.
Progestin  Tidak ada pengaruh terhadap ASI.
 Jika menggunakan MAL,
kontrasepsi Progestin dapat
ditunda sampai 6 bulan.
 Jika tidak menyusui, dapat segera
dimulai.
 Jika tidak menyusui, lebih dari 6
minggu pasca persalinan atau
sudah mendapat haid, kontrasepsi
Progestin dapat dimulai setelah
yakin tidak terjadi kehamilan.

28
AKDR  Dapat dipasang langsung pasca  Tidak ada pengaruh terhadap ASI.  Insersi postplasental memerlukan
persalinan, sewaktu seksio sesaria petugas terlatih.
atau 48 jam pasca persalinan.
 Jika tidak, insersi ditunda sampai
4-6 minggu pasca persalinan.  Efek samping lebih sedikit pada klien  Konseling perlu dilakukan
 Jika laktasi atau sudah mendapat yang menyusui. sewaktu asuhan antenatal.
haid, insersi dilakukan setelah
yakin tidak terjadi kehamilan.

Kondom  Dapat digunakan setiap saat  Tidak ada pengaruh terhadap laktasi.  Sebaiknya memakai kondom
pasca persalinan.  Sebagai cara sementara sambil yang diberi pelicin.
memilih metode lain.
Diafragma  Sebaiknya menunggu sampai 6  Tidak ada pengaruh terhadap laktasi.  Perlu pemeriksaan dalam.
minggu pasca persalinan.  Penggunaan spermisida
membantu mengatasi keringnya
vagina.
KB alamiah  Tidak dianjurkan sampai siklus  Tidak ada pengaruh terhadap laktasi.  Lendir serviks tidak keluar
haid kembali teratur seperti haid reguler lagi.
 Suhu basal tubuh kurang akurat
jika klien sering terbangun
malam untuk menyusui.
Koitus interuptus/  Dapat digunakan setiap waktu  Tidak ada pengaruh terhadap laktasi  Beberapa pasangan tidak
abstinensia dan tumbuh kembang bayi. sanggup untuk abstinensi.
 Abstinensi 100% efektif.  Perlu konseling.
Tubektomi  Dapat dilakukan dalam 48 jam  Tidak ada pengaruh terhadap laktasi  Perlu anestesi lokal.
pasca persalinan. dan tumbuh kembang bayi.
 Jika tidak, tunggu sampai 6  Minilaparotomi pascapersalinan  Konseling sudah harus dilakukan
minggu pasca persalinan. paling mudah dilakukan dalam 48 jam sewaktu asuhan antenatal.
pasca persalinan.
Vasektomi  Dapat dilakukan setiap saat  Tidak segera efektif karena perlu 
minimal 20 kali ejakulasi (± 3 bulan)
sampai benar-benar steril.

