Anda di halaman 1dari 15

STUDI ISLAM IV

BERBISNIS MENURUT PEDOMAN HIDUP ISLAMI WARGA


MUHAMMADIYAH (PHIWM)
Dosen Pengampu: Dr. AceSomantri,S.H.I,M.Ag

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANDUNG
2023-2024
BERBISNIS MENURUT PEDOMAN HIDUP ISLAMI WARGA
MUHAMMADIYAH (PHIWM)

Dalam islam bisnis sangat diperbolehkan suatu yang dihalalkan bahkan sangat
dianjurkan oleh islam. Bisnis juga bahkan dilakukan oleh Nabi dan Sahabat Rasulullah
di zaman dahulu. Sangat banyak sekali sahabat-sahabat Nabi yang merupakan para
pembisnis dan dari hartanya tersebut dapat memberikan manfaat yang sangat besar bagi
perkembangan islam. Bisnis merupakan bagian dari kegiatan ekonomi dan mempunyai
peranan yang sangat vital dalam rangka memenuhi kebutuhan manusia.Kegiatan bisnis
mempengaruhi semua tingkat kehidupan manusia baik individu, sosial, regional,
nasional maupun internasional. Tiap hari jutaan manusia melakukan kegiatan bisnis
sebagai produsen, perantara maupun sebagai konsumen. Islam memperbolehkan bisnis
asalkan bukan hal hal yang mengarah kepada riba, judi, penyediaan produk atau layanan
yang mengandung barang-barang haram. Untuk itu di balik bisnis menurut islam yang
dihalalkan ini tentu saja ada etika dan manfaat yang dapat diperoleh. Berikut adalah
penjelasan mengenai Etika dan Manfaat dari Bisnis menurut Islam.Islam pun
mengharapkan agar bisnis yang dilakukan oleh seorang muslim tidak hanya memiliki
keuntungan untuk diri sendiri melainkan juga dapat memberikan manfaat yang banyak
kepada banyak orang. Hal ini sesuai dengan prinsip islam yang rahmatan lil alamin.
Orientasi bisnis menurut islam sejatinya tidak bertentangan dengan Tujuan Penciptaan
Manusia, Proses Penciptaan Manusia , Hakikat Penciptaan Manusia , Konsep Manusia
dalam Islam, dan Hakikat Manusia Menurut Islam sesuai dengan fungsi agama . Tentu
saja bisnis islam juga berorientasi pada Keuntungan Penjual dan
Pembeli,Kemasalahatan Masyarakat,Terperdayakannya sosial,
Hilangnya pengangguran dan bertambahnya lahan pekerjaan, Mengoptimalkan
sumber daya alam yang telah Allah berikan Orientasi dari bisis islam bukan hanya
sekedar menguntungkan satu orang saja apalagi pihak yang memiliki bisnis melainkan
kepada orang-orang lain yang juga terlbat dalam bisnis baik secara langsung atau tidak.
Tentu saja bisnis islam harus sesuai dengan prinsip dalam Transaksi Ekonomi dalam
Islam, Ekonomi Dalam Islam, dan Hukum Ekonomi Syariah Menurut Islam.
Selain itu, untuk dapat menjalankan bisnis sesuai orientasi islam, juga harus
mengetahui tentang Macam-macam Riba, Hak dan Kewajiban dalam Islam, Fiqih
Muamalah Jual Beli, dan Jual Beli Kredit Dalam Islam agar orientasi bisnis halal tetap
terjaga.
Sedangkan Berbisnis Menurut Pedoman Hidup Islami Warga) Muhammadiyah
(Phiwm) adalah Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah adalah seperangkat nilai
dan norma Islami yang bersumber Al-Quran dan Sunnah menjadi pola bagi tingkah laku
warga Muhammadiyah dalam menjalani kehidupan sehari-hari sehingga tercermin
kepribadian Islami menuju terwujudnya masyarakat utama yang diridloi Allah SWT.
Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah merupakan pedoman untuk menjalani
kehidupan dalam lingkup pribadi, keluarga, bermasyarakat, berorganisasi, mengelola
amal usaha, berbisnis, mengembangkan profesi, berbangsa dan bernegara, melestarikan
lingkungan, mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan mengembangkan
seni dan budaya yang menunjukkan perilaku uswah hasanah (teladan yang baik).
(Sakirah, S.Dkk, 2021;160. Pengantar Bisnis Islam. CV Widia Utama, Bandung)
1. Definisi Bisnis
Dalam kamus bahasa bisnis merupakan usaha dagang atau usaha komersial.
Bisnis mempunyai dua pengertian yang berbeda, yaitu yang pertama bisnis adalah
sebuah perusahaan sedangkan pengertian yang kedua bisnis adalah sebuah kegiatan.
Secara etimologi, bisnis mempunyai arti dimana seseorang atau sekelompok dalam
keadaan yang sibuk dan menghasilkan keuntungan atau profit bagi dirinya atau
kelompok.
Bisnis adalah pertukaran barang, jasa, atau uang yang saling menguntungkan atau
memberikan manfaat. Menurut arti dasarnya, bisnis memiliki makna sebagai “the
buying and 2 Tim Redaksi Kamus Bahasa Indonesia, Kamus Bahasa Indonesia,”.
Bisnis berlangsung karena adanya kebergantungan antar individu., adanya peluang
internasional, usaha untuk mempertahankan dan meningkatkan standar hidup, dan
lain sebagainya. Bisnis juga dipahami dengan suatu kegiatan usaha individu (privat)
yang terorganisasi atau melembaga, untuk menghasilkan atau menjual barang atau
