Anda di halaman 1dari 17

Nama : Yunifa Rahmadani

NPM : 10010320076

Prodi : Perbankan Syariah

Subjek : Tugas Akhlak Bisnis Per-15 (Resume Jurnal)

KONSEP DASAR BISNIS SYARIAH

1. Definisi Bisnis Syariah


Bisnis Syari’ah terdiri dari dua kata yaitu bisnis dan Syariah. Bisnis secara etomologis
berasal dari Bahasa Inggris business dari kata busy yang berarti "sibuk" dalam konteks
individu, komunitas, ataupun masyarakat. Dalam artian, sibuk mengerjakan aktivitas dan
pekerjaan yang mendatangkan keuntungan. Padanan kata dalam Bahasa Arabnya adalah
tijarah. Dalam Al-Quran kata ini antara lain terdapat dalam QS. 4: 29: ‫وا اَل‬ ۟ ُ‫ٰيََٓأيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءامن‬
َ
۟
‫ ُك ْم ۚ ِإ َّن ٱهَّلل َ كَانَ بِ ُك ْم َر ِحي ًما‬V ‫وا َأنفُ َس‬V ۟ ‫ْأ‬
ٍ ‫ َرةً عَن تَ َر‬V‫ونَ تِ ٰ َج‬VV‫ ِل ِإٓاَّل َأن تَ ُك‬V‫ ٰ َولَ ُكم بَ ْينَ ُكم بِ ْٱل ٰبَ ِط‬V‫تَ ُكلُ ٓوا َأ ْم‬/“Hai
ٓ Vُ‫اض ِّمن ُك ْم ۚ َواَل تَ ْقتُل‬
orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan
jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di
antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu”
2. Sumber-Sumber Hukum Bisnis Syariah
a. Al-qur’an
b. As-sunnah / Hadits
3. Tujuan Bisnis Syariah
Syariat datang dengan tujuan-tujuannya yaitu untuk kemaslahtan manusia dan lingkungan
di sekitarnya. Kalau dijabarkan lagi maka tukjuan syariat di samping sebagai aturan untuk
menciptakan kemaslahatan juga sebagi seperangkat peraturan ilahiyah untuk menolak dan
menghilangkan kemudaratan, bahaya, kerugian dan kecelakaan (jalb al-mashalih wa daf’
al-mafasid). Al-Syatibi memerinci tujuan syariat (maqashid al-syariah) kepada lima
tujuan secara hirarkis yakni:
a) Untuk memelihara agama;
b) Memelihara jiwa;
c) Memelihara akal;
d) Memelihara keturunan;
e) Memelihara harta (Al-Syathibi, n.d.). Merujuk kepada uraian al-Syatibi tersebut,
bisnis Syariah merupakan entitas dari wujud pemeliharaan harta yang dengan
sendirinya secara integral ditujukan pula untuk pemeliharaan ke-empat maqashid al-
syariah di atasnya. Menurut penafsiran Hamka misalnya, dengan pengelolaan harta
yang benar maka agama (al-Din) menjadi tegak. (Hamka. Juz 2. 1983)
4. Kedudukan Bisnis dan Pebisnis Dalam Islam
Dalam QS 2 ayat 3 mislanya, Allah menyebutkan ciri hamba Allah yang bertakwa adalah
orang-orang beriman kepada-Nya Zat Yang maha Ghaib, melaksanakan salat, dan
menginfakkan Sebagian harta yang telah Allah berikan kepada mereka. Lebih terang lagi
dapat dijumpai dalam QS 2: 261: perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-
orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang
menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan
(ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha
mengetahui. Menurut Tim Kemenag RI (Depag, 2010), Pengertian menafkahkan harta di
jalan Allah meliputi belanja untuk kepentingan jihad, pembangunan perguruan, rumah
sakit, usaha penyelidikan ilmiah dan lain-lain. Bertolak dari ayat tersebut dan
penjelasannya maka, tidak dipungkiri pentingnya posisi bisnis Syariah dalam Islam.
Sementara itu, kedudukan pebisnis dalam Islam memiliki kedudukan yang sangat
istimewa karena beberapa alasan. Di antara alasan tersebut adalah para pebisnis yang
jujur, kata Rasulullah mereka di surga beserta para nabi, shiddiqin, syuhada, dan shalihin.
Dari Abu Sa’id Al-Khudri ra, Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:
‫التاجر الصدوق األمين مع النبيين والصديقين والشهداء‬
“Pedagang yang senantiasa jujur lagi amanah akan bersama para nabi, orang-orang yang
selalu jujur dan orang-orang yang mati syahid.” (HR. Tirmidzi, Kitab Al-Buyu’ Bab Ma
Ja-a Fi al-Tijarah no. 1130)
5. Ruang Lingkup dan Pengembangan Ekonomi dan Bisnis Syariah
a. Makanan dan minuman halal
b. Pariwisata halal
c. Media rekreasi halal
d. Farmasi dan kosmetik halal
e. Fashion halal
f. Energi terbarukan
g. Keuangan halal
h. Properti halal
6. Karakteristik Bisnis Syariah
Secara garis besar bisnis Syariah yang meru[pakan bagian dari ekonomi Islam memiliki
beberapa prinsip dasar: 1) Berbagai sumber daya dipandang sebagai pemberian atau
titipan dari Allah swt kepada manusia; 2) Islam mengakui pemilikan pribadi dalam batas-
batas tertentu; 3) Kekuatan penggerak utama ekonomi Islam adalah kerja sama; 4)
Ekonomi Islam menolak terjadinya akumulasi kekayaan yang dikuasai oleh segelintir
orang saja; 5) Ekonomi Islam menjamin pemilikan masyarakat dan penggunaannya
direncanakan untuk kepentingan banyak orang; 6) Seorang mulsim harus takut kepada
Allah swt dan hari penentuan di akhirat nanti; 7) Zakat harus dibayarkan atas kekayaan
yang telah memenuhi batas (nisab); dan 8) Islam melarang riba dalam segala bentuk.
(Athoillah, M.Anton dan Ihwanudin, 2012)