29
G. KONTRASEPSI PASCA ABORTUS
 Waktu mulai. Kontrasepsi pasca abortus perlu dimulai segera karena ovulasi dapat terjadi
11 hari sesudah terapi, sehingga klien dapat hamil lagi sebelum haid berikutnya datang.
 Jenis kontrasepsi yang dapat dipakai. Jika abortus terjadi pada trimester I, jenis kontrasepsi
yang dianjurkan sama dengan jenis kontrasepsi pada masa interval. Jika abortus terjadi
pada trimester II, jenis kontrasepsi sama dengan jenis yang dianjurkan pada masa pasca
persalinan.
H. KONTRASEPSI DARURAT
 Definisi. Adalah kontrasepsi yang dapat mencegah kehamilan bila digunakan segera setelah
hubungan seksual. Sering disebut kontrasepsi pasca senggama atau morning after pill.
 Cara KB ini lebih baik daripada tidak ada sama sekali, akan tetapi kurang efektif
dibandinkan cara KB yang sudah ada.
 Indikasi : untuk mencegah kehamilan yang tidak dikehendaki, misalnya pada :
1. Kondom bocor, lepas atau penggunaan salah.
2. Diafragma pecah, robek atau diangkat terlalu cepat.
3. Kegagalan koitus interuptus (misalnya ejakulasi di dalam vagina/pada genitalia eksterna).
4. Salah hitung masa subur.
5. Ekspulsi AKDR.
6. Lupa minum pil KB lebih dari 2 tablet.
7. Terlambat lebih dari 2 minggu untuk suntik KB
8. Perkosaan.
9. Tidak menggunakan kontrasepsi.
 Kontraindikasi : hamil atau tersangka hamil.
 Efek samping :
1. Mual, muntah. Jika muntah terjadi dalam 2 jam sesudah penggunaan pil pertama atau
kedua, dosis ulangan perlu diberikan.
2. Perdarahan/ bercak.
 Keterbatasan :
1. Pil kombinasi hanya efektif jika digunakan dalam 72 jam sesudah hubungan seksual
tanpa perlindungan.
2. Pil kombinasi dapat menyebabkan nausea, muntah atau nyeri payudara.
AKDR hanya efektif jika dipasang dalam 7 hari sesudah hubungan seksual.
3.
Pemasangan AKDR perlu tenaga terlatih dan sebaiknya tidak digunakan pada klien yang
4.
terpapar risiko IMS.

30
Tabel 6. Metode Kontrasepsi Pasca Abortus
Metode Kontrasepsi Waktu Pasca persalinan Ciri-ciri Khusus Catatan
Pil Kombinasi Segera mulai. Dapat segera dimulai meskipun Jika konseling belum cukup, tunda
terdapat infeksi. pemberian dan berikan metode
sementara.
Kontrasepsi Progestin Sangat efektif
Suntikan Kombinasi Langsung efektif
Impant Mengurangi kehilangan darah/
anemia
AKDR Abortus Trimester I  Jika konseling belum cukup, tunda
AKDR dapat langsung dipasang jika tidak pemasangan.
ada infeksi.
Tunda pemasangan sampai luka atau
infeksi sembuh, perdarahan diatasi dan
anemia diperbaiki.

Abortus Trimester II
Tunda pemasangan 4-6 minggu pasca Pada abortus trimester II, risiko
abortus, kecuali dilakukan tenaga terlatih. perforasi sewaktu pemasangan lebih
Yakinkan tidak ada infeksi. Jika terdapat besar.
infeksi, tunda pemasangan sampai 3 bulan
setelah infeksi teratasi.
Kondom/ spermisida Mulai segera sewaktu mulai hubungan Metode sementara sambil menunggu
seksual. metode lain.
KB alamiah Tidak dianjurkan. Waktu ovulasi pasca abortus sulit
diperkirakan.
Tubektomi Secara teknis dapat langsung dikerjakan Perlu konseling dan informasi yang
sewaktu terapi abortus, kecuali jika terjadi cukup.
perdarahan banyak atau infeksi.

31
Tabel 7. Panduan Metode Kontrasepsi pada Beberapa Kondisi Klinis Pasca Abortus
Kondisi Klinis Perlu hati-hati Rekomendasi
Infeksi - AKDR jangan dipasang sampai 3 bulan setelah infeksi - Kontrasepsi kombinasi : dapat segera
- Tanda-tanda infeksi teratasi. diberikan.
- Tanda-tanda aborsi tidak aman. - Tubektomi jangan dilakukan sampai 3 bulan setelah - Kontrasepsi Progestin : segera diberikan.
- Tidak dapat menyingirkan infeksi infeksi teratasi. - Barier/ spermisida : dapat digunakan.
Perlukaan jalan lahir - AKDR, diafragma, spermisida dan tubektomi : jangan - Kontrasepsi kombinasi : dapat segera
- Perforasi uterus. dipasang/ dilakukan sampai luka sembuh. diberikan.
- Perlukaan vagina atau serviks. - Kontrasepsi Progestin : segera diberikan.
- Kondom : dapat digunakan.
Perdarahan banyak
- Hb < 7 g/dL - Implant, AKDR, kontrasepsi suntik dan tubektomi : tunda - Kontrasepsi kombinasi : dapat segera
sampai anemia diatasi. diberikan.
- Kontrasepsi suntik dan Progestin : hati-hati

