Anda di halaman 1dari 46

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

BUKU MANUAL KETERAMPILAN KLINIS


SL604
SKILLS LAB PEMERIKSAAN GINEKOLOGI
(SKILLS LAB GYNECOLOGY)

IVA TEST, SWAB VAGINA, PAP SMEAR

Semester 6
Tahun Ajaran 2020/2021

i
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
FAKULTAS KEDOKTERAN
Jl. Ir. Sutami 36 A Surakarta Tel/Fax (0271) 664178

BUKU MANUAL KETERAMPILAN KLINIS


KODE MATA KULIAH SL
SL604

JUDUL TOPIK
SKILLS LAB PEMERIKSAAN GINEKOLOGI
(SKILLS LAB GYNECOLOGY)

JUDUL SUBTOPIK
IVA TEST, SWAB VAGINA, PAP SMEAR
TAHUN AJARAN 2020/2021

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
FAKULTAS KEDOKTERAN
2021

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Buku ini telah disahkan sebagai buku panduan untuk kegiatan pembelajaran di Program Studi
Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

Pada tanggal :

Yang mengesahkan,

Dekan

Prof. Dr. Reviono, dr., Sp.P(K)

iii
TIM PENYUSUN

Ketua:

Asih Anggraeni, dr., Sp.OG(K)-Urogin

Sekretaris:

Anak Agung Alit Kirti, dr., M.KM

Anggota:

Affi Angelia Ratnasari, dr., Sp.OG(K)-Onk, M.Kes.

Teguh Prakosa, dr., Sp.OG (K)-Onk

Hermawan Udiyanto, dr., Sp.OG (K)-Onk

Dr. Heru Priyanto, dr., Sp.OG(K)-Onk

iv
ABSTRAK

Keterampilan pemeriksaan spekulum , inspeksi vagina dan serviks, pemeriksaan


bimanual, IVA test, swab vagina, penilaian duh genital: bau, pH, pemeriksaan dengan
pewarnaan Gram, salin dan KOH, Pap Smear merupakan keterampilan yang harus dikuasai
seorang dokter untuk membantu menegakkan diagnosis gangguan reproduksi wanita.
Kemampuan intepretasii hasil pemeriksaan ginekologi dapat mendukung penegakkan diagnosis
pasien selain kemampuan anamnesis. Materi IVA test, swab vagina dan Pap smear diberikan di
semester 6 sebagai rangkaian keterampilan ginekologi dasar dan keterampilan klinis manajemen
pasien terkait masalah patologis reproduksi wanita.

Kata kunci: keterampilan klinis, ginekologi, iva test, swab vagina, pap smear

v
KATA PENGANTAR
Kami mengucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena dengan
bimbingan-Nya pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan Buku Keterampilan IVA
Test, swab vagina, dan Pap Smear sebagai Pedoman Keterampilan Klinis bagi mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta Semester 6 sebagai kelanjutan
keterampilan ginekologi dasar serta kemampuan manajemen pasien melalui kegiatan Blok 6.1.
Melalui proses pembelajaran keterampilan secara berkelanjutan topik ginekologi dasar hingga
topik IVA Test, swab vagina dan Pap Smear diharapkan mahasiswa lebih terampil dalam jangka
waktu panjang.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
penyusunan buku ini. Penulis menyadari bahwa buku ini masih banyak kekurangannya,
sehingga penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan
dalam penyusunan buku ini.
Terima kasih dan selamat belajar.

Surakarta, Februari 2021


Tim penyusun

vi
DAFTAR ISI

Halaman Judul ....................................................................................................... ii

Halaman Pengesahan............................................................................................... iii

Tim Penyusun ........................................................................................................ iii

Abstrak ................................................................................................................... v

Kata Pengantar........................................................................................................ vi

Daftar Isi ................................................................................................................ vii

RPS ........................................................................................................................ viii

Tujuan pembelajaran ............................................................................................... x

Lesson Plan............................................................................................................. xi

Daftar Keterampilan Klinis (SKDI 2012)..................................................................... xii

IVA TEST, SWAB VAGINA, PAPSMEAR........................................................................ 1

CHECKLIST PENILAIAN KETERAMPILAN..................................................................... 26

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 32

Lampiran................................................................................................................. 33

vii
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Identitas Mata Kuliah Identitas dan Validasi Nama Tanda Tangan


Kode Mata Kuliah : : SL604 Dosen Pengembang RPS : Anak Agung Alit
Kirti, dr., MKM
Nama Mata Kuliah : SKILLS LAB Pemeriksaan Ginekologi
Bobot Mata Kuliah (sks) : 0.5 Koord. Kelompok Mata Kuliah : Asih Anggraeni,
dr., Sp.OG(K)-
Urogin

Semester : 6
Mata Kuliah Prasyarat : - Kepala Program Studi : Dr. Eti Poncorini
Pamungkasari, dr.,
MPd

Capaian Pembelajaran Lulusan (CPL)


Kode CPL Unsur CPL
CP-3 : Melakukan manajemen pasien mulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, penegakan diagnosis dan penatalaksanaan secara komprehensif
CP-7 : Mampu melakukan komunikasi efektif di bidang kedokteran dan kesehatan
CP Mata kuliah (CPMK) : Mampu melakukan pemeriksaan IVA test, swab vagina dan Pap Smear.

Bahan Kajian Keilmuan : Anatomi


Fisiologi
Patologi Anatomi
Ilmu Kebidanan dan Kandungan
Mikrobiologi
Deskripsi Mata Kuliah : Keterampilan pemeriksaan sp e k u l u m , inspeksi vagina dan serviks, pemeriksaan bimanual, IVA test, swab vagina, penilaian duh genital: bau, pH, pemeriksaan dengan
pewarnaan Gram, salin dan KOH, Pap Smear merupakan keterampilan yang harus dikuasai seorang dokter untuk membantu menegakkan diagnosis gangguan reproduksi wanita.
Kemampuan intepretasii hasil pemeriksaan ginekologi dapat mendukung penegakkan diagnosis pasien selain kemampuan anamnesis. Materi IVA test, swab vagina dan Pap smear
diberikan di semester 6 sebagai rangkaian keterampilan ginekologi dasar dan keterampilan klinis manajemen pasien terkait masalah patologis reproduksi wanita.

viii
Daftar Referensi : 1. Buku Acuan Modul Pelatihan IVA, JNPK-KR, 2015, Jakarta
2. Cancer Council, 2018, Understanding Your Pap Smear/ Cervical Screening Test Result, www.cancer.org.au
3. Hoffman, Schorge, Bradshaw, Halvorson, Schaffer, Corton, 2012, Williams Gynecology, New York: Mc Graw Hill.
4. Kementrian Kesehatan RI. Panduan Program Nasional Gerakan Pencegahan dan Deteksi Dini Kanker Kanker Leher Rahim dan Kanker Payudara. 2015. Online. Accessed 19th
February 202. Available at: http://p2ptm.kemkes.go.id/uploads/2016/10/Panduan-Program-Nasional-Gerakan-Pencegahan-dan-Deteksi-Dini-Kanker-Kanker-Leher-Rahim-dan-
Kanker-Payudara-21-April-2015.pdf
5. Manuaba, IBG. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC 1998.
6. Panduan Pelayanan Kilnik , 2013, HOGI, Jakarta.
7. WHO, 2013, Monitoring national cervical cancer prevention and control programmes: quality control and quality assurance for visual inspection with acetic acid (VIA)-based
programmes, Green Ink Ltd
8. WHO. 2013. WHO guidelines for screening and treatment of precancerous lesions for cervical cancer prevention. Online. Accessed 9th February 2021.
9. Wiknyosastro, Hanifa. 2011. Buku Ilmu Kebidanan FK UI. Edisi Ketiga. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Tahap Kemampuan akhir/ Sub- Materi Pokok Referensi Metode Pembelajaran Waktu Pengalaman Belajar Penilaian*
CPMK (kode Luring Daring Indikator(tingkat Teknik
(kode CPL) dan Taksonomi) penilaian
halaman) C-A-P dan bobot

