Semester 6
Tahun Ajaran 2020/2021
i
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
FAKULTAS KEDOKTERAN
Jl. Ir. Sutami 36 A Surakarta Tel/Fax (0271) 664178
JUDUL TOPIK
SKILLS LAB PEMERIKSAAN GINEKOLOGI
(SKILLS LAB GYNECOLOGY)
JUDUL SUBTOPIK
IVA TEST, SWAB VAGINA, PAP SMEAR
TAHUN AJARAN 2020/2021
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Buku ini telah disahkan sebagai buku panduan untuk kegiatan pembelajaran di Program Studi
Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Pada tanggal :
Yang mengesahkan,
Dekan
iii
TIM PENYUSUN
Ketua:
Sekretaris:
Anggota:
iv
ABSTRAK
Kata kunci: keterampilan klinis, ginekologi, iva test, swab vagina, pap smear
v
KATA PENGANTAR
Kami mengucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena dengan
bimbingan-Nya pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan Buku Keterampilan IVA
Test, swab vagina, dan Pap Smear sebagai Pedoman Keterampilan Klinis bagi mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta Semester 6 sebagai kelanjutan
keterampilan ginekologi dasar serta kemampuan manajemen pasien melalui kegiatan Blok 6.1.
Melalui proses pembelajaran keterampilan secara berkelanjutan topik ginekologi dasar hingga
topik IVA Test, swab vagina dan Pap Smear diharapkan mahasiswa lebih terampil dalam jangka
waktu panjang.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
penyusunan buku ini. Penulis menyadari bahwa buku ini masih banyak kekurangannya,
sehingga penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan
dalam penyusunan buku ini.
Terima kasih dan selamat belajar.
vi
DAFTAR ISI
Abstrak ................................................................................................................... v
Kata Pengantar........................................................................................................ vi
Lesson Plan............................................................................................................. xi
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 32
Lampiran................................................................................................................. 33
vii
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Semester : 6
Mata Kuliah Prasyarat : - Kepala Program Studi : Dr. Eti Poncorini
Pamungkasari, dr.,
MPd
viii
Daftar Referensi : 1. Buku Acuan Modul Pelatihan IVA, JNPK-KR, 2015, Jakarta
2. Cancer Council, 2018, Understanding Your Pap Smear/ Cervical Screening Test Result, www.cancer.org.au
3. Hoffman, Schorge, Bradshaw, Halvorson, Schaffer, Corton, 2012, Williams Gynecology, New York: Mc Graw Hill.
4. Kementrian Kesehatan RI. Panduan Program Nasional Gerakan Pencegahan dan Deteksi Dini Kanker Kanker Leher Rahim dan Kanker Payudara. 2015. Online. Accessed 19th
February 202. Available at: http://p2ptm.kemkes.go.id/uploads/2016/10/Panduan-Program-Nasional-Gerakan-Pencegahan-dan-Deteksi-Dini-Kanker-Kanker-Leher-Rahim-dan-
Kanker-Payudara-21-April-2015.pdf
5. Manuaba, IBG. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC 1998.
6. Panduan Pelayanan Kilnik , 2013, HOGI, Jakarta.
7. WHO, 2013, Monitoring national cervical cancer prevention and control programmes: quality control and quality assurance for visual inspection with acetic acid (VIA)-based
programmes, Green Ink Ltd
8. WHO. 2013. WHO guidelines for screening and treatment of precancerous lesions for cervical cancer prevention. Online. Accessed 9th February 2021.
9. Wiknyosastro, Hanifa. 2011. Buku Ilmu Kebidanan FK UI. Edisi Ketiga. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Tahap Kemampuan akhir/ Sub- Materi Pokok Referensi Metode Pembelajaran Waktu Pengalaman Belajar Penilaian*
CPMK (kode Luring Daring Indikator(tingkat Teknik
(kode CPL) dan Taksonomi) penilaian
halaman) C-A-P dan bobot
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1. Melakukan keterampilan 1. Melakukan pemeriksaan No 1-9 Kuliah interaktif Kuliah interaktif 5x 100 menit Kuliah dan diskusi P4 OSCE
pemeriksaan IVAtest sp e k u l u m da n inspeksi vagina Skill Lab Terbimbing Skill Lab Demonstrasi-simulasi
2. Melakukan keterampilan dan serviks 1 Terbimbing Simulasi-umpan balik
pemeriksaan swab vagina 2. Me l a k u k a n pemeriksaan Skill Lab Terbimbing Skill Lab Ujian OSCE
3. Melakukan keterampilan bimanual: palpasi vagina, serviks, 2 Responsi 1
pemeriksaan Pap Smear. uteri , ovarium, dan cavum Douglas Skill Lab Responsi Skill Lab
3. Mel a k u k a n p emeriksaan Responsi 2
rektovaginal Video
4. Melakukan IVA test
5. Melakukan swab vagina
6. Melakukan penilaian duh genital:
bau, pH, pemeriksaan dengan
pewarnaan Gram, salin dan KOH
7. Melakukan Pap Smear
8. Mengintepretasikan hasil
pemeriksaan ginekologi
9. Merapikan instrumen yang
digunakan dalam pemeriksaan
ix
TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan spekulum dan inspeksi vagina dan serviks
2. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan bimanual: palpasi vagina, serviks, uteri ,
ovarium, dan cavum Douglas
3. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan rektovaginal
4. Mahasiswa mampu melakukan IVA test
5. Mahasiswa mampu melakukan swab vagina
6. Mahasiswa mampu melakukan penilaian duh genital: bau, pH, pemeriksaan dengan
pewarnaan Gram, salin dan KOH
7. Mahasiswa mampu melakukan Pap Smear
8. Mahasiswa mampu mengintepretasikan hasil pemeriksaan ginekologi
9. Mahasiswa mampu merapikan instrumen yang digunakan dalam pemeriksaan
x
LESSON PLAN
Sesi Terbimbing (Secara Daring)
xi
DAFTAR KETERAMPILAN KLINIS (SKDI 2012)
adneksa
Pemeriksaan IVA 4A
xii
IVA TEST, SWAB VAGINA, DAN PAP SMEAR
A. PEMERIKSAAN SPEKULUM
Definisi : memeriksa dengan cara melihat adanya kenormalan atau ketidak normalan
pada organ genital wanita dengan menggunakan spekulum.
