Anda di halaman 1dari 19

PERDAGANGAN DAN BISNIS DALAM ISLAM

Kelvin Ramadhan
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Islam (STEI) SEBI
Email: kelvinramadhan965@gmail.com

Rachmad Risqy Kurniawan


Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Islam (STEI) SEBI
Email: rah.risqy@gmail.com

Abstrak
This article discusses how the history of Islamic trade and business in Islam. Trade (Sale
and Purchase) is an activity that exchanges or goods have value voluntarily between both
parties and the other party accepts it in accordance with the applicable provisions. Islam
asserts that the value of business principles in Islam has a value in business practice for
Muslim actors. However, there are still many business actors who practice business not in
accordance with Islamic regulations so that it is to the detriment of others and even the
environment. So many negative actions that eventually become business behaviors such as
lying, breaking promises, fraud and so on. This article describes trade and business in Islam
from an Islamic perspective. This article concludes that the value of trade practices in
Islamic business should have the values of honesty, justice, trustworthiness, responsibility,
fraud, and far from unlawful things based on Islam.

Keywords : Trade in Islam, Business in Islam, Business principles in Islam.

Abstrak
Artikel ini membahas bagaimana sejarah perdagangan islam dan bisnis dalam islam.
Perdagangan (Jual beli) merupakan suatu aktivitas yang tukar menukar atau barang
mempunyai nilai secara sukarela diantara kedua belah pihak dan pihak lain menerimanya
sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Islam menegaskan bahwa nilai prinsip bisnis dalam
islam mempunyai nilai nilai dalam praktik bisnis bagi pelaku muslim. Tetapi, masih banyak
pelaku bisnis yang mempraktikan bisnis tidak secara unsur ketetapan islam sehingga hal
tersebut dengan merugikan orang lain bahkan lingkungan. Begitu banyak tindakan negatif
yang akhirnya menjadi perilaku bisnis seperti berbohong,ingkar janji,penipuan dan
sebagainya. Artikel ini menjelaskan tentang perdagangan dan bisnis dalam islam yang

Al-Ibar: Artikel Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam

Volume 1, Nomor 1, Mei 2022


ditiunjau perspektif islam. Artikel ini menyimpulkan bahwa nilai praktik perdagangan
dalam bisnis islam harus memiliki nilai kejujuran,keadilan,amanah,tanggugjawab, penipuan,
dan jauh dari hal yang haram berdasarkan pada Islam.
Kata Kunci : Perdagangan dalam islam,Bisnis dalam islam, Prinsip bisnis dalam Islam.

PENDAHULUAN
Perdagangan merupakan kegiatan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan hidup
manusia. Kebtuuhan tersebut senilai dengan konsep kepuasan terhadap pembeli. Dalam
pembahasan kebutuhan dalam islam ini tidak dapat dipisahkan dari perilaku konsumen dari
kerangka maqashid syariah yang harus dapat menentukan tujuan perilaku dalam Islam
(Zendy, 2017). Tujuan syariah dalam Islam adalah mencapai kesejahteraan umat manusia
(maslahat al-ibid) (Zendy, 2017). Islam mengharamkan seluruh macam bentuk penipuan
dalam bentuk apapun, oleh sebab itu, dalam melakukan transaksi perdagangan yang harus
diperhatikan adalah mencari barang yang halal untuk diperjual belikan atau diperdagangkan
dengan cara yang sejujur-jujurnya. Allah Swt mensyariatkan berdagang sebagai pemberian
untuk hamba-hambanya karena semua manusia secara pribadi mempunyai kebutuhan
berupa sandang, pangan dan lain-lainnya. Kebutuhan seperti ini tidak pernah terputus dari
kehidupan manusia, kegiatan ekonomi dalam pandangan Islam merupakan tuntunan
kehidupan. Disamping itu, juga merupakan anjuran yang memiliki dimensi ibadah (Zendy,
2017).
Belakangan ini sering muncul dengan berbagai macam bentuk praktik dengan tipu
muslihat yang menjadi bagian intergal dalam kehidupan ekonomi manusia saat ini, Mulai
yang terkecil, pada pasar tradisional tempat transaksi tradisional tempat transaksi perniagan
rakyat, sulit memiliki nilai kejujuran dan sulit diidentifikasi sampai proses perniagaan besar
nilai kejujuran tidak dapat lagi karena jangka pendek yakni keuntungan, padahal fakta
menunjukkan bahwa eksistensitas sering mengabaikan komitmen moral kejujuran dalam
jangka panjang eksistensinya akan terpuruk, sebaliknya entitas bisnis mengedepankan
komutmen moral kejujuran dalam setiap transaksi yang dilakukan, sehingga eksistensinya
makin meningkat.

Al-Ibar: Artikel Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam

Volume 1, Nomor 1, Mei 2022


Bisnis merupakan bagian dari kegiatan ekonomi dan mempunyai peranan yang sangat
vital dalam rangka memenuhi kebutuhan manusia. Kegiatan bisnis mempengaruhi semua
tingkat kehidupan manusia baik individu, sosial, regional, nasional maupun
internasional(Luis & Moncayo, n.d.). Tiap hari jutaan manusia melakukan kegiatan bisnis
sebagai produsen, perantara maupun sebagai konsumen (Luis & Moncayo, n.d.).
Al-Quran memberikan kata bisnis dengan sebutan Al-Itijarah yang bermakna niaga
atau dagang, praktik ini telah berlangsung sejak 14 silam (Alfaqiih, 2017). Walaupun aktif
berkecimpung dalam praktik bisnis, tetapi ketidakpastian bahwa praktik bisnis tersebut
sudah benar menurut ajaran Islam atau belum selalu membayangi benak pikiran umat
muslim (Alfaqiih, 2017). Dewasa ini, di era globalisasi, praktik bisnis menjadi semakin
terbuka dan sarat akan persainga, Dalam kondisi demikian, pemerintah di satu sisi dituntut
tidak melakukan intervensi, namun di sisi lain pemerintah juga punya tanggung jawab
menjaga iklim bisnis yang kondusif dengan cara mengatur persaingan tersebut secara adil
yang mana hal ini dapat dipandang sebagai salah satu bentuk campur tangan pemerintah
(Alfaqiih, 2017).
Namun realitanya tidak jauh berbeda pada asumsi diatas. Bahwa ditengah ekonomi
yang semakin sulit, tidak sedikit pelaku bisnis hanya mencari keuntungan dan
meninggalkan nilai prinsip sebagai makhluk sosial. Oleh karena itu, dengan cara apapun
digunakan nilai islam maka dianggap menghalangi kesuksesan bisnis, atau membatasi
keleluasaan bisnis.
Dalam situasi tersebut bahwasanya kita boleh menetapkan harga demi memenuhi
kepentingan masyarakat dengan adanya kehadiran ekonomi islam harus mengisi nilai etika
moral dalam perdagangan ini, karena sesuai dengan Al-Quran.