jasa guna mendapatkan keuntungan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. (Warta
Dharmawangsa 57, 2018, Peranan Etika Bisnis Dalam Perusahaan Bisnis)
Berikut ini beberapa penegertian bisnis menurut para ahli diantaranya:
 Menurut Brown dan Petrello: “Bisnis adalah suatu lembaga yang
mengahasilkan barang dan jasa yang diminta oleh orang”. Yaitu berarti bisnis
adalah suatu lembaga yang menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan
oleh masyarakat sambil memperoleh laba.
 Menurut Steinford: “Bisnis adalah semua kegiatan yang terlibat dalam
penyediaan barang dan layanan yang dibutuhkan atau diinginkan oleh para
bisnis sebagai aktivitas yang menyediaakn barang atau jasa yang diperlukan
atau diinginkan oleh konsumen”.
 Menurut Griffin dan Ebert: “Bisnis adalah organisasi yang menyediakan
barang atau jasa dalam untuk mendapatkan provit”, yaitu bisnis merupakan
suatu organisasi yang menyediakan barang atau jasa yang bertujuan untuk
mengjasilakn keuntungan (laba)”.
 Menurut Allan Afuah: “Bisnis adalah kumpulan aktivitas yang dilakukan
untuk berkreasi dengan cara mengembangkan dan mentransformasikan
berbagai sumber daya menjad barang atau jasa yang diinginkan konsumen”.
 Menurut Glos, Stade dan Lowry: “Bisnis merupakan jumlah seluruh
kegiatan yang diorganisasikan oleh orang-orang yang berkecimpung dalam
bidang perniagaan dan industri yang menyediakan barang dan jasa untuk
kebutuhan mempertahankan dan memperbaiki standar serta kualitas hidup
mereka”.
 Menurut Musselman dan Jackson: “Bisnis merupakan suatu aktivitas yang
memenuhi kebutuhan dan keinginan ekonomi masyarakt dan perusahaan
diorganisasikan untuk terlibat dalam aktivitas tersebut”.
2. Tujuan Bisnis
Bagi para wiraswasta ataupun pengusaha tujuan meraka berbisnis yakni berusaha
mengolah bahan untuk dijadikan produk yang dibutuhkan oleh konsumen yaitu
berupa barang dan jasa. Namun tujuan bisnis bagi sebuah perusahaaan yakni
mendapatkan laba maksimum yang merupakan suatu ketidak seimbangan yang
diperoleh oleh perusahaan dari penyediaan suatu produk bagi para konsumen.
(Aprianto, Dkk 2020;halaman. Etika & Konsep Manajemen Bisnis Islam. Sleman:
Penerbit Deepublis, JogjaKarta)
3. Manfaat Bisnis
Berikut beberapa manfaat dari berbisnis diantarnya:
1. Menambah percaya diri
Dengan melakukan bisnis atau berwirausaha membuat tingkat percaya
diri kita bertambah.
2. Menumbuhkan jiwa kewirausahaan
Jiwa kewirausahaan akan timbul dan tumbuh dengan sendirinya melalui
bisnis dengan menacari ide dan strategi berbisnis jiwa kewirausahaan pun
akan tumbuh semakin kuat.
3. Memperluas pergaulan
Bisnis merupakan interaksi jual beli anatara penjual dan pemebeli.
Seorang pebisnis akan berusaha mencari konsumen dalam memasarkan
produknya. Semakin luas dalam memasarkan produknya maka semakin
luas pula pergaulannya.
4. Menambah pengalaman dan wawasan
Semakin lama kita berbisnis semakin banyak pula pengalaman yang kita
bisa dapatkan ingat pengalaman juga diperoleh dengan pahit dan manis.
5. Menumbuhkan kreativitas dan inovasi
Dengan adanya kreativitas dan inovasi suatu bisnis akan berkembang.
(Arie yanto. (2014) Makalah Pengantar Bisnis)
https://academia.edu/8949386/Makalah_Pengantar_Bisnis
B. Pengertian Bisnis Menurut islam
Bisnis merupakan suatu istilah untuk menjelaskan segala aktivitas berbagai
institusi dari yang menghasilkan barang dan jasa yang perlu untuk kehidupan
masyarakat sehari-hari (Manullang, 2002 : 8). Secara umum bisnis diartikan sebagai
suatu kegiatan yang dilakukan oleh manusia untuk memperoleh pendapatan atau
penghasilan atau rizki dalam rangka memenuhi kebutuhan dan keinginan hidupnya
Dalam islam bisnis dapat dipahami sebagai serangkaian aktivitas bisnis dalam
berbagai bentuknya yang tidak dibatasi jumlah (kuantitas) kepemilikan hartanya
(barang/jasa) termasuk proftinya, namun dibatasi dalam cara perolehan dan
pendayagunaan hartanya (ada aturan halal dan haram). Islam mewajibkan setiap
muslim, khusunya yang memiliki tanggungan untuk bekerja. Bekerja merupakan
salah satu sebab pokok yang memungkinkan manusia memiliki harta kekayaan.
Untuk memungkingakan manusia berusaha mencari nafkah, Allah Swt melapangkan
bumi seta menyediakan berbagai fasilitas yang dapat dimanfaatkan untuk mencari
rizki. (Syahputra, Angga. 2019;21-34, Etika Berbisnis Dalam Perspektif Islam At-
Tijarah:Riset Keuangan dan Perbankan Syariah)
1. Dasar Hukum Bisnis Dalam Islam
Dasar-dasar hukum bisnis dalam islam terdapat di Al-Quran antara lain:
1. Surat An-Nisa’ : 29