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1. Melakukan keterampilan 1. Melakukan pemeriksaan No 1-9  Kuliah interaktif  Kuliah interaktif 5x 100 menit  Kuliah dan diskusi P4 OSCE
pemeriksaan IVAtest sp e k u l u m da n inspeksi vagina  Skill Lab Terbimbing  Skill Lab  Demonstrasi-simulasi
2. Melakukan keterampilan dan serviks 1 Terbimbing  Simulasi-umpan balik
pemeriksaan swab vagina 2. Me l a k u k a n pemeriksaan  Skill Lab Terbimbing  Skill Lab  Ujian OSCE
3. Melakukan keterampilan bimanual: palpasi vagina, serviks, 2 Responsi 1
pemeriksaan Pap Smear. uteri , ovarium, dan cavum Douglas  Skill Lab Responsi  Skill Lab
3. Mel a k u k a n p emeriksaan Responsi 2
rektovaginal  Video
4. Melakukan IVA test
5. Melakukan swab vagina
6. Melakukan penilaian duh genital:
bau, pH, pemeriksaan dengan
pewarnaan Gram, salin dan KOH
7. Melakukan Pap Smear
8. Mengintepretasikan hasil
pemeriksaan ginekologi
9. Merapikan instrumen yang
digunakan dalam pemeriksaan

ix
TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari keterampilan klinis tentang kontrasepsi ini diharapkan mahasiswa :

1. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan spekulum dan inspeksi vagina dan serviks
2. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan bimanual: palpasi vagina, serviks, uteri ,
ovarium, dan cavum Douglas
3. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan rektovaginal
4. Mahasiswa mampu melakukan IVA test
5. Mahasiswa mampu melakukan swab vagina
6. Mahasiswa mampu melakukan penilaian duh genital: bau, pH, pemeriksaan dengan
pewarnaan Gram, salin dan KOH
7. Mahasiswa mampu melakukan Pap Smear
8. Mahasiswa mampu mengintepretasikan hasil pemeriksaan ginekologi
9. Mahasiswa mampu merapikan instrumen yang digunakan dalam pemeriksaan

x
LESSON PLAN
Sesi Terbimbing (Secara Daring)

Waktu Aktivitas Mahasiswa Instruktur Materi


15 menit Diskusi materi/ pretest Diskusi materi/ Diskusi materi/ Buku manual IVA Test,
pretest pretest swab vagina, Pap Smear
60 menit Diskusi materi dan Diskusi materi Diskusi materi dan Buku manual IVA Test,
video dan video video swab vagina, Pap Smear
Video pembelajaran
keterampilan klinis
10 menit Feedback dan tanya Feedback dan Feedback dan Buku manual IVA Test,
jawab tanya jawab tanya jawab swab vagina, Pap Smear
Video pembelajaran
keterampilan klinis
15 menit Penutup Penutup Penutup Buku manual IVA Test,
Pemberian Tugas Tanya jawab Penjelasan tugas swab vagina, Pap Smear
teknis tugas responsi dan tanya Video pembelajaran
Panduan jawsb teknis tugas keterampilan klinis
pembuatan Panduan Panduan pembuatan
video responsi pembuatan video video responsi skillslab
skillslab responsi skillslab

Sesi Responsi (Secara Daring)


Waktu Aktivitas Mahasiswa Instruktur Materi
5 menit Pendahuluan Mengikuti Membuka kegiatan -
pembukaan
85 Pemberian Memberikan Pemberian umpan balik Hasil video
menit umpan balik umpan balik (penguatan keterampilan yang mahasiswa sebagai
dan diskusi untuk teman sudah bagus, koreksi langkah- tugas responsi per
tugas video sekelompok langkah keterampilan yang subtopik dan
responsi Refleksi masih kurang tepat untuk cheklist
perbaikan mahasiswa ke
depan)
10 Evaluasi Refleksi Menjelaskan dan menutup sesi Evaluasi : Refleksi
menit dari mahasiswa,
instruktur, dan
penutup

xi
DAFTAR KETERAMPILAN KLINIS (SKDI 2012)

Daftar ketrampilan klinis pada subtopik ini berdasar SKDI 2012 :

Daftar Keterampilan Tingkat Ketrampilan

Inspeksi dan palpasi genitalia eksterna 4A

Pemeriksaan spekulum: inspeksi vagina dan serviks 4A

Pemeriksaan bimanual: palpasi vagina, serviks, korpus 4A

uteri, dan ovarium

Pemeriksaan rektal: palpasi kantung Douglas, uterus, 3

adneksa

Pemeriksaan combined recto-vaginal 3

Melakukan swab vagina 4A

Duh (discharge) genital: bau, pH, pemeriksaan dengan 4A

pewarnaan Gram, salin, dan KOH

Melakukan Pap’s smear 4A

Pemeriksaan IVA 4A

xii
IVA TEST, SWAB VAGINA, DAN PAP SMEAR

A. PEMERIKSAAN SPEKULUM
Definisi : memeriksa dengan cara melihat adanya kenormalan atau ketidak normalan
pada organ genital wanita dengan menggunakan spekulum.
Tujuan : membantu menegakkan diagnosis, skrining, saat tindakan terapi, pemasangan
alat kontrasepsi. Pemeriksaan spekulum (inspekulo) ini dilakukan dengan menggunakan
spekulum dan hanya dilakukan apabila pasien telah menikah atau pernah melakukan koitus.
Pada pasien yang belum menikah tetapi pernah melakukan koitus diperlukan informed consent
secara tertulis. Spekulum yang sering digunakan adalah spekulum Sims dan spekulum Graves.
Spekulum Sims memberikan visualisasi yang lebih baik, tetapi harus menggunakan 2
tangan, sementara spekulum Graves hanya membutuhkan 1 tangan, sementara tangan lainnya
dapat melakukan hal lain. Pada beberapa keadaan, spekulum Sims dapat digunakan dengan
bantuan orang lain.

Gambar 1. Pemeriksaan Inspekulo

1. PROSEDUR MEMASANG SPEKULUM GRAVES


Geser labia mayora ke sisi kiri dan kanan dengan menggunakan ibu jari dan telujuk
tangan kiri. Tangan kanan memegang Graves dalam posisi oblik dan menggerakkan daun
spekulum sampai mencapai posisi kiri kanan. Spekulum tidak membutuhkan lubrikan atau
disinfektan bila anda ingin mengambil sampel sitologi. Spekulum dimasukkan dengan perlahan
dan halus dalam posisi daun tertutup.
Perhatikan bahwa arah spekulum harus paralel terhadap sumbu panjang vagina. Setelah
memasukkan 2/3 daun spekulum ke dalam vagina, rotasikan 90˚ secara perlahan sampai daun
spekulum mencapai posisi superior-inferior, dan buka daun secara perlahan. Setelah serviks
dapat divisualisasikan, seluruh daun spekulum dimasukkan ke dalam vagina hingga mencapai
forniks anterior dan posterior.
1
Gambar 2. Spekulum Graeve

2. PROSEDUR MEMASANG SPEKULUM SIMS

Gambar 3. Spekulum Sims

Geser labia mayora ke sisi kiri dan kanan dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk
tangan kiri, dengan tangan kanan memegang spekulum posterior. Spekulum posterior
dimasukkan secara perlahan dalam posisi oblik. Setelah memasukkan 2/3 daun spekulum ke
dalam vagina, rotasikan 90˚ secara perlahan ke arah bawah, kemudian masukkan seluruh daun
spekulum kedalam vagina hingga mencapai forniks posterior. Setelah itu, tangan kiri memegang
spekulum yang terpasang, dan tangan kanan memegang spekulum superior. Daun spekulum
superior dimasukkan secara datar sampai dengan mencapai forniks anterior. Bila ada sesuatu
yang ingin anda lakukan, dengan tangan kiri tetap memegang Sims bawah, mintalah asisten
untuk memegang Sims atas. Pemasangan spekulum adalah benar apabila serviks terlihat
dengan jelas.
Perhatikan dinding vagina: mukosa seharusnya berwarna merah muda (pink)
dengan permukaan yang lembab dan lembut atau berlipat (rugae). Perhatikan apakah
terjadi inflamasi, ulcer. Sekresi normal biasanya tipis, bening atau keruh, dan tidak berbau.
Perhatikan apakah terdapat keputihan yang tak normal: cair, berbusa, berbau “amis”,
berwarna putih seperti “keju” atau abu-abu. Ambil sampel cairan vagina untuk mengukur
pH, saline atau jumlah KOH basah dan, jika mungkin, untuk menilai Gram’s stain (jika
fasilitas lab tersedia). Lihat serviks dan mulut serviks: bila serviks terhalang discharge, bersihkan
2
dengan menggunakan cairan saline atau cairan disinfektan. Mulut serviks wanita yang belum
pernah melahirkan kecil dan bundar atau oval, sedangkan dari wanita yang pernah
melahirkan biasanya memiliki celah horizontal, tetapi mungkin tak beraturan dan
terbuka. Perhatikan warna serviks, permukaan tampak halus dan berwarna pink, dengan
warna yang merata. Daerah serviks yang berubah warna dari pink ke merah adalah zona T
(Transformation), yang biasanya di bagian dalam external cervical os. Perhatikan posisi serviks
(anterior atau posterior); Jika terdapat polip, nodule, kista atau erosi atau jaringan ikat
berwarna merah mengkilat di sekitar os (ectropion); atau jika berdarah atau keluar
cairan bernanah. Sekresi serviks yang normal berwarna bening atau krem dan tidak berbau.
Serviks mudah berdarah jika tersentuh oleh pengambil spesimen berujung kapas. Jika terdapat
discharge atau jika serviks mudah berdarah, ambil spesimen. Setelah memperoleh spesimen,
lepaskan kunci spekulum cocor bebek dengan ibu jari tangan kanan berada di tuas dan
mengendurkan kunci thumbscrew. Dengan cocor bebek terbuka, putar spekulum 90°.
Lepaskan spekulum secara perlahan sehingga dinding vagina anterior dan posterior
dapat terlihat.
Cara melepas spekulum: Saat spekulum ditarik/ dikeluarkan, cocor bebek cenderung
menutup. Untuk mencegah agar cocor bebek tidak menutup dan menjepit mukosa atau labia,
letakkan ibu jari pada tuas spekulum. Untuk mencegah ketidak nyamanan dan agar tidak
menekan urethra, pertahankan tekanan ringan ke bawah pada spekulum saat dikeluarkan.
Setelah mengeluarkan spekulum, dekontaminasi spekulum dengan direndam dalam
larutan klorin 0,5% selama 10 menit.

