Oleh:
FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS DARUSSALAM
1445/2023
PENDAHULUAN
Islam memandang bahwa berusaha atau bekerja merupakan bagian integral dalam
agama Islam. Terdapat beberapa ayat-ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang bekerja,
menurut ayat Al-Qur’an dan Hadist yaitu berusaha atau bekerja bukan semata-mata untuk
memperkaya diri sendiri saja, karena Islam mengajarkan bahwasannya kekayaan itu
mempunyai fungsi sosial. Dan Al-Qur’an juga melarang dengan tegas mengenai penumpukan
harta dalam arti penimbunan harta, melarang mencari kekayaan dengan jalan yang tidak
benar, dan memerintahkan untuk menggunakan kekayaan atau harta tersebut dengan baik.
Banyak cara untuk memperoleh kekayaan yaitu dengan cara berusaha, bekerja,
berbisnis, berjasa kepada orang, dan pekerjaan-pekerjaan halal lainnya. Bekerja merupakan
salah satu sebab pokok yang memungkinkan seseorang memiliki harta kekayaan. Untuk
memungkinkan manusia berusaha mencari nafkah, Allah Swr melapangkan bumi serta
menyediakan berbagai fasilitas yang dapat dimanfaatkan untuk mencari rezezki-Nya. Seperti
dalam firman Allah Swt, surah Al-Mulk ayat 15
َلُك اَأْل َذ ُل واًل َفا ُش وا ِفي َناِك ِب ا ُك ُل وا ِم ِرْز ِق ِه ۖ ِإَل ِه ِذ
َو ْي ْن َم َه َو ْم ُه َو ا َّل ي َج َع َل ُم ْر َض
)15 : الُّنُش وُر (الملك
Artinya :
Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya
dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali
setelah) dibangkitkan. (Al-Mulk : 15)
Bisnis dalam aktivitasnya merupakan kegiatan yang sangat penting bagi kelangsungan
hidup sehari-hari. Secara umum, bisnis merupakan suatu kegiatan usaha individu yang
terorganisir untuk menghasilkan dan menjual barang dan jasa guna mendapatkan keuntungan
dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.1
1
H. Buchari Alma, Pengantar Bisnis, (Bandung: CV. Alvabeta,1997), Hal 16.
dilakukan dengan mengindahkan etika islam, dan juga mendorong umat manusia untuk
mengembangkan bisnis-bisnis mereka.
PEMBAHASAN
ORIENTASI BISNIS DALAM ISLAM
a. Shiddiq (Jujur)
b. Amanah (Tanggung Jawab)
c. Tidak Melakukan Riba
d. Menepati Janji
e. Tidak Melakukan Penipuan
f. Tidak Takhfif (Curang Dalam Timbangan)
g. Tidak menjelek-jelekan pedagang lain.6
5
Buchari Alma dan Donni Juni Priansa, Management Bisnis Syariah, (Bandung: Alfabeta, 2009), 115-
116
6
Abdul Rokhim, Ekonomi Islam Perspektif Muhammad SAW, (Jember: STAIN Press, 2013), Hal 11
7
Bambang Subandi, Bisnis Sebagai Strategi Islam, (Surabaya: Paramedia, 2000), Hal 65
Dan seperti yang kita ketahui, bahwasannya harta akan didapatkan oleh
seseorang jika ia berusaha untuk mendapatkannya. Dan di agama islam di
jelaskan bahwa manusia harus mendapatkan harta tersebut dengan aspek
kehalalannya baik dari cara pendapatan dan cara mengolah pendapatan
tersebut. Karena, seseorang akan sangat berusaha ketika ingin mendapatkan
harta, oleh karena itu manusia diberi pengetahuan, bahwa dengan berdagang
atau berbisnis maka akan memperolh harta kekayaan itu. Disamping itu ada
anjuran untuk mencari rizki, islam sangat menekankan dan mewajibkan atas
aspek kehalalannya baik dari sisi perolehan maupun pengelolaan harta
kekayaan tersebut.