Tujuan : membantu menegakkan diagnosis, skrining, saat tindakan terapi, pemasangan
alat kontrasepsi. Pemeriksaan spekulum (inspekulo) ini dilakukan dengan menggunakan
spekulum dan hanya dilakukan apabila pasien telah menikah atau pernah melakukan koitus.
Pada pasien yang belum menikah tetapi pernah melakukan koitus diperlukan informed consent
secara tertulis. Spekulum yang sering digunakan adalah spekulum Sims dan spekulum Graves.
Spekulum Sims memberikan visualisasi yang lebih baik, tetapi harus menggunakan 2
tangan, sementara spekulum Graves hanya membutuhkan 1 tangan, sementara tangan lainnya
dapat melakukan hal lain. Pada beberapa keadaan, spekulum Sims dapat digunakan dengan
bantuan orang lain.
Geser labia mayora ke sisi kiri dan kanan dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk
tangan kiri, dengan tangan kanan memegang spekulum posterior. Spekulum posterior
dimasukkan secara perlahan dalam posisi oblik. Setelah memasukkan 2/3 daun spekulum ke
dalam vagina, rotasikan 90˚ secara perlahan ke arah bawah, kemudian masukkan seluruh daun
spekulum kedalam vagina hingga mencapai forniks posterior. Setelah itu, tangan kiri memegang
spekulum yang terpasang, dan tangan kanan memegang spekulum superior. Daun spekulum
superior dimasukkan secara datar sampai dengan mencapai forniks anterior. Bila ada sesuatu
yang ingin anda lakukan, dengan tangan kiri tetap memegang Sims bawah, mintalah asisten
untuk memegang Sims atas. Pemasangan spekulum adalah benar apabila serviks terlihat
dengan jelas.
Perhatikan dinding vagina: mukosa seharusnya berwarna merah muda (pink)
dengan permukaan yang lembab dan lembut atau berlipat (rugae). Perhatikan apakah
terjadi inflamasi, ulcer. Sekresi normal biasanya tipis, bening atau keruh, dan tidak berbau.
Perhatikan apakah terdapat keputihan yang tak normal: cair, berbusa, berbau “amis”,
berwarna putih seperti “keju” atau abu-abu. Ambil sampel cairan vagina untuk mengukur
pH, saline atau jumlah KOH basah dan, jika mungkin, untuk menilai Gram’s stain (jika
fasilitas lab tersedia). Lihat serviks dan mulut serviks: bila serviks terhalang discharge, bersihkan
2
dengan menggunakan cairan saline atau cairan disinfektan. Mulut serviks wanita yang belum
pernah melahirkan kecil dan bundar atau oval, sedangkan dari wanita yang pernah
melahirkan biasanya memiliki celah horizontal, tetapi mungkin tak beraturan dan
terbuka. Perhatikan warna serviks, permukaan tampak halus dan berwarna pink, dengan
warna yang merata. Daerah serviks yang berubah warna dari pink ke merah adalah zona T
(Transformation), yang biasanya di bagian dalam external cervical os. Perhatikan posisi serviks
(anterior atau posterior); Jika terdapat polip, nodule, kista atau erosi atau jaringan ikat
berwarna merah mengkilat di sekitar os (ectropion); atau jika berdarah atau keluar
cairan bernanah. Sekresi serviks yang normal berwarna bening atau krem dan tidak berbau.
Serviks mudah berdarah jika tersentuh oleh pengambil spesimen berujung kapas. Jika terdapat
discharge atau jika serviks mudah berdarah, ambil spesimen. Setelah memperoleh spesimen,
lepaskan kunci spekulum cocor bebek dengan ibu jari tangan kanan berada di tuas dan
mengendurkan kunci thumbscrew. Dengan cocor bebek terbuka, putar spekulum 90°.
Lepaskan spekulum secara perlahan sehingga dinding vagina anterior dan posterior
dapat terlihat.
Cara melepas spekulum: Saat spekulum ditarik/ dikeluarkan, cocor bebek cenderung
menutup. Untuk mencegah agar cocor bebek tidak menutup dan menjepit mukosa atau labia,
letakkan ibu jari pada tuas spekulum. Untuk mencegah ketidak nyamanan dan agar tidak
menekan urethra, pertahankan tekanan ringan ke bawah pada spekulum saat dikeluarkan.