BERPROSES MERAIH SUKSES

A. Pendahuluan
Manusia dillahirkan dengan adanya kebutuhan sehingga memiliki motivasi untuk
memenuhi kebutuhannya, terdapat lima tahapan kebutuhan yang Maslow utarakan :
a. Fisiologi
b. Keamanan dan keselamatan
c. Sosial
d. Penghargaan
e. Aktualisasi diri
Dalam islam Allah SWT ciptakan manusia untuk beribadah kepadanya dalam surat
َ ‫ت ْال ِج َّن َوااْل ِ ْن‬
Az-Zariyat (51: 56) . ‫ن‬Vِ ْ‫ ُدو‬VVُ‫س ِااَّل لِيَ ْعب‬ ُ ‫ َومَا خَ لَ ْق‬aku tidak menciptakan jin dan
manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.
Ayat tersebut menegaskan bahwa kita sebagai umat muslim dalam setiap perbuatan
harus menjadi ibadah kepada Allah SWT, termasuk dalam bekerja dan berusaha harus
berbuah pahala, Allah berfirman ” apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah
kamu di muka bumi, dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak
supaya kamu beruntung.” ( QS. Al-Jumu’ah : 10 )

B. Berproses Meraih Sukses


a. Perintah Memenuhi Kebutuhan Hidup (Nafkah) Dalam Islam
Qs; Al-Isra’ (17:12), Al-Qashas (28:77)
b. Perintah Kewirausahaan Dalam Islam
1) Kewirausahaan berasal dari kata wirausaha yang mendapat imbuhan „ke-„ dan
„-an‟. Menurut Suryana dan Bayu (2011 : 12), istilah kewirausahaan atau
entrepreneurship berasal dari bahasa Prancis, yaitu dari kata Entreprende yang
berarti petualang, pencipta, dan pengelola usaha. Kemudian menurut Coulter
yang dikutip dalam Suryana dan Bayu (2011 : 24), kewirausahaan sering
dikaitkan dengan proses, pembentukan, atau pertumbuhan suatu bisnis baru
yang berorientasi pada perolehan keuntungan, penciptaan nilai, dan
pembentukan produk atau jasa baru yang unik dan inovatif.
2) Kewirausahaan merupakan sikap, jiwa semangat mula pada diri seseorang
yang inovatif, kreatif, berupaya memajukan pribadi dan masyarakat. (Wibowo,
2011 : 109). Kewirausahaan menurut Sethi (2011 : 116) adalah suatu proses
pembentukan organisasi bisnis, yang menyediakan barang dan jasa,
menciptakan lapangan lapangan kerja, dan memberikan kontribusi bagi
pendapatan nasional dan pembangunan ekonomi secara keseluruhan.
3) Zimmerer dalam Kasmir (2006 : 17) mengartikan kewirausahaan sebagai
suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan
dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan usaha”.
4) Joseph Schumpeter (1934), Kewirausahaan adalah seorang innovator yang
mengimplementasikan perubahan-perubahan didalam pasar melalui
kombinasi-kombinasi baru. Kombinasi baru tersebut bisa dalam bentuk (1)
memperkenalkan produk baru atau dengan kualitas baru, (2) memperkenalkan
metode produksi baru, (3) Mmebuka pasar yang baru, (4) memperoleh sumber
pasokan baru dari bahan atau komponen baru, (5) menjalankan organisasi baru
pada suatu industri. Schumpeter mengkaitkan kewirausahaan dengan konsep
inovasi yang diterapkan dalam konteks bisnis serta mengkaitkannya dengan
kombinasi sumber daya.

Menurut Veithzal Rivai Zaenal dkk. (2016 : 2), Kewirausahaan dari sudut
pandang islam yaitu segala aktivitas bisnis yang diusahakan secara perniagaan
dalam rangka memproduksi barang atau jasa yang tidak dilarang oleh ajaran islam
:
1) Kewirausahaan sebagai jihad fii sabilillah
2) Kewirausahaan dianggap sebagai amal soleh karena kegiatan kewirausahaan
menyediakan pendapat kepada individu, menawarkan kesempatan kerja
kepada masyarakat, sehingga mengurangi kemiskinan, dimana kemiskinan
sebagai salah satu dari persoalan sosial.
3) Kewirausahaan meningkatkan perekonomian masyarakat, dengan melakukan
kebajikan melalui pengusaha, anak mendorong terciptanya hubungan
harmonis antara individu dan individu serta membantu menjaga hubungan
yang lebih baik antara individu dengan tuhannya
4) Meningkatkan kualitas hidup, hidup lebih nyaman menguatkan kedudukan
socio-economic negara, agama dan bangsa.
5) Membantu mengembangkan khairun ummah ( masyarakat terbaik, yang
produktif dan maju.
c. Prinsip Kewirausahaan Dalam Islam
1) Shidiq
2) Istiqamah
3) Fathanah
4) Amanah
5) Tabligh

d. Implementasi Kewirausahaan Nabi Muhammad SAW


1) Jiwa enterpereurship Rasulullah imulai dari menggembala kambing
2) Diusia 12 Tahun Nabi Muhammad SAW mulai melakukan bisnis praktis
3) Berjualan Sendiri Sejak Usia 15 Tahun
4) Nabi Muhammad Sudah Memimpin Khalifah Dagang di Usianya yang baru
17 Tahun
5) Pada fase di Usia 25 Tahun Nabi Muhammad Menikah

TINJAUAN TEORITIS ETIKA BISNIS SYARIAH

A. Pendahuluan
Kegiatan bisnis merupakan salah satu perilaku ekonomi yang dilakukan tiap individu
dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya di dunia. Dalam hal ini, ajaran Islam
memandang bahwa kegiatan bisnis merupakan suatu hal yang mulia bahkan diajurkan
dalam Al Quran. Hal ini sebagaimana yang termaktub dalam Q.S Al-Jumuah ayat 10
sebagai berikut:
۟ ‫وا ِمن فَضْ ِل ٱهَّلل ِ َو ْٱذ ُكر‬
َ‫ُوا ٱهَّلل َ َكثِيرًا لَّ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِحُون‬ ۟ ‫ُوا فِى ٱَأْلرْ ض َوٱ ْبتَ ُغ‬
۟ ‫صلَ ٰوةُ فَٱنتَ ِشر‬
َّ ‫ت ٱل‬ ِ ُ‫فَِإ َذا ق‬
ِ َ‫ضي‬
ِ
Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah
karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. (Depag RI,
2010).
B. Teladan Bisnis Sahabat Rasulullah
a. Utsaman Bin Affan
Keteladan Utsman bin Affan dalam berniaga dapat dilihat pada sejarah beliau
dengan melakukan wakaf sumur (sumber air) dimana hasil wakaf tersebut masih
bisa dinikamati pada masa sekarang. Usman bin Affan ra yang mewakafkan
sumur air bagi umat / masyarakat, sehingga sampai sekarang sumur tersebut dapat
memberikan kemanfaatan bagi masyarakat di Kota Madinah. Adanya
pembangunan hotel megah dari hasil wakaf susmur yang dilakukan Utsman bin
Affan tersebut tentu dapat memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat yang
lain. Dengan demikian, keteladanan Utsman bin Affan ra dan kesuksesannya
dalam bisnis dapat menjadi stimulus bagi generasi sesudahnya agar dapat
menjalankan bisnis yang diwarnai dengan nilai-nilai ukhrawi. Terkait hal tersebut,
jika dicermati secara mendalam, semangat bekerja keras sebagai bagian dari etos
kerja seorang pengusaha, paling tidak dilatarbelakangi oleh dua faktor, yaitu
pandangan mereka tentang bekerja dan alasan pemilihan profesi bisnis sebagai
lahan penghasilan. Dari dua pandangan itu tergambar sejauh mana kualitas etos
kerja seorang pengusaha.
b. Abdurahman Bin Auf
Beliau merupakan sahabat yang melakukan prinsip bisnis dengan sistem
manajemen yang konsisten dan penuh komitmen, diantaranya beliau dalam
berbisnis tidak hanya sekdar mencari keuntungan, tetapi mencari ridha Allah.
Beliau merupakan sahabat yang jujur, mempunyai keselarasan antara kerja keras
dan kerja cerdas, rajin bersedekah, menjadi tuan harta bukan budak harta, dan
beliau adalah orang yang rajin bersyukur.
c. Siti Khadijah RA
Siti Khadijah yang hidup pada masa jahilliyah, dimana pada waktu itu perempuan
sama sekali tidak dihargai dan dihormati oleh masyarakatnya, namun Siti
Khadijah remaja telah mempunyai potensi bisnis dalam dirinya, hal ini dibuktikan
bahwa Siti Khadijah telah menjadi pengusaha dalam usia 45 tahun dan Nabi
Muhammad sendiri adalah stafnya. Bahkan Nabi Muhammad saw ikut andil besar
dalam mengembangkan bisnis Siti Khadijah yang selanjutnya diperistri oleh
Rasullah. Siti Khadijah sebagai seorang istri shalehah telah banyak membantu
dakwah dan perjuangan Rasulullah melalui harta dan seluruh tenaganya untuk
keberhasilan dakwah Nabi.

BAB IV

PRINSIP, ASA, DAN AKHLAK BISNIS SYARIAH

A. Pendahuluan
Secara etimologi, bisnis berarti keadaan dimana seseorang atau sekelompok orang
sibuk melakukan pekerjaan yang menghasilkan keuntungan. Kata “bisnis” sendiri
memiliki tiga penggunaan, tergantung skupnya – penggunaan singular kata bisnis
dapat merujuk pada badan usaha, yaitu kesatuan yuridis (hukum), teknis, dan
ekonomis yang bertujuan mencari laba atau keuntungan (Buchari Alma, 2009).
Ekonomi Islam sungguh hadir tidak hanya dalam urusan perbankan, asuransi,
reksadana, pasar modal, sukuk, dan sejumlah “bisnis elite” lainnya. Ekonomi Islam
hadir dan penting dihadirkan saat setiap transaksi berlangsung, termasuk di pasar
pinggir jalan. Islam telah mensyariatkan etika bisnis melalui prinsip-prinsip ekonomi
Islam dan sejumlah akad. Etika bisnis akan membuat setiap pihak merasa nyaman dan
tenang, bukan saling mencurigai, apalagi menipu (Mustafa,2013). Etika dalam
berbisnis sering kali terabaikan dan dianggap sepele karena banyak transaksi yang sah
dalam hukum namun tidak sesuai dengan etika dalam berbisnis maka dari itu prinsip
shamhan (bermurah hati dalam bertransaksi) perlu diterapkan dalam setiap transaksi
contohnya dalam jual beli yang melakukan tawar menawar yang tidak wajar seperti
pembeli yang menawar setengah dari harga jual.
B. Prinsip Asas dan Akhlak Bisnis Syariah
1. Prinsip Asas Bisnis Syariah
a. Asas Tauhid
b. Asas Amanah
c. Asas Kejujuran
d. Asas Keadilan
e. Asas Kebolehan
f. Asas Saling Tolong Menolong
g. Asas Kemaslahatan
h. Asas Saling Kerelaan
i. Asas Kesopanan
2. Akhlak Bisnis Syariah
Secara umum prinsip etika bisnis Islam dapat dilihat dari kesatuan ASIFAT yaitu:
Akidah (ketaatan kepada Allah Ta’ala), Shiddiq (benar), Fathanah (cerdas),
Amanah (jujur/terpercaya) dan Tabligh (komunikatif). Selain itu, tidak melakukan
praktik yang bertentangan dengan syariah. Etika bisnis Islam bertujuan agar setiap
kegiatan bisnis yang dijalankan sesuai dengan syariah Islam untuk keselamatan
kehidupan dunia dan akhirat (Dr. Hamdi Agustin, 2017).

BAB V

AKAD BISNIS YANG HALAL DAN HARAM DALAM SYARIAH

1. Dalam kaidah fikih, penyebab dilarangnya atau diharamkannya sebuah transaksi


disebabkan karena beberapa hal: pertama, haram karena zatnya (bangkai, darah,
najis); Kedua, haram karena selain dzatnya dikarenakan melanggar prinsip rela
sama rela dan melanggar prinsip jangan menzalimi dan dizalimi. Dampaknya
menimbulkan kerugian salah satu pihak; Ketiga, tidak sah karena tidak memenuhi
akadnya berupa syarat dan rukun, ta’aalluq, dan two in one (satu transaksi dengan
dua akad sekaligus). Transaksi yang dilarang dalam bisnis syariah adalah transaksi
yang mengandung riba, gharar, tadlis, transaksi najasy, risywah.
2. Prinsip bisnis yang harus dilakukan adalah samahah, meninggalkan syubhat,
amanah, sedekah, dan tabkir.
3. Akad transaksi syariah dapat dibagi menjadi tiga prinsip utama, yaitu prinsip
kebajikan, prinsip jual-beli, prinsip bagi hasil. Prinsip kebajikan terdiri dari
wadi’ah, wakalah, kafalah, hiwalah, rahn, qardh. Prinsip jual-beli mencakup
murabahah, salam, istishna, syuf’ah, sharf, dan ijarah. Prinsip bagi-hasil meliputi
musyarakah dan mudharabah

BAB VI

BISNIS KEUANGAN SYARIAH


Latar belakang ekonomi dan perbankan Islam memberi pengaruh dominan terhadap struktur
ekonomi, seperti melarang beberapa tindakan ekonomi seperti penimbunan, dan mengatur
pembagian warisan. Pemikiran sosial Islam lebih mengutamakan spiritual dan moral daripada
materi dan pragmatis, dengan asumsi bahwa kebahagiaan manusia pada akhirnya hanya
ditemukan dengan kepatuhan moral daripada kemudahan material. Penekanan ini diperkuat
oleh keyakinan bahwa dosa atau pahala yang akan diperhitungkan nanti di akhirat
berhubungan langsung dengan tingkat moral kepatuhan manusia yang diukur seperti Allah
cantumkan dala Alquran.

Secara kerangka teoritis model masyarakat Islam relatif mudah, namun dalam kerangka etika
teokratis lainnya, masyarakat kurang yakin dengan apa yang telah dilakukan apabila
bertentangan dengan standar moral Islam. Karenanya, peran ekonomi Islam menjadi evaluasi
inisiatif pemerintah dan reformasi hukum untuk mengubah institusi dan mode perilaku saat
ini dalam masyarakat Muslim agar sesuai dengan norma-norma Islam. Itu merupakan tugas
pemerintah untuk membangun jembatan antara `adalah 'dan` seharusnya' (Siddiqi, 1971, hlm.
33).

Kritik Islam atas bunga tercantum dalam Qs: Ar-Rum ayat 39 Artinya: Dan sesuatu riba
(tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak
menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan
untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang
melipat gandakan (pahalanya).

Selanjutnya Allah memperingatkan bagi manusia yang beriman kepada Allah untuk
meninggalkan riba seperti yang dicantumkan dalam surat Ali 'Imran, Ayat: 130

Ekonom Islam menggunakan argumen etika yang berbeda terhadap produksi dan bunga atas
pinjaman konsumsi. Yang pertama dianggap melibatkan alokasi risiko yang tidak adil antara
peminjam dan pemberi pinjaman, karena tidak ada proyek investasi nyata dalam kondisi
kompetitif yang bisa menjamin pendapatan halal, apalagi otomatis menutup biaya bunga.
Bunga pinjaman berpotensi kerugian yang dihadapi peminjam.

Bunga pinjaman konsumsi yang secara konvensional dibenarkan dengan alasan biaya.
Ekonom Islam percaya alasan seperti itu keliru karena tidak alternatif untuk menjamin
kepastian laba. Selain itu bunga pada konsumsi pinjaman menjadi bumerang terhadap
peminjam. Karena tidak pernah dapat mewakili klaim atas tambahan kekayaan produktif
yang diciptakan oleh pemberian pinjaman, meskipun itu dapat meningkat pada tingkat
majemuk (Ulgener, 1967). Karena itu, ada banyak ruang untuk pemiskinan dan perbudakan
bagi peminjam, demi keuntungan pemberi pinjaman kaya. Kedua dalam kasus pinjaman
konsumsi, [bunga] melanggar fungsi dasar dimana Allah telah menciptakan kekayaan,
dengan menjamin terpenuhinya kenutuhan manusia dengan usaha dan didukung oleh mereka
yang memiliki kelebihan kekayaan (seperti hasil zakat).

Islam memerintahkan pengikutnya untuk berjuang untuk hidup mereka dan tidak hidup dari
jerih payah orang lain. Semangat Islam menentang hidup tanpa bekerja. Terlihat jelas bahwa
bunga menyerupai penghasilan diterima dimuka yang jelas telah dilarang. Masyarakat tidak
hanya kehilangan hakikat kerja sebagai suatu ibadah, juga berdampak terhadap karakter
moral rusak dalam proses tersebut.

BAB VII

BISNIS SYARIAH DI ERA REVOLUSI INDUSTRI

Bisnis syari’ah adalah “serangkaian aktivitas jual beli dalam berbagai bentuknya yang tidak
dibatasi jumlah kepemilikan hartanya baik barang atau jasa, tetapi dibatasi cara memperoleh
dan menggunakannya. Artinya, dalam mendapatkan harta dan menggunakannya tidak boleh
dengan cara-cara yang diharamkan Allah. Perekonomian berbasis hukum Islam telah
diperkenalkan sejak zaman Rasulullah dan para sahabatnya prinsip-prinsip dasar muamalah
menyatakan dengan tegas bahwa segala sesuatu itu diperbolehkan atau dilakukan Kecuali
terdapat larangan dalam Alquran dan Sunnah sehingga menginspirasi dan Mendorong Kita
sebagai manusia untuk melakukan Inovasi dan berkreativitas Dalam memajukan dan
mengembangkan bisnis.

Di era revolusi industri 4.0 akan lebih cepat dalam perkembangan produk dan
menciptakan konsumen yang beragam dan berdampak terhadap harga realatif murah,
perubahan pada era ini tidak hanya pada perubahan cara atau strategi dalam proses pemasaran
pada aspek fundamental. Revolusi model bisnis di Era Industri 4.0 pertama, memberikan
solusi terhadap permasalahan yang dihadapi masyakat, pada era ini tidak pernah merasa puas
dengan hasil yang dicapainya sehingga berupaya secara terus menerus melakukan inovasi,
oleh karena itu bisnis Syariah dalam menghadapi era revolusi industri 4.0 terus memberikan
inovasi yang berkelanjutan dalam rangka memberikan perlayanan dan produk yang terbaik
bagi masyarakat atau pelanggan yang bertujuan untuk menguasai pangsa pasar. Ada banyak
jaringan bisnis yang berbasis Syariah yang berkembang saat ini selain perbankan Syariah,
bisnis Syariah memberikan inovasi baru seperti dalam bisnis jaringan makanan dan minuman
halal, Lembaga keuangan dan fintech Syariah, Lembaga bisnis jasa Syariah (salon Syariah,
ojek syar’i, hotel Syariah, wedding organizer Syariah), jaringan bisnis fashion/ busana
muslim , jaringan bisnis penjualan obat-obatan dan kosmetik halal, jaringan bisnis media
islami, jaringan bisnis sector industry rekreasi/ pariwisata, jaringa bisnis travel haji atau
umroh, jaringan bisnis pegadaian Syariah , jaringan bisnis property Syariah dan lain
sebagainya.