Tabel 8. Jenis Kontrasepsi Darurat


Cara Merek Dagang Dosis Waktu Pemberian
Mekanik : AKDR Cu - Copper T, Multi load, Nova T - Satu kali pemasangan - Dalam waktu 7 hari pasca senggama.
Medik :
- Pil Kombinasi dosis - Microgynon 50, Ovral, Neogynon, Nordiol, - 2 x 4 tablet - Dalam waktu 3 hari pasca senggama, dosis
tinggi Eugynon kedua 12 jam kemudian.
- Pil kombinasi dosis - Microgynon 30, Mikrodiol, Nordette - 2 x 2 tablet - Idem
rendah
- Progestin - Postinor-2 - 2 x 1 tablet - Idem
- Estrogen - Lynoral - 2.5 mg/ dosis - Dalam waktu 3 hari pasca senggama, dosis
- Premarin dan Progynova - 10 mg/ dosis kedua 12 jam kemudian, dosis 2 x 1 selama 5
hari.
- Mifepristone - RU-486 - 1 x 600 mg - Dalam waktu 3 hari pasca senggama, dosis
kedua 12 jam kemudian.
- Danazol - Danocrine, Azol - 2 x 4 tablet - Dalam waktu 3 hari pasca senggama, dosis
kedua 12 jam kemudian.

32
I. EFEKTIFITAS DARI BERBAGAI METODE KONTRASEPSI
Tabel 9. Efektifitas Berbagai Metode Kontrasepsi
Tingkat Efektifitas Metode Kontrasepsi Kehamilan per 100 perempuan
dalam 12 bulan pertama pemakaian
Dipakai secara Dipakai secara
biasa tepat dan
konsisten
Sangat efektif Implant-Norplant 0.1 0.1
Vasektomi 0 0.1
Suntikan kombinasi 0.3 0.3
Suntikan DMPA/NET-EN 0.3 0.3
Kontap perempuan 0.5 0.5
AKDR TCu 380A 0.8 0.6
Pil Progesteron (masa 1.0 0.5
laktasi)
Efektif dalam pemakaian biasa, sangat Metode Amenore Laktasi 2 0.5
efektif jika dipakai secara tepat dan
konsisten
Pil kontrasepsi 6-8 0.1
kombinasi
Pil Progesteron (bukan -- 0.5
masa laktasi)
Efektif jika dipakai secara tepat dan Kondom pria 14 3
konsisten Senggama terputus 19 4
Diafragma+spermisida 20 8
KB alamiah 20 1-9
Kondom perempuan 21 5
Spermisida 26 6
Tanpa KB 85 85

Ket : 0-1 Sangat efektif Sumber : WHO, 2000


2-9 Efektif
>9 Kurang efektif

KEMBALINYA KESUBURAN
Semua metode kontrasepsi, kecuali kontrasepsi mantap (sterilisasi), tidak mengakibatkan
terhentinya kesuburan secara permanen. Kembalinya kesuburan berlangsung segera setelah
pemakaian metode kontrasepsi dihentikan, kecuali Depo Medroksi Progesteron Acetat (DMPA)
yang waktu rata-rata kembalinya kesuburan masing-masing adalah 10 bulan terhitung mulai
suntikan terakhir.

33
ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR)

Pengertian AKDR
Bahan inert sintetik (dengan atau tanpa unsur tambahan untuk sinergi efektifitas) dengan
berbagai bentuk yang dipasangkan ke dalam rahim untuk menghasilkan efek kontraseptik.
Bentuk AKDR yang beredar dipasaran adalah spiral (lippes loop), huruf T (TCu380A, TCu200C
dan Nova T), tulang ikan (MLCu250 dan 375). Unsur tambahan adalah tembaga (Cuprum) atau
hormon (Levonorgestrel).