Setelah mengeluarkan spekulum, dekontaminasi spekulum dengan direndam dalam
larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
3
genital wanita.
Tujuan : membantu menegakkan diagnosis penyakit infeksi genitalia, trauma, perdarahan, prolaps
organ panggul, kista dan abses kelenjar. Selain itu, pemeriksaan ini juga dapat dilakukan untuk
skrining keganasan, penilaian kehamilan, dan kepentingan terapi seperti pengangkatan polip,
pemasangan pessarium serta pemasangan alat kontrasepsi. Langkah- langkah pemeriksaan:
1. Setelah pasien ditidurkan di meja periksa dalam posisi litotomi.
2. Pemeriksa mencuci tangan sampai bersih dengan sabun dan air lalu keringkan dengan
kain yang bersih dan kering atau dianginkan sebelum memulai pemeriksaan.
3. Nyalakan lampu dan arahkan sehingga menerangi daerah genital.
4. Pakailah sepasang sarung tangan periksa yang masih baru atau sarung tangan bedah
yang telah di-DTT.
5. Duduk dengan nyaman hingga Anda dapat melihat genital luar dengan mudah.
6. Sentuhlah sisi dalam paha ibu dengan lembut sebelum menyentuh daerah genital sehingga
Anda tidak mengagetkannya.
7. Periksa daerah genital luar, inspeksi harus dilakukan secara sistematik, agar tidak ada
bagian yang terlewatkan, dengan prinsip dari perifer ke arah sentral (introitus vagina) dan
dari atas ke bawah. Amatilah berturut-turut daerah mons, labium majus kanan,
labium majus kiri, perineum dan anus. Perhatikanlah kelainan-kelainan yang ada. Amatilah
berturut-turut daerah komisura anterior, muara urethra, klitoris, labium minus kanan,
labium minus kiri, dan daerah sekitar introitus vagina. Perhatikanlah kelainan-kelainan
yang ada. Lihat apakah terdapat ruam dan lesi.
8. Lakukanlah pemeriksaan labia mayora dengan dua jari tangan kanan dan lihat labia
minora, clitoris, urethral opening dan vaginal opening, lakukanlah palpasi pada labia minora
diantara ibu jari dan jari telunjuk tangan kanan. Lihat apakah ada kemerahan (inflamasi)
keputihan, luka bernanah, ketegangan (tenderness), nilai apakah terdapat ketidakteraturan
atau benjolan (nodules). Periksa apakah terdapat keputihan dan ketegangan
(tenderness) pada Skene’s glands dan urethra. Lakukan hal tersebut pada masing-masing sisi
urethra kemudian secara langsung di bawah urethra. Jika terdapat keputihan, lakukan smear
untuk Gram’s stain dan lakukan tes untuk menguji keberadaan gonorrhea. Pemeriksaan
kelenjar Skene dengan menggunakan telunjuk dan ibu jari tangan kanan di mukosa vagina
anterior , palpasi kelenjar Bartholin lakukan palpasi pada kedua sisi lateral mukosa vagina
posterior untuk melihat apakah terdapat pembengkakan atau ketegangan (tenderness.)
4
Gambar 5 . Pemeriksaan kelenjar Skene
5
11. Jika ada luka terbuka di daerah pemeriksaan, ganti sarung tangan sebelum melakukan
pemeriksaan spekulum dan bimanual. Dengan mengganti sarung tangan dapat menghindari
penularan mikroorganisme dari feses, khususnya E. coli, pada vagina. Sarung tangan tadi
tidak boleh dipakai ulang. Rendam kedua sarung tangan dalam larutan klorin 0,5%, lepaskan
sarung tangan dengan membalikkan bagian dalam ke luar, lalu letakkan ke dalam wadah
tahan bocor atau kantung plastik. Kemudian, cuci dan keringkan kedua tangan sebelum
memakai sarung tangan lain.
C. PEMERIKSAAN BIMANUAL
Definisi : pemeriksaan dengan menggunakan 2 tangan, untuk memeriksa organ dalam
wanita. Pemeriksaan bimanual (vaginal toucher) dilakukan dengan memasukkan j a r i
telunjuk dan tengah tangan kanan pemeriksa ke dalam liang vagina sesuai
sumbu vagina secara lembut dan perlahan, sedangkan 1 tangan lainnya mempalpasi dari
dinding abdomen. Pada kondisi belum menikah hanya diperbolehkan melakukan pemeriksaan
dengan colok dubur/ rektal toucher.
Tujuannya : menentukan ukuran, bentuk, posisi, konsistensi dan mobilitas uterus,
apakah terdapat kehamilan, kelainan rahim, menilai adnexa (tuba fallopi, ovarium dan ligamen
rotundum).
Sebelumnya beri lubrikan dan desinfektan pada jari telunjuk dan jari tengah tangan
kanan yang akan digunakan untuk pemeriksaan. Ibu jari dan telunjuk tangan kiri menggeser
labia mayora ke sisi kiri dan kanan, sehingga pemeriksa mudah memasukkan jari telunjuk dan
jari tengah tangan kanan ke dalam introitus vagina.
Setelah tangan kanan masuk, tangan kiri berpindah ke suprapubik. Letakkan telapak
tangan kiri pada suprapubik, dan dengan sedikit tekanan menunjuk langsung pada organ
yang diperiksa. Palpasi dimulai dari vagina hingga forniks, serviks uteri, uterus, adneksa atau
parametrium dan seluruh rongga panggul. Setelah tangan dikeluarkan, lakukan palpasi organ
reproduksi eksternal (vulva, dsb). Pemeriksaan harus dilakukan secara sistematis dan berurutan.
