Anda di halaman 1dari 20

BAB III

PERILAKU BISNIS ISLAM KONTEMPORER

A.Konsep Bisnis Islam

Bisnis merupakan bagian dari ekonomi yang mencapai kebutuhan dengan

memperhatikan kepuasan dari pemakainya. Oleh sebab itu , bisnis dapat di katakan sebagai

unit ekonomi atau kesatuan organisasi ekonomi.

Menurut Skiner (1992), bisnis adalah pertukaran barang dan jasa atau uang yang saling

menguntungkan atau memberikan manfaat. Sedangkan pengertian dasar bisnis adalah suatu

pelayanan melalui jual-beli suatu barang (the buying and selling of goods and service).1

Oleh sebab itu, untuk mencapai kebutuhan tersebut perlu dilaksanakan proses ekonomi

yang terdiri atas produksi, distribusi dan konsumsi yang aktivitas bisnisnya dititik beratkan

pada produksi dan distribusi, sedangkan konsumsi dilakukan oleh konsumen bagi

businessman .

Dengan demikian, dapat dikemukakan arti dari bisnis yang masing-masing menunjukkan

hubungannya dengan ekonomi, yaitu sebagai berikut :

1. Bisnis adalah kegiatan untuk menghasilkan dan mendistribusikan barang-barang dan

jasa-jasa untuk kepentingan bersama, baik bagi produsen dan konsumen atau penjual

dan pembeli.

2. Bisnis adalah suatu aktivitas untuk mendapat gambaran perihal laba.

3. Adapun laba itu sendiri merupakan selisih antara penghasilan terhadap biaya-biaya

yang dibebankan.

1
Steven J Skinner, Business For the 21th Century (Irwin: Home word, 1992), 32
Adapun Kata bisnis dalam Al-qur’an biasanya yang digunakan At-tija>rah, al-bay’,

tadayantum, dan isytara. Tetapi yang seringkali digunakan yaitu At-tija>rah yang berawal

dari kata dasar tajara, tajran wa tija>ratan , yang bermakna berdagang atau berniaga2.

Menurut ar-Raghi>b al-Asfahani dalam Al-mufroda>t fi Ghori>b Al Qur’an, at-Tija>rah

bermakna pengelolaan harta benda untuk mencari keuntungan 3. Dalam Alqur’an disebutkan

‫ﯾﺎ أﯾﮭﺎ اﻟﺬﯾﻦ آﻣﻨﻮا ھﻞ أدﻟﻜﻢ ﻋﻠﻰ ﺗﺠﺎرة ﺗﻨﺠﯿﻜﻢ ﻣﻦ ﻋﺬاب أﻟﯿﻢ‬

Artinya ; ” Wahai orang – orang yang beriman !, maukah kamu Aku tunjukkan suatu

perdagangan yang dapat menyelematkan kamu dari azab yang pedih ? ” . (Surat

As-shof ayat 10)

” Perdagangan ” di dalam ayat tersebut ditafsirkan dengan penggapaian apa yang

dimaksud dan menghilangkan apa yang membahayakan 4.

Dari penjelasan tersebut, terlihat bahwa term bisnis dalam Al-Qur’an dari tija>rah

pada hakikatnya tidak semata-mata bersifat material dan hanya bertujuan mencari

keuntungan material semata, tetapi bersifat material sekaligus immaterial, bahkan lebih

meliputi dan mengutamakan hal yang bersifat immaterial dan kualitas.

Oleh karena itu, aktivitas bisnis tidak hanya dilakukan manusia dengan manusia

semata, akan tetapi juga dilakukan antara manusia dengan Allah swt, bahwa bisnis harus

dilakukan dengan ketelitian dan kecermatan dalam proses administrasi dan perjanjian-

perjanjian dan bisnis tidak boleh dilakukan dengan cara penipuan, kebohongan, hanya karena

memperoleh keuntungan.

2
Munawwir Warson, Kamus Al-munawwir (Yogyakarta: Kopontren Kapryak ), 129
3
Abul Qo>sim al-Husein Bin Muhammad, al-Mufroda>t fi> Ghori>b al-Qur’an (Beirut: al-Maktabah al-Isla>}my, 1990), 83
4
Abul Fida>’ Isma>il Bin Katsi>r, Tafsi>r al-Qur’a>n al-‘Adzi>m (Kairo: al-Maktab at-Tsaqo>fi, 2001), 361
Maka definisi bisnis Islam secara umum adalah serangkaian aktivitas bisnis dalam

berbagai bentuknya untuk memperoleh keuntungan bagi dirinya maupun orang lain yang

tidak dibatasi jumlah kepemilikan (barang atau jasa) , namun dibatasi dalam cara perolehan

dan pendayagunaan hartanya dengan adanya aturan halal dan haram yang berasaskan dari

syari’at – syari’at Islam yang ada di dalam Alqur’an dan Hadits5

Adapun prinsip – prinsip dasar bisnis Islam terdiri dari 4 prinsip , yaitu ;

1. Tauhid (Unity atau kesatuan).

Tauhid mengantarkan manusia pada pengakuan akan keesaan Allah swt selaku Tuhan

semesta alam. Dalam kandungannya meyakini bahwa segala sesuatu yang ada di alam ini

bersumber dan berakhir kepada-Nya. Dialah pemilik mutlak dan absolut atas semua yang

diciptakannya6 .

