Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

KEWIRAUSAHAAN
“Kewirausahaan Dalam Islam”

Disusun oleh:
KELOMPOK 2
ABDUL HAFID : 105311104216
SYERI AYUKUSUMA. W : 105311105516
ANDI FEBRIYANTI. R : 105311103816
SRIWAHYUNI : 105311103516
WILDA : 105311105316

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2019
A. Konsep dan Landasan Kewirausahaan dalam Islam
1. Pengertian dan Karekteristik Kewirausahaan Menurut Islam
Kewirausahaan menurut beberapa ahli mempunyai pengertian sebagaimana
penjelasan berikut ini:
a) Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang
dijadikan sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat proses dan
hasil bisnis (Ahmad Sanusi, 1994).
b) Kewirausahaan adalah suatu nilai yang dibutuhkan untuk memulai
sebuah usaha dan mengembangkan usaha (Soeharto Prawiro, 1997).
c) Kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang
baru (kreatif) dan berbeda (inovatif) yang bermanfaat dalam memberikan
nilai lebih.
d) Kewirausahaan adalah kemempuan untuk menciptakan sesuatu yang baru
dan berbeda (Drucker, 1959).
e) Kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreativitas dan
keinovasian dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang
untuk memperbaiki kehidupan usaha (Zimmer, 1996).
f) Kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan jalan
mengombinasikan sumber-sumber melalui cara-cara baru dan berbeda.1
Berdasarkan pengertian dan definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
kewirausahaan merupakan suatu usaha untuk menciptakan dan mengembangkan
usaha baru dengan mengelola sumber daya yang ada, dengan menggunakan cara-
cara yang kreatif dan inovatif untuk menciptakan suatu hasil yang memiliki nilai
manfaat untuk membangun atau memperbaiki perekonomian masyarakat.
Penjelasan berwirausaha ini dimaknai sebagai kegiatan atau melakukan
aktifitas kerja keras, yang dalam konsep Islam kerja keras haruslah dilandasi
dengan iman. Bekerja dengan berlandaskan iman mengandung makna bahwa
bekerja untuk mencukupi kebutuhan hidup dengan senantiasa mengingat dan
mengharap ridha Allah SWT maka akan dinilai sebagai ibadah. Banyak sekali
tuntutan dalam al-Qur‘an dan hadits yang mendorong seorang muslim untuk
bekerja.
Rasulullah SAW sangat menghargai orang yang giat bekerja dan
mempunyai etos kerja yang tinggi. Dalam sebuah hadits dijelaskan bahwa
Rasulullah SAW dikabarkan mencium tangan sahabat Saad bin Muadz tatkala
melihat tangan Saad sangat kasar akibat bekerja keras, seraya berkata, ―Kaffani
yuhubbuhumallau ta‟ala‖‗inilah dua tangan yang dicintai Allah ta‘ala‘.
Bila orang yang giat bekerja dipuji, sebaliknya Islam juga sangat mencela
orang malas. Suatu ketika sahabat Umar bin Khattab datang ke masjid diluar waktu
shalat lima waktu. Dilihatnya ada dua orang yang terus menerus berdo‘a di masjid.
Umar menghampiri mereka seraya bertanya ―sedang apa kalian, sedangkan orang-
orang disana kini tengah sibuk bekerja?‖, mereka menjawab, ―Yaa Amirul
Mu‘miniin, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang bertawakkal kepada
Allah.‖ Mendengar perkataan itu marahlah Umar ―kalian adalah orang-orang yang
malas bekerja sedangkan langit tidak akan menurunkan hujan emas dan perak.
Konsep Islam memaknai kegiatan yang berkaitan dengan kewirausahaan
harus memiliki beberapa point penting, yaitu :
1) Mencapai target hasil : profit materi dan benefit non-materi
Seorang pengusaha Islam membentuk suatu usaha baru dengan tujuan
tidak hanya mencari profit (qimah madhiyah atau nilai materi) setinggi
tingginya, tetapi harus juga memperoleh dan memberikan benefit (manfaat)
non-materi kepada internal usahanya dan eksternal (lingkungan masyarakat),
seperti terciptanya suasana persaudaraan, kepedulian sosial, dan sebagainya.
Benefit yang dimaksud tidaklah semata memberikan manfaat kebendaan,
juga dapat bersigat non-materi. Islam memandang bahwa suatu amal perbuatan
tidak hanya berorientasi pada qimah madiyah. Masih ada tiga orientasi lainnya,
yakni qimah insaniyah, qimah khuluqiyah dan qimah ruhiyah.
a) Qimah insaniyah, berarti pengelola usaha (wirausahawan) juga dapat
memberikan manfaat yang bersifat kemanusiaan melalui membuka
kesempatan kerja sehingga mengurangi jumlah pengangguran, bantuan
sosial (zakat, infaq dan sedekah) sehingga dapat meratakan pendapatan
masyarakat khususnya menegah kebawah, dan bantuan lainnya.
b) Qimah khuluqiyah mengandung pengertian bahwa nilai-nilai akhlaqul
karimah (khlak mulia) menjadi suatu kemestian yang harus muncul dalam
setiap aktivitas pengelolaan usaha, misalnya dapat mengelola produk-
produk dengan bahan baku dan cara perolehan yang halal dan thayib,
bersaing dengan perusahaan atau usaha lain dengan cara yang sehat dan
dapat menjalin hubungan ukhuwah baik dengan karyawan maupun dengan
mitra bisnis yang lain.
c) Qimah ruhiyah berarti perbuatan tersebut atau usaha yang dilakukannya
dimaksudkan untuk mencari keberkahan dan keridhaan Allah SWT.2
2) Menegakkan Keadilan dan Kejujuran
Keadilan dan kejujuran merupakan hal yang sangat dijunjung dalam
Islam sebagai pengusaha dalam melayani membelinya. Muhammad SAW telah
memberikan contoh berdagang dengan cara mengutamakan kejujuran keadilan,
artinya tidaklah ada bagian dari barang yang dijualnya baik komposisi, kualitas
dan harganya yang Ia sembunyikan, dengan sikap kejujuran beliau para
pelanggannyapun merasa senang dan puas. Sikap jujur dan adil pada hakikatnya
akan melahirkan kepercayaan (trust) dari pihak pelanggan. Rasulullah SAW
bersabda : “Pedagang yang jujur lagi terpercaya adalah bersama-sama nabi,
orang-orang shiddiqiin, dan para syuhada.” (H.R. Tirmidzi dan Ibnu Majjah).