Lakukan penilaian berikut pada pemeriksaan pelvis bimanual :
• Vagina :
– Kelainan pada daerah introitus vagina (kista Bartolini, abses Bartolini)
– Kekuatan dinding vagina
– Sistokel atau rektokel, dan kista Gartner
6
– Permukaan dan kondisi rugae (ulkus, tumor dan fistula)
– Kelainan kongenital
– Penonjolan forniks atau kavum Douglasi
• Serviks uteri
– Permukaan (sikatriks, ulkus, tumor)
– Ukuran dan bentuk serviks uteri
– Konsistensi (kenyal, lunak, tanda Hegar)
– Kanalis servikalis terbuka atau tertutup
– Mobilitas
– Nyeri pada pergerakan
• Uterus
– Bentuk uterus
– Ukuran atau dimensi uterus
– Posisi uterus (anteversi, retroversi, antefleksi, retrofleksi, sinistro/ dekstroposisi)
– Konsistensi (padat, lunak)
– Permukaan uterus (bernodul, rata)
– Mobilitas
– Tumor (bentuk, ukuran, konsistensi)
– Kelainan kongenital
7
A B
C D
• Parametrium
– Struktur adneksa (tuba, ovarium)
– Parametrium (melebar, memendek)
– Nyeri pada palpasi
– Tumor (lokasi, ukuran, permukaan, konsistensi, mobilitas, hubungan dengan
jaringan lain)
D. PEMERIKSAAN REKTOVAGINAL
Definisi : melakukan pemeriksaan dengan cara jari telunjuk tangan kanan tetap di dalam vagina,
sedangkan jari tengah tangan kanan berada di rektum.
Tujuan : mengkonfirmasi temuan pemeriksaan bimanual (misal, menentukan posisi
atau ukuran uterus atau memeriksa massa atau nyeri posterior terhadap uterus).
Pemeriksaan ini harus dilakukan hanya jika hasil temuan pemeriksaan bimanual membingungkan
8
(misal, ketidakmampuan mempalpasi uterus pada ibu/ klien yang mengalami obesitas atau ada
nyeri posterior terhadap serviks) atau jika memerlukan informasi tambahan. Pada wanita yang
belum melakukan hubungan seksual, hanya dilakukan Rectal Toucher tanpa memasukkan tangan
ke vagina. Jaringan diantara kedua jari disebut rectovaginal septum dan ukuran ketebalan tidak
lebih dari 2–4 mm (seperempat inci).
• Pada pemeriksaan ini, jari tengah tangan kanan dilumuri dengan pelumas (minyak) dan
dimasukkan dengan hati-hati ke dalam rektum.
• Saat jari tengah tangan kanan telah dimasukkan sebagian, masukkan jari telunjuk tangan
kanan ke dalam vagina dengan hati-hati. Tangan kiri pemeriksa diletakkan di suprapubik.
Dengan cara ini, pemeriksaan uterus bagian posterior dapat dilakukan lebih teliti. Tekan ke
bawah dengan kuat dan dalam dengan tangan lainnya (abdominal hand) berada di
atas tulang pubis sementara jari yang berada dalam vagina menekan serviks secara
anterior. Gunakan jari yang berada dalam rektum untuk merasakan permukaan
posterior uterus dalam menentukan apakah mengarah ke rektum. Uterus seharusnya terasa
halus. Geser jari dalam rektum ke atas sampai fundus dapat terasa. Periksa apakah ada nyeri
atau massa diantara permukaan posterior dari uterus dan rektum. Hal ini menunjukkan
adanya endometriosis. • Lakukan penilaian tonus muskulus sphingter ani, permukaan
mukosa rektum, penonjolan atau adanya massa pada rektum.
• Setelah selesai melakukan pemeriksaan rektovaginal, keluarkan kedua jari secara perlahan.
Sarung tangan tidak dapat dipakai ulang. Oleh karena itu, setelah memasukkan kedua tangan
yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, lepaskan dan buang ke
dalam wadah tahan bocor atau kantung plastik.
a. Persiapan alat, alat yang akan digunakan, meliputi spekulum Bivalve (cocor bebek),
cytobrush, spatula Ayre, kaca objek yang telah diberi label atau tanda, dan alkohol 95%.
(Gambar 9)
b. Pasien berbaring dengan posisi litotomi.
c. Pasang spekulum sehingga tampak jelas vagina bagian atas, forniks posterior, serviks uterus,
dan kanalis servikalis. (Gambar 10)
d. Periksa serviks apakah normal atau tidak. Bila pada pemeriksaan/inspekulo ditemukan
kelainan s erviks bermakna, dilakukan pengambilan sampel khusus (diagnostik pap smear).
e. Terlebih dahulu dilakukan tindakan pengambilan sampel endoserviks (dari kanalis servikalis),
karena kandungan musin yang banyak mencegah pengeringan sel. Ini penting, terutama
bila sampel sel berada dalam satu kaca benda.
f. Sangat dianjurkan mengambil bahan endoserviks dengan cytobrush, pengambilan dengan
lidi kapas.