Oleh sebab itu, manusia di dalam segala aktifitas khususnya dalam muamalah dan bisnis,

hendaklah mengikuti aturan-aturan yang di tetapkan oleh Allah swt serta tidak

menyimpang dari aturan – aturanNya.

Karena orang yang menyimpang akan mendapatkan ganjaran setimpal, sesuai dengan

Firman-Nya ;

‫و ﻣﺎ ﻓﻰ اﻟﺴﻤﻮات وﻣﺎ ﻓﻰ اﻷرض ﻟﯿﺠﺰى اﻟﺬﯾﻦ أﺳﺎءوا ﺑﻤﺎ ﻋﻤﻠﻮا وﯾﺠﺰى‬

‫اﻟﺬﯾﻦ أﺣﺴﻨﻮا ﺑﺎﻟﺤﺴﻨﻰ‬

Artinya ; “ Dan hanya kepunyaan Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di

bumi supaya Dia memberi balasan kepada orang – orang yang berbuat jahat terhadap apa

5
Muhammad Ismail Yusanto dkk, Menggagas Bisnis Islam ( Jakarta: Gema Insani, 2002), 18
6
Ahmad Aghar Bahsyir, Berbagai Aspek Ekonomi (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya ,1992 ), 11
yang telah mereka kerjakan dan memberi balasan kepada orang – orang yang berbuat

baik dengan pahala yang lebih baik (surga)“ (Surat An-najm ayat 31).

2. Keseimbangan atau kesejajaran (Equilibrium).

Merupakan konsep yang menunjukkan adanya keadilan sosial yang juga terwujud di

dalamnya kesederhanaan, hemat dan menjauhi sikap pemborosan.

Firman Allah swt :

‫واﻟﺬﯾﻦ إذا أﻧﻔﻘﻮا ﻟﻢ ﯾﺴﺮﻓﻮا وﻟﻢ ﯾﻘﺘﺮوا وﻛﺎن ﺑﯿﻦ ذﻟﻚ ﻗﻮاﻣﺎ‬

Artinya : “ Dan orang – orang yang apabila membelanjakan (harta) mereka tidak

berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu ) di tengah –

tengah antara yang demikian “ ( Surat Al-furqon ayat 67) .

Dan Firman-Nya ;

‫وأﻗﯿﻤﻮا اﻟﻮزن ﺑﺎﻟﻘﺴﻂ وﻻﺗﺨﺴﺮوا اﻟﻤﯿﺰان‬

Artinya : “ Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi

neraca itu “ ( Surat Ar-rahman ayat 9 ) .

Untuk itu keadilan harus diterapkan dalam kehidupan bermuamalah , seperti proses

distribusi, produksi, konsumsi dan lain sebagainya. Sehingga diharapkan adanya“At-

tawa>zun “ di dalamnya dan dapat memberikan kesempatan yang baik terhadap semua
pihak dalam upaya meningkatkan dan memelihara kualitas hidup manusia , baik yang

berkaitan dengan ekonomi, sosial, politik dan lain sebagainya7.

3. Kehendak Bebas (Free Will).

Kehendak bebas (Free Will) yaitu manusia mempunyai suatu potensi dalam menentukan

pilihan-pilihan yang beragam, karena kebebasan manusia tidak dibatasi. Tetapi dalam

kehendak bebas yang diberikan Allah swt kepada manusia haruslah sejalan dengan

prinsip dasar penciptaan manusia, yaitu sebagai kholi>fah di bumi.

Firman Allah swt ;

‫وﻣﺎﺧﻠﻘﺖ اﻟﺠﻦ واﻹﻧﺲ إﻻ ﻟﯿﻌﺒﺪون‬

Artinya : “ Dan Aku tidak menjadikan jin dan manusia kecuali agar mereka hanya

mengabdi kepada-Ku “ (Surat Ad-dzariyaat ayat 56).

4. Tanggung Jawab (Responsibility).

Tanggung Jawab (Responsibility ) berkaitan erat dengan tanggung jawab manusia atas

segala aktifitas yang dilakukan terhadap Allah swt sebagai sang pencipt dan kepada

manusia sebagai bagian dari komunitas sosial . Karena manusia hidup tidak sendiri dan

tidak lepas dari hukum yang dibuat oleh manusia itu sendiri.

Oleh sebab itu, Islam tidak membenarkan manusia untuk membelokkan alam beserta

isinya dari tujuan – tujuan pemanfaatannya, sebagaimana telah dilakukan oleh teknologi

modern yang tidak boleh mencemarkan atau menguras sumber – sumber dayanya.

Karenanya pemanfaatan atas alam haruslah dilakukan secara bertanggung jawab.

7
Nurul Huda dkk, Ekonomi Makro Islam (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), 5
Tanggung jawab berarti bahwa tiada bagian alam yang dihancurkan, digerogoti atau

bahkan digunakan kecuali penggunaannya bagi perwujudan tujuan Ilahi yang merupakan

pemenuhan nilai – nilai moral tertinggi dari manusia 8.

Dalam mengkaji permasalahan bisnis tidak dapat lepas dari kajian ekonomi, karena

bisnis merupakan bagian dari kegiatan ekonomi mikro. Peristilahan ekonomi adalah suatu

studi mengenai bagaimana orang menjatuhkan pilihan yang tepat, untuk meman-faatkan

sumber daya produktif (tanah, tenaga kerja, barang, modal, mesin, pengetahuan teknik dan

wirausaha) yang langka dan terbatas jumlahnya untuk menghasilkan berbagai barang, serta

mendistribusikannya kepada pelbagai anggota masyarakat untuk mereka pakai atau

dikonsumsi.

Makna bisnis secara konseptual merupakan aktivitas yang bertujuan mencari

laba perusahaan yang menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh

sebuah sistem ekonomi 9. Sebagian bisnis menghasilkan barang-barang

berwujud, seperti mobil, serealuntuk makan pagi, dan chip-chip komputer.

Sebagian lainnya memproduksi jasa asuransi, konser musik, penyewaan mobil,

dan penginapan.

Dalam dunia usaha peristilahan yang dekat dengan bisnis, seringkali membingungkan

orang adalah perusahaan, industri dan ekonomi. Perusahaan atau korporasimerupakan suatu

organisasi produksi yang menggunakan dan mengkoordinasikan sumber-sumber ekonomi

untuk memuaskan kebutuhan dengan cara yang menguntungkan. Sedangkan industri

merupakan suatu kelompok perusahaan yang memperoduksi barang yang sama untuk pasar

yang sama pula10.

Dari pengertian tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa bisnis berkaitan
8
Nik Musthapa Hj. Nil Hasan, Berbagai Aspek Ekonomi (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya , 1992), 22
9
Lousi Boone dan David L. Kurtz, Contemporary Business (Orlando: The Dryden Press), 8
10
Thomas Stewart, The Wealth Of knowledge Intelectual capital and the 21th organisation (London: Nicholas Brealey
Pub 2001), 76
dengan:

1. Sumber daya, yaitu: alam modal dan tenaga kerja.

2. Barang dan jasa.

3. Alokasi sumber daya dan barang. Merupakan proses pemilihan bagaimana sumber daya

yang digunakan dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen.

Dalam Islam , semua pekerjaan adalah ibadah karena tafsiran ibadah tidak terpaku

hanya pada sholat, mengaji al qur’an dan haji serta yang lainnya. Firman Allah SWT ;

‫ﻓﺈذا ﻗﻀﯿﺖ اﻟﺼﻼة ﻓﺎﻧﺘﺸﺮوا ﻓﻰ اﻷرض اﺑﺘﻐﻮا ﻣﻦ ﻓﻀﻞ ﷲ واذﻛﺮوا ﷲ ﻛﺜﯿﺮا ﻟﻌﻠﻜﻢ‬

. ‫ﺗﻔﻠﺤﻮن‬

Artinya : “ Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu dimuka bumi, dan

carilah karunia Allah dan ingatlah banyak-banyak supaya kamu beruntung “ (Surat Al-

jumu’ah ayat 10 ) .

Maka bagi seorang muslim, kegiatan berbisnis dan berdagang sebenarnya derajatnya

di sisi Allah swt. Yaitu dalam rangka beribadah kepada-Nya.11

B. Etika Bisnis dalam Islam.

Seorang usahawan Muslim tidak akan membiarkan dirinya melanggar aturan-aturan

dan rambu-rambu yang dihormati di tengah masyarakat. Ketika seseorang melakukan sikap

tersebut, bukan berarti ia menetapkan hak bagi manusia untuk membuat undang-undang yang

absolute, akan tetapi sikap yang di lakukan demi mengokohkan kewajiban yang dititahkan

Allah SWT kepadanya untuk mencegah terjadinya kerusakan dan bahaya serta tidak

membiarkan diri sendiri pada kondisi yang tercela.

Oleh sebab itu, hendaknya pengusaha muslim bersungguh-sungguh menghindari

berbagai aktivitas usaha yang dapat menjerumuskannya pada perangkap berbagai aturan

11
Ismail Nawawi, Islam Dan Bisnis (Sidoarjo: VIV Press, 2011 ), 296
bertentangan dengan syariat. Di antaranya 12;

1. Memperhatikan Ketentuan Syari’at.

Seorang usahawan Muslim harus menjadi kompetitor yang baik dan terhormat. Dalam

melakukan kompetisi bisnis, ia tetap menganut kaidah tidak melakukan mudarat dan

tidak membalas dengan mudarat terhadap orang lain. Ia tidak akan memainkan harga

barang, menaik-turunkan harga untuk merugikan pedagang lain.

Ia juga tidak akan memahalkan harga barang karena meman-faatkan kebutuhan orang

lain, dan karena dia sendiri yang memiliki barang tersebut. Karena orang yang memiliki

peluang mengendalikan harga barang kaum Muslimin, lalu ia sengaja memahalkannya,

pasti ia akan menerima siksa Allah SWT di Hari Kiamat nanti.