‫هّٰللا‬
َ ‫ ُك ْم ۗ اِ َّن‬P‫وا اَ ْنفُ َس‬Pْٓ Pُ‫اض ِّم ْن ُك ْم ۗ َواَل تَ ْقتُل‬ َ P‫وْ نَ تِ َج‬PP‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا اَل تَْأ ُكلُ ْٓوا اَ ْم َوالَ ُك ْم بَ ْينَ ُك ْم بِ ْالبَا ِط ِل آِاَّل اَ ْن تَ ُك‬
ٍ ‫ َر‬Pَ‫ارةً ع َْن ت‬
‫َكانَ بِ ُك ْم َر ِح ْي ًما‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harata
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku
dengan suka sama suka diantara kamu. Dan janganlah amu membunuh dirimu;
Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang Kepadamu.”
2. At-Taubah: 24
ُ‫ ِكن‬P‫ا َدهَا َو َم ٰس‬P‫وْ نَ َك َس‬P‫ارةٌ ت َْخ َش‬ َ ‫قُلْ اِ ْن َكانَ ٰابَ ۤاُؤ ُك ْم َواَ ْبن َۤاُؤ ُك ْم َواِ ْخ َوانُ ُك ْم َواَ ْز َوا ُج ُك ْم َو َع ِشي َْرتُ ُك ْم َواَ ْم َوا ُل ِۨا ْقتَ َر ْفتُ ُموْ هَا َوتِ َج‬
َ‫ضوْ نَهَٓا اَ َحبَّ اِلَ ْي ُك ْم ِّمنَ هّٰللا ِ َو َرسُوْ لِ ٖه َو ِجهَا ٍد فِ ْي َسبِ ْيلِ ٖه فَتَ َربَّصُوْ ا َح ٰتّى يَْأتِ َي هّٰللا ُ بِا َ ْم ِر ٖ ۗه َو ُ اَل يَ ْه ِدى ْالقَوْ َم ْال ٰف ِسقِ ْين‬
‫هّٰللا‬
َ ْ‫تَر‬
Artinya: “Katakanlah jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri,
kaum keluargamu, harata kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu
khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sekai, adalah lebih kamu
cintai dari Allah dan Rasulnya dan dari berjihad di jalannya, Maka tunggulah
sampai Allah mendatangkan keputusannya. Dan Allah tidak memberikan petunjuk
kepada orang-orang yang fasik.
3. An-nur: 37
‫هّٰللا‬
َ ‫ِر َجا ٌل اَّل تُ ْل ِه ْي ِه ْم تِ َجا َرةٌ َّواَل بَ ْي ٌع ع َْن ِذ ْك ِر ِ َواِقَ ِام الص َّٰلو ِة َواِ ْيت َۤا ِء ال َّز ٰكو ِة ۙيَ َخافُوْ نَ يَوْ ًما تَتَقَلَّبُ فِ ْي ِه ْالقُلُوْ بُ َوااْل َب‬
‫ْصا ُر‬
Artinya: “Orang yang tidak dilalaikan oleh perdagaan dan jual beli dari mengingat
Allah, melaksanakan sholat, dan menunaikan zakat. Mereka takut kepada hari ketika
hati dan penglihatan menjadi guncang (hari kiamat).