Gambar 4. Inspeksi pada pemeriksaan Inspekulo

B. PEMERIKSAAN INSPEKSI VAGINA DAN SERVIKS


Definisi : pemeriksaan dengan cara melihat adanya kenormalan atau ketidak normalan pada organ

3
genital wanita.
Tujuan : membantu menegakkan diagnosis penyakit infeksi genitalia, trauma, perdarahan, prolaps
organ panggul, kista dan abses kelenjar. Selain itu, pemeriksaan ini juga dapat dilakukan untuk
skrining keganasan, penilaian kehamilan, dan kepentingan terapi seperti pengangkatan polip,
pemasangan pessarium serta pemasangan alat kontrasepsi. Langkah- langkah pemeriksaan:
1. Setelah pasien ditidurkan di meja periksa dalam posisi litotomi.
2. Pemeriksa mencuci tangan sampai bersih dengan sabun dan air lalu keringkan dengan
kain yang bersih dan kering atau dianginkan sebelum memulai pemeriksaan.
3. Nyalakan lampu dan arahkan sehingga menerangi daerah genital.
4. Pakailah sepasang sarung tangan periksa yang masih baru atau sarung tangan bedah
yang telah di-DTT.
5. Duduk dengan nyaman hingga Anda dapat melihat genital luar dengan mudah.
6. Sentuhlah sisi dalam paha ibu dengan lembut sebelum menyentuh daerah genital sehingga
Anda tidak mengagetkannya.
7. Periksa daerah genital luar, inspeksi harus dilakukan secara sistematik, agar tidak ada
bagian yang terlewatkan, dengan prinsip dari perifer ke arah sentral (introitus vagina) dan
dari atas ke bawah. Amatilah berturut-turut daerah mons, labium majus kanan,
labium majus kiri, perineum dan anus. Perhatikanlah kelainan-kelainan yang ada. Amatilah
berturut-turut daerah komisura anterior, muara urethra, klitoris, labium minus kanan,
labium minus kiri, dan daerah sekitar introitus vagina. Perhatikanlah kelainan-kelainan
yang ada. Lihat apakah terdapat ruam dan lesi.
8. Lakukanlah pemeriksaan labia mayora dengan dua jari tangan kanan dan lihat labia
minora, clitoris, urethral opening dan vaginal opening, lakukanlah palpasi pada labia minora
diantara ibu jari dan jari telunjuk tangan kanan. Lihat apakah ada kemerahan (inflamasi)
keputihan, luka bernanah, ketegangan (tenderness), nilai apakah terdapat ketidakteraturan
atau benjolan (nodules). Periksa apakah terdapat keputihan dan ketegangan
(tenderness) pada Skene’s glands dan urethra. Lakukan hal tersebut pada masing-masing sisi
urethra kemudian secara langsung di bawah urethra. Jika terdapat keputihan, lakukan smear
untuk Gram’s stain dan lakukan tes untuk menguji keberadaan gonorrhea. Pemeriksaan
kelenjar Skene dengan menggunakan telunjuk dan ibu jari tangan kanan di mukosa vagina
anterior , palpasi kelenjar Bartholin lakukan palpasi pada kedua sisi lateral mukosa vagina
posterior untuk melihat apakah terdapat pembengkakan atau ketegangan (tenderness.)

4
Gambar 5 . Pemeriksaan kelenjar Skene

Gambar 6 . Cara pemeriksaan kelenjar Bartolini


9. Minta ibu untuk menahan saat Anda membuka labia dan melihat adanya dinding
vagina anterior dan posterior yang menonjol. (dinding vagina anterior yang menonjol
mengindikasikan sistocele; dinding posterior yang menonjol disebabkan oleh rectocele.
Jika cervix menekan keluar ke mulut vagina (vaginal opening), ini adalah prolaps uteri.
10. Perhatikan perineum. Permukaan tebal dan halus pada wanita yang belum pernah
melahirkan (nulliparous); permukaan akan lebih tebal dan kasar pada wanita yang pernah
melahirkan (multiparous). Kulit anus lebih berpigmen gelap dan mungkin tampak kasar.
Seharusnya tidak terdapat gurat (scarring), lesi (lesions), inflamasi, benjolan, stretch
marks, kulit retak-retak atau sobek.

5
11. Jika ada luka terbuka di daerah pemeriksaan, ganti sarung tangan sebelum melakukan
pemeriksaan spekulum dan bimanual. Dengan mengganti sarung tangan dapat menghindari
penularan mikroorganisme dari feses, khususnya E. coli, pada vagina. Sarung tangan tadi
tidak boleh dipakai ulang. Rendam kedua sarung tangan dalam larutan klorin 0,5%, lepaskan
sarung tangan dengan membalikkan bagian dalam ke luar, lalu letakkan ke dalam wadah
tahan bocor atau kantung plastik. Kemudian, cuci dan keringkan kedua tangan sebelum
memakai sarung tangan lain.

C. PEMERIKSAAN BIMANUAL
Definisi : pemeriksaan dengan menggunakan 2 tangan, untuk memeriksa organ dalam
wanita. Pemeriksaan bimanual (vaginal toucher) dilakukan dengan memasukkan j a r i
telunjuk dan tengah tangan kanan pemeriksa ke dalam liang vagina sesuai
sumbu vagina secara lembut dan perlahan, sedangkan 1 tangan lainnya mempalpasi dari
dinding abdomen. Pada kondisi belum menikah hanya diperbolehkan melakukan pemeriksaan
dengan colok dubur/ rektal toucher.
Tujuannya : menentukan ukuran, bentuk, posisi, konsistensi dan mobilitas uterus,
apakah terdapat kehamilan, kelainan rahim, menilai adnexa (tuba fallopi, ovarium dan ligamen
rotundum).
Sebelumnya beri lubrikan dan desinfektan pada jari telunjuk dan jari tengah tangan
kanan yang akan digunakan untuk pemeriksaan. Ibu jari dan telunjuk tangan kiri menggeser
labia mayora ke sisi kiri dan kanan, sehingga pemeriksa mudah memasukkan jari telunjuk dan
jari tengah tangan kanan ke dalam introitus vagina.
Setelah tangan kanan masuk, tangan kiri berpindah ke suprapubik. Letakkan telapak
tangan kiri pada suprapubik, dan dengan sedikit tekanan menunjuk langsung pada organ
yang diperiksa. Palpasi dimulai dari vagina hingga forniks, serviks uteri, uterus, adneksa atau
parametrium dan seluruh rongga panggul. Setelah tangan dikeluarkan, lakukan palpasi organ
reproduksi eksternal (vulva, dsb). Pemeriksaan harus dilakukan secara sistematis dan berurutan.
Lakukan penilaian berikut pada pemeriksaan pelvis bimanual :
• Vagina :
– Kelainan pada daerah introitus vagina (kista Bartolini, abses Bartolini)
– Kekuatan dinding vagina
– Sistokel atau rektokel, dan kista Gartner