PERALATAN YANG DIPERGUNAKAN UNTUK PEMASANGAN AKDR


1. Bivalve speculum (kecil, sedang atau besar) 8. Cairan antiseptik
2. Tenakulum 9. Kassa & kapas steril
3. Sonde uterus 10. AKDR TCu380A
4. Forsep/ korentang 11. Lampu
5. Gunting
6. Mangkuk untuk larutan antiseptik
7. Sarung tangan steril

PROSEDUR PEMASANGAN AKDR TCu380A


1. Dilakukan konseling sebelum pemasangan.
2. Persiapan :
 Lakukan pemeriksaan spekulum, dilihat cairan vagina, adakah erosi serviks atau servisitis,
adakah tanda-tanda kehamilan. Bila terdapat tanda-tanda infeksi atau kehamilan, jangan
lanjutkan pemasangan AKDR.
 Ambil spesimen pemeriksaan dari vagina dan serviks (bila ada indikasi).
 Keluarkan spekulum dan letakkan kembali pada tempat yang telah disediakan.
 Lakukan pemeriksaan bimanual.
 Lepaskan sarung tangan dan buang.
 Cuci tangan dengan sabun dan air, keringkan.

34
Gambar 9. Jenis-jenis AKDR dan Alat-alat
untuk Pemasangan

Jenis-jenis AKDR :
a. Lippes loop
b. Saf-T-coil
c. Dana-Super
d. Copper-T
e. Copper-7
f. Multiload
g. AKDR yang melepas Progesteron

Komponen
horisontal

Leher biru

Inserter
Komponen
vertikal Benang

Gambar 10. Bagian-bagian AKDR yang melepaskan tembaga dan inserternya

35
3. Pemasangan AKDR :
 Kenakan sarung tangan yang baru.
 Pasang spekulum vagina untuk menampilkan serviks.
 Lakukan tindakan aseptik-antiseptik (secara benar) pada vagina dan serviks.
 Secara berhati-hati, jepit bibir atas serviks (portio anterior, pada posisi vertikal – jam 10
atau jam 2) dengan tenakulum untuk menstabilkan uterus dan mengurangi risiko
perforasi.
 Masukkan sonde uterus (tanpa menyentuh dinding vagina atau bibir spekulum) untuk
menentukan posisi uterus dan kedalaman kavum uteri
 Buka kemasan AKDR, masukkan pendorong ke dalam tabung inserter, dorong dengan
hati-hati sampai menyentuh ujung batang AKDR. Pegang dan tahan kedua ujung lengan
AKDR dari luar penutup kemasan dengan telunjuk dan ibu jari tangan kiri, dorong
inserter dengan tangan kanan sampai pangkal lengan AKDR sehingga kedua lengan akan
terlipat. Tahan kedua lengan yang terlipat dengan telunjuk dan ibu jari tangan kiri.
Masukkan lengan AKDR yang sudah terlipat ke dalam inserternya. Gunakan leher biru
pada tabung inserter sebagai tanda kedalaman kavum uteri. AKDR siap dipasang ke
dalam kavum uteri. (Jangan memasukkan lengan AKDR lebih dari 5 menit sebelum
pemasangan karena lengan AKDR tidak akan kembali ke bentuk semula setelah
dipasang).

Gambar 11. Lengan AKDR ditekuk dan dimasukkan ke dalam inserter

 Tarik tenakulum sehingga kavum uteri, kanalis servikalis dan vagina berada dalam satu
garis lurus. Masukkan inserter berisi AKDR ke dalam kanalis servikalis dengan teknik
tanpa sentuh, pertahankan posisi leher biru dalam arah horisontal. Dorong inserter ke

36
dalam kavum uteri hingga leher biru menyentuh serviks atau terasa ada tahanan dari
fundus uteri. Pastikan leher biru tetap dalam posisi horisontal.
 Tahan tenakulum dan pendorong (plunger) dengan satu tangan, tangan lain menarik
selubung (inserter) sampai pangkal pendorong, sehingga lengan AKDR bebas dan berada
tepat di puncak kavum uteri.

