Erni Indriyana
Annisa Putri
Aprilia Mutia Nur Aliza
Nofitasari Amanda Fajri
Alfiati Azura
Perwitasari HandariVania
Ary Permana Rahma Azura
Putra Rahma Karima
Ermas Sari Yani
Pengertian Bisnis
Secara historis kata bisnis berasal dari
bahasa inggris yaitu “Business”,
dari kata dasar “Busy” yang artinya
“Sibuk”. Sibuk dalam mengerjakan Secara etimologi, bisnis mempunyai arti
aktivitas dan pekerjaan yang dimana seseorang atau
mendatangkan keuntungan. Dalam sekelompok dalam keadaan yang sibuk
kamus bahasa dan menghasilkan keuntungan atau
indonesia bisnis merupakan usaha profit bagi dirinya atau kelompok.
dagang ; usaha komersial. Bisnis Bisnis merupakan suatu istilah untuk
mempunyai dua pengertian yang menjelaskan segala aktivitas berbagai
berbeda, yaitu yang pertama bisnis institusi dari yang menghasilkan
adalah barang
sebuah perusahaan sedangkan dan jasa yang perlu untuk kehidupan
pengertian yang kedua bisnis masyarakat sehari-hari. Yang
adalah sebuah dimaksud
kegiatan. barang dan jasa dari pengertian diatas,
barang adalah suatu produk yang
berwujud secara fisik. Artinya, ia dapat
dilihat, diraba, dirasa dan atau
dicium.
Secara umum bisnis diartikan
sebagai suatu kegiatan yang
dilakukan oleh
manusia untuk memperoleh
pendapatan atau penghasilan atau
rizki dalam
rangka memenuhi kebutuhan dan
keinginan hidupnya dengan cara
mengelola
jadi dapat disimpulkan bahwa
sumber daya ekonomi secara efektif bisnis merupakan serangkaian
dan efisien. Adapun sektor-sektor kegiatan yang
ekonomi bisnis tersebut meliputi terdiri dari tukar menukar, jual-
sektor pertanian, sektor industri, beli, memproduksi-
jasa, dan memasarkan, bekerja
perdagangan. mempekerjakan dan interaksi
manusia lainnya dengan
maksud memperoleh
keuntungan.
Secara umum terdapat empat jenis input yang digunakan oleh
seluruh pelaku bisnis, yaitu :
a. Sumber daya manusia, yang sekaligus berperan sebagai operator dan pengendalian
organisasi bisnis.
b. Sumber daya alam, termasuk tanah dengan segala yang dihasilkannya.
c. Modal, meliputi keseluruhan alat dan perlengkapan, mesin serta bangunan, dan tentu
saja dana yang dipakai dalam memproduksi dan mendistribukan barang dan jasa.
d. Entrepreneurship, yang terutama mencakup aspek ketrampilan dan keberanian untuk
mengombinasikan ketiga faktor produksi diatas untuk mewujudkan suatu bisnis dalam
rangka mengasilkan barang dan jasa.
a. Memperoleh keuntungan
b. Membuka peluang pekerjaan
c. Manfaat ekonomi
d. Tersedia sarana dan prasarana
e. Membuka isolasi wilayah
f. Meningkatkan persatuan dan membantu pemerataan pembagunan
Allah SWT telah memerintahkan kepada umatnya untuk mencari rezeki yang halal. Dalam
Al-Qur’an surah al-baqarah: 275 Allah SWT berfirman, artinya: “Allah menghalalkan
jual-beli dan mengharamkan riba” (Al Baqarah (2) : (275)).
Thayyib
Thayyibah atau tuuba (sebagai jamak) berarti sesuatu yang baik atau elok dan
memberikan manfaat tidak hanya bagi diri sendiri tetapi juga mitra bisnis dan
masyarakat luas. Dalam Al-Qur’an surah an Nahl: 9 yang artinya:“Barang siapa
yang mengerjakan amal salah, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan
beriman, maka sungguh akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan
sungguh akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik
dari pada apa yang telah mereka kerjakan”. (An Nahl (16) : (97)).
Kejujuran
Kewajaran
Salah satu bentuk kewajaran dalam berbisnis adalah dalam mengambil keuntungan.
Produsen boleh mengambil keuntungan, perantara (grosir) boleh menikmati
keuntungan, dan pengecer pun boleh memperoleh laba. Namun, keuntungan tersebut
seharusnya dalam porsi wajar. Pada kenyataanya dalam kondisi berbagai hal, terkadang
keuntungan diambil secara tidak wajar.