6
– Permukaan dan kondisi rugae (ulkus, tumor dan fistula)
– Kelainan kongenital
– Penonjolan forniks atau kavum Douglasi
• Serviks uteri
– Permukaan (sikatriks, ulkus, tumor)
– Ukuran dan bentuk serviks uteri
– Konsistensi (kenyal, lunak, tanda Hegar)
– Kanalis servikalis terbuka atau tertutup
– Mobilitas
– Nyeri pada pergerakan
• Uterus
– Bentuk uterus
– Ukuran atau dimensi uterus
– Posisi uterus (anteversi, retroversi, antefleksi, retrofleksi, sinistro/ dekstroposisi)
– Konsistensi (padat, lunak)
– Permukaan uterus (bernodul, rata)
– Mobilitas
– Tumor (bentuk, ukuran, konsistensi)
– Kelainan kongenital

7
A B

C D

Gambar 7 . Pemeriksaan Bimanual

• Parametrium
– Struktur adneksa (tuba, ovarium)
– Parametrium (melebar, memendek)
– Nyeri pada palpasi
– Tumor (lokasi, ukuran, permukaan, konsistensi, mobilitas, hubungan dengan
jaringan lain)

D. PEMERIKSAAN REKTOVAGINAL

Gambar 8. Pemeriksaan Rektovaginal

Definisi : melakukan pemeriksaan dengan cara jari telunjuk tangan kanan tetap di dalam vagina,
sedangkan jari tengah tangan kanan berada di rektum.
Tujuan : mengkonfirmasi temuan pemeriksaan bimanual (misal, menentukan posisi
atau ukuran uterus atau memeriksa massa atau nyeri posterior terhadap uterus).
Pemeriksaan ini harus dilakukan hanya jika hasil temuan pemeriksaan bimanual membingungkan

8
(misal, ketidakmampuan mempalpasi uterus pada ibu/ klien yang mengalami obesitas atau ada
nyeri posterior terhadap serviks) atau jika memerlukan informasi tambahan. Pada wanita yang
belum melakukan hubungan seksual, hanya dilakukan Rectal Toucher tanpa memasukkan tangan
ke vagina. Jaringan diantara kedua jari disebut rectovaginal septum dan ukuran ketebalan tidak
lebih dari 2–4 mm (seperempat inci).
• Pada pemeriksaan ini, jari tengah tangan kanan dilumuri dengan pelumas (minyak) dan
dimasukkan dengan hati-hati ke dalam rektum.
• Saat jari tengah tangan kanan telah dimasukkan sebagian, masukkan jari telunjuk tangan
kanan ke dalam vagina dengan hati-hati. Tangan kiri pemeriksa diletakkan di suprapubik.
Dengan cara ini, pemeriksaan uterus bagian posterior dapat dilakukan lebih teliti. Tekan ke
bawah dengan kuat dan dalam dengan tangan lainnya (abdominal hand) berada di
atas tulang pubis sementara jari yang berada dalam vagina menekan serviks secara
anterior. Gunakan jari yang berada dalam rektum untuk merasakan permukaan
posterior uterus dalam menentukan apakah mengarah ke rektum. Uterus seharusnya terasa
halus. Geser jari dalam rektum ke atas sampai fundus dapat terasa. Periksa apakah ada nyeri
atau massa diantara permukaan posterior dari uterus dan rektum. Hal ini menunjukkan
adanya endometriosis. • Lakukan penilaian tonus muskulus sphingter ani, permukaan
mukosa rektum, penonjolan atau adanya massa pada rektum.
• Setelah selesai melakukan pemeriksaan rektovaginal, keluarkan kedua jari secara perlahan.
Sarung tangan tidak dapat dipakai ulang. Oleh karena itu, setelah memasukkan kedua tangan
yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, lepaskan dan buang ke
dalam wadah tahan bocor atau kantung plastik.

E. PEMERIKSAAN DISCHARGE VULVA DAN VAGINA


Dalam keadaan normal, discharge vagina terdapat dalam jumlah sedikit pada orang dewasa.
Tujuan: dilakukan sebagai penunjang diagnosis dalam menentukan etiologi dan terapinya.
• Glikogen diproduksi oleh epitel vagina dengan adanya aktivitas steroid ovarium, diubah oleh
Doderlein’s bacillus menjadi asam laktat.
• Produksi asam ini mempertahankan keasaman vagina pada pH 3-4.
1. Vaginal Swab
• Discharge vagina diambil dengan kapas lidi dari forniks posterior, dimasukkan ke
dalam botol kecil berisi larutan garam fisiologik (NaCl 0.9%) atau dimasukkan dalam
media khusus.
9
• Larutan yang mengandung discharge vagina disentrifugasi (centrifuge).
• Satu tetes ditempatkan di kaca objek, ditutup dengan kaca penutup, lalu diperiksa di
bawah mikroskop.
• Pemeriksaan dilakukan untuk mencari Trichomonas vaginalis dan benang-benang
(miselia) Candida albicans.
2. Pemeriksaan GRAM
• Discharge uretra diambil dari orifisium urethrae eksternum dan discharge serviks
dari ostium uteri eksternum dengan kapas lidi atau ose.
• Dibuat sediaan usap pada kaca objek. Dengan pewarnaan methylene blue atau
Giemsa, dapat tampak gonokokus, Trichomonas vaginalis, Candida albicans atau
spermatozoa.
3. Pemeriksaan Menggunakan Normal Saline
Digunakan untuk melihat adanya flora parasitik dari vagina seperti Trichomonas
vaginalis atau clue cell pada vaginitis non spesifik.
• Discharge vagina diambil dengan menggunakan kapas lidi.
• Discharge vagina diusapkan pada gelas objek, kemudian diencerkan menggunakan
larutan normal saline (NaCl 0,9%) dan ditutup dengan kaca objek.
• Dilakukan pemeriksaan menggunakan mikroskop,
• Pada kasus trikhomoniasis, pemeriksa dapat melihat Trichomonas vaginalis
hidup atau adanya clue cell pada vaginitis non spesifik.

4. PEMERIKSAAN MENGGUNAKAN KOH


• Discharge vagina diambil dengan menggunakan kapas lidi.
• Kemudian diusapkan pada kaca objek.
• Diteteskan larutan KOH 5-10% pada discharge tadi dan ditutup dengan kaca objek.
• Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan mikroskop.
• Pada candidiasis atau kasus infeksi jamur lainnya akan teramati adanya hifa dan doll
cell

F. PEMERIKSAAN SITOLOGI VAGINA


Untuk deteksi tumor ganas (Pap Smear):
Definisi : metode yang digunakan untuk mendeteksi adanya potensi kanker leher rahim atau
kanker serviks pada wanita.
Tujuan mencegah perkembangan kanker serviks sejak dini. Pap smear melihatkan
pengumpulan sel-sel dari leher rahim sampai ujung bawah rahim atau di bagian atas vagina.
10
1. Prosedur Pemeriksaan Pap Smear

a. Persiapan alat, alat yang akan digunakan, meliputi spekulum Bivalve (cocor bebek),
cytobrush, spatula Ayre, kaca objek yang telah diberi label atau tanda, dan alkohol 95%.
(Gambar 9)
b. Pasien berbaring dengan posisi litotomi.
c. Pasang spekulum sehingga tampak jelas vagina bagian atas, forniks posterior, serviks uterus,
dan kanalis servikalis. (Gambar 10)
d. Periksa serviks apakah normal atau tidak. Bila pada pemeriksaan/inspekulo ditemukan
kelainan s erviks bermakna, dilakukan pengambilan sampel khusus (diagnostik pap smear).
e. Terlebih dahulu dilakukan tindakan pengambilan sampel endoserviks (dari kanalis servikalis),
karena kandungan musin yang banyak mencegah pengeringan sel. Ini penting, terutama
bila sampel sel berada dalam satu kaca benda.
f. Sangat dianjurkan mengambil bahan endoserviks dengan cytobrush, pengambilan dengan
lidi kapas.
g. Setelah diyakinkan cytobrush mencakup keseluruhan kanalis servikalis dilakukan pemutaran
sehingga sel melekat pada sikat tersebut.
h. Sel yang diperoleh dipindahkan ke kaca benda dengan memutar cytobrush (bukan dengan
menggesek lurus) sehingga mengisi sebagian kaca benda yang telah diberi nomor atau
nama masing- masing pasien (dianjurkan kaca benda frosted end atau yang mudah ditulis
dengan pencil).
i. Selanjutnya untuk pengambilan bahan ektoserviks dengan spatula Ayre, ujung yang pendek,
dimasukkan ke dalam endoserviks sedalam mungkin dan permukaan spatula lainnya pada
ektoservik, dimulai dari arah jam 12 dan diputar 360 searah jarum jam.
j. Sediaan yang telah didapat, dioleskan di atas kaca objek pada sisi yang telah diberi tanda
dengan membentuk sudut 45 satu kali usapan.
k. Masukkan segera (dalam hitungan detik) apusan pada kaca benda ke dalam botol berisi
cairan fiksasi etil alkohol, di beberapa negara fiksasi dilakukan dengan semprotan (spray
fiksatif, bukan hair spray).
l. Bila sediaan apus akan dikirim dengan pos ke laboratorium sitologi, sediaan direndam di
dalam cairan fiksasi paling sedikit 30 menit, keluarkan dan keringkan di udara terbuka.
Sediaan apus jangan direndam dalam cairan fiksasi lebih dari 1 minggu karena akan terjadi
distorsi sel.
11
m. Kemudian sediaan yang telah dikeringkan dimasukkan ke dalam wadah transport dan
dikirim ke ahli patologi anatomi. Untuk diproses dan diperiksa.