g. Setelah diyakinkan cytobrush mencakup keseluruhan kanalis servikalis dilakukan pemutaran
sehingga sel melekat pada sikat tersebut.
h. Sel yang diperoleh dipindahkan ke kaca benda dengan memutar cytobrush (bukan dengan
menggesek lurus) sehingga mengisi sebagian kaca benda yang telah diberi nomor atau
nama masing- masing pasien (dianjurkan kaca benda frosted end atau yang mudah ditulis
dengan pencil).
i. Selanjutnya untuk pengambilan bahan ektoserviks dengan spatula Ayre, ujung yang pendek,
dimasukkan ke dalam endoserviks sedalam mungkin dan permukaan spatula lainnya pada
ektoservik, dimulai dari arah jam 12 dan diputar 360 searah jarum jam.
j. Sediaan yang telah didapat, dioleskan di atas kaca objek pada sisi yang telah diberi tanda
dengan membentuk sudut 45 satu kali usapan.
k. Masukkan segera (dalam hitungan detik) apusan pada kaca benda ke dalam botol berisi
cairan fiksasi etil alkohol, di beberapa negara fiksasi dilakukan dengan semprotan (spray
fiksatif, bukan hair spray).
l. Bila sediaan apus akan dikirim dengan pos ke laboratorium sitologi, sediaan direndam di
dalam cairan fiksasi paling sedikit 30 menit, keluarkan dan keringkan di udara terbuka.
Sediaan apus jangan direndam dalam cairan fiksasi lebih dari 1 minggu karena akan terjadi
distorsi sel.
11
m. Kemudian sediaan yang telah dikeringkan dimasukkan ke dalam wadah transport dan
dikirim ke ahli patologi anatomi. Untuk diproses dan diperiksa.
Gambar 10. Visualisasi organ setelah terpasang spekulum. Tampak pengambilan sampel.
12
Gambar 12. Pembuatan apusan. Kiri: dengan spatula Aire. Kanan: dengan cyto brush
b. Masukkan spekulum dengan ukuran spekulum dan prosedur yang sesuai kemudian
periksa serviks.
c. Ambil spesimen infeksi menular seksual jika diperlukan. Usapkan lidi kapas untuk
mengambil sekret/ mukosa serviks. Prosedur ini harus dilakukan secara hati-hati untuk
mencegah penghapusan sel serviks yang akan diambil untuk sampel.
d. Masukkan cytobrush ke dalam ke kanalis endoserviks hingga sikat cytobrush yang lebih
pendek menyentuh ektoserviks. Putar cytobrush searah jarum jam sebanyak 5 kali.
Untuk penyimpanan sampel dalam vial: Masukkan cytobrush dalam lubang vial yang lebih
besar. Putar cytobrush 90° untuk menarik sikat ke dalam vial dengan menggunakan tepi
dalam sisipan.
13
Untuk penyimpanan sampel dalam vial: Bilas sikat dengan mendorongnya ke dalam
dasar sebanyak 10 kali, usahakan sikat terpisah satu sama lain. Kemudian,
putar sikat dengan kuat untuk melepaskan bahan lebih banyak.
14
.• Untuk pemeriksaan pada wanita pascamenopase beberapa tetes sekret dari puncak vagina dapat
ditambahkan.
• Kemudian dibuat sediaan apusan di kaca benda bersih yang kedua, untuk mendeteksi
kelainan endometrium.
• Bila mukosa atrofi, spatula sebaiknya dibasahi dahulu dengan larutan garam fisiologis (NaCl
0,9 %). Bila sediaan apus mulai mengering dapat dilakukan rehidrasi dengan meneteskan air
selama beberapa saat sebelum dilakukan fiksasi.
• Lalu dimasukkan ke dalam botol khusus (cuvette) berisi etil alkohol 95%.
• Setelah kira-kira satu jam, kaca objek dikeluarkan dan dikeringkan, dilakukan pulasan
menurut Papanicolou.
15
a. Sel skuamosa
1) Atypical Squamous Cells Undetermined Significance (ASCUS).
2) Low Grade Squamous Intraepithelial Lesion (LSIL).
3) High Grade Squamous Intraepithelial Lesion (HSIL).
4) Squamous Cells Carcinoma.
b. Sel glandular
1) Atypical Endocervical Cells
2) Atypical Endometrial Cells
3) Atypical Glandular Cells
4) Adenokarsinoma Endoservikal In situ
5) Adenokarsinoma Endoserviks
6) Adenokarsinoma Endometrium
7) Adenokarsinoma Ekstrauterin
8) Adenokarsinoma yang tidak dapat ditentukan asalnya (NOS)
Keterangan:
ASCUS : Atypical Squamous of Undetermined Significance
ASCH : Atypical Squamous cell cannot exclude a high grade squamous epithelial lesion
LISDR : Lesi intraepitel skuamosa derajad rendah (LSIL: Low grade intraephitelial lesion)
LISDT : Lesi intraepitel skuamosa derajad tinggi (HSIL: High grade intraephitelial lesion)
16
4. Edukasi Hasil Pap Smears
Hasil Pap Smear abnormal berarti bahwa beberapa sel dari serviks berbeda dari sel
normal. Hal ini terjadi sekitar 1 dari 10 hasil Pap smear. Pasien dapat merasa cemas atau
khawatir jika mengetahui hasil Pap Smear abnormal namun pasien perlu mengetahui bahwa
hanya kurang dari 1 % hasil abnormal saja yang merupakan kanker. Kelainan tingkat rendah
dapat diakibatkan oleh karena perubahan sel serviks yang kemungkinan disebabkan
infeksi ringan seperti tukak atau HPV. Infeksi HPV terjadi pada 99,7% kasus kanker
serviks namun tidak semua infeksi HPV menyebabkan kanker serviks. Sebagian besar
wanita tidak mengetahui bahwa dirinya terinfeksi HPV sampai mereka menerima hasil Pap
Smear yang abnormal. Infeksi HPV pada sebagian besar wanita dapat sembuh secara alami
dalam 1-2 tahun. Namun, pada beberapa kasus diperlukan waktu yang lebih lama untuk
kesembuhan infeksi HPV sehingga meningkatkan risiko kanker serviks (Cancer Council
Australia, 2017).