3) Ihsan dan Jihad dalam Bekerja


Islam tidak semata-mata memerintah kerja dan berusaha, tetapi juga
memerintahkan bekerja dengan profesional dan bersungguh-sungguh.
Hendaknya seorang muslim bekerja dengan ketekunan, kesungguhan, konsisten,
dan kontinue.
Ihsan dalam bekerja bukan perkara sunat, bukan keutamaan, bukan pula
urusan spele dalam pandangan Islam, tetapi suatu kewajiban agama bagi setiap
muslim. Dalam sebuah hadits sahih dikemukakan :
‫ و ليحد احدكم‬,‫ فاذا قتلتم فاحسنوا القتلة و اذا ذبحتم فاحسنوا الذبحة‬,‫إِ َّن هللاَ كتب اإلحسان على كل شيء‬
.‫سفرته و ليرح ذبيحته‬
“SesungguhnyaAllah mewajibkan ihsan (baik) dalam segala hal. Jika kalian
membunuh (hewan), maka bunuhlah dengan baik, jika menyembelih,
sembelihlah dengan cara yang baik. Hendaknya seseorang diantara kamu
menajamkan pisaunya dan menistirahatkan sembelihannya”.
Barangsiapa yang menyianyiakan ihsan di dalam bekerja, maka sungguh
ia telah menyia-nyiakan kewajiban agama, kewajiban bagi hamba-Nya yang
mu‘min. Rasulullah bersabda :
‫إن هللا يحب اذا عمل احدكم عمال ان يتقنه‬
“Sesungguhnya Allah mencintai jika seseorang melakukan seuatu pekerjaan
hendaknya dilakukannya secara itqan (profesional).”3
4) Prinsip Kehati-hatian
a) Hati-hati dalam Bersumpah. Rasulullah SAW berpesan : “Jauhilah oleh
kalian semua sumpah-sumpah dalam berdagang, karena ia akan membuat
laris dagangan, tetapi akan menghilangkan keberkahan laba.”
b) Hati-hati dalam Berpromosi. Rasulullah SAW berpesan : “Meyakinkan
pembeli dengan berbohong adalah haram” (H.R. Ath- Thabrani).
2. Landasan Kewirausahaan dalam Islam
Wirausaha adalah seorang pribadi unggul yang dicapai melalui
berbagai ujian. Artinya untuk menjadi seorang wirausaha yang tangguh
diperlukan keuletan, ketekunan, ketabahan, serta semangat yang tinggi.
Semangat wirausaha telah ditunjukkan oleh ajaran Islam sejak empatbelas
abad yang lalu, baik itu yang tertulis dalam kitab suci Al-qur‖an, maupun di
dalam hadist Nabi Muhamad saw. Beberapa keterangan seperti : tersebut
antara lain :
a. Dan carilah dari apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan
kebahagiaanmu dari (kenikmatan) duniawi (QS. al-Qashash :77)
b. Karena sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila
kamu telah selesai (dari suatu urusan) kerjakanlah dengan sungguh-
sungguh (urusan) yang lain (QS. Al-Nasyrah ayat 5-7)
c. Dialah yang menjadikan malam bagi kamu supaya kamu beristirahat, dan
menjadikan siang terang-benderang supaya kamu mencari karunia Allah
(Qur‘an Surat Yunus ayat 67)
d. Dialah yang menjadikan malam bagi kamu sebagai pakaian dan tidur
untuk beristirahat, dan Dia menjadikan siang untuk berusaha (Quran Surat
Al-Furqon ayat 47)
e. Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum, kecuali kaum itu merubahnya
sendiri (Quran Surat Ar-Rad ayat 11).
f. Carilah duniamu seolah-olah kamu mau hidup selamanya dan carilah
akhiratmu seolah-olah kamu mau mati besok (Hadist Nabi saw)
Keterangan-keterangan di atas menunjukkan bahwa setiap manusia
diwajibkan untuk senantiasa berusaha dan bekerja dengan penuh semangat,
ulet, tekun, dan penuh keyakinan bahwa kalau ada kemauan pasti ada jalan.
Tanpa berusaha maka seseorang tidak mungkin dapat memperoleh/mencapai
apa yang diinginkannya, sebab hasil yang maksimal hanya bisa dicapai
dengan kerja keras.
Disamping itu dalam mencapai sesuatu yang diinginkan tersebut perlu
dilakukan dengan memanfaatkan waktu seefisien mungkin tanpa menunda-
nunda pekerjaan, artinya apa yang kita bisa dilakukan saat ini lalkukanlah
sekarang juga jangan menunggu sampai hari esok.. Keterangan-keterangan di
atas juga menunjukkan kepada kita bahwa dalam mencapai sesuatu harus
dilakukan sepenuh hati dan dengan keseimbangan antara lahir dan bathin.
Banyak orang berpandangan bahwa kewirausahaan itu hanya dapat
dilakukan oleh orang-orang yang berbakat saja, bakat kewirausahaan itu juga
diperoleh dari keturunan. Pernyataan ini mengandung kebenaran, akan tetapi
terdapat bukti-bukti bahwa kewirausahaan itu tidak cukup karena unsur bakat
saja, akan tetapi juga dibentuk melalui lingkungan, pendidikan, latihan, dan
pengalaman. Oleh karena itu setiap orang mempunyai peluang menjadi
seorang wirausaha dengan melakukan upaya-upaya tersebut di atas.

B. Fungsi dan Peran Wirausaha dalam Islam


1. Fungsi Wirausaha untuk Diri Sendiri
Seorang muslim secara syar'i sangat dituntut untuk bekerja dan
berusaha karena memiliki banyak alasan dan sebab. Ia wajib bekerja untuk
memenuhi kebutuhan dirinya sendiri. Begitupula dengan adanya wirausaha,
seseorang yang bertekad untuk mengelola sebuah usaha maka pada
hakikatnya ia telah memenuhi kewajibannya kepada syari'ah, karena pun
syari'ah dalam memerintahkan bekerja memeiliki tujuan kemaslahatan yaitu
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Seorang muslim harus memiliki kekuatan, merasa cukup dengan yang
halal, menjaga dirinya dari kehinaan meminta-minta, menjaga air mukanya
agar tetap jernih, dan membersihkan tangannya agar tidak menjadi tangan
yang dibawah (meminta-minta). Karenanya Islam mengharamkan meminta-
minta jika bukan karena kebutuhan pembebasan yang terpaksa. Dalam sebuah
hadits dikemukakan:
ْ َ‫إِ َّن ال َم ْسأَلَةَ لَََ ت‬
َ ‫ َو ذِى غ ََر ٍم ُم ْف‬,ٍ‫ ِلذِى فَ ْق ٍر ُمدَقَّع‬:ٍ‫صلُ ُح إِ َّلََ ِلث َ َالثَة‬
.ٍ‫ َو ذِى دَ ٍم ُم ْو َجع‬,ٍ‫ظع‬
"Sesungguhnya meminta-minta tidak boleh, kecuali bagi tiga kelompok :
orang faqir yang betul-betul faqir, orang yang berutang yang tidak bisa
membayar, dan orang tidak mampu yang harus membayar diyat." [H.R. Abu
Daud dari Annas dalam kitab zakat (1641). Dalam sanadnya terdapat Akhdar
bin ‗Ajlan. Abu Hatim ar-Raazi berkata haditsnya ditulis sebagaimana
dilakukan oleh al-Mundziri]
َ ‫س ْل‬
.ُ‫ أَ ْو فِي أ َ ْم ٍر لَََ بُدَّ ِم ْنه‬,ً‫طانا‬ َّ ‫س أ َ َل‬
ُ ‫الر ُج ُل‬ ْ َ‫ ِإ َّلََ أ َ ْن ي‬,ُ‫الر ُج ُل َوجْ َهه‬
َّ َ ‫ِإ َّن ال َم ْسأَلَةَ َكدٌّ يَ ُكدُّ بِها‬
"Sesungguhnya meminta-minta adalah kotoran yang melumuri wajah
seseorang kecualo meminta kepada pemerintah atau meminta sesuatu yang
harus dilakukannya". [H.R. Turmudzi dari Samrah bin Jundab, ia berkata :
hadits hasan sahih (676), Abu Daud (1636), Nasai, 5/100 dan Ibnu Hibban
(842).]
Tidak dizinkan meminta kecuali kepada pemerintah yang bertanggung
jawab atas urusan masyarakat, atau terhadap kebutuhan primer yang harus
dipenuhinya.
2. Fungsi Wirausaha untuk Keluarga
Seorang muslim hendaknya bekerja untuk keluarganya. Ini mencakup
laki-laki dan perempuan, masing-masing pada peran dan fungsi masing-
masing yang bisa di lakukannya. Sebagaimana dikemukakan di dalam sebuah
hadits :
ٌ‫ْئولَة‬ َ ‫ َو ال َم ْرأَة ُ َرا ِعيَةٌ فِى بَيت زَ ْو ِج َها َو ه‬,‫الر ُج ُل َراعٍ فِى أ َ ْه ِل بَ ْيتِ ِه َوه َُو َمسْلئُو ٌل َع ْن َر ِعيَتِ ِه‬
ُ ‫ِي َمس‬ َّ َ‫ف‬
.‫س ِي ِد ِه َوه َُو َمسئُو ٌل َعن َر ِعيَّتِ ِه‬
َ ‫ َو ال َعبد ُ َراعٍ فِى َما ِل‬,‫َعن َر ِعيَّتِ َها‬
"Laki-laki(suami) adalah pemimpin pada keluarganya, ia akan ditanyai
tentang kepamimpinannya. Wanita (istri) adalah pemimpin drumah suaminya
dan ia akan ditanyai tentang kepemimpinannya. Seorang hamba adalah
pemimpin pada harta tuannya, dan ia akan ditanya tentang
kepemimpinannya." [Hadits disepakati Bukhari dan Muslim dari Ibnu Umar.
Bukhari: 2/317, Muslim (1829)]
3. Fungsi Wirausaha untuk Masyarakat
Berwirausaha juga memiliki fungsi yang penting bagi masyarakat
dilingkungannya. Sesungguhnya masyarakat memiliki sumbangsih bagi
seorang wirausaha, baik sebagai tenaga kerja, penyedia tempat, maupun
sebagai konsumen bagi produk yang dihasilkannya. Untuk itu seorang
wirausaha harus memberikan seseuatu yang baik dan berdampak positif
terhadap masyarakat tersebut. Memberikan sesuatu yang baik kepada para
pekerja, upah yang layak, hubungan tali silaturahmi yang baik, pemeliharaan
terhadap lingkungan sekitar tempat usaha dan memberikan pelayanan yang
baik terhadap konsumen dengan barang-barang yang halal dan thayib.
Sehingga dengan terpenuhinya semua itu usaha yang dijalani selain memiliki
dampak yang positif di dunia, juga mempunyai dampak positif di akhirat.
Sebagaimana firman Allah SWT QS. al-Maidah ayat 2:

“...Dan tolong-menolonglahtolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)


kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah
Amat berat siksa-Nya.”. (QS. al-Maidah: 2)
Selanjutnya juga dijelaskan dalam QS. at-Taubah ayat 71 :
71. Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian
mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka
menyuruh (mengerjakan) yang ma´ruf, mencegah dari yang munkar,
mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-
Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana
4. Fungsi Wirausaha untuk Memakmurkan Bumi
Berwirausaha dalam Islam dituntut untuk memiliki tujuan
memakmurkan bumi Allah. Bahkan memakmurkan bumi merupakan salah
satu tujuan utama syari‘ah Islam yang ditegakkan dalam Al-Qur‘an, dan
diserukan oleh para ulama. Diantara ulama tersebut adalah Imam Raghib al-
Asfahani yang menerangkan bahwa Allah menciptakan manusia karena tiga
alasan : Pertama: untuk memakmurkan bumi Allah, sebagaimana
dikemukakan dalam firman-Nya : Q.S. Huud ayat 61 yaitu: Dan kepada
Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh. Shaleh berkata: "Hai kaumku,
sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah
menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya,
karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya,
Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa
hamba-Nya)"
Kedua: Untuk beribadah kepada-Nya, sebagaimana disebutkan dalam
firman-Nya : Q.S. Adz-Dzariyat ayat 5
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku”
Ketiga: Untuk menjadi Khalifah-Nya di muka bumi, sebagaimana
firman-Nya dalam QS. al-Baqarah ayat 30, yaitu: “Ingatlah ketika Tuhanmu
berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan
seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan
padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih
dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman:
"Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
Tidak dapati disangsikan lagi, bahwa ketiga hak tersebut saling
berkaitan. Memakmurkan bumi jika dilakukan dengan niat yang benar, maka
akan menjadi nilai ibadah dan ketundukan kepada Allah SWT, yang pada saat
bersamaan merupakan pelaksanaan terhadap kewajiban sebagai khalifah dari
Allah yang mengamanahkan kekhalifahan. Allah menghendaki pemakmuran
bumi bukan penghancurannya, menghendaki keberesannya, bukan
kerusakannya, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai kerusakan dan
orang-orang yang berbuat kerusakan.4
5. Peran Seorang Wirausaha
Dalam skala makro, kehadiran para wirausahawan diharapkan dapat
meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang pada gilirannya dapat menyerap
tenaga kerja baru. Daya serap pertumbuhan ekonomi Indonesia diharapkan
meningkat dua kali lipat agar jumlah lapangan kerja baru yang tersedia
bertambah dan angkatan kerja baru mendapatkan pekerjaan. Ini diperlukan
karena pertumbuhan ekonomi yang ada sekarang belum mampu menyediakan
lapangan kerja baru bagi para pengangguran.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan angka pengangguran
hingga tahun 2013 sebesar 7,39 juta orang dari total angkatan bekerja 118,19
juta orang. Sedangkan orang yang bekerja mencapai 110,80 juta orang.
Kepala BPS Suryamin menjelaskan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di
Indonesia pada Agustus 2013 mencapai 6,25 persen. Angka tersebut
mengalami peningkatan dibanding TPT Februari 2013 sebesar 5,92 persen
dan dibandingkan TPT Agustus 2012 meningkat 6,14 persen.5
Kemampuan ekonomi dalam menciptakan lapangan pekerjaan baru
dan menyerap angkatan kerja yang mencari pekerjaan masih sangat minim.
Dari setiap satu persen pertumbuhan ekonomi, hanya 180.000 tenaga kerja
yang terserap. Sementara jumlah lapangan kerja baru yang tercipta setiap
tahunnya dalam lima tahun terakhir ini hanya mencapai 2,5 juta hingga 2,6
juta orang.6 Hal ini menjadi sangat prihatin dikarenakan kualitas SDM dalam
negeri yang kurang bersaing dengan para pekerja asing yang ada di Indonesia
dan bahkan menguasai sektor-sektor yang memiliki nilai ekonomi dan
keuntungan yang tinggi. Dari data yang diperoleh di website pusditnaker,
bahwa penggunaan tenaga kerja asing di Indonesia masih tinggi, terutama di
DKI Jakarta jumlah penggunaan tenaga kerja asing adalah sebasar 74.762
tertinggi dibanding daerah lainnya di Indonesia pada tahun 2011. Tenaga
kerja asing di Indonesia terbanyak adalah berasal dari negeri China, yaitu
berjumlah 24.365 orang. Sedangkan sektor yang paling banyak dikuasai asing
adalah sektor industri pengolahan yaitu sebesar 32.546 orang.7Hal tersebut
menandakan bahwa SDM Indonesia belum mampu mengolah kekayaan
alamnya, padahal kekayaan alam Indonesia sangat melimpah ruah juga diolah
dengan baik melalui tangan-tangan penduduk Indonesia sendiri akan menjadi
lebih bernilai dan memiliki nilai jual yang lebih tinggi ketimbang hanya
menjual bahan mentah dari sumber alam.
Oleh karena itu, salah satu solusi dari permasalaha ini adalah dengan
menumbuhkan wirausahawan-wirausahawan dari penduduk Indonesia yang
tidak hanya mempunyai modal tetapi juga mampu untuk berinovasi, sehingga
dapat mengolah bahan baku sehingga menciptakan produk baru yang dapat
bersaing dengan produk-produk asing. Penumbuhan wirausahawan yang
inovatif bermula dari pendidikan yang diajarkan dalam lembaga pendidikan.
Lembaga pendidikan di Indonesia harus mampu memberikan pemahaman
mengenai kewirausahaan tidak hanya berupa teori melainkan lebih banyak
untuk berkarya dan mencipta, sehingga dari sanalah tangan-tangan muda akan
terlatih untuk selalu berkarya dan mencipta untuk kemajuan bangsanya.

C. Anjuran Berwirausaha dalam Islam


Dalam Islam ada beberapa usaha yang dianjurkan untuk berwirausaha,
yang beberapa dari wirausaha ini ada dalam lingkungan hidup kita sekarang,
seperti dalam bidang:
1. Pertanian
HR. Bukhori: Tiada seorang muslim yang menabur benih atau menanam
tanaman,lalu seekor burung seorang manusia atau seekor hewan ikut
makan dari sebagian dari hasil tanamannya, melainkan akan dinilai
sebagai sedekah baginya.
2. Perkebunan
Sektor agrobisnis yang kedua adalah perkebunan, ada tiga kategori dalam
sektor perkebunan ini yaitu perkebunan buah, bunga atau tanaman hias,
obat-obatan, bahkan perkebunan murbei untuk ulat sutra bisa dilakukan.
Buah-buahan merupakan salah satu unsur makanan yang selalu dibutuhkan
orang, dikonsumsi untuk memenuhi standar gizi. Hampir setiap orang baik
masyarakat kecil maupun kalangan elit, selalu memerlukan buah untuk
pelengkap makanan pokok.
3. Peternakan
Usaha dibidang peternakan penuh dengan dinamika dan penuh dengan
tantangan sehingga perlu penanganan khusus, karena yang dihadapi adalah
makhluk hidup yang bergerak dan tentu mempunyai kekhasan masing-
masing.
Dalam Al Qur'an banyak ditemukan ayat-ayat yang mengisyarakatkan umat
Islam untuk beternak yaitu dalam QS. Thaha: 54: “Makanlah dan
gembalakanlah binatang-binatangmu. Sesungguhnya pada yang demikian
itu, terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang berakal”.
(QS. at-Thaha:54)
4. Perikanan
Kebutuhan protein dalam tubuh manusia salah satunya dapat terpenuhi
dengan mengkonsumsi ikan. Kandungan protein yang cukup tinggi
menjadikan ikan sebagai pilihan utama menu makanan sehari-hari bagi
masyarakat.
Dalam ayat Al Qur'an mengisyaratkan agar umat Islam menggali dan
memanfaatkan lautan, untuk memperoleh rizki darinya, sebagaimana firman
Allah dalam QS. an-Nahl: 14, yaitu “Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan
lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang
segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu
pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu
mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur.
(QS.an-Nahl:14)