Ada beberapa prinsip etika bisnis dalam islam yang berlaku, yaitu :
a) Unity (kesatuan/keesaan)
Unity merupakan refleksi konsep tauhid yang memadukan seluruh
aspek kehidupan baik ekonomi, sosial, politik, dan budaya menjadi
keseluruhan yang homogeny, konsisten dan teratur. Adanya dimensi
vertikal (manusia dengan penciptanya) dan horizontal (sesama
manusia).
b) Equilibrium (Keseimbangan)
Keseimbangan yaitu, kebersamaan, dan kemoderatan merupakan bisnis
etis yang harus diterapkan dalam aktivitas maupun entitas bisnis.
c) Free Will (Kebebasan Berkehendak)
Kebebasan disini dalam artian bebas memilih atau bertindak sesuai
etika atau sebaliknya.
d) Responsibility (Tanggung Jawab)
Hal ini merupakan bentuk pertanggungjawaban atas setiap tindakan.
Prinsip pertanggungjawaban menurut Sayid Quthb adalah tanggung
jawab yang seimbang dalam segala bentuk dan ruang lingkupnya,
antara jiwa dan raga, antara orang dan keluarga, antara individu dan
masyarakat serta antara masyarakat satu dengan masyarakat lainnya
e) Benevolence (Kebenaran)
Kebenaran disini meliputi kebajikan dan kejujuran. Kebenaran adalah
bagian dari niat, sikap dan perilaku benar dalam melakukan berbagai
proses baik itu proses transaksi, proses memperoleh komoditas, proses
pengembangan produk maupun proses perolehan keuntungan.8
Seperti yang kita ketahui, Rasulullah Saw. merupakan salah satu pebisnis yang
sangat handal dan sukses pada masa mudanya. Islam selalu menganjurkan bagi
umatnya untuk bekerja keras dan melarang untuk meminta-minta, salah satu bentuk
usaha untuk mendapatkan penghasilan manusia yaitu dengan cara berdagang atau
berbisnis. Allah swt. telah menjelaskan dalam firman-Nya di surah At-Taubah : 105,
Allah berfirman :
Artinya:
Dan katakanlah “bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang- orang
mukmin akan melihat pekerjaanmu itu dan kamu akan dikembalikan kepada Allah
yang mengetahui akan yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakannya kepada kamu
yang telah kamu kerjakan.” (At-Taubah: 105).9
Ada beberapa petunjuk mengenai etika bisnis, diantaranya ialah :
a. Bahwa prinsip esensial dalam bisnis adalah kejujuran. Dalam hal ini, beliau
bersabda “Siapa yang menipu kami, maka dia bukan kelompok kami” (H.R.
Muslim). Rasulullah sendiri selalu bersikap jujur dalam berbisnis. Beliau
melarang para pedagang meletakkan barang busuk di sebelah bawah dan
barang baru di bagian atas.
b. Kesadaran tentang signifikansi sosial kegiatan bisnis. Karena umat muslim
berbisnis bukan hanya semata-mata mengejar keuntungan sebanyak-
banyaknya, melainkan untuk menolong orang lain sebagai sikap sosial kepada
sesama dalam kegiatan berbisnis.
8
Muhammad. Etika Bisnis Islam. Yogyakarta: Akademi Manajemen Perusahaan YKPN, 2004
9
Departemen Agama, Al-qur’an dan Terjemahan, (Bandung:CV. Penerbit J-ART, 2004)
c. Tidak melakukan sumpah palsu. Seperti Dalam sebuah hadis riwayat Bukhari,
Nabi bersabda, “Dengan melakukan sumpah palsu, barang-barang memang
terjual, tetapi hasilnya tidak berkah”.
d. Ramah-tamah. Karena, Nabi Muhammad Saw mengatakan, “Allah merahmatiÂ
seseorang yang ramah dan toleran dalam berbisnis” (H.R. Bukhari dan
Tarmizi).
e. Tidak boleh berpura-pura menawar dengan harga tinggi, agar orang lain
tertarik membeli dengan harga tersebut. Sabda Nabi Muhammad Saw.