2. Etika Bisnis Dalam Bisnis Islam


A. Kesatuan (Tauhid/Unity)
Dalam hal ini adalah kesatuan sebgaimana terefleksikan dalam konsep yauhid
yang memadukan keseluruhan aspek-aspek kehidupan muslim baik dalam bidang
memadukan keseluruhan aspek-aspek kehidupan yang homogen, serta
mementingkan konsep konsistensi dan keteraturan yang menyeluruh. Islam
menawarkan keterpaduan agama, ekonomi, dan sosil demi membentuk kesatuan,
vertikal maupun horisontal, membentuk suatu persamaan yang sangat penting dalam
sistem Islam.
B. Keseimbangan (Equilibrium/Adil)
Islam sangat mengajurkan untuk berbuat adil dalam berbisnis, dan melarang
berbuat curang atau berlaku dzalim. Rasullah diutus Allah untuk membangun
keadilan. Kecelakaan besar bagi orang yang berbuat curang, yaitu orang-orang yang
apabila menerima takaran dari orang lain meminta untuk dipenuhi, sementara kalau
menakar atau menimbang untuk orang selalu dikurangi.
Kecurangan dalam berbisnis pertanda kehancuran bisnis tersebut, karena kunci
keberhasilan bisnis adalah kepercayaan. Al-Quran memerintahkan kepada kaum
muslim untuk menimbang dan mengukur dengan cara yang benar dan jangan sampai
melakukan kecurangan dalam bentuk pengurangan takaran dan timbangan.
C. Kehendak Bebas (Free Will)
Kebebasan merupakan bagian penting dalam niai etika bisnis islam, tetapi
kebebasan itu tidak merugikan kepentingan kolektif. Kepentingan individu dibuka
lebar. Tidak adanya batasan pendapatan bagi seseorang mendorong manusia untuk
aktif berkarya dan bekerja dengan segala potensi yang dimilikinya.
Kecenderungan manusia untuk terus menerus memenuhi kebutuhan pribadinya
yang tak terbatas dikendalikan dengan adanya kewajiban setiap individu terhadap
masyarakat melalui zakat, infak, dan sedekah.
D. Tanggungjawab (Responbility)
Manusi perlau mempertanggungjawabkan tindakanya secara logis, prinsip ini
berhubungan etar dengan kehendak bebas. Ia menetapkan batasan mengenai apa
yang bebas dilakukan oleh manusia dengan bertanggungjawab atas semua yang
dilakukannya.
E. Kebenaran, Kebijakan dan kejujuran
Kebenaran dalam konteks ini selain mengandung makna kebenaran lawan dari
kesalahan, mengandung pula dua unsur yaitu kebijakan dan kejujuran. Dalam
konteks bisnis kebenran dimaksudkan sebgai niat, sikap dan perilaku benar yang
meliputi proses akad (transaksi) proses menacari dan memperoleh komoditas
pengembangan maupun dalam proses upaya meraih atau menetapkan keuntungan.
Dengan prinsip kebenaran ini maka etika bisnis islam sangat menjaga dan berlaku
preventif terhadap kemungkinan adanya kerugian salah satu pihak yang melakukan
transaksi, kerjasama atau perjanjian dalam bisnis. (Kamal Ali, 2013;55. Berbisnis
Dengan Cara Rasul: Penerbit Jembar: Bandung)
3. Panduan Rasulullah Dalam Etika Berbisnis
a. Rasulullah SAW sanagat banyak memberikan petunjuk mengenai etika bisnis,
diantaranya ialah:
b. Kejujuran dalam islam kejujuran merupakan syarat paling mendasar dalam
kegiatan bisnis. Rasulullah sangat intens mengajurkan kejujuran dalam
aktivitas bisnis. Dalam hal ini, beliau bersabda “Siapa yang menipu kami,
maka dia bukan kelompok kami” (H.R. Muslim).
c. Palaku bisnis dalam islam tidak hanya sekedar mengejar keuntungan
sebanyak-banyaknya tetapi juga berorientasi kepada sikap ta’awun
(menolong orang lain) sebagai implikasi sosial kegiatan bisnis. Tegasnya
dalam islam berbisnis bukan mencari untung material semata, tetapi didasari
kesadaran memberi kemudahan bagi orang lain dengan menjual barang.
d. Dilarang keras pelaku bisnis melakukan sumpah palsu dalam melakuka
transaksi bisnis dalam sebuah hadis riwayat Bukhari, Nabi bersabda, “Dengan
melakukan sumpah palsu, barang-barang memang terjual, tetapi hasilnya
tidak berkah. Praktek ini dilakukan karena dapa menyakinkan pembeli dan
meningkatkan daya beli yang tinggi.
e. Bersikap Ramah tamah dalam melakukan bisnis Nabi Muhammad SAW
mengatakan, “Allah merahmati seseorang yang ramah dan toleran dalam
bisnis (H.R. Bukhari dan Tarmizi)
f. Tidak boleh menjelekan bisnis orang lain, agar orang tidak membeli
kepadanya. Nabi Muhammad SAW bersabda. “Janganlah seseorang di antara
kalain menjua dengan maksud untuk menjelekkan apa yang dijual oleh orang
lain (H.R Muttafaq’alaih).
g. Tidak melakukan ihtikar. Ihtikar ialah (menmpuk dan menyimpan barang
dalam masa tertentu, dengan tujuan agar harganya suatu saat menjadi naik
dan keuntungan besar pun dipeoleh).
h. Takaran , ukuran dan timbangan yang benar dalam perdagangan, timbangan
yang benar dan tepat harus benar-benar diutamakan.