D. Prinsip Islam tentang Praktek Bisnis (Muamalah)


1. Tidak berbisnis pada barang atau jasa yang dilarang syari’at
Entrepreneur dianjurkan hanya berbisnis dengan barang yang dihalakan
oleh Allah SWT dan bisnis yang membawa manfaat bagi manusia dan dapat
memperbaiki keadaan mereka. Juga dianjurkan menjauhi segala hal yang bisa
mendatangkan kerusakan pada manusia, agama dan kehidupan mereka, tidak
diperbolehkan berbisnis pada barang yang diharamkan Allah SWT, seperti
khamr, narkoba, karena bisa mendatangkan bahaya berupa rusaknya akal,
hilangnya harta, sia-sianya kekayaan, dan menimbulkan permusuhan. Berikut
ini adalah penegasan tentang bisnis haram dari beberapa perawi hadits, yaitu:
1. HR. Muslim. Shahih Muslim, juz 3, hal 1207 : ―Sesungguhnya Allah SWT
dan Rasul-Nya telah mengharamkan menjual khamr, bangkai binatang,
babi, dan berhala. Kemudian Rasul ditanya “wahai Rasulullah, bagaimana
dengan lemak binatang yang telah meninggal? Karena ia bisa
dimanfaatkan untuk mengecet kapal, meminyaki kulit, dan manusia banyak
menggunakannya ?” Rasulullah kemudian menjawab, “Tidak boleh. Itu
haram.” Kemudian Rasulullah SAW bersabda, “Allah akan melaknat kaum
Yahudi. Ketika Allah mengharamkan untuk mereka lemak binatang, mereka
mempermaknya, kemudian menjualnya dan akhirnya mereka makan dari
harga barangnya.
2. Bukhari. Shahih Bukhari, juz 2, hal 779: Dari Abu Mas‘ud al-Anshari. ra.
―Rasulullah SAW. melarang memakan uang hasil penjualan anjing, mahar
pelacur, dan suguhan dukun.
3. Bukhari. Shahih Bukhari, juz 2, hal 775: ―Rasulullah SAW melarang
memakan uang hasil penjualan anjing, uang hasil penjualan darah. Beliau
juga melarang orang yang mentato dan yang meminta tato, pemakan riba
dan yang melayaninya dan melarang orang yang menggambar.
2. Tidak berbisnis dengan cara bathil
a. Riba
Riba menurut istilah para ahli fikih adalah bertambahnya salah satu
alat tukar yang sejenis dan tambahan ini tanpa ada barang penggantinya.
Riba ini terbagi menjadi dua:
1) Riba an-Nasiah. Riba jenis ini adalah penambahan yang telah disyaratkan
yang akan di ambil oleh pemberi hutang kepada pihak yang berhutang,
dengan tangguhan pembayaran hutang. Riba ini di haramkan oleh Al-
Quar‘an dan As-Sunnah serta jima‘ ulama. Riba ini juga di sebut dengan
Riba al-‗Abbas Ibnu Abdil Muthalib yang telah diharamkan oleh
Rasullullah ketika beliau menunaikan haji Wada‘. Riba semacam ini juga
dioperasikan oleh bank-bank konvensional pada zaman modern sekarang
ini. Imam Al-jash-shash mengatakan, ―Riba yang pernah berlaku di
kalangan masyarakat Arab adalah berupa pinjaman beberapa dirham atau
dinar dengan tegang waktu tertentu dengan tambahan beberapa persen dari
uang yang dia pinjamkan, atas kerelaan mereka masing-masing.
2) Riba al-fadl (dalam jual beli). Yaitu jual beli uang dengan uang atau
makanan dengan makanan dengan suatu tambahan. Cara ini telah di
haramkan oleh Al-Qur‘an dan As-Sunnah. Karena tindakan ini di gunakan
sebagai ‗pintu awal‘ (dzari‟ah) menuju Riba an-Nasiah yaitu adanyan
selisih ketika di perjualbelikan. Contohnya adalah seseorang menjual satu
dirham dengan harga dua dirham secara kontan. Atau seseorang menjual
satu kilo gandum ditukar dengan dua kilo gandum.
b. Penipuan
Penipuan (al-gharar) biasanya terjadi pada proses jual beli yang di
dalamnya mengandung unsur ketidakjelasan, penipuan, atau perjudian.
Penyerahan barangpun tidak bisa dipercaya dan kerap kali berakibat
penipuan.
Bentuk transaksi semacam ini jelas mengandung keragu-raguan
tentang barang yang di jual, keadaan barang, dan kemampuan dalam
menyerahkan barang yang di sepakati.
Adapun penipuan berat (al-gharar al-fahisy) adalah bentuk penipuan
yang jelas di larang oleh syari‘at. Dan cabang permasalahan yang termasuk
di dalamnya adalah sebagai berikut:
1) Bai‟ul hashatu: yaitu dua orang melakukan transaksi jual beli dengan
tidak di ketahui secara pasti barangnya. Kemudian mereka melempar
kerikil, bila kerikil itu mengenai suatu barang, maka barang itulah yang
akan di jual. Atau bentuk lainnya, seperti dua orang mengadakan jual beli
suatu tanah, luas tanah yang di jual diukur dengan lemparan batu yang
terjauh.
2) Bai‟ul mulamasah: dua orang yang melakukan jual beli pakaian dengan
cara meraba pakaian yang nampak dari luar, tanpa membukanya atau
mengetahui keadaannya secara keseluruhan.
3) Bai‟ul Munabadzah: yaitu jual beli dengan cara mengatakan,
Lemparkanlah barang yang ada padamu, maka akan aku lemparkan
barang yang aku miliki kepadamu,
4) Bai‟ul Muzabanah: yaitu membeli kurma yang masih ada di pohonnya,
ditukar dengan kurma satu kilo. Dan jika berupa anggur basah maka di
tukar dengan anggur kering. Jika barangnya bahan makanan yang di
tanam, maka di tukar dengan makanan siap saji sebanyak satu kilo.
5) Bai‟ul Muhaqalah: yaitu jual beli gandum yang masih ada di tangkainya
dengan ukuran gandum yang umumnya dikenal.
6) Bai‟-ul Nitaj: yaitu dengan cara menjual apa yang dihasilkan oleh hewan
piaraannya sebelum masa panen tiba. Yang termasuk jual beli ini adalah
jual beli apa yang ada dalam perut induk hewan, berupa air susu.
7) Bai‟-ul Hubla Habalah: yaitu jual beli daging unta dengan penentuan
nilai nominal yang tertunda, menunggu hingga anak unta terlahir.
8) Bai‟-ul Madhamin: yaitu jual beli barang yang msih berada di tubuh
hewan jantan.
9) Bai‟-ul Malaqih: yaitu jual beli janin yang masih ada dalam perut sang
induk.
10) Bai‟-ul Mukhadharah: yaitu jual beli buah yang masih berwarna hijau,
sebelum jelas betul kelayakannya untuk dipanen dan dijual.
11) Bai‟-ul Muawamah: yaitu jual beli suatu pohon dengan jangka waktu
hitungan tahun yang panjang.
12) Bai‟-ul Dharbatil Ghawwash: yaitu jual beli barang-barang yang
kesannya barang-barang tersebut memang sulit untuk ditemukan oleh
para penyelam berupa benda-benda berharga di laut.
13) Bai‟-ul Lulu fil Mihar: yaitu seseorang yang membeli satu kantong
penuh cangkang kerang, dengan harapan akan mendapatkan mutiara di
antara kerang tersebut.
14) Jual beli ikan yang masih ada di air, atau burung yang ada diudara, atau
wol yang masih menempel dibadan domba, atau jual beli janin yang
masih ada di perut induknya atau susu yang masih ada di puting
induknya, atau mentega yang masih jadi susu.
15) Akad Asuransi Perdagangan: yaitu akad yang menjadikan pinjaman
asuransi harus membayar uang dalam jumlah tertentu kepada peserta
asuransi. Akad semacam ini diharamkan karena mengandung banyak
penipuan. Karena pada hakikatnya nasabah tidak mengetahui apakah dia
akan mengalami musibah atau tidak-yang memungkinkannya untuk
mendapatkan yana yang lebih besar daripada yang dia berikan kepada
perusahaan.
16) Transaksi terhadap sesuatu yang tidak dimiliki. Islam telah melarang
manusia untuk melakukan jual beli terhadap sesuatu yang tidak dimiliki.
Hakim Ibnu Hizam berkata.‖Aku bertanya,‖Wahai Rasulullah, ada
seseorang yang datang kepadaku memintaku agar melakukan jual beli
sesuatu yang tidak aku miliki. Kemudian dia menjual sesuatu dari pasar.‖
