Perdagangan Dan Bisnis Dalam Islam
Perdagangan Dan Bisnis Dalam Islam
Kelvin Ramadhan
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Islam (STEI) SEBI
Email: kelvinramadhan965@gmail.com
Abstrak
This article discusses how the history of Islamic trade and business in Islam. Trade (Sale
and Purchase) is an activity that exchanges or goods have value voluntarily between both
parties and the other party accepts it in accordance with the applicable provisions. Islam
asserts that the value of business principles in Islam has a value in business practice for
Muslim actors. However, there are still many business actors who practice business not in
accordance with Islamic regulations so that it is to the detriment of others and even the
environment. So many negative actions that eventually become business behaviors such as
lying, breaking promises, fraud and so on. This article describes trade and business in Islam
from an Islamic perspective. This article concludes that the value of trade practices in
Islamic business should have the values of honesty, justice, trustworthiness, responsibility,
fraud, and far from unlawful things based on Islam.
Abstrak
Artikel ini membahas bagaimana sejarah perdagangan islam dan bisnis dalam islam.
Perdagangan (Jual beli) merupakan suatu aktivitas yang tukar menukar atau barang
mempunyai nilai secara sukarela diantara kedua belah pihak dan pihak lain menerimanya
sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Islam menegaskan bahwa nilai prinsip bisnis dalam
islam mempunyai nilai nilai dalam praktik bisnis bagi pelaku muslim. Tetapi, masih banyak
pelaku bisnis yang mempraktikan bisnis tidak secara unsur ketetapan islam sehingga hal
tersebut dengan merugikan orang lain bahkan lingkungan. Begitu banyak tindakan negatif
yang akhirnya menjadi perilaku bisnis seperti berbohong,ingkar janji,penipuan dan
sebagainya. Artikel ini menjelaskan tentang perdagangan dan bisnis dalam islam yang
PENDAHULUAN
Perdagangan merupakan kegiatan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan hidup
manusia. Kebtuuhan tersebut senilai dengan konsep kepuasan terhadap pembeli. Dalam
pembahasan kebutuhan dalam islam ini tidak dapat dipisahkan dari perilaku konsumen dari
kerangka maqashid syariah yang harus dapat menentukan tujuan perilaku dalam Islam
(Zendy, 2017). Tujuan syariah dalam Islam adalah mencapai kesejahteraan umat manusia
(maslahat al-ibid) (Zendy, 2017). Islam mengharamkan seluruh macam bentuk penipuan
dalam bentuk apapun, oleh sebab itu, dalam melakukan transaksi perdagangan yang harus
diperhatikan adalah mencari barang yang halal untuk diperjual belikan atau diperdagangkan
dengan cara yang sejujur-jujurnya. Allah Swt mensyariatkan berdagang sebagai pemberian
untuk hamba-hambanya karena semua manusia secara pribadi mempunyai kebutuhan
berupa sandang, pangan dan lain-lainnya. Kebutuhan seperti ini tidak pernah terputus dari
kehidupan manusia, kegiatan ekonomi dalam pandangan Islam merupakan tuntunan
kehidupan. Disamping itu, juga merupakan anjuran yang memiliki dimensi ibadah (Zendy,
2017).
Belakangan ini sering muncul dengan berbagai macam bentuk praktik dengan tipu
muslihat yang menjadi bagian intergal dalam kehidupan ekonomi manusia saat ini, Mulai
yang terkecil, pada pasar tradisional tempat transaksi tradisional tempat transaksi perniagan
rakyat, sulit memiliki nilai kejujuran dan sulit diidentifikasi sampai proses perniagaan besar
nilai kejujuran tidak dapat lagi karena jangka pendek yakni keuntungan, padahal fakta
menunjukkan bahwa eksistensitas sering mengabaikan komitmen moral kejujuran dalam
jangka panjang eksistensinya akan terpuruk, sebaliknya entitas bisnis mengedepankan
komutmen moral kejujuran dalam setiap transaksi yang dilakukan, sehingga eksistensinya
makin meningkat.
PEMBAHASAN
1. Sejarah perdagangan
Perdagangan dulu tidak seperti sekarang dulu barang di tukar dengan barang misalkan
dulu kita membutuh kan sekilo gula kita bisa tukar dengan barang yang kita punya
misalkan beras atau barang yang setara berharganya dengan barang yang kita butuhkan.
Artinya : “ Yaitu (kebiasaan mereka berpergian pada musim dingin dan musim panas.)”
فَ ْليَـ ْعبُد ُْوا َربَّ ٰهذَا ْالبَ ْي ا
ت
Artinya: “ Maka hendaklah mereka menyembah tuhan pemilik (rumah ini) Ka’bah.”
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang berlaku
atas dasar suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu.
Sungguh, Allah Maha Penyayang kepadamu.”.
Yang dimaksud dari ayat ini adalah mejelaskan bahwa larangan membunuh diri sendiri
juga mencakup larangan membunuh orang lain. Karena membunuh orang lain seperti
membunuh diri sendiri, umat yang merupakan kesatuan sama halnya dengan memakan
harta sesama dengan jalan yang bathil kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku atas
dasar suka sama suka. Dalam melakukan hal tersebut, Allah telah mengatur adab yang
perlu dipatuhi dalam berdagang. Apabila telah datang waktu untuk beribadah maka
aktivitas perdagangan perlu ditinggalkan untuk beribadah kepada Allah.
Artinya: Dialah yang menjadikan bumi ini mudah bagi kamu, maka berjalanlah di
segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rizki Nya” Dan didalam surat Q.S Al-
A’araf ayat 10 yaitu:
Artinya: “Sesungguhnya kami telah menempatkan kamu sekalian di bumi dan kami
adakan bagimu di muka bumi itu(sumber-sumber) penghidupan.”Selain itu, Allah
menyatakan dengan menganjurkan mengenai kehalalan
rezekidanbagaimanamembelanjakannya.sebagaimana dalam Q.S Al-An’am ayat 141: