KETERAMPILAN PEMERIKSAAN
SKIN TEST
Disusun oleh :
Departemen Farmakologi
2023/2024
1
Tim Penyusun
Departemen Famakologi
dr. Mudatsir, M. Ked (Surg), Sp.B, Subsp. BD (K). FINACS
dr. Litta Septina Mahmelia Zaid, Sp.PA
Tim Penyusun Blok CSR 3
Pakar
dr. Rina Nurbani, M.Biomed, Sp.Ak
Tim Blok
Mahasiswa program studi kedokteran diwajibkan mematuhi tata-tertib ruang CSR dan
laboratorium selama proses belajar. Adapun tata-tertib yang berlaku diantaranya:
1. Membaca buku ajar atau penuntun belajar keterampilan klinik pemeriksaan fisik.
2. Menyediakan alat atau bahan sesuai dengan petunjuk pada buku ajar yang bersangkutan.
A. PENDAHULUAN
Skin test melalui injeksi intrakutan juga dapat dilakukan pada pasien yang akan
diberikan pengobatan intravena di rumah sakit atau klinik, dengan asumsi setiap
individu memiliki sensitivitas yang berbeda terhadap berbagai macam bahan maupun
obat yang akan diterima sehingga dengan pemberian skin test dapat menghindarkan
pasien dari efek alergi obat. Injeksi intrakutan sebagai skin test sering dilakukan
sebelum pemberian obat secara intravena karena mudah dilakukan, tidak mahal dan
hasil pemeriksaan bisa didapatkan dalam waktu 15-30 menit. Injeksi intrakutan juga
dapat digunakan untuk membantu menentukan diagnosa terhadap penyakit tertentu,
misalnya tes mantoux/tuberculin test yang dapat mengindikasikan adanya infeksi M.
tuberculosis. Selain itu injeksi intrakutan juga umumnya dilakukan pada anak yang
akan diberikan vaksin BCG yang berisi kuman M. bovis yang dilemahkan untuk
perlindungan terhadap tuberkulosis berat dan radang otak akibat tuberkulosis.
Hasil skin test melalui injeksi intrakutan berarti positif jika memberikan reaksi
kemerahan dan gatal pada kulit sekitar lokasi suntikan. Reaksi kemerahan kulit ini
terjadi segera, mencapai puncak dalam waktu 20 menit dan mereda setelah 20-30 menit.
1
Beberapa pasien menunjukkan edema yang lebih lugas dengan batas yang tidak terlalu
jelas dan dasar kemerahan selama 6-12 jam kemudian berakhir setelah 24 jam (fase
lambat).
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
2
C. TINJAUAN PUSTAKA
Kulit tersusun atas tiga lapisan yaitu lapisan epidermis, dermis dan hipodermis.
Lapisan epidermis merupakan lapisan kulit yang terluar dan dibagi menjadi lima lapisan
yaitu stratum corneum, stratum lucidum, stratum granulosum, stratum spinosum dan
stratum basal. Lapisan dermis memiliki ketebalan 3-5 mm, merupakan anyaman serabut
kolagen dan elastin yang bertanggung jawab unutk sifat-sifat penting penting dari kulit.
Dermis mengandung pembuluh darah, pembuluh limfe, folikel rambut, kelenjar sebasea,
kelenjar keringat, otot dan serabut saraf. Terakhir adalah lapisan hipodermis atau subkutan
yang terdiri atas jaringan ikat longgar sebagian mengandung lemak dan berfungsi untuk
cadangan makanan, menahan panas tubuh serta melindungi tubuh bagian dalam terhadap
benturan dari luar.
3
PATOFISIOLOGI REAKSI KULIT TERHADAP OBAT SKIN TEST
Sel mast dengan IgE spesifik untuk alergen tertentu berlekatan dengan reseptor yang
berafinitas tinggi pada kulit pasien dengan alergi. Kontak sejumlah kecil alergen pada
kulit pasien yang alergi dengan alergen akan menimbulkan hubungan silang antara
alergen dengan sel mast permukaan kulit, yang akhirnya mencetuskan aktivasi sel
mast dan melepaskan berbagai preformed dan newly generated mediator. Histamin
merupakan mediator utama dalam timbulnya reaksi wheal, gatal, dan kemerahan pada
kulit (hasil uji kulit positif). Reaksi kemerahan kulit ini terjadi segera, mencapai
puncak dalam waktu 20 menit dan mereda setelah 20-30 menit. Beberapa pasien
menunjukkan edema yang lebih lugas dengan batas yang tidak terlalu jelas dan dasar
kemerahan selama 6-12 jam dan berakhir setelah 24 jam (fase lambat).