“Janganlah kalian melakukan bisnis najsya (seorang pembeli tertentu,
berkolusi dengan penjual untuk menaikkan harga, bukan dengan niat untuk
membeli, tetapi agar menarik orang lain untuk membeli
f. Tidak boleh menjelekkan bisnis orang lain, agar orang membeli kepadanya. Nabi
Muhammad Saw bersabda, “Janganlah seseorang di antara kalian menjual dengan
maksud untuk menjelekkan apa yang dijual oleh orang lain” (H.R. Muttafaq ‘alaih).
g. Tidak melakukan ihtikar. Ihtikar ialah (menumpuk dan menyimpan barang dalam
masa tertentu, dengan tujuan agar harganya suatu saat menjadi naik dan keuntungan
besar pun diperoleh).
h. Takaran, ukuran dan timbangan yang benar. Dalam perdagangan, timbangan yang
benar dan tepat harus benar-benar diutamakan
i. Bisnis tidak boleh menggangu kegiatan ibadah kepada Allah Swt.
j. Membayar upah sebelum kering keringat karyawan. Nabi Muhammad Saw bersabda,
“Berikanlah upah kepada karyawan, sebelum kering keringatnya”. (HR. Ibnu Majah,
Shahih).
Agama islam menganjurkan umatnya untuk bekerja, berbisnis,
berdagang akan tetapi harus berlandasakan pada sopan santun, tata krama, dan
aturan-aturan yang diatur oleh agama islam. Kegiatan bisnis ini harus sesuai
dengan apa yang sudah ditetapkan di Al-Qur’an dan Sunnah Nabi SAW.
Dalam Islam bisnis dapat dipahami sebagai serangkaian aktivitas bisnis
dalam berbagai bentuknya yang tidak dibatasi jumlah (kuantitas) kepemilikan
hartanya (barang/jasa) termasuk profitnya, namun dibatasi dalam cara
perolehan dan pendayagunaan hartanya (ada aturan halal dan haram).10
Pertumbuhan, jika profit materi dan profit non materi telah diraih, perusahaan
harus berupaya menjaga pertumbuhan agar selalu meningkat. Upaya peningkatan ini
juga harus selalu dalam koridor syariah, bukan menghalalkan segala cara.
Keberkahan, semua tujuan yang telah tercapai tidak akan berarti apa-apa jika
tidak ada keberkahan di dalamnya. Maka bisnis Islam menempatkan berkah sebagai
11
Muhammad Ismail Yusanto dan Muhammad Karebet Widjajakusuma, Menggagas Bisnis Islami,
(Jakarta: Gema Insani Press, 2002), h. 18
12
Muhammad Ismail Yusanto dan Muhammad Karebet Widjajakusuma, Menggagas Bisnis Islami,
(Jakarta: Gema Insani Press, 2002), h. 19
tujuan inti, karena ia merupakan bentuk dari diterimanya segala aktivitas manusia.
Keberkahan ini menjadi bukti bahwa bisnis yang dilakukan oleh pengusaha muslim
telah mendapat ridla dari Allah Swt., dan bernilai ibadah.13
PENUTUP
KESIMPULAN
13
Muhammad Ismail Yusanto dan Muhammad Karebet Widjajakusuma, Menggagas Bisnis Islami,
(Jakarta: Gema Insani Press, 2002), h. 20
memenuhi kebutuhan dan keinginan hidupnya dengan cara mengelola sumber
daya ekonomi secara efektif dan efisien. Dasa hukum bisnis dalam Islam
terdapat di Al-Qur’an Surah At-Taubah ayat 24 :
ُقْل ِإْن َك ا َن آ َبا ُؤُك ْم َو َأْبَن ا ُؤُك ْم َو ِإ ْخ َو ا ُنُك ْم َو َأْز َو ا ُج ُك ْم َو َع ِش ي َر ُتُك ْم َو َأْم َو ا ٌل ا ْقَتَر ْفُتُم وَه ا
َو ِتَج ا َرٌة َتْخ َش ْو َن َك َس ا َدَه ا َوَم َس اِك ُن َتْر َض ْو َنَه ا َأَح َّب ِإَلْي ُك ْم ِم َن ال َّل ِه َوَرُس وِلِه َو ِج َه ا ٍد ِف ي
)24 : َس ِب ي ِلِه َفَتَر َّبُص وا َح َّت ٰى َيْأ ِتَي ال َّل ُه ِبَأْم ِرِه ۗ َو ال َّل ُه اَل َيْه ِد ي ا ْل َق ْو َم ا ْل َف ا ِس ِق ي َن (التوبة
Artinya :
Subandi, Bambang Bisnis Sebagai Strategi Islam, (Surabaya: Paramedia, 2000), Hal
65
Widjajakusuma, Muhammad Ismail Yusanto dan Muhammad Karebet. Menggagas
Bisnis Islami, (Jakarta: Gema Insani Press, 2002), h. 18