Gambar 12. Lengan AKDR didorong keluar dari inserter

Gambar 13. Dorong inserter ke arah fundus untuk menempatkan AKDR

Gambar 14. Inserter ditarik keluar dari kavum uteri.

37
 Keluarkan pendorong dari inserter dengan tetap memegang dan menahan inserter.
Setelah pendorong ditarik ke luar, dorong kembali inserter perlahan untuk menjamin
lengan AKDR berada setinggi mungkin di dalam kavum uteri.
 Keluarkan inserter.
 Gunting benang AKDR, tinggalkan kira-kira 3-4 cm dari serviks,
 Keluarkan tenakulum dan spekulum dengan hati-hati.
4. Dekontaminasi dan Pencegahan Infeksi Pasca Tindakan.
5. Konseling dan Instruksi Pasca Pemasangan.
6. Lakukan observasi klien 15 menit setelah pemasangan.

PENCABUTAN AKDR
1. Persiapan :
a. Lakukan konseling sebelum pencabutan :
- Tanyakan alasan pencabutan. Adakah efek samping ?
- Tanyakan rencana reproduksi klien selanjutnya (apakah ingin punya anak lagi ? ingin
ganti metode kontrasepsi ?).
- Jawab semua pertanyaan klien hingga klien puas.
b. Berikan penjelasan tentang prosedur pencabutan dan apa yang akan klien rasakan
selama dan sesudah pencabutan.
2. Pencabutan AKDR
a. Persiapkan alat-alat yang akan digunakan.
b. Cuci tangan dengan air dan sabun, keringkan.
c. Pakai sarung tangan steril
d. Lakukan pemeriksaan bimanual.
e. Pasang spekulum.
f. Lakukan pemeriksaan spekulum (menilai kondisi serviks, lakukan identifikasi benang
AKDR).
g. Lakukan desinfeksi vagina dan serviks.
h. Jepit benang dengan klem, tarik benang ke arah luar dengan hati-hati supaya tidak
terputus.
i. Lepaskan spekulum.

38
j. Buang bahan-bahan yang sudah tidak terpakai.
k. Beritahu ibu bahwa proses pencabutan sudah selesai, persilahkan ibu bangun dan
merapikan diri.
l. Lepaskan sarung tangan, cuci tangan dengan air dan sabun, keringkan.
3. Konseling pasca pencabutan
a. Beritahu klien apa yang harus dilakukan bila mengalami efek samping.
b. Berikan konseling untuk metode kontrasepsi yang lain bila klien ingin berganti metode
kontrasepsi
c. Berikan kontrasepsi sementara bila klien belum dapat menentukan pilihannya.

SKENARIO LATIHAN
1. Seorang perempuan P1A0, 28 tahun datang ke poliklinik karena ingin
menggunakan KB. Pasien memiliki satu anak, laki-laki, usia satu tahun dan saat
ini masih menyusui. Pasien ingin menunda memiliki anak sampai anak pertama
berusia dua tahun.
Tugas: lakukan konseling kontrasepsi!

Clinical Reasoning :

Diskusikan:
a. Apakah metode KB yang bisa digunakan pada pasien menyusui?
b. Apakah metode KB yang tidak bisa digunakan pada pasien menyusui?
c. Apakah metode KB yang bisa digunakan dalam jangka waktu 1-2 tahun?