Terdapat 3 cara untuk melakukan uji kulit, yaitu cara injeksi intradermal, uji tusuk
(skin prick test/SPT), dan uji gores (scratch test). Injeksi intradermal: 0,01-0,02 ml
ekstrak alergen disuntikkan ke dalam lapisan dermis sehingga timbul gelembung
berdiameter 3 mm. Dimulai dengan konsentrasi terendah yang menimbulkan reaksi,
lalu ditingkatkan berangsur dengan konsentrasi 10 kali lipat hingga berindurasi 5-15
mm. Teknik injeksi intradermal lebih sensitif dibanding skin prick test (SPT), namun
tidak direkomendasikan untuk alergen makanan karena dapat mencetuskan reaksi
anafilaksis. Uji gores (scratch test): sudah banyak ditinggalkan karena kurang akurat.
Uji tusuk (skin prick test/SPT): Uji tusuk dapat dilakukan pada alergen hirup, alergen
di tempat kerja, dan alergen makanan. Lokasi terbaik adalah daerah volar lengan
bawah dengan jarak minimal 2 cm dari lipat siku dan pergelangan tangan. Setetes
ekstrak alergen dalam gliserin diletakkan pada permukaan kulit. Lapisan superfisial
kulit ditusuk dan dicungkit ke atas dengan jarum khusus untuk uji tusuk. Hasil positif
bila wheal yang terbentuk >2 mm. Preparat antihistamin, efedrin/epinefrin,
kortikosteroid dan β-agonis dapat mengurangi reaktivitas kulit, sehingga harus
dihentikan sebelum uji kulit. Uji kulit paling baik dilakukan setelah pasien berusia tiga
tahun. Sensitivitas SPT terhadap alergen makanan lebih rendah dibanding alergen
4
hirup. Dibanding uji intradermal, SPT memiliki sensitivitas yang lebih rendah namun
spesifisitasnya lebih tinggi dan memiliki korelasi yang lebih baik dengan gejala yang
timbul.
5
F. Prosedur
1. Persiapan alat
a. Spuit dan jarum steril (spuit 1 cc, jarum suntik nomor 27 G atau 30 G)
b. Larutan NaCl 0,9% atau aqua bidest
c. Obat yang diinjeksikan (vial atau ampul)
d. Bak spuit steril
e. Kapas alkohol 70%
f. Kassa steril/gergaji ampul untuk membuka ampul (bila perlu)
g. Pengalas (bila perlu)
h. Sarung tangan disposable
i. Perlengkapan kedaruratan medik (oksigen, set infus, cairan NaCl 0,9%
500c, spuit 1 cc dan 3 cc, adrenalin/epinefrin injeksi,
kortison/kortikosteroid parenteral lain)
2. Persiapan pasien
a. Pastikan identitas pasien (nama dan tanggal lahir) serta jenis/dosis obat
sesuai.
b. Cuci tangan dan kenakan sarung tangan disposable
c. Lakukan informed consent serta jelaskan prosedur tindakan kepada
pasien.
d. Jaga privasi pasien dengan menutup pintu ruangan atau menarik tirai
3. Persiapan cairan obat
a. Pengenceran bahan dilakukan tidak melebihi 2 jam sebelum skin test
dilakukan.
b. Siapkan obat, masukan obat dari vial atau ampul dengan cara yang
benar.
c. Menyentil ampul untuk menurunkan isi cairan ampul.
6
Gambar 2. Cara menurunkan isi cairan ampul
e. Pegang spuit dengan salah satu tangan yang dominan antara ibu jari
dan jari telunjuk dengan telapak tangan menghadap kebawah.
f. Cara pengenceran: Ambil sekitar 0,1-0,2 cc (1:10) larutan obat dalam
vial yang telah diencerkan dengan aquabidest/NaCl menggunakan
spuit 1 cc, kemudian tambahkan dengan 0,9 cc aquabidest/NaCl dan
dihomogenasikan.