PEMBAHASAN

1. Sejarah perdagangan
Perdagangan dulu tidak seperti sekarang dulu barang di tukar dengan barang misalkan
dulu kita membutuh kan sekilo gula kita bisa tukar dengan barang yang kita punya
misalkan beras atau barang yang setara berharganya dengan barang yang kita butuhkan.

Al-Ibar: Artikel Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam

Volume 1, Nomor 1, Mei 2022


Sementara itu sejarah perdagangan pada jaman dahulu di mulai sekitar 150.000 tahun lalu
orang orang pada menukar barang dengan jasa ketika itu belum terciptanya uang atau alat
tukar buat ber belanja kebutuhan sehari hari.
Pada periode abat ke 3 SM awal peradapan Yunani dan ke kaisaran romawi mereka
membawa rempah rempah atau kebutuhan pokok yang berharga ke Eropa untuk berdagang
atau bertukar barang termasuk juga china. Selanjutnya pada tahun 1929 sampai 1930
terjadinya keruntuhan ekonomi utama yang memicu kemunduran besar dalam perdagangan
dan indikator ekonomi global.
Dengan maraknya kegiatan perdagangan itu, di zakat kejayaan umat Islam dahulu
mampu membuat perekonomian melalui aktivitas ekonomi di seluruh penjuru nenggri
tidak hanya di timur tengah bahkan di Eropa Sebab, dalam pertanian dan perdagangan telah
lebih dulu mengalami kemajuan pesat di dunia Islam.
Secara signifikan perekonomia dan perdagangan tidak signifikan mengubah struktur
masyarakat islam,aktivitas itu diakui telah memberikan dampak bagi terjadinya akumulasi
modal. Tentu saja, pertumbuhan ekonomi di berbagai wilayah kekuasaan Islam. Ada juga
dalam Al-Qur'an di ceritakan dalam surah Quraisy Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
‫ا اِل ي ْٰلفا قُ َريْش‬
Artinya: “ Karena kebiasaan orang-orang Quraisy”
‫اٖ ٰل اف اه ْم ار ْحلَةَ ا‬
َّ ‫الشتَآءا َوا ل‬
‫صيْفا‬

Artinya : “ Yaitu (kebiasaan mereka berpergian pada musim dingin dan musim panas.)”
‫فَ ْليَـ ْعبُد ُْوا َربَّ ٰهذَا ْالبَ ْي ا‬
‫ت‬
Artinya: “ Maka hendaklah mereka menyembah tuhan pemilik (rumah ini) Ka’bah.”

‫ط َع َم ُه ْم ام ْن ُج ْوع ۙ َّو ٰا َمنَ ُه ْم ام ْن خ َْوف‬


ْ َ‫ي ا‬
ْ ْۤ ‫الَّ اذ‬
Artinya: “Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan
mengamankan mereka dari rasa takut.”
Kandungan surat diatas adalah bahwa:
❖ Surat ini diturunkan sebagai pengingat bagi orang Quraisy akan nikmat Allah yang
dianugerahkan kepada mereka.
❖ Beberapa nikmat yang diberikan pada suku Quraisy di antaranya adalah kesejahteraan
ekonomi dan keamanan.

Al-Ibar: Artikel Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam

Volume 1, Nomor 1, Mei 2022


❖ Nikmat tersebut diberikan karena tempat tinggal suku Quraisy di Mekah, di sana juga
terdapat Ka’bah yang merupakan rumah Allah yang dimuliakan dan menjadi kiblat umat
Muslim.
❖ Dengan nikmat yang diberikan, maka suku Quraisy semestinya menyembah kepada Allah
dan tidak menyekutukan-Nya dengan siapa pun.
❖ Menggambarkan kebiasaan suku Quraisy yang kerap bepergian untuk berdagang.
Kemudian ada juga hadits tentang perdagangan, dalam salah satu hadits Rasulullah
SAW pernah bersabdah "hendaklah kamu melakukan berdagangan karena di dalam
perdagangan tersebut terdapat 90 % pintu rezeki" hadist riwayat imam ahmad. Rasullullah
Saw pernah bersabdah yang di sampaikan dari Mu'adz bin Jabal sesungguh nya sebaik
baiknya kegiatan usaha yaitu usaha perdagangan hadis yang di riwayat kan Baihaqi. Oleh
sebab itu, banyak sahabat Rasulullah yang berprofesi sebagai pedagang. Disitulah para
sahabat banyak menjadi pedagang dan membuat Makin meluas wilayah kekuasaan
Islam,makin berkembang ranah perdagangan yang di pegang oleh orang orang muslim.
Perkembangan pesat terlihat di era Abbasiyah. Jika sebelumnya perdagangan masih
dikuasai penganut Kristen, Yahudi, dan Zoroaster,pada era Abbasiyah mereka digantikan
para pedagang Muslim yang semakin banyak orang orang muslim berprofesi sebagai
pedangan dan juga iya menyebarkan ajaran Islam dengan cara berdagan. Semakin pesat
perdagangan di Arab pada era itu para pedangan muslim pergi untuk ke negara lain dan
tidak hanya untuk berdagan ia juga untuk membawa ajaran kebenaran atau Islam tempat
yang pertama yang di tuju oleh pedang muslim yak ni ke timur tengah sampai ke negri
china.
Penjelajaha perdagangan orang orang muslim tersebut terjadi pada Khalifah kedua
dinasti. Namun sayang kemajuan perdagangan itu hanya sejarah masa lalu karena waktu itu
muslim masih pada kejayaan Islam.
Oleh sebab itu sekarang dunia perdanganan sudah di kuasai oleh non Islam contoh
kecil nya sekarang banyak pedangan nya orang orang China seperti di pasaran. Bahkan
mungkin 50 % pedagang di Indonesia sekarang sudah di kuasai oleh pedagang non Islam
yakni China. Al hasil sekarang rata rata sebagai pembeli sekarang orang orang lokal kita
yang menyediakan bahanya mereka yang mengolah dan menjualnya.