Keseimbangan
Menurut ajaran Islam dalam berbisnis haruslah dilakukan untuk menjaga
keseimbangan dan keselarasan dengan alam raya serta memakmurkan bumi. Hal
tersebut tersurah dalam firman Allah SWT dalam Al- Qur’an surat Huud: 61. Ayat
Al-Qur’an tersebut menunjukan bahwa menurut ajaran Islam, kaum Muslim hendaknya
tidak hanya mengejar keuntungan bisnis tetapi sekaligus menjaga keseimbangan dan
keduanya semata-mata adalah ibadah kepada Allah SWT.
Bersaing Secara Sehat
Dalam bersaing seorang pebisnis sangat mengutamakan bersaing secara sehat dan
menjauhi segala perbuatan yang berakibat pasar terdistorsi bukan saja merugikan
orang lain, tetapi lebih dari itu karena tidak dibenarkan (dilarang) oleh syariah.
Etos Kerja
Islam adalah agama amal (kerja), baik untuk kepentingan hidup di dunia maupun
kehidupan setelah mati di akhirat. Islam memerintahkan para penganutnya untuk
memiliki etos kerja yang tinggi.
Profesional
Profesional adalah sebutan bagi orang yang ahli dalam bidang tertentu, yang dipelajari
secara khusus. Ajaran Islam menuntut umatnya bersikap professional ketika bekerja
atau menjalankan bisnis. Ada beberapa sabda dan teladan yang bisa menjadi acuan
dalam bersikap profesional. Sebagai contoh, Rasulullah SAW, pernah memberikan
peringatan kalau umat Islam meninggalkan profesionalisme. Dalam sebuah riwayat,
Rasullah SAW bersabda yang artinya : “Apabila sesuatu urusan itu diserahkan kepada
yang bukan ahlinya, maka tunggulah saat kehancurannya.” (HR Bukhari).41
Landasan Normatif Etika Bisnis
dalam Islam
Landasan normatif etika bisnis dalam islam bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah
Nabi Muhammad Saw. Dapat dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu :
Tujuan bisnis tidak hanya untuk mencari profit (qimah madiyah/nilai materi) setinggi-tingginya, tetapi
juga harus memperoleh benefit (keuntungan/manfaat) nonmateri kepada internal organisasi perusahaan
dan eksternal (lingkungan), seperti terciptanya suasana persaudaraan, kepedulian social dan sebagainya.
2. Pertumbuhan
Jika profit materi dan non-materi telah diraih, perusahaan harus berupaya menjaga pertumbuhan agar
selalu meningkat. Upaya peningkatan ini juga harus selalu dalam koridor syariah, bukan menghalalkan
segala cara.
3. Keberlangsungan
Target yang telah dicapai dengan pertumbuhan setiap tahunnya harus dijaga keberlangsungannya agar
perusahaan dapat eksis dalam kurun waktu yang lama.
4. keberkahan
Keberkahan ini menjadi bukti bahwa bisnis yang dilakukan oleh pengusaha muslim telah mendapat ridho
dari Allah SWT. dan bernilai ibadah. Hal ini sesuai dengan misi diciptakannya manusia untuk beribadah
kepada Allah SWT (Yusanto dan karebet, 2002:20)
Implementasi Bisnis Islam
Implementasi Bisnis Islam Muhammad adalah Nabi terakhir (khatamul anbiya) yang
membawa contoh tentang Tauhid, Syariah, Ibadah dan Muamalah yang disempurnakan
dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Pernyataan yang tegas dalam Al-Qur’an kata
uswatun khasanah mempunyai suri teladan yang baik sempurna-menunjukan bentuk-wujud
yang sempurna, yang dapat dilihat oleh mata, yang dapat ditiru dalam kata, dapat
dicontoh dalam perbuatan, bukan sesuatu yang gaib, karena beliau seperti manusia pada
umunya. Allah berfirman,Artinya: Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti
kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah
Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah
ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam
beribadat kepada Tuhannya". (al-Kahfi (18):(110)) 45
Sebagaimana disebut dalam QS al-Kahfi: 110, bahwa Muhammad sebagai Rasul Allah
tetap sebagai manusia biasa, artinya beliau juga makan, minum, bekerluarga, bertetangga,
berbisnis, berpolitik, pemimpin agama dan umat sekaligus pemimpin Negara yang sukses
Secara umum bahwa implementasi bisnis adalah sebuah siklus kegiatan bisnis yang terus
berulang yang dilakukan secara profesional, inovatif dan untuk membangun mega bisnis
dengan patok baku sistem syariah.