Jika hasil Pap Smear menunjukkan kelainan tingkat rendah sedangkan hasil Pap Smear
sebelumnya normal, maka pasien diminta untuk mengulang Pap Smear dalam 1 tahun. Hal ini
diharapkan dapat menunggu waktu bagi tubuh untuk menyembuhkan infeksi HPV secara
alami. Jika hasil ulangan Pap Smear tidak normal maka pasien dirujuk ke spesialis untuk
pemeriksaan lebih lanjut yaitu kolposkopi. Dokter spesialis menggunakan kolposkop untuk
mendapatkan gambaran serviks yang diperbesar sehingga dapat memeriksa luas dan sifat
kelainan (Cancer Council Australia, 2017).
Kelainan tingkat tinggi dapat terjadi karena perubahan lapisan permukaan serviks yang
lebih parah. Jika tidak diterapi, maka dapat meningkatan risiko lebih besar terkena kanker
serviks. Umumnya dibutuhkan sekitar 10 tahun sebelum kelainan tingkat tinggi berkembang
menjadi kanker serviks. Jika pasien memiliki kelainan tingkat tinggi maka dokter harus
merujuk pasien ke spesialis untuk pemeriksaan dan perawatan lebih lanjut (Cancer
Council Australia, 2017).
Untuk melakukan pemeriksaan IVA dibutuhkan tempat dan alat sebagai berikut :
- Ruang tertutup, karena pasien diperiksa dengan posisi litotomi
- Tempat tidur periksa yang memungkinkan pasien berada dalam posisi litotomi
- Terdapat sumber cahaya untuk melihat serviks
- Spekulum vagina
- Asam asetat 3-5%
18
- Swab (lidi kapas)
- Sarung tangan steril
- Sabun dan air untuk mencuci tangan
- 0,5% Chlorine untuk dekontaminasi instrument dan sarung tangan
- Tempat sampah
19
Gambar 13. Skema IVA Test Gambar 14. Ukuran Uterus
Pada lesi prakanker akan terlihat warna bercak putih yang disebut acetowhite pada daerah
transformasi (IVA positif) plak putih yang meninggi dan menebal atau epithelium asetowhite.
Jika tidak terlihat bercak putih pada daerah transformasi lapisan serviks halus, seragam, merah
muda dengan asam asetat dan tidak berbentuk disebut IVA negatif. Mencurigakan untuk kanker
jika massa jamur seperti kembang kol atau ulkus dicatat di serviks.
Kategori yang dipergunakan untuk interpretasi hasil pemeriksaan IVA yaitu :
IVA negatif :
Serviks normal, permukaan epitel licin, tidak
ada reaksi acetowhite
Inflamasi :
Serviks dengan peradangan (servisitis),
kelainan jinak lainnya
20
IVA positif :
Terlihat bercak putih (reaksi acetowhite).
Semakin putih, tebal dan ukuran yang besar
dengan tepi tumpul, semakin berat derajat
kelainan.
Kanker serviks :
Gambaran pertumbuhan massa seperti kembang
kol, kemungkinan ditemukan jaringan nekrotik,
rapuh, mudah berdarah dengan gambaran putih
yang keras.
Bila ditemukan hasil IVA positif di pusat pelayanan kesehatan primer, maka pasien dirujuk ke
fasilitas kesehatan yang lebih tinggi untuk dilakukan konfirmasi diagnosis dengan kolposkopi
atau penatalaksanaan dengan cryotherapy.
Sebagai metode skrining, IVA memiliki kelebihan sebagai berikut :
1. Tidak invasif, pelaksanaannya lebih mudah dan lebih murah.
2. Dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan di semua tingkat pelayanan, termasuk perawat
dan bidan.
3. Alat yang dibutuhkan sangat sederhana.
4. Hasil didapat dengan segera.
5. Memiliki sensitivitas yang tinggi.
Keterbatasan metode ini adalah tidak diketahuinya jenis perubahan sel pada serviks dan
kemungkinan terlewatkan untuk deteksi dini perubahan serviks di daerah endoserviks.