Seorang usahawan Muslim tidak akan menjual barang yang masih dalam proses transaksi

jual beli dengan orang lain. Ia tidak akan menawar barang yang masih ditawar oleh orang

lain. Ia tidak akan berlebihan memuji barangnya ketika menjualnya. Ia juga tidak akan

berlebihan menjelek-jelekkan barang kalau ia hendak membelinya.

Seorang usahawan Muslim juga tidak akan ikut andil dalam berbagai kegiatan yang

secara tidak langsung dapat menguatkan barisan pihak tersebut dalam menekan kaum

Muslimin, seperti perdagangan senjata dan sejenisnya.

Karena itu termasuk bentuk menolong kaum musyrikin memerangi umat Islam, atau

menjadikan mereka sebagai teman akrab membelakangi kaum Muslimin.Keharaman

perbuatan itu terbukti dalam banyak dalil-dalil yang tegas dan pasti.Allah SWT

berfirman :

‫ﻻﯾﺘﺨﺬ اﻟﻤﺆﻣﻨﻮن اﻟﻜﺎﻓﺮﯾﻦ أوﻟﯿﺎء ﻣﻦ دون اﻟﻤﺆﻣﻨﯿﻦ وﻣﻦ ﯾﻔﻌﻞ ذﻟﻚ ﻓﻠﯿﺲ ﻣﻦ‬
12
Muhammad Ismail Yusanto dkk, Menggagas Bisnis Islam (Jakarta: Gema Insani, 2002), 97
‫ﷲ ﻓﻰ ﺷﯿﺊ إﻻ أن ﺗﺘﻘﻮاﻣﻨﮭﻢ ﺗﻘﺎة‬

Artinya ;"Janganlah orang-orang Mukmin mengambil orang-orang kafir men-jadi wali

dengan meninggalkan orang-orang Mukmin. Barangsiapa berbuat demikian, niscaya

lepaslah ia dari pertolongan Allah kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu

yang ditakuti dari mereka." (Surat Ali Imran ayat 28).

2. Mempelajari Hukum Mu’a>malah Islam.

Perhatian kaum Muslimin sepanjang sejarah mereka yang penuh dengan campur tangan

mereka di bidang usaha dan karya adalah agar setiap Muslim yang memiliki kemampuan

di bidang industri atau keterampilan harus mencermati bidang hukum yang berkaitan

dengan industri dan keterampilan tersebut.

Karena berdasarkan hal yang sudah meresap dalam keyakinan mereka bahwa hukum-

hukum syari’at itu memenuhi seluruh sendi kehidupan mereka.

Setiap perbuatan yang bersumber dari diri seorang Muslim, pasti Allah SWT memiliki

hukum dalam perbuatan tersebut yang ter-masuk dalam bingkai hukum Islam yang lima,

yang sudah demikian akrab di kalangan para ulama13.

3. Pengusaha Muslim Agar Menjunjung Tinggi Etika .

Dalam berbisnis kaum muslimin harus mengedepanakan nilai-nilai perilaku terpuji.

Menurut Imam Al-Ghazali ada enam sifat perilaku terpuji dilakukan dalam

perdagangan14 yaitu:

a. Tidak mengambil laba lebih banyak, seperti yang lazim dalam dunia dagang. Jika

dipikirkan perilaku demikian ini, maka dapat dipetik hikmahnya, yaitu menjual

barang lebih murah dari saingan ataupun sama dengan pedagang lain yang sejenis.
13
Ismail Nawawi, Kewirausahaan Dalam Perspektif Islam (makalah IAIN Sunan Ampel Surabaya-2011), 8
14
Sri N Nawatmi, Etika Dalam Perspektif Islam (Fokus Ekonomi (FE) Vol 9-April 2010), 7
Jelas para konsumen akan lebih senang dengan pedagang seperti ini, apalagi

diimbangi dengan layanan yang memuaskan. Barang dagangannya akan laku keras,

dan ia memperoleh volume penjualan tinggi, barang cepat habis, dan membeli lagi

barang baru dan seterusnya diperoleh.

b. Membayar harga agak lebih mahal kepada penjual yang miskin, ini adalah amal yang

lebih baik daripada sedekah biasa.

Artinya jika anda membeli barang dari seorang penjual, dan penjualnya itu seorang

miskin, atau seseorang yang perlu dibantu, maka lebihkanlah membayarnya dari

harga semestinya.Memurahkan harga atau memberi korting kepada pembeli yang

miskin, ini memiliki pahala berlipat ganda.

c. Bila membayar utang, pembayarannya dipercepat dari waktu yang telah ditentukan.

Jika yang diutang berupa barang, maka usahakan dibayar dengan barang yang lebih

baik. Dan yang berutang datang sendiri waktu membayarnya kepada yang

berpiutang.

Pada zaman sekarang ini utang piutang, pinjam meminjam tidak dengan barang lagi,

tapi dengan uang. Jika utang dengan uang tidak ada perjanjian harus membayar lebih,

maka lebihkanlah pembayarannya sebagai tanda terima kasih, walaupun tidak

diminta oleh orang yang berpiutang.

d. Membatalkan jual beli, jika pihak pembeli menginginkannya. Ini mungkin sejalan

dengan prinsip Customer is Kingdalam ilmu marketing. Pembeli itu adalah raja, jadi

apa kemauannya perlu diikuti, sebab penjual harus tetap menjaga hati langganan,

sampai langganan merasa puas.

Kepuasan konsurnen merupakantarget yang harus menadapat prioritas para

penjual. Dengan adanya kepuasan maka langganan akan tetap terpelihara, bahkan

akan meningkat menarik langganan baru. Ingatlah promosi dari satu produk yang
berbunyi: Kepuasaan anda dambaan kami, Kkami ingin memberi kepuasan yang

istimewa, jika anda puas beritahu teman-teman anda, jika anda tidak puas beritahu

kami.

e. Bila menjual bahan pangan kepada orang miskin secara cicilan, maka jangan ditagih

bila orang miskin itu tidak mampu membayar dan membebaskan mereka dari utang,

jika meninggal dunia.

Seorang usahawan Muslim dalam melakukan berbagai aktivitas usahanya selalu

bersandar pada dasar-dasar yang bisa penulis ringkas pada beberapa poin berikut 15:

1. Niat yang tulus. Itu tergambar dalam niatnya mencari kebaikan buat dirinya dengan

memelihara diri dari hal-hal yang haram serta memelihara dirinya dari sifat suka

meminta-minta yang tidak baik, di samping menjadikan perbuatan itu sebagai sarana

untuk mengikat hubungan silaturahim atau memberi karib kerabat. Niat tulus itu juga

tergambar dalam upaya mencari kebaikan untuk orang lain dengan cara ikut andil

membangun umat di masa sekarang dan untuk masa mendatang, serta membebaskan umat

dari belenggu ketergantungan kepada umat lain.

2. Akhlak yang baik seperti kejujuran, sikap amanah, menepati janji, membayar hutang dan

menagih hutang dengan baik, memberi kelonggaran kepada orang yang kesulitan

membayar hutangnya, menghindari sikap menangguhkan pembayaran hutang, penipuan,

kolusi dan manipulasi atau yang sejenisnya.

3. Menunaikan hak-hak yang harus ditunaikan, tanpa melakukan penangguhan pembayaran

hutang, atau mengakhir-akhirkan hak orang, yang terpenting di antaranya adalah hak-hak

Allah dalam soal harta seperti zakat wajib, kemudian hak-hak sesama hamba seperti

perjanjian usaha dan sejenisnya.

4. Menghindari riba atau berbagai bentuk usaha haram lainnya yang menggiring ke arah

15
Shalah As-Shawi dan Abdullah Mushlih, Ma>l a Yasa’u At-T>ajiru Jahlahu (Riyadh: Dar al-Muslim, 2001), 301
riba.

5. Menghindari memakan harta orang dengan cara haram. Kehormatan harta seorang

Muslim seperti kehormatan darahnya. Harta seorang Muslim haram untuk diambil kecuali

dengan kere-laan hatinya.

6. Menghindari sikap yang membahayakan orang. Seorang usahawan Muslim harus menjadi

seorang kompetitor yang baik. Segala aktivitas usahanya selalu didasari oleh kaidah

"Segala bahaya dan yang membahayakan itu haram hukumnya"16. Itu salah satu kaidah

ushul fikih yang komprehensif. Bahkan banyak persoalan hukum praktis yang tidak

terhitung jumlahnya yang didasari oleh kaidah tersebut.

7. Berpegang-teguh kepada peraturan dalam bingkai undang-undang syariat, sehingga ia

tidak menjebloskan dirinya untuk terkena sanksi hukum positif karena pelanggaran-

pelanggaran.

D. Bisnis dan Keperdulian pada Pelanggan.

Dunia bisnis bersifat dinamis, kreatif, dan menantang. Bisnis tidak pernah diam,

orang bisnis selalu dinamis, selalu bergerak maju, banyak inisiatif, kreatif, dan memberikan

tantangan dalam menghadapi masa depan dengan penuh rasa optimis.

Mobilitasnya tinggi, mereka bergerak dari satu daerah ke daerah lain, sesuai dengan

musim, sesuai dengan situasi dan waktu yang tepat di satu daerah dan daerah lain di mana

orang membutuhkan barang (daerah minus). Memang inilah antara lain kegiatan bisnis yaitu

menyediakan barang yang pada waktu yang tepat, jumlah yang tepat, mutu yang tepat dan

16
Lukman Hakim, Usul Fiqh (Surabaya: Al-hidayah ), 34
harga yang tepat17.

Kegiatan semacam ini sudah berjalan sejak orang-orang quraisy zaman dulu yang

terlukis dalam surat Al-Quraisy (106) ayat 1-2:

‫ﻻﯾﻼف ﻗﺮﯾﺶ – إﯾﻼﻓﮭﻢ رﺣﻠﺔ اﻟﺸﺘﺎء واﻟﺼﯿﻒ‬

Artinya : “ karena kebiasaan orang-orang Quraisy, 2. (yaitu) kebiasaan mereka bepergian

pada musim dingin dan musim “ .