Akhlak ekonomi yang rusak mendorong pelakunya untuk menghalalkan segala macam cara :
a. Hindari bisnis yang haram dan syuhbat Ada dua hal penting dalam
syubat
1. Orang jatuh ke dalam perkara haram padahal ia menyangka tidak haram.
2. Orang sengaja mendekatinya hingga jatuh ke dalam perbuatan yang haram (sedikit demi sedikit
pasti melakukan perbuatan haram – dosa besar baginya).
b. Hindari ketidakadilan dan kezalimaan Dalam bisnis syariah,
Kezaliman (aldzulm) adalah sesuatu yang diharamkan atas diri-Nya sebagaimana ia mengharamkan
atas hamba-hamba-Nya. Dalam Al-Qu’an tidak kurang dari 12 ayat dalam 8 surat Allah
merekomendasikan dan mencintai orang yang bersikap adil, misalnya dalam surat al-Maidah ayat 42
Jujur adalah motivator yang abadi dalam budi pekerti dan perilaku seorang muslim, sebagai salah
satu sarana untuk memperbaiki amalnya, menghapus dosa-dosanya dan sarana untuk bisa masuk ke
surga. Ada beberapa bentuk kejujuran dalam berbisnis, antara lain pebisnis harus komitmen dalam
jual-belinya dengan berlaku terus terang dan transparan. Kedua, pebisnis dalam memasarkan barang
dagangannya harus diajuhkan dari iklan yang licik dan sumpah yang palsu, atau memberikan
informasi yang salah tentang barang dagangannya untuk menipu calon pembeli. Ketiga, seorang
pebisnis harus menjaga kolegakoleganya dan mencintai mereka sebagaimana dia mencintai dirinya
sendiri.
Hindari perang harga Dalam literatur pemasaran bahwa harga
merupakan;
Oleh karena itu, ajaran Islam yang mendasari cara mengembangkan usaha
menurut syariah, antara lain :
1. Niat yang baik
Niat yang baik 2. Berinteraksi dengan akhlak
adalah pondasi Akhlak menempati posisi puncak dalam rancang bangun
dari amal ekonomi Islam, karena inilah yang menjadi tujuan Islam dan
perbuatan. Jika dakwah para nabi, yaitu untuk menyempurnakan akhlak.
niatnya baik usaha
amalnya juga baik,
sebaiknya jika 3. Percaya pada takdir dan ridha
niatnya rusak,
Seorang wirausaha muslim wajib mengimani/percaya pada takdir,
maka amalnya
baik atau buruk. Tidak sempurna keimanan seseorang tanpa
juga rusak,
mengimani takdir Allah. Setelah percaya dengan takdir, maka ia
sebagaimana
pun harus berdzikir dan bersyukur bila menerima keuntungan
hadits Rasulullah
dalam hartanya dan tidak akan bergembira secara
berikut ini:
berlebihanlebihan, sebagaimana diingatkan Allah dalam
“Sesungguhnya
firmannya:
amalan itu
tergantung pada “Maka ingatlah nikmat-nikmat Allah supaya kamu mendapat
niatnya. Dan keberuntungan.”(QS. Al-A‟raf:69)
seseorang sesuai Begitu pula jika sebaliknya, maka tetap ridha dan sabar
dengan apa yang menghadapi dan menjalaninya, karena dalam setiap kejadian pasti
ia niatkan”. (HR. ada hikmah yang tersembunyi.
Bukhari)
4. Bersyukur
Wirausahaa muslim adalah wirausaha yang selalu bersyukur kepada Allah. Bersyukur
merupakan konsekuensi logis dari bentuk rasa terimakasih kita atas nikmat-nikmat yang sudah
Allah berikan selama ini, hal ini akan selalu diingatnya, karena Allah sudah mengingatkannya
dalam Al-Qur’an:
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur,
pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku),
Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (QS. Ibrahim:7)
Dunia bisnis yang merupakan interaksi antara berbagai tipe manusia sangat
berpotensi menjerumuskan para pelakunya ke dalam hal-hal yang diharamkan.
Baik karena didesak oleh kebutuhan ekonomi, baik dilakukan secara sendiri atau
bersekongkol dengan orang lain secara tidak sah atau karena ketatnya persaingan
yang membuat dia melakukan hal-hal yang terlarang dalam agama. Prilaku
semacam ini bukanlah prilaku pelaku bisnis yang baik dan utama sebagaimana
diajarkan dalam Islam. Kegiatan bisnis dalam Islam, tidak boleh dilaksanakan
tanpa aturan. Islam memberikan rambu-rambu pedoman dalam melakukan
kegiatan usaha, mengingat pentingnya masalah ini juga mengingat banyaknya
manusia yang tergelincir dalam perkara bisnis ini. Karena itulah seorang Muslim
yang akan menjadi pelaku bisnis harus memahami hukum-hukum dan aturan
Islam yang mengatur tentang mu’amalah. Sehingga ia bisa memilah yang halal
dari yang haram, atau bahkan yang bersifat samar-samar atau syubhat.