2. Seorang perempuan P1A0, 28 tahun datang ke poliklinik karena ingin


menggunakan KB. Pasien memiliki anak, laki-laki, usia satu tahun dan saat ini
masih menyusui. Pasien ingin menunda memiliki anak kembali sampai anak
pertama berumur sekitar lima tahun. Dari riwayat keluarga didapatkan nenek
pasien meninggal karena menderita kanker payudara. Setelah dilakukan konseling,
pasien setuju menggunakan KB IUD.

39
Tugas: lakukan pemasangan IUD/AKDR!

Clinical Reasoning :

Diskusikan:
a. Metode KB apakah yang dapat meningkatkan risiko kanker payudara?
b. Kapan waktu yang sesuai untuk pemasangan IUD?
c. Setelah pemasangan IUD, kapan pasien kontrol?

3. Seorang perempuan P1A0, 33 tahun datang ke poliklinik karena ingin melepas


IUD. Pasien sudah memakai IUD selama lima tahun dan ingin memiliki anak
kedua. Saat ini pasien haid hari ke lima. Pasien juga belum berhubungan dengan
suaminya.
Tugas: lakukan pencabutan IUD/AKDR!

Clinical Reasoning :

Diskusikan:
a) Kapan waktu yang sesuai untuk pencabutan IUD?
b) Setelah pencabutan IUD, kapan pasien kembali dalam masa subur?
c) Berapa lama efektivitas IUD?

Tugas Responsi
Setiap mahasiswa berlatih keterampilan-keterampilan klinis sesuai tujuan pembelajaran dan
membuat 1 video keterampilan klinis dengan pembagian:
Mahasiswa presensi 1-4 membuat video sesuai Skenario 1
Mahasiswa presensi 5-8 membuat video sesuai Skenario 2
Mahasiswa presensi 9-12 atau lebih membuat video sesuai Skenario 3
Durasi setiap video 8 menit

40
Teknis dan panduan pembuatan video responsi sesuai ketentuan skillslab
Alat dan Manekin yang dibutuhkan:
1. Bivalve speculum (kecil, sedang atau besar) 8. Cairan antiseptik
2. Tenakulum 9. Kassa & kapas steril
3. Sonde uterus 10. AKDR TCu380A
4. Forsep/ korentang 11. Lampu
5. Gunting 12. Manekin pemeriksaan gyn
6. Mangkuk untuk larutan antiseptik
7. Sarung tangan steril

41
CEKLIS PENILAIAN
KETERAMPILAN KONSELING KONTRASEPSI

Skor
No ASPEK KETERAMPILAN YANG DINILAI
0 1 2
1. Memberi salam dan memperkenalkan diri
2. Menanyakan identitas klien
3. Menanyakan permasalahan yang dihadapi klien
4. Menggali informasi tentang :
- Tujuan, kepentingan dan harapan klien
5. - Riwayat reproduksi
6. - Pengalaman kontrasepsi sebelumnya
7. - Riwayat kesehatan
8. Menanyakan metode yang diinginkan klien dan menggali
pengetahuan klien akan metode tersebut
9. Memberikan penjelasan mengenai metode yang diinginkan
klien (cara kerja, efektifitas, kelebihan, kekurangan, efek
samping dll) dan memperbaiki kesalahan pemahaman yang
mungkin terjadi
10. Memberikan alternatif pilihan kontrasepsi yang sesuai untuk
klien
11. Membantu klien menentukan pilihannya
12. Menjelaskan secara lengkap bagaimana menggunakan
kontrasepsi yang dipilih
13. Mendorong klien untuk bertanya
14. Menjawab pertanyaan klien dengan benar dan jelas
15. Memberikan informasi apa yang harus dilakukan oleh klien
jika terjadi masalah atau efek samping kontrasepsi
16. Memastikan apakah klien sudah memahami penjelasan
tersebut atau masih ada yang akan ditanyakan
17. Menjadwalkan kunjungan ulang dan menyampaikan rencana
yang akan dilakukan saat kunjungan ulang
18. Menutup sesi konseling
19. Menggunakan bahasa yang mudah dipahami klien
PENILAIAN PROFESIONALISME 0 1 2 3 4
SKOR TOTAL

Penjelasan :
0 Tidak dilakukan mahasiswa
1 Dilakukan, tapi belum sempurna
2 Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa
karena situasi yang tidak memungkinkan (misal tidak diperlukan dalam skenario
yang sedang dilaksanakan).