Dalam perkembangan bisnis Syariah ada era digital/fintech ini pula terdapat tantangan
yang harus dilakukan oleh para pelaku bisnis Syariah yaitu masih terbatasnya mendapatkan
label dari OJK dan lebih memberikan stigma kepercayaan kepada masyarakat yang belum
mengenal terkait bisnis Syariah.

BAB VIII

SUMBER DAYA INSANI (SDI) DAN ETOS KERJA DALAM BISNIS KEUANGAN
SYARIAH

Bisnis keuangan syariah adalah bisnis keuangan yang operasionalnya berdasarkan prinsip
syariah. Salah satunya adalah BMT yang merupakan lembaga keuangan mikro syariah. BMT
telah tumbuh dan berkembang serta banyak memberikan kemanfaatan bagi pelakui usaha
kecil menengah untuk menghindari rentenir dan riba yang dilarang Islam.

Sumber daya insani (SDI) merupakan unsur penting dari unsur lainnya dalam kegiatan
operasional karena BMT, karena SDI lah yang menggerakkan semua kegiatan. Untuk
memperoleh SDI yang berkualitas dan kompeten harus memperhatikan langkah-langkahnya,
baik pada saat rekrutmen, seleksi, maupun pengembangan. Disisi lain BMT juga harus
mampu membuat sistem yang terintegrasi agar SDI berkualitas yang telah diperoleh bisa
bertahan. Salah satu SDI yang berkualitas adalah SDI itu mempunyai etos kerja yang baik
pula, dan sebagai bisnis syariah maka etos kerja tersebut harus benar memiliki konsep Islami,
modern, dan profesional.

Seiring dengan usianya yang ke 22 tahun, BMT TUMANG telah tumbuh dan berkembang
dengan 24 kantor cabang dan sebanyak 251 SDI. Telah pula dilengkapi dengan sistem dan
prosedur berupa standar operasional manajemen (SOM) dan standar operasional prosedur
(SOP), dan dengannya dapat mengendalikan SDI dengan baik dalam rangka mencapai tujuan
BMT.

BAB IX

MANAJEMEN BISNIS FILANTROPI ISLAM

Kegiatan filantropi Islam di Indonesia yang dahulu hanya dilakukan di lingkungan masjid dan
pesantren dengan cara tradisional, kini dengan adanya intervensi Pemerintah dalam
mendukung pergerakan kedermawanan ini melalui adanya payung hukum yang menaungi
pengelolaan zakat pada khususnya, maka potensi peningkatan nilai manfaat dana filantropi
diharapkan akan terus meningkat yang dibarengi oleh tata Kelola yang baik.

Dari potensi zakat di Indonesia yang mencapai Rp. 233,8 triliun, hanya baru kurang dari satu
persen saja yang dapat terealisasikan dan tercatat. Ini merupakan tantangan bukan hanya bagi
lembaga filantropi Islam saja, tetapi juga bagi masyarakat dan Pemerintah pada khususnya
untuk mengeluarkan kebijakan-kebijakan strategis yang dapat menubuhkembangkan
filantropi Islam di negara ini.

Adanya fungsi-fungsi manajemen yang diterapkan oleh lembaga dalam mencapai tujuan
filantropi akan lebih terarah dan terukur. Disamping itu, fungsi pengawasan yang diterapkan
tentunya akan tetap membatasi dan menjaga agar tidak lepas dari nilai-nilai maqashid
syariah. Karena yang membedakan lembaga filantropi Islam dari lembaga lainnya adalah
adanya etika dan prinsip Islam yang wajib diperhatikan dan dilaksanakan dalam segala proses
bisnisnya.

BAZNAS dan LAZ adalah dua lembaga filantropi Islam di Indonesia yang diamanahi UU di
Indonesia untuk melaksanakan pengelolaan zakat. Dalam praktiknya, lembaga ini dituntut
untuk profesional dan menerapkan good corporate governance sehingga menimbulkan
kepercayaan dari para pemangku kepentingan yang pada akhirnya akan meningkatkan potensi
dan penghimpunan dana ZIS di Indonesia.

BAB X
MANAJEMEN BISNIS SYARIAH BERBASIS KEWIRAUSAHAAN DI PONDOK
PESANTREN MUKMIN MANDIRI

Harta bukan sebagai ukuran untuk menilai seseorang. Mulia atau hinanya seseorang tidak
dinilai dari harta yang dimilikinya. Harta hanyalah kenikmatan dari Allah sebagi fitnah atau
ujian untuk hambanya apakah dengan harta tersebut mereka akan bersyukur atau akan
menjadi kufur.”Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada
orang-orang yang sabar.