Gambar 9. Cytobrush dan Spatula Aire

Gambar 10. Visualisasi organ setelah terpasang spekulum. Tampak pengambilan sampel.

Gambar 11. Prosedur pemeriksaan sitologi vagina

12
Gambar 12. Pembuatan apusan. Kiri: dengan spatula Aire. Kanan: dengan cyto brush

2. Liquid Based Cytology


Pada prinsipnya sama seperti Pap Smear namun tekniknya menggunakan metode
computerized.
a. Beri label vial dengan nama pasien, alamat, nomor identitas dan nomor rekam medis.
Data pasien pada vial harus sesuai dengan data pada blangko permohonan pemeriksaan.

b. Masukkan spekulum dengan ukuran spekulum dan prosedur yang sesuai kemudian
periksa serviks.
c. Ambil spesimen infeksi menular seksual jika diperlukan. Usapkan lidi kapas untuk
mengambil sekret/ mukosa serviks. Prosedur ini harus dilakukan secara hati-hati untuk
mencegah penghapusan sel serviks yang akan diambil untuk sampel.
d. Masukkan cytobrush ke dalam ke kanalis endoserviks hingga sikat cytobrush yang lebih
pendek menyentuh ektoserviks. Putar cytobrush searah jarum jam sebanyak 5 kali.

Untuk penyimpanan sampel dalam vial: Masukkan cytobrush dalam lubang vial yang lebih
besar. Putar cytobrush 90° untuk menarik sikat ke dalam vial dengan menggunakan tepi
dalam sisipan.

13
Untuk penyimpanan sampel dalam vial: Bilas sikat dengan mendorongnya ke dalam
dasar sebanyak 10 kali, usahakan sikat terpisah satu sama lain. Kemudian,
putar sikat dengan kuat untuk melepaskan bahan lebih banyak.

e. Tutup botol dengan kencang

14
.• Untuk pemeriksaan pada wanita pascamenopase beberapa tetes sekret dari puncak vagina dapat
ditambahkan.
• Kemudian dibuat sediaan apusan di kaca benda bersih yang kedua, untuk mendeteksi
kelainan endometrium.
• Bila mukosa atrofi, spatula sebaiknya dibasahi dahulu dengan larutan garam fisiologis (NaCl
0,9 %). Bila sediaan apus mulai mengering dapat dilakukan rehidrasi dengan meneteskan air
selama beberapa saat sebelum dilakukan fiksasi.
• Lalu dimasukkan ke dalam botol khusus (cuvette) berisi etil alkohol 95%.

• Setelah kira-kira satu jam, kaca objek dikeluarkan dan dikeringkan, dilakukan pulasan
menurut Papanicolou.

3. Interpretasi Hasil Pap Smear


• Terdapat banyak sistem dalam menginterpretasikan hasil pemeriksaan Pap Smear,
sistem Papanicolaou, sistem Cervical Intraepithelial Neoplasma (CIN), dan sistem Bethesda.
• Klasifikasi Papanicolaou membagi hasil pemeriksaan menjadi 5 kelas yaitu:
Kelas I : Tidak ada sel abnormal.
Kelas II : Terdapat gambaran sitologi atipik, namun tidak ada indikasi adanya keganasan.
Kelas III : Gambaran sitologi yang dicurigai keganasan, displasia ringan sampai sedang.
Kelas IV : Gambaran sitologi dijumpai displasia berat.
Kelas V : Keganasan.
• Sistem CIN pertama kali dipublikasikan oleh Richart RM tahun 1973 di Amerika Serikat. Pada
sistem ini, pengelompokan hasil uji Pap Smear terdiri dari :
a. CIN I merupakan displasia ringan dimana ditemukan sel neoplasma pada kurang dari
sepertiga lapisan epitelium.
b. CIN II merupakan displasia sedang dimana melibatkan dua pertiga epitelium.
c. CIN III merupakan displasia berat atau karsinoma in situ yang dimana telah melibatkan
sampai ke basement membrane dari epithelium.
• Klasifikasi Bethesda pertama kali diperkenalkan pada tahun 1988. Setelah melalui
beberapa kali pembaharuan, maka saat ini digunakan klasifikasi Bethesda 2001.
Klasifikasi Bethesda 2001 adalah sebagai berikut:

15
a. Sel skuamosa
1) Atypical Squamous Cells Undetermined Significance (ASCUS).
2) Low Grade Squamous Intraepithelial Lesion (LSIL).
3) High Grade Squamous Intraepithelial Lesion (HSIL).
4) Squamous Cells Carcinoma.

b. Sel glandular
1) Atypical Endocervical Cells
2) Atypical Endometrial Cells
3) Atypical Glandular Cells
4) Adenokarsinoma Endoservikal In situ
5) Adenokarsinoma Endoserviks
6) Adenokarsinoma Endometrium
7) Adenokarsinoma Ekstrauterin
8) Adenokarsinoma yang tidak dapat ditentukan asalnya (NOS)

Tabel 1. Klasifikasi Lesi prakanker

Klasifikasi Sitologi (untuk skrining) Klasifikasi Histologi (untuk diagnosis)


Pap Bethesda NIS (Neoplasia Klasifikasi Deskriptif
Intraepitel Serviks) WHO
Kelas I Normal Normal Normal
Kelas II ASC-US Atipia Atipia
ASC-H
Kelas III LISDR NIS 1 termasuk Koilositosis
condiloma
Kelas III LISDT NIS 2 Displasia sedang
Kelas III LISDT NIS 2 Displasia berat
Kelas IV LISDT NIS 3 Karsinoma Insitu
Kelas V Karsinoma Invasif Karsinoma Invasif Karsinoma Invasif
Sumber: Panduan Pelayanan Kilnik (HOGI, 2013)

Keterangan:
ASCUS : Atypical Squamous of Undetermined Significance
ASCH : Atypical Squamous cell cannot exclude a high grade squamous epithelial lesion
LISDR : Lesi intraepitel skuamosa derajad rendah (LSIL: Low grade intraephitelial lesion)
LISDT : Lesi intraepitel skuamosa derajad tinggi (HSIL: High grade intraephitelial lesion)
16
4. Edukasi Hasil Pap Smears
Hasil Pap Smear abnormal berarti bahwa beberapa sel dari serviks berbeda dari sel
normal. Hal ini terjadi sekitar 1 dari 10 hasil Pap smear. Pasien dapat merasa cemas atau
khawatir jika mengetahui hasil Pap Smear abnormal namun pasien perlu mengetahui bahwa
hanya kurang dari 1 % hasil abnormal saja yang merupakan kanker. Kelainan tingkat rendah
dapat diakibatkan oleh karena perubahan sel serviks yang kemungkinan disebabkan
infeksi ringan seperti tukak atau HPV. Infeksi HPV terjadi pada 99,7% kasus kanker
serviks namun tidak semua infeksi HPV menyebabkan kanker serviks. Sebagian besar
wanita tidak mengetahui bahwa dirinya terinfeksi HPV sampai mereka menerima hasil Pap
Smear yang abnormal. Infeksi HPV pada sebagian besar wanita dapat sembuh secara alami
dalam 1-2 tahun. Namun, pada beberapa kasus diperlukan waktu yang lebih lama untuk
kesembuhan infeksi HPV sehingga meningkatkan risiko kanker serviks (Cancer Council
Australia, 2017).
Jika hasil Pap Smear menunjukkan kelainan tingkat rendah sedangkan hasil Pap Smear
sebelumnya normal, maka pasien diminta untuk mengulang Pap Smear dalam 1 tahun. Hal ini
diharapkan dapat menunggu waktu bagi tubuh untuk menyembuhkan infeksi HPV secara
alami. Jika hasil ulangan Pap Smear tidak normal maka pasien dirujuk ke spesialis untuk
pemeriksaan lebih lanjut yaitu kolposkopi. Dokter spesialis menggunakan kolposkop untuk
mendapatkan gambaran serviks yang diperbesar sehingga dapat memeriksa luas dan sifat
kelainan (Cancer Council Australia, 2017).
Kelainan tingkat tinggi dapat terjadi karena perubahan lapisan permukaan serviks yang
lebih parah. Jika tidak diterapi, maka dapat meningkatan risiko lebih besar terkena kanker
serviks. Umumnya dibutuhkan sekitar 10 tahun sebelum kelainan tingkat tinggi berkembang
menjadi kanker serviks. Jika pasien memiliki kelainan tingkat tinggi maka dokter harus
merujuk pasien ke spesialis untuk pemeriksaan dan perawatan lebih lanjut (Cancer
Council Australia, 2017).