Orang Quraisy biasa Mengadakan perjalanan terutama untuk berdagang ke negeri

Syam pada musim panas dan ke negeri Yaman pada musim dingin. dalam perjalanan itu

mereka mendapat jaminan keamanan dari penguasa-penguasa dari negeri-negeri yang

dilaluinya. ini adalah suatu nikmat yang amat besar dari Tuhan mereka. Oleh karena itu

sewajarnyalah mereka menyembah Allah yang telah memberikan nikmat itu kepada mereka.

Kegiatan bisnis juga dilakukan oleh para nabi seperti diungkapkan dalam hadis HR

Al-Hakim: Bahwasanya nabi Daud adalah seorang ahli pertenunan (kain dan baju besi), nabi

Adam seorang petani, nabi Nuh seorang tukang kayu, nabi Idris seorang tukang jahit,

sedangkan nabi Musa adalah seorang pengembala. Demikian pula nabi Ibrahim adalah yang

pertama kali merintis usaha perkongsian sampai menjadi seorang konglomerat di zamannya

pada waktu beliau bermukim di Mesir.

Nabi Ibrahim mengadakan persekutuan dengan nabi Luth anak Hasan bin Tareh

(saudara kandung Nabi Ibrahim). Mereka mengadakan kerjasama membentuk perusahaan

peternakan, yang makin lama maju menjadi usaha persekutuan besar sehingga tidak

tertampung lagi pada lahan yang tersedia. Namun akhirnya pecah, perusahaan mereka dibagi

dua, masing-masing memperoleh separuh18.

17
Jazim Hamidi Mustafa Lutfi, Etrepreneurhsip Kaum Sarungan (Jakarta: Khalifa , 2010), 53
18
Mahmud Muhammad Babyly, al-Iqtis}o>d fi Dhowi as-Syar>i ’ah al-Islami>yyah (Beirut: Dar al-Kita>b al-Lubna>ny), 47
Telah dikatakan bahwa mobilitas para pedagang ini sangat tinggi, mereka berpergian

ke daerah satu ke daerah lain, dari satu kota ke kota lain, dari satu negara ke negara lain

begitu mudahnya, apalagi dalam zaman globalisasi dewasa ini di mana tidak ada lagi batas

antar negara.

Transportasi belum canggih, seakan-akan dunia ini makin mengkerut, jarak

semakinlekat, dan memang Allah SWT menjadikan dunia ini mudah untuk menjelajahi dari

satu tempat ke tempat lainnya.Firman Allah dalam Surat Al-Mulk Ayat 15:

‫ھﻮ اﻟﺬى ﺟﻌﻞ ﻟﻜﻢ اﻷرض ذﻟﻮﻻ ﻓﺎﻣﺸﻮا ﻓﻰ ﻣﻨﺎﻛﺒﮭﺎ وﻛﻠﻮا ﻣﻦ رزﻗﮫ وإﻟﯿﮫ اﻟﻨﺸﻮر‬

Artinya : “ Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, Maka berjalanlah di segala

penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya. dan hanya kepada-Nya-lah kamu

(kembali setelah) dibangkitkan” .

Dalam Al-Qur’an Surat Nuh ayat 19-20, AllahSWT berfirman;

‫وﷲ ﺟﻌﻞ ﻟﻜﻢ اﻷرض ﺑﺴﺎطﺎ‬

‫ﻟﺘﺴﻠﻜﻮا ﻣﻨﮭﺎ ﺳﺒﻼ ﻓﺠﺎﺟﺎ‬

Artinya ; “ dan Allah menjadikan bumi untukmu sebagai hamparan” - “ supaya kamu

menjalani jalan-jalan yang luas di bumi itu".

Inilah suatu landasan bagi manusia-manusia yang berjiwa perantau. Mereka

meninggalkan daerah kelahirannya, tidak terpaku pada satu tempat, akan tetapi mereka

mengembara dengan niat menuntut ilmu pengetahuan, menimba pengalaman demi

pengalaman, mencari rizki ke tempat lain, dengan selalu berpegang pada tali Allah SWT.

E. Motivasi Bisnis dalam Islam.

Apabila ditelusuri dalam bidang bisnis, masyarakat muslim Indonesia adalah


konsumen terbesar bila dibandingkan dengan negara-negara yang lain.Seandainya kita sadar,

bahwa kita harus melakukan dan memenuhi kewajibanmengeluarkan zakat, infaq, sedekah,

saling tolong menolong antara sesama, maka tentu semua kita akan bertindak begitu.

Dengan demikian toko-toko umat Islam akankebanjiran konsumen, dan toko umat akan

mengalami kemajuan pesat. Tapi jika tidak ada pedagang-pedagang Islam yang profesional,

yang menjual barang lengkap serba ada, lalu kita mau belanja kemana? Tentunya kemana

saja, asal dapat memenuhi kebutuhan kita.

Hal inilah yang perlu kita pikirkan, kita harus berwirausaha walaupun sudah

terlambat. Kita harus memulai, jika kita ingin berbicara dalam bidang ekonomi.