Al-Ibar: Artikel Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam

Volume 1, Nomor 1, Mei 2022


Dalam kutipan surat Al - Baqarah ayat 282 juga menjelaskan tentang bagaimana etika
dalam berbisnis dan berdagang. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
ْۤ
‫ب َك َما‬ َ ُ ‫ب كَا تابٌ اَ ْن َّي ْكت‬ َ ْ‫س ًّمى فَا ْكتُب ُْوهُ ۙ َو ْليَ ْكتُبْ بَّ ْينَ ُك ْم كَا تابٌ باا ْلعَدْ ال ۙ َو َِل يَأ‬ َ ‫ْٰۤيـاَيُّ َها الَّ اذيْنَ ٰا َمنُ ْۤ ْوا ااذَا تَدَايَ ْنت ُ ْم بادَيْن ا ٰالى ا َ َجل ُّم‬
‫س اف ْي ًها اَ ْو‬
َ ‫ـق‬ ُّ ‫ع َل ْي اه ْال َح‬
َ ‫اي‬ْ ‫شيْــئًا ۙ فَ اا ْن كَا نَ الَّذ‬ َ ُ‫َس ما ْنه‬ ْ ‫ّٰللا َربَّهٗ َو َِل يَ ْبخ‬
َ‫ق ه‬ ‫ـق َو ْليَت َّ ا‬ ُّ ‫ع َل ْي اه ْال َح‬ َ ‫اي‬ ْ ‫ّٰللاُ فَ ْليَ ْكتُبْ ۙ َو ْليُ ْم ال ال الَّذ‬ ‫علَّ َمهُ ه‬
َ
َ َّ
‫ش اه ْيدَي اْن ما ْن ار َجا ال ُك ْم ۙ فَ اا ْن ل ْم يَ ُك ْونَا َر ُجلي اْن فَ َر ُج ٌل‬ ْ ْ
َ ‫ض اع ْيفًا ا َ ْو َِل يَ ْستَطا ْي ُع اَ ْن يُّما َّل ه َُو فَلي ُْمل ْال َو اليُّهٗ باا لعَدْ ال ۙ َوا ْست َ ْش اهد ُْوا‬ َ
‫ش َهدَآ ُء ااذَا َما دُع ُْوا ۙ َو َِل‬ ُّ ‫ب ال‬ ْ ُ ْ
َ ‫َض َّل ااحْ ٰدٮ ُه َما فَتُذَك َار اا ْح ٰدٮ ُه َما اِل ْخ ٰرى ۙ َو َِل يَأ‬ ‫ش َهدَآءا ا َ ْن ت ا‬ ُّ ‫ض ْونَ ما نَ ال‬ ٰ
َ ‫َّوا ْم َراَ ت ان ما َّم ْن ت َْر‬
ْۤ ْۤ ْۤ ْ ُ ْ ٰ ْۤ ٰ
َّ َّ ٰ
‫ش َها دَةا َوا َ دْنى ا َ ِل ت َْرتَا ب ُْوا ااِل ا َ ْن تَ ُك ْونَ تا َجا‬ ‫سط اع ْندَ ه ا‬
َّ ‫ّٰللا َوا َ ق َو ُم لال‬ َ ‫ص اغي ًْرا ا َ ْو َكباي ًْرا االى ا َ َجل ٖاه ۙ ذ ال ُك ْم اَق‬ َ ُ‫تَسْــئ َ ُم ْۤ ْوا اَ ْن ت َ ْكتُب ُْوه‬
‫ش اه ْيدٌ ۙ َواا ْن‬ َ ‫ضا ٓ َّر كَا تابٌ َّو َِل‬ َ ُ‫علَ ْي ُك ْم ُجنَا ٌح ا َ َِّل تَ ْكتُب ُْوهَا ۙ َواَ ْش اهد ْۤ ُْوا ااذَا تَبَايَ ْعت ُ ْم ۙ َو َِل ي‬ َ ‫ْس‬ َ ‫ض َرة ً ت ُ ادي ُْر ْونَ َها بَ ْي َن ُك ْم فَلَي‬ ‫َرة ً َحا ا‬
‫ع ال ْي ٌم‬َ ‫ش ْيء‬ ُ
َ ‫ّٰللاُ ۙ َوا هّٰللُ ابك ال‬ ُ
‫ّٰللا ۙ َويُعَ ال ُمك ُم ه‬ ُ َّ
َ ‫س ْو ٌق باك ْم ۙ َو اتقوا ه‬ ُ ُ ‫ت َ ْفعَلُ ْوا فَ اا نهٗ ف‬
ُ َّ
Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu melakukan utang-
piutang untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah
seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Janganlah penulis menolak
untuk menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkan kepadanya, maka hendaklah
dia menuliskan. Dan hendaklah orang yang berutang itu mendiktekan, dan hendaklah dia
bertakwa kepada Allah, Tuhannya, dan janganlah dia mengurangi sedikit pun dari padanya.
Jika yang berutang itu orang yang kurang akalnya atau lemah (keadaannya), atau tidak
mampu mendiktekan sendiri, maka hendaklah walinya mendiktekannya dengan benar.
Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi laki-laki di antara kamu. Jika tidak ada
(saksi) dua orang laki-laki, maka (boleh) seorang laki-laki dan dua orang perempuan di
antara orang-orang yang kamu sukai dari para saksi (yang ada), agar jika yang seorang lupa
maka yang seorang lagi mengingatkannya. Dan janganlah saksi-saksi itu menolak apabila
dipanggil. Dan janganlah kamu bosan menuliskannya, untuk batas waktunya baik (utang itu)
kecil maupun besar. Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah, lebih dapat menguatkan
kesaksian, dan lebih mendekatkan kamu kepada ketidakraguan, kecuali jika hal itu
merupakan perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tidak ada dosa
bagi kamu jika kamu tidak menuliskannya.
Dan ambillah saksi apabila kamu berjual-beli, dan janganlah penulis dipersulit dan
begitu juga saksi. Jika kamu lakukan (yang demikian), maka sungguh, hal itu suatu
kefasikan pada kamu. Dan bertakwalah kepada Allah, Allah memberikan pengajaran
kepadamu,dan Allah Maha Mengetahuisegala sesuatu."(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 282)
Dalam ayat di atas dapat kita pahami jikalau dalam etika berbisnis atau berniag sudah
di sampaikan dalam Al-Qur'an, yang di mana kita harus berdagang atau berbisnis dengan

Al-Ibar: Artikel Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam

Volume 1, Nomor 1, Mei 2022


sejujur jujurnya. Dimana dalam bertransaksi itu harus memiliki akad yang sesuai dengan
Islam. Menapa di sebut kan dalam Al-Qur'an harus berdagang dengan jujur karena dulu
Rasulullah SAW ketika beliau berniaga beliau tidakpernahmengurangitimbangan,malah
menambahkan takaran yang ia jual atau melebih kan takarannya di situ lah dimana beliau
mendapat kan Gelar Al Amin yang artinya seseorang yang dapat dipercaya.
Setiap orang memiliki kebutuhan sendiri sendiri seperti hal nya sandang pangan
rumah pakaian dan kebutuhan lainya yang penting , berkat itu setiap orang membutuhkan
barang yang ia butuhkan tidak seperti orang jaman dulu ketika belum adanya uang orang
mencari kebutuhan dengan mencari sendiri karna masih banyak nya barang atau kebutuhan
yang belum berpemilik jadi orang terdahulu mencari sandang pangan dengan usaha dan
tenaga beda hal nya sekarang setiap wilayah sudah memiliki pemilik yang di mana harus
membeli kebutuhan seperti membeli makan pakaian biaya pendidikan dan masih banyak
lagi kebutuhan yang penting lainya .
Oleh sebab itu setiap manusia berakal terus berusaha untuk mencari rezeki agar dapat
terpenuhi sandang pangan sehari hari yang pasti dengan cara yang halal atau tata cara
sesuai dengan anjuran Islam. Salah satu usah yang mungkin bisa di lakukan adalah
berdagang, entah berdagang barang barang atau berdagang jasa . Jika ingin berdagang
dengan baik dan laris tidak mudah mungkin salah satunya pedagang harus ramah dan
tentunya jangan membuat pelanggan kesal mungkin kalau membuat pelanggan kesal ya ga
balik lagi atuh. Aturan perdagang yang baik haru melakukan tata cara yang bener seperti
berikut: "Sudah pasti barang yang harus di jual belikan halal dan berkualitas" Etika yang
pertama berkaitan dengan barang yang akan dijual dinmana penjual harus memlih barang
yang baik berkualitas dan layak untuk di beli dan pastinya yang halal Karana akan menjual
sesuatu yang halal pastinya tidak akan berkah .karena ketika kita menjual sesuatu yang
halal insyaallah jualan yang kita laksanakan akan mendapatkan rezeki yang berkah .
"Kedua barang yang di pilih atau Yang akan di perjual belikan harus baik dan tidak
cacat atau tidak rusak" Barang yang cacat dan rusak berlebih lagi seorang pembeli tidak
tau akan hal seperti itu dan penjualnya tidak memberi tahu nya akan dagangan yang yang
sedikit cacat,tidak hanya pemebli tidak akan berbalik lagi kedagangan kamu kemungkinan
jualan yang kamu tekunin akan bangkrut dengan sendirinya atau jika kamu berjualan online

Al-Ibar: Artikel Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam

Volume 1, Nomor 1, Mei 2022


banyak pelanggan yang memberi bintang kecil banhkan ber- komen menjatuhkan jualan
kamu .
"Berjualan harus transparan atau selalu jujur seperti yang di lakukan nabi
Muhammad Saw ketika berniaga" Sikap jujur dalam berdagang sangat penting dalam bisnis
anda tidak hanya membuat pelanggan senang akan tetapi rezeki yang anda peroleh berkah
dunia akhirat seperti sudah di jelaskan dalam Al-Qur'an surat asy syuara ayat 181-182
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
‫ا َ ْوفُوا ْالـ َك ْي َل َو َِل ت َ ُك ْونُ ْوا ما نَ ْال ُم ْخس ااريْن‬

Artinya: "Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu merugikan orang lain;"


‫طا اس ْال ُم ْستَ اقي اْم‬
َ ‫َو ازنُ ْوا باا ْل اق ْس‬

Artinya: "Dan timbanglah dengan timbangan yang benar."


Jujur itu emang terlihat sepele dan terlihat sangat mudah untuk dilakukan oleh sebab
itu ketika orang di uji untuk keimanan nya atau kejujuran nya Karana jujur sangat harus di
tetap kan dalam perdagangan biar rezeki yang di dapat berkah dunia akhirat "Mengeluarkan
zakat".
Mengeluarkan zakat ini sangat penting dalam Islam keran tidak hanya untuk
membersikan diri karena zakat adalah salah satu dari rukun Islam yang wajib di laksanakan
oleh umat Islam yang sudah mencapai nisab . Setiap harta atau barang yang kita miliki
adalah hak orang lain juga yang harus kita kembalikan atau di sebut dengan berzakat
dengan berzakat akan membuat keberkahan insyaallah jualan yang anda tekuni zakat adalah
satu amalan yang baik untuk anda di akhirat kelak.
Berikut tatacara yang harus di perhatikan jika ingin membuka bisnis yang baik dan
sesuai yang di ajaran Islam agar rezeki yang kita peroleh berkah. Dapat kita sadar sekarang
atau di era sekarang berbisnis sangat lah banyak yang menyorot atau tidak beretika mereka
berbisnis hanya semata-mata untuk mencari profit atau keuntungan saja . Bahkan ada yang
menyebut juga bahwa bisnis adalah permainan judi yang berhubungan dengan keuntungan
memang betul berbisnis itu bisa saja mendapat kan untuk dan sangat mungkin juga
memperoleh kerugian yang cukup besar dimana skil dalam perbisnisan sangat amat di
butuh kan untuk memperoleh keuntungan yang setimpal yang ia telah kerja keraskan.

Al-Ibar: Artikel Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam

Volume 1, Nomor 1, Mei 2022


Kesadaran mulai timbul bahwa bisnis harus di landasi oleh pengusaha muslim apalagi
Islam sudah memberikan tuntunan dalam berbisnis dengan baik dan benar sesuai ajaran
Islam yang di contoh kan Rasulullah SAW pembisnis yang sangat amat di segani karna cara
beliau berbisnis etika etika yang baik di lakukan Rasulullah SAW dalam menejemen bisnis
telah mendapatkan legitimasi setelah beliau diangkat sebagai nabi . prinsip prinsip yang
bener yang sudah di ajarkan Islam semakin mendapat kan pembenaran dari abad ke 20
sampai abad ke 21 seperti halnya sebagai berikut:
1) Pelanggan dan kepuasan konsumen.
2) Pelayanan yang unggul.
3) Transparan.
4) Persaingan yang sehat.
Semua itu di gambarkan etika saat Rasulullah SAW masih mudah saat beliau berbisnis.

2. Perdagangan dalam Islam


Secara prinsip, Perdagangan menurut bahasa berarti al-bai‟, al-tijarah dan al- mubadalah.
Sedangkan menurut istilah (terminologi) yang di maksud dengan jual beli adalah Menukar
barang dengan barang atau barang dengan uang dengan jalan melepaskan hak milik dari
yang satu kepada yang lain atas dasar saling merelakan(Muhandis Natadiwirya, Loc. Cit
Idri, 2004).
Dalam perdagangan islam mempunyai peranan penting dalam perolehan harta, sejarah
memberikan bahwa kenyataan bagaimana setiap individu dan masyarakat dapat
memperoleh kemakmurandari perdagangan islam tersebut.
Islam juga mempunyai peran penting dalam makna perdagangan tetapi ada pula
menyempurnakan hukum-hukum sah kepada masyarakat untuk bersaing secara sehat agar
kehidupan ekonomi rakyat dapat diperbaiki.
Pada dasarnya, perdagangan islam mempunyai unsur kebebasan dalam melakukan
transaksi tukar-menukar, namun kegiatan tersebut disertai dengan diperolenya keridhaan
Allah SWT. Islam memberikan sebagai seorang muslim dapat melakukan transaksi
sebagaimana mekanisme transaksi dan komoditas barang ataupun jasa yang dapat
diperjualbelikan.

Al-Ibar: Artikel Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam

Volume 1, Nomor 1, Mei 2022


Ekonomi islam memiliki 4 landasan filosofis. Yaitu, Tauhid karena manusia sebagai
pelaku ekonomi harus mengikuti segala ketentuan Allah dalam segala kegiatan aktivitas
yang dijalankan. Keadilan dan keseimbangan, seluruh kebijakan ekonomi harus selalu
mempertimbangkan keadilan dan keseimbangan dimana antara penjual dan pembeli
memiliki kedudukan yang sama dalam transaksi, hal inilah yang membuat keseimbangan
dan keadilan harus seimbang. dan pertanggungjawaban.
Kebebasan memiliki makna bahwa manusia bebas melakukan seluruh aktivitas
ekonomi tidak ada ketentuan dalam melarangnya. Menurut Windari pada jurnal
perdagangan dalam islam menjelaskan bahwa, Pada masa modern perdagangan dilakukan
dengan penukaran uang. Setiap barang dinilai dengan sejumlah uang.
Dimana pembeli akan menukar dengan sejumlah uang yang diinginkan penjual,dan
aktivitas perdagangan ini merupakan kegiatan utama dalam sistem ekonomi yang
diterjemahkan sebagai sistem aktivitas manusia yang berhubungan dengan produksi,
distribusi, pertukaran, dan konsumsi barang dan jasa (Adolf, 2010).

1. SistemPerdagangan dalam islam


Menurut pandangan islam bahwa perdaganan merupakan aspek dalam kehidupan yang
dikelompokkan dalam masalah muamalah, yaitu masalah yang berkaitan dengan hubungan
bersifat horizontal dan kehidupan manusia.Namun hal ini sektor mendapatkan penekanan
khusus dalam ekonomi islam, karena dengan hubungan secara langsung dengan sektor rill.
Sistem ekonomi islam lebih mengutamakan sektor rill dibanding dengan sektor moneter.
Transaksi jual beli beli memastikan keterkaitan kedua sektor yang dimaksud agar efektif
dan efisien dalam menjalankan dua sektor ini hendaknya menggunakan apa yang disebut
metode ilmiah (scientific methods) dan asa-asas manajemen (Adolf, 2010).
Dalam Islam kegiatan perdagangan harus mengikuti prinsip kaidah yang sudah
ditetaokan oleh Allah SWT. Aktivitas perdagangan tersebut dilakukan sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan oleh agama serta mempunyai nilai ibadah. Sehingga, selain
mendapatkan keuntungan materil, hal tersebut dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Ciri-ciri dari perdagangan islam tentu saja berbeda dengan perdagangan yang tidak
islami. Ciri tersebut dapat menjadi karakteristik yaitu apabila perdagangan islam

Al-Ibar: Artikel Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam

Volume 1, Nomor 1, Mei 2022


mementingkan prinsip kejujuran yang didasarkan pada sistem nilai yang bersumber dari
agama islam, maka dari itu didalamnya tidak dikenal apa yang disebut zero sum game,
yang artinya adalah keuntungan seseorang diperoleh tas kerugian orang lain. Dengan
adanya aspek kejujuran senantiasa melekatkan pada praktek pelaksanaanya, yang akan
mendatangkan keuntungan kepada semua pihak yang terlibat.
Sedangkan perdagangan tidak jujur, dapat mengandung unsur penipuan (Gharar),
karena itulah dapat merugikan orang lain, hal tersebut jelas dilarang dalam islam.
Didalam Alquran Surat An-Nisa’ 29:5 menjelaskan bahwa berdagang merupakan jalan
yang telah diperintahkan oleh Allah untuk menghindari dari jalan bathil dalam pertukaran
sesuatu yang terjadi diantara sesama manusia. Seperti yang dijelaskan dalam Surah Al-
quran An-Nisa’ 29:5

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang berlaku
atas dasar suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu.
Sungguh, Allah Maha Penyayang kepadamu.”.
Yang dimaksud dari ayat ini adalah mejelaskan bahwa larangan membunuh diri sendiri
juga mencakup larangan membunuh orang lain. Karena membunuh orang lain seperti
membunuh diri sendiri, umat yang merupakan kesatuan sama halnya dengan memakan
harta sesama dengan jalan yang bathil kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku atas
dasar suka sama suka. Dalam melakukan hal tersebut, Allah telah mengatur adab yang
perlu dipatuhi dalam berdagang. Apabila telah datang waktu untuk beribadah maka
aktivitas perdagangan perlu ditinggalkan untuk beribadah kepada Allah.

3. Rukun dan Syarat dalam Jual beli


Didalam perdagangan terdapat rukun dalam jual beli yaitu Akad Ijab Qabul yaitu
orang yang berakad adalah penjual dan pembeli, dan Ma’qud Alaih atau disebut Objek akad.