i. Bisnisitidak boleh mengganggu kegiatan ibadah kepada Allah
j. Tidak boleh menunda membayar upah kepada karyawan Nabi Muhammad
SAW bersabda “Berikanlah upah kepada karyawan, sebelum kering
keringatnya”. (Kamal Ali, 2013;56. Berbisnis dengan cara Rosul: Penerbit
Jembar: Bandung)
C. BERBISNIS MENURUT PEDOMAN HIDUP ISLAMI WARGA
MUHAMMADIYAH (PHIWM)
Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah merupakan pedoman untuk menjalani
kehidupan dalam lingkup pribadi, keluarga, bermasyarakat, berorganisasi, mengelola
amal usaha, berbisnis, mengembangkan profesi, berbangsa dan bernegara,
melestarikan lingkungan, mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan
mengembangkan seni dan budaya yang menunjukkan perilaku uswah hasanah
(teladan yang baik).Tuntutan Pelaksanaan Pedoman Hidup Islami Warga
Muhammadiyah mengikat seluruh warga, pimpinan, dan lembaga yang berada di
lingkungan Persarikatan Muhammadiyah sebagai program khusus yang harus
dilakukan dan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari untuk kebaikan hidup
bersama dan tegaknya Masyarakat Utama yang menjadi rahmatan lil ‘alamin.
Pimpinan Wilayah, Pimpinan Cabang, dan Pimpinan Ranting di bawah
kepemimpinan Pimpinan Pusat Muhammdiyah bertanggung jawab di setiap daerah
masing-masing untuk mengelola, dan mengevaluasi pelaksanaan program khusus
Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah. Pelaksanaan
penerapan/operasionalisasi Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah di setiap
tingkatan hendaknya dikoordinasikan dan melibatkan semua Majelis dalam satu
koordinasi pelaksanaan yang terpadu dan efektif serta efisien menuju keberhasilan
mencapai tujuan. Pimpinan Pusat Muhammadiyah berkewajiban dan bertanggung
jawab untuk memimpinkan pelaksanaan Pedoman Hidup Islami Warga
Muhammadiyah ini dengan mengerahkan segala potensi, usaha, dan kewenangan
yang dimilikinya sehingga program ini dapat berhasil mencapai tujuannya.
1. Apa Itu Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah (Phiwm)
Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah (Phiwm) adalah seperangkat nilai
dan norma Islami yang bersumber Al-Quran dan Sunnah menjadi pola bagi tingkah
laku warga Muhammadiyah dalam menjalani kehidupan sehari-hari sehingga
tercermin kepribadian Islami menuju terwujudnya masyarakat utama yang diridloi
Allah SWT selain itu juga sebagai pedoman untuk menjalani kehidupan dalam
lingkup pribadi, keluarga, bermasyarakat, berorganisasi, mengelola amal usaha,
berbisnis, mengembangkan profesi, berbangsa dan bernegara, melestarikan
lingkungan, mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan mengembangkan
seni dan budaya yang menunjukkan perilaku uswah hasanah (teladan yang baik).
Landasan dan sumber Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah ialah Al-Quran
dan Sunnah Nabi dengan pengembangan dari pemikiran-pemikiran formal (baku)
yang berlaku dalam Muhammadiyah, seperti; Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup
Muhammadiyah, Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah, Matan Kepribadian
muhammadiyah, Khittah Perjuangan Muhammadiyah serta hasil-hasil Keputusan
Majelis Tarjih. (Muhammadiyah, Pimpinan Pusat. Pedoman Hidup Islami Warga
Muhammadiyah. Suara Muhammadiyah. 2022)
2. Latar Belakang Perumusan PHIWM (Pedoman Hidup Islami Warga
Muhammadiyah)
PHIWM disahkan dalam Muktamar Muhammadiyah ke-44 di Jakarta dengan latar
belakang sebagai berikut :
1. Kepentingan akan adanya pedoman yang bisa menjadi acuan bagi segenap
anggota Muhammadiyah sebagai penjabaran dan bagian dari keyakinan hidup
Islami dalam Muhammadiyah yang menjadi amanat Tanwir di Jakarta pada
tahun 1992 yang lebih merupakan konsep filosofis.
2. Perubahan-perubahan sosial politik dalam kehidupan nasional di era
reformasi yang menumbuhkan dinamika tinggi dalam kehidupan umat dan
bangsa serta mempengaruhi kehidupan Muhammadiyah yang memerlukan
pedoman bagi warga dan pimpinan persyarikatan bagaimana menjalani
kehidupan di tengah gelombang perubahan itu.
3. Perubahan-perubahan alam pikiran yang cenderung pragmatis (berorientasi
pada nilai guna semata), materialistis (berorientasi pada kepentingan materi
semata), dan hedonistis (berorientasi pada pemenuhan kesenangan duniawi)
yang menumbuhkan budaya inderawi (kebudayaan duniawi yang sekuler)
dalam kehidupan modern abad ke-20 yang disertai dengan gaya hidup
modern
(Muhammadiyah, Pimpinan Pusat. Pedoman Hidup Islami Warga
Muhammadiyah. Suara Muhammadiyah. 2020)