Al-quran memandang harta sebagi sarana bagi manusia untuk mendekatkan diri kepada
khaliqnya, bukan tujuan utama yang dicari dalam kehidupan. Dengan keberadaan harta,
manusia diharapkan memilki sikap derma yang memperkokoh sikap kemanusiaannya. Jika
sikap ini berkembang, maka akan mengantarkan manusia ke derajat yang mulia, baik disis
tuhan maupun terhadap sesama manusia. Hakikat hak milik diantaranya:

a. Allah adalah pencipta dan pemilik harta yang hakiki


b. Harta adalah sebagai fasilitas kehidupan manusia

BAB XI
BISNIS WISATA SYARIAH DAN HALAL LIFESTYLE DI INDONESIA

Berdasarkan Fatwa DSN MUI Nomor 108/DSN-MUI/X/2016, Prinsip Umum


Penyelenggaraan Pariwisata Syariah:
a. Pihak penyelenggara wisata: Wajib terhindar dari kemusyrikan, kemaksiatan,
kemafsadatan, tabdzir/israf, dan kemunkaran; serta menciptakan kemaslahatan dan
kemanfaatan baik secara material maupun spiritual.
b. Terkait hotel: Hotel tersebut tidak boleh menyediakan fasilitas akses pornografi dan
tindakan asusila; Tidak boleh menyediakan fasilitas hiburan yang mengarah pada
kemusyrikan, maksiat, pornografi dan/atau tindak asusila; Makanan dan minuman
yang disediakan hotel syariah wajib telah mendapat sertifikat halal dari MUI;
Menyediakan fasilitas, peralatan dan sarana yang memadai untuk pelaksanaan ibadah,
termasuk fasilitas bersuci;
c. Pengelola dan karyawan/karyawati hotel wajib mengenakan pakaian yang sesuai
dengan syariah; Hotel syariah wajib memiliki pedoman dan/atau panduan mengenai
prosedur pelayanan hotel guna menjamin terselenggaranya pelayanan hotel yang
sesuai dengan prinsip syariah;
d. Terkait destinasi wisata: Destinasi wisata syariah wajib memiliki fasilitas ibadah yang
layak pakai, mudah dijangkau dan memenuhi persyaratan syariah; makanan dan
minuman halal yang terjamin kehalalannya dengan Sertifikat Halal MUI. Destinasi
wisata wajib terhindar dari kemusyrikan dan khurafat; maksiat, zina, pornografi,
pornoaksi, minuman keras, narkoba dan judi; pertunjukan seni dan budaya serta
atraksi yang bertentangan prinsip-prinsip syariah.
Berdasarkan Crescent Rating (di 130):
• Makanan halal
• Fasilitas salat
• Kamar mandi dengan air untuk wudhu
• Pelayanan saat bulan Ramadhan
• Pencantuman label non halal (jika ada makanan yang tidak halal)
• Fasilitas rekreasi yang privat (tidak bercampur baur secara bebas)
Berdasarkan Global Muslim Travel Index (GMTI):
• Destinasi ramah keluarga
• Layanan dan fasilitas di destinasi yang ramah muslim
• Kesadaran halal dan pemasaran destinasi
• Keamanan umum bagi wisatawan muslim
• Jumlah kedatangan wisatawan muslim yang cukup ramai
• Pilihan makanan dan jaminan halalnya
• Akses ibadah yang mudah dan baik
• Fasilitas di bandara yang ramah muslim
• Opsi akomodasi yang memadai
• Kemudahan komunikasi
• Jangkauan dan kesadaran kebutuhan wisatawan muslim
• Konektivitas transportasi udara