Maka Rasulullah bersabda,‖janganlah kalian menjual apa yang tidak
kalian miliki.‖
c. Melakukan Penimbunan
Islam telah melarang penimbunan harta. Sebab, tindakan ini sama
saja dengan tindakan menonaktifkan fungsi harta, padahal sifat awal dari
harta adalah berputar, agar bisa di manfaatkan dan bisa di gunakan untuk
menunaikan hak-hak, sebagaiman firman Allah SWT dalam QS.At-
Taubah:34-35. Nash yang lain menunjukkan, bahwa : Umar bin khathab
mengatakan, “Putarlah harta anak yatim untuk perdagangan, sehingga
habis di makan zakat.‖ Atas dasar itu, Islam menganjurkan perputaran harta
dan usaha untuk menginvestasikannya, sehingga zakat bisa dikeluarkan dari
keuntungan, bukan dari modal.
d. Boros, Berlebihan, dan Bermegah-megahan
Islam melarang penimbunan harta, di waktu yang sama
sesungguhnya Islam juga telah melarang bentuk yang lebih ekstrim yang
berlawanan dengannya, yaitu sikap mubazir dan boros dalam
membelanjakan harta. Yang di maksud dengan pemborosan adalah
melampaui batas kewajaran dan kebiasaan dalam berbelanja. Semantar itu,
pemubaziran berarti membelanjakan harta pada sesuatu yang tidak
mendatangkan manfaat. Kedua hal ini di larang oleh Islam, karena
didalamnya mengandung ancaman terhadap sumber-sumber ekonomi
masyarakat dan individu yang seharusnya dijaga bersama dan di manfaatkan
dengan cara seefisien mungkin, sebagaimana yang Allah SWT firmankan
dalam QS. al-A‘raf: 31 dan QS. al-Isra‘: 26-27 dan 29.
e. Persaingan Tidak Sehat
Islam memberikan kebebasan pasar secara mutlak, selama tidak
bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar syari‘at dalam mengembangkan
usaha dan meraih untung. Kebenaran transaksi digantungkan pada prinsip
saling merelakan antara dua orang. Oleh karena itu, Islam melarang segala
hal yang mendatangkan bahaya yang menghambat laju pergerakan interaksi
di pasar. Apalagi jika bahaya tersebut mengancam para pemilik barang dan
produsen. Ini digambarkan dalam firman Allah SWT dalam surah QS. Al-
Baqarah: 188.
Maka dari itu, Islam melarang beberapa bentuk transaksi yang
memungkinkan para pelakunya untuk mendapatkan ‗order fiktif‘ atau
‗penawaran barang secara fiktif‘ yang bisa menggoncangkan stabilitas
pasar. Bentuk-bentuk transaksi yang di larang sebagai berikut:
Monopoli.
Yang di maksud dengan monopoli adalah membeli barang kemudian
menahannya untuk di putar di tengah-tengah manusia, menunggu sampai harga
barang tersebut membumbung tinggi, kemudian pada saat itu menjualnya. Dari
Ma‘mar Ibnu Abdillah bahwa Rasulullah bersabda, ―Barang siapa yang
melakukan monopoli, maka dia telah melakukan kesalahan.
Diriwayatkan dari Umar bin Khathab bahwa rasulullah bersabda,
―orang yang melakukan jual beli akan diberi rezeki, sedangkan orang yang
melakukan monopoli akan dilaknat.
Dan dari Ma‘qal Ibnu Yasar diriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda.
―Barang siapa yang ikut campur dalam menentukan harga pasar umat islam
dengan tujuan untuk membuat tinggi harga tersebut, maka menjadi wajib bagi
Allah untuk memberinya tempat duduk dari tulang di neraka pada hari kiamat.
Pemalsuan dan Penipuan.
Islam telah melarang tindakan pemalsuan, kamuflase (tadlis), da
penipuan, karena di dalamnya ada unsur penganiayaan dan membawa bahaya.
Ia juga bisa menimbulkan permusuhan dan kebencian.sikap ini jelas sangat
bertentangan dengan fitrah manusia yang lurus dan jiwa manusia yang bersih.
Suatu ketika Rasulullah pernah melewati sebuah lapak buah yang di tumpuk,
kemudian beliau memasukkan tangannya ke dalam tumpukan buah terebut.
Yang termasuk perbuatan ‗penipuan‘ adalah mengubah ukuran dari timbangan
dari ukuran yang sebenarnya, yang telah di tetapkan secara sah dan dikenal
oleh banyak orang. Ini diisyaratkan Allah dalam QS. Al-Isra‘: 35.
Pemalsuan adalah salah satu bentuk penipuan. Orang Arab dahulu
mempunyai kebiasaan jelek, yaitu mereka mengikat puting hewan yang akan di
jual dengan seuta tali, agar orang-orang melihat bahwa hewan-hewan tersebut
seakan memiliki puting yang besar dan lancar air susunya dan tertarik untuk
membelinya.
Dari Abu Hurairah dari Rasulullah beliau bersabda. ―janganlah kalian
melakukan ‗at-tashriyah‘ pada unta juga kambing. Barang siapa yang
menjualnya setelah itu, maka dia mempunyai dua pilihan; jika mau dia akan
mengambilnya dan jika mau maka dia akan menolaknya dan ditambah satu
sha‘kurma.
f. Kredit
Al-Inah adalah transaksi jual beli dengan harga yang di tentukan
pada waktu yang akan datang, namun jika barang itu di beli secara kontan,
maka harganya lebih murah. Transaks ini mungkin biasa di kenal dengan
‗kredit‘. Cara ini merupakan salah satu dari sekian banyak cara untuk
melancarkan penipuan yang akan mengakibatkan kerugian besar di pasar.
Ibnu umar berkata, ―aku mendengar Rasulullah bersabda, ―jika manusia
sudah kikir dengan dinar dan dirham, kemudian mereka berjual beli dengan
cara kredit, dan mereka mengikuti ekor sapi, mereka meninggalkan jihad di
jalan Allah, maka allah akan menimpakan pada mereka suatu bencan. Dan
tidsak akan di angkat dari mereka sampai mereka kembali kepada agama
mereka.
g. Menghadang di Jalan
Islam telah melarang perbuatan talaqqir rukban atau ‗menghadang
penjual di tengah jalan‘ yang di maksud adalah orang-orang langsung
membeli barang dari desa atau daerah, baik sendiri atau sekelompok, untuk
selanjutnya di jual di kota. Transaksi ini telah di sepakati sebelum mereka –
para pembeli- sampai ke desa dan sebelum para penjual di desa mengetahui
dengan pasti harga barang yang berlaku di pasar hari itu. Oleh karena itu,
para pedagang hendaknya mengetahui harga barang sebenarnya yang
berlaku di pasar sebelum ia menjualnya. Dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah
bersabda, ―janganlah kalian melakukan talaqqir rukban atau ‗menghadang
di tengah jalan‘.
h. Menjual Barang Yang Masih Dalam Transaksi Orang Lain Atau
Menawar Barang Yang Masih Di Tawar Orang Lain
Islam melarang seorang muslim untuk menjual suatu barang yang
masih dalam proses transaksi dengan orang lain atau menawar suatu barang
yang sedang ditawar oleh orang lain.
Bentuk menjual barang yang masih dalam transaksi orang lain di
antaranya adalah ketika seorang penjual dan pembeli telah sepaka dengan
suatu harga dan sepakat pula akan membelinya, kemudian datang orang
ketiga dan penjual menwarkannya kembali kepadanya dengan harga lebih
rendah. Kemudian, dia meminta kepada pembeli awal untuk membatalkan
transaksi.
Dari Abu Hurairah berkata, ‗Rasulullah telah melarang orang kota
menjualkan barang komoditi orang desa. Dan janganlah kalian saling
menawarkan dengan harrga tinggi dan janganlah seorang di antara kalian
menjual sesuatu yang masih dalam transaksi dengan orang lain.
Dari Abdullah Bin Umar bahwa Rasulullah bersabda,‖janganlah
kalian menjual sesuatu yang masih dalam transaksi saudaranya. Rasulullah
juga bersabda.‖ Janganlah seseorang menawar suatu barang yang masih
dalam penawaran saudaranya.

E. Proses Sukses Wirausaha dalam Islam


Proses sukses menjadi seorang entrepreneur sejati dalam Islam
dicontohkan pada teladan Rasulullah SAW sebagai uswatun khasanah (Trim,
2009), yaitu:
1. Meluruskan Niat
Entrepreneurship bermula dari niat dan menjadi bermakna apabila
diluruskan dengan visi dan misi menggapai dua dimensi, yaitu dunia dan
akhirat. Niat yang tidak bersih, disorientasi terhadap keberkahan, serta hanya
berpusat pada dunia akan menciptakan ikhtiar yang hampa. Niat ibarat energy
pikiran yang mendorong manusia menacapai sesuatu dengan gambaran awal
berupa prediksi atau impian. Niat secara lisan maupun dalam hati bias
berwujud menjadi doa sehingga dapat diamini oleh para malaikat dan diijabah
oleh Allah SWT, ini diisyaratkan dalam QS. ar-Ra‘d (13):11, yaitu :
Artinya: Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu
mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya
atas perintah Allah[767]. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan
sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan[768] yang ada pada diri
mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu
kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada
pelindung bagi mereka selain Dia.
2. Mengutamakan Akhlak Mulia
Beberapa penerapan akhlak dicontohkan dalam akhlak Rasulullah
Muhammad SAW, seperti: peneguh kebenaran, penyabar, penyantun,
penyayang, zuhud, pemaaf. Rasulullah SAW menyatakan ―tidak ada sesuatu
yang lebih berat dalam timbangan daripada akhlak yang baik‖. (HR. Ahmad
dan Abu Dawud). Sesungguhnya orang yang paling aku cintai dan paling
dekat denganku pada Hari Kiamat adalah orang yang paling baik akhlaknya
(HR. Bukhari).
3. Memegang Teguh Kejujuran
Kejujuran merupakan bagian dari akhlak, namun disini ditekankan
bahwa kejujuran adalah sumber akhlak Muhammad SAW yang mendapat
julukan al-Amin, karena itu kejujurannya merupakan sumber utama
kebrilianannya.
4. Menjauhi yang Diharamkan
Menjauhi dan melawan keharaman ibarat jihad ekonomi yang juga
dicontohkan oleh Muhammad SAW. Perkara haram itu telah jelas
diterangkan, maka janganlah kaum Muslim mendekatinya. Apabila sebuah
perkara meragukan (syubhat), lebih baik ditinggalkan. Dalam berbisnis,
Muhammad saw tidak menjual barang yang diharamkan (minuman keras,
narkoba, makanan beracun makanan kedaluarsa, dan sebagainya), tidak
melakukan praktik jual beli dengan cara penipuan, dan yang paling utama
adalah melawan keras riba (bunga). Apapun yang haram justru cepat atau
lambat akan mengundang kehancuran yang dahsyat. Apapun yang halal
sebaliknya insya Allah akan mengundang kemaslahatan.
5. Mendorong Pembelajaran
Ungkapan Muhammad SAW yang sangat terkenal, yaitu belajarlah
walaupun sampai ke Negeri Cina. Beberapa orang memprediksi bahwa saat
itu Rasul SAW memang tahu bahwa peradaban Cina telah lebih maju.
Dengan demikian,pantaslah jika kaum Muslim untuk belajar hingga ke sana.
Pembelajaran terus-menerus adalah hakikat dari kemajuan sehingga
Muhammad saw tidak pernah menafikan persoalan belajar.
6. Menganjurkan Pelayanan Orang Lain
Muhammad SAW. adalah pemimpin yang betul-betul bertindak
sebagai pelayan bagi siapapun, sebagai pedagang pun demikian. Beliau telah
mempraktikkan costumer service orientation yang menjadi naluri akhlaknya,
sehingga telah memupuk kesetiaan pelanggangnya. Ketika menjadi rasul,
beliau memupuk loyalitas dan komitmen para sahabat serta pengikutnya
sehingga tidak pernah ada yang keluar dari Islam setelah mengikutinya.
7. Mengembangkan Silaturahmi –Kemitraan (Networking)
Rasulullah SAW sangat menjaga kredibilitasnya dimata manusia
karena itulah amanat ber-muammalah sehingga Allah swt ridha kepadanya.
Sifat-sifat yang menyiratkan kekuatan silaturahmi Muhammad saw, seperti
rendah hati (tawadhu‘), dermawan, tidak mau bergunjing, menghargai orang
lain. Jadi Entrepreneur adalah mereka yang mampu membangun silaturahmi
atau kemitraan dengan sebenarnya. Apa yang tersirat adalah kepercayaan
yang tinggi dari rekan atau partner bisnis.
8. Mementingkan Akad
Muhammad SAW. sangat mementingkan akad atau perjanjian dalam
transaksi bisnis. Salah satu konsekuansi dari kejujuran adalah pemenuhan
janji dan syarat-syarat perjanjian. Dua pihak yang saling mengikat kerjasama
atau transaksi diharapkan berkomitmen terhadap syarat-syarat dalam
perjanjian. Apabila salah satu pihak wanpretasi (mengingkari janji),
kepercayaan akan luntur dan mengundang kemandekan dalam bisnis. Nabi
Muhammad SAW. bersabda: ―Persepakatan dibenarkan antar kaum
Muslim, kecuali persepakatan yang menghalalkan yang haram atau
mengharamkan yang halal. Kaum Muslim (berkewajiban) memenuhi syarat-
syarat yang mereka tetapkan kecuali syarat yang mengharamkan yang halal
atau yang menghalal yang haram.”(HR at-Tirmidzi dan al-bazzar melalui
Katsir bin Zaid)
Dalam hal ini tersirat bahwa Quran menganjurkan pencatatan
transaksi bisnis yang menggunakan saksi-saksi (dari kedua bekah pihak)
untuk dituangkan kedalam akad. Utamanya akad ini berkaitan dengan utang
piutang seperti dalam QS. al-Baqarah [2]:282.
9. Menguatkan Ibadah
Ibadah mengandung dimensi transcendental (hubungan langsun
dengan Allah swt) dan muamalah (hubungan sesama manusia atau makhluk
Allah). Ibadah ritual sebenarnya sebuah sarana untuk menghidupkan energy
positif nan dahsyat pada manusia. Sarana-sarana ini bisa digunakan untuk
menguatkan hasrat (passion), dan ambisi, menghidupkan cinta, menghaluskan
budi pekerti (akhlak), serta menanamkan keyakinan adanya pertolongan Allah
swt. karena itu, semestinya kaum Muslim paling beruntung dengan
banyaknya sarana ini, seperti shalat, shaum, zakat, haji, dan umrah.
10. Karakter SIFAT (Shiddiq, Istiqomah, Fathonah, Amanah dan Tabligh)
Keunggulan kredibilitas dan kapabilitas Muhammad SAW terdapat
pada karakter ini, yang digambarkan sbb:
a. Orang yang Cerdas dan Cergas. Kecerdasan seseorang selalu menjadi
tolok ukur untuk mencapai prestasi dari masa ke masa, tetapi, kecerdasan
pada seseorang terkadang tidak bisa diidentifikasi dari pendidikan formal
atau bangku sekolah.
b. Orang yang Kredibel. Muhammad saw sukses menjadi entrepreneur
salah satunya karena dianggap kredibel oleh banyak orang. Beliau selalu
memegang amanah dengan berlaku jujur, bertanggungjawab, tidak
berkhianat, dan menepati janji. Karena itu, beliau selalu memperlakukan
hak-hak orang lain dengan baik tanpa pernah mencederainya. Seorang
entrepreneur yang kredibel tidak hanya diharapakan berlaku adil terhadap
hak-hak konsumennya, tetapi juga terhadap mitra kerjanya. Mitra kerja
dapat dibagi dua ,yaitu: a) Mitra kerja setara (sesama pengusaha), yaitu
mitra kerja bisnis sesama pengusaha, misalnya vendor, toko ataupun agen;
b) Mitra kerja berjenjang (karyawan), yaitu mitra yang bekerja sebagai
karyawan atau pegawai didalam perusahaan kita.
c. Orang yang Benar dan Jujur. Pemimpin yang lurus (benar dan jujur)
adalah pemimpin paling dicari dari masa ke masa, termasuk pada saat
ini,‘‘Kami perlu bukti, bukan janji!‘‘demikianlah ungkapan yang kerap
terdengar teriakan dalam demo-demo yang menuntut kebenaran pemimpin.
pemimpin yang lurus memang didambakan banyak orang karena ia akan
menjadi tumpuan banyak orang untuk mencapai sukses.
d. Orang yang Komunikatif. Entrepreneur sejati mutlak adalah seseorang
yang tidak harus komunikatif alias mampu berhubungan dengan sesame
manusia dengan sangat baik. Dalam berbagai kesempatan presentasi
bisnis, tentu seorang entrepreneur perlu menkomunikasikan visi dan misi
bisnisnya dengan baik, mampu menjawab pertanyaan dengan tangkas dan
jelas. Kepercayaan harus terpancar karena perkataannya yang bermakna
serta didukung oleh data dan fakta yang akurat. Allah swt berfirman, yang
artinya : ―Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada
Allah dan katakanlah perkataan yang benar (qaulan sadidan), niscaya
Allah memperbaiki bagimu amal-amalmu dan mengampuni bagimu dosa-
dosamu, dan barang siapa menaati Allah dan Rasul-Nya ,maka
sesungguhnya ia telah mendapatkan kemenangan yang besar.‖ (QS al-
Ahzab [33]:70-71)
e. Orang yang Istiqomah. Istiqomah atau keteguhan hati yang konsisten
menjadi karakter positif bagi seorang entrepreneur., Sikap plin-plan atau
tidak konsisten akan membingungkan banyak orang, terutama orang-orang
yang berada dibawahnya.
Kewirausahaan merupakan suatu konsep dimana seseorang dituntut
untuk dapat membuka suatu usaha yang dapat memunculkan suatu dampak
positif bagi perkembangan perekonomian. Dengan adanya kewirausahaan
seseorang dapat berperan sebagai pengurang angka pengangguran dengan
membuka lapangan pekerjaan sehingga dapat menyerap angkatan kerja yang
ada.
Konsep kewirausahaan ini telah ada dan dijunjung tinggi dalam ajaran
Islam, karena wirausaha dalam Islam memiliki banyak fungsi, fungsi tersebut
dapat berdampak positif baik bagi dirinya, keluarganya, masyarakat, dan seluruh
alam semesta jika usaha itu dikelola dengan mentaati hal-hal yang diperintahkan
oleh syari‘ah dan tidak menimbulkan kerusakan di muka bumi. Kewirausahaan
yang baik menurut agama Islam dapat menumbuhkan kemaslahatan baik di
dunia maupun di akhirat kelak.

Anda mungkin juga menyukai