Bagaimanapun juga kita diperintahkan oleh Allah swt untukberusaha menggali

sumber-sumber yang ada di bumi dan di perut bumi sehingga kita bisa memperoleh rizki dan

bersyukur atas rizki yang diterima itu. Janganlah umat Islam tetap menjadi masyarakat

pinggiran, banyak gelandangan dan fakir miskin19.

Dengan banyaknya wirausahawan Muslim, diharapkan rizki yang menumpuk akan

menetes ke bawah membawa kemakmuran pula bagi kaunm duafa. Sebab orang Islam tidak

dibenarkan menumpuk-numpuk harta dan mengitung-hitungnya, tapi keluarkan hak-hak

kaum fakir miskin dari setiap harta yang kita miliki sesuai dengan tuntunan Islam.

Berbagai faktor yang mendorong seseorang untuk berbisnis, yaitu:

a. Personal.

Yaitu menyangkut aspek-aspek kepribadian yang ada pada diri seseorang, misalnya

orang rajin, mau kerja keras, percaya diri, bisa dipercaya atau jujur, bisa bergaul dengan

pelanggan.

b . S o c i o l o g i c al .

Artinya partisipasi darikeluarga, mereka mau membantudan sangat menyokong kegiatan

19
Jazim Hamidi Mustafa Lutfi, Entrepreneurhsip Kaum Sarungan (Jakarta: Khalifa , 2010), 60
wirausaha tersebut.

c . E n v ir o n m e n t a l .

Artinya adalingkungan yangkondusif, lingkungan yang dapat dicontoh, danmenjadi

tempat belajar, mencari pengalaman dalamberbisnis. Misalnya sejak muda seseorang

sudah mulai berdagang atau diasering melihat disekelilingnya melakukan pekerjaan

bisnis ataupun siswa melakukan latihan-latihan wirausaha.

Jika diperhatikan faktor di atas, maka Rasulullah saw sebelum diangkat menjadi Rasul

memilikiketiga faktor tersebut. PribadiRasulullah saw tidak diragu keluarganya sangat

menunjang di bawahbimbingan pamannya Abu Thalibdanlingkungan orang Quraisy sebagian

besar merekaadalah pedagang-pedagang ulung20.

F. Usaha Sukses Menuju Kinerja Bisnis.

Pebisnis untuk mencapai kesuksesan dalam berbisnis harus melalui berbagai

tahapan sebagai berikut di bawah ini :

1. Mau bekerja keras(capacity for hard work).

Kerja keras merupakan modal dasar untuk keberhasilan.

2. Pandai bekerjasama dengan orang lain (getting things done with and through people).

Perbanyak teman baik dengan orang-orang dibawah kita atau para atasan. Dengan

menggunakan tenaga orang lain, maka tujuanmudah tercapai, inilah yang disebut dengan

ilmu manajemen yaitu ilmu atau senimenggunakan tenaga oranglain untuk mencapai

tujuan tertentu.

3. Penampilan yang baik (good appearance).

Ini bukan berartipenampilan face (muka)yangelok. Tapilebih ditekankan

padapenampilan perilaku jujur, disiplin. Banyak orang tertipu dengan rupabentuk, tapi

20
Syafii Antonio, Muhammad saw The Super Leader – Super Manager (Jakarta: Tazkia Publishing, 2009), 55
orangnyapenipu ulung. Karenapribadi yang baik, akan disenangi orangdi mana-mana dan

dia akansukses bekerjadengan siapa saja.

4. Yakin (self confidence).

Seseorang harusmemiliki keyakinan diri, bahwa dia akan sukses melakukan suatu

pekerjaan.

5. Pandai membuat keputusan (making sound decision).

6. Berpendidikan (education).

Rasulullah saw yang mewajibkan semua muslim menuntut ilmu, dan ayunan sampai

liangkubur.

Pendidikan ini bukan berartiharus ke Perguran Tinggi, tapi pendidikan itu berarti juga

dalam bentuk kursu s-kursus, penataran dikantor, di perusahaan dan sebagainya, yang

penting di sini ada tambahan pengetahuan.

7. Ambisi untuk maju (ambition drive).

Orang-orang gigih dalam menghadapi pekerjaan, biasanya banyak berhasil dalam

kehidupan. Apapunpekerjaan yang dilakukan misalnya pelajar, guru, pedagang,

sopir,warung nasi dan sebagainya, asal dia gigih maka ia akan berhasil dalam bidang

pekerjaannya,

8. Pandai berkomunikasi (ability tocommunicate).

Dalam Islam ini samadengan silaturahmi. karena Rasulullah SAW bersabda: Siapa yang

mau banyak rezeki, maka perbanyaklah silaturahim.

Dengan seringnya bersilaturahim, maka akan banyak berkomunikasi. Pandai

berkomunikasi secara baik, jujur, menarik akan sangat membantu seseorang dalam

mengembangkan karir kehidupan masa depannya21.

Dalam berbisnis harus dilakukan secara produktif untuk mencapai kesuksesan.