21
H. SKENARIO LATIHAN
1. Seorang perempuan P2A3, 37 th datang ke poliklinik dengan keluhan keputihan berbau amis.
Dari anamnesis didapatkan pasientelah mengalami keluhan ini selama beberapa minggu,
discharge berair dan berwarna kuning, menimbulkan rasa panas dan gatal yang hebat pada
introitus. Tidak ada rasa nyeri pada saat berhubungan. Ia aktif secara seksual, dan
menggunakan kontrasepsi oral sebagai alat keluarga berencana. Pasien telah melahirkan 2
orang anak tanpa komplikasi, dengan bayi terberat 3600 g. Ia pernah mengalami 2 kali keguguran
dan 1 kehamilan ektopik yang dikeluarkan menggunakan laparoskopi. Riwayat ginekologi:
menstruasi terakhir 2 minggu yang lalu, teratur sesuai dengan pil KBnya. Ia memperhatikan adanya
darah mens yang lebih banyak dan rasa nyeri pada saat ia tidak menggunakan pil KB. Ia melakukan
Pap Smear setiap tahun, dengan hasil normal. Hubungan seksual pertama kali pada usia 20 tahun.
Ia menyangkal adanya keluhan ginekologi atau urologi. Dokter melakukan pemeriksaan fisik dan
pelvis.
Pemeriksaan fisik :
KU : baik, terlihat resah
TD 114/70 mmHg, Nadi 80 x/menit, RR 16 x/menit, Suhu 37 C
Kepala : normal
Leher : tidak terdapat pembesaran tiroid atau nodul
Paru dalam batas normal
Kardiovaskular : nadi dan irama regular, murmur (-)
Mammae : massa (-), discharge dan nyeri tekan (-), tidak terdapat nodul pada axilla
Abdomen : lemas, datar, nyeri tekan (-), terdapat parut laparoskopi yang sembuh dengan baik,
tidak teraba massa
Tugas: lakukan pemeriksaan inspekulo dan bimanual!
22
Clinical Reasoning :
Apabila hasil pemeriksaan pelvis :
Genitalia externa : terdapat eritema pada komisura posterior, tidak tampak jelas lesi,
kelenjar Bartholini dan Skene dalam batas normal, uretra dalam batas normal.
Vagina: discharge kuning banyak, lesi (-), mukosa dalam batas normal
Serviks: licin, diambil specimen untuk kultur dan sediaan basah, lesi (-)
Pemeriksaan bimanual: uterus antefleksi dalam batas normal, nyeri tekan (-), slinger pain
(-), ovarium dalam batas normal, mobile dan nyeri tekan (-)
Sediaan basah : banyak sel darah putih dan trichomonas hidup
Diskusikan:
a. Apakah kemungkinan diagnosis dan diagnosis banding kasus tersebut?
b. Apakah kemungkinan pemeriksaan penunjang yang diperlukan pada kasus tersebut?
c. Apakah edukasi dan konseling yang sesuai pada kasus tersebut?
2. Seorang perempuan P2A0, 38 th datang ke poliklinik dengan keluhan flek setelah berhubungan
suami istri. D a r i anamnesis didapatkan pasien telah mengalami keluhan
selama 1 bulan ini sebanyak 2-3 kali, flek berwarna merah tua, jumlah sedikit, flek kadang
muncul setelah berhubungan suami istri, flek hilang 1-2 hari setelahnya. Pasien juga mengeluh
keputihan, warna kuning kecoklatan, berbau Tidak ada rasa nyeri pada saat berhubungan.
Pasien memiliki 2 orang anak usia 10 tahun dan 5 tahun. Riwayat ginekologi: menstruasi
terakhir 3 minggu yang lalu, siklus teratur 30 hari, durasi menstruasi 7 hari, tidak KB. Pasien
belum pernah melakukan pap smear. Hubungan seksual pertama kali pada usia 20 tahun.
Tugas: lakukan pemeriksaan Pap Smear!
Clinical Reasoning :
Diskusikan:
a. Kapan waktu pemeriksaan Pap Smear dilakukan?
b. Apabila hasil Pap smear dalam batas normal kapan pasien perlu melakukan Pap Smear
kembali?
c. Apakah indikasi dan kontraindikasi pemeriksaan Pap Smear?
3. Puskesmas tempat Anda bekerja akan mengadakan screening pemeriksaan IVA test untuk
deteksi dini kanker serviks. Seorang perempuan, P1A0, usia 30 tahun datang ke puskesmas
untuk pemeriksaan IVA test. Pasien tidak memiliki keluhan dan belum pernah vaksin HPV.
Tugas: lakukan pemeriksaan IVA Test !
23
Clinical Reasoning :
Diskusikan:
a. Bagaimana sensitivitas dan spesifisitas pemeriksaan IVA test dibandingkan dengan
pemeriksaan Pap Smear?
b. Apakah pemeriksaan gold standard penegakan diagnosis kanker serviks?
c. Apabila hasil IVA test positif, bagaimana prosedur selanjutnya?