G. INSPEKSI VISUAL DENGAN ASAM ASETAT (IVA TEST)


Definisi: pemeriksaan serviks secara langsung dengan mata telanjang, tanpa
menggunakan alat pembesar setelah serviks diusap dengan asam asetat 3-5%.
Tujuan: untuk mendeteksi secara dini adanya lesi prakanker atau kanker melalui
perubahan warna epitel serviks menjadi putih, yang disebut acetowhite.
17
Adanya metaplasia skuamosa atipik pada serviks akibat stimulus onkogen dalam
perkembangan sel yang mengalami metaplasia akan menampakkan daerah peralihan
yang atipik. Hal ini ditandai dengan adanya peningkatan nisbah inti sitoplasma. Peningkatan
ini berakibat berkurangnya kemampuan sinar untuk menembus epitel. Epitel akan tampak
putih yang segera terlihat setelah serviks diusap dengan asam asetat 3-5%. Efek asam asetat
akan menyebabkan dehidrasi sel akibat peningkatan osmolaritas cairan ekstraseluler. Cairan
ekstraseluler yang bersifat hipertonik ini akan menarik cairan intraseluler sehingga membran
sel akan kolaps dan jarak antar sel semakin dekat. Epitel kolumnar akan menjadi plumper
(gemuk) setelah pemberian asam asetat, sehingga sel-sel mudah terlihat. Sel yang
mengalami displasia paling terpengaruh terhadap pemberian asam asetat karena memiliki
inti yang besar dan kromatin dengan kandungan protein tinggi. Akibatnya bila permukaan
sel mendapat sinar, maka sinar tidak akan diteruskan ke dalam stroma namun akan
dipantulkan keluar permukaan sel. Asam asetat juga mempunyai efek koagulasi protein dalam
sitoplasma dan inti sehingga tampak opaque dan putih. Epitel abnormal memiliki inti dengan
kepadatan yang tinggi, sehingga menghambat cahaya untuk menembus epitel. Hal ini
menyebabkan sel akan terlihat berwarna putih (acetowhite) oleh karena warna kemerahan
pada pembuluh darah di bawah epitel tidak terlihat. Inilah yang membedakan hasil ulasan
pada epitel serviks yang normal. Pada keadaan normal, epitel tidak berwarna dan tembus
cahaya. Warna kemerahan yang terlihat merupakan warna pembuluh darah di bawah epitel.
Derajat putihnya epitel pada reaksi acetowhite menunjukkan daerah dengan
peningkatan densitas inti yang mencerminkan bertambahnya jumlah, ukuran dan konsentrasi
DNA sel yang abnormal. Semakin tinggi konsentrasi protein, epitel akan semakin putih.
Kondisi ini akan berhubungan langsung dengan derajat displasia. Efek asam asetat akan
mencapai puncak sekitar 1-2 menit sesudah aplikasi dan akan menghilang dalam waktu
5 menit. Tindakan pengusapan asam asetat dapat dilakukan beberapa kali selama
pemeriksaan.

Untuk melakukan pemeriksaan IVA dibutuhkan tempat dan alat sebagai berikut :
- Ruang tertutup, karena pasien diperiksa dengan posisi litotomi
- Tempat tidur periksa yang memungkinkan pasien berada dalam posisi litotomi
- Terdapat sumber cahaya untuk melihat serviks
- Spekulum vagina
- Asam asetat 3-5%
18
- Swab (lidi kapas)
- Sarung tangan steril
- Sabun dan air untuk mencuci tangan
- 0,5% Chlorine untuk dekontaminasi instrument dan sarung tangan
- Tempat sampah

Prosedur pemeriksaan IVA Test:


1. Penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan kepada pasien.
2. Pasien berada di atas tempat tidur pemeriksaan dalam posisi litotomi.
3. Pemeriksa duduk di depan vulva, dengan sumber cahaya terang berupa lampu sorot di
belakang pemeriksa.
4. Visualisasi serviks dengan spekulum cocor bebek kering tanpa pelumas.
5. Gunakan lidi kapas untuk menghilangkan kotoran, darah atau lendir dari serviks.
6. Identifikasi SCJ (Squamo Columnar Junction) dan area di sekitarnya.
7. Oleskan asam asetat ke serviks dengan lidi kapas; tunggu satu atau dua menit untuk
memungkinkan perubahan warna berkembang. Amati setiap perubahan tampilan serviks.
Berikan perhatian khusus pada kelainan yang dekat dengan zona transformasi.
8. Periksa SCJ dengan cermat dan pastikan Anda dapat melihat semuanya. Laporkan jika
serviks mudah berdarah. Carilah adanya plak putih yang menonjol dan menebal atau epitel
asetowhite. Keluarkan darah atau kotoran yang muncul selama pemeriksaan.
9. Gunakan kapas segar untuk menghilangkan larutan asam asetat yang tersisa dari serviks dan
vagina.
10. Lepaskan spekulum dengan hati-hati
Setelah skrining
11. Catat pengamatan Anda dan hasil tes. Gambar peta dari setiap temuan abnormal pada
formulir rekam medis.
12. Diskusikan hasil tes skrining dengan pasien. Jika tesnya negatif, beri tahu dia bahwa dia
harus menjalani tes lagi dalam tiga tahun. Jika tesnya positif atau diduga ada kanker, beri
tahu dia langkah selanjutnya yang direkomendasikan. Jika dia perlu dirujuk untuk
pengujian atau perawatan lebih lanjut, buat pengaturan dan berikan semua formulir dan
instruksi yang diperlukan sebelum dia pergi.

19
Gambar 13. Skema IVA Test Gambar 14. Ukuran Uterus

Pada lesi prakanker akan terlihat warna bercak putih yang disebut acetowhite pada daerah
transformasi (IVA positif) plak putih yang meninggi dan menebal atau epithelium asetowhite.
Jika tidak terlihat bercak putih pada daerah transformasi lapisan serviks halus, seragam, merah
muda dengan asam asetat dan tidak berbentuk disebut IVA negatif. Mencurigakan untuk kanker
jika massa jamur seperti kembang kol atau ulkus dicatat di serviks.
Kategori yang dipergunakan untuk interpretasi hasil pemeriksaan IVA yaitu :
IVA negatif :
Serviks normal, permukaan epitel licin, tidak
ada reaksi acetowhite

Inflamasi :
Serviks dengan peradangan (servisitis),
kelainan jinak lainnya

20
IVA positif :
Terlihat bercak putih (reaksi acetowhite).
Semakin putih, tebal dan ukuran yang besar
dengan tepi tumpul, semakin berat derajat
kelainan.

Kanker serviks :
Gambaran pertumbuhan massa seperti kembang
kol, kemungkinan ditemukan jaringan nekrotik,
rapuh, mudah berdarah dengan gambaran putih
yang keras.

Bila ditemukan hasil IVA positif di pusat pelayanan kesehatan primer, maka pasien dirujuk ke
fasilitas kesehatan yang lebih tinggi untuk dilakukan konfirmasi diagnosis dengan kolposkopi
atau penatalaksanaan dengan cryotherapy.
Sebagai metode skrining, IVA memiliki kelebihan sebagai berikut :
1. Tidak invasif, pelaksanaannya lebih mudah dan lebih murah.
2. Dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan di semua tingkat pelayanan, termasuk perawat
dan bidan.
3. Alat yang dibutuhkan sangat sederhana.
4. Hasil didapat dengan segera.
5. Memiliki sensitivitas yang tinggi.
Keterbatasan metode ini adalah tidak diketahuinya jenis perubahan sel pada serviks dan
kemungkinan terlewatkan untuk deteksi dini perubahan serviks di daerah endoserviks.