21
Mahmud Muhammad Babyly, al-Iqtis}o>d fi Dhowi as-Syari>’ah al-Islami>yyah (Beirut: Dar al-Kita>b al-Lubna>ny), 58
Produktivitas kerjaberasal dan kata produktif artinya segala kegiatan yang

menimbulkankegunaan (utility).Jika seseorang bekerja, ada hasilnya,maka dikatakan ia

produktif. Tapi kalau ia menganggur, ia disebut tidak produktif, tidak menambah nilai guna

bagi masyarakat.

Orang-orangproduktif ini dikatakan memiliki produktifitas kerja tinggi. Produktivitas

tidak saja diukur dari kuantitas (jumlah) hasil yang dicapai seseorang tapi juga oleh mutu

(kualitas) pekerjaan yang semakin baik. Makin baik mutu pekerjaannya, maka makin tinggi

produktivitas kerjanya22.

Oleh sebab itu dalam Islam, amal seseorang tidak dilihat dan segi jumlahnya, tapi

lebih penting mutu dan amal tersebut. Misalnya; bersedekah, apakah sedekah itu bermutu

baik? artinya tidak diiringi oleh rasa riya>’ atau disertai ucapan-ucapan yang menyakitkan si

penerima sedekah. Melakukan shalat, puasa tidak asal saja, tapi harus betul-betul bermutu.

Islam mengajarkan umatnya untuk mengisi hidupnya dengan bekerja dan tidak

membiarkan waktunya terbuang percuma. Allah hanya akan melihat dan

mempertimbangkan hasil kerja manusia, karena itu bekerja secara produtif merupakan

amanat ajaran Islam.

Isyarat amal saleh banyak dijumpai dalam Al-Qur’an. Karena itu, Islam merupakan

agama amal yang mendorong umatnya untuk kreatif dan produktif. Apabila diperhatikan

ketentuan-ketentuan dalam agama Islam, di dalamnya terkandung dorongan untuk hidup

secara produktif. Misalnya kewajiban shalat melahirkan kreatifitas untuk menghasilkan

sarana-sarana untuk menjalankan shalat, seperti produksi kain, sajadah, peci dan sebagainya.

Hal tersebut merupakan isyarat yang harus ditangkap sebagai peluang untuk kreatif

dan produktif dalam kehidupan umat Islam. Lebih-lebih lagi bahwa Islam mengajarkan

bahwa hidup seorang muslim merupakan amal saleh yang mengandung makna ibadah.

22
Z. Bambang Darmadi, Trik-Trik Profesional Berbisnis (Yogyakarta: Ardana Media, 2008), 6
Oleh sebab itu, seyogyanya umat Islam dapat berkembang dan meningkatkan

kemajuan dengan mengembangkan produktifitas yang didorong oleh nilai-nilai agama.

Selain hal tersebut, Islam mengajarkan umatnya untuk hidup dinamis dan kreatif di

tengah - tengah masyarakatnya. Ini tercermin di dalam misi hidup setiap muslim, yaitu

melaksanakan amal saleh.

Amal saleh adalah aktifitas seorang muslim di tengah masyarakat yang didorong

oleh motivasi iman. Gerak aktifitas akanmembawa terjadinya perubahan dalam masyarakat.

Gerak dinamis yang diajarkan Islam bertujuan menciptakan kebaikan di muka bumi

tercermin dalam firman Allah SWT dalam Surat Al-Anbiya' ayat 107:

‫وﻣﺎأرﺳﻠﻨﺎك إﻻ رﺣﻤﺔ ﻟﻠﻌﺎﻟﻤﯿﻦ‬

Artinya : “ Dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi

semesta alam “ .

Menjadi rahmat bagi s e k a l i a n a l a m artinya memberikan pengaruh yang baik

terhadap lingkungan, baik lingkungan alam maupun manusia, dengan segala kemampuan di

tengah masyarakatnya.

Memberikan rahmatdilakukan denganaktifitas nyata sebagai motivator dan inovator,

karena itu umat Islamakan menjadi contoh dan pelopor pembangunan manapun berada.

Ia akan berbuat dan mengadakan perubahan untuk memacumasyarakat

lingkungannya untuk maju dan merealisasikan masa depan yang lebih baik, karena mereka

menyadari bahwa gerakan yang dinamis itu merupakan wujud nyatamelakanakan amanat

dansebagai khalifah di muka bumi.

Islam mengajarkan umatnya untuk tidak cepat puas dengan hasil kerjanya, tetapi

terusmemantau dan mencari aktifitas baru dengan tetap berorientasi kepadaketentuan-Nya.

Dalam Surat As-syarhu ayat 7 Allah SWT berfirman;


‫ﻓﺈذا ﻓﺮﻏﺖ ﻓﺎﻧﺼﺐ‬

Artinya : “ Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan

sungguh-sungguh (urusan) yang lain “ .

Sebagian ahli tafsir menafsirkan apabila kamu (Muhammad) telah selesai berdakwah

Maka beribadatlah kepada Allah. Apabila kamu telah selesai mengerjakan urusan dunia.

Maka kerjakanlah urusan akhirat23.

23
Yusuf Al-qordawi, Peran Nilai Dan Moral Dalam Perekonomian Islam (Jakarta: Robbani Press, 1997), 55

Anda mungkin juga menyukai