3. Sifat PHIWM ( Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah)

1. Mengandung hal-hal yang pokok/rinsip dan penting dalam acuan nilai dan
norma
2. Bersifat pengayaan dalam arti memberi banyak khazanah untuk membentuk
keluhuran dan kemuliaan ruhani serta tindakan
3. Aktual, memiliki keterkaitan dengan tuntutan dan kepentingan kehidupan
sehari-hari
4. Memberikan arah bagi tindakan individu maupun kolektif yang bersifat
keteladanan
5. Ideal, menjadi panduan umum untuk kehidupan sehari-hari yang bersifat
pokok dan utama
6. Rabbani, mengandung ajaran-ajaran dan pesan bersifat akhlaqi yang
membuahkan kesalehan.
7. Taisir, panduan yang mudah difahami dan diamalkan oleh setiap muslim
khususnya warga Muhammadiyah.(Muhammadiyah, Pimpinan Pusat.
Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah. Suara Muhammadiyah.
2020)

4. Tujuan Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah (PHIWM)


Terbentuknya perilaku individu dan kolektif seluruh anggota Muhammadiyah yang
menunjukkan keteladanan yang baik (uswah hasanah) menuju terwujudnya
Masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Ada sebelas bagian dalam Kehidupan Islami Warga Muhammadiyah, yaitu :
1. Kehidupan Pribadi
 Dalam Akidah
 Dalam Akhlak
 Dalam Ibadah
 Dalam Muamalah Duniawi
2. Kehidupan dalam Keluarga
 Kedudukan Keluarga
 Fungsi Keluarga
 Aktivitas Keluarga
3. Kehidupan Bermasyarakat
4. Kehidupan Berorganisasi
5. Kehidupan dalam Mengelola Amal Usaha
6. Kehidupan dalam Berbisnis
7. Kehidupan dalam Mengembangkan Profesi
8. Kehidupan dalam Berbangsa dan Bernegara
9. Kehidupan dalam Melestarikan Lingkungan
10. Kehidupan dalam Mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
11. Kehidupan dalam Seni dan Budaya
(Abdurrahman, Asymuni. dkk. Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah
Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2008).
4. BERBISNIS MENURUT PEDOMAN HIDUP ISLAMI WARGA
MUHAMMADIYAH (PHIWM)
K.H. Ahmad Dahlan dalam menggerakkan Muhammadiyah telah memberi teladan
dengan menjalankan bisnis sekaligus berdakwah. Ini berarti dalam memahami Islam
ala Dahlan dapat diibaratkan dua sisi mata uang jika salah satu sisinya tidak
berfungsi maka tidak dapat dijadikan sebagai alat tukar karena dianggap tidak
berharga. Begitu pula, jika ingin menjunjung tinggi agama Islam, kekuatan
ekonomipun perlu menjadi perhatian yang serius.. Jadi, sumber kekuatan ekonomi
Muhammadiyah itu melalui dakwah kepada anggota Muhammadiyah
Dalam berbisnis, berusaha atau apapun istilahnya, dalam Islam harus dilandasi oleh
niat atau motivasi yang baik (sesuai aturan agama) serta dibangun di atas pondasi
(asas) dan etika bisnis Islam, agar segala usaha yang dijalankan bernilai ibadah dan
berpahala.
Kegiatan bisnis-ekonomi merupakan upaya yang dilakukan manusia untuk
memenuhi kebutuhan hidup diri dan keluarganya. Sepanjang tidak merugikan
kemaslahatan manusia, pada umumnya semua bentuk kerja diperbolehkan, baik di
bidang produksi maapun distribusi (perdagangan) barang dan jasa. Kegiatan bisnis
barang dan jasa haruslah berupa barang dan jasa yang halal dalam pandangan syari'at
atas dasar seku rela (taradlin) .Dalam melakukan kegiatan bisnis-ekonomi pada
prinsipnya setiap orang dapat menjadi pemilik organisasi bisnis, ataupun menjadi
keduanya (pemilik sekaligus pengelola), dengan tutntutan agar ditempuh dengan cara
yang benar dan halal sesuai dengan prinsip mu'amalah dalam Islam. Dalam
menjalankan aktivitas bisnis tersebut orang dapat pula menjadi pemimpin, maupun
menjadi karyawan secara bertanggung jawab sesuai dengan kemampuan dan
kelayakan. Baik menjadi pemimpin maupun karyawan mempunyai tugas, kewajiban,
dan tanggung jawab sebagaimana yang telah diatur dan disepakati bersama secara
suka rela dan adil. Kesepakatan yang adil ini harus dijalankan sebaik-baiknya oleh
para pihak yang telah menyepakatinya.
Dengan Prinsip sukarela dan keadilan merupakan prinsip penting yang harus
dipegang, baik dalam lingkungan intern (organisasi) maupun dengan pihak luar
(patner maupun pelanggan). Suka rela dan adil mengandung arti tidak ada paksaan,
tidak pemerasan, tidak ada pemalsuan, dan tidak ada tipu muslihat. Prinsip suka rela
dan keadilan harus dilandasi dengan kejujuran. Hasil dari aktifitas bisnis-ekonomi itu
akan menjadi harta kekayaan (maal) pihak yang mengusahakannya. Harta dari hasil
kerja ini merupakan karunia Allah yang penggunannya harus sesuai dengan jalan
yang diperkenankan Allah SWT.
Meskipun harta itu dicari dengan jerih payah dan usaha sendiri, tidak berarti harta
itu dapat dipergunakan semau-maunya sendiri, tanpa mengindahkan orang lain. Harta
memang dapat dimiliki secara pribadi namun harta itu juga mempunyai fungsi sosial
yang berarti bahwa harta itu harus dapat membawa manfaat bagi diri, keluarga, dan
masyarakatnya, dengan halal dan baik. Karenanya terdapat kewajiban zakat dan
tuntutan shadaqah, infaq, wakaf, dan jariyah sesuai dengan ketentuan yang terdapat
dalam ajaran Islam.
.Ada berbagai jalan perolehan dan pemilikan harta, yaitu melalui
1. usaha berupa aktifitas bisnis-ekonomi atas dasar sukarela (taradlin),
2. waris, yaitu peninggalan dari seseorang yang meninggal dunia pada ahli
warisnya,
3. wasiat, yaitu pemindahan hak milik kepada orang yang diberi wasiat setelah
seseorang meniggal dengan syarat bukan ahli waris yang berhak menerima