4. Prosedur tindakan
a. Identifikasi pasien (mengecek nama dan tanggal lahir).
b. Bantu pasien untuk posisi yang nyaman dan rileks
c. Membebaskan area yang akan disuntik dari pakaian.
d. Pilih area penyuntikan yang tepat: Lokasi injeksi intrakutan Lokasi
dipilih pada daerah yang mudah diamati seperti kulit yang tidak
banyak mengendung pigmen, berkeratin tipis, tidak berambut. Daerah
yang sesuai kriteria adalah: - ventral lengan bawah - daerah klavikula
7
- permukaan media paha. Pastikan bebas dari edema, massa, nyeri
tekan, jaringan parut, kemerahan / inflamasi dan gatal.
e. Memakai sarung tangan disposable
f. Membersihkan tempat penyuntikan dengan mengusap kapas alkohol
atau kapas lembab dari tengah keluar secara melingkar sekitar 5 cm,
menggunakan tangan yang tidak untuk menginjeksi.
g. Pegang erat lengan klien dengan tangan kiri, tegangkan area
penyuntikan.
h. Sebelum menusukkan jarum, baca basmallah. Secara hati - hati tusuk
/ suntikan jarum dengan lubang menhadap keatas, sudut 5 o sampai 15°
sampai terasa ada tahanan pada volar lengan bawah (2/3 diatas
pergelangan tangan atau 1/3 dibawah fossa cubiti).
8
Gambar 5. Cara penyuntikan intrakutan pada skin test.
9
perawat.
r. Evaluasi respon klien terhadap obat (15 s.d 30 menit).
G. Pembacaan hasil skin test
1. Pembacaan hasil pada menit ke 15-30 menit setelah skin test dilakukan
2. Skin test disebut positif (+) bila dalam 30 menit setelah penyuntikan bahan obat
terjadi urtikaria dengan diameter lebih dari 10 mm dan eritem di sekitar
urtikaria.
H. Pasca prosedur tindakan
Pengawasan terhadap kemungkinan terjadinya efek samping
10
PENUNTUN BELAJAR
KETERAMPILAN SKIN TEST MELALUI INJEKSI INTRAKUTAN (IK)
Critical Point :
a. Membuat gelembung pada lokasi penyuntikkan
b. Setelah penyuntikan tidak menghapushamakan dan tidak memassage lokasi penyuntikan
DAFTAR TILIK
11
KETERAMPILAN SKIN TEST MELALUI INJEKSI INTRAKUTAN (IK)
Beri nilai untuk setiap langkah klinik dengan menggunakan kriteria sebagai berikut:
0. Tidak dilakukan : langkah-langkah tidak dilakukan
1. Mampu: Langkah-langkah dilakukan dengan benar namun tidak sesuai dengan urutannya, dan tidak efisisen
2. Mahir: Langkah-langkah dilakukan dengan benar, sesuai dengan urutan daan efisien.
12
DAFTAR PUSTAKA
1. Atkins D, Leung DYM. Diagnosis of allergic disease. Dalam: Behrman RE, Kliegman
RM, Jenson HB, penyunting. Nelson textbook of pediatrics. Edisi ke-17. Philadelphia:
Saunders; 2004.h.747-51.
2. Modul Ajar Farmakalogi, 2018.
3. Munasir Z. Uji kulit terhadap alergen. Dalam: Arwin AAP, Munasir Z, Kurniati N,
penyunting. Buku ajar alergi - imunologi anak. Edisi ke-2. Jakarta: Ikatan Dokter Anak
Indonesia; 2007.h.445-7.
4. Sudewi NP, Kurniati N, Suyoko EMD, Munasir Z, Akib AAP. Berbagai teknik
pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis penyakit alergi. Sari Ped. 2009; 3:174-8.
5. Widaty S, Soebono H, Listiawan MY, Siswati AS, Triwahyudi D, Rosita C, et al. Uji Kulit.
Panduan Keterampilan Klinis Bagi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin di Indonesia.
PERDOSKI; 2017: 78-80
6. Yolanda N. Skar BCG. IDAI; 2016
7. Tuberkulin skin testing, information for health care providers. CDC. 2020
13