21
H. SKENARIO LATIHAN

1. Seorang perempuan P2A3, 37 th datang ke poliklinik dengan keluhan keputihan berbau amis.
Dari anamnesis didapatkan pasientelah mengalami keluhan ini selama beberapa minggu,
discharge berair dan berwarna kuning, menimbulkan rasa panas dan gatal yang hebat pada
introitus. Tidak ada rasa nyeri pada saat berhubungan. Ia aktif secara seksual, dan
menggunakan kontrasepsi oral sebagai alat keluarga berencana. Pasien telah melahirkan 2
orang anak tanpa komplikasi, dengan bayi terberat 3600 g. Ia pernah mengalami 2 kali keguguran
dan 1 kehamilan ektopik yang dikeluarkan menggunakan laparoskopi. Riwayat ginekologi:
menstruasi terakhir 2 minggu yang lalu, teratur sesuai dengan pil KBnya. Ia memperhatikan adanya
darah mens yang lebih banyak dan rasa nyeri pada saat ia tidak menggunakan pil KB. Ia melakukan
Pap Smear setiap tahun, dengan hasil normal. Hubungan seksual pertama kali pada usia 20 tahun.
Ia menyangkal adanya keluhan ginekologi atau urologi. Dokter melakukan pemeriksaan fisik dan
pelvis.
Pemeriksaan fisik :
KU : baik, terlihat resah
TD 114/70 mmHg, Nadi 80 x/menit, RR 16 x/menit, Suhu 37 C
Kepala : normal
Leher : tidak terdapat pembesaran tiroid atau nodul
Paru dalam batas normal
Kardiovaskular : nadi dan irama regular, murmur (-)
Mammae : massa (-), discharge dan nyeri tekan (-), tidak terdapat nodul pada axilla
Abdomen : lemas, datar, nyeri tekan (-), terdapat parut laparoskopi yang sembuh dengan baik,
tidak teraba massa
Tugas: lakukan pemeriksaan inspekulo dan bimanual!

22
Clinical Reasoning :
Apabila hasil pemeriksaan pelvis :
Genitalia externa : terdapat eritema pada komisura posterior, tidak tampak jelas lesi,
kelenjar Bartholini dan Skene dalam batas normal, uretra dalam batas normal.
Vagina: discharge kuning banyak, lesi (-), mukosa dalam batas normal
Serviks: licin, diambil specimen untuk kultur dan sediaan basah, lesi (-)
Pemeriksaan bimanual: uterus antefleksi dalam batas normal, nyeri tekan (-), slinger pain
(-), ovarium dalam batas normal, mobile dan nyeri tekan (-)
Sediaan basah : banyak sel darah putih dan trichomonas hidup
Diskusikan:
a. Apakah kemungkinan diagnosis dan diagnosis banding kasus tersebut?
b. Apakah kemungkinan pemeriksaan penunjang yang diperlukan pada kasus tersebut?
c. Apakah edukasi dan konseling yang sesuai pada kasus tersebut?

2. Seorang perempuan P2A0, 38 th datang ke poliklinik dengan keluhan flek setelah berhubungan
suami istri. D a r i anamnesis didapatkan pasien telah mengalami keluhan
selama 1 bulan ini sebanyak 2-3 kali, flek berwarna merah tua, jumlah sedikit, flek kadang
muncul setelah berhubungan suami istri, flek hilang 1-2 hari setelahnya. Pasien juga mengeluh
keputihan, warna kuning kecoklatan, berbau Tidak ada rasa nyeri pada saat berhubungan.
Pasien memiliki 2 orang anak usia 10 tahun dan 5 tahun. Riwayat ginekologi: menstruasi
terakhir 3 minggu yang lalu, siklus teratur 30 hari, durasi menstruasi 7 hari, tidak KB. Pasien
belum pernah melakukan pap smear. Hubungan seksual pertama kali pada usia 20 tahun.
Tugas: lakukan pemeriksaan Pap Smear!

Clinical Reasoning :
Diskusikan:
a. Kapan waktu pemeriksaan Pap Smear dilakukan?
b. Apabila hasil Pap smear dalam batas normal kapan pasien perlu melakukan Pap Smear
kembali?
c. Apakah indikasi dan kontraindikasi pemeriksaan Pap Smear?

3. Puskesmas tempat Anda bekerja akan mengadakan screening pemeriksaan IVA test untuk
deteksi dini kanker serviks. Seorang perempuan, P1A0, usia 30 tahun datang ke puskesmas
untuk pemeriksaan IVA test. Pasien tidak memiliki keluhan dan belum pernah vaksin HPV.
Tugas: lakukan pemeriksaan IVA Test !

23
Clinical Reasoning :
Diskusikan:
a. Bagaimana sensitivitas dan spesifisitas pemeriksaan IVA test dibandingkan dengan
pemeriksaan Pap Smear?
b. Apakah pemeriksaan gold standard penegakan diagnosis kanker serviks?
c. Apabila hasil IVA test positif, bagaimana prosedur selanjutnya?

Tugas Responsi
Setiap mahasiswa berlatih keterampilan-keterampilan klinis sesuai tujuan pembelajaran dan
membuat 1 video keterampilan klinis dengan pembagian:
Mahasiswa presensi 1-4 membuat video sesuai Skenario 1
Mahasiswa presensi 5-8 membuat video sesuai Skenario 2
Mahasiswa presensi 9-12 atau lebih membuat video sesuai Skenario 3
Durasi setiap video 8 menit
Teknis dan panduan pembuatan video responsi sesuai ketentuan skillslab

Alat dan Manekin yang dibutuhkan:


1. Meja alat steril
2. Meja alat non steril
3. Bed pemeriksaan gyn
4. Kursi di depa bed pemeriksaan gyn
5. Lampu periksa
6. Tempat sampah medis
7. Tempat sampah non medis
8. Speculum graeve
9. Tampon tang
10. Cairan antiseptik
11. Duk berlubang
12. Handscoen steril
13. Cawan betadine

24
14. Kassa steril
15. Cawan ginjal
16. Cytobrush
17. Lidi kapas
18. Spatula Ayre
19. Objek glass
20. Stiker label identitas pasien
21. Alkohol 95%
22. Asam asetat 3-5 %
23. Manekin pemeriksaan gyn/ pengganti manekin dengan gambar area yang diperiksa

25
LEMBAR PENILAIAN MAHASISWA
KETERAMPILAN PEMERIKSAAN IN-SPEKULO & BIMANUAL

No ASPEK KETERAMPILAN YANG DINILAI Skor

0 1 2

1 Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan

2 Meminta ijin pasien untuk memulai pemeriksaan

3 Cek instrument dan material

4 Meminta pasien untuk tenang dalam posisi litotomi

5 Mengoreksi posisi pasien (perineum tepat di tepi meja pemeriksaan ginekologi)

6 Menyiapkan lampu tindakan

7 Mencuci tangan dan memakai sarung tangan secara aseptik (melepas cincin, jam, dll)

8 Duduk, melakukan toilet vulva dan sekitarnya

9 Melakukan inspeksi area vulva: mons pubis, labia mayor dan labia minor (melihat
adanya lesi kulit, massa, discharge dari vagina)
10 Memilih spekulum dan memasang sekrupnya

11 Memasukkan spekulum dengan tangan kanan

12 Memperlihatkan serviks dengan membuka speculum

13 Mengunci speculum

14 Membersihkan vagina menggunakan desinfektan

15 Melaporkan kondisi serviks

16 Melakukan observasi dinding vagina dengan memutar spekulum 90 o ke kiri dan ke


kanan
17 Melepaskan spekulum setelah mengendurkan sekrup yang terkunci

18 Meletakkan spekulum di tempatnya

19 Melubrikasi tangan dengan cairan lubrikan

20 Berdiri, mengambil posisi dengan tangan kanan di vulva, dan tangan kiri di supra
pubis
21 Melakukan pemeriksaan bimanual dengan jari telunjuk dan jari tengah

22 Tangan kiri pada suprapubis membantu mengevaluasi organ yang diperiksa

23 Membuka sarung tangan dan mencuci tangan

24 Melaporkan hasil pemeriksaan

25 Meletakkan instrumen ditempatnya

PENILAIAN PROFESIONALISME 0 1 2 3 4

SKOR TOTAL

26
Penjelasan :

0 Tidak dilakukan mahasiswa

1 Dilakukan, tapi belum sempurna

2 Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa
karena situasi yang tidak memungkinkan (misal tidak diperlukan dalam skenario
yang sedang dilaksanakan).