warisan dan tidak melebihi sepertiga jumlah harta pusaka yang diwariskan
4. hibah, yaitu pemberian suka rela dari/kepada seseorang. dari semuanya itu, harta
yang diperoleh dan dimiliki dengan jalan usaha (bekerja) adalah harta yang
paling terpuji.
Kadangkala harta dapat pula diperoleh dengan jalan utang-piutang (qardlun),
maupun pinjaman ('ariyah). Kalau kita memperoleh harta dengan jalan berutang
(utang uang dan kemudian dibelikan barang, misalnya), maka sudah pasti ada
kewajiban kita untuk mengembalikan utang itu secepatnya, sesuai dengan perjanjian
(dianjurkan perjanjian itu tertulis dan ada saksi).
Dalam hal utang ini juga dianjurkan untuk sangat berhati-hati, disesuaikan dengan
kemampuan untuk mengembalikan di kemudian hari, dan tidak memberatkan diri,
serta sesuai dengan kebutuhan yang wajar. Harta dari utang ini dapat menjadi milik
yang berutang. Peminjam yang telah mampu mengembalikan, tidak boleh menunda-
nunda, sedangkan bagi peminjam yang belum mampu mengembalikan perlu diberi
kesempatan sampai mampu. Harta yang didapat dari pinjaman ('ariyah), artinya ia
meminjam barang, maka ia hanya berwenang mengambil manfaat dari barang
tersebut tanpa kewenangan untuk menyewakan, apalagi memperjualbelikan. Pada
saat yang dijanjikan, barang pinjaman tersebut harus dikembalikan seperti keadaan
semula. Dengan kata lain, peminjam wajib memelihara barang yang dipinjam itu
sebaik-baiknya.
Dalam kehidupan bisnis-ekonomi, kadangkala orang atau organisasi bersaing satu
sama lain. Berlomba-lomba dalam hal kebaikan dibenarkan bahkan dianjurkan dalam
Agama. Perwujudan persaingan atau berlomba dalam kebaikan itu dapat berupa
pemberian mutu barang atau jasa yang lebih baik, pelayanan pada pelanggan yang
lebih ramah dan mudah, pelayanan purna jual yang lebih terjamin, atau kesediaan
menerima keluahan dari pelanggan. Dalam hal persaingan ini tetap berlaku prinsip
umum kesukarelaan, keadilan, dan kejujuran, dan dapat dimasukkan pada pengertian
fastabiqul khairat sehingga tercapai bisnis yang mabrur.
Keinginan manusia untuk memperoleh dan memiliki harta dengan menjalankan
usaha bisnis ekonomi ini kadangkala memperoleh hasil dengan sukses yang
merupakan rizki yang harus disyukuri. Di pihak lain, ada orang atau organisasi yang
belum meraih sukses dalam usaha bisnis-ekonomi yang dijalankannya. Harus diingat
bahwa tolong menolong selalu dianjurkan agama dan ini dijalankan dalam kerangka
berlomba-lomba dalam kebaikan. Tidaklah benar membiarkan orang dalam
kesusahan sementara kita bersenang-senang. Mereka yang sedang gembira
dianjurkan menolong mereka yang gagal, mereka yang memperoleh keuntungan
dianjurkan untuk menolong orang yang merugi. Kesuksesan janganlah mendorong
untuk berlaku sombong, dan ingkar akan ni'mat Tuhan sedang kegagalan atau bila
belum berhasil janganlah membuat diri putus asa dari rahmat Allah .
Harta dari hasil usaha bisnis-ekonomi tidak boleh dihambur-hamburkan dengan
cara yang mubadzir dan boros. Perilaku boros di samping tidak terpuji juga
merugikan usaha pengembangan bisnis lebih lanjut, yang pada gilirannya merugikan
seluruh orang yang bekerja untuk bisnis tersebut. Anjuran untuk tidak berlaku boros
itu juga berarti anjuran untuk menjalankan bisnis dengan cermat, penuh perhitungan,
dan tidak sembrono.
Untuk bisa menjalankan bisnis dengan cara demikian, dianjurkan selalu
melakukan pencatatan pencatatan seperlunya, baik yang menyangkut keuangan
maupun administrasi lainnya, sehingga dapat dilakukan pengelolan usaha yang lebih
baik Kinerja bisnis saat ini sedapat mungkin harus selalu lebih baik dari masa lalu
dan kinerja bisnis pada masa mendatang harus diikhtiarkan untuk lebih baik dari
masa sekarang. Islam mengajarkan bahwa hari ini harus lebih baik dari hari kemarin,
dan esok harus lebih baik dari hari ini. Perspektif seperti itu harus diartikan bahwa
evaluasi dan perencanaan bisnis merupakan suatu anjuran yang harus diperhatikan
Seandainya pengelolaan bisnis harus diserahkan pada orang lain, maka seharusnya
diserahkan kepada orang yang mau dan mampu untuk menjalankan amanah yang
diberikan. Kemauan dan kemampuan ini penting karena pekerjaan apapun kalau
diserahkan kepada orang yang tidak mampu hanya akan membawa kepada
kegagalan. Baik kemauan maupun kemampuan itu bisa dilatih dan dipelajari.
Menjadi kewajiban mereka yan mampu untuk melatih dan mengajar orang yang
kurang mampu.
Semakin besar bisnis-ekonomi yang dijalankan biasanya semakin banyak
melibatkan orang atau lembaga lain. Islam menganjurkan agar harta itu tidak hanya
berputar-putar pada orang atau kelompok yang mampu saja dari waktu ke waktu.
Dengan demikian makin banyak aktifitas bisnis memberi manfaat pada masyarakat
akan makin baik bisnis itu dalam pandangan agama. Manfaat itu dapat berupa
pelibatan masyarakat dalam kancah bisnis itu lebih banyak, atau menimati hasil yang
diusahakan oleh bisnis tersebut.
Sebagian dari harta yang dikumpulkan melalui usaha bisnis-ekonomi maupun
melalui jalan lain secara halal dan baik itu tidak bisa diakui bahwa seluruhnya
merupakan hak mutlak yang bersangkutan. Mereka yang menerima harta sudah pasti,
pada batas tertentu, harus menunaikan kewajibannya membayar zakat sesuai syari'at.
Di samping itu dianjurkan untuk. (Muhammadiyah, Pimpinan pusat. Pedomaa Hidup
Islami Warga Muhammadiyah, Yogyakarta: Suara Muhammadiyah 2000)
Dafatar Pustaka