5. Pengaruh Bisnis Wisata Syariah Terhadap Perekonomian


Kementrian Pariwisata & Ekonomi Kreatif meluncur kan produk wisata syariah dalam
industri pariwisata Indonesia, yang familiar dengan sebutan Halal Tourism. Sehingga di
Indonesia Wisata syariah pertama kali diluncurkan secara Nasional pada kegiatan
Indonesia Halal Expo (Inhex) pada Tahun 2013 dan Global Halal Forum yang digelar
pada 30 Oktober-2 November 2013, oleh Presiden Susilo Bambang Yudoyono.
Wisata syariah atau yang biasa dikenal dengan wisata halal (halal tourism) mulai banyak
diminati oleh para wisatawan muslim. Hal tersebut seiring dengan peningkatan wisatawan
muslim dari tahun ke tahun (Bhuiyan et al. 2011; Yusof dan Shutto, 2014; El-Gohary,
2016; Handerson, 2016). Pengembangan wisata syariah mulai banyak dilakukan, banyak
negara dengan mayoritas muslim maupun non-muslim ikut menyediakan produk,
fasilitas, dan infrastruktur pariwisata yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
wisatawan muslim.
Seorang wisatawan muslim yang sedang berwisata seringkali bertanya kepada setiap
restoran yang disinggahinya, “apakah makanan yang disuguhkan halal ?”, “apakah
makannya mengandung Babi ?”, “apakah toilet yang akan digunakan menyediakan air
untuk membersihkan diri?”, “apakah mudah mendapatkan air untuk bersuci?”, “apakah
terdapat masjid di sekitar tempat wisata?”, “apakah hotelnya menyediakan arah kiblat?”
“apakah pada waktu-waktu shalat, kegiatan wisata dihentikan sejenak untuk beribadah?”
dsb. Hal ini dilakukan karena mereka memiliki habit “halal lifestyle” yang ingin
diterapkan dimanapun, dan kapanpun, bahkan di tempat yang baru dikunjungi. Para
wisawatan muslim ini tentu tidak mau terlalu direpotkan dengan bertanya kesetiap tempat
yang dikunjungnyai, mereka ingin mencari kemudahan agar dapat menikmati
perjalanannya, mereka menginginkan segalanya telah terencana dengan baik sebelum
keberangkatan, untuk itu biasanya para wisatawan muslim mencari jasa tour travel untuk
membantu mereka mengatur semuanya. Hal ini tentu menjadi peluang bisnis yang
menjanjikan.
Jumlah wisatawan muslim cukup besar dan potensinya tidak kalah dengan wisatawan
nonmuslim. Masyarakat Muslim Arab Saudi, misalnya, pada tahun 2015 menghabiskan
tidak kurang dari Rp 400 triliun untuk belanja wisata ke luar negeri, wisatawan Muslim di
dunia terus mengalami peningkatan. Tahun 2017 sekitar 180 juta wisatawan Muslim di
dunia yang bergerak melakukan perjalanan wisata. Tentu saja mereka memerlukan
kenyamanan berwisata berlandaskan syariah, baik saat menikmati kuliner maupun saat
hendak beribadah.
Sektor pariwisata memainkan peranan penting dalam ekonomi dunia, karena dianggap
sebagai salah satu kontributor pertumbuhan lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi di
negara manapun. Begitupun di Negara Indonesia, Sektor pariwisata merupakan salah satu
sektor yang sangat berperan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia dan
mampu meningkatkan lapangan kerja. Tahun 2017 sektor pariwisata menyumbangkan
sekitar 82 Miliar Dollar terhadap PDB Indonesia, sektor pariwisata memberikan impact
paling besar dibanding sektor-sektor lainnya, impact nya langsung terasa pada
pertumbuhan ekonomi masyarakat. PDB pariwisata Indonesia termasuk yang terbesar di
ASEAN, hal ini menjadi prestasi yang patut dibanggakan.

BAB XII
PRAKTIK RISWAH DAN KORUPSI DALAM BISNIS

Hukum risywah maupun korupsi telah disepakati oleh para ulama bahwa hukumnya
haram. Akan tetapi, para ulama menganggap halal sebuah suap yang dilakukan dalam
rangka menuntut atau memperjuangkan hak yang mesti diterima oleh pihak pemberi suap
atau dalam rangka menolak kezaliman, kemudaratan, dan ketidakadilan yang dirasakan
oleh pemberi suap. Termasuk dalam masalah bisnis, tindakan risywah ataupun korupsi
sangat dilarang berdasrkan dalil al-Qur’an maupun hadits Nabi shallahu’alaihi wa sallam.
Risywah dalam bisnis dapat merugikan banyak pihak. Bentuk seperti ini suap tetap tidak
baik dilakukan, apalagi dalam suasana bangsa Indonesia yang sedang berusaha keras
memberantas praktik korupsi, kolusi dan nepotisme yang pengaruhnya sangat merusak
seluruh tatanan kehidupan bangsa. Mirip dengan suap, sogok, atau gratifikasi sebagai
terjemahan dari risywah ini adalah hadiah. Menurut tinjauan Ilmu Fikih, legalitas usaha
hukumnya hanya dianjurkan. Artinya, tidak berdosa bila menjalankan kegiatan usaha
tanpa dilengkapi legalitas.Terkait hukum memberi suap, bila motivasi melakukan hal
tersebut demi menyelamatkan haknya atau menghindari perilaku semena-mena, maka
tidak haram.

BAB XIII
ETIKA DISTRIBUSI ISLAM DALAM PENGELOLAAN
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

Pelaksanaan pengelolaan Corporate Social Responbility (CSR) pada BMT Tumang


dilakukan melalui 3 tahapan yaitu tahapan perencanaan pelaksanaan dan epaluasi.
Dampak imlementasi dari penyaluran dana yang dilakukan pada kegiatan Corporate
Social Responbility (CSR) mampu meningkatkan jumlah dana pihak ketiga (DPK) pada
BMT Tumang dari data statistik. Hal ini juga dapat menjadi indikator adanya peningkatan
kepercayaan masyarakat pada lembaga BMT Tumang, sehingga dengan kata lain dampak
dari kegiatan CSR yang dilakukan BMT Tumang memberikan feed back yang positif bagi
keberlangsungan usaha yang dilakukan BMT Tumang sebagai lembaga keuangan syariah
mikro.

Anda mungkin juga menyukai