Nilai Mahasiswa = Skor Total x 100%

54

27
LEMBAR PENILAIAN MAHASISWA
KETERAMPILAN PEMERIKSAAN PAP SMEAR
Skor
No ASPEK KETERAMPILAN YANG DINILAI
0 1 2

1 Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan


2 Meminta ijin pasien untuk memulai pemeriksaan
3 Cek instrument dan material
4 Meminta pasien untuk tenang dalam posisi litotomi
5 Mengoreksi posisi pasien (perineum tepat di tepi meja pemeriksaan
ginekologi)
6 Menyiapkan lampu tindakan
7 Mencuci tangan dan memakai sarung tangan secara aseptik (melepas cincin,
jam, dll)
8 Melakukan inspeksi area vulva: mons pubis, labia mayor dan labia minor
(melihat adanya lesi kulit, massa, discharge dari vagina)
9 Duduk, melakukan toilet vulva dan sekitarnya
10 Memilih spekulum dan memasang sekrupnya
11 Memasukkan spekulum dengan tangan kanan
12 Memperlihatkan serviks dengan membuka spekulum
13 Mengunci spekulum
14 Melaporkan kondisi serviks
15 Membersihkan serviks dari discharge/ eksudat/ darah menggunakan lidi kapas
16 Mengambil bahan endoserviks dengan cytobrush
17 Mengambil bahan ektoserviks dengan spatula Ayre (ujung yang pendek)
dimasukkan ke dalam endoserviks sedalam mungkin, dimulai dari arah jam
12 dan diputar 3600 searah jarum jam
18 Membuat apusan : mengoleskan spatula pada kaca objek bersih dengan
membentuk sudut 45 satu kali usapan, diberi label identitas pasien
19 Memfiksasi sediaan (dalam 10-15 detik) dengan Alkohol 95%
20 Melepaskan spekulum setelah mengendurkan sekrup yang terkunci
21 Meletakkan spekulum pada tempatnya
22 Membersihkan vulva dengan desinfektan
23 Melepaskan sarung tangan dan mematikan lampu
24 Mencuci tangan

25 Memberi penjelasan pada pasien tentang kemungkinan efek samping


tindakan yang dapat terjadi dan apa yang harus dilakukan pasien
PENILAIAN PROFESIONALISME 0 1 2 3 4

SKOR TOTAL
28
Penjelasan :

0 Tidak dilakukan mahasiswa

1 Dilakukan, tapi belum sempurna

2 Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa
karena situasi yang tidak memungkinkan (misal tidak diperlukan dalam skenario
yang sedang dilaksanakan).

Nilai Mahasiswa = Skor Total x 100%

54

29
LEMBAR PENILAIAN MAHASISWA KETERAMPILAN
PEMERIKSAAN IVA TEST
Skor
No ASPEK KETERAMPILAN YANG DINILAI
0 1 2

1. 1 Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan

2. Meminta ijin pasien untuk memulai pemeriksaan

3. Cek instrument dan material

4. Meminta pasien untuk tenang dalam posisi litotomi

5. Mengoreksi posisi pasien (perineum tepat di tepi meja pemeriksaan


ginekologi)
6. Menyiapkan lampu tindakan

7. Mencuci tangan dan memakai sarung tangan secara aseptik (melepas


cincin, jam, dll)
8. Melakukan inspeksi area vulva: mons pubis, labia mayor dan labia minor
(melihat adanya lesi kulit, massa, discharge dari vagina)
9. Duduk, melakukan toilet vulva dan sekitarnya

10. Memilih spekulum dan memasang sekrupnya

11. Memasukkan spekulum dengan tangan kanan

12. Memperlihatkan serviks dengan membuka spekulum

13. Mengunci spekulum

14. Melaporkan kondisi serviks

15. Membersihkan serviks dari discharge / eksudat/ darah menggunakan lidi


kapas
16. Mencelupkan lidi kapas ke dalam cairan asam asetat 3-5%

17. Mengusap seluruh permukaan serviks searah jarum jam menggunakan lidi
kapas yang sudah dibasahi asam asetat 3-5%, kemudian ditunggu 1-2
menit
18. Melakukan inspeksi seluruh permukaan secara teliti dengan
menggunakan lampu tindakan
19. Memberikan interpretasi hasil IVA tes

20. Melepaskan spekulum setelah mengendurkan sekrup yang terkunci

21. Meletakkan spekulum pada tempatnya

22. Membersihkan vulva dengan desinfektan

23. Melepaskan sarung tangan dan mematikan lampu

24. Mencuci tangan

25. Memberi penjelasan pada pasien tentang hasil pemeriksaan dan apa yang
harus dilakukan pasien
PENILAIAN PROFESIONALISME 0 1 2 3 4

SKOR TOTAL

30
Penjelasan :

0 Tidak dilakukan mahasiswa

1 Dilakukan, tapi belum sempurna

2 Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa
karena situasi yang tidak memungkinkan (misal tidak diperlukan dalam skenario
yang sedang dilaksanakan).

Nilai Mahasiswa = Skor Total x 100%

54

31
DAFTAR PUSTAKA

Buku Acuan Modul Pelatihan IVA, JNPK-KR, 2015, Jakarta

Cancer Council, 2018, Understanding Your Pap Smear/ Cervical Screening Test Result,
www.cancer.org.au

Hoffman, Schorge, Bradshaw, Halvorson, Schaffer, Corton, 2012, Williams Gynecology, New York:
Mc Graw Hill.

Kementrian Kesehatan RI. Panduan Program Nasional Gerakan Pencegahan dan Deteksi Dini
Kanker Kanker Leher Rahim dan Kanker Payudara. 2015. Online. Accessed 19th February 202.
Available at: http://p2ptm.kemkes.go.id/uploads/2016/10/Panduan-Program-Nasional-
Gerakan-Pencegahan-dan-Deteksi-Dini-Kanker-Kanker-Leher-Rahim-dan-Kanker-Payudara-21-
April-2015.pdf

Manuaba, IBG. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC 1998.

Panduan Pelayanan Kilnik , 2013, HOGI, Jakarta.

WHO, 2013, Monitoring national cervical cancer prevention and control programmes: quality
control and quality assurance for visual inspection with acetic acid (VIA)-based programmes,
Green Ink Ltd

WHO. 2013. WHO guidelines for screening and treatment of precancerous lesions for cervical
cancer prevention. Online. Accessed 9th February 2021.

Wiknyosastro, Hanifa. 2011. Buku Ilmu Kebidanan FK UI. Edisi Ketiga. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

32
LAMPIRAN

PENJELASAN PENILAIAN ASPEK PROFESIONALISME

0 1 2 3 4
- Ada critical step / - Banyak prosedur - Ada prosedur - Semua prosedur - Skor 3
prosedur tindakan tidak dilakukan tindakan yang tidak dilakukan dengan lengkap ditambah,
sangat penting dengan benar, dilakukan atau dan benar.
yang tidak tidak urut atau dilakukan tapi tidak - Tampak percaya
dilakukan tidak sistematis sempurna atau - Memperhitungkan waktu, diri dan
dilakukan secara tidak terburu-buru atau memahami betul
- Sebagian besar - Terlihat terburu- tidak urut (terbalik- terlalu lambat. apa yang sedang
prosedur tidak buru atau balik). dilakukan
dilakukan dengan sebaliknya (terlalu - Seluruh prosedur (keterampilan
Penilaian benar, tidak urut lambat) - Terlihat kurang dilakukan dengan urut dan penalaran
Aspek atau tidak sistematis dalam dan sistematis. klinis baik).
Profesiona sistematis - Melakukan melakukan
lisme tindakan yang tindakan. - Tidak melakukan tindakan
- Terlihat bingung membuat pasien yang akan
(tidak tahu apa tidak nyaman - Terkadang terlihat membahayakan pasien /
yang harus (kasar, terburu- bingung/ blocking membuat pasien tidak
dikerjakan). buru, kurang dalam melakukan nyaman.
empati) tindakan.
- Melakukan - Belum cukup percaya diri,
tindakan yang terkadang belum
membahayakan memahami apa yang
pasien. sedang dilakukan
(penalaran klinis masih
kurang).

33
34

Anda mungkin juga menyukai