(Aprianto, Dkk 2020;halaman. Etika & Konsep Manajemen Bisnis Islam. Sleman:
Penerbit Deepublis, JogjaKarta)

(Kamal Ali, 2013;55. Berbisnis Dengan Cara Rasul: Penerbit Jembar: Bandung)

(Kamal Ali, 2013;55. Berbisnis Dengan Cara Rasul: Penerbit Jembar: Bandung)

(Sakirah, S.Dkk, 2021;160. Pengantar Bisnis Islam. CV Widia Utama, Bandung)

(Abdurrahman, Asymuni. dkk. Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah


Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2008).

(Muhammadiyah, Pimpinan Pusat. Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah.


Suara Muhammadiyah. 2022)

(Muhammadiyah, Pimpinan Pusat. Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah.


Suara Muhammadiyah. 2020)

(Muhammadiyah, Pimpinan Pusat. Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah.


Suara Muhammadiyah. 2020)

(Muhammadiyah, Pimpinan pusat. Pedomaa Hidup Islami Warga Muhammadiyah,


Yogyakarta: Suara Muhammadiyah 2000)

(Syahputra, Angga. 2019;21-34, Etika Berbisnis Dalam Perspektif Islam At-


Tijarah:Riset Keuangan dan Perbankan Syariah)

(Warta Dharmawangsa 57, 2018, Peranan Etika Bisnis Dalam Perusahaan Bisnis)

(Arie yanto. (2014) Makalah Pengantar Bisnis)


https://www.academia.edu/8949386/Makalah_Pengantar_Bisnis

Anda mungkin juga menyukai