Nilai Mahasiswa = Skor Total x 100%


42

42
CEKLIS PENILAIAN KETERAMPILAN
PEMASANGAN AKDR

Skor
No ASPEK KETERAMPILAN YANG DINILAI
0 1 2
1. Memberi salam dan memperkenalkan diri
2. Menyampaikan prosedur yang akan dilakukan
3. Menandatangani lembar informed consent
4. Menanyakan apakah ibu sudah mengosongkan kandung kemih
5. Mempersilahkan ibu pindah ke bed pemeriksaan
Melakukan pemeriksaan fisik
6. Mencuci tangan dengan air dan sabun, keringkan
7. Melakukan pemeriksaan payudara
8. Melakukan palpasi abdomen (nyeri tekan, tumor)
Melakukan pemeriksaan spekulum
9. Mempersiapkan ibu pada posisi litotomi
10. Mempersiapkan peralatan
11. Mengenakan sarung tangan steril
12. Melakukan inspeksi genitalia eksterna dan melaporkan hasil
pemeriksaan
13. Memasang spekulum dengan benar
14. Melakukan dan melaporkan pemeriksaan in spekulo
15. Mengeluarkan spekulum dengan benar
Melakukan pemeriksaan bimanual
16. Memastikan gerakan serviks bebas
17. Menentukan besar dan posisi uterus
18. Memastikan tidak ada kehamilan
19. Mastikan tidak ada infeksi atau tumor pada adneksa
20. Membuka sarung tangan, buang ke tempat sampah, dan mencuci
tangan setelah melakukan tindakan
Pemasangan AKDR
21. Mengenakan sarung tangan yang baru
22. Memasang spekulum dan menampilkan serviks
23. Melakukan desinfeksi vagina dan serviks dengan benar
24. Menjepit serviks menggunakan tenakulum dengan benar
25. Melakukan dan melaporkan hasil sondasi uterus dengan benar
26. Menyiapkan AKDR dengan benar hingga siap dipasang
27. Melakukan insersi AKDR dengan benar
28. Melepas tenakulum dan spekulum
29. Melepaskan sarung tangan dan cuci tangan
30. Mempersilakan pasien mengenakan pakaian kembali
31. Memberikan konseling dan instruksi pasca pemasangan AKDR
PENILAIAN PROFESIONALISME 0 1 2 3 4
SKOR TOTAL

Penjelasan :
0 Tidak dilakukan mahasiswa
1 Dilakukan, tapi belum sempurna
2 Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa karena situasi
yang tidak memungkinkan (misal tidak diperlukan dalam skenario yang sedang dilaksanakan).
Nilai Mahasiswa = Skor Total x 100%
66

43
CEKLIS PENILAIAN
KETERAMPILAN PENCABUTAN AKDR

Skor
No ASPEK KETERAMPILAN YANG DINILAI
0 1 2
1. Memberi salam dan memperkenalkan diri
2. Melakukan konseling sebelum pencabutan AKDR (alasan
pencabutan, rencana reproduksi selanjutnya, prosedur pencabutan)
3. Menandatangani lembar informed consent
4. Mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan serta lampu
5. Mempersilahkan ibu berbaring di meja ginekologi dalam posisi
litotomi
6. Memastikan posisi ibu sudah nyaman
7. Mencuci tangan dengan air dan sabun
8. Menggunakan sarung tangan steril
9. Melakukan dan melaporkan hasil pemeriksaan bimanual dengan
benar
10. Melakukan toilet vulva
11. Memasang spekulum dengan benar
12. Melakukan pemeriksaan dan melaporkan hasil pemeriksaan in
spekulo dengan benar
13. Melakukan desinfeksi vagina dan serviks dengan benar
14. Menjepit benang dengan klem dan menariknya keluar dengan hati-
hati
15. Melepaskan spekulum
16. Memberitahu ibu bahwa pencabutan sudah selesai dan
mempersilahkan ibu mengenakan pakaian kembali
17. Melepas sarung tangan dan mencuci tangan dengan air dan sabun
18. Melakukan konseling pasca pencabutan
PENILAIAN PROFESIONALISME 0 1 2 3 4
SKOR TOTAL