Al-Ibar: Artikel Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam

Volume 1, Nomor 1, Mei 2022


Dasarnya ijab qabul dilakukan dengan secara lisan,tetapi jika misalnya bisu maka
dibolehkan seperti surat menyurat yang mengandung arti ijab qabul. Jumhur ulama
menyatakan bahwa rukun jual beli itu ada empat, yaitu (Ash-Shiddieqy, 2000) :
• Ada orang yang berakad atau muta’aqidain (penjual dan pembeli).
• Ada shighat (lafat ijab dan qabul).
• Ada barang yang yang diperjualbelikan.
• Ada nilai tukar pengganti barang(Ash-Shiddieqy, 2000).
Adapun syarat-syarat jual beli sesuai dengan rukun jual beli yang dikemukakan
jumhur ulama di atas adalah sebagai berikut,
a) Syarat orang yang berakad atau muta’aqidain (penjual dan pembeli):
• Aqil (berakal). Karena hanya orang yang sadar dan berakallah yang akan sanggup
melakukan transaksi jual beli secara sempurna(Ash-Shiddieqy, 2000). Karena itu anak kecil
yang belum tahu apa-apa dan orang gila tidak dibenarkan melakukan transaksi jual beli
tanpa kontrol pihak walinya, karena akan menimbulkan berbagai kesulitan dan akibat-
akibat buruk, misalnya penipuan dan sebagainya(Ash-Shiddieqy, 2000).
• Tamyiz (dapat membedakan). Sebagai pertanda kesadaran untuk membedakan yang baik
dan yang buruk (Ash-Shiddieqy, 2000) .
• Mukhtar (bebas atau kuasa memilih). Yaitu bebas melakukan transaksi jual beli, lepas dari
paksaan dan tekanan, berdasarkan dari dalil al-Qur’an surat an-Nisa’ ayat 29.
b) Syarat shighat (lafaz ijab dan qabul) :
• Ijab dan qabul harus jelas maksudnya sehingga dipahami oleh pihak yang melangsungkan
akad (Ash-Shiddieqy, 2000).
• Antara ijab dan qabul harus sesuai dan tidak diselangi dengan kata-kata lain antara ijab dan
qabul(Ash-Shiddieqy, 2000).
• Antara ijab dan qabul harus bersambung dan berada di tempat yang sama jika kedua pihak
hadir, atau berada di tempat yang sudah diketahui oleh keduanya. Bersambungnya akad
dapat diketahui dengan adanya sikap saling mengetahui di antara kedua pihak yang
melangsungkan akad, seperti kehadiran keduanya di tempat berbeda, tetapi dimaklumi oleh
keduanya(Ash-Shiddieqy, 2000).

Al-Ibar: Artikel Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam

Volume 1, Nomor 1, Mei 2022


c) Syarat barang yang yang diperjualbelikan:
• Barang itu ada, atau tidak ada di tempat, tetapi pihak penjual menyatakan kesanggupannya
untuk mengadakan barang itu.
• Dapat dimanfaatkan dan bermanfaat bagi manusia. Oleh sebab itubangkai, khamar dan
darah tidak sah menjadi obyek jual beli, karena dalam pandangan syara’ benda-benda
seperti itu tidak bermanfaat bagi muslim.
• Milik seseorang. Barang yang sifatnya belum dimiliki seseorang tidak boleh dijualbelikan,
seperti memperjualbelikan ikan di laut atau emas dalam tanah, karena ikan dan emas itu
belum dimiliki penjual.
• Boleh diserahkan saat akad berlangsung, atau pada waktu yang disepakati bersama ketika
transaksi berlangsung(Ash-Shiddieqy, 2000).
d) Syarat nilai tukar pengganti barang:
• Nilai tukar barang adalah termasuk unsure yang terpenting. Zaman sekarang disebut uang.
Berkaitan dengan nilai tukar ini, ulama fiqih membedakan antara as-tsamn dan as-si’r.
Menurut mereka, as-tsamn adalah harga pasar yang berlaku ditengah-tengah masyarakat,
sedangkan as-si’r adalah modal barang yang seharusnya diterima para pedagang sebelum
dijual kepada konsumen (Ash-Shiddieqy, 2000). Dengan demikian ada dua harga yaitu
harga antara sesama pedagang dan harga antara pedagang dan konsumen (harga jual pasar).
Adapun harga yang dapat dipermainkan para pedagangadalah(Ash-Shiddieqy, 2000):
• Harga yang disepakati kedua belah pihak harus jelas jumlahnya(Ash-Shiddieqy, 2000).
• Dapat diserahkan pada saat waktu akad (transaksi), sekalipun secara hukum seperti
pembayaran dengan cek atau kartu kredit. Apabila barang itu dibayar kemudian (hutang),
maka waktu pembayarannya pun harus jelas waktunya (Ash-Shiddieqy, 2000).
• Apabila jual beli itu dilakukan secara barter, maka barang yang dijadikan nilai tukar, bukan
barang yang diharamkan syara’ seperti babi dan khamar, karena kedua jenis benda itu tidak
bernilai dalam pandangan syara’ (Ash-Shiddieqy, 2000).

4. Larangan dalam Bedagang

Al-Ibar: Artikel Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam

Volume 1, Nomor 1, Mei 2022


Dalam berdagang seorang muslim harus mempunyai etika dan harus tau larangan
dalam berdagang agar nilai kejujuran tidak hilang. Menurut Syekh Muhammad Yusuf
Qardhawi, adapun beberapa hal yang dilarang dalam perdagangan, antara lain:
• Menjual dengan yang haram. Hal ini sesuai dengan Sabda Rasulullah: "Sesungguhnya
Allah dan RasulNya telah mengharamkanmemperdagangkan arak, bangkai, babi dan
patung." (Riwayat Bukhari dan Muslim),sehingga, secara hukum haram untuk dilakukan.
• Menjual barang yang masih tidak jelas. Apabila barang atau jasa yang dijual tidak
diketahui atau karena adanya unsur penipuan maka dapat menimbulkan pertentangan antara
penjual dan pembeli karena salah satu ada yang ingin menipu, hal ini sangat dilarang dalam
islam karena adanya unsur ketidakjelasan dalam berdagang. Tetapi jika barang atau jasa
memiliki kesamaran tidak seberapa atau urfiyah maka hal tersebut tidaklah haram seperti
bwortel,lobak dan sebagainya. Menurut Madzhab Malik, mdiperbolehkan menjual semua
yang sangat dibutuhkan kesamarannya itu tidak banyak dan memberatkan diwaktu aqad.
• Mempermainkan Harga, Islam memberikan kebebasan dalam berdagang. Hal ini sesuai
dengan Hadist Rasulullah SAW bahwa “Allah lah yang menentukan harga dan yang
mencabut. Yang meluaskan dan yang memberi rezeki. Saya mengharap ingin bertemu
Allah sedang tidak ada seorang pun di antara kamu yang meminta saya supaya berbuat
zalim baik terhadap darah maupun harta benda." (Riwayat Ahmad, Abu Daud, Tarmizi,
Ibnu Majah, ad-Darimi dan Abu Ya'la) (Adolf, 2010).
• Menimbun harta, menimbun harta sangat dilarang, hal ini sesuai dengan hadis Rasulullah
s.a.w. melarang menimbun dengan ungkapan yang sangat keras. "Barangsiapa menimbun
bahan makanan selama empat puluh malam, maka sungguh Allah tidak lagi perlu
kepadanya. (Riwayat Ahmad, Hakim, Ibnu Abu Syaibah dan Bazzar) (Adolf, 2010).
• Mencampuri Kebebasan Pasar, misalnya seorang yang tinggal dikota (tengkulak)
menjualkan barang milik orang kampong padahal orang kampung bias untuk menjual
barang tersebut dengan harga mahal dan menguntungkan tetapi karena seorang yang
berasal dari kota (tengkulak) yang membeli barang dengan murah(Adolf, 2010). Bentuk
semacam ini, waktu itu sudah biasa terjadi di masyarakat, sebagaimana yang dikatakan oleh
sahabat Anas r.a.: "Kami dilarang orang kota menjualkan barang orang dusun, sekalipun
dia itu saudara kandungnya sendiri." (Riwayat Bukhari dan Muslim) (Adolf, 2010).

Al-Ibar: Artikel Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam

Volume 1, Nomor 1, Mei 2022


• Penipuan, Demi menjaga ketidak adanya campur tangan orang lain yang bersifat penipuan,
maka dilarangnya juga oleh Rasulullah apa yang dinamakan najasyun (menaikkan harga)
yang menurut penafsiran Ibnu Abbas, yaitu: "Engkau bayar harga barang itu lebih dari
harga biasa, yang timbulnya bukan dari hati kecilmu sendiri, tetapi dengan tujuan supaya
orang lain menirunya." (Adolf, 2010).
• Mengurangi Takaran dan Timbangan, salah satu macam penipuan ialah mengurangi
takaran dan timbangan (Adolf, 2010).

5. Konsep bisnis dalam Islam


Bisnis merupakan suatu istilah yang di jelaskan saat suatu aktivitas yang
menghasilkan barang dan jasa untuk kehidupan masyarakat atau kebutuhan masyarakat
berbisnis merupaka suatu kegiatan di lakukan oleh manusia yang ingin berusaha untuk
mendapatkan Rizky yang sesuai dengan etika yang sudah di jelaskan di atas.
Menurut Norvademi, dalam jurnal Bisnis dalam perspektif Islam menjelaskan bahwa
Bisnis merupakan suatu istilah untuk menjelaskan segala aktivitas berbagai institusi dari
yang menghasilkan barang dan jasa yang perlu untuk kehidupan masyarakat sehari-hari
(Luis & Moncayo, n.d.). Secara umum bisnis diartikan sebagai suatu kegiatan yang
dilakukan oleh manusia untuk memperoleh pendapatan atau penghasilan atau rizki dalam
rangka memenuhi kebutuhan dan keinginan hidupnya dengan cara mengelola sumber daya
ekonomi secara efektif dan efisien (Luis & Moncayo, n.d.). Adapun sektor-sektor ekonomi
bisnis tersebut meliputi sektor pertanian, sektor industri, jasa, dan perdagangan (Luis &
Moncayo, n.d.).
Lebih khusus Skinner mendefinisikan bisnis sebagai pertukaran barang, jasa, atau
uang yang saling menguntungkan atau memberi manfaat (Luis & Moncayo, n.d.). Menurut
Anoraga dan Soegiastuti, bisnis memiliki makna dasar sebagai “the buying and selling of
goods and services.” dalam pandangan Straub dan Attner, bisnis tak lain adalah suatu
organisasi yang menjalankan aktivitas produksi dan penjualan barang-barang dan jasa-jasa
yang diinginkan oleh konsumen untuk memperoleh profit (Zendy, 2017).
Adapun dalam Islam bisnis dapat dipahami sebagai serangkaian aktivitas bisnis
dalam berbagai bentuknya yang tidak dibatasi jumlah (kuantitas) kepemilikan hartanya

Al-Ibar: Artikel Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam

Volume 1, Nomor 1, Mei 2022


(barang/jasa) termasuk profitnya, namun dibatasi dalam cara perolehan dan pendayagunaan
hartanya (ada aturan halal dan haram (Luis & Moncayo, n.d.).
Dari pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa Islam mewajibkan setiap muslim yang
memiliki tanggungan untuk bekerja. Salah satu pokok yang memungkinkan manusia dalam
memiliki harta, dan berusaha mencari nafkah. Allah SWT melapangkan bumi serta
menyediakan berbagai fasilitas yang dimanfaatkan untuk mencari rezeki. Sebagaimana
terdapat didalam surat QS. Al-Mulk ayat 15:

Artinya: Dialah yang menjadikan bumi ini mudah bagi kamu, maka berjalanlah di
segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rizki Nya” Dan didalam surat Q.S Al-
A’araf ayat 10 yaitu:

Artinya: “Sesungguhnya kami telah menempatkan kamu sekalian di bumi dan kami
adakan bagimu di muka bumi itu(sumber-sumber) penghidupan.”Selain itu, Allah
menyatakan dengan menganjurkan mengenai kehalalan
rezekidanbagaimanamembelanjakannya.sebagaimana dalam Q.S Al-An’am ayat 141:

Artinya: “Dan janganlah kalian berbuat israf (menafkahkan harta dijalan


kemaksiatan),sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat israf.

1) Prinsip-Prinsip Bisnis dalam Islam


Prinsip-prinsip etika bisnis yang berlaku dalam kegiatan bisnis yang baik
sesungguhnya tidak bisa dilepaskan dari kehidupan kita sebagai manusia, hal ini berarti
bahwa prinsip-prinsip etika bisnis terkait erat dengan sistem nilai yang dianut oleh masing-
masing masyarakat (Luis & Moncayo, n.d.).