Tugas Responsi
Setiap mahasiswa berlatih keterampilan-keterampilan klinis sesuai tujuan pembelajaran dan
membuat 1 video keterampilan klinis dengan pembagian:
Mahasiswa presensi 1-4 membuat video sesuai Skenario 1
Mahasiswa presensi 5-8 membuat video sesuai Skenario 2
Mahasiswa presensi 9-12 atau lebih membuat video sesuai Skenario 3
Durasi setiap video 8 menit
Teknis dan panduan pembuatan video responsi sesuai ketentuan skillslab
24
14. Kassa steril
15. Cawan ginjal
16. Cytobrush
17. Lidi kapas
18. Spatula Ayre
19. Objek glass
20. Stiker label identitas pasien
21. Alkohol 95%
22. Asam asetat 3-5 %
23. Manekin pemeriksaan gyn/ pengganti manekin dengan gambar area yang diperiksa
25
LEMBAR PENILAIAN MAHASISWA
KETERAMPILAN PEMERIKSAAN IN-SPEKULO & BIMANUAL
0 1 2
7 Mencuci tangan dan memakai sarung tangan secara aseptik (melepas cincin, jam, dll)
9 Melakukan inspeksi area vulva: mons pubis, labia mayor dan labia minor (melihat
adanya lesi kulit, massa, discharge dari vagina)
10 Memilih spekulum dan memasang sekrupnya
13 Mengunci speculum
20 Berdiri, mengambil posisi dengan tangan kanan di vulva, dan tangan kiri di supra
pubis
21 Melakukan pemeriksaan bimanual dengan jari telunjuk dan jari tengah
PENILAIAN PROFESIONALISME 0 1 2 3 4
SKOR TOTAL
26
Penjelasan :
2 Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa
karena situasi yang tidak memungkinkan (misal tidak diperlukan dalam skenario
yang sedang dilaksanakan).
54
27
LEMBAR PENILAIAN MAHASISWA
KETERAMPILAN PEMERIKSAAN PAP SMEAR
Skor
No ASPEK KETERAMPILAN YANG DINILAI
0 1 2
SKOR TOTAL
28
Penjelasan :
2 Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa
karena situasi yang tidak memungkinkan (misal tidak diperlukan dalam skenario
yang sedang dilaksanakan).
54
29
LEMBAR PENILAIAN MAHASISWA KETERAMPILAN
PEMERIKSAAN IVA TEST
Skor
No ASPEK KETERAMPILAN YANG DINILAI
0 1 2
17. Mengusap seluruh permukaan serviks searah jarum jam menggunakan lidi
kapas yang sudah dibasahi asam asetat 3-5%, kemudian ditunggu 1-2
menit
18. Melakukan inspeksi seluruh permukaan secara teliti dengan
menggunakan lampu tindakan
19. Memberikan interpretasi hasil IVA tes
25. Memberi penjelasan pada pasien tentang hasil pemeriksaan dan apa yang
harus dilakukan pasien
PENILAIAN PROFESIONALISME 0 1 2 3 4
SKOR TOTAL
30
Penjelasan :
2 Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa
karena situasi yang tidak memungkinkan (misal tidak diperlukan dalam skenario
yang sedang dilaksanakan).
54
31
DAFTAR PUSTAKA
Cancer Council, 2018, Understanding Your Pap Smear/ Cervical Screening Test Result,
www.cancer.org.au
Hoffman, Schorge, Bradshaw, Halvorson, Schaffer, Corton, 2012, Williams Gynecology, New York:
Mc Graw Hill.
Kementrian Kesehatan RI. Panduan Program Nasional Gerakan Pencegahan dan Deteksi Dini
Kanker Kanker Leher Rahim dan Kanker Payudara. 2015. Online. Accessed 19th February 202.
Available at: http://p2ptm.kemkes.go.id/uploads/2016/10/Panduan-Program-Nasional-
Gerakan-Pencegahan-dan-Deteksi-Dini-Kanker-Kanker-Leher-Rahim-dan-Kanker-Payudara-21-
April-2015.pdf
Manuaba, IBG. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC 1998.
WHO, 2013, Monitoring national cervical cancer prevention and control programmes: quality
control and quality assurance for visual inspection with acetic acid (VIA)-based programmes,
Green Ink Ltd
WHO. 2013. WHO guidelines for screening and treatment of precancerous lesions for cervical
cancer prevention. Online. Accessed 9th February 2021.
Wiknyosastro, Hanifa. 2011. Buku Ilmu Kebidanan FK UI. Edisi Ketiga. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
32
LAMPIRAN
0 1 2 3 4
- Ada critical step / - Banyak prosedur - Ada prosedur - Semua prosedur - Skor 3
prosedur tindakan tidak dilakukan tindakan yang tidak dilakukan dengan lengkap ditambah,
sangat penting dengan benar, dilakukan atau dan benar.
yang tidak tidak urut atau dilakukan tapi tidak - Tampak percaya
dilakukan tidak sistematis sempurna atau - Memperhitungkan waktu, diri dan
dilakukan secara tidak terburu-buru atau memahami betul
- Sebagian besar - Terlihat terburu- tidak urut (terbalik- terlalu lambat. apa yang sedang
prosedur tidak buru atau balik). dilakukan
dilakukan dengan sebaliknya (terlalu - Seluruh prosedur (keterampilan
Penilaian benar, tidak urut lambat) - Terlihat kurang dilakukan dengan urut dan penalaran
Aspek atau tidak sistematis dalam dan sistematis. klinis baik).
Profesiona sistematis - Melakukan melakukan
lisme tindakan yang tindakan. - Tidak melakukan tindakan
- Terlihat bingung membuat pasien yang akan
(tidak tahu apa tidak nyaman - Terkadang terlihat membahayakan pasien /
yang harus (kasar, terburu- bingung/ blocking membuat pasien tidak
dikerjakan). buru, kurang dalam melakukan nyaman.
empati) tindakan.
- Melakukan - Belum cukup percaya diri,
tindakan yang terkadang belum
membahayakan memahami apa yang
pasien. sedang dilakukan
(penalaran klinis masih
kurang).
33
34