Penjelasan :
0 Tidak dilakukan mahasiswa
1 Dilakukan, tapi belum sempurna
2 Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa karena
situasi yang tidak memungkinkan (misal tidak diperlukan dalam skenario yang sedang
dilaksanakan).

Nilai Mahasiswa = Skor Total x 100%


40

44
DAFTAR PUSTAKA

Saifuddin, AB, Adrianz, G, Wiknjosastro, GH, Waspodo, D, 2006, Buku Acuan Nasional Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo-POGI-IDAI-
PERINASIA-IBI-Depkes RI-ADB-WHO-JHPIEGO, Edisi 1 Cetakan 4, Jakarta.

Saifuddin, AB, Affandi, B, Lu, ER, 2008, Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo- Jaringan Nasional Pelatihan Klinik Kesehatan Reproduksi
(JNPKKR)- BKKBN-Depkes RI-JHPIEGO/STARH Program, Edisi 1 Cetakan 3, Jakarta.

Saifuddin, AB, Danakusuma, M, Widjajakusumah, MD, Bramantyo, L, Wishnuwardhani, SD, 2007,


Modul Safe Motherhood dalam Kurikulum Inti Pendidikan Dokter di Indonesia, Konsorsium Ilmu
Kesehatan Depdiknas-Depkes-WHO, Jakarta.

Wiknjosastro, GH, Madjid, OH, Adriaanz, G, dkk, 2018, Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal :
Asuhan Esensial Persalinan, Jaringan Nasional Pelatihan Klinik Kesehatan Reproduksi (JNPKKR)-
POGI-USAID Indonesia-Health Service Program (HSP), Edisi 3, Jakarta.

45
LAMPIRAN

PENJELASAN PENILAIAN ASPEK PROFESIONALISME


0 1 2 3 4
- Ada critical step - Banyak prosedur - Ada prosedur - Semua prosedur - Skor 3
/ prosedur tidak dilakukan tindakan yang dilakukan dengan ditambah,
tindakan sangat dengan benar, tidak dilakukan lengkap dan benar.
penting yang tidak urut atau atau dilakukan - Tampak
tidak dilakukan tidak sistematis tapi tidak - Memperhitungkan percaya diri
sempurna atau waktu, tidak terburu- dan memahami
- Sebagian besar - Terlihat terburu- dilakukan secara buru atau terlalu betul apa yang
prosedur tidak buru atau tidak urut lambat. sedang
dilakukan sebaliknya (terbalik-balik). dilakukan
dengan benar, (terlalu lambat) - Seluruh prosedur (keterampilan
Penilaian tidak urut atau - Terlihat kurang dilakukan dengan urut dan penalaran
Aspek tidak sistematis - Melakukan sistematis dalam dan sistematis. klinis baik).
Profesion tindakan yang melakukan
alisme - Terlihat bingung membuat pasien tindakan. - Tidak melakukan
(tidak tahu apa tidak nyaman tindakan yang akan
yang harus (kasar, terburu- - Terkadang membahayakan pasien
dikerjakan). buru, kurang terlihat bingung/ / membuat pasien tidak
empati) blocking dalam nyaman.
- Melakukan melakukan
tindakan yang tindakan. - Belum cukup percaya
membahayakan diri, terkadang belum
pasien. memahami apa yang
sedang dilakukan
(penalaran klinis masih
kurang).

46

Anda mungkin juga menyukai