Al-Ibar: Artikel Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam

Volume 1, Nomor 1, Mei 2022


Ternyata nilai sistem yang berasal dari agama akan memberikan pengaruh yang
dominan kepada prinsip etika bisnis. Hal ini dijelaskan oleh Nurcholis Majid bahwasanya
tesis Max Weber tentang etika protestan mengatakan kemajuan ekonomi di eropa barat
berkat ajaran dari aketisme(zuhud) dalam ajaran Calvin. Calvinis merupakan menerima
panggilan ilahi untuk bekerja keras dan tetap berhemat terhadap harta yang berhasil
dikumpulkan. Dengan hidup hemat terjadilah akumulasi modal menuju kapitalisme (Luis &
Moncayo, n.d.).
Islam merupakan agama yang paling sempurna telah mengajarkan konsep unggul,
akan tetapi para pengikutnya kurang memperhatikan dan tidak melaksanakan ajaran islam
sebagaimana mestinya. Keuntungan yang ingin diraih dapat menambah kebaikan baik bagi
pelaku usaha bisnis maupun tidak, maka praktik tersebut mengacu para prinsip yang
mencerminkan nilai universal. Terdapat 5 prinsip dasar yaitu:
• Tauhid atau akidah merupakanfondasi fundamental ajaran Islam. Pada intinya bahwa
prinsip ini menegaskan bahwa Allah adalah pemilik sejati seluruh yang ada di alam semesta
ini. Allah tidak menciptakan sesuatu dengan sia-sia dan manusia diciptikan hanya untuk
beribadah kepada-Nya (Alfaqiih, 2017).
• Kedua, prinsip keadilan. Allah adalah Sang pencipta seluruh yang ada di muka bumi ini,
dan ’adl (keadilan) merupakan salah satu sifat-Nya (Alfaqiih, 2017).
• Ketiga, prinsip Nubuwwah (Kenabian). Prinsip ini menegaskan bahwa Nabi Muhammad
merupakan model yang ideal dalam segala perilaku, termasuk juga perilaku bisnis yang
seyogyanya dapat diteladani serta diimplementasikan oleh setiap manusia, khususnya para
pelaku bisnis. Empat sifat tersebut: Shiddiq (benar, jujur, valid). Sifat shiddiq ini akan
muncul konsep efektivitas dan efisiensi. Efektivitas dimaksudkan untuk mencapai tujuan
yang tepat (on time) dan benar (all right), sedangkan efisiensi adalah melakukan aktivitas
dengan benar dan hemat, maksudnya menggunakan teknik dan metode yang tidak
menyebabkan kemubadziran, Amanah(responsibility, dapat dipercaya, kredibilitas). Sifat
ini dapat membentuk pribadi yang kredibel dan memiliki sikap penuh tanggung jawab.
Sifat amanah memiliki posisi yang fundamental dalam aktivitas bisnis, karena tanpa
kredibilitas dan tanggung jawab dalam berperilaku, maka kehidupan bisnis menjadi tidak
stabil, Fathanah (kecerdasan,kebijaksanaan,profesionalitas,intelektualitas) (Alfaqiih, 2017).

Al-Ibar: Artikel Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam

Volume 1, Nomor 1, Mei 2022


PENUTUP
Secara umum perdagangan dalam islam adalah terpenuhinya semua kebutuhan serta
berkeadilan sebagai sarana ibadah kepada Allah. Hal yang harus dibangun dalam
melakukan kegiatan berdagang adalah mengarahkanya dan menghindari dari
pemborosan,kemewahan. Karena hal tersebut dilarang oleh Allah SWT yang akan
mendapatkan timbul negatif dalam kehidupan ekonomi seperti banyaknya orang yang
kelaparan dan kemiskinan atau bertambahnya pengangguran.
Bisnis merupakan aktivitas yang segala macamnya terjadi dalam kehidupan manusia
secara luas. Dengan banyaknya pelaku bisnis dan beragam motif semakin kompeleks
terhadap permasalahan bisnis. Karena terkadang membuat objek pelaku bisnis terjebak
dalam melakukan secaracara untuk mencapai tujuan tersebut. jika tujuan tersebut hanya
mencari laba dan keuntungan semata maka hal ini terjadi perbuatan negatif yang akhirnya
menjadi kebiasaan dalam perilaku berbisnis.
Sebagaimana yang telah ditetapkan islam berdasarkan pandangan islam bahwa
prinsip dasar praktik yang harus dijadikan landasan pada Al-quran dan Sunnah harus
dilindungi dengan ajaran islam yaitu akidah.
Prinsip dasar praktik meliputi Tahuid, kejujuran, prinsip khilafah dan
pertanggungjawaban, dan prinsip keadilan yang terkndung bersifat universal dan berlaku
waktu kapanpun. Penerapan dalam prinsip ini menjamin tidak hanya sebatas bidang
makanan yang terhindar dari kemudharatan atau tindakan yang merugikan pembeli.

Al-Ibar: Artikel Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam

Volume 1, Nomor 1, Mei 2022


DAFTAR PUSTAKA
Adolf, H. (2010). Perdagangan Dalam Islam Oleh : Windari , SE ., MA. 195.
Alfaqiih, A. (2017). Prinsip-Prinsip Praktik Bisnis Dalam Islam Bagi Pelaku Usaha Muslim.
Jurnal Hukum IUS QUIA IUSTUM, 24(3), 448–466.
https://doi.org/10.20885/iustum.vol24.iss3.art6
Ash-Shiddieqy, H. (2000). Konsep Perdagangan (Jual Beli) Dalam Islam. 21–48.
Luis, F., & Moncayo, G. (n.d.). Bisnis Dalam Perspektif Islam. 33–46.
Muhandis Natadiwirya, Loc. Cit Idri, L. C. (2004). Konsep Etika Perdagangan Dalam Islam.
22–41.
Zendy, A. S. (2017). Analisis Praktek Bisnis Mahasiswa UIN Walisongo Semarang Dalam
Perspektif Ekonomi Islam. Eprints.Walisongo.Ac.Id, 21–60.
http://eprints.walisongo.ac.id/7050/2/BAB I.pdf

Al-Ibar: Artikel Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam

Volume 1, Nomor 1, Mei 2022

Anda